BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan dibagi menjadi dua, yaitu tumbuhan tak berpembuluh (non vaskuler) dan tumbuhan berpembuluh (vaskuler). Tumbuhan tak berpembuluh yaitu lumut, sedangkan tumbuhan berpembuluh terdiri atas tumbuhan tak berbiji, yaitu paku dan tumbuhan berbiji. Sedangkan tumbuhan berbiji sendiri dibagi dalam tumbuhan berbiji terbuka (gymnospermae) dan tumbuhan berbiji tertutup (angiospermae). Tumbuhan berbiji ( Spermatophyta ) adalah tumbuhan yang mempunyai bagian yang di sebut biji. Pada dasarnya tumbuhan biji itu dicirikan dengan adanya bunga sehingga sering disebut dengan tumbuhan berbunga (Anthopyta). Biji dihasilkan oleh bunga setelah terjadi peristiwa penyerbukan dan pembuahan. Dengan kata lain, biji dapat dihasilkan merupakan alat pembiakan secara seksual (generatif). Selain itu, ada juga pembiakan secara aseksual (vegetatif).
Tumbuhan berbiji di kelompokkan menjadi dua anak divisi, yaitu tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan biji tertutup (Angiospermae). Pada tumbuhan biji terbuka, biji tertutup dengan daging buah atau daun buah (karpelum). Misalnya, pada cemara, pinus, dan damar. Sementara itu, pada tumbuhan berbiji tertutup, biji di tutupi oleh daging buah atau daun buah. Misalnya, pada mangga, durian, dan jeruk. Dalam tumbuhan berbiji banyak sekali ordo ataupuun famili dari tiap divisi. Hal ini membuktikan bahwa tumbuhan berbiji merupakan tumbuhan yang dapat dikatakan tumbuhan yang memiliki bagian yang sangatlah banyak.
Gymnospermae berasal dari bahasa Yunani yaitu, Gymno =terbuka atau telanjang dan sperma=biji. Anggota Gymnospermae memiliki ciri utama berupa bakal biji yang tumbuh pada permukaan megasporafil (daun buah). Tumbuhan ini memiliki habitus semak, perdu, atau pohon. Akarnya merupakan akar tunggang, batang tumbuhan tegak lurus dan bercabangcabang. Gymnospermae tidak memiliki bunga yang sesungguhnya, sporofil terpisah-pisah atau membentuk stabilus jantan dan strobilus betina. Umumnya berkelamin tunggal namun ada juga yang berkelamin dua. Penyerbukan pada gymnospermae hampir selalu dengan cara anemogami (bantuan angin). Waktu penyerbukan sampai pembuahan relatif panjang. Gymnospermae hidup di mana-mana, hampir di seluruh permukaan bumi ini. Mulai dari daerah tropis hingga daerah kutub dan dari daerah yang cukup air hingga daerah kering.
Angiospermae, tumbuhan yang tergolong dalam anak divisi ini
berupa pohon-pepohonan, semak-semak maupun terna dengan batang yang bercabang monopodial atau simpodial. Berkas pengangkutan kolateral terbuka atau tertutup. Ada pula yang bokolateral, dalam akar selalu radikal. Dalam xilem selalu terdapat trakea dan trakeida.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil beberapa masalah yaitu:
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
Evaluasi kurikulumm
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan salah satu komponen
penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan
kurikulum. Evaluasi menjadi bagian integral dari kurikulum. Evaluasi menjadi bagian
dari sistem manajemen, yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari tahap perencanaan, organisasi kemudian
pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka kita tidak
akan bisa mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan,
pelaksanaan serta hasilnya. Tapi, dengan adanya evaluasi, kita dapat menjadikan hasil
yang diperoleh sebagai balikan (feed-back) dalam memperbaiki dan
menyempurnakan kurikulum. Hasil-hasil kurikulum dapat digunakan oleh para
pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih
dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan sistem pendidikan dan pengembangan
model kurikulum yang digunakan.
Selama ini model kurikulum yang berlaku adalah model kurikulum yang
bersifat akademik. Kurikulum yang demikian kurang mampu meningkatkan
kemampuan peserta didik secara optimal. Hal ini terbukti dari rendahnya kualitas
pendidikan kita dibandingkan dengan negara lain. Selain itu, implementasi kurikulum
akademik tidak mampu memberikan nilai etika, moral, dan nilai-nilai yang berlaku
dalam kehidupan. Maka dengan adanya evaluasi diharapkan dapat memperbaiki
aspek-aspek tersebut sehingga model kurikulum yang diterapkan sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka kami akan
mengkaji mengenai pengertian evaluasi kurikulum, tujuan, fungsi, evaluasi internal
dan eksternal.
2. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penentuan
kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan keputusan
dalam kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, evaluasi merupakan salah satu
komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui
keefektifan kurikulum. Hasil yang diperoleh dapat dijadikan balikan (feed-back) bagi
guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan kurikulum.
Adapun pemahaman tentang evaluasi kurikulum dapat berbeda-beda sesuai
dengan pengertian kurikulum yang beragam menurut para pakar kurikulum. Hamid
Hasan mengartikan,”Evaluasi sebagai usaha sistematis mengumpulkan informasi
mengenai suatu kurikulum untuk digunakan sebagai pertimbangan mengenai nilai
dan arti dari kurikulum dalam suatu konteks tertentu.”1 Menurut Tyler (dalam
Muhammad Zaini) menyatakan bahwa,”Evaluasi adalah proses untuk mengetahui
apakah tujuan pendidikan sudah tercapai atau terealisasikan.”2
Menurut Sukmadinata, “Evaluasi merupakan kegiatan yang luas, kompleks
dan terus menerus untuk mengetahui proses dan hasil pelaksanaan sistem pendidikan
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Evaluasi juga meliputi rentangan yang
cukup luas, mulai dari yang bersifat sangat informal sampai dengan yang sangat
formal.”3
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi
adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan,
implementasi dan efektivitas suatu program. Evaluasi adalah suatu tindakan atau
suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi dalam pendidikan dapat
diartikan sebagai suatu proses dalam usaha untuk mengumpulkan informasi yang
1 Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 41
2 Muhammad Zaini, Pengembangan Kurikulum,(Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 143
3 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009),
hlm. 173
3. 3
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat keputusan akan perlu
tidaknya memperbaiki sistem pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Sedangkan pengertian kurikulum adalah sebagai berikut:
a. Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19) UU Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
b. Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk
mendapatkan keluaran (outcomes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran.
c. Menurut Hilda Taba (dalam Muhammad Zaini, 2009: 6), kurikulum adalah
rencana pembelajaran yang berkaitan dengan proses dan pengembangan individu
anak didik. Kurikulum merupakan seperangkat rencana yang menjadi pedoman
dan pegangan dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian, pengertian evaluasi kurikulum adalah penerapan prosedur
ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan
tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan. Atau, evaluasi
kurikulum adalah suatu tindakan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu
kurikulum, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu, sebagai bentuk
akuntabilitas pengembang kurikulum dalam rangka menentukan keefektifan
kurikulum.
B. Tujuan Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian
tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan.
1. Untuk perbaikan program
Bersifat konstruktif, karena informasi hasil evaluasi dijadikan input bagi
perbaikan yang diperlukan di dalam program kurikulum yang sedang dikembangkan.
4. 4
2. Pertanggungjawaban kepada berbagai pihak
Diperlukan semacam pertanggungjawaban dari pihak pengembang kurikulum
kepada berbagai pihak yang berkepentingan. Pihak tersebut baik yang mensponsori
kegiatan pengembangan kurikulum maupun pihak yang akan menjadi konsumen dari
kurikulum yang telah dikembangkan. Tujuan yang kedua ini tidak dipandang sebagai
suatu kebutuhan dari dalam melainkan lebih merupakan suatu ‘keharusan’ dari luar.
3. Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan
Tindak lanjut hasil pengembangan kurikulum dapat berbentuk jawaban atas
dua kemungkinan pertanyaan : pertama, apakah kurikulum baru tersebut akan atau
tidak akan disebar luaskan ke dalam sistem yang ada? Kedua, dalam kondisi yg
bagaimana dan dengan cara yang bagaimana pula kurikulum baru tersebut akan
disebarluaskan ke dalam sistem yang ada? Dan untuk menghasilkan informasi yang
diperlukan dalam menjawab pertanyaan diperlukan kegiatan evaluasi kurikulum.
C. Fungsi Evaluasi Kurikulum
Pada dasarnya Scriven membedakan dua macam fungsi evaluasi. Fungsi
pertama dinamakan sebagai fungsi formatif. Fungsi kedua adalah fungsi sumatif.
Menurut Scriven, evaluasi kurikulum harus mempergunakan kedua fungsi ini secara
baik karena keduanya membantu kurikulum dalam menegakkan nilai dan arti yang
dipunyai. Juga dengan kedua fungsi itu baik pengembang kurikulum maupun
masyarakat mendapatkan apa yang seharusnya diberikan oleh suatu kegiatan evaluasi.
Jadi, dapat dikatakan bahwa dengan kedua fungsi tersebut evaluasi membuktikan
akuntabilitas dirinya baik terhadap para pengembang kurikulum, peminta jasa
evaluasi lainnya, maupun terhadap masyarakat luas yang telah memberikan
kepercayaan kepada evaluasi sebagai suatu institusi kemasyarakatan.
Menurut Hamalik evaluasi formatif adalah proses ketika pengembang
kurikulum memperoleh data untuk memperbaiki dan merevisi kurikulum agar
menjadi lebih efektif. Evaluasi dituntut sejak awal dan sepanjang proses
pengembangan kurikulum. Adapun evalusi sumatif bertujuan untuk memeriksa
5. 5
kurikulum, dan diadakan setelah pelaksanaan kurikulum untuk memeriksa efisiensi
secara keseluruhan.4
Fungsi formatif evaluasi dilaksanakan apabila hasil yang diperoleh dari
kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki bagian tertentu atau sebagian besar
bagian kurikulum yang sedang dikembangkan. Jadi sama sekali bukan untuk
mengganti kurikulum yang ada. Bagian yang diperbaiki itu dapat saja merupakan
baigan dari kurikulum sebagai ide, rencana, kegiatan ataupun hasil. Perbaikan itu
dapat pula dilakukan ketika melakukan evaluasi terhadap dimensi kurikulum lainnya.
Misalnya, hasil evaluasi terhadap kurikulum sebagai kegiatan dapat digunakan untuk
memperbaiki kurikulum sebagai rencana. Hasil evaluasi terhadap rencana dapat
dipergunakan untuk memperbaiki kurikulum sebagai ide. Tentu saja beberapa hal
perlu dipertimbangkan pada waktu membuat desain evaluasi agar hasil tersebut
bersifat berarah ganda seperti itu.
Fungsi sumatif evaluasi adalah fungsi yang lebih tua dibandingkan dengan
fungsi forrmatif, apabila kegiatan evaluasi sebagai suatu kegiatan formal
diperhitungkan. Dalam kegiatan kependidikan yang sesungguhnya (walaupun
kegiatan evaluasi yang dilakukan bukan dalam pengertian yang dibicarakan di sini
sebagai suatu kegiatan evaluasi formal) fungsi formatif sebenarnya sudah dilakukan
orang bersamaan dengan terciptanya kelembagaan pendidikan sebagai suatu
kelembagaan sosial yang diberi masyarakat beban untuk melaksanakan sebagian dari
kewajiban orang tua dalam mempersiapkan generasi penerus.
Fungsi sumatif evaluasi memberikan perhatiannya terhadap hasil dari suatu
kurikulum. Oleh karena itu fungsi sumatif baru dapat dilaksanakan apabila kurikulum
tersebut telah dianggap selesai pengembangannya. Tentu saja pengertian selesai dan
belum selesai ini sangat relatif tetapi dari pembicaraan mengenai pengertian
kurikulum dan pembicaraan mengenai fungsi formatif kiranya semacam patokan
dapat ditentukan.
4 Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008)
hlm.262
6. 6
Ada dua pendekatan sistem yang digunakan dalam evaluasi sumatif, yaitu
sistem tertutup dan sistem penerobosan. Pada sistem evaluasi sistem tertutup, evaluasi
berasal dari sekolah atau sistem sekolah. Sedangkan dalam sistem terobosan, tujuan
evaluasi kurikulum adalah untuk mengadakan perbandingan.5
D. Evaluasi Eksternal dan Internal
Dari segi cakupan kawasan evaluasi, penelitian evaluasi bisa dibagi menjadi
dua, yaitu: evaluasi internal (internal evaluation) dan evaluasi eksternal (external
evaluation). Apa yang disebut dengan evaluasi internal tidak menunjuk pada siapa
evaluatornya, tetapi berdasarkan tinjauan sistemik sebuah program. Sebuah program
yang dilaksanakan, niscaya memiliki masukan, menunjukkan proses, menampilkan
hasil, menunjukkan produk, memberikan keluaran, dan akhirnya memberikan
manfaat kepada masyarakat.
Evaluasi internal pada dasarnya menunjuk pada kegiatan perancangan,
pengumpulan data, pengolahan data, penafsiran hasil dan pembuatan keputusan
terhadap kelayakan atau kebaikan komponen, subsistem dan sistem suatu program.
Asumsi di belakang evaluasi internal adalah bahwa tujuan suatu program telah
dianggap benar dan baik, sehingga apa yang perlu dipersoalkan hanya menyangkut
bagaimana program tersebut dilaksanakan dengan baik agar tujuan tersebut dapat
dicapai.
Jadi persoalannya lebih pada bagaimana masing-masing komponen dan
subsistem telah berlangsung dengan baik, sehingga sebuah sistem bisa mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Ini menyerupai pameo yang cenderung berlaku di
masyarakat yang menyatakan bahwa peraturan dan undang-undangnya sudah baik,
tinggal bagaimana pelaksanaannya. Karena itu, ketika evaluasi sudah dilaksanakan
dan direkomendasikan ada perubahan, maka perubahan dimaksud hanya menyangkut
pelaksanaan atau komponen-komponen program, dan sama sekali tidak menyangkut
tujuan program.
5 Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009) hlm. 95-96
7. 7
Evaluasi eksternal pada dasarnya menunjuk pada kegiatan perancangan,
pengumpulan data, pengolahan data, penafsiran hasil dan pembuatan keputusan
terhadap kelayakan atau kebaikan suatu program dari sudut pandang luar sistem atau
supra sistem. Asumsi di belakang evaluasi eksternal adalah bahwa tujuan suatu
program tidak senantiasa benar dan baik, sehingga bukan hanya pelaksanaan dan
komponen program yang bisa dipersoalkan, melainkan juga apakah tujuan program
bisa dipertahankan atau tidak, termasuk apakah suatu program diperlukan atau tidak.
Jadi persoalannya mencakup semua aspek program. Jadi, dalam evaluasi
eksternal tidak berlaku pameo yang cenderung berlaku di masyarakat yang
menyatakan bahwa peraturan dan undang-undangnya sudah baik, tinggal bagaimana
pelaksanaannya. Artinya, peraturan dan undang-undangnya bisa disalahkan, dan
direkomendasikan untuk diubah, dan bahkan dihapus sama sekali.
Untuk memberikan gambaran lebih jelas mengenai perbedaaan evaluasi
internal dengan evaluasi eksternal bisa digunakan contoh evaluasi kurikulum. Sebuah
penelitian evaluasi atas kurikulum bisa dilaksanakan dalam bentuk evaluasi internal,
yang dalam hal ini hanya menyangkut pelaksanaan dan kelayakan komponen-
komponen sistemik kurikulum. Temuan dan rekomendasi jenis evaluasi ini tidak
dimaksudkan untuk mengubah atau mengganti kurikulum, tetapi hanya memperbaiki
penerapan dan pelaksanaan kurikulum pada satuan pendidikan. Jenis evaluasi internal
ini bisa dilakukan oleh seluruh praktisi dan satuan pendidikan, termasuk dinas
pendidikan kota atau kabupaten, dan dinas pendidikan provinsi.
Penelitian evaluasi atas kurikulum bisa pula dilaksanakan dalam bentuk
evaluasi eksternal, yang dalam hal ini menyangkut tidak hanya pelaksanaan dan
kelayakan komponen sistem kurikulum, tetapi juga persoalan tujuan pendidikan
terkait fungsi dan kontribusinya bagi supra-sistem. Sebagai sebuah sistem,
pendidikan nasional diharapkan memberikan fungsi dan kontribusi bagi, misalnya,
supra-sistem pembangunan nasional. Demikia pula, sistem pendidikan nasional
diharapkan memberikan fungsi dan kontribusi bagi suatu bangsa untuk menjawab
tantangan perubahan dan kesejagatan.
8. 8
Evaluasi eksternal atas kurikulum, baik yang diselenggarakan oleh Pusat
Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan
Pengembanga Pendidikan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Lembaga Penelitian Perguruan Tinggi, serta kelompok akademisi pendidikan, tidak
sekedar mempermasalahkan pelaksanaan kurikulum, tetapi juga mempersoalkan
tujuan dan relevansi sebuah kurikulum, terutama bila dikaitkan dengan dunia luar
pendidikan. Sekedar untuk menjernihkan gambaran, pelaksana evaluasi eksternal
tidak saja bisa menyimpulkan bahwa pelaksanaan kurikulumnya bermasalah, tetapi
justru kurikulumnya itu sendiri yang bermasalah, atau menjadi bagian dari masalah.
Karena itu, rekomendasi yang bisa dihasilkan adalah mengubah dan bahkan
mengganti sama sekali sebuah kurikulum.
9. 9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Evaluasi kurikulum adalah penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan
data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang
sedang berjalan atau telah dijalankan. Atau, evaluasi kurikulum adalah suatu tindakan
pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu kurikulum, berdasarkan pertimbangan
dan kriteria tertentu, sebagai bentuk akuntabilitas pengembang kurikulum dalam
rangka menentukan keefektifan kurikulum.
Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian
tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan.
1. Untuk perbaikan program
2. Pertanggungjawaban kepada berbagai pihak
3. Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan
Pada dasarnya Scriven membedakan dua macam fungsi evaluasi. Fungsi
pertama dinamakan sebagai fungsi formatif. Fungsi kedua adalah fungsi sumatif.
Menurut Hamalik evaluasi formatif adalah proses ketika pengembang kurikulum
memperoleh data untuk memperbaiki dan merevisi kurikulum agar menjadi lebih
efektif. Fungsi sumatif evaluasi memberikan perhatiannya terhadap hasil dari suatu
kurikulum. Oleh karena itu fungsi sumatif baru dapat dilaksanakan apabila kurikulum
tersebut telah dianggap selesai pengembangannya.
B. Saran
Melihat pentingnya evaluasi kurikulum maka kami menyarankan kepada
evaluator untuk memahami benar teori-teori evaluasi kurikulum serta teori kurikulum
yang sedang dijalankan oleh satuan pendidikan. Sehingga evaluasi kurikulum tersebut
bermanfaat sebagaimana tujuan dari evaluasi kurikulum itu sendiri.
10. 10
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar, 2008, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Hasan, Hamid, 2009, Evaluasi Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rusman, 2009, Manajemen Kurikulum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sukmadinata, Nana Syaodih, 2009, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Zaini, Muhammad, 2009, Pengembangan Kurikulum, Yogyakarta: Teras.