Dokumen tersebut membahas tentang pencegahan dan penanggulangan kebakaran di rumah sakit, termasuk penyebab kebakaran, bahaya kebakaran, prinsip pemadaman api, dan sistem proteksi kebakaran seperti detektor asap, alarm, sprinkler, dan hydrant.
2. About Me
Maharani Perdini
Bengkulu, 2 Januari 1989
email : maharaniperdini762@gmail.com
CP :081284606520
PEKERJAAN SAAT INI
Corporate HSE & Sanitarian – Siloam Hospitals Group
Surveior Akreditasi RS – Surveior Manajemen
ORGANISASI
• Pengurus Komunitas Ahlis Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
(KAK3RS) DKI Jakarta
• Anggota Perhimpunan Ahli Kesehatan Kerja Indonesia (PAKKI)
LISENSI
• Fire Safety Manager (FSM) – BNSP
• Petugas K3 Fasilitas Kesehatan – BNSP
• Higiene Sanitasi Muda (HIMU) – BNSP
• Asesor Kompetensi – Himpunan Perawat Manajer Indonesia (HPMI)
• Tenaga Pelatih Kesehatan (TPK) – PPSDM Kemenkes
• Penanggungjawab Limbah B3 (PLB3) - BNSP
7. Fakta tentang API
• Api merupakan peristiwa (bukan benda) yang merupakan reaksi kimia dari 3
komponen : PANAS, OKSIGEN/UDARA, dan BAHAN BAKAR. Jika salah satu
komponen ini hilang maka api tidak akan menyala.
• Semakin banyak OKSIGEN, semakin PANAS api. Api yang kadar oksigennya
tinggi akan berwarna biru sedangkan api yang rendah oksigen akan
mengeluarkan cahaya kuning karena mengandung partikel yang tidak
terbakar sempurna.
• Api dapat dipadamkan dengan 3 cara, yakni :
• Dengan menyerap PANAS yang dihasilkan dari pembakaran yakni dengan
cara menyiramkan air.
• Dengan menghilangkan OKSIGEN di sekitar api mis : dengan cara
menyemprotkan racun api.
• Dengan menghentikan/memutuskan sumber BAHAN BAKARnya.
8. SEGITIGA API
• Bahan bakar : setiap bahan mudah
terbakar yang dapat digunakan sebagai
sumber penyalaan api, serta untuk
menjaganya agar tetap menyala.
• Oksigen : zat pengoksidasi yang bereaksi
dengan bahan bakar untuk memulai dan
memperbesar api. Semakin kecil konsentrasi
oksigen maka akan menghasilkan
pembakaran bahan bakar yang lebih lambat.
• Panas: Kebakaran membutuhkan oksigen
dan bahan bakar yang bereaksi satu sama
lain pada suhu yang melebihi suhu ambang
batas, yang disebut sebagai “flash point”.
Setiap Material dan bahan kimia yang
memiliki titik nyala yang berbeda.
11. FLASH POINT
& FIRE POINT
Flash Point (Titik Nyala) adalah kondisi, dimana
bahan bakar (fuel) pada suhu terendahnya
mulai membentuk uap untuk membuat
campuran yang bisa menyulut api diudara.
Namun api tidak bertahan lama dan mati.
Bila suhu mencapai Fire Point (temperatur
nyala) maka bahan bakar tersebut mulai
terbakar secara terus- menerus. Bahan bakar
tidak akan menyala bila belum mencapai suhu
yang cukup untuk bahan bakar tersebut
terbakar.
12. Sebab-Sebab Kebakaran
Faktor Manusia
• Kurangnya pengetahuan tentang prinsip dasar
pencegahan kebakaran dan peledakan
• Menempatkan barang yang mudah terbakar tanpa
menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran.
• Kurangnya disiplin dan tanggungjawab
• Adanya unsur kesengajaan
• Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan staff
• Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik
13. Sebab-Sebab Kebakaran
Faktor Teknis
• Tenaga listrik, missal arus pendek dapat menimbulkan
panas atau bunga api yang apabila bertemu dengan
komponen yang lain dapat menimbulkan api
• Proses kimia, missal pada saat pengangkutan bahan-
bahan kimia berbahaya, chemical handling tanpa
memperhatikan SDS
• Proses fisik/mekanis yang dapat menimbulkan panas
ataupun bunga api
16. Bahaya Asap
Sebagian besar kematian dari kebakaran Rumah Sakit adalah
karena menghirup asap beracun yang dihasilkan. Asap
beracun seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, dan
fosgen dapat dengan cepat membuat pasien tidak sadarkan
diri. Ketika orang sedang tidur, hidung dan otak mereka tidak
dapat merasakan adanya asap. Hanya ketika asap memasuki
paru-paru mereka, tubuh bangun, yang pada gilirannya
membangunkan otak. Karbon monoksida adalah asap
beracun yang paling umum dihasilkan dalam kebakaran dan
juga yang paling mematikan bagi manusia.
17. 1 2 3
PRILAKU MANUSIA TERHADAP
KEBAKARAN
Saat terjadinya
kebakaran
Akibat terjadinya
kebakaran
Kebiasaan/
kecendrungan
sebelum terjadinya
kebakaran
18. SUMBER PENYALAAN API DARI
PASIEN
Sumber pasien umum meliputi :
• Rambut
• Jaringan di area
sayatan/pembedahan
• Gas yang keluar dari usus
• Bibir, langit-langit mulut dan
jaringan lunak yang ada di
tengorokan
19. • Tidak tahu dimana akses darurat
• Cenderung panik
• Lupa/tidak tahu prosedur
emergency
• Lupa/tidak tahu prosedur
emergency
• Membawa barang miliknya
• Cendrung kembali ke tempat awal
masuk
SAAT TERJADINYA
KEBAKARAN
20. AKIBAT TERJADINYA KEBAKARAN
• Panik/bingung
• Berbuat salah asal keluar
• Tidak berbuat apa-apa
• Gangguan kesehatan/ kesadaran akibat asap
21. KEBIASAAN/KECENDRUNGAN
SEBELUM KEJADIAN
KEBAKARAN
• Tidak/kurang memperhatikan
penandaan darurat
• Kurangnya simulasi kebakaran
• Kurangnya menghargai pelatihan
kebakaran
• Kurang menguasai peralatan
kebakaran
• Kurang memahami prosedur
penanggulangan kebakaran
• Kurang disiplin terhadap diri dan
lingkungan.
23. PRINSIP PENCEGAHAN KEBAKARAN DINI DI
RUMAH SAKIT
1
Bau Benda Terbakar
2
Setiap orang yang menemukan
api/asap melakukan pemadaman
api
Sudah dinyatakan sebagai kode
Kebakaran
Semua Staff RS
3 Mampu mengunakan APAR
28. KEBAKARAN
KELAS D
Dari bahan logam yang dapat menyala
Materials : Combustible Metals
• Magnesium
• Titanium
• Zirconium
• Pottasium
• Lithium
• Calcium
• Zinc
Semua medical equipment with battery itu
99% pakai lithium
29. PRINSIP
PEMADAMAN API
• Dari teori Fire Triangle kita ketahui
bahwa pembakaran timbul dan
berkelanjutan bila ada panas, oksigen
dan bahan yang terbakar serta rantai
reaksi kimia
• Prinsip pemadaman api adalah dengan
cara menyingkirkan salah satu unsur-
unsur di atas dengan salah satu cara
atau kombinasi dari metode pada slide
berikut
34. Perencanaan &
Manajemen Fire Safety
• Perencanaan Infrastruktur
• Desain Interior
• Perencanaan Sistem
Elektrikal
• Perencanaan Peralatan dan
Servis
• Sistem Proteksi Kebakaran
• Peralatan Proteksi Kebakaran
• Peralatan
Keselamatan/Keamanan
• Pelatihan Fire Safety
35. FIRE PROTECTION
PROTEKSI AKTIF
• Detektor.
• Alarm.
• Apar.
• Sprinkler.
• Hydrant.
• Lift kebakaran.
• Petunjuk darurat.
• Lampu darurat.
• Pengendali asap.
• Fire Suppresion (ANSUL,
FM200, Sumato, Fire Ball dll)
PROTEKSI PASIF
• Sarana jalan keluar.
• Kompartemen /pemisah.
• Perlindungan pada bukaan.
• Fire retardant.
• Perencanaan struktur bangunan.
• Perencanaan Kontruksi.
• Bahan-bahan bangunan.
36. Sistem Proteksi
Kebakaran Aktif
Alat pemadam kebakaran otomatis
diarea dapur yang ditempatkan
diatas tungku kompor. Bahan
pemadam yang digunakan berupa
foam.
Kitchen Fire Suppression System / Ansul
37. APAR (ALAT PEMADAM
API RINGAN)
Suatu alat pemadam
kebakaran yang dapat dijinjing
/ dibawa, dioperasikan oleh
satu orang, berdiri sendiri,
mempunyai berat antara 0,5 kg
-16 kg dan digunakan pada api
awal.
40. Klasifikasi Api dan APAR
Kelas Api Bahan Sumber Api
Jenis APAR
Water Powder Foam CO2
Clean
Agent
A
Bahan padat non logam (plastik, kayu,
kertas, karet dll.) ✓ ✓ ✓ ✓
B
Bahan cair dan gas (minyak tanah,
bensin, solar, LPG dll.) ✓ ✓ ✓ ✓
C
Listrik (hubungan arus pendek /
korsleting listrik) ✓ ✓ ✓
D
Bahan padat logam (magnesium,
potassium, lithium, dll.) ✓
K
Bahan minyak masak (minyak sayur,
minyak hewan, dll) ✓ ✓
D
41. Teknik Pemadaman
Menggunakan APAR
Pertimbangan saat memadamkan api:
• Posisi membelakangi angin
• Jangan sekali-kali membelakangi api
• Hati-hati terhadap sambaran balik api
• Cukup ruang gerak untuk mendekati
• Uji coba alat dahulu (semprotkan)
• Bergerak merunduk
• Selalu memadamkan api dengan jarak
maksimum antara tabung APAR mengarah
langsung ke api
• Selalu bersiap dan sigap untuk mundur untuk
menghindari api
42. Perinsip
Pemakaian
APAR
Mengenal sifat
benda yang
terbakar
Petugas mampu
mengoperasikannya
Harus mengenal ke
efektipan Apar
Memperhatikan
kondisi, temperatur,
arah angin uap-uap
yang terjadi
Disesuaikan
dengan
lingkungan
Jangan sampai terjadi
kerugian-kerugian yang
diakibatkan oleh obat
pemadam, terhadap benda
yang terbakar atau
lingkunganya
Keamanan pertugas
harus diperhatikan
43. Pemasangan dan
Penempatan APAR
• Pada posisi yang mudah dilihat, dicapai / diambil
dan dilengkapi dengan tanda pemasangan .
• Sesuai dengan jenis dan kelas kebakaran benda yg
di lindungi
• Harus menggantung pada dinding / dalam lemari
kaca .
• Ketinggian 15 – 120 cm dari lantai.
• Pada suhu antara 40 C – 490 C
44. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
APAR
KELEBIHAN
• Cepat dan sederhana penggunaannya
• Mudah dibawa-bawa
• Dapat dioperasikan secara perorangan
• Mudah didekatinya sumber awal api saat volume masih kecil
KELEMAHAN
• Waktu pemakaian terbatas
• Daya tembus/ jangkauan pendek
• Keandalannya terbatas
47. Meminimalkan sumber
pengapian
• Menghindari menempatkan dokumen dekat dengan
stopkontak, serta catu daya dan peralatan elektronik yang
rusak.
• Penggunaan peralatan elektronik yang aman, pemeliharaan
dan pemeriksaan peralatan elektronik, kabel dan soket
listrik, penarikan peralatan yang rusak, dan larangan
perangkat elektronik pribadi tanpa ijin dari tim FMS.
48. Penyimpanan
Bahan Kimia
Hindari menyimpan bahan dan peralatan di
atas lemari. Jika terpaksa meletakkan
bahan/peralatan di atas lemari, sediakan
ruang kosong sekurang-kurangnya 18 inchi
dari kepala sprinkler (alat sembur air untuk
pemadam kebakaran) atau (jika sprinkler
tidak tersedia) 24 inchi dari langit-langit
ruangan
Pastikan berat bahan kimia tidak melebihi
beban maksimal dari lemari atau rak.
Hindari pemaparan bahan kimia secara
langsung ke sumber panas atau cahaya
matahari
Jangan menyimpan cairan yang dapat
terbakar di dalam lemari es, kecuali lemari
es itu memang dirancang untuk keperluan
itu. Lemari es yang bisa dipakai untuk
penyimpanan bahan yang dapat terbakar
tidak mengandung komponen-komponen
yang dapat memunculkan percikan api
untuk menghindari bahaya ledakan.
Bahan kimia pada kemasan dan tempat
penyimpanan terdapat simbol limbah B3
Semua pengunaan dan ketersediaan B3 di
ruangan wajib dicantumkan dalam list B3
Semua B3 yang ada di area/unit kerja harus
disertai dengan dokumen SDSnya
49. Bahan
Mudah
Menyala
Zat cair mudah menyala (memiliki
titik nyala >21℃ dan <55℃ pada
tekanan 1 atmosfir )
Gas mudah menyala (memiliki titik
didih <20℃ pada tekanan 1
atmosfir.
Penyimpanan bahan mudah
menyala sesuai dengan
kompatibilitasnya.
50. Penanganan gas
bertekanan tinggi
• Gas bertekanan memiliki bahaya dari gasnya
sendiri serta dari energi dalam jumlah besar yang
terkandung dalam tabung silinder bertekanan
• Silinder besar dengan berat 130 pound (59 kg) atau
lebih dapat memunculkan bahaya cedera jika
menimpa kaki atau tangan.
• Semua silinder harus terikat ke dinding, bangku,
atau struktur oleh rantai atau tali. Bisa juga dipakai
stand untuk silinder.
• Pisahkan silinder berdasarkan jenis gas (misal:
dapat terbakar, inert, dsb.)
• Jauhkan silinder dari sumber panas dan kondisi
cuacayang ekstrem.
52. Kebakaran Akibat Listrik
✓ Pastikan kabel tidak terkelupas/pecah
dan sambungan terminal tidak kendor
yang bisa berakibat terjadinya
percikan bunga api. Jika mendapatkan
hal-hal demikian segera laporkan ke
Departemen FMS.
✓ Apabila terjadi kebakaran segera
isolasi daerah yang terkena dan
gunakan alat pemadam yang sesuai
untuk memadamkannya
✓ Pada panel listrik dilakukan rutin tahun
untuk pemeriksaan suhu
✓ PPM peralatan medis dan kelistrikan
✓ UPS dan kapasitor rutin diganti paling
lambat 5 (lima) tahun
Pencegahan dan Penanggulangan
Bahaya Kebakaran
53. Deteksi Dini
Mengenali tanda-tanda awal kebakaran
Tanda-tanda awal kebakaran seperti nyala atau
percikan api, suara atau gerakan tirai yang tidak
biasa, bau yang tidak biasa, asap, dan panas. Jika
diduga ada kebakaran, Tim pemadam ruangan
mencari potensi nyala api dan secara paralel nurse
menghubungi FCC untuk diaktifkan code red.
54. Memadamkan Api
• Informasi terjadinya risiko kebakaran melalui paging system code red atau
aktifnya alarm kebakaran .
• Tim Pemadam memeriksa semua area di dalam unit untuk tanda-tanda
kebakaran
• Memadamkan api tingkat awal mengunakan APAR atau Fire Blanket
• Evakuasi Unit hanya sebagai upaya terakhir
SITUASI KEBAKARAN YANG MASIH DAPAT MENGUNAKAN APAR ATAU FIRE
• Ketika api dalam level kecil
• Ketika tidak beresiko terhadap staff yang memadamkan.
• Ketika ada rute yang aman untuk menjauhi jika kebakaran tidak dapat
dikendalikan (membahayakan bagi pemadam)
• Ketika pemadam yakin untuk mengunakan peralatan.
55. Mengapa ICU Paling Rentan ?
• Kandungan oksigen yang lebih tinggi di udara, karena adanya saluran oksigen, tabung oksigen portabel, dan
pengiriman oksigen
• Jumlah pasien rentan yang lebih tinggi (kritis) atau tidak dapat berjalan mandiri, selama bahaya kebakaran
• Banyak area tertutup karena pengendalian infeksi dan protokol lainnya, sehingga asap tetap terperangkap di
dalamnya, dan membahayakan manusia didalamnya.
• Penggunaan daya listrik, kabel, instalasi, dan peralatan yang berdaya besar
• Penggunaan peralatan Bio-medis dengan beban listrik yang berfluktuasi, dan banyak sambungan listrik
• Saluran oksigen, dan tabung oksigen yang bertindak sebagai katalis penyebab ledakan api
• Bahan yang sangat mudah terbakar dan cairan berbasis alkohol seperti pembersih, disinfektan, dll
• Kepadatan pasien yang tinggi di ICU, HDU, bertanggung jawab atas tingkat kematian yang lebih tinggi, dan
cedera
• Penyimpanan dalam jumlah besar bahan seperti linen, obat-obatan, berbagai kemasan.
56. Resiko Kebakaran di ICU
• Berdasarkan 'segitiga api’ bahan bakar, oksigen, dan panas berlimpah di rumah sakit, dan terlebih lagi di ICU.
• Lingkungan yang kaya oksigen di unit ICU menciptakan suasana yang berisiko tinggi untuk terjadinya
kebakaran. Dalam lingkungan oksigen tinggi seperti itu, api akan lebih mudah dan menyebar.
• Kebakaran dapat dimulai melalui listrik dari ponsel, komputer, sambungan listrik atau percabangan listrik
yang rusak pada ventilator atau peralatan penting lainnya. Serta adanya bahan inflamasi lain seperti alkohol
dapat meningkatkan resiko kebakaran.
• Kebakaran di Intensive Care Unit (lCU) membutuhkan respon cepat untuk memastikan keselamatan pasien
dan staf.
• Respons staff bergantung pada pelatihan kebakaran rutin dan pengetahuan staff tentang prosedur
memadamkan api dan penempatan alat pemadam.
• Peralatan life support harus tersedia karena oksigen dan pasokan listrik ke ICU mungkin akan terhenti segera
setelah terjadi kebakaran.
• Perencanaan dan pelatihan rutin, tindakan penanggulangan kebakaran yang tepat dan peralatan life
support yang tersedia untuk evakuasi akan mengurangi risiko keselamatan.
57. ICU memiliki orang yang relatif lebih rentan, bahan yang
bertindak sebagai bahan bakar, pasokan oksigen murni dalam
jumlah yang cukup, di ruang terbatas, yang jika tidak
direncanakan dan disimpan dengan benar dapat
mengakibatkan bencana.
58. Peran Oksigen sebagai
Pengoksidasi
• Pengayaan oksigen atmosfer adalah faktor
yang paling signifikan berkontribusi pada
kebakaran di ruang ICU
• Persentase oksigen harus dijaga 30% atau
kurang
• Udara ruangan lebih direkomendasikan
60. Penggunaan dan
Penanganan
Tabung Gas
• Silinder harus diamankan dalam posisi
tegak setiap saat.
• Pengguna tidak boleh memodifikasi,
melepas, atau memperbaiki bagian
mana pun dari tabung.
• Katup silinder harus tetap tertutup
setiap saat kecuali saat silinder sedang
digunakan
• Pemipaan, regulator, dan peralatan
lainnya harus dijaga agar gas tetap
rapat untuk mencegah kebocoran.
• Jangan pernah menggunakan oli atau
gemuk pada silinder
61. Penyimpanan
Bahan Kimia
Hindari menyimpan bahan dan peralatan di atas lemari. Jika terpaksa meletakkan bahan/peralatan di atas lemari,
sediakan ruang kosong sekurang-kurangnya 18 inchi (0.5 m) dari kepala sprinkler atau (jika sprinkler tidak tersedia) 24
inchi (0.6 m) dari langit-langit ruangan
Pastikan berat bahan kimia tidak melebihi beban maksimal dari lemari atau rak.
Hindari pemaparan bahan kimia secara langsung ke sumber panas atau cahaya matahari
Jangan menyimpan cairan yang dapat terbakar di dalam lemari es, kecuali lemari es itu memang dirancang untuk
keperluan itu. Lemari es yang bisa dipakai untuk penyimpanan bahan yang dapat terbakar tidak mengandung
komponen-komponen yang dapat memunculkan percikan api untuk menghindari bahaya ledakan.
Bahan kimia pada kemasan dan tempat penyimpanan terdapat simbol limbah B3
Semua pengunaan dan ketersediaan B3 di ruangan wajib dicantumkan dalam list B3
Semua B3 yang ada di area/unit kerja harus disertai dengan dokumen SDSnya
62. Elemen Listrik
Rencanakan sesuai dengan beban
listrik maksimum, dengan asumsi
rumah sakit/ICU beroperasi
dengan kapasitas penuh
Gunakan kabel listrik tahan api di
dalam dan sekitar area ICU.
Grounding semua sumber listrik
dan juga peralatan
Jauhkan saluran Oksigen dan
stopkontak listrik, sejauh
mungkin.
Jauhkan jalur Oksigen dan
peralatan biomedis sejauh
mungkin.
Gunakan soket di bawah meja
untuk komputer untuk
perawatan di dalam ICU.
Melakukan pemeriksaan instalasi
listrik dan kabel bulanan ( Audit
listrik )
Memiliki sambungan listrik
terpisah untuk peralatan klinis
dan peralatan non-kritis,
sehingga jika terjadi korsleting
atau kebakaran, catu daya
peralatan non klinis dapat
dimatikan.
Pengaturan tata letak listrik
mudah diakses oleh staf ICU.
Hindari menggunakan banyak
colokan dalam satu stop kontak,
karena dapat membebani
stopkontak.
Jauhkan wastafel dari panel
komputer dan stop kontak listrik
di ruang perawatan.
Hindari penggunaan perangkat
pribadi dan pengisian dayanya di
dalam area ICU.
63. Kebakaran Akibat Listrik
✓ Pastikan kabel tidak terkelupas/pecah
dan sambungan terminal tidak kendor
yang bisa berakibat terjadinya percikan
bunga api. Jika mendapatkan hal-hal
demikian segera laporkan ke
Departemen FMS.
✓ Apabila terjadi kebakaran segera
isolasi daerah yang terkena dan
gunakan alat pemadam yang sesuai
untuk memadamkannya
✓ Pada panel listrik dilakukan rutin tahun
untuk pemeriksaan suhu
✓ PPM peralatan medis dan kelistrikan
✓ UPS dan kapasitor rutin diganti paling
lambat 5 (lima) tahun/sesuai hasil
pengukuran suhu UPS
Pencegahan dan Penanggulangan
Bahaya Kebakaran
64. Manajemen Bahan
Bakar yang Aman
Risiko kebakaran rumah sakit
meningkat dengan adanya limbah
yang mudah terbakar. Penumpukan
limbah dan bahan lain yang mudah
terbakar (kain, kertas) lainnya secara
teratur di area yang ditentukan, dan
pembersihan rutin untuk mencegah
resiko kebakaran pada tumpukan
bahan bakar. Teruatam di ruang
tersembunyi seperti di balik dinding
dan ruang panel listrik.
65. Kebijakan Pengendalian Kebakaran & Evakuasi
Setiap unit harus memiliki kebijakan evakuasi kebakaran tertentu yang memperhitungkan:
• Tata letak bangunan, termasuk akses tangga darurat untuk evakuasi
• Lokasi lain di dalam rumah sakit di mana perawatan kritis mungkin diberikan secara
sementara
• Penyediaan peralatan dan obat-obatan
• Ketersedian ventilasi, terapi intravena dan pemantauan invasif untuk pasien selama
evakuasi
• Estimasi waktu evakuasi dari ruangan ICU sampai ke titik berkumpul
• Kebijakan evakuasi kebakaran ICU harus diuji secara teratur, idealnya sebagai bagian dari
skenario simulasi (mempertimbangkan kejadian dimalam hari)
66. Desain ICU
• Dilengkapi dengan 2 pintu/akses
• Detektor asap
• Sprinkler
• APAR
• Valve pemutus oksigen yang diberikan tanda
untuk memudahkan mengidentitifikasi
• Ruang penyimpanan bahan yang berpotensi
mudah terbakar jauh dari peralatan pemadam
kebakaran dan pintu keluar kebakaran.
• Penerangan akses keluar
• Sign arah keluar
67. Pembentukan
Tim Tanggap
Darurat ICU
• Penunjukan Tim Tanggap Darurat dibentukan setiap
shift
• Tim Tanggap Darurat terdiri dari Tim Pemadam,
Tim Evakuasi, Tim Keamanan, Tim Dokumen
• Tim Pemadam : min. terlatih mengunakan APAR,
mengetahui letak APAR terdekat, mengetahui
sumber nyala api di ruangan.
• Tim Evakuasi : min. terlatih mengunakan alat
evakuasi (skisheet), mengetahui prioritas evakuasi
pasien, jalur evakuasi rumah sakit.
• Head Nurse memberikan briefing setiap
pembentukan TTD.
• Tim TTD memahami alur komunikasi darurat ke
TTD Rumah Sakiit (KOTI & KOLAK)
68. Kesiapsiagaan Code Red
• Penunjukan TTD di area ICU yang terupdate sesuai kondisi
pada saat tersebut.
• Pada tim yang ditunjukan diberikan briefing tentang
penugasan sebagai TTD oleh Head unit kerja
• Penunjukan tim TTD dicantumkan dalam papan TTD yang
ditempatkan pada area yang mudah terlihat
• Setiap staff yang berada di area radiologi mengetahui letak
penempatan APAR dan ikut bertanggungjawab terhadap akses
dan kelaikan pakai dari APAR.
• Setiap staff mengetahui letak Kotak K3 terdekat dari area
Radiology
• Seluruh staff radiologi secara rutin setiap tahun mengikuti
pelatihan fire and safety.
69. Tim Tanggap Darurat atau Bencana
KOTI
(Komando Tertinggi)
KOLAK
(Komando Pelaksana)
Tim Merah
Saat Jam Kerja
Ketua K3
Chief Security
Di Luar Jam Kerja
Duty Manager
Danru
Tim Biru Tim Kuning Tim Orange
70. Tim Penanggulangan Bencana
TIM PEMADAM
Mencari sumber api
dan melakukan
pemadaman tingkat
awal.
TIM EVAKUASI
Memandu evakuasi
seluruh penghuni
melalui tangga darurat
menuju titik
berkumpul.
TIM PENYELAMAT
DOKUMEN
Melakukan
penyelamatan
dokumen dan barang
berharga ke Posko.
TIM KEAMANAN
Menghentikan aliran
gas medis dan
mengamankan lokasi
kebakaran dari orang-
orang yang tidak
bertanggungjawab
71. Tim Penanggulangan Bencana
• Tugas dan Tanggungjawab
a. Mencari dan menemukan sumber api atau asap.
b. Mematikan peralatan listrik yang ada di sekitar lokasi.
c. Melaksanakan pemadaman tingkat awal dengan menggunakan alat
pemadam kebakaran standar.
d. Membatasi agar api tidak meluas sampai bantuan dari Dinas
Pemadam Kebakaran setempat tiba.
e. Memandu dan membantu petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran
menuju lokasi kejadian.
f. Membantu melakukan evakuasi apabila api tidak dapat dikuasai.
TIM PEMADAM
Mencari sumber api
dan memadamkannya.
72. Tim Penanggulangan Bencana
• Tugas dan Tanggungjawab
• Menyalakan alarm tanda kebakaran dan menghubungi Security untuk
informasi situasi Code Red.
• Menginformasikan kepada penghuni mengenai situasi yang terjadi dan
langkah-langkah yang harus dilakukan.
• Mengarahkan seluruh penghuni untuk keluar mengikuti jalur evakuasi
ke pintu darurat.
• Menghentikan aliran gas medis di area kebakaran untuk menghindari
kebakaran yang lebih parah.
• Mengamankan jalur masuk agar tidak ada penghuni yang masuk ke
area kebakaran.
• Melaksanakan pengawasan dan pengamanan untuk melindungi
penghuni dan properti dari orang yang berniat jahat.
TIM KEAMANAN
Mengamankan lokasi
kebakaran dari orang-
orang yang tidak
bertanggungjawab
73. Tim Penanggulangan Bencana
• Tugas dan Tanggungjawab
• Melakukan penyelamatan dokumen penting dan barang berharga yang
kemudian harus segera dibawa ke POSKO.
• Segera melaporkan ke KOLAK apabila seluruh dokumen penting dan
barang berharga telah diamankan di POSKO.
TIM PENYELAMAT
DOKUMEN
Melakukan
penyelamatan
terhadap dokumen
dan barang berharga
74. Tim Penanggulangan Bencana
• Tugas dan Tanggungjawab
• Berdasarkan instruksi dari KOLAK melakukan evakuasi vertikal seluruh
penghuni melalui tangga darurat menuju ke titik berkumpul.
• Memeriksa seluruh ruangan gedung atau rumah sakit bila
kemungkinan masih ada personel yang tertinggal.
• Melakukan perhitungan jumlah pasien, karyawan, dan penghuni
gedung lain yang melakukan evakuasi dari lantai yang menjadi
tanggung jawabnya dan memeriksa ulang di tempat berkumpul di luar
gedung.
• Melapor kepada KOLAK bila masih ada yang penghuni yang masih
tertinggal di dalam ruangan/gedung atau bila terjadi kecelakaan di
lokasi tersebut.
TIM EVAKUASI
Melakukan evakuasi
pasien, pengunjung,
karyawan yang ada di
gedung
77. Persiapan pasien
• Pasien harus siap secara klinis untuk evakuasi.
• Beberapa modifikasi manajemen ICU dan pengumpulan peralatan
tambahan mungkin diperlukan
• Head Nurse ICU harus menetapkan urutan evakuasi jika diperlukan.
• Keadaan klinis akan menentukan pasien mana yang harus
dipindahkan terlebih dahulu: prinsip triase berlaku.
• Kemungkinan hilangnya pasokan listrik atau gas menjadi pertimbangan
dalam menentukan urutan evakuasi
• Triase dan persiapan untuk evakuasi harus dilakukan segera setelah aktifasi
code red
78. Urutan evakuasi
Jika api membesar dapat dipertimbangkan meninggalkan pasien yang paling tidak stabil, pasien
tidak perlu dievakuasi, dengan pertimbangan keputusan merupakan pilihan yang bijaksana dan
aman bagi pasien dan staf.
Jika api cenderung menyebar dengan cepat, maka pasien terdekat dengan sumber api harus
dipindahkan terlebih dahulu.
Penting untuk ditekankan bahwa keputusan urutan pemindahan pasien harus diambil oleh Head
Nurse/staf senior ICU yang ada pada waktu tersebut . Waktu tidak boleh disia-siakan untuk
mencoba menghubungi staf senior yang tidak ada di ICU: staf harus meluangkan waktu mereka
untuk mempersiapkan pasien untuk evakuasi
79. Evakuasi ICU
Evakuasi dimulai setelah terdengar
paging code evakuasi
• Pilih jalur evakuasi dengan
berkonsultasi dengan petugas
pemadam kebakaran
• Skisheet dan staf tambahan, jika pasien
akan dievakuasi menuruni tangga
• Semua staf harus berkumpul di tempat
berkumpul yang ditentukan untuk ICU,
80. Kebakaran di ICU
• Ketika melihat asap, percikan api, bau
terbakar dan kenaikan suhu yang tidak wajar
segara hubungi FCC untuk mengaktifasikan
Code Red.
• Tim pemadam kebakaran ICU bertanggung
jawab atas pemadaman api hingga api padam
atau sampai petugas pemadam kebakaran tiba
• Upaya harus dilakukan untuk mengendalikan
api tanpa membahayakan staf rumah sakit.
Kegagalan untuk mengendalikan api dengan
APAR dapat menjadi indikasi untuk
evakuasi/pemindahan segera dari ICU
81. Rencana evakuasi
• Rute evakuasi tergantung pada lokasi kebakaran. Gunakan rute yang jauh
dari sumber api
• Staf tidak boleh berada dalam bahaya
• Head Nurse akan menugaskan staff yang tersedia dan melakukan triase
pasien. Pasien yang tidak stabil akan dievakuasi terakhir.
• Pindahkan pasien baik melalui tangga atau ramp yang tersedia dan rute ini
harus rekomendasi dari tim pemadam kebakaran.
• Semua pasien yang diintubasi harus dipasangi sistem pernapasan tertutup
seperti kantong yang dapat mengembang sendiri dengan reservoir, untuk
mencegah inhalasi atmosfer yang berpotensi menganggu pernafasan.
• Gunakan monitor portabel yang tersedia untuk pasien yang tidak stabil
82. Assembly point
• Semua staf ICU harus berkumpul di
tempat yang ditentukan untuk ICU
• Jangan tinggalkan pasien serta
berpindah dari satu area ke area lain
tanpa memberi tahu Tim Evakuasi
• Tim Evakuasi akan mendata untuk
memastikan semua staf dan pasien
dievakuasi
• Jangan masuk kembali ke dalam
gedung sampai instruksi dari KOTI
83. Training
• Semua staf ICU harus mengikuti
Fire Safety Training dan POUR
dalam prosedur keselamatan
kebakaran rumah sakit
• Staf mengikuti latihan kebakaran
rutin baik di unit maupun di rumah
sakit
• Semua staf ICU harus membaca
SOP dan membiasakan diri dengan
rencana
• Pelatihan untuk penggunaan
tabung oksigen bertekanan yang
aman
84. Jenis Tindakan Evakuasi Kebakaran
• Shelter In Place ; tetap di tempat, amankan lokasi dan tutup semua pintu.
• Evakuasi Parsial ; relokasi ke area lain dari bangunan berdasarkan jenis keadaan
darurat dan tingkat bahaya yang mungkin timbul. Evakuasi parsial dapat berupa
evakuasi horizontal kemudian menjadi evakuasi vertikal.
• Evakuasi Horizontal ; pemindahan penghuni ke ruangan yang aman dari bahaya
api atau asap di lantai yang sama.
• Evakuasi Vertikal ; pemindahan penghuni ke area yang aman dari bahaya api atau
asap di lantai yang berbeda, umumnya lantai di bawahnya.
• Evakuasi Total (Code Purple) ; pemindahan penghuni ke area yang aman dari
bahaya api atau asap di luar gedung. Dilakukan jika kondisi gedung berisiko
keseluruhan.
85. • Jenis dan tingkat keparahan kondisi pasien/korban
• Tingkat kesadaran pasien/korban
• Berat badan pasien/korban
• Ketersediaan dan jumlah tim penyelamat/evakuasi
• Jarak dan rute evakuasi
Faktor yang Mempengaruhi Metode Evakuasi
86. Alat Evakuasi : Ski Evacuation Sheet (Ski Sheet)
Ski Sheet belum terpasang Ski Sheet kondisi terpasang di bagian
bawah matras, siap digunakan saat
diperlukan evakuasi.
Ski Sheet saat digunakan untuk
mengevakuasi pasien
88. Strategi untuk mencegah dan
mengurangi risiko kebakaran di ICU
• Pengunaan oksigen untuk menghindari risiko lingkungan yang
kaya oksigen
• Semua rumah sakit harus menetapkan strategi manajemen
risiko untuk bahaya oksigen yang dipimpin oleh manajemen
rumah sakit, yang melibatkan semua staf, termasuk petugas
kesehatan, pemeliharaan, penyedia dan administrasi;
• Rumah sakit mendata jumlah pasien yang mengunakan gas
medis dan, jika meningkat, kebijakan manajemen risiko
kebakaran yang sesuai harus diterapkan.
• Strategi untuk kandungan oksigen pada udara ruangan serta
tabung yang mudah terbakar dan meledak.
• Pentingnya pelatihan staf secara reguler dalam keselamatan
kebakaran dan penggunaan tabung oksigen yang aman
• Pelatihan dan kesadaran staf merupakan faktor penting dalam
keberhasilan atau kegagalan evakuasi
• Peran rumah sakit jaringan dan pihak eksternal yang bisa
membantu ketika rumah sakit mengalami keadaan darurat.
89. Following international and national patient safety standards of WHO, NABH and JCI
Akses evakuasi kebakaran
• Rumah sakit harus memiliki rencana evakuasi kebakaran di setiap lantai. ICU memerlukan rencana yang jelas untuk mengidentifikasi area evakuasi.
• Pintu keluar harus dapat dibuka dan bebas dari bahan apa pun yang akan menghalangi jalan.
Sign akses keluar - Rambu eksit kebakaran, ditempatkan dengan tepat sehingga dapat mengarahkan dalam keadaan darurat. Di tengah semua kekacauan yang terjadi
jika terjadi kebakaran, rambu keluar kebakaran terlihat dengan jelas dan menyala sendiri akan membantu dalam menemukan area keluar yang aman, yang mengarah
ke titik berkumpul.
Deteksi kebakaran – ICU harus memiliki jumlah detektor asap dan sistem alarm kebakaran yang memadai. Sistem deteksi yang berfungsi dengan baik harus
mendeteksi kebakaran dengan cepat, dan staf rumah sakit harus memiliki waktu yang cukup untuk bertindak.
Sistem pemadam kebakaran – ICU harus memiliki jumlah alat pemadam kebakaran, sprinkler dan hidran yang memadai untuk segera mengambil tindakan serta
menampungnya.
Pemeliharaan peralatan – Dalam sebagian besar investigasi pasca-kejadian, peralatan pemadam kebakaran dan pendeteksian tidak diperiksa secara teratur.
Pemeliharaan preventif dari peralatan tersebut sangat penting untukmemastikan berfungsinya peralatan tersebut secara efektif selama kejadian terjadi. ICU menjadi
area berisiko tinggi di rumah sakit, penting untuk sering memeriksa fungsi peralatan tersebut. Pengisian ulang APAR secara teratur serta memeriksa tanggal
kedaluwarsa harus menjadi prioritas utama.
Jarak antar Tempat Tidur pasien– Menurut pedoman yang dikeluarkan oleh NBC untuk ICU, jarak tempat tidur ke tempat tidur minimum harus 6 kaki (1,8 m). Selain
penjelasan logis terkait praktik pengendalian infeksi, jarak ini juga akan membantu meminimalkan risiko bencana terkait kebakaran. Jarak aman memastikan bahwa
peralatan biomedis, saluran oksigen, sambungan listrik, dan hal-hal lain semacam itu secara fisik terpisah satu sama lain. Jika ada percikan api atau kejadian semacam
itu di satu tempat tidur, hal yang sama tidak akan segera mempengaruhi tempat tidur lain di ICU, dan staf akan memiliki waktu untuk melindungi pasien lain.
Penempatan Petugas Keselamatan Kebakaran – Rumah sakit harus menunjuk petugas keselamatan kebakaran tergantung pada ukuran rumah sakit. Tanggung jawab
pekerjaan harus dikomunikasikan dengan jelas kepada FSO yang mencakup melakukan pemeriksaan keselamatan rutin, mengidentifikasi resiko kebakaran, memelihara
rencana operasional dan pemeliharaan semua peralatan kebakaran, pelatihan staf dan melakukan simulasi secara teratur.
Melakukan Simulasi Kebakaran– Pelatihan membantu staf rumah sakit belajar tentang berbagai mekanisme pemadaman kebakaran. Simulasi akan membantu staff
untuk bertindak selama terjadinya kebakaran. Sangat penting untuk melakukan setidaknya simulasi dalam setahun. Setidaknya satu simulasi harus dilakukan di area
ICU untuk menilai staf siap menghadapi setiap kejadian kebakaran di area ICU.
Kepatuhan Hukum: Pimpinan harus mengetahui hukum dan peraturan yang berlaku terkait dengan keselamatan kebakaran. Rumah sakit harus memiliki Fire No
Objection Certificate (NOC) yang sah dari otoritas yang diberlakukan. Memastikan kepatuhan hukum akan menjaga norma kebakaran yang ada, yang pada gilirannya
akan membantu mencegah bahaya kebakaran yang signifikan.
90. Langkah-langkah Keselamatan Kebakaran
di Ruang Medical Record
• Semua kabel listrik harus diamankan untuk
menghindari hubungan arus pendek. Merokok,
menyalakan korek api, membawa api terbuka, dan
penyimpanan bahan kimia harus dilarang di ruang
rekam medis. Semua kabel listrik harus dilengkapi
dengan bingkai jaring kawat.
• Jumlah APAR yang memadai juga harus dipasang di
area ruang rekam medis. Staf mengetahui lokasi
APAR di area kerja mereka.
• Dokumen penting seperti dokumen legal/kasus
harus disimpan di lemari "Tahan Api«
• Pelatihan keselamatan kebakaran adalah bagian
dari induksi dan orientasi semua staf dan diperkuat
selama masa kerja mereka.
• Lorong akses utama memiliki lebar minimal 1,5 m
keluar jika terjadi kebakaran.
91. Langkah-langkah
Keselamatan
Kebakaran di
Ruang Medical
Record
• Code Red diaktifkan apabila sudat tercium bau benda
terbakar
• Dilarang merokok
• Tidak menyimpan berkas arsip mendekati plafon
• Jauhkan tempat penyimpanan/kertas dari sumber listrik dan
sumber api.
• Penandaan untuk mematikan alat bersumber listrik/kabel
apabila sudah digunakan.
• Membuang kertas yang sudah tidak terpakai pada tempatnya.
• Pengecekan kabel listrik secara berkala
• Pemasangan detector asap dan pemeriksaan berkala lainnya
• Ruangan selalu terkunci dan aman
• Perawatan kebersihan secara periodik
92. Tips Pencegahan Kebakaran di Tempat
Kerja
• Menghilangkan Bahaya Kebakaran: Menjaga ruang kerja bebas dari kertas bekas dan
bahan mudah terbakar lainnya, mengganti kabel listrik yang rusak dan menghindari
sirkuit yang kelebihan beban.
• Siapkan untuk Keadaan Darurat: Memastikan semua detektor asap berfungsi,
mengetahui siapa yang harus dihubungi dalam keadaan darurat dan berpartisipasi
dalam latihan kebakaran.
• Laporkan Kebakaran dan Keadaan Darurat Segera: Menghubungi Pos Komando
• Evakuasi dengan Aman: Meninggalkan area dengan cepat dalam keadaan darurat
(setelah aktivasi code evakuasi, menggunakan tangga tidak lift, dan membantu tim kerja
dan pasien
PPT-006-01 92
93. Tips Pencegahan Kebakaran di Tempat
Kerja
• Simpan cairan yang mudah menyala dalam wadah dan lokasi yang sesuai.
• Hindari pengunaan peralatan listrik jika terdapat gas, uap, cairan, debu, atau serat yang
mudah terbakar.
• Pastikan sampah diambil secara rutin untuk menghindari penumpukan bahan mudah
terbakar di suatu area
• Menggunakan dan memelihara kabel, peralatan, dan peralatan dengan benar. Jaga agar
semuanya bebas minyak dan debu.
94. Referensi
• PermenKes No. 24 Tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana
Rumah Sakit
• Panduan Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran di Rumah Sakit. Kementerian
Kesehatan RI. 2019
• HSE Standards and Recommended Practices for Healthcare Records Management, QPSD-
D-006-3 V3.0
• NFPA 99 – Standard for Health Care Facilities (2021 Edition)
• NFPA 101 – Life Safety Code (2021 Edition)
• Hospitals Fire Prevention and Evacuation Guide, WHO