1. FIRE PROTECTION
Untuk memenuhi tugas
Mata kuliah Aspek Hukum dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Yang dibina oleh Bapak Djoko Kustono
Oleh
Aden Ayun Barkos
150551806296
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS PASCASARJANA
JURUSAN PENDIDIKAN KEJURUAN
OKTOBER2015
2. PENGAWASAN K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
A. Dasar Hukum
1. Tujuan K3 tersirat dalam konsideran UU 1/70, yaitu bertujuan melindungi
tenaga kerja dan orang lain, asset dan lingkungan masyarakat
2. Syarat-syarat K3 penanggulangan kebakaran sesuai ketentuan pasal 3 ayat
(1) huruf b, d, q dalam UU No. 1 tahun 1970
3. Pasal 9 ayat (3) mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan
penanggulangan kebakaran
B. Pengertian
1. Pengawasan: suatu aktivitas untuk menilai kesesuaian peryaratan yang
telah ditentukan, yang dalam hal ini adalah persyaratan K3
penanggulangan kebakaran yang bertujuan untuk mencegah atau menekan
resiko sampai pada level yang memadai.
2. Kebakaran: api yang tidak dikehendaki.
3. Resiko kebakaran: perkiraan tingkat keparahan apabila terjadi kebakaran.
4. Memadamkan kebakaran: suatu teknik menghentikan reaksi pembakaran
atau nyala api.
5. Jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran: sarana berbentuk
konstruksi permanen pada bangunan gedung dan tempat kerja yang
dirancang aman untuk waktu tertentu sebagai jalan atau rute penyelamatan
penghuni apabila terjadi keadaan darurat kebakaran
6. Panas, asap dan gas: produk kebakaran yang pada hakekatnya jenis bahaya
yang akan mengancam keselamatan.
C. Ruang Lingkup
1. Identifikasi potensi bahaya
2. Analisa resiko
3. Sarana proteksi kebakaran aktif
4. Sarana proteksi kebakaran pasif
3. D. Fenomena Kebakaran
1. Fenomena kebakaran
Fenomena kebakaran atau gejala pada setiap tahapan mulai awal terjadinya
penyalaan sampai kebakaran padam, dapat diamati beberapa fase tertentu, yaitu :
a. Sumber awal pencetus (source energy)
b. Penyalaan tahap awal (initiation)
c. Api berkembang lebih besar (Growth)
d. Penyalaan api serentak (Flashover)
e. Kebakaran mantap (Stedy/full development fire)
f. Periode surut (Decay)
2. Teori dan anatomi api
a. Teori api. Nyala api adalah suatu fenomena yang dapat diamati gejalanya
yaitu adanya cahaya dan panas dari suatu bahan yang sedang terbakar
b. Teori segitiga api. Untuk dapat berlangsungnya proses nyala api maka
diperlukan adanya 3 unsur pokok yaitu:
1) Bahan yang dapat terbakar (Fuel)
2) Oksigen yang cukup dari udara atau dari bahan oksidator
3) Panas yang cukup
c. Teori piramida bidang empat. Fenomena pada suatu bahan yang terbakar
adalah terjadi perubahan bentuk dan sifat-sifatnya yang semula menjadi
zat baru, maka proses ini adalah perubahan secara kimia.
3. Prinsip teknik memadamkan api
a. Pemahaman pertama
Berdasarkan teori Triangle of fire, ada 3 elemen pokok untuk dapat
terjadinya nyala api yaitu :
1) Bahan bakar
2) Oksigen
3) Panas/sumber menyala
4. b. Pemahaman kedua
Dari ketiga elemen dalam segitiga api, menuntut adanya persyaratan
besaran fisika tertentu yang menghubungkan sisi-sisi segitiga api itu, yaitu:
1) Flash point
2) Flammable range
3) Fire point
4) Ignition point
c. Pemahaman ketiga
Unsur-unsur terjadinya api seperti diterangkan dalam teori piramida
bidang 4 ada elemen ke-4 yaitu radikal bebas yang ternyata mempunyai peranan
besar dalam proses berlangsungnya nyala api. Berdasarkan pemahaman tersebut,
maka teknik memadamkan api dilakukan dengan 4 prinsip, yaitu :
1) Prinsip mendinginkan
2) Prinsip menutup bahan yang terbakar
3) Prinsip mengurangi oksigen
4) Prinsip memutus rantai reaksi api
4. Klasifikasi kebakaran
a. Klas A
1) jenis kebakaran: bahan padat kecuali logam, seperti kayu, arang,
kertas, tekstil, plastik dan sejenisnya.
2) sifat: terbakar sampai bagian dalam atau terdapat bara
b. Klas B (cair)
1) jenis kebakaran: bahan cair
2) sifat: terbakar pada permukaan
c. Klas B (gas)
1) jenis kebakaran: bahan gas
2) sifat: terbakar pada titik sumber gas mengalir
d. Klas C
1) jenis kebakaran: peralatan listrik yang bertegangan
2) sifat: ditinjau dari aspek bahaya terkena listrik bagi petugas
5. e. Klas D
1) jenis kebakaran: bahan logam
2) sifat: pembakaran logam alan bertemperatur tinggi, sehingga bila
dipadamkan dapat terjadi peledakan karena perubahan fase media
pemadam menjadi gas
5. Jenis-jenis media pemadam kebakaran
a. Media pemadam kebakaran yang umum digunakan adalah air. Air tidak
dapat digunakan secara efektif dan aman untuk semua jenis kebakaran.
b. Media pemadam kebakaran jenis halocarbon (Halon) Bekerja secara kimia
memotong rantai reaksi pembakaran yaitu mengikat unsur-unsur karbon
dan hydrogen yang berdiri bebas.
c. Media pemadam kebakaran jenis Clean Agent. Harus memenuhi beberapa
criteria, yaitu :
1) bersih, tidak meninggalkan bekas/noda
2) tidak konduktif
3) tidak korosif
6. Analisis penerapan clean agent sebagai alternative pengganti Halon 1301
7. Klasifikasi hunian
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat dan gejala kebakaran dan tingkat
resiko bahaya antara lain dipengaruhi oleh faktor-faktor:
a. Peruntukan bangunan/jenis kegiatan
b. Jenis konstruksi bangunan
c. Bahan-bahan yang disimpan, diolah atau dikerjakan
d. Karakteristik penghuni
e. Lingkungan
Klasifikasi hunian atau jenis usaha ditinjau dari resiko bahaya kebakaran
dibagi dalam tingkatan kategori sbb:
a. Hunian bahaya kebakaran ringan
b. Hunian bahaya kebakaran sedang
c. Hunian bahaya kebakaran berat
6. E. Sistem Proteksi Kebakaran
1. Konsep system proteksi kebakaran
Perencanaan system proteksi kebakaran yang direncanakan ada 3 sistem
strategi yaitu:
a. Sarana proteksi kebakaran aktif
b. Sarana proteksi kebakaran pasif
c. Fire safety management
2. Sistem deteksi dan alarm kebakaran
a. Manual
b. Otomatik
c. Otomatik integrated system
3. Alat pemadam api ringan. Direncanakan untuk memadamkan api pada
awal kebakaran.
4. Hydrant. Instalasi pemadam kebakaran yang dipasang permanent berupa
jaringan perpipaan berisi air bertekanan terus-menerus yang siap untuk
memadamkan kebakaran.
5. Springkler. Instalasi pemadam kebakaran yang dipasang secara permanen
untuk melindungi bangunan dari bahaya kebakaran yang akan bekerja
secara otomatik memancarkan air apabila terkena panas pada temperatur
tertentu.
6. Sarana evakuasi. Sarana dalam bentuk konstruksi dari bagian bangunan
yang dirancang aman sementara (min 1 jam) untuk jalan menyelamatkan
diri bila terjadi kebakaran bagi seluruh penghuni di dalamnya tanpa
dibantu orang lain
7. Kompartementasi. Metode pengaturan tata ruang untuk menghambat
penjalaran kebakaran ke bagian lain.
8. Sistem pengendalian asap dan panas.
9. Pressurized fan. Fungsinya untuk memecah konsentrasi uap berada di
bawah flammable range, sehingga terhindar dari resiko penyalaan
10. Tempat penimbunan bahan cair atau gas mudah terbakar.
7. F. Manajemen Penanggulangan Kebakaran
1. Pre Fire control
a. Identifikasi potensi bahaya kebakaran
b. Identifikasi tingkat ancaman bahaya kebakaran
c. Identifikasi scenario
d. Perencanaan tanggap darurat
e. Perencanaan system proteksi kebakaran
f. Pelatihan
2. In Case Fire Control
a. Deteksi alarm
b. Padamkan
c. Lokalisir
d. Evakuai
e. Rescue
f. Amankan
3. Post Fire Control
a. Investigasi
b. Analisis
c. Rekomendasi
d. Rehabilitasi
G. Sistem Tanggap Darurat
1. Ciri keadaan darurat
a. Terjadi tiba-tiba
b. Mengganggu kegiatan/organisasi/komunitas
c. Perlu segera ditanggulangi
2. Jenis-jenis
a. Natural hazard (bencana alamiah)
b. Technological Hazard (kegagalan teknis)
3. Tahapan perencanaan keadaan darurat
a. identifikasi bahaya dan penaksiran resiko
b. penakaran sumber daya yang dimiliki
8. c. tinjau ulang rencana yang telah ada
d. tentukan tujuan dan lingkup
e. pilih tipe perencanaan yang akan dibuat
f. tentukan tugas-tugas dan tanggung jawab.
g. Tentukan konsep operasi
h. Tulis dan perbaiki
4. Kerangka FEP
a. Rencana dasar
b. Pencegahan
c. Persiapan darurat
d. Tanggap darurat
e. Pemulihan
Dengan diterapkannya suatu sistem manajemen K3 penanggulangan
kebakaran yang solid, diharapkan perusahaan dapat melakukan pencegahan akan
terjadinya kebakaran sejak dini.
Materi ini sudah cukup banyak memberikan gambaran lebih jelas mulai
dari pengenalan mengenai api itu sendiri sampai dengan cara pencegahannya serta
prosedur penanggulangan sesuai dengan peraturan yang berlaku.