2. Pendahuluan
Sebelum mengenal agama-agama manusia hidup berdasarkan nilai-nilai/ norma yang telah
disepakati bersama
Cara hidup dengan mewarisi adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang seperti ini
kemudian hari dikenal dengan tradisi budaya.
Tradisi budaya suatu bangsa dapat dipakai sebagai tolok ukur kemajuan suatu peradaban.
Hal itu dapat dilihat dari
peninggalan-peninggalan yang ada, seperti: karya seni; benda-benda purbakala, bentuk
bangunan, adat-istiadat atau tatakrama, dan
sistem kepercayaan. Sebagai contoh; bangunan piramid menunjukkan tingkat kemajuan
tradisi budaya Mesir di jaman Fir’aun, Borobudur menunjukkan tingkat kemajuan tradisi
budaya Jawa di jaman Smaratungga dan Tembok Raksasa (great wall) menunjukan kemajuan
tradisi budaya Tionghoa di jaman Dinasti Chi
3. • Nilai tradisi budaya suatu bangsa lebih
bersifat lokal dibandingkan dengan Agama
Buddha yang universal. Namun demikian
tradisi budaya juga syarat dengan niai-nilai
yang penting dan berharga.
• Eksplorasi tradisi budaya berdampak
menguntungkan dan sekaligus merugikan.
Menguntungkan karena tradisi budaya
yang tidak dikenal masyarakat dapat
dikenal masyarakat luas. Merugikan karena
eksplorasi budaya terkadang mengabaikan
nilai-nilai religius yang terkandung
didalamnya sehingga terkesan biasa-biasa
saja. Tidak mendasar dan hanya
mempunyai nilai estetika belaka.
• Tradisi budaya adalah keseluruhan gagasan
dan karya manusia yang harus dibiasakan
dengan belajar, beserta keseluruhan dari
hasil budi dan karyanya itu. (K.Wijaya
Mukti , 2003)
4. • Tradisi budaya Buddhis berkembang dari ajaran dan
teladan hidup Buddha seperti: cara berpikir, berbicara,
bertindak dan bertindak, yang bertitik tolak dari
pencapaian penerangan sempurna. Dalam
perkembangannya tradisi budaya Buddhis tidak hanya
berpengaruh di India melainkan meluas menjadi salah satu
bagian dari kebudayaan keagamaan atau kebudayaan
spiritual, maupun kebudayaan material dunia.
• Berkaitan dengan tradisi budaya, menurut Koencoro
Ningkrat yang dikutip Wijaya Mukti menjelaskan:Terdapat
tiga wujud kebudayaan yang saling berkaitan, yaitu;
1. Wujud idiil (ide dan adat yang mengatur laku berupa
sistem nilai budaya, norma, hukum, peraturan),
2. Sistem sosial, aktifitas/ tingkah laku manusia menurut pola
tertentu berdasarkan adat tata kelakuan,
3. Benda-benda fisik karya manusia.
5. Budaya tidak lepas dari sejarah masuknya
agama buddha di Nusantara
• Di Kutai-Kalimantan ditemukan tujuh prasasti sekitar tahun 400 Masehi
dan dibuat atas perintah Raja Mulawarman, anak Aswawarman, cucu
Ku-dungga.Prasasti-prasasti tersebut menceritakan mengenai sebuah
tempat pemujaan yang bernama Wapakeswara.
• di Bogor-Jawa Barat ditulis kira-kira tahun 450 atas perintah
Purnawarman, Raja Taruma, yang digambarkan sebagai panglima besar.
Pada prasasti tersebut terdapat lukisan dua telapak kaki gajah. Prasasti-
prasasti tersebut ditulis dalam huruf Pallawa dengan bahasa Sanskerta.
• mengenai perkembangan agama Buddha di Indonesia terdapat dari
laporan seorang Cina yang berasal dari abad ke-4 Fa Hsien (+/-337 – 422
M), yang sekembalinya dari Ceylon (Sri Lanka) ke China pada tahun 414
Masehi terpaksa mendarat di negeri yang bernama Ye-Po-Ti karena
kapalnya rusak. Sekarang tidak terlalu jelas apakah Ye-Po-Ti itu Jawa
atau Sumatera. Beberapa ahli mengatakan bahwa Ye-Po-Ti adalah Jawa
(Javadvipa).
6. • Laporan orang-orang Cina lainnya adalah
bahwa antara tahun 454-464 terdapat
sebuah kerajaan yang disebut "Kan-to-li" -
diperkirakan di Sumatra- diperintah oleh
raja Warunarendra di mana ia mengirim
patung Rudra Hindu ke Cina. Namun pada
tahun 502 raja beragama Buddha
memerintah di sana dan tahun 519
digantikan oleh putranya yang bernama
Wijayawarma.
• Bukti lain adanya kerjaan Sriwijaya yang
beragama Buddha berupa prasasti-prasasti
yang banyak ditemukan di Sumatra dan
Pulau Bangka pada tahun 683-686 M
• Pada masa Sailendra inilah agama Buddha
mengalami perkembangan yang sangat
pesat di pulau Jawa khususnya dan
mencapai puncak kejayaannya yang terkenal
dalam sejarah kebudayaan Indonesia.
Secara historis, terdapat banyak warisan
kebudayaan peninggalan dari masa
Sailendra, baik berupa bangunan-bangunan
yang monumental seperti candi-candi, dan
candi Borobudur adalah salah satu
peninggalan bersejarah yang sangat populer
yang secara historis didirikan pada masa
wangsa Sailendra.
7. • Kitab Sanghyang Kamahayanikan adalah
naskah kuno yang berisi uraian tentang ajaran
dan ritus agama Buddha Mahayana yang
mengarah kepada bentuk Tantrayana, ditulis
pada masa mpu Sindok (929-947) yang
beragama Hindu. Dalam kitab tersebut
terdapat berbagai konsepsi ajaran agama
Buddha seperti trikaya,dasaparamita,
caturarya, panca tathagata, triparartha,
trimala, mahaguhya, dan sebagainya. Konsep
tentang dasaparamita tersebut sangat khas
dan berbeda dengan yang terdapat pada aliran
Mahayana maupun Theravada, karena dasa-
paramita dalam Sanghyang Kamahayanikan
terdiri dari sadparamita dan caturparamita di
mana yang terakhir ini merupakan konsep
brahma-vihara.
8. • Sutasoma ditulis oleh mpu Tantular pada
zaman Hayam Wuruk - Majapahit (1350-
1389 Masehi). Kitab Sutasoma berisi cerita
tentang Buddha yang menitis kepada
Raden Sutasoma -seorang pangeran putra
Prabu Mahaketu dari Hastina- yang tidak
ingin dikawinkan dan tidak pula ingin
dinobatkan menjadi raja. Kemudian ia
meninggalkan kerajaan karena mengikuti
ajaran Sang Buddha.
• Kunjarakarna merupakan naskah yang
berbentuk gancaran (diperkirakan berasal
dari zaman Mataram kuno) dan ada pula
yang berbentuk kakawin (zaman
Majapahit)
9. Masuknya
kebudayaan agama
Hindu-Buddha juga
menyebabkan
akulturasi dengan
kebudayaan Lokal
• Seni bangunan (arsitektur) Salah satu bentuk
peninggalankebudayaan Hindu-Buddha di
Indonesia adalah seni bangunan. Dalam
bukuKehidupan Masyarakat Pada Masa
Praaksara, Masa Hindu Buddha, dan Masa Islam
(2019) karya Tri Worosetyaningsih,
perkembangan Hindu Buddha di Indonesia telah
membawa pengaruh besar dalam berbagai
karya seni dan kerajinan maupun bangunan.
Salah satu hasil karya adalah candi. Bagi Hindu
dan Buddha candi memiliki fungsi yang berbeda.
Bagi candi bercorak Hindu berfungsi sebagai
makam, sementara candi bercorak Buddha
memiliki fungsi sebagai tempat pemujaan atau
peribadatan.
10. • Pada pengaruh aksara dan sastra, orang-orang Indonesia mengenal bahasa
Sansekerta dan huruf pallawa. Tidak hanya mengenal tapi juga bisa
membaca dan menulis. Itu membuat membawa perkembangan
dalam seni sastra. Bahkan masa aksara merupakan masa yang
menunjukkan dimulainya masyarakat Indonesia mengenal tulisan.
Pada masa Hindu Buddha, seni sastra berkembang, seperti cerita
Mahabarata dan Ramayana. Bahkan ada beberapa kata dalam
bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Sansekerta. Seperti
sansekerta dari silambara, harta dari artha, atau gembala dari
gopala. Meskipun tulisan pada mulanya adalah tulisan dengan
huruf Palawa dan bahasa Sanskrta yang berasal dari India.
11. • Sistem pemerintahan Sebelum
masuknya Hindu Buddha,
masyarakat Indonesia belum
mengenal sistem pemerintah. Semula
pemimpinnya adalah kepala suku,
setelah Hindu Buddha pemimpinnya
adalah raja. Masuknya Hindu
Buddha membawa pengaruh
terhadap terbentuknya kerajaan-
kerajaan bercorak Hindu Buddha.
Dilansir situs Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
(kemendikbud), dalam sistem
pemerintahan terjadi pergeseran
konsep kekuasaan dan politik.
12. • Perdagangan Dalam dunia perdagangan pada masa Hindu Buddha sudah menggunakan
mata uang yang diciptakan di negara sendiri. Sehingga transaksi jual beli menjadi lebih
praktis baik untuk perdagangan dalam negeri maupun luar negeri. Karena sebelumnya
transaksi masih bersifat barter. Kelemahan sistem barter adalah tidak semua barang yang
ditukar belum tentu diperlukan oleh orang lain dan tidak memiliki standar baku.
13. • Sistem kalender (penanggalan)
Dalam perkembangan Hindu Buddha
di Indonesia memiliki perhitungan
kalender yang disebut kalender saka.
Perhitungan pada kalender saka,
satu tahun saka terdiri atas 365 hari.
Pada sistem kalender dalam
masyarakat berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan, seperti upacara
keagamaan.
14. • Sebelum ajaran Hindu Buddha datang,
masyarakat Indonesia menganut
kepercayaan animisme (memuja roh
nenek moyang) dan dinamisme
(kekuatan gaib benda-benda). Setelah
Hindu Buddha datang masyarakat
Indonesia banyak yang belajar ajaran
Hindu Buddha. Agama Hindu maupun
Buddha telah mempertegas nilai-nilai
moral yang telah dimiliki bangsa
Indonesia sebelumnya.