SlideShare a Scribd company logo
1 of 39
METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
DALAM SUPERVISI
(Tugas Mata Kuliah Pengembangan Supervisi Pendidikan Fisika)
Dosen :
1. Dr. Undang Rosidin, M.Pd.
2. Prof. Dr. Agus Suyatna, M.Si.
Kelompok 7
1. Bayu Pranata (1723022001)
2. Erlita Yuani Putri (1723022013)
MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2018
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Penulisan makalah ini adalah salah
satu tugas mata kuliah Supervisi Pendidikan Fisika.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain
berkat bantuan dari rekan-rekan semua. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd. dan Prof. Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku
pengampu mata kuliah Supervisi Pendidikan Fisika yang telah memberikan tugas,
petunjuk, kepada penulis sehingga termotivasi dalam menyelesaikan tugas ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak
yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.
Bandar Lampung, 24 April 2018
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
Kata Pengantar ...................................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Menjelaskan Metode dan Teknik pengumpulan data dalam supervise.......................... 3
2.2 Jenis-jenis Instrumen dalam Supervisi.........................................................................24
2.3 Prosedur Pengembangan Instrumen Supervisi.............................................................30
2.4 Teknik Mengembangkan Instrumen.............................................................................31
BAB III KESIMPULAN
Kesimpulan..........................................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................36
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan supervisi pendidikan oleh pengawas satuan pendidikan memiliki
beberapa tahapan besar, yakni (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap
pelaporan dan sekaligus tahap penilaian. Tahapan-tahapan tersebut merupakan kerangka
acuan bagi kinerja pengawas pendidikan, sebab jika dalam tahapan tersebut ada salah satu
yang terabaikan, maka akan berdampak pada kegiatan-kegiatan lainnya, sehingga pada
gilirannya standar minimum yang tertuang dalam permen no 12 tahun 2006 pun akan
terabaikan.
Sebut saja perencanaan. Hal ini memang sesuatu yang dianggap sangat mendasar.
Sebab jika pelaksanaan tanpa diawali dengan perencanaan yang matang, maka besar
kemungkinan pelaksanaannya akan mengalami hambatan yang sangat berarti, terutama
akan kesulitan dalam mengukur keberhasilan yang ditetapkan dan kesesuaian dengan
standar yang berlaku.
Demikian halnya dengan perencanaan yang dilakukan tanpa melalui kinerja
kongkrit, tentu hal ini merupakan awang-awang belaka. Dengan kata lain bila perencanaan
tidak dilaksanakan, maka hal tersebut merupakan kebohongan besar. Sehingga pada
gilirannya apa yang diharapkan tidak akan menghasilkan apa-apa. Sebab sekecil apapun
pekerjaan yang dilakukan, akan lebih baik jika direncanakan terlebih dahulu.
Hal lain yang terkait dengan kinerja supervisi pendidikan adalah pengumpulan data
dan penilaian. Kegiatan ini dianggap sangat penting disamping untuk melihat
keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai, juga akan memberikan gambaran bagi
kinerja selanjutnya, baik bagi personal maupun institusional. Bagi personal, boleh jadi
pengumpulan data dan penilaian merupakan cambuk yang sangat berarti bagi mereka yang
menerima isi laporan tersebut. Sebaliknya bagi mereka yang belum memahami atau belum
bisa menerima koreksi, maka hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang membuka aib
atau dianggap ’kurang kerjaan’.
Terlepas dari kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh pengawas pendidikan,
dalam konteks peningkatan mutu pendidikan, pengawas dihadapkan pada tantangan dan
peluang-peluang untuk menciptakan sistem pelaporan yang transparan. Penyusunan
laporan pengawasan akan memberikan peluang-peluang bagi yang dikoreksi atau yang
2
diawasi untuk senantiasa menyadari dengan sepenuh hati kekurangan atau ketidak
berhasilan dalam kinerjanya selama ini. Oleh sebab itu pengawas hendaknya mampu
menemukan model pelaporan sistem pengawasan yang mampu mengakomodasi
kepentingan-kepentingan umum namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai
profesionalisme.
Dan dengan adanya mata kuliah supervisi pendidikan akan lebih menunjang para
mahasiswa untuk mengetahui bagaimana mengawasi atau mensupervisi pada pendidikan
yang baik. Dalam makalah ini akan kami paparkan beberapa konsep dasar tentang
supervisi pendidikan beserta sub-subnya yang semuanya sudah kami sebutkan dalam
rumusan masalah.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Jelaskan metode dan teknik pengumpulan data supervisi?
2. Jelaskan jenis-jenis instrumen dalam supervisi ?
3. Jelaskan prosedur mengembangkan instrumen supervisi ?
4. Bagaimana melakukan pengembangan instrumen supervisi serta menganalisis
kualitasnya?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah yaitu :
1. Menjelaskan teknik dan pengumpulan data dalam supervise
2. Menjelaskan jenis-jenis instrumen dalam supervise
3. Menjelaskan prosedur mengembangkan instrumen supervise
4. Melakukan pengembangan instrumen supervisi serta menganalisis kualitasnya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Metode dan Teknik pengumpulan data dalam supervisi
2.1.1 Supervisi Manajerial
Metode utama yang mesti dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan dalam
supervisi manajerial tentu saja adalah monitoring dan evaluasi.
a. Monitoring/Pengawasan
Monitoring adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengetahui perkembangan
pelaksanaan penyelenggaraan sekolah, apakah sudah sesuai dengan rencana, program,
dan/atau standar yang telah ditetapkan, serta menemukan hambatan-hambatan yang harus
diatasi dalam pelaksanaan program. Monitoring lebih berpusat pada pengontrolan selama
program berjalan dan lebih bersifat klinis. Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan
balik bagi sekolah atau pihak lain yang terkait untuk menyukseskan ketercapaian tujuan.
Aspek-aspek yang dicermati dalam monitoring adalah hal-hal yang dikembangan dan
dijalankan dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). Dalam melakukan monitoring
ini tentunya pengawas harus melengkapi diri dengan parangkat atau daftar isian yang
memuat seluruh indikator sekolah yang harus diamati dan dinilai.
Dalam perkembangan terakhir, kecenderungan pengawasan dalam dunia pendidikan
juga mengikuti apa yang dilakukan pada industri, yaitu dengan menerapakan Total Quality
Controll. Pengawasan ini tentu saja terfokus pada pengendalian mutu dan lebih bersifat
internal. Oleh karena itu pada akhir-akhir ini setiap lembaga pendidikan umumnya
memiliki unit penjaminan mutu.
b. Evaluasi
Kegiatan evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauhmana kesuksesan pelaksanaan
penyelenggaraan sekolah atau sejauhmana keber- hasilan yang telah dicapai dalam kurun
waktu tertentu. Tujuan evaluasi utamanya adalah untuk (a) mengetahui tingkat
keterlaksanaan program, (b) mengetahui keberhasilan program, (c) mendapatkan
bahan/masukan dalam perencanaan tahun berikutnya, dan (d) memberikan penilaian
(judgement) terhadap sekolah.
4
a). Refleksi dan Focused Group Discussion
Sesuai dengan paradigma baru manajemen sekolah yaitu pemberdayaan dan
partisipasi, maka judgement keberhasilan atau kegagalan sebuah sekolah dalam
melaksanakan program atau mencapai standar bukan hanya menjadi otoritas pengawas.
Hasil monitoring yang dilakukan pengawas hendaknya disampaikan secara terbuka kepada
pihak sekolah, terutama kepala sekolah, wakil kepala sekolah, komite sekolah dan guru.
Secara bersama-sama pihak sekolah dapat melakukan refleksi terhadap data yang ada, dan
menemukan sendiri faktor-faktor penghambat serta pendukung yang selama ini mereka
rasakan. Forum untuk ini dapat ber- bentuk Focused Group Discussion (FGD), yang
melibatkan unsur-unsur stakeholder sekolah. Diskusi kelompok terfokus ini dapat
dilakukan dalam beberapa putaran sesuai dengan kebutuhan.Tujuan dari FGD adalah
untuk menyatukan pandangan stakeholdermengenai realitas kondisi (kekuatan dan
kelemahan) sekolah, serta menentukan langkah-langkah strategis maupun operasional
yang akan diambil untuk memajukan sekolah. Peran pengawas dalam hal ini adalah
sebagai fasilitator sekaligus menjadi narasumber apabila diperlukan, untuk memberikan
masukan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya.
b). Metode Delphi
Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu pihak sekolah
merumuskan visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan konsep MBS, dalam merumuskan
Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) sebuah sekolah harus memiliki rumusan visi, misi
dan tujuan yang jelas dan realistis yang digali dari kondisi sekolah, peserta didik, potensi
daerah, serta pandangan seluruh stakeholder.
Sejauh ini kebanyakan sekolah merumuskan visi dan misi dalam susunan kalimat
“yang bagus”, tanpa dilandasi oleh filosofi dan penda- laman terhadap potensi yang ada.
Akibatnya visi dan misi tersebut tidak realistis, dan tidak memberikan inspirasi kepada
warga sekolah untuk mencapainya.
Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk melibatkan banyak
stakeholder sekolah tanpa memandang faktor-faktor status yang sering menjadi
kendala dalam sebuah diskusi atau musyawarah. Misalnya sekolah mengadakan
pertemuan bersama antara sekolah, dinas pendidikan, tokoh masyarakat, orang murid dan
guru, maka biasanya pembicaraan hanya didominasi oleh orang-orang tertentu yang
5
percaya diri untuk berbicara dalam forum. Selebihnya peserta hanya akan menjadi
pendengar yang pasif.
Metode Delphi dapat disampaikan oleh pengawas kepada kepala sekolah ketika
hendak mengambil keputusan yang melibatkan banyak pihak. Langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami persoalan dan
hendak dimintai pendapatnya mengenai pengembangan sekolah;
b. Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis tanpa disertai
nama/identitas;
c. Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar urutannya sesuai dengan
jumlah orang yang berpendapat sama.
d. Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai pihak tersebut untuk
diberikan urutan prioritasnya.
e. Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan menyampaikan hasil
akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta yang dimintai pendapatnya.
c). Workshop
Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat ditempuh
pengawas dalam melakukan supervisi manajerial. Metode ini tentunya bersifat kelompok
dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan
komite sekolah. Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan atau
urgensinya, dan dapat diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah
atau orga- nisasi sejenis lainnya. Sebagai contoh, pengawas dapat mengambil inisiatif
untuk mengadakan workshop tentang pengembangan KTSP, sistem ddministrasi, peran
serta masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya.
2.1.2 Supervisi Akademik
Di muka telah dijelaskan bahwa supervisi akademik ditujukan untuk membantu
guru meningkatkan pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan belajar
siswa. Sesuai dengan tujuannya tersebut maka istilah yang sering digunakan adalah
supervisi pengajaran (instructional supervision).
6
Terdapat beberapa metode dan teknik supervisi yang dapat dilakukan pengawas.
Metode-metode tersebut dibedakan antara yang bersifat individual dan kelompok. Pada
setiap metode supervisi tentunya terdapat kekuatan dan kelamahan.
Ada bermacam-macam teknik supervisi akademik dalam upaya pembinaan
kemampuan guru. Dalam hal ini meliputi pertemuan staf, kunjungan supervisi, buletin
profesional, perpustakaan profesional, laboratorium kurikulum, penilaian guru,
demonstrasi pembelajaran, pengembangan kurikulum, pengambangan petunjuk
pembelajaran, darmawisata, lokakarya, kunjungan antarkelas, bacaan profesional, dan
survei masyarakat-sekolah. Jadi, teknik-teknik supervisi itu bisa dikelompokkan menjadi
dua kelompok, yaitu. teknik supervisi individual, dan teknik supervisi kelompok.
1. Teknik Supervisi Individual
Teknik supervisi individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan
kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan.
Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru yang dipandang memiliki
persoalan tertentu. Teknik-teknik supervisi yang dikelompokkan sebagai teknik individual
meliputi: kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antarkelas,
dan menilai diri sendiri. Berikut ini dijelaskan pengertian-pengertian dasarnya secara
singkat satu persatu.
a). Kunjungan Kelas
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah, pengawas,
dan pembina lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar
sehingga memperoleh data yang diperlukan dalam rangka pembinaan guru. Tujuan
kunjungan ini adalah semata-mata untuk menolong guru dalam mengatasi kesulitan atau
masalah mereka di dalam kelas. Melalui kunjungan kelas, guru-guru dibantu melihat
dengan jelas masalah-masalah yang mereka alami. Menganalisisnya secara kritis dan
mendorong mereka untuk menemukan alternatif pemecahannya. Kunjungan kelas ini bisa
dilaksanakan dengan pemberitahuan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dan bisa
juga atas dasar undangan dari guru itu sendiri.
Ada empat tahap kunjungan kelas. Pertama, tahap persiapan. Pada tahap ini,
supervisor merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan
kelas. Kedua, tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini, supervisor mengamati
7
jalannya proses pembelajaran berlangsung. Ketiga, tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini,
supervisor bersama guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil
observasi, sedangkan tahap terakhir adalah tahap tindak lanjut. Ada beberapa kriteria
kunjungan kelas yang baik, yaitu: (1) memiliki tujuan-tujuan tertentu; (2) mengungkapkan
aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru; (3) menggunakan instrumen
observasi tertentu untuk mendapatkan daya yang obyektif; (4) terjadi interaksi antara
pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengertian; (5) pelaksanaan
kunjungan kelas tidak menganggu proses belajar mengajar; (6) pelaksanaannya diikuti
dengan program tindak lanjut.
b). Observasi Kelas
Observasi kelas secara sederhana bisa diartikan melihat dan memperhatikan secara
teliti terhadap gejala yang nampak. Observasi kelas adalah teknik observasi yang
dilakukan oleh supervisor terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Tujuannya adalah untuk memperoleh data seobyektif mungkin mengenai aspek-aspek
dalam situasi belajar mengajar, kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam usaha
memperbaiki proses belajar mengajar. Secara umum, aspek-aspek yang diamati selama
proses pembelajaran yang sedang berlangsung adalah:
1) usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran
2) cara penggunaan media pengajaran
3) reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar
4) keadaan media pengajaran yang dipakai dari segi materialnya.
Pelaksanaan observasi kelas ini melalui beberapa tahap, yaitu: (1) persiapan
observasi kelas; (2) pelaksanaan observasi kelas; (3) penutupan pelaksanaan observasi
kelas; (4) penilaian hasil observasi; dan (5) tindak lanjut. Dalam melaksanakan observasi
kelas ini, sebaiknya supervisor menggunakan instrumen observasi tertentu, antara lain
berupa evaluative check-list, activity check-list.
c). Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran
antara pembina atau supervisor guru, guru dengan guru, mengenai usaha meningkatkan
kemampuan profesional guru. Tujuannya adalah: (1) memberikan kemungkinan
8
pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang dihadapi; (2)
mengembangkan hal mengajar yang lebih baik; (3) memperbaiki segala kelemahan dan
kekurangan pada diri guru; dan (4) menghilangkan atau menghindari segala prasangka
yang bukan-bukan.
Dalam percakapan individual ini supervisor harus berusaha mengem- bangkan
segi-segi positif guru, mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, dan memberikan
pengarahan, hal-hal yang masih meragukan sehingga terjadi kesepakatan konsep tentang
situasi pembelajaran yang sedang dihadapi.
d). Kunjungan Antar Kelas
Kunjungan antarkelas dapat juga digolongkan sebagai teknik supervisi secara
perorangan. Guru dari yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah
itu sendiri. Dengan adanya kunjungan antarkelas ini, guru akan memperoleh pengalaman
baru dari teman sejawatnya mengenai pelaksanaan proses pembelajaran pengelolaan kelas,
dan sebagainya.
Agar kunjungan antarkelas ini betul-betul bermanfaat bagi pengem- bangan
kemampuan guru, maka sebelumnya harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan oleh supervisor apabila menggunakan teknik ini
dalam melaksanakan supervisi bagi guru-guru.
a. Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi dengan sebaik-baiknya. Upayakan
mencari guru yang memang mampu memberikan pengalaman baru bagi guru-guru yang
akan mengunjungi.
b. Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi.
c. Sediakan segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan kelas.
d. Supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan cermat. Amatilah apa-apa yang
ditampilkan secara cermat, dan mencatatnya pada format-format tertentu.
e. Adakah tindak lanjut setelah kunjungan antarkelas selesai. Misalnya dalam bentuk
percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu.
f. Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan menyesuaikan
pada situasi dan kondisi yang dihadapi.
g. Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.
9
e). Menilai Diri Sendiri
Menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervisi pendidikan.
Penilaian diri sendiri merupakan satu teknik pengembangan profesional guru. Penilaian
diri sendiri memberikan informasi secara obyektif kepada guru tentang peranannya di
kelas dan memberikan kesempatan kepada guru mempelajari metoda pengajarannya dalam
mempengaruhi murid. Semua ini akan mendorong guru untuk mengembangkan
kemampuan profesionalnya.
Nilai diri sendiri merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru. Untuk mengukur
kemampuan mengajarnya, di samping menilai murid-muridnya, juga menilai dirinya
sendiri. Ada beberapa cara atau alat yang dapat digunakan untuk menilai diri sendiri,
antara lain sebagai berikut.
Suatu daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-murid
untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan
baik secara tertutup maupun terbuka, dengan tidak perlu menyebut nama. Menganalisa
tes-tes terhadap unit kerja. Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan, baik
mereka bekerja secara perorangan maupun secara kelompok.
2. Teknik Supervisi Kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang
ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis
kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama
dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka
diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka
hadapi. Ada tiga belas teknik supervisi kelompok, sebagai berikut.
a) Kepanitiaan-kepanitiaan
b) Kerja kelompok
c) Laboratorium kurikulum
d) Baca terpimpin
e) Demonstrasi pembelajaran
f) Darmawisata
g) Kuliah/studi
h) Diskusi panel
i) Perpustakaan jabatan
10
j) Organisasi profesional
k) Buletin supervisi
l) Pertemuan guru
m) Lokakarya atau konferensi kelompok
Teknik supervisi kelompok ini tidak akan dibahas satu persatu, karena sudah
banyak buku yang secara khusus membahasnya. Satu hal yang perlu ditekankan di sini
bahwa tidak ada satupun di antara teknik-teknik supervisi kelompok di atas yang cocok
atau bisa diterapkan untuk semua pembinaan dan guru di sekolah. Artinya, akan ditemui
oleh kepala sekolah adanya satu teknik tertentu yang cocok diterapkan untuk membina
seorang guru tetapi tidak cocok diterapkan pada guru lain. Oleh sebab itu, seorang kepala
sekolah harus mampu menetapkan teknik-teknik mana yang sekiranya mampu membina
keterampilan pembelajaran seorang guru.
Menetapkan teknik-teknik supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah.
Seorang pengawas , selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang akan
dibina, juga harus mengetahui karakteristik setiap teknik di atas dan sifat atau kepribadian
guru, sehingga teknik yang digunakan betul-betul sesuai dengan guru yang sedang dibina
melalui supervisi akademik. Sehubungan dengan kepribadian guru, Lucio dan McNeil
(1979) menyarankan agar kepala sekolah mempertimbangkan enam faktor kepribadian
guru, yaitu kebutuhan guru, minat guru, bakat guru, temperamen guru, sikap guru, dan
sifat-sifat somaticguru.
2.1.3 Langkah-langkah Pembinaan Kemampuan Guru
Ada lima langkah pembinaan kemampuan guru melalui supervisi akademik, yaitu:
(1) menciptakan hubungan-hubungan yang harmonis, (2) analisis kebutuhan, (3)
mengembangkan strategi dan media, (4) menilai, dan (5) revisi
a. Menciptakan Hubungan yang Harmonis.
Langkah pertama dalam pembinaan keterampilan pembelajaran guru adalah
menciptakan hubungan yang harmonis antara pengawas dan guru, serta semua pihak yang
terkait dengan program pembinaan keterampilan pembelajaran guru. Dalam upaya
melaksanakan supervisi akademik memang diperlukan kejelasan informasi antar personil
yang terkait. Tanpa kejelasan informasi, guru akan kebingungan, tidak tahu yang
11
diharapkan kepala sekolah, dan meyakini bahwa tujuan pokok dalam pengukuran
kemampuan guru, sebagai langkah awal setiap pembinaan keterampilan pembelajaran
melalui supervisi akademik, adalah hanya untuk mengidentifikasi guru yang baik dan
yang kurang terampil dalam mengajar. Padahal seandainya ada kejelasan informasi, tentu
tidak akan terjadi guru yang demikian.
Komunikasi antara kepala sekolah dan guru dikatakan efektif apabila guru benar-
benar menerima supervisi akademik sebagai upaya pembinaan kemampuannya. Dalam
upaya ini, diperlukan kejelasan informasi mengenai hakikat dan tujuan supervisi
akademik. Dalam upaya memperjelas program supervisi akademik, tentu diperlukan suatu
cara dan prinsip-prinsip tertentu dalam berkomunikasi. Bagaimanakah berkomunikasi
secara efektif. Ada sejumlah prinsip komunikasi yang harus diterapkan oleh kepala
sekolah, sebagaimana dikemukakan oleh Marks, Stoops dan Stoops, sebagai berikut.
 Berbicaralah sebijaksana dan sebaik mungkin
 Ikutilah pembicaraan orang lain secara saksama
 Ciptakan hubungan interpersonal antar personil
 Berpikirlah sebelum berbicara
 Ikutilah norma-norma yang berlaku pada latar sekolah
 Usahakanlah untuk memahami pendapat orang lain
 Konsentrasikan pada pesanmu, bukan pada dirimu sendiri
 Kumpulkan materi untuk mengadakan diskusi bila perlu
 Persingkat pembicaraan
 Ciptakan ketidaksanggupan
 Bersemangatlah
 Raihlah sikap orang lain untuk membantu program
 Berkomunikasilah dengan “eye communication”
 Selalu mencoba
 Jadilah pendengar yang baik
 Ketahuilah kapan sebaiknya berhenti berkomunikasi
b. Analisis Kebutuhan
Sebagai langkah kedua dalam pembinaan keterampilan pengajaran guru adalah
analisis kebutuhan (needs assessment). Secara hakiki, analisis kebutuhan merupakan
upaya menentukan perbedaan antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
12
dipersyaratkan dan yang secara nyata dimiliki. Prinsip supervisi pengajaran yang ketujuh,
sebagaimana telah dikemukakan di muka, adalah obyektif, artinya dalam penyusunan
program supervisi pengajaran harus didasarkan pada kebutuhan nyata pengembangan
profesional guru. Dalam upaya memenuhi prinsip ini diperlukan analisis kebutuhan
tentang keterampilan pengajaran guru yang harus dikembangkan melalui supervisi
pengajaran. Adapun langkah-langkah menganalisis kebutuhan sebagai berikut.
 Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan atau masalah-masalah pendidikan – perbedaan
(gap) apa saja yang ada antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang nyata
dimiliki guru dan yang seharusnya dimiliki guru? Perbedaan di kelompok,
disintesiskan, dan diklasifikasi.
 Mengidentifikasi lingkungan dan hambatan-hambatannya.
 Menetapkan tujuan umum jangka panjang.
 Mengidentifikasi tugas-tugas manajemen yang dibutuhkan fase ini, seperti keuangan,
sumber-sumber, perlengkapan dan media.
 Mencatat prosedur-prosedur untuk mengumpulkan informasi tambahan tentang
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki guru. Pergunakanlah teknik-teknik
tertentu, seperti mengundang konsultan dari luar sekolah, wawancara, dan kuesioner.
 Mengidentifikasi dan mencatat kebutuhan-kebutuhan khusus pembinaan keterampilan
pembelajaran guru. Pergunakanlah kata-kata perilaku atau performansi.
 Menetapkan kebutuhan-kebutuhan pembinaan keterampilan pembelajaran guru yang
bisa dibina melalui teknik dan media selain pendidikan.
 Mencatat dan memberi kode kebutuhan-kebutuhan pembinaan keterampilan
pembelajaran guru yang akan dibina melalui cara-cara lainnya.
c. Pelaksanaan Supervisi Akademik
Setelah tujuan-tujuan pembinaan keterampilan pengajaran berdasarkan kebutuhan-
kebutuhan pembinaan yang diperoleh melalui analisis kebutuhan di atas, kepala sekolah
menganalisis setiap tujuan untuk menentukan bentuk-bentuk teknik dan media supervisi
akademik yang akan digunakan.
Setelah mengembangkan teknik dan media supervisi akademik, mulailah dilakukan
pembinaan keterampilan pembelajaran guru dengan menggunakan teknik dan media
tertentu sebagaimana telah dikembangkan. Mengenai teknik-teknik supervisi, baik yang
13
individual maupun kelompok, dan medianya akan diuraikan secara khusus pada akhir bab
ini.
d. Penilaian Keberhasilan Supervisi Akademik
Penilaian merupakan proses sistematik untuk menentukan tingkat keberhasilan
yang dicapai. Dalam konteks supervisi akademik, penilaian merupakan proses sistematik
untuk menentukan tingkat keberhasilan yang dicapai dalam pembinaan keterampilan
pembelajaran guru. Tujuan penilaian pembinaan keterampilan pembelajaran adalah untuk:
(1) menentukan apakah pengajar (guru) telah mencapai kriteria pengukuran sebagaimana
dinyatakan dalam tujuan pembinaan, dan (2) untuk menentukan validitas teknik
pembinaan dan komponen-komponennya dalam rangka perbaikan proses pembinaan
berikutnya.
Prinsip dasar dalam merancang dan melaksanakan program penilaian adalah bahwa
penilaian harus mengukur performansi atau perilaku yang dispesifikasi pada tujuan
supervisi akademik guru. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
 Katakan dengan jelas teknik-teknik penilaian.
 Tulislah masing-masing tujuan.
 Pilihlah atau kembangkan instrumen-instrumen pengukuran yang secara efektif bisa
menilai hasil yang telah dispesifikasi.
 Uji lapangan untuk mengetahui validitasnya.
 Organisasikan, analisis, dan rangkumlah hasilnya.
e. Perbaikan Program Supervisi Akademik
Sebagai langkah terakhir dalam pembinaan keterampilan pengajaran guru adalah
merevisi program pembinaan. Revisi ini dilakukan seperlunya, sesuai dengan hasil
penilaian yang telah dilakukan. Langkah-langkahnya sebagai berikut.
 Me-review rangkuman hasil penilaian.
 Apabila ternyata tujuan pembinaan keterampilan pengajaran guru tidak dicapai, maka
sebaiknya dilakukan penilaian ulang terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap
guru yang menjadi tujuan pembinaan.
 Apabila ternyata memang tujuannya belum tercapaim maka mulailah merancang
kembali program supervisi akademik guru untuk masa berikutnya.
14
 Mengimplementasikan program pembinaan yang telah dirancang kembali pada masa
berikutnya.
2.1.4 Media, Sarana, dan Sumber
Keterampilan pembelajaran guru dengan menggunakan teknik supervisi akademik
tertentu diperlukan media, sarana, maupun sumber-sumber tertentu. Apabila digunakan
teknik buletin supervisi dalam membina keterampilan pembelajaran guru, maka
diperlukan buletin sebagai media atau sumbernya. Apabila digunakan teknik darmawisata
dan membina guru maka diperlukan tempat tertentu sebagai sumber belajarnya. Apabila
digunakan perpustakaan jabatan sebagai pusat pembinaan keterampilan pembelajaran guru
maka diperlukan buku-buku, ruang khusus, dan sarana khusus, sebagai sarana dan sumber
belajar. Demikianlah seterusnya untuk teknik-teknik supervisi akademik lainnya,
semuanya memerlukan media, sarana, dan sumber sebagai penunjang pelaksanaannya.
2.1.5 Instrumen Pengukuran Kemampuan Guru
Pada bab awal telah ditegaskan bahwa esensial supervisi akademik itu sama sekali
bukan mengukur unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan
bagaimana membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya. Meskipun
demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari pengukuran kemampuan guru dalam
mengelola proses pembelajaran. Pengukuran kemampuan guru dalam mengelola proses
pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan dalam proses
supervisi pembelajaran. Prinsip dasar ini tampak jelas sekali pada langkah-langkah
pembinaan keterampilan pembelajaran guru. Menurut Marks, Stoops dan Stoops,
sebagaimana telah dibahas di muka, di mana salah satu langkahnya berupa analisis
kebutuhan. Esensial langkah atau fase analisis kebutuhan ini adalah mengukur
pengetahuan dan kemampuan untuk menentukan pengetahuan dan kemampuan mana pada
guru yang harus dibina. Ini berarti dalam setiap merencanakan dan memprogram supervisi
akademik selalu diperlukan instrumen pengukuran.
Instrumen pengukuran ini, baik pengetahuan maupun kemampuan, bila berupa tes-
tes tertentu yang secara valid dan reliabel bisa mengukur pengetahuan dan kemampuan
guru dalam mengelola proses pembelajaran. Khusus untuk mengukur kemampuan guru,
karena lebih berbentuk performansi atau perilaku (behavioral), biasanya digunakan
instrumen observasi yang mengamati unjuk kerja guru dalam mengelola proses
15
pembelajaran. Instrumen ini banyak diambil dari yang sudah ada, yang sudah valid dan
reliabel, maupun dikembangkan sendiri oleh supervisor. Apabila kepala sekolah ingin
mengembangkan sendiri instrumen observasi maka disarankan agar merujuk kepada jenis-
jenis kemampuan pembelajaran yang menang harus dimiliki oleh guru. Setiap jenis
kemampuan yang dikembangkan dalam instrumen observasi harus disediakan skala
pengukuran. Ada bermacam-macam skala pengukuran, misalnya skala tigas, skala lima,
dan skala tujuh. Apabila digunakan skala tiga, maka bentuknya menjadi tidak mampu (1)
cukup mampu (2) dan mampu (3). Apabila digunakan skala lima, maka bentuknya
menjadi sangat kurang mampu (1) kurang mampu (2) cukup mampu (3) mampu (4) dan
sangat mampu (5). Nantinya apabila telah digunakan, maka semakin kecil skor
kemampuannya (kategori kemampuannya) berarti semakin perlu dibina. Semakin rendah
skornya berarti guru semakin tidak mampu mengelola proses pembelajaran.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI pernah mengembangkan satu
instrumen pengukuran yang disebut dengan Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG).
APKG ini merupakan instrumen yang kembangkan dan resmi digunakan untuk mengukur
kemampuan guru yang bersifat generic essensial. Dikatakangeneric karena kemampuan
tersebut secara umum harus dimiliki oleh setiap guru bidang studi apapun.
Dikatakan essential karena kemampuan tersebut merupakan kemampuan-kemampuan
yang penting saja. Ini tidak berarti bahwa kemampuan yang lain tidak perlu melainkan
masih sangat diperlukan hanya harus diukur melalui instrumen lainnya (Depdikbud,
1996).
1. Teknik Instrumen
Dalam laporan harus dituliskan metode atau teknik dan instrumen pengumpulan
data yang digunakan. Instrumen yang dipergunakan dalam pengumpulan data tergantung
pada teknik pengumulan data yang dilakukan. Karena supervisi di dalamnya ada kegiatan
penelitian atau pengumpulan data, maka teknik dan instrumen pengumpulan data dapat
mengikuti teknik dan pengumpulan data yang biasa terdapat dalam metode penelitian.
Dengan mengadopsi pendapat Margono (2004: 155-156), untuk menyusun
instrumen pengumpulan data dalam supervisi pendidikan, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
 Masalah atau bidang garapan yang akan diambil datanya harus spesifik sehingga
dengan mudah dapat menentukan jenis instrumen yang akan digunakan.
16
 Sumber data atau informasi baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui
terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa,
sistematika item dalam instrumen pengumpulan data.
 Keterampilan dalam instrumen itu sendiri sebagai alat pengumpul data baik dari
keajegan, keshahihan maupun objektivitasya.
 Jenis data yang diharapkan dari penggunaan dari penggunaan instrumen harus
jelas, sehingga supervisor dapat memperkirakan cara analisis data guna pemecahan
masalah supervisi pendidikan.
 Mudah dan praktis digunakan akan tetapi dapat menghasilkan data yang
diperlukan.
Adapun teknik dan instrumen yang dapat digunakan untuk pengumpulan data
dalam supervisi pendidikan ialah:
1. Teknik Observasi
Margono (2004: 158) menyatakan bahwa observasi diartikan sebagai pengamatan
dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.
Instrumen yang dapat digunakan dalam teknik observasi ialah:
a) Catatan anekdot (anecdotal record), yaitu alat untuk mencatat gejala-gejala khusus
atau luar biasa menurut urutan kejadian. Catatan dibuat segera setelah peristiwa terjadi.
Pencatatan ini dilakukan terhadap bagaimana kejadiannya, bukan pendapat si pencatat
tentang kejadian tersebut.
b) Catatan berkala (insidental record). Pencatatan berkala walaupun dilakukan berurutan
menurut waktu munculnya suatu gejala, tidak dilakukan secara terus-menerus,
melainkan pada waktu tertentu, dan terbatas pula pada jangka waktu yang ditetapkan
untuk tiap-tiap kali pengamatan.
c) Daftar cek (check list), yaitu penataan data dengan mempergunakan suatu daftar yang
memuat nama observer disertai jenis gejala yang akan diamati. Tugas observer
memberi tanda cek pada gejala yang muncul.
d) Skala nilai (rating scale). Pencatatan data dengan alat ini dilakukan seperti check list.
Perbedaannya terletak pada kategorisasi gejala yang dicatat. Di dalam rating scale
tidak sekedar terdapat nama objek yang diobservasi dan gejala yang akan diselidiki
akan tetapi tercantum kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan atau jenjang setiap
gejala tersebut.
17
e) Peralatan Mekanis (mechanical device). Pencatatan data dengan alat ini tidak
dilakukan pada saat observasi berlangsung, karena seluruh atau sebagian peristiwa
direkam dengan alat elektronik sesuai dengan keperluan. Misalnya peristiwa di film,
photo, rekaman, menggunakan video kaset dan lain-lain.
2. Teknik Komunikasi
Yang dimaksud dengan teknik komunkasi menurut Margono (2004: 165) ialah cara
mengumpulkan data melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data dengan
sumber data. Dalam pelaksanaannya dapat dibedakan ke dalam dua cara, yaitu (1) teknik
komunikasi langsung yaitu teknik pengumpulan data dengan mempergunakan interview
sebagai alatnya. Dan (2) teknik komunikasi secara tidak langsung, yaitu teknik
pengumpulan data dengan mempergunakan angket atau kuesioner sebagai alatnya.
a) Interview. Margono (2004: 165) menyatakan bahwa interviu adalah alat pengumpul
informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab
secara lisan pula. Interviu terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu interviu berstruktur
(menggunakan pedoman wawancara) dan interviu tidak terstruktur (tidak
menggunakan pedoman wawancara).
b) Angket. Margono (2004: 167) menyatakan bahwa kuesioner adalah suatu alat
pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk
menjawab secara tertulis pula oleh responden. Kuesioner terbagi ke dalam empat
kelompok, yaitu:
 kuesioner bestruktur/tertutup, yaitu kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan
yang disertai sejumlah alternatif jawaban yang disediakan. Responden dalam
menjawab terikat pada sejumlah kemungkinan jawaban yang sudah disediakan.
 Kuesioner tak berstruktur/terbuka. Yaitu kuesioner di mana responden secara
bebas menurut pendapatnya sendiri dalam menjawab setiap pertanyaan.
 Kuesioner kombinasi berstruktur dan tak berstruktur. Dalam angket ini, di satu
pihak memberi alternatif jawaban yang harus dipilih dan di lain pihak memberi
kebebasan kepada responden untuk menjawab secara bebas lanjutan dari jawaban
pertanyaan sebelumnya.
 Kuesioner semi terbuka. Kuesioner ini memberikan kebebasan kemungkinan
menjawab selain dari alternatif jawaban yang sudah tersedia.
18
3. Teknik Pengukuran
Alat-alat atau instrumen pengumpulan data yang tergolong ke dalam teknik
pengukuran antara lain:
a) Tes, yaitu seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang
dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi
penetapan skor angka. Tes dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu tes lisan dan
tes tertulisan. Tes lisan yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara
lisan tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang
diberikan secara lisan pula.
b) Sedangkan tes tertulis yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara
tertulis tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang
diberikan secara tetulis pula.
c) Daftar inventori kekpribadian. Daftar ini dimaksudkan untuk mendapatkan ukuran
kepribadian dari objek data. Dalam daftar inventori para subjek diberi bermacam-
macam pernyataan yang menggambarkan pola-pola tingkah laku, mereka diminta
untuk menunjukkan apakah tiap-tiap pertanyaan pernyataan itu merupakan ciri
tingkah laku mereka, dengan jalan memberi tanda cek pada jawaban ya, tidak atau
tidak tahu. Skor dihitung dengan jalan menunjukkan jawaban yang sesuai dengan
sifat yang diukur oleh supervisor.
d) Teknik proyektif. Teknik proyektif adalah ukuran yang dilakukan dengan cara
meminta seseorang memberikan respon kepada suatu stimulus yang bermakna
ganda atau yang tak tersusun, teknik ini disebut teknik proyeksi karena seseorang
diharapkan memproyeksikan kebutuhan, keinginan, ketakutan, kecemasannya
sendiri ke dalam stimulus-stimulus tersebut.
e) Skala. Margono (2004: 174) menyatakan bahwa skala adalah seperangkat nilai
angka yang ditetapkan kepada subjek, objek atau tingkah laku dengan tujuan
mengetahui sifat. Skala atau rating skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif
yang dibuat skala. Walaupun bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi
cukup memberikan informasi tertentu tentang program dan orang. Instrumen ini
dapat dengan mudah memberikan gambaran penampilan, terutama penampilan di
dalam melaksanakan tugas, yang menunjukkan frekuensi munculnya sifat-sifat.
(Arikunto, 2002: 134).
19
4. Teknik Sosiometri
Teknik sosiometri dipakai untuk mempelajari organisasi organisasi kelompok-
kelompok kecil. Prosedur dasarnya dapat berupa permintaan kepada para anggota suatu
kelompok untuk menunjuk teman pilihan mereka yang pertama, kedua dan seterusnya
menurut kriteria tertentu. Melalui teknik ini dapat diketahui anggota kelompok yang
populer.
5. Teknik Dokumenter
Teknik dokumenter merupakan cara pengumpulan data melalui peninggalan
tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau
hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan permasalahan yang ingin
diketahui (Margono, 2004: 181). Menurut Arikunto (2002: 135) dalam studi dokumentasi
dapat dilaksanakan dengan menggunakan istrumen/alat bantu berupa: (1) pedoman
dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya, dan
(2) check list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Dalam check
list supervisor tinggal memberikan tanda atau tally setiap pemunculan gejala yang
dimaksud.
6. Teknik Analisis Data
6.1 Analisis Data Kualitatif
Tahap pengolahan dan analisis data merupakan tahapan penting dalam kegiatan
supervisi pendidikan. Melalui tahapan ini, data yang terkumpul akan memiliki makna yang
berarti. Menurut Patton (Katiah, 2005: 125) analisis data adalah:
Proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan
suatu uraian dasar yang membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang
signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di antara
dimensi-dimensi uraian.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian
tertentu sehingga diperoleh jawaban terhadap permasalahan penelitian.
Data kualitatif dapat terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar,
foto, dokumen, biografi, artikel dan sebagainya. Pekerjaan dalam hal ini adalah
mengartikan, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode dan mengkategorikannya.
20
Dalam menganalisis data dapat mengikuti pendapat Hadi dan Haryono (2005: 61-
62) yang menyatakan bahwa langkah-langkah analisis secara garis besar meliputi: (1)
reduksi data; (2) display data; dan (3) pengambilan kesimpulan dan verifikasi.
a. Reduksi Data
Jika dalam data yang terkumpul erdapat data yang bersifat kuantitatif, yaitu data
dalam bentuk angka-angka, maka sebaiknya angka-angka itu jangan dipisahkan kata-
katanya secara kontekstual, sehingga tidak mengurangi maknanya.
Katiah (2005: 125) menyatakan bahwa reduksi data adalah membuat abstraksi atau
merangkum data dalam suatu laporan yang sistematis difokuskan pada hal-hal yang inti.
Laporan-laporan itu perlu direduksi, yaitu dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai
dengan fokus penelitian. Kemudia mencari temanya. Hadi dan Haryono (2005: 62)
menyatakan bahwa data-data yang direduksi memberikan gambaran yang tajam tentang
hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya jika sewaktu-waktu
diperlukan. Reduksi dapat pula membantu dalam memberikan kode-kode pada aspek-
aspek tertentu.
b. Display Data
Hadi dan Haryono (2005: 62) menyatakan bahwa data yang semakin bertumpuk itu
kurang dapat memberikan gambaran secara menyeluruh. Oleh sebab itu, diperlukan
display data. Display data ialah mengajikan data dalam bentuk matriks, network, chart
atau grafik, dan sebagainya. Dengan demikian, peneliti dapat menguasai dan data tidak
terbenam dengan setumpuk data.
c. Pengambilan Keputusan dan Verifikasi
Sejak semula peneliti berusaha mencari makna dari data yang diperolehnya. Untuk
maksud itu, ia berusaha mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang
sering muncul, hipotesis, dan sebagainya. Jadi, dari data yang didapatnya itu ia mencoba
mengambil kesimpulan. Mula-mula kesimpulan itu kabur, tetapi lama kelamaan semakin
jelas karena data yang diperoleh semakin banyak dan mendukung. Verifikasi baru dapat
dilakukan dengan singkat, yaitu dengan cara mengumpulkan data baru. Verifikasi
merupakan upaya untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan.
Dalam supervisi semua gambaran informasi dikumpulkan untuk dibuat suatu
intisari dari hasil pengumpulan data yang dipilih menurut kelompok informasi masing-
21
masing, sehingga membentuk suatu kesimpulan yang menyeluruh dan mewakili serta
menjawab permasalahan (bidang kajian supervisi).
Untuk mempertahankan tingkat kepercayaan dan kebenaran data yang terkumpul,
dipergunakan empat kriteria menurut Hadi dan Haryono (2005: 63-64) yaitu: (1)
kredibilitas; (2) transferabilitas; (3) Depenabilitas; dan (4) konfirmabilitas.
a. Kredibilitas
Kredibilitas ialah kesesuaian antara konsep pengumpul data (supervisor) dengan
konsep responden. Hadi dan Haryono (2005: 63) menyatakan agar kredibilitas terpenuhi,
maka:
 Waktu yang digunakan penelitian harus cukup lama.
 Pengamatan yang terus-menerus.
 Mengadakan triangulasi, yaitu memeriksakan kebenaran data yang diperolehnya
kepada pihak lain yang dapat dipercaya.
 Mendiskusikan dengan teman seprofesi.
 Menganalisis kasus negatif, yaitu kasus-kasus yang bertentangan dengan hasil
penelitiannya pada saat-saat tertentu.
 Menggunakan alat-alat Bantu dalam mengumpulkan data, seperti tape recorder,
tustel, video dan sebagainya.
 Menggunakan member check, yaitu memeriksa kembali informasi responden
dengan mengadakan pertanyaan ulang atau mengumpulkan sejumlah responden
untuk dimintai pendapatnya tentang data yang telah dikumpulkan.
Untuk mempertahankan kebenaran informasi yang diperoleh, perlu dilakukan
beberapa kegiatan berikut:
 Member Check
Hasil wawancara yang dituangkan dalam bentuk laporan lapangan, kemudian
diperlihatkan kepada responden untuk dibaca dan diperiksa kebenarannya, apakah suadah
sesuai dengan yang dikatakannya ketika peneliti mengadakan wawancara. Bila terdapat
kekeliruan, peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk memperbaikinya.
Cara lain yang ditempuh ialah supervisor membacakan hasil wawancara, kemudian
responden mendengarkan apakah sesuai atau tidak informasi yang diberikan.
22
 Triangulasi
Maksud dari triangulasi adalah data yang diberikan oleh satu responden diperiksa
lagi kebenarannya oleh responden lainnya yang relevan sampai diperoleh informasi
tentang data yang diberikan oleh responden sebelumnya. Untuk mengadakan triangulasi
tersebut, supervisor mengadakan pengamatan dan wawancara berkenaan dengan berbagai
hal terkait dengan supervisi.
 Kerahasiaan
Guna menjamin kerahasiaan data, maka semua informasi yang diberikan oleh
responden diupayakan hanya diketahui supervisor. Data atau informasi yang diberikan
responden yang satu tidak diperlihatkan kepada responden yang lainnya.
b. Transferabilitas
Menurut Hadi dan Haryono (2005: 64) transferabilitas ialah apabila hasil
pengumpulan data kualitatif itu dapat digunakan atau diterapkan pada kasus atau situasi
lainnya. Transferabilitas atau nilai transfer bermaksud untuk menjawab pertanyaan, hingga
manakah hasil pengolahan data itu dapat diaplikasikan atau digunakan dalam situasi-
situasi lain. Dalam pengumpulan data kualitatif, bekerja dengan sampel yang kecil
mengakibatkan sulitnya mengadakan generalisasi sepenuhnya dapat dipercaya.
Transferabilitas dapat ditingkatkan dengan cara melakukan pengumpulan data di beberapa
lokasi (sekolah binaan).
c. Dependabilitas dan Konfirmabilitas
Hadi dan Haryono (2005: 64) menyatakan: “Dependabilitas ialah apabila hasil
penelitian kita memberikan hasil yang sama dengan penelitian yang diulang pihak lain”.
Untuk membuat data kualitatif ini memenuhi dependabilitas perlu disatukan dengan
konfirmabilitas. Hal itu dikerjakan dengan cara audit trail. Dalam penulisan tesis, audit
trail dilakukan oleh pembimbing. Dengan audit trail dimaksudkan untuk menjamin
kebenaran hasil pengumpulan data yang dilakukan. Pembimbing inilah orang yang berhak
memeriksa kebenaran data serta penafsirannya. Agar pembimbing mudah melakukan audit
trail, maka peneliti menyiapkan data mentah, hasil analisis data, dan hasil sintesis data,
yaitu tafsiran, kesimpulan, tema, pola, hubungan dengan kepustakaan, dan laporan akhir.
23
6.2 Analisis Data Kuantitatif
Perosedur pengolahan data yang dapat dilakukan guna penyusunan laporan
supervisi dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut (Margono, 2004: 191):
a. Penyusunan Data
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan data ialah:
a) Hanya memasukkan data yang penting dan benar-benar dibutuhkan.
b) Hanya memasukkan data yang bersifat objektif.
c) Hanya memasukkan data yang autentik.
d) Perlu dibedakan antara data informasi denan kesan pribadi responden.
b. Pengolahan Data
Kegiatan pengolahan data dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut
(Margono, 2004: 191-192):
a) Pengklasifikasian data, yaitu menggolongkan aneka ragam jawaban itu ke dalam
kategori-kategori yang jumlahnya lebih terbatas. Pengklasifikasian perangkat
kategori itu penyusunannnya harus memenuhi bahwa setiap perangkat kategori
dibuat dengan berdasarkan kriterium yang tunggal, bahwa setiap perangkat
kategori harus dibuat lengkap, sehingga tidak satupun jawaban responden yang
tidakmendapatkan tempat, dan kategori yang satu dengan yang lain harus terpisah
secara jelas tidak saling tumpang tindih.
b) Koding, yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban respoden dengan jalan menandai
masing-masing kode tertentu. Bila analisis kuantitatif maka kode yang diberikan
angka. Bila angka itu berlaku sebagai skala pengukuran maka disebut skor.
c) Tabulasi, yaitu usaha penyajian data, terutama pengolahan data yang akan
menjurus ke analisis kuantitatif, biasanya menggunakan tabel, baik tabel distribusi
frekuensi maupun tabel silang.
c. Analisis Data
Laporan supervisi pada umumnya lebih bersifat deskriptif. Sehingga data
kuantitatif yang diolah pun harus menggunakan statistik deskriptif. Analisis yang paling
sederhana untuk menafsirkan data kuantitatif secara deskriptif ialah dengan cara menguji
skor kecederungan umum Weighted Mean Score (WMS).
24
2.2 Jenis- Jenis Instrumen dalam Supervisi
2.2.1 Instrumen Supervisi Akademik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata instrumen dapat diartikan sebagai: (1)
alat yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu (seperti alat yang dipakai oleh pekerja
teknik, alat-alat kedokteran, optik dan kimia); dan (2) sarana penelitian (berupa
seperangkat tes, angket, dan sebagainya) untuk mengumpulkan data. Arikunto (2002)
menyatakan bahwa instrumen adalah alat yang berfungsi untuk memudahkan pelaksanaan
sesuatu.
Pengawasan dapat diartikan sebagai proses melihat/mencermati apakah yang
terjadi sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi. Dengan demikian, karena supervisi
akademik merupakan bagian dari kegiatan pengawasan, maka keberadaan instrumen
dalam proses supervisi akademik merupakan suatu keniscayaan. Instrumen yang dirancang
oleh pengawas sekolah dalam pelaksanaan supervisi akademik harus fungsional, artinya
efektivitas instrumen tergantung pada proses supervisi akademik yang dilakukan.
a. Jenis Instrumen Supervisi Akademik
Dalam mengembangkan instrumen supervisi terdapat lima jenis instrumen supervisi
akademik, seperti berikut:
1. Instrumen Standar Isi, meliputi beberapa indikator yaitu :
 Penyajian materi pelajaran
 Mempertimbangkan kesesuaian materi pelajaran dengan kebutuhan siswa
 Mengembangkan KTSP
 Menetapkan target KKM
 Mengembangkan kecakapan hidup
 Memperhatikan keragaman jenis informasi
 Mengembangkan potensi diri siswa
 Menggunakan keragaman sumber belajar
 Mengadopsi materi pelajaran dari sekolah unggul di dalam negeri.
 Mengadaptasi materi pelajaran dari sekolah unggul bertaraf internasional
2. Instrumen Perencanaan Pembelajaran, meliputi beberapa komponen yaitu :
 Merumuskan Silabus dan RPP dengan indikator
 Memperbaiki Silabus dan RPP
25
 Merumuskan indikator pembelajaran
 Merumuskan materi
 Merumuskan metode
 Menentukan peraga
 Menentukan sumber belajar
 Merumuskan evaluasi
 Kesesuaian dengan KTSP
 Relevan dengan kehidupan
3. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran, meliputi beberapa komponen yaitu :
 Kehadiran melaksanakan tugas
 Menggunakan RPP
 Menggunakan sumber belajar yang variatif
 Melakukan kegiatan pendahuluan
 Penyampaikan konsep materi sesuai RPP
 Menggunakan konsep dengan bahasa yang jelas dan sistematis
 Menggunakan alat peraga
 Mendayagunakan teknologi informasi
 Menggunakan bahasa asing dalam pembelajaran
 Membangun pengalaman belajar peserta didik
 Peserta didik aktif
 Peserta didik interaktif
 Melakukan penilaian proses
 Membangun suasana kelas yang menyenangkan
 Melaksanakan tes akhir kegiatan pembelajaran
 Memenuhi target ketuntasan
 Mendisain remedial dan pengayaan
 Memiliki data penilaian hasil belajar peserta didik
 Memiliki catatan kehadiran peserta didik
 Mendokumenkan bukti keberhasilan belajar peserta didik
4. Instrumen Penilaian, meliputi beberapa komponen terdapat :
a. Prinsip-prinsip Normatif:
26
 Penilaian dilakukan Berdasarkan Data Terukur (Sahih)
 Penilaian dilakukan secara objektif berdasarkan prosedur yang jelas
 Penilaian dilakukan secara adil
b. Prinsip-prinsip Teknis
 Penilaian dilakukan secara terpadu
 Penilaian dilakukan secara terbuka
 Penilaian dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan
 Penilaian dilakukan secara sistematis
 Penilaian dilakukan mengacu pada kriteria
 Penilaian dilakukan dengan akuntabel
c. Mengacu pada Standar Pengolahan
 Menyusun program penilaian
 Menggunakan Standar Penilaian Pendidikan
 Menyusun catatan menyeluruh
 Mensosialisasikan hasil
 Menelaah perkembangan hasil belajar siswa
 Menetapkan prosedur penilaian
 Mengembalikan hasil kerja siswa yang telah dinilai
 Menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional
 Penggunaan TIK dalam pelaksanaan penilaian
 Menyusun ketentuan pelaksanaan penilaian
 Menggunakan instrumen penilaian yang beragam yang meliputi pilihan ganda, uraian,
penilaian tugas dan karya inovatif
 Mendokumentasikan penilaian
 Melaporkan hasil belajar kepada orang tua
5. Instrumen Standar Kompetensi Kelulusan, meliputi indikator operasional yaitu :
 Mengarahkan siswa dalam meningkatkan pengetahuan dan menjalankan perintah
agama
 Mengembangkan kemampuan diri siswa secara optimal
 Mengembangkan produk belajar siswa dalam kecakapan hidup yang realistik
27
 Mengembangkan kerjasama sosial
 Meningkatkan prestasi siswa dalam UN
 Menunjang target prestasi dalam kompetisi bidang akademik non akademik
 Mengembangkan inovasi karya siswa dalam bentuk produk belajar (teks, audio, video,
benda)
 Meningkatkan prestasi siswa dalam bidang TIK
 Mengembangkan siswa untuk melakukan kolaborasi berbasis TIK
 Mengembangkan kompetensi siswa bertaraf internasional
 Mengoptimalkan pencapaian hasil belajar
2. Instrumen Supervisi Manajerial
Supervisi manajerial menitikberatkan pada pengamatan pada aspek-aspek
pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung
(supporting) terlaksananya pembelajaran. Sementara supervisi akademik
menitikberatkan pada pengamatan supervisor terhadap kegiatan akademik, berupa
pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas.
Dalam Panduan Pelaksanaan Tugas Pengawas Sekolah/ Madrasah (Direktorat
Tenaga Kependidikan, 2008) dinyatakan bahwa supervisi manajerial adalah supervisi
yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan
peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi,
pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya manusia (SDM)
kependidikan dan sumberdaya lainnya.
Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial, pengawas sekolah/madrasah
berperan sebagai: (1) kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi,
pengembangan manajemen sekolah, (2) asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan
menganalisis potensi sekolah, (3) pusat informasi pengembangan mutu sekolah, dan
(4) evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan.
a. Prinsip-Prinsip Supervisi Manajerial
Beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam supervisi manajerial, adalah:
 Pengawas harus menjauhkan diri dari sifat otoriter, di mana ia bertindak sebagai
atasan dan kepala sekolah/guru sebagai bawahan.
28
 Supervisi harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis.
Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat terbuka, kesetiakawanan,
dan informal.
 Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi bukan tugas bersifat
sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan.
 Supervisi harus demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan
supervisi. Titik tekan supervisi yang demokratis adalah aktif dan kooperatif.
 Program supervisi harus integral. Di dalam setiap organisasi pendidikan terdapat
bermacam-macam sistem perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan.
 Supervisi harus komprehensif. Program supervisi harus mencakup keseluruhan
aspek, karena hakikatnya suatu aspek pasti terkait dengan aspek lainnya.
 Supervisi harus konstruktif. Supervisi bukanlah sekali-kali untuk mencari kesalahan-
kesalahan guru.
 Supervisi harus obyektif. Dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi,
keberhasilan program supervisi harus obyektif. Obyektivitas dalam penyusunan
program berarti bahwa program supervisi itu harus disusun berdasarkan persoalan
dan kebutuhan nyata yang dihadapi sekolah.
Dalam pelaksanaan supervisi manajerial, pengawas dapat menerapkan teknik
supervisi individual dan kelompok. Teknik supervisi individual di sini adalah
pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada kepala sekolah atau personil lainnya
yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan.
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang
ditujukan pada dua orang atau lebih. Kepala-kepala sekolah yang diduga, sesuai dengan
analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang
sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian
kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau
kebutuhan yang mereka hadapi.
c. Jenis Instrumen Supervisi Manajerial
Dalam mengembangkan instrumen supervisi terdapat lima jenis instrumen supervisi
manajerial, seperti berikut:
1. Administrasi Kurikulum dan Pembelajaran,
a) Administrasi Kurikulum
29
b) Administrasi Pembelajaran
2. Administrasi Kelas
a) Administrasi Pembelajaran
b) Administrasi Kelas
3. Administrasi dan Manajemen Sekolah
a) Program Kerja
b ) Peraturan dan Keputusan
c) Pembinaan
d) Administrasi Lainnya
4. Organisasi Dan Kelembagaan
a) Organisasi
b) Kelembagaan
5. Sarana Dan Prasarana
a) Ketenagaan
b) Pembiayaan
c) Peserta Didik
d) Peran serta Masyarakat
e) 10.Lingkungan Budaya Sekolah
2.3 Prosedur Pengembangan Instrumen Supervisi
Ada lima langkah utama dalam melakukan supervisi akademik, yaitu:
a) Menetapkan tolok ukur, yaitu menentukan pedoman yang digunakan.
b) Mengadakan penilaian, yaitu dengan cara memeriksa hasil pekerjaan yang nyata
telah dicapai.
c) Membandingkan antara hasil penilaian pekerjaan dengan yang seharusnya dicapai
sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan.
d) Menginventarisasi penyimpangan dan atau pemborosan yang terjadi (bila ada).
e) Melakukan tindakan korektif, yaitu mengusahakan agar yang direncanakan dapat
menjadi kenyataan.
30
Menurut Arikunto (1988: 48-52), langkah-langkah yang harus dilalui dalam menyusun
instrumen apapun, termasuk instrumen pengawasan sekolah adalah sebagai berikut:
a) Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang akan disusun.
Contoh: Tujuan menyusun angket untuk mengumpulkan data tentang besarnya
minat belajar dengan modul.
b) Membuat kisi-kisi yang memuat perincian variabel dan jenis instrumen yang akan
digunakan untuk mengukur bagian variabel yang bersangkutan. Contoh: Untuk
mengumpulkan data tentang kegiatan belajar mengajar di kelas diperlukan angket,
wawancara, observasi, dan dokumen.
c) Membuat butir-butir instrumen, Menyusun instrumen bukanlah pekerjaan yang
mudah. Bagi peneliti atau pengawas sekolah pemula, tugas menyusun instrumen
merupakan pekerjaan yang menantang. Diperlukan pemahaman yang mendalam
terhadap langkah-langkah kegiatan supervisi. Selainitupemahaman tentang
penyusunan instrumen yang baik dan benar sesuai dengan kebutuhan penyusunan
dan penggunaannya harus menjadi perhatian. Contoh instrumen supervisi ini dapat
dilihat pada halaman berikutnya di subbagian model supervisi.
d) Menyunting instrumen, apabila butir-butir instrumen sudah tersusun dengan
lengkap, maka penilai atau pengawas melakukan pekerjaan terakhir dari
penyusunan instrumen yaitu mengadakan penyuntingan (editing). Hal-hal yang
dilakukan dalam tahap-tahap ini adalah: 1) Mengurutkan butir menurut sistematika
yang dikehendaki penilai atau pengawas untuk mempermudah pengolahan data.
2) Menuliskan petunjuk pengisian, identitas dan sebagainya.
2.4 Teknik Mengembangkan Instrumen
Setidaknya ada dua cara dalam mengembangkan instrumen (alat ukur), yaitu: (1)
dengan mengembangkan sendiri; dan (2) dengan cara menyadur (adaptation). Ada
beberapa langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan sendiri instrumen
pengawasan sekolah. Langkah-langkah tersebut dapat mengikuti tahapan berikut:
a. Menentukan sasaran.
b. Menentukan variabel
c. Menentukan instrumen yang akan digunakan.
d. Menjabarkan bangun setiap variabel.
e. Menyusun kisi-kisi.
31
f. Penulisan butir-butir instrumen.
g. Mengkaji ulang instrumen tersebut yang dilakukan oleh pengawas sekolah.
h. Penyusunan perangkat instrumen sementara.
i. Melakukan uji coba dengan tujuan untuk mengetahui: (a) apakah instrumen itu dapat
diadministrasikan; (b) apakah setiap butir instrumen dapat dipahami; (c) apakah
instrumen tersebut valid; dan (d) mengetahui reliabilitas.
j. Perbaikan instrumen sesuai hasil uji coba.
k. Penataan kembali perangkat instrumen yang terpakai untuk memperoleh data yang
akan digunakan.
Bila pengawas sekolah ingin mengembangkan instrumen dengan prosedur adaptasi
(menyadur), maka langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Penelaahan instrumen asli dengan mempelajari panduan umum (manual) instrumen
dan butir-butir instrumen. Hal itu dilakukan untuk memahami (1) variabel; (2) kisi-
kisinya; (3) butir-butirnya; dan (4) cara penafsiran jawaban.
b) Penerjemahan setiap butir instrumen ke dalam bahasa Indonesia. Penerjemahan
dilakukan oleh dua orang secara terpisah.
c) Memadukan keduanya dari hasil terjemahan oleh kedua orang tersebut.
d) Penerjemahan kembali ke dalam bahasa aslinya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
kebenaran penerjemahan tadi.
e) Perbaikan butir instrumen bila diperlukan.
f) Uji pemahaman subjek terhadap butir instrumen.
g) Uji validitas instrumen.
h) Uji reliabilitas instrumen
Model Instrumen Pengawasan
Dalam tulisan ini akan dijelaskan beberapa instrumen yang dapat dikembangkan
atau digunakan oleh pengawas sekolah dalam upaya membantu menjalankan tugasnya.
a) Pedoman Observasi
Bagi kelancaran dan keefektivan obeservasi, supervisor hendaknya memiliki suatu
pedoman observasi yang harus direncanakan sebelum observasi dilaksanakan.
Karena observasi di sini sebagai teknik pengawasan, maka supervisor harus menetapkan:
 Apa yang harus diobservasi atau diawasi.
32
 Kriteria-kriteria yang dijadikan tolok ukur dengan mempertimbangkan
pengawasannya; dan sebagainya untuk memudahkan pengolahan data, maka
sebaiknya pedoman observasi menggunakan skala penilaian, antara lain; skala
angka (numerical scale), skala grafik (graphic scale), skala grafik
deskriptif (descriptive graphic scale) atau kartu nilai (score card).
Contoh Skala Angka
No Pernyataan Skala Penilaian
1 Pertanyaan diucapkan dengan jelas 5 4 3 2 1
2 Pertanyaan ditujukan kepada semua peserta
didik
5 4 3 2 1
3 Ada tenggang waktu antara pertanyaan dan
jawaban peserta didik
5 4 3 2 1
4 Pertanyaan didistribusikan kepada tiap
peserta didik
5 4 3 2 1
5 Pertanyaan membimbing ke arah berpikir
kreatif
5 4 3 2 1
Contoh Skala Grafik
No Aspek yang diamati A B C D E
1 Apakah guru merumuskan tujuan
instruksional secara khusus?
2 Apakah peserta didik aktif dalam belajar?
3 Apakah peserta didik menunjukkan
kreativitas dalam memecahkan
persoalan yang dihadapi dalam belajar?
4 Apakah guru terampil dalam
mengorganisasikan kegiatan belajar
mengajar?
5 Apakah dalam proses pembelajaran
dipergunakan cukup alat (media) pelajaran?
6 Apakah guru memahami dan membantu
peserta didik yang
mengalami kesulitan dalam belajar?
Keterangan:
A = Amat Baik,
B = Baik,
C = Cukup,
D = Kurang,
E = Kurang sekali.
33
Contoh Skala Grafik Deskriptif.
1.Sejauh mana guru berpartisipasi dalam rapat supervisi ini?
a. Tak pernah berpartisipasi; diam, pasif.
b. Berpartisipasi seperti peserta lainnya
c. Berpartisipasi lebih dari yang lain
Ulasan:………………………………………………………………………..
2.Sejauh mana tanggapan-tanggapan guru berhubungan dengan dengan topik yang sedang
didiskusikan?
a. Tanggapannya menyimpang dari topic
b. Tanggapan kadang-kadang membingungkan.
c. Tanggapan selalu dikaitkan dengan topic
Ulasan:……………………………………………………………….
34
Contoh Kartu Nilai
No
Aspek Pengawasan
Nilai
Ditetapkan Dicapai
1 Perumusan tujuan
a. Guru
b. Peserta didik
20
5
15
2 Kecakapan dan teknik
a. Keadaan fisik kelas
b. Teknik mengajar
30
5
25
3 Kemajuan Kelas
a. Sikap dan kebiasaan
b. Pengetahuan dan penguasaan
c. Keterampilan
30
10
15
5
4 Kerja sama
a. Profesional
b. Pribadi
10
5
5
5 Pendidikan dan perkembangan profesional
a. Pendidikan
b. Perkembangan profesional
10
5
5
Jumlah
100
b. Pedoman Wawancara (Interview)
Wawancara dapat digunakan untuk memperoleh atau informasi tambahan
berkaitan dengan pelakasaaan pembelajaran. Untuk kelancaran dan keefektipan proses
wawancara diperlukan pedoman wawancara.
35
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kegiatan supervisi pendidikan oleh pengawas satuan pendidikan memiliki
beberapa tahapan besar, yakni (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap
pelaporan dan sekaligus tahap penilaian. Hal lain yang terkait dengan kinerja supervisi
pendidikan adalah pengumpulan data dan penilaian. Kegiatan ini dianggap sangat penting
disamping untuk melihat keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai, juga akan
memberikan gambaran bagi kinerja selanjutnya, baik bagi personal maupun institusional.
Bagi personal, boleh jadi pengumpulan data dan penilaian merupakan cambuk yang sangat
berarti bagi mereka yang menerima isi laporan tersebut.
36
Daftar Pustaka
Depdikbud. 1996. Pedoman Kerja Pelaksanaan Supervisi. Jakarta: Depdikbud.
Margono, S. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Hadi, A dan Haryono. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Katiah, 2005. Pelaksanaan Pembelajaran Cooperation Academic Education Program
(Co-op) dalam Meningkatkan Kemandirian Mahasiswa. Tesis Pada PPS UPI.
Bandung: Tidak diterbitkan.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Metode dan Teknik Supervisi. Direktorat Tenaga
Kependidikan, Derektorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan.

More Related Content

What's hot

Blangko penilaian diskusi kelompok
Blangko penilaian diskusi kelompokBlangko penilaian diskusi kelompok
Blangko penilaian diskusi kelompokAcantha Ruama
 
Modul matematika-teori-belajar-polya
Modul matematika-teori-belajar-polyaModul matematika-teori-belajar-polya
Modul matematika-teori-belajar-polyaCha Aisyah
 
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannyaPermasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannyajhesica purba
 
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa AnakPemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa AnakHamdan Husein Batubara
 
Contoh rpp kurikulum 2013
Contoh rpp kurikulum 2013Contoh rpp kurikulum 2013
Contoh rpp kurikulum 2013Nia Piliang
 
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Sampahku, tanggung jawabku - Fase D.pdf
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Sampahku, tanggung jawabku - Fase D.pdfModul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Sampahku, tanggung jawabku - Fase D.pdf
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Sampahku, tanggung jawabku - Fase D.pdfavita12
 
Rencana pelaksanaan pembelajara kelas iii bangun datar
Rencana pelaksanaan pembelajara kelas iii bangun datarRencana pelaksanaan pembelajara kelas iii bangun datar
Rencana pelaksanaan pembelajara kelas iii bangun dataruniversitas samawa
 
21 cara untuk mengetahui pemahaman siswa
21 cara untuk mengetahui pemahaman siswa21 cara untuk mengetahui pemahaman siswa
21 cara untuk mengetahui pemahaman siswaDayatDays1
 
Modul Projek Berekayasa dan Berteknologi untuk Membanguan NKRI - Konten Media...
Modul Projek Berekayasa dan Berteknologi untuk Membanguan NKRI - Konten Media...Modul Projek Berekayasa dan Berteknologi untuk Membanguan NKRI - Konten Media...
Modul Projek Berekayasa dan Berteknologi untuk Membanguan NKRI - Konten Media...OchikaAyChie
 
Proposal Kegiatan Sharing is Caring Mamuju Mengajar
Proposal Kegiatan Sharing is Caring Mamuju MengajarProposal Kegiatan Sharing is Caring Mamuju Mengajar
Proposal Kegiatan Sharing is Caring Mamuju MengajarMuh Saleh
 
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1Alfan Fazan Jr.
 
Husna Laporan Observasi PLP 1.docx
Husna Laporan Observasi PLP 1.docxHusna Laporan Observasi PLP 1.docx
Husna Laporan Observasi PLP 1.docxAsmaulHusna660274
 
PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)
PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)
PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)Nastiti Rahajeng
 
Model-model Pengembangan Kurikulum
Model-model Pengembangan KurikulumModel-model Pengembangan Kurikulum
Model-model Pengembangan KurikulumArief Kurniatama
 
Lembar wawancara siswa
Lembar wawancara siswaLembar wawancara siswa
Lembar wawancara siswaAna Fitriana
 
Lembar observasi aktifitas siswa
Lembar observasi aktifitas siswaLembar observasi aktifitas siswa
Lembar observasi aktifitas siswayohanesagus
 
CONTOH RPP PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP MODEL 221.docx
CONTOH RPP PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP MODEL 221.docxCONTOH RPP PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP MODEL 221.docx
CONTOH RPP PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP MODEL 221.docxFriscaDwiSeptianaPut
 
Contoh Laporan PKP UT PGSD Matematika dan Bahasa Indonesia - Trapesium - Pema...
Contoh Laporan PKP UT PGSD Matematika dan Bahasa Indonesia - Trapesium - Pema...Contoh Laporan PKP UT PGSD Matematika dan Bahasa Indonesia - Trapesium - Pema...
Contoh Laporan PKP UT PGSD Matematika dan Bahasa Indonesia - Trapesium - Pema...Soal Universitas Terbuka
 
Ringkasan Materi Kuliah PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Ringkasan Materi Kuliah PERKEMBANGAN  PESERTA DIDIKRingkasan Materi Kuliah PERKEMBANGAN  PESERTA DIDIK
Ringkasan Materi Kuliah PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKsintaroyani
 

What's hot (20)

Blangko penilaian diskusi kelompok
Blangko penilaian diskusi kelompokBlangko penilaian diskusi kelompok
Blangko penilaian diskusi kelompok
 
Modul matematika-teori-belajar-polya
Modul matematika-teori-belajar-polyaModul matematika-teori-belajar-polya
Modul matematika-teori-belajar-polya
 
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannyaPermasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
 
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa AnakPemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
Pemerolehan dan Perkembangan Bahasa Anak
 
Contoh rpp kurikulum 2013
Contoh rpp kurikulum 2013Contoh rpp kurikulum 2013
Contoh rpp kurikulum 2013
 
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Sampahku, tanggung jawabku - Fase D.pdf
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Sampahku, tanggung jawabku - Fase D.pdfModul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Sampahku, tanggung jawabku - Fase D.pdf
Modul Projek Gaya Hidup Berkelanjutan - Sampahku, tanggung jawabku - Fase D.pdf
 
Rencana pelaksanaan pembelajara kelas iii bangun datar
Rencana pelaksanaan pembelajara kelas iii bangun datarRencana pelaksanaan pembelajara kelas iii bangun datar
Rencana pelaksanaan pembelajara kelas iii bangun datar
 
21 cara untuk mengetahui pemahaman siswa
21 cara untuk mengetahui pemahaman siswa21 cara untuk mengetahui pemahaman siswa
21 cara untuk mengetahui pemahaman siswa
 
Modul Projek Berekayasa dan Berteknologi untuk Membanguan NKRI - Konten Media...
Modul Projek Berekayasa dan Berteknologi untuk Membanguan NKRI - Konten Media...Modul Projek Berekayasa dan Berteknologi untuk Membanguan NKRI - Konten Media...
Modul Projek Berekayasa dan Berteknologi untuk Membanguan NKRI - Konten Media...
 
Proposal Kegiatan Sharing is Caring Mamuju Mengajar
Proposal Kegiatan Sharing is Caring Mamuju MengajarProposal Kegiatan Sharing is Caring Mamuju Mengajar
Proposal Kegiatan Sharing is Caring Mamuju Mengajar
 
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
RPP Lengkap Matematika Kelas 3 SD/MI semester 1
 
Husna Laporan Observasi PLP 1.docx
Husna Laporan Observasi PLP 1.docxHusna Laporan Observasi PLP 1.docx
Husna Laporan Observasi PLP 1.docx
 
Pedoman penskoran
Pedoman penskoranPedoman penskoran
Pedoman penskoran
 
PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)
PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)
PPT Sidang Skripsi R & D (109151415406)
 
Model-model Pengembangan Kurikulum
Model-model Pengembangan KurikulumModel-model Pengembangan Kurikulum
Model-model Pengembangan Kurikulum
 
Lembar wawancara siswa
Lembar wawancara siswaLembar wawancara siswa
Lembar wawancara siswa
 
Lembar observasi aktifitas siswa
Lembar observasi aktifitas siswaLembar observasi aktifitas siswa
Lembar observasi aktifitas siswa
 
CONTOH RPP PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP MODEL 221.docx
CONTOH RPP PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP MODEL 221.docxCONTOH RPP PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP MODEL 221.docx
CONTOH RPP PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP MODEL 221.docx
 
Contoh Laporan PKP UT PGSD Matematika dan Bahasa Indonesia - Trapesium - Pema...
Contoh Laporan PKP UT PGSD Matematika dan Bahasa Indonesia - Trapesium - Pema...Contoh Laporan PKP UT PGSD Matematika dan Bahasa Indonesia - Trapesium - Pema...
Contoh Laporan PKP UT PGSD Matematika dan Bahasa Indonesia - Trapesium - Pema...
 
Ringkasan Materi Kuliah PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
Ringkasan Materi Kuliah PERKEMBANGAN  PESERTA DIDIKRingkasan Materi Kuliah PERKEMBANGAN  PESERTA DIDIK
Ringkasan Materi Kuliah PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
 

Similar to Metode dan teknik pengumpulan data

PPT YULIANA NDRURU.pptx
PPT YULIANA NDRURU.pptxPPT YULIANA NDRURU.pptx
PPT YULIANA NDRURU.pptxGABerkatLaSe
 
8.vina serevina r.thomas pramanto h
8.vina serevina r.thomas pramanto h8.vina serevina r.thomas pramanto h
8.vina serevina r.thomas pramanto hvinaserevina
 
Laporan ojl kemitraan
Laporan ojl kemitraanLaporan ojl kemitraan
Laporan ojl kemitraanOmay Widyana
 
Artikel jurnal pendidikan bagi isu
Artikel jurnal pendidikan bagi isuArtikel jurnal pendidikan bagi isu
Artikel jurnal pendidikan bagi isuCik BaCo
 
Pengawasan dan penilaian satuan pendidikan.niabudiharti
Pengawasan dan penilaian satuan pendidikan.niabudihartiPengawasan dan penilaian satuan pendidikan.niabudiharti
Pengawasan dan penilaian satuan pendidikan.niabudihartiNia Budiharti
 
Pengawasan Supervisi Pendidikan.pdf
Pengawasan Supervisi Pendidikan.pdfPengawasan Supervisi Pendidikan.pdf
Pengawasan Supervisi Pendidikan.pdfZukét Printing
 
Pengawasan Supervisi Pendidikan.docx
Pengawasan Supervisi Pendidikan.docxPengawasan Supervisi Pendidikan.docx
Pengawasan Supervisi Pendidikan.docxZukét Printing
 
Final panduan ptk dbe 3 (hal. 1 26)
Final panduan ptk dbe 3 (hal. 1 26)Final panduan ptk dbe 3 (hal. 1 26)
Final panduan ptk dbe 3 (hal. 1 26)Mank Win
 
KONSEP DASAR MONITORING DAN EVALUASI PPT.pptx
KONSEP DASAR MONITORING DAN EVALUASI PPT.pptxKONSEP DASAR MONITORING DAN EVALUASI PPT.pptx
KONSEP DASAR MONITORING DAN EVALUASI PPT.pptxheddypetra1
 
MAKALAH MODEL EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN KIRPATRICKk.docx
MAKALAH MODEL EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN KIRPATRICKk.docxMAKALAH MODEL EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN KIRPATRICKk.docx
MAKALAH MODEL EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN KIRPATRICKk.docxSTKIP Muhamamdiyah Kalabahi
 
Kakubuteks evaluasi kurikulum
Kakubuteks evaluasi kurikulumKakubuteks evaluasi kurikulum
Kakubuteks evaluasi kurikulumKa Azizah
 
Makalah evaluasi hasil belajar (evaluasi program) amir
Makalah evaluasi hasil belajar (evaluasi program) amirMakalah evaluasi hasil belajar (evaluasi program) amir
Makalah evaluasi hasil belajar (evaluasi program) amirAmir Net
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxZukét Printing
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfZukét Printing
 
Model pengembangan addie
Model pengembangan addieModel pengembangan addie
Model pengembangan addieindrapratiwi86
 
1. Makalah Penyusunan Instrumen Penilaian.docx
1. Makalah Penyusunan Instrumen Penilaian.docx1. Makalah Penyusunan Instrumen Penilaian.docx
1. Makalah Penyusunan Instrumen Penilaian.docxNi'matu Zuhro
 
Makalah profesi pendidikan memonitor belajar siswa
Makalah profesi pendidikan memonitor belajar siswaMakalah profesi pendidikan memonitor belajar siswa
Makalah profesi pendidikan memonitor belajar siswaSiti Purwaningsih
 

Similar to Metode dan teknik pengumpulan data (20)

PPT YULIANA NDRURU.pptx
PPT YULIANA NDRURU.pptxPPT YULIANA NDRURU.pptx
PPT YULIANA NDRURU.pptx
 
8.vina serevina r.thomas pramanto h
8.vina serevina r.thomas pramanto h8.vina serevina r.thomas pramanto h
8.vina serevina r.thomas pramanto h
 
Evaluasi supervisi bk 1
Evaluasi supervisi bk 1Evaluasi supervisi bk 1
Evaluasi supervisi bk 1
 
Laporan ojl kemitraan
Laporan ojl kemitraanLaporan ojl kemitraan
Laporan ojl kemitraan
 
Artikel jurnal pendidikan bagi isu
Artikel jurnal pendidikan bagi isuArtikel jurnal pendidikan bagi isu
Artikel jurnal pendidikan bagi isu
 
Pengawasan dan penilaian satuan pendidikan.niabudiharti
Pengawasan dan penilaian satuan pendidikan.niabudihartiPengawasan dan penilaian satuan pendidikan.niabudiharti
Pengawasan dan penilaian satuan pendidikan.niabudiharti
 
Tugasan 1
Tugasan 1Tugasan 1
Tugasan 1
 
Pengawasan Supervisi Pendidikan.pdf
Pengawasan Supervisi Pendidikan.pdfPengawasan Supervisi Pendidikan.pdf
Pengawasan Supervisi Pendidikan.pdf
 
Pengawasan Supervisi Pendidikan.docx
Pengawasan Supervisi Pendidikan.docxPengawasan Supervisi Pendidikan.docx
Pengawasan Supervisi Pendidikan.docx
 
Final panduan ptk dbe 3 (hal. 1 26)
Final panduan ptk dbe 3 (hal. 1 26)Final panduan ptk dbe 3 (hal. 1 26)
Final panduan ptk dbe 3 (hal. 1 26)
 
KONSEP DASAR MONITORING DAN EVALUASI PPT.pptx
KONSEP DASAR MONITORING DAN EVALUASI PPT.pptxKONSEP DASAR MONITORING DAN EVALUASI PPT.pptx
KONSEP DASAR MONITORING DAN EVALUASI PPT.pptx
 
MAKALAH MODEL EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN KIRPATRICKk.docx
MAKALAH MODEL EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN KIRPATRICKk.docxMAKALAH MODEL EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN KIRPATRICKk.docx
MAKALAH MODEL EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN KIRPATRICKk.docx
 
Kakubuteks evaluasi kurikulum
Kakubuteks evaluasi kurikulumKakubuteks evaluasi kurikulum
Kakubuteks evaluasi kurikulum
 
Makalah evaluasi hasil belajar (evaluasi program) amir
Makalah evaluasi hasil belajar (evaluasi program) amirMakalah evaluasi hasil belajar (evaluasi program) amir
Makalah evaluasi hasil belajar (evaluasi program) amir
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docxMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.docx
 
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdfMenyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
Menyusun Penilaian Media Pembelajaran.pdf
 
Model pengembangan addie
Model pengembangan addieModel pengembangan addie
Model pengembangan addie
 
1. Makalah Penyusunan Instrumen Penilaian.docx
1. Makalah Penyusunan Instrumen Penilaian.docx1. Makalah Penyusunan Instrumen Penilaian.docx
1. Makalah Penyusunan Instrumen Penilaian.docx
 
Makalah profesi pendidikan memonitor belajar siswa
Makalah profesi pendidikan memonitor belajar siswaMakalah profesi pendidikan memonitor belajar siswa
Makalah profesi pendidikan memonitor belajar siswa
 
Latar belakang
Latar belakang Latar belakang
Latar belakang
 

Recently uploaded

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 

Metode dan teknik pengumpulan data

  • 1. METODE DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA DALAM SUPERVISI (Tugas Mata Kuliah Pengembangan Supervisi Pendidikan Fisika) Dosen : 1. Dr. Undang Rosidin, M.Pd. 2. Prof. Dr. Agus Suyatna, M.Si. Kelompok 7 1. Bayu Pranata (1723022001) 2. Erlita Yuani Putri (1723022013) MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2018
  • 2. ii KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Penulisan makalah ini adalah salah satu tugas mata kuliah Supervisi Pendidikan Fisika. Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan dari rekan-rekan semua. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd. dan Prof. Dr. Agus Suyatna, M.Si. selaku pengampu mata kuliah Supervisi Pendidikan Fisika yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada penulis sehingga termotivasi dalam menyelesaikan tugas ini. Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Bandar Lampung, 24 April 2018 Tim Penulis
  • 3. iii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL Kata Pengantar ...................................................................................................................... ii Daftar Isi................................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................2 1.3 Tujuan.............................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Menjelaskan Metode dan Teknik pengumpulan data dalam supervise.......................... 3 2.2 Jenis-jenis Instrumen dalam Supervisi.........................................................................24 2.3 Prosedur Pengembangan Instrumen Supervisi.............................................................30 2.4 Teknik Mengembangkan Instrumen.............................................................................31 BAB III KESIMPULAN Kesimpulan..........................................................................................................................35 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................36
  • 4. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan supervisi pendidikan oleh pengawas satuan pendidikan memiliki beberapa tahapan besar, yakni (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap pelaporan dan sekaligus tahap penilaian. Tahapan-tahapan tersebut merupakan kerangka acuan bagi kinerja pengawas pendidikan, sebab jika dalam tahapan tersebut ada salah satu yang terabaikan, maka akan berdampak pada kegiatan-kegiatan lainnya, sehingga pada gilirannya standar minimum yang tertuang dalam permen no 12 tahun 2006 pun akan terabaikan. Sebut saja perencanaan. Hal ini memang sesuatu yang dianggap sangat mendasar. Sebab jika pelaksanaan tanpa diawali dengan perencanaan yang matang, maka besar kemungkinan pelaksanaannya akan mengalami hambatan yang sangat berarti, terutama akan kesulitan dalam mengukur keberhasilan yang ditetapkan dan kesesuaian dengan standar yang berlaku. Demikian halnya dengan perencanaan yang dilakukan tanpa melalui kinerja kongkrit, tentu hal ini merupakan awang-awang belaka. Dengan kata lain bila perencanaan tidak dilaksanakan, maka hal tersebut merupakan kebohongan besar. Sehingga pada gilirannya apa yang diharapkan tidak akan menghasilkan apa-apa. Sebab sekecil apapun pekerjaan yang dilakukan, akan lebih baik jika direncanakan terlebih dahulu. Hal lain yang terkait dengan kinerja supervisi pendidikan adalah pengumpulan data dan penilaian. Kegiatan ini dianggap sangat penting disamping untuk melihat keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai, juga akan memberikan gambaran bagi kinerja selanjutnya, baik bagi personal maupun institusional. Bagi personal, boleh jadi pengumpulan data dan penilaian merupakan cambuk yang sangat berarti bagi mereka yang menerima isi laporan tersebut. Sebaliknya bagi mereka yang belum memahami atau belum bisa menerima koreksi, maka hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang membuka aib atau dianggap ’kurang kerjaan’. Terlepas dari kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh pengawas pendidikan, dalam konteks peningkatan mutu pendidikan, pengawas dihadapkan pada tantangan dan peluang-peluang untuk menciptakan sistem pelaporan yang transparan. Penyusunan laporan pengawasan akan memberikan peluang-peluang bagi yang dikoreksi atau yang
  • 5. 2 diawasi untuk senantiasa menyadari dengan sepenuh hati kekurangan atau ketidak berhasilan dalam kinerjanya selama ini. Oleh sebab itu pengawas hendaknya mampu menemukan model pelaporan sistem pengawasan yang mampu mengakomodasi kepentingan-kepentingan umum namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme. Dan dengan adanya mata kuliah supervisi pendidikan akan lebih menunjang para mahasiswa untuk mengetahui bagaimana mengawasi atau mensupervisi pada pendidikan yang baik. Dalam makalah ini akan kami paparkan beberapa konsep dasar tentang supervisi pendidikan beserta sub-subnya yang semuanya sudah kami sebutkan dalam rumusan masalah. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu : 1. Jelaskan metode dan teknik pengumpulan data supervisi? 2. Jelaskan jenis-jenis instrumen dalam supervisi ? 3. Jelaskan prosedur mengembangkan instrumen supervisi ? 4. Bagaimana melakukan pengembangan instrumen supervisi serta menganalisis kualitasnya? 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah yaitu : 1. Menjelaskan teknik dan pengumpulan data dalam supervise 2. Menjelaskan jenis-jenis instrumen dalam supervise 3. Menjelaskan prosedur mengembangkan instrumen supervise 4. Melakukan pengembangan instrumen supervisi serta menganalisis kualitasnya.
  • 6. 3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Metode dan Teknik pengumpulan data dalam supervisi 2.1.1 Supervisi Manajerial Metode utama yang mesti dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan dalam supervisi manajerial tentu saja adalah monitoring dan evaluasi. a. Monitoring/Pengawasan Monitoring adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah, apakah sudah sesuai dengan rencana, program, dan/atau standar yang telah ditetapkan, serta menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam pelaksanaan program. Monitoring lebih berpusat pada pengontrolan selama program berjalan dan lebih bersifat klinis. Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah atau pihak lain yang terkait untuk menyukseskan ketercapaian tujuan. Aspek-aspek yang dicermati dalam monitoring adalah hal-hal yang dikembangan dan dijalankan dalam Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). Dalam melakukan monitoring ini tentunya pengawas harus melengkapi diri dengan parangkat atau daftar isian yang memuat seluruh indikator sekolah yang harus diamati dan dinilai. Dalam perkembangan terakhir, kecenderungan pengawasan dalam dunia pendidikan juga mengikuti apa yang dilakukan pada industri, yaitu dengan menerapakan Total Quality Controll. Pengawasan ini tentu saja terfokus pada pengendalian mutu dan lebih bersifat internal. Oleh karena itu pada akhir-akhir ini setiap lembaga pendidikan umumnya memiliki unit penjaminan mutu. b. Evaluasi Kegiatan evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauhmana kesuksesan pelaksanaan penyelenggaraan sekolah atau sejauhmana keber- hasilan yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu. Tujuan evaluasi utamanya adalah untuk (a) mengetahui tingkat keterlaksanaan program, (b) mengetahui keberhasilan program, (c) mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan tahun berikutnya, dan (d) memberikan penilaian (judgement) terhadap sekolah.
  • 7. 4 a). Refleksi dan Focused Group Discussion Sesuai dengan paradigma baru manajemen sekolah yaitu pemberdayaan dan partisipasi, maka judgement keberhasilan atau kegagalan sebuah sekolah dalam melaksanakan program atau mencapai standar bukan hanya menjadi otoritas pengawas. Hasil monitoring yang dilakukan pengawas hendaknya disampaikan secara terbuka kepada pihak sekolah, terutama kepala sekolah, wakil kepala sekolah, komite sekolah dan guru. Secara bersama-sama pihak sekolah dapat melakukan refleksi terhadap data yang ada, dan menemukan sendiri faktor-faktor penghambat serta pendukung yang selama ini mereka rasakan. Forum untuk ini dapat ber- bentuk Focused Group Discussion (FGD), yang melibatkan unsur-unsur stakeholder sekolah. Diskusi kelompok terfokus ini dapat dilakukan dalam beberapa putaran sesuai dengan kebutuhan.Tujuan dari FGD adalah untuk menyatukan pandangan stakeholdermengenai realitas kondisi (kekuatan dan kelemahan) sekolah, serta menentukan langkah-langkah strategis maupun operasional yang akan diambil untuk memajukan sekolah. Peran pengawas dalam hal ini adalah sebagai fasilitator sekaligus menjadi narasumber apabila diperlukan, untuk memberikan masukan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya. b). Metode Delphi Metode Delphi dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu pihak sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya. Sesuai dengan konsep MBS, dalam merumuskan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS) sebuah sekolah harus memiliki rumusan visi, misi dan tujuan yang jelas dan realistis yang digali dari kondisi sekolah, peserta didik, potensi daerah, serta pandangan seluruh stakeholder. Sejauh ini kebanyakan sekolah merumuskan visi dan misi dalam susunan kalimat “yang bagus”, tanpa dilandasi oleh filosofi dan penda- laman terhadap potensi yang ada. Akibatnya visi dan misi tersebut tidak realistis, dan tidak memberikan inspirasi kepada warga sekolah untuk mencapainya. Metode Delphi merupakan cara yang efisien untuk melibatkan banyak stakeholder sekolah tanpa memandang faktor-faktor status yang sering menjadi kendala dalam sebuah diskusi atau musyawarah. Misalnya sekolah mengadakan pertemuan bersama antara sekolah, dinas pendidikan, tokoh masyarakat, orang murid dan guru, maka biasanya pembicaraan hanya didominasi oleh orang-orang tertentu yang
  • 8. 5 percaya diri untuk berbicara dalam forum. Selebihnya peserta hanya akan menjadi pendengar yang pasif. Metode Delphi dapat disampaikan oleh pengawas kepada kepala sekolah ketika hendak mengambil keputusan yang melibatkan banyak pihak. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami persoalan dan hendak dimintai pendapatnya mengenai pengembangan sekolah; b. Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis tanpa disertai nama/identitas; c. Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar urutannya sesuai dengan jumlah orang yang berpendapat sama. d. Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai pihak tersebut untuk diberikan urutan prioritasnya. e. Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan menyampaikan hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta yang dimintai pendapatnya. c). Workshop Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang dapat ditempuh pengawas dalam melakukan supervisi manajerial. Metode ini tentunya bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah. Penyelenggaraan workshop ini tentu disesuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan dapat diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah atau orga- nisasi sejenis lainnya. Sebagai contoh, pengawas dapat mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop tentang pengembangan KTSP, sistem ddministrasi, peran serta masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya. 2.1.2 Supervisi Akademik Di muka telah dijelaskan bahwa supervisi akademik ditujukan untuk membantu guru meningkatkan pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan belajar siswa. Sesuai dengan tujuannya tersebut maka istilah yang sering digunakan adalah supervisi pengajaran (instructional supervision).
  • 9. 6 Terdapat beberapa metode dan teknik supervisi yang dapat dilakukan pengawas. Metode-metode tersebut dibedakan antara yang bersifat individual dan kelompok. Pada setiap metode supervisi tentunya terdapat kekuatan dan kelamahan. Ada bermacam-macam teknik supervisi akademik dalam upaya pembinaan kemampuan guru. Dalam hal ini meliputi pertemuan staf, kunjungan supervisi, buletin profesional, perpustakaan profesional, laboratorium kurikulum, penilaian guru, demonstrasi pembelajaran, pengembangan kurikulum, pengambangan petunjuk pembelajaran, darmawisata, lokakarya, kunjungan antarkelas, bacaan profesional, dan survei masyarakat-sekolah. Jadi, teknik-teknik supervisi itu bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu. teknik supervisi individual, dan teknik supervisi kelompok. 1. Teknik Supervisi Individual Teknik supervisi individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru yang dipandang memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik supervisi yang dikelompokkan sebagai teknik individual meliputi: kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antarkelas, dan menilai diri sendiri. Berikut ini dijelaskan pengertian-pengertian dasarnya secara singkat satu persatu. a). Kunjungan Kelas Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah, pengawas, dan pembina lainnya dalam rangka mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga memperoleh data yang diperlukan dalam rangka pembinaan guru. Tujuan kunjungan ini adalah semata-mata untuk menolong guru dalam mengatasi kesulitan atau masalah mereka di dalam kelas. Melalui kunjungan kelas, guru-guru dibantu melihat dengan jelas masalah-masalah yang mereka alami. Menganalisisnya secara kritis dan mendorong mereka untuk menemukan alternatif pemecahannya. Kunjungan kelas ini bisa dilaksanakan dengan pemberitahuan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, dan bisa juga atas dasar undangan dari guru itu sendiri. Ada empat tahap kunjungan kelas. Pertama, tahap persiapan. Pada tahap ini, supervisor merencanakan waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas. Kedua, tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini, supervisor mengamati
  • 10. 7 jalannya proses pembelajaran berlangsung. Ketiga, tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini, supervisor bersama guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi, sedangkan tahap terakhir adalah tahap tindak lanjut. Ada beberapa kriteria kunjungan kelas yang baik, yaitu: (1) memiliki tujuan-tujuan tertentu; (2) mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki kemampuan guru; (3) menggunakan instrumen observasi tertentu untuk mendapatkan daya yang obyektif; (4) terjadi interaksi antara pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengertian; (5) pelaksanaan kunjungan kelas tidak menganggu proses belajar mengajar; (6) pelaksanaannya diikuti dengan program tindak lanjut. b). Observasi Kelas Observasi kelas secara sederhana bisa diartikan melihat dan memperhatikan secara teliti terhadap gejala yang nampak. Observasi kelas adalah teknik observasi yang dilakukan oleh supervisor terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Tujuannya adalah untuk memperoleh data seobyektif mungkin mengenai aspek-aspek dalam situasi belajar mengajar, kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam usaha memperbaiki proses belajar mengajar. Secara umum, aspek-aspek yang diamati selama proses pembelajaran yang sedang berlangsung adalah: 1) usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran 2) cara penggunaan media pengajaran 3) reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar 4) keadaan media pengajaran yang dipakai dari segi materialnya. Pelaksanaan observasi kelas ini melalui beberapa tahap, yaitu: (1) persiapan observasi kelas; (2) pelaksanaan observasi kelas; (3) penutupan pelaksanaan observasi kelas; (4) penilaian hasil observasi; dan (5) tindak lanjut. Dalam melaksanakan observasi kelas ini, sebaiknya supervisor menggunakan instrumen observasi tertentu, antara lain berupa evaluative check-list, activity check-list. c). Pertemuan Individual Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara pembina atau supervisor guru, guru dengan guru, mengenai usaha meningkatkan kemampuan profesional guru. Tujuannya adalah: (1) memberikan kemungkinan
  • 11. 8 pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan yang dihadapi; (2) mengembangkan hal mengajar yang lebih baik; (3) memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru; dan (4) menghilangkan atau menghindari segala prasangka yang bukan-bukan. Dalam percakapan individual ini supervisor harus berusaha mengem- bangkan segi-segi positif guru, mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, dan memberikan pengarahan, hal-hal yang masih meragukan sehingga terjadi kesepakatan konsep tentang situasi pembelajaran yang sedang dihadapi. d). Kunjungan Antar Kelas Kunjungan antarkelas dapat juga digolongkan sebagai teknik supervisi secara perorangan. Guru dari yang satu berkunjung ke kelas yang lain dalam lingkungan sekolah itu sendiri. Dengan adanya kunjungan antarkelas ini, guru akan memperoleh pengalaman baru dari teman sejawatnya mengenai pelaksanaan proses pembelajaran pengelolaan kelas, dan sebagainya. Agar kunjungan antarkelas ini betul-betul bermanfaat bagi pengem- bangan kemampuan guru, maka sebelumnya harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh supervisor apabila menggunakan teknik ini dalam melaksanakan supervisi bagi guru-guru. a. Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi dengan sebaik-baiknya. Upayakan mencari guru yang memang mampu memberikan pengalaman baru bagi guru-guru yang akan mengunjungi. b. Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi. c. Sediakan segala fasilitas yang diperlukan dalam kunjungan kelas. d. Supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan cermat. Amatilah apa-apa yang ditampilkan secara cermat, dan mencatatnya pada format-format tertentu. e. Adakah tindak lanjut setelah kunjungan antarkelas selesai. Misalnya dalam bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu. f. Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi. g. Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.
  • 12. 9 e). Menilai Diri Sendiri Menilai diri sendiri merupakan satu teknik individual dalam supervisi pendidikan. Penilaian diri sendiri merupakan satu teknik pengembangan profesional guru. Penilaian diri sendiri memberikan informasi secara obyektif kepada guru tentang peranannya di kelas dan memberikan kesempatan kepada guru mempelajari metoda pengajarannya dalam mempengaruhi murid. Semua ini akan mendorong guru untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya. Nilai diri sendiri merupakan tugas yang tidak mudah bagi guru. Untuk mengukur kemampuan mengajarnya, di samping menilai murid-muridnya, juga menilai dirinya sendiri. Ada beberapa cara atau alat yang dapat digunakan untuk menilai diri sendiri, antara lain sebagai berikut. Suatu daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, dengan tidak perlu menyebut nama. Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja. Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka bekerja secara perorangan maupun secara kelompok. 2. Teknik Supervisi Kelompok Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. Ada tiga belas teknik supervisi kelompok, sebagai berikut. a) Kepanitiaan-kepanitiaan b) Kerja kelompok c) Laboratorium kurikulum d) Baca terpimpin e) Demonstrasi pembelajaran f) Darmawisata g) Kuliah/studi h) Diskusi panel i) Perpustakaan jabatan
  • 13. 10 j) Organisasi profesional k) Buletin supervisi l) Pertemuan guru m) Lokakarya atau konferensi kelompok Teknik supervisi kelompok ini tidak akan dibahas satu persatu, karena sudah banyak buku yang secara khusus membahasnya. Satu hal yang perlu ditekankan di sini bahwa tidak ada satupun di antara teknik-teknik supervisi kelompok di atas yang cocok atau bisa diterapkan untuk semua pembinaan dan guru di sekolah. Artinya, akan ditemui oleh kepala sekolah adanya satu teknik tertentu yang cocok diterapkan untuk membina seorang guru tetapi tidak cocok diterapkan pada guru lain. Oleh sebab itu, seorang kepala sekolah harus mampu menetapkan teknik-teknik mana yang sekiranya mampu membina keterampilan pembelajaran seorang guru. Menetapkan teknik-teknik supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah. Seorang pengawas , selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang akan dibina, juga harus mengetahui karakteristik setiap teknik di atas dan sifat atau kepribadian guru, sehingga teknik yang digunakan betul-betul sesuai dengan guru yang sedang dibina melalui supervisi akademik. Sehubungan dengan kepribadian guru, Lucio dan McNeil (1979) menyarankan agar kepala sekolah mempertimbangkan enam faktor kepribadian guru, yaitu kebutuhan guru, minat guru, bakat guru, temperamen guru, sikap guru, dan sifat-sifat somaticguru. 2.1.3 Langkah-langkah Pembinaan Kemampuan Guru Ada lima langkah pembinaan kemampuan guru melalui supervisi akademik, yaitu: (1) menciptakan hubungan-hubungan yang harmonis, (2) analisis kebutuhan, (3) mengembangkan strategi dan media, (4) menilai, dan (5) revisi a. Menciptakan Hubungan yang Harmonis. Langkah pertama dalam pembinaan keterampilan pembelajaran guru adalah menciptakan hubungan yang harmonis antara pengawas dan guru, serta semua pihak yang terkait dengan program pembinaan keterampilan pembelajaran guru. Dalam upaya melaksanakan supervisi akademik memang diperlukan kejelasan informasi antar personil yang terkait. Tanpa kejelasan informasi, guru akan kebingungan, tidak tahu yang
  • 14. 11 diharapkan kepala sekolah, dan meyakini bahwa tujuan pokok dalam pengukuran kemampuan guru, sebagai langkah awal setiap pembinaan keterampilan pembelajaran melalui supervisi akademik, adalah hanya untuk mengidentifikasi guru yang baik dan yang kurang terampil dalam mengajar. Padahal seandainya ada kejelasan informasi, tentu tidak akan terjadi guru yang demikian. Komunikasi antara kepala sekolah dan guru dikatakan efektif apabila guru benar- benar menerima supervisi akademik sebagai upaya pembinaan kemampuannya. Dalam upaya ini, diperlukan kejelasan informasi mengenai hakikat dan tujuan supervisi akademik. Dalam upaya memperjelas program supervisi akademik, tentu diperlukan suatu cara dan prinsip-prinsip tertentu dalam berkomunikasi. Bagaimanakah berkomunikasi secara efektif. Ada sejumlah prinsip komunikasi yang harus diterapkan oleh kepala sekolah, sebagaimana dikemukakan oleh Marks, Stoops dan Stoops, sebagai berikut.  Berbicaralah sebijaksana dan sebaik mungkin  Ikutilah pembicaraan orang lain secara saksama  Ciptakan hubungan interpersonal antar personil  Berpikirlah sebelum berbicara  Ikutilah norma-norma yang berlaku pada latar sekolah  Usahakanlah untuk memahami pendapat orang lain  Konsentrasikan pada pesanmu, bukan pada dirimu sendiri  Kumpulkan materi untuk mengadakan diskusi bila perlu  Persingkat pembicaraan  Ciptakan ketidaksanggupan  Bersemangatlah  Raihlah sikap orang lain untuk membantu program  Berkomunikasilah dengan “eye communication”  Selalu mencoba  Jadilah pendengar yang baik  Ketahuilah kapan sebaiknya berhenti berkomunikasi b. Analisis Kebutuhan Sebagai langkah kedua dalam pembinaan keterampilan pengajaran guru adalah analisis kebutuhan (needs assessment). Secara hakiki, analisis kebutuhan merupakan upaya menentukan perbedaan antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
  • 15. 12 dipersyaratkan dan yang secara nyata dimiliki. Prinsip supervisi pengajaran yang ketujuh, sebagaimana telah dikemukakan di muka, adalah obyektif, artinya dalam penyusunan program supervisi pengajaran harus didasarkan pada kebutuhan nyata pengembangan profesional guru. Dalam upaya memenuhi prinsip ini diperlukan analisis kebutuhan tentang keterampilan pengajaran guru yang harus dikembangkan melalui supervisi pengajaran. Adapun langkah-langkah menganalisis kebutuhan sebagai berikut.  Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan atau masalah-masalah pendidikan – perbedaan (gap) apa saja yang ada antara pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang nyata dimiliki guru dan yang seharusnya dimiliki guru? Perbedaan di kelompok, disintesiskan, dan diklasifikasi.  Mengidentifikasi lingkungan dan hambatan-hambatannya.  Menetapkan tujuan umum jangka panjang.  Mengidentifikasi tugas-tugas manajemen yang dibutuhkan fase ini, seperti keuangan, sumber-sumber, perlengkapan dan media.  Mencatat prosedur-prosedur untuk mengumpulkan informasi tambahan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki guru. Pergunakanlah teknik-teknik tertentu, seperti mengundang konsultan dari luar sekolah, wawancara, dan kuesioner.  Mengidentifikasi dan mencatat kebutuhan-kebutuhan khusus pembinaan keterampilan pembelajaran guru. Pergunakanlah kata-kata perilaku atau performansi.  Menetapkan kebutuhan-kebutuhan pembinaan keterampilan pembelajaran guru yang bisa dibina melalui teknik dan media selain pendidikan.  Mencatat dan memberi kode kebutuhan-kebutuhan pembinaan keterampilan pembelajaran guru yang akan dibina melalui cara-cara lainnya. c. Pelaksanaan Supervisi Akademik Setelah tujuan-tujuan pembinaan keterampilan pengajaran berdasarkan kebutuhan- kebutuhan pembinaan yang diperoleh melalui analisis kebutuhan di atas, kepala sekolah menganalisis setiap tujuan untuk menentukan bentuk-bentuk teknik dan media supervisi akademik yang akan digunakan. Setelah mengembangkan teknik dan media supervisi akademik, mulailah dilakukan pembinaan keterampilan pembelajaran guru dengan menggunakan teknik dan media tertentu sebagaimana telah dikembangkan. Mengenai teknik-teknik supervisi, baik yang
  • 16. 13 individual maupun kelompok, dan medianya akan diuraikan secara khusus pada akhir bab ini. d. Penilaian Keberhasilan Supervisi Akademik Penilaian merupakan proses sistematik untuk menentukan tingkat keberhasilan yang dicapai. Dalam konteks supervisi akademik, penilaian merupakan proses sistematik untuk menentukan tingkat keberhasilan yang dicapai dalam pembinaan keterampilan pembelajaran guru. Tujuan penilaian pembinaan keterampilan pembelajaran adalah untuk: (1) menentukan apakah pengajar (guru) telah mencapai kriteria pengukuran sebagaimana dinyatakan dalam tujuan pembinaan, dan (2) untuk menentukan validitas teknik pembinaan dan komponen-komponennya dalam rangka perbaikan proses pembinaan berikutnya. Prinsip dasar dalam merancang dan melaksanakan program penilaian adalah bahwa penilaian harus mengukur performansi atau perilaku yang dispesifikasi pada tujuan supervisi akademik guru. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.  Katakan dengan jelas teknik-teknik penilaian.  Tulislah masing-masing tujuan.  Pilihlah atau kembangkan instrumen-instrumen pengukuran yang secara efektif bisa menilai hasil yang telah dispesifikasi.  Uji lapangan untuk mengetahui validitasnya.  Organisasikan, analisis, dan rangkumlah hasilnya. e. Perbaikan Program Supervisi Akademik Sebagai langkah terakhir dalam pembinaan keterampilan pengajaran guru adalah merevisi program pembinaan. Revisi ini dilakukan seperlunya, sesuai dengan hasil penilaian yang telah dilakukan. Langkah-langkahnya sebagai berikut.  Me-review rangkuman hasil penilaian.  Apabila ternyata tujuan pembinaan keterampilan pengajaran guru tidak dicapai, maka sebaiknya dilakukan penilaian ulang terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap guru yang menjadi tujuan pembinaan.  Apabila ternyata memang tujuannya belum tercapaim maka mulailah merancang kembali program supervisi akademik guru untuk masa berikutnya.
  • 17. 14  Mengimplementasikan program pembinaan yang telah dirancang kembali pada masa berikutnya. 2.1.4 Media, Sarana, dan Sumber Keterampilan pembelajaran guru dengan menggunakan teknik supervisi akademik tertentu diperlukan media, sarana, maupun sumber-sumber tertentu. Apabila digunakan teknik buletin supervisi dalam membina keterampilan pembelajaran guru, maka diperlukan buletin sebagai media atau sumbernya. Apabila digunakan teknik darmawisata dan membina guru maka diperlukan tempat tertentu sebagai sumber belajarnya. Apabila digunakan perpustakaan jabatan sebagai pusat pembinaan keterampilan pembelajaran guru maka diperlukan buku-buku, ruang khusus, dan sarana khusus, sebagai sarana dan sumber belajar. Demikianlah seterusnya untuk teknik-teknik supervisi akademik lainnya, semuanya memerlukan media, sarana, dan sumber sebagai penunjang pelaksanaannya. 2.1.5 Instrumen Pengukuran Kemampuan Guru Pada bab awal telah ditegaskan bahwa esensial supervisi akademik itu sama sekali bukan mengukur unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan bagaimana membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya. Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari pengukuran kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Pengukuran kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan dalam proses supervisi pembelajaran. Prinsip dasar ini tampak jelas sekali pada langkah-langkah pembinaan keterampilan pembelajaran guru. Menurut Marks, Stoops dan Stoops, sebagaimana telah dibahas di muka, di mana salah satu langkahnya berupa analisis kebutuhan. Esensial langkah atau fase analisis kebutuhan ini adalah mengukur pengetahuan dan kemampuan untuk menentukan pengetahuan dan kemampuan mana pada guru yang harus dibina. Ini berarti dalam setiap merencanakan dan memprogram supervisi akademik selalu diperlukan instrumen pengukuran. Instrumen pengukuran ini, baik pengetahuan maupun kemampuan, bila berupa tes- tes tertentu yang secara valid dan reliabel bisa mengukur pengetahuan dan kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Khusus untuk mengukur kemampuan guru, karena lebih berbentuk performansi atau perilaku (behavioral), biasanya digunakan instrumen observasi yang mengamati unjuk kerja guru dalam mengelola proses
  • 18. 15 pembelajaran. Instrumen ini banyak diambil dari yang sudah ada, yang sudah valid dan reliabel, maupun dikembangkan sendiri oleh supervisor. Apabila kepala sekolah ingin mengembangkan sendiri instrumen observasi maka disarankan agar merujuk kepada jenis- jenis kemampuan pembelajaran yang menang harus dimiliki oleh guru. Setiap jenis kemampuan yang dikembangkan dalam instrumen observasi harus disediakan skala pengukuran. Ada bermacam-macam skala pengukuran, misalnya skala tigas, skala lima, dan skala tujuh. Apabila digunakan skala tiga, maka bentuknya menjadi tidak mampu (1) cukup mampu (2) dan mampu (3). Apabila digunakan skala lima, maka bentuknya menjadi sangat kurang mampu (1) kurang mampu (2) cukup mampu (3) mampu (4) dan sangat mampu (5). Nantinya apabila telah digunakan, maka semakin kecil skor kemampuannya (kategori kemampuannya) berarti semakin perlu dibina. Semakin rendah skornya berarti guru semakin tidak mampu mengelola proses pembelajaran. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI pernah mengembangkan satu instrumen pengukuran yang disebut dengan Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG). APKG ini merupakan instrumen yang kembangkan dan resmi digunakan untuk mengukur kemampuan guru yang bersifat generic essensial. Dikatakangeneric karena kemampuan tersebut secara umum harus dimiliki oleh setiap guru bidang studi apapun. Dikatakan essential karena kemampuan tersebut merupakan kemampuan-kemampuan yang penting saja. Ini tidak berarti bahwa kemampuan yang lain tidak perlu melainkan masih sangat diperlukan hanya harus diukur melalui instrumen lainnya (Depdikbud, 1996). 1. Teknik Instrumen Dalam laporan harus dituliskan metode atau teknik dan instrumen pengumpulan data yang digunakan. Instrumen yang dipergunakan dalam pengumpulan data tergantung pada teknik pengumulan data yang dilakukan. Karena supervisi di dalamnya ada kegiatan penelitian atau pengumpulan data, maka teknik dan instrumen pengumpulan data dapat mengikuti teknik dan pengumpulan data yang biasa terdapat dalam metode penelitian. Dengan mengadopsi pendapat Margono (2004: 155-156), untuk menyusun instrumen pengumpulan data dalam supervisi pendidikan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:  Masalah atau bidang garapan yang akan diambil datanya harus spesifik sehingga dengan mudah dapat menentukan jenis instrumen yang akan digunakan.
  • 19. 16  Sumber data atau informasi baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistematika item dalam instrumen pengumpulan data.  Keterampilan dalam instrumen itu sendiri sebagai alat pengumpul data baik dari keajegan, keshahihan maupun objektivitasya.  Jenis data yang diharapkan dari penggunaan dari penggunaan instrumen harus jelas, sehingga supervisor dapat memperkirakan cara analisis data guna pemecahan masalah supervisi pendidikan.  Mudah dan praktis digunakan akan tetapi dapat menghasilkan data yang diperlukan. Adapun teknik dan instrumen yang dapat digunakan untuk pengumpulan data dalam supervisi pendidikan ialah: 1. Teknik Observasi Margono (2004: 158) menyatakan bahwa observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Instrumen yang dapat digunakan dalam teknik observasi ialah: a) Catatan anekdot (anecdotal record), yaitu alat untuk mencatat gejala-gejala khusus atau luar biasa menurut urutan kejadian. Catatan dibuat segera setelah peristiwa terjadi. Pencatatan ini dilakukan terhadap bagaimana kejadiannya, bukan pendapat si pencatat tentang kejadian tersebut. b) Catatan berkala (insidental record). Pencatatan berkala walaupun dilakukan berurutan menurut waktu munculnya suatu gejala, tidak dilakukan secara terus-menerus, melainkan pada waktu tertentu, dan terbatas pula pada jangka waktu yang ditetapkan untuk tiap-tiap kali pengamatan. c) Daftar cek (check list), yaitu penataan data dengan mempergunakan suatu daftar yang memuat nama observer disertai jenis gejala yang akan diamati. Tugas observer memberi tanda cek pada gejala yang muncul. d) Skala nilai (rating scale). Pencatatan data dengan alat ini dilakukan seperti check list. Perbedaannya terletak pada kategorisasi gejala yang dicatat. Di dalam rating scale tidak sekedar terdapat nama objek yang diobservasi dan gejala yang akan diselidiki akan tetapi tercantum kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan atau jenjang setiap gejala tersebut.
  • 20. 17 e) Peralatan Mekanis (mechanical device). Pencatatan data dengan alat ini tidak dilakukan pada saat observasi berlangsung, karena seluruh atau sebagian peristiwa direkam dengan alat elektronik sesuai dengan keperluan. Misalnya peristiwa di film, photo, rekaman, menggunakan video kaset dan lain-lain. 2. Teknik Komunikasi Yang dimaksud dengan teknik komunkasi menurut Margono (2004: 165) ialah cara mengumpulkan data melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data dengan sumber data. Dalam pelaksanaannya dapat dibedakan ke dalam dua cara, yaitu (1) teknik komunikasi langsung yaitu teknik pengumpulan data dengan mempergunakan interview sebagai alatnya. Dan (2) teknik komunikasi secara tidak langsung, yaitu teknik pengumpulan data dengan mempergunakan angket atau kuesioner sebagai alatnya. a) Interview. Margono (2004: 165) menyatakan bahwa interviu adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Interviu terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu interviu berstruktur (menggunakan pedoman wawancara) dan interviu tidak terstruktur (tidak menggunakan pedoman wawancara). b) Angket. Margono (2004: 167) menyatakan bahwa kuesioner adalah suatu alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara tertulis pula oleh responden. Kuesioner terbagi ke dalam empat kelompok, yaitu:  kuesioner bestruktur/tertutup, yaitu kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai sejumlah alternatif jawaban yang disediakan. Responden dalam menjawab terikat pada sejumlah kemungkinan jawaban yang sudah disediakan.  Kuesioner tak berstruktur/terbuka. Yaitu kuesioner di mana responden secara bebas menurut pendapatnya sendiri dalam menjawab setiap pertanyaan.  Kuesioner kombinasi berstruktur dan tak berstruktur. Dalam angket ini, di satu pihak memberi alternatif jawaban yang harus dipilih dan di lain pihak memberi kebebasan kepada responden untuk menjawab secara bebas lanjutan dari jawaban pertanyaan sebelumnya.  Kuesioner semi terbuka. Kuesioner ini memberikan kebebasan kemungkinan menjawab selain dari alternatif jawaban yang sudah tersedia.
  • 21. 18 3. Teknik Pengukuran Alat-alat atau instrumen pengumpulan data yang tergolong ke dalam teknik pengukuran antara lain: a) Tes, yaitu seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Tes dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu tes lisan dan tes tertulisan. Tes lisan yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara lisan tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang diberikan secara lisan pula. b) Sedangkan tes tertulis yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara tertulis tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban yang diberikan secara tetulis pula. c) Daftar inventori kekpribadian. Daftar ini dimaksudkan untuk mendapatkan ukuran kepribadian dari objek data. Dalam daftar inventori para subjek diberi bermacam- macam pernyataan yang menggambarkan pola-pola tingkah laku, mereka diminta untuk menunjukkan apakah tiap-tiap pertanyaan pernyataan itu merupakan ciri tingkah laku mereka, dengan jalan memberi tanda cek pada jawaban ya, tidak atau tidak tahu. Skor dihitung dengan jalan menunjukkan jawaban yang sesuai dengan sifat yang diukur oleh supervisor. d) Teknik proyektif. Teknik proyektif adalah ukuran yang dilakukan dengan cara meminta seseorang memberikan respon kepada suatu stimulus yang bermakna ganda atau yang tak tersusun, teknik ini disebut teknik proyeksi karena seseorang diharapkan memproyeksikan kebutuhan, keinginan, ketakutan, kecemasannya sendiri ke dalam stimulus-stimulus tersebut. e) Skala. Margono (2004: 174) menyatakan bahwa skala adalah seperangkat nilai angka yang ditetapkan kepada subjek, objek atau tingkah laku dengan tujuan mengetahui sifat. Skala atau rating skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yang dibuat skala. Walaupun bertingkat ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu tentang program dan orang. Instrumen ini dapat dengan mudah memberikan gambaran penampilan, terutama penampilan di dalam melaksanakan tugas, yang menunjukkan frekuensi munculnya sifat-sifat. (Arikunto, 2002: 134).
  • 22. 19 4. Teknik Sosiometri Teknik sosiometri dipakai untuk mempelajari organisasi organisasi kelompok- kelompok kecil. Prosedur dasarnya dapat berupa permintaan kepada para anggota suatu kelompok untuk menunjuk teman pilihan mereka yang pertama, kedua dan seterusnya menurut kriteria tertentu. Melalui teknik ini dapat diketahui anggota kelompok yang populer. 5. Teknik Dokumenter Teknik dokumenter merupakan cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan permasalahan yang ingin diketahui (Margono, 2004: 181). Menurut Arikunto (2002: 135) dalam studi dokumentasi dapat dilaksanakan dengan menggunakan istrumen/alat bantu berupa: (1) pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya, dan (2) check list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Dalam check list supervisor tinggal memberikan tanda atau tally setiap pemunculan gejala yang dimaksud. 6. Teknik Analisis Data 6.1 Analisis Data Kualitatif Tahap pengolahan dan analisis data merupakan tahapan penting dalam kegiatan supervisi pendidikan. Melalui tahapan ini, data yang terkumpul akan memiliki makna yang berarti. Menurut Patton (Katiah, 2005: 125) analisis data adalah: Proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan suatu uraian dasar yang membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian tertentu sehingga diperoleh jawaban terhadap permasalahan penelitian. Data kualitatif dapat terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, biografi, artikel dan sebagainya. Pekerjaan dalam hal ini adalah mengartikan, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode dan mengkategorikannya.
  • 23. 20 Dalam menganalisis data dapat mengikuti pendapat Hadi dan Haryono (2005: 61- 62) yang menyatakan bahwa langkah-langkah analisis secara garis besar meliputi: (1) reduksi data; (2) display data; dan (3) pengambilan kesimpulan dan verifikasi. a. Reduksi Data Jika dalam data yang terkumpul erdapat data yang bersifat kuantitatif, yaitu data dalam bentuk angka-angka, maka sebaiknya angka-angka itu jangan dipisahkan kata- katanya secara kontekstual, sehingga tidak mengurangi maknanya. Katiah (2005: 125) menyatakan bahwa reduksi data adalah membuat abstraksi atau merangkum data dalam suatu laporan yang sistematis difokuskan pada hal-hal yang inti. Laporan-laporan itu perlu direduksi, yaitu dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian. Kemudia mencari temanya. Hadi dan Haryono (2005: 62) menyatakan bahwa data-data yang direduksi memberikan gambaran yang tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya jika sewaktu-waktu diperlukan. Reduksi dapat pula membantu dalam memberikan kode-kode pada aspek- aspek tertentu. b. Display Data Hadi dan Haryono (2005: 62) menyatakan bahwa data yang semakin bertumpuk itu kurang dapat memberikan gambaran secara menyeluruh. Oleh sebab itu, diperlukan display data. Display data ialah mengajikan data dalam bentuk matriks, network, chart atau grafik, dan sebagainya. Dengan demikian, peneliti dapat menguasai dan data tidak terbenam dengan setumpuk data. c. Pengambilan Keputusan dan Verifikasi Sejak semula peneliti berusaha mencari makna dari data yang diperolehnya. Untuk maksud itu, ia berusaha mencari pola, model, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering muncul, hipotesis, dan sebagainya. Jadi, dari data yang didapatnya itu ia mencoba mengambil kesimpulan. Mula-mula kesimpulan itu kabur, tetapi lama kelamaan semakin jelas karena data yang diperoleh semakin banyak dan mendukung. Verifikasi baru dapat dilakukan dengan singkat, yaitu dengan cara mengumpulkan data baru. Verifikasi merupakan upaya untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan. Dalam supervisi semua gambaran informasi dikumpulkan untuk dibuat suatu intisari dari hasil pengumpulan data yang dipilih menurut kelompok informasi masing-
  • 24. 21 masing, sehingga membentuk suatu kesimpulan yang menyeluruh dan mewakili serta menjawab permasalahan (bidang kajian supervisi). Untuk mempertahankan tingkat kepercayaan dan kebenaran data yang terkumpul, dipergunakan empat kriteria menurut Hadi dan Haryono (2005: 63-64) yaitu: (1) kredibilitas; (2) transferabilitas; (3) Depenabilitas; dan (4) konfirmabilitas. a. Kredibilitas Kredibilitas ialah kesesuaian antara konsep pengumpul data (supervisor) dengan konsep responden. Hadi dan Haryono (2005: 63) menyatakan agar kredibilitas terpenuhi, maka:  Waktu yang digunakan penelitian harus cukup lama.  Pengamatan yang terus-menerus.  Mengadakan triangulasi, yaitu memeriksakan kebenaran data yang diperolehnya kepada pihak lain yang dapat dipercaya.  Mendiskusikan dengan teman seprofesi.  Menganalisis kasus negatif, yaitu kasus-kasus yang bertentangan dengan hasil penelitiannya pada saat-saat tertentu.  Menggunakan alat-alat Bantu dalam mengumpulkan data, seperti tape recorder, tustel, video dan sebagainya.  Menggunakan member check, yaitu memeriksa kembali informasi responden dengan mengadakan pertanyaan ulang atau mengumpulkan sejumlah responden untuk dimintai pendapatnya tentang data yang telah dikumpulkan. Untuk mempertahankan kebenaran informasi yang diperoleh, perlu dilakukan beberapa kegiatan berikut:  Member Check Hasil wawancara yang dituangkan dalam bentuk laporan lapangan, kemudian diperlihatkan kepada responden untuk dibaca dan diperiksa kebenarannya, apakah suadah sesuai dengan yang dikatakannya ketika peneliti mengadakan wawancara. Bila terdapat kekeliruan, peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk memperbaikinya. Cara lain yang ditempuh ialah supervisor membacakan hasil wawancara, kemudian responden mendengarkan apakah sesuai atau tidak informasi yang diberikan.
  • 25. 22  Triangulasi Maksud dari triangulasi adalah data yang diberikan oleh satu responden diperiksa lagi kebenarannya oleh responden lainnya yang relevan sampai diperoleh informasi tentang data yang diberikan oleh responden sebelumnya. Untuk mengadakan triangulasi tersebut, supervisor mengadakan pengamatan dan wawancara berkenaan dengan berbagai hal terkait dengan supervisi.  Kerahasiaan Guna menjamin kerahasiaan data, maka semua informasi yang diberikan oleh responden diupayakan hanya diketahui supervisor. Data atau informasi yang diberikan responden yang satu tidak diperlihatkan kepada responden yang lainnya. b. Transferabilitas Menurut Hadi dan Haryono (2005: 64) transferabilitas ialah apabila hasil pengumpulan data kualitatif itu dapat digunakan atau diterapkan pada kasus atau situasi lainnya. Transferabilitas atau nilai transfer bermaksud untuk menjawab pertanyaan, hingga manakah hasil pengolahan data itu dapat diaplikasikan atau digunakan dalam situasi- situasi lain. Dalam pengumpulan data kualitatif, bekerja dengan sampel yang kecil mengakibatkan sulitnya mengadakan generalisasi sepenuhnya dapat dipercaya. Transferabilitas dapat ditingkatkan dengan cara melakukan pengumpulan data di beberapa lokasi (sekolah binaan). c. Dependabilitas dan Konfirmabilitas Hadi dan Haryono (2005: 64) menyatakan: “Dependabilitas ialah apabila hasil penelitian kita memberikan hasil yang sama dengan penelitian yang diulang pihak lain”. Untuk membuat data kualitatif ini memenuhi dependabilitas perlu disatukan dengan konfirmabilitas. Hal itu dikerjakan dengan cara audit trail. Dalam penulisan tesis, audit trail dilakukan oleh pembimbing. Dengan audit trail dimaksudkan untuk menjamin kebenaran hasil pengumpulan data yang dilakukan. Pembimbing inilah orang yang berhak memeriksa kebenaran data serta penafsirannya. Agar pembimbing mudah melakukan audit trail, maka peneliti menyiapkan data mentah, hasil analisis data, dan hasil sintesis data, yaitu tafsiran, kesimpulan, tema, pola, hubungan dengan kepustakaan, dan laporan akhir.
  • 26. 23 6.2 Analisis Data Kuantitatif Perosedur pengolahan data yang dapat dilakukan guna penyusunan laporan supervisi dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut (Margono, 2004: 191): a. Penyusunan Data Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan data ialah: a) Hanya memasukkan data yang penting dan benar-benar dibutuhkan. b) Hanya memasukkan data yang bersifat objektif. c) Hanya memasukkan data yang autentik. d) Perlu dibedakan antara data informasi denan kesan pribadi responden. b. Pengolahan Data Kegiatan pengolahan data dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut (Margono, 2004: 191-192): a) Pengklasifikasian data, yaitu menggolongkan aneka ragam jawaban itu ke dalam kategori-kategori yang jumlahnya lebih terbatas. Pengklasifikasian perangkat kategori itu penyusunannnya harus memenuhi bahwa setiap perangkat kategori dibuat dengan berdasarkan kriterium yang tunggal, bahwa setiap perangkat kategori harus dibuat lengkap, sehingga tidak satupun jawaban responden yang tidakmendapatkan tempat, dan kategori yang satu dengan yang lain harus terpisah secara jelas tidak saling tumpang tindih. b) Koding, yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban respoden dengan jalan menandai masing-masing kode tertentu. Bila analisis kuantitatif maka kode yang diberikan angka. Bila angka itu berlaku sebagai skala pengukuran maka disebut skor. c) Tabulasi, yaitu usaha penyajian data, terutama pengolahan data yang akan menjurus ke analisis kuantitatif, biasanya menggunakan tabel, baik tabel distribusi frekuensi maupun tabel silang. c. Analisis Data Laporan supervisi pada umumnya lebih bersifat deskriptif. Sehingga data kuantitatif yang diolah pun harus menggunakan statistik deskriptif. Analisis yang paling sederhana untuk menafsirkan data kuantitatif secara deskriptif ialah dengan cara menguji skor kecederungan umum Weighted Mean Score (WMS).
  • 27. 24 2.2 Jenis- Jenis Instrumen dalam Supervisi 2.2.1 Instrumen Supervisi Akademik Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata instrumen dapat diartikan sebagai: (1) alat yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu (seperti alat yang dipakai oleh pekerja teknik, alat-alat kedokteran, optik dan kimia); dan (2) sarana penelitian (berupa seperangkat tes, angket, dan sebagainya) untuk mengumpulkan data. Arikunto (2002) menyatakan bahwa instrumen adalah alat yang berfungsi untuk memudahkan pelaksanaan sesuatu. Pengawasan dapat diartikan sebagai proses melihat/mencermati apakah yang terjadi sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi. Dengan demikian, karena supervisi akademik merupakan bagian dari kegiatan pengawasan, maka keberadaan instrumen dalam proses supervisi akademik merupakan suatu keniscayaan. Instrumen yang dirancang oleh pengawas sekolah dalam pelaksanaan supervisi akademik harus fungsional, artinya efektivitas instrumen tergantung pada proses supervisi akademik yang dilakukan. a. Jenis Instrumen Supervisi Akademik Dalam mengembangkan instrumen supervisi terdapat lima jenis instrumen supervisi akademik, seperti berikut: 1. Instrumen Standar Isi, meliputi beberapa indikator yaitu :  Penyajian materi pelajaran  Mempertimbangkan kesesuaian materi pelajaran dengan kebutuhan siswa  Mengembangkan KTSP  Menetapkan target KKM  Mengembangkan kecakapan hidup  Memperhatikan keragaman jenis informasi  Mengembangkan potensi diri siswa  Menggunakan keragaman sumber belajar  Mengadopsi materi pelajaran dari sekolah unggul di dalam negeri.  Mengadaptasi materi pelajaran dari sekolah unggul bertaraf internasional 2. Instrumen Perencanaan Pembelajaran, meliputi beberapa komponen yaitu :  Merumuskan Silabus dan RPP dengan indikator  Memperbaiki Silabus dan RPP
  • 28. 25  Merumuskan indikator pembelajaran  Merumuskan materi  Merumuskan metode  Menentukan peraga  Menentukan sumber belajar  Merumuskan evaluasi  Kesesuaian dengan KTSP  Relevan dengan kehidupan 3. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran, meliputi beberapa komponen yaitu :  Kehadiran melaksanakan tugas  Menggunakan RPP  Menggunakan sumber belajar yang variatif  Melakukan kegiatan pendahuluan  Penyampaikan konsep materi sesuai RPP  Menggunakan konsep dengan bahasa yang jelas dan sistematis  Menggunakan alat peraga  Mendayagunakan teknologi informasi  Menggunakan bahasa asing dalam pembelajaran  Membangun pengalaman belajar peserta didik  Peserta didik aktif  Peserta didik interaktif  Melakukan penilaian proses  Membangun suasana kelas yang menyenangkan  Melaksanakan tes akhir kegiatan pembelajaran  Memenuhi target ketuntasan  Mendisain remedial dan pengayaan  Memiliki data penilaian hasil belajar peserta didik  Memiliki catatan kehadiran peserta didik  Mendokumenkan bukti keberhasilan belajar peserta didik 4. Instrumen Penilaian, meliputi beberapa komponen terdapat : a. Prinsip-prinsip Normatif:
  • 29. 26  Penilaian dilakukan Berdasarkan Data Terukur (Sahih)  Penilaian dilakukan secara objektif berdasarkan prosedur yang jelas  Penilaian dilakukan secara adil b. Prinsip-prinsip Teknis  Penilaian dilakukan secara terpadu  Penilaian dilakukan secara terbuka  Penilaian dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan  Penilaian dilakukan secara sistematis  Penilaian dilakukan mengacu pada kriteria  Penilaian dilakukan dengan akuntabel c. Mengacu pada Standar Pengolahan  Menyusun program penilaian  Menggunakan Standar Penilaian Pendidikan  Menyusun catatan menyeluruh  Mensosialisasikan hasil  Menelaah perkembangan hasil belajar siswa  Menetapkan prosedur penilaian  Mengembalikan hasil kerja siswa yang telah dinilai  Menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional  Penggunaan TIK dalam pelaksanaan penilaian  Menyusun ketentuan pelaksanaan penilaian  Menggunakan instrumen penilaian yang beragam yang meliputi pilihan ganda, uraian, penilaian tugas dan karya inovatif  Mendokumentasikan penilaian  Melaporkan hasil belajar kepada orang tua 5. Instrumen Standar Kompetensi Kelulusan, meliputi indikator operasional yaitu :  Mengarahkan siswa dalam meningkatkan pengetahuan dan menjalankan perintah agama  Mengembangkan kemampuan diri siswa secara optimal  Mengembangkan produk belajar siswa dalam kecakapan hidup yang realistik
  • 30. 27  Mengembangkan kerjasama sosial  Meningkatkan prestasi siswa dalam UN  Menunjang target prestasi dalam kompetisi bidang akademik non akademik  Mengembangkan inovasi karya siswa dalam bentuk produk belajar (teks, audio, video, benda)  Meningkatkan prestasi siswa dalam bidang TIK  Mengembangkan siswa untuk melakukan kolaborasi berbasis TIK  Mengembangkan kompetensi siswa bertaraf internasional  Mengoptimalkan pencapaian hasil belajar 2. Instrumen Supervisi Manajerial Supervisi manajerial menitikberatkan pada pengamatan pada aspek-aspek pengelolaan dan administrasi sekolah yang berfungsi sebagai pendukung (supporting) terlaksananya pembelajaran. Sementara supervisi akademik menitikberatkan pada pengamatan supervisor terhadap kegiatan akademik, berupa pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas. Dalam Panduan Pelaksanaan Tugas Pengawas Sekolah/ Madrasah (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008) dinyatakan bahwa supervisi manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup perencanaan, koordinasi, pelaksanaan, penilaian, pengembangan kompetensi sumberdaya manusia (SDM) kependidikan dan sumberdaya lainnya. Dalam melaksanakan fungsi supervisi manajerial, pengawas sekolah/madrasah berperan sebagai: (1) kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah, (2) asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi sekolah, (3) pusat informasi pengembangan mutu sekolah, dan (4) evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan. a. Prinsip-Prinsip Supervisi Manajerial Beberapa prinsip yang harus dipenuhi dalam supervisi manajerial, adalah:  Pengawas harus menjauhkan diri dari sifat otoriter, di mana ia bertindak sebagai atasan dan kepala sekolah/guru sebagai bawahan.
  • 31. 28  Supervisi harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal.  Supervisi harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan.  Supervisi harus demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi. Titik tekan supervisi yang demokratis adalah aktif dan kooperatif.  Program supervisi harus integral. Di dalam setiap organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam sistem perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan.  Supervisi harus komprehensif. Program supervisi harus mencakup keseluruhan aspek, karena hakikatnya suatu aspek pasti terkait dengan aspek lainnya.  Supervisi harus konstruktif. Supervisi bukanlah sekali-kali untuk mencari kesalahan- kesalahan guru.  Supervisi harus obyektif. Dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan program supervisi harus obyektif. Obyektivitas dalam penyusunan program berarti bahwa program supervisi itu harus disusun berdasarkan persoalan dan kebutuhan nyata yang dihadapi sekolah. Dalam pelaksanaan supervisi manajerial, pengawas dapat menerapkan teknik supervisi individual dan kelompok. Teknik supervisi individual di sini adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan kepada kepala sekolah atau personil lainnya yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan. Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Kepala-kepala sekolah yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. c. Jenis Instrumen Supervisi Manajerial Dalam mengembangkan instrumen supervisi terdapat lima jenis instrumen supervisi manajerial, seperti berikut: 1. Administrasi Kurikulum dan Pembelajaran, a) Administrasi Kurikulum
  • 32. 29 b) Administrasi Pembelajaran 2. Administrasi Kelas a) Administrasi Pembelajaran b) Administrasi Kelas 3. Administrasi dan Manajemen Sekolah a) Program Kerja b ) Peraturan dan Keputusan c) Pembinaan d) Administrasi Lainnya 4. Organisasi Dan Kelembagaan a) Organisasi b) Kelembagaan 5. Sarana Dan Prasarana a) Ketenagaan b) Pembiayaan c) Peserta Didik d) Peran serta Masyarakat e) 10.Lingkungan Budaya Sekolah 2.3 Prosedur Pengembangan Instrumen Supervisi Ada lima langkah utama dalam melakukan supervisi akademik, yaitu: a) Menetapkan tolok ukur, yaitu menentukan pedoman yang digunakan. b) Mengadakan penilaian, yaitu dengan cara memeriksa hasil pekerjaan yang nyata telah dicapai. c) Membandingkan antara hasil penilaian pekerjaan dengan yang seharusnya dicapai sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan. d) Menginventarisasi penyimpangan dan atau pemborosan yang terjadi (bila ada). e) Melakukan tindakan korektif, yaitu mengusahakan agar yang direncanakan dapat menjadi kenyataan.
  • 33. 30 Menurut Arikunto (1988: 48-52), langkah-langkah yang harus dilalui dalam menyusun instrumen apapun, termasuk instrumen pengawasan sekolah adalah sebagai berikut: a) Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang akan disusun. Contoh: Tujuan menyusun angket untuk mengumpulkan data tentang besarnya minat belajar dengan modul. b) Membuat kisi-kisi yang memuat perincian variabel dan jenis instrumen yang akan digunakan untuk mengukur bagian variabel yang bersangkutan. Contoh: Untuk mengumpulkan data tentang kegiatan belajar mengajar di kelas diperlukan angket, wawancara, observasi, dan dokumen. c) Membuat butir-butir instrumen, Menyusun instrumen bukanlah pekerjaan yang mudah. Bagi peneliti atau pengawas sekolah pemula, tugas menyusun instrumen merupakan pekerjaan yang menantang. Diperlukan pemahaman yang mendalam terhadap langkah-langkah kegiatan supervisi. Selainitupemahaman tentang penyusunan instrumen yang baik dan benar sesuai dengan kebutuhan penyusunan dan penggunaannya harus menjadi perhatian. Contoh instrumen supervisi ini dapat dilihat pada halaman berikutnya di subbagian model supervisi. d) Menyunting instrumen, apabila butir-butir instrumen sudah tersusun dengan lengkap, maka penilai atau pengawas melakukan pekerjaan terakhir dari penyusunan instrumen yaitu mengadakan penyuntingan (editing). Hal-hal yang dilakukan dalam tahap-tahap ini adalah: 1) Mengurutkan butir menurut sistematika yang dikehendaki penilai atau pengawas untuk mempermudah pengolahan data. 2) Menuliskan petunjuk pengisian, identitas dan sebagainya. 2.4 Teknik Mengembangkan Instrumen Setidaknya ada dua cara dalam mengembangkan instrumen (alat ukur), yaitu: (1) dengan mengembangkan sendiri; dan (2) dengan cara menyadur (adaptation). Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan sendiri instrumen pengawasan sekolah. Langkah-langkah tersebut dapat mengikuti tahapan berikut: a. Menentukan sasaran. b. Menentukan variabel c. Menentukan instrumen yang akan digunakan. d. Menjabarkan bangun setiap variabel. e. Menyusun kisi-kisi.
  • 34. 31 f. Penulisan butir-butir instrumen. g. Mengkaji ulang instrumen tersebut yang dilakukan oleh pengawas sekolah. h. Penyusunan perangkat instrumen sementara. i. Melakukan uji coba dengan tujuan untuk mengetahui: (a) apakah instrumen itu dapat diadministrasikan; (b) apakah setiap butir instrumen dapat dipahami; (c) apakah instrumen tersebut valid; dan (d) mengetahui reliabilitas. j. Perbaikan instrumen sesuai hasil uji coba. k. Penataan kembali perangkat instrumen yang terpakai untuk memperoleh data yang akan digunakan. Bila pengawas sekolah ingin mengembangkan instrumen dengan prosedur adaptasi (menyadur), maka langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: a) Penelaahan instrumen asli dengan mempelajari panduan umum (manual) instrumen dan butir-butir instrumen. Hal itu dilakukan untuk memahami (1) variabel; (2) kisi- kisinya; (3) butir-butirnya; dan (4) cara penafsiran jawaban. b) Penerjemahan setiap butir instrumen ke dalam bahasa Indonesia. Penerjemahan dilakukan oleh dua orang secara terpisah. c) Memadukan keduanya dari hasil terjemahan oleh kedua orang tersebut. d) Penerjemahan kembali ke dalam bahasa aslinya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kebenaran penerjemahan tadi. e) Perbaikan butir instrumen bila diperlukan. f) Uji pemahaman subjek terhadap butir instrumen. g) Uji validitas instrumen. h) Uji reliabilitas instrumen Model Instrumen Pengawasan Dalam tulisan ini akan dijelaskan beberapa instrumen yang dapat dikembangkan atau digunakan oleh pengawas sekolah dalam upaya membantu menjalankan tugasnya. a) Pedoman Observasi Bagi kelancaran dan keefektivan obeservasi, supervisor hendaknya memiliki suatu pedoman observasi yang harus direncanakan sebelum observasi dilaksanakan. Karena observasi di sini sebagai teknik pengawasan, maka supervisor harus menetapkan:  Apa yang harus diobservasi atau diawasi.
  • 35. 32  Kriteria-kriteria yang dijadikan tolok ukur dengan mempertimbangkan pengawasannya; dan sebagainya untuk memudahkan pengolahan data, maka sebaiknya pedoman observasi menggunakan skala penilaian, antara lain; skala angka (numerical scale), skala grafik (graphic scale), skala grafik deskriptif (descriptive graphic scale) atau kartu nilai (score card). Contoh Skala Angka No Pernyataan Skala Penilaian 1 Pertanyaan diucapkan dengan jelas 5 4 3 2 1 2 Pertanyaan ditujukan kepada semua peserta didik 5 4 3 2 1 3 Ada tenggang waktu antara pertanyaan dan jawaban peserta didik 5 4 3 2 1 4 Pertanyaan didistribusikan kepada tiap peserta didik 5 4 3 2 1 5 Pertanyaan membimbing ke arah berpikir kreatif 5 4 3 2 1 Contoh Skala Grafik No Aspek yang diamati A B C D E 1 Apakah guru merumuskan tujuan instruksional secara khusus? 2 Apakah peserta didik aktif dalam belajar? 3 Apakah peserta didik menunjukkan kreativitas dalam memecahkan persoalan yang dihadapi dalam belajar? 4 Apakah guru terampil dalam mengorganisasikan kegiatan belajar mengajar? 5 Apakah dalam proses pembelajaran dipergunakan cukup alat (media) pelajaran? 6 Apakah guru memahami dan membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar? Keterangan: A = Amat Baik, B = Baik, C = Cukup, D = Kurang, E = Kurang sekali.
  • 36. 33 Contoh Skala Grafik Deskriptif. 1.Sejauh mana guru berpartisipasi dalam rapat supervisi ini? a. Tak pernah berpartisipasi; diam, pasif. b. Berpartisipasi seperti peserta lainnya c. Berpartisipasi lebih dari yang lain Ulasan:……………………………………………………………………….. 2.Sejauh mana tanggapan-tanggapan guru berhubungan dengan dengan topik yang sedang didiskusikan? a. Tanggapannya menyimpang dari topic b. Tanggapan kadang-kadang membingungkan. c. Tanggapan selalu dikaitkan dengan topic Ulasan:……………………………………………………………….
  • 37. 34 Contoh Kartu Nilai No Aspek Pengawasan Nilai Ditetapkan Dicapai 1 Perumusan tujuan a. Guru b. Peserta didik 20 5 15 2 Kecakapan dan teknik a. Keadaan fisik kelas b. Teknik mengajar 30 5 25 3 Kemajuan Kelas a. Sikap dan kebiasaan b. Pengetahuan dan penguasaan c. Keterampilan 30 10 15 5 4 Kerja sama a. Profesional b. Pribadi 10 5 5 5 Pendidikan dan perkembangan profesional a. Pendidikan b. Perkembangan profesional 10 5 5 Jumlah 100 b. Pedoman Wawancara (Interview) Wawancara dapat digunakan untuk memperoleh atau informasi tambahan berkaitan dengan pelakasaaan pembelajaran. Untuk kelancaran dan keefektipan proses wawancara diperlukan pedoman wawancara.
  • 38. 35 BAB III PENUTUP Kesimpulan Kegiatan supervisi pendidikan oleh pengawas satuan pendidikan memiliki beberapa tahapan besar, yakni (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, dan (3) tahap pelaporan dan sekaligus tahap penilaian. Hal lain yang terkait dengan kinerja supervisi pendidikan adalah pengumpulan data dan penilaian. Kegiatan ini dianggap sangat penting disamping untuk melihat keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai, juga akan memberikan gambaran bagi kinerja selanjutnya, baik bagi personal maupun institusional. Bagi personal, boleh jadi pengumpulan data dan penilaian merupakan cambuk yang sangat berarti bagi mereka yang menerima isi laporan tersebut.
  • 39. 36 Daftar Pustaka Depdikbud. 1996. Pedoman Kerja Pelaksanaan Supervisi. Jakarta: Depdikbud. Margono, S. 2004. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Hadi, A dan Haryono. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Katiah, 2005. Pelaksanaan Pembelajaran Cooperation Academic Education Program (Co-op) dalam Meningkatkan Kemandirian Mahasiswa. Tesis Pada PPS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Metode dan Teknik Supervisi. Direktorat Tenaga Kependidikan, Derektorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.