pentingnya seorang guru mengunakan fasilitas yang udah di buat pendahulu kita"orang yg lebih cakap" dalam mengubah ara secara instan dan bermartabat dalam menapaki masa yang mendunia tidak ada batas,etika,waktu,budaya,dan tata cara yang seremonial.selamat datang era baru yang berpondasi kepada jati diri bangsa yang bermartabat dan nasionalisme
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
KREATIFITAS GURU
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Profesi guru meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik
berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti
meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknlogi, sedangkan
1
melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa
Mengemban misi tersebut jelas bukan tugas yang ringan. Selain harus
memiliki bekal integritas kepribadian yang tinggi dan keterampilan mengajar
yang dapat diandalkan, guru diharapkan mampu menciptakan iklim belajar
mengajar yang kondusif, sehat dan menyenangkan. Sehingga berangkat dari
profesionalisme ini guru akan tampil sebagai figure yang benar-benar
mumpuni, wibawa, disegani dan memiliki integritas yang tinggi.
Upaya guru dalam mempersiapkan anak didiknya terasa lebih
penting ketika dihadapkan pada sebuah realitas kehidupan saat ini yang syarat
dengan kompetitif dan budaya konsumtif. Untuk menghadapi tantangan
tersebut seorang guru harus mampu mencari terobosan dalam membina dan
mengajar anak didiknya guna menghadapi tantangan zaman yang sudah ada di
depan mata. Mengembangkan kreativitas mengajar merupakan salah satu
terobosan yang cukup besar, karena kreativitas sangat besar pengaruhnya
1
Uzer Usman, Moh, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999),
h.139
-1-
2. dalam kemajuan hidup. Orang yang mempunyai kreativitas berarti ia harus
lincah, kuat mental, dapat berpikir dari segala arah. Dan yang terpenting
mempunyai keluwesan konsepsional (berdasarakan konsep, pikiran dan cita-
cita), orisinalitas (keaslian) dan menyukai kompleksitas (kerumitan). Ciri-ciri
tersebut masih harus ditambah lagi dengan sifat mau bekerja keras, mandiri,
pantang menyerah, dan lebih tertarik pada konsep yang besar, punya selera
humor dan fantasi serta tidak menolak ide-ide baru yang menghadang di
depannya. Begitu banyak syarat yang harus dipenuhi bagi orang yang mau
melakukan kreativitas dalam hidupnya. Alangkah indahnya jika kreativitas
dengan berbagai syarat di atas diterapkan dalam proses pembelajaran di setiap
bidang ilmu di sekolah yang hanya mencakup beberapa persen saja dari
kreativitas yang ada. Dengan demikian bukan mustahil apabila pelajaran yang
selama ini dianggap sulit akan menjadi favorit siswa.
Namun dambaan seperti itu hingga saat ini masih jauh dari
harapan. Pengembangan kreativitas masih menunggu penggarapan. Apalagi
didukung oleh langkahnya literatur yang membahas tentang kreativitas
mengajar serta motivasi kepada para guru agar lebih kreatif semakin
melemahkan kreativitas guru karena kurangnya pengalaman dalam
penerapannya.
Pada satu sisi kepribadian seorang guru harus menjadi teladan bagi
siswa. Hal ini di karenakan kepribadian guru mempunyai pengaruh langsung
dan komulatif terhadap perilaku siswa.2 Perilaku yang terpengaruh itu antara
2
Oemar Hamalik.Psikologi belajar dan mengajar. (Bandung: Sinar baru Algensindo,2000).
h.34-35
-2-
3. lain: kebiasaan belajar, disiplin, hasrat belajar, dan motivasi belajar. Yang
dimaksud dengan kepribadian di sini meliputi pengetahuan, keterampilan,
sikap. Kepribadian yang ditampilkan guru dalam PBM akan selalu dilihat,
diamati, dan dinilai oleh siswa sehingga timbul dalam diri siswa persepsi
tertentu tentang kepribadian guru.
Guru pula yang memberi dorongan agar peserta didik berani
berbuat benar, dan membiasakan mereka untuk bertanggung jawab terhadap
setiap perbuatannya. Guru juga bertindak sebagai pembantu ketika ada peserta
didik yang buang air kecil, atau muntah di kelas, bahkan ketika ada yang
buang air besar di celana. Guru yang menggendong peserta didik ketika jatuh
atau berkelahi dengan temannya, menjadi perawat, dan lain-lain yang sangat
menuntut kesabaran, kreatifitas dan profesionalisme 3
Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru dalam membantu
pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Mereka memiliki peran
dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna
menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta
mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa.
Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan
kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan
potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional, dan
menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai berikut: Pertama Orang
tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya. Kedua Teman, tempat
mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.Ketiga
3
E Mulyasa..Menjadi guru Profesional. (Bandung: Rosdakarya.2005) h. 36
-3-
4. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta
didik sesuai minat, kemampuan, dan bakatnya. Keempat Memberikan
sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan
yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya. Kelima Memupuk
rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab. Keenam Membiasakan
peserta didik untuk saling berhubungan (bersilaturahmi) dengan orang lain
secara wajar. Ketujuh Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar
antarpeserta didik, orang lain, dan lingkungannya. Kedelapan
Mengembangkan kreativitas. Kesembilan Menjadi pembantu ketika
diperlukan.4
Landasan pemikiran di atas memberikan sebuah telaah pemikiran
bagi kita bahwa Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan
identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru
harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung
jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Berkaitan dengan tanggung jawab; guru
harus mengetahui, serta memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta
berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut.
Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam
pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu
maka dipandang perlu bagi penulis untuk mendeskripsikan “Profesionalisme
guru Sekolah dasar dalam mengembangkan pembelajaran yang aktif, kreatif,
inovatif dan menyenagkan berbasis IT”.
B. Rumusan Masalah
4
Ibid. h. 34
-4-
5. Permasalahan dalam karya tulis ini adalah :
Bagaimana Profesionalisme guru Sekolah dasar dalam
mengembangkan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenagkan
berbasis IT ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ini untuk mendeskripsikan
Profesionalisme guru Sekolah dasar dalam mengembangkan pembelajaran
yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenagkan berbasis IT.
BAB II
LANDASAN TEORI
-5-
6. A. Sifat Kepribadian Guru
Menurut asal katanya, kepribadian atau personality berasal dari bahasa
Latin personare, yang berarti mengeluarkan suara (to sound through). Istilah
ini digunakan untuk menunjukkan suara dari percakapan seorang pemain
sandiwara melalui topeng (masker) yang dipakainya. Pada mulanya istilah
persona berarti topeng yang dipakai oleh pemain sandiwara, di mana suara
pemain sandiwara itu diproyeksikan. Kemudian kata persona itu berarti
pemain sandiwara itu sendiri.5
Dari sejarah pengertian kata tersebut, tidak heran kita jika kata
persona yang mula-mula berarti topeng, kemudian diartikan pemainnya itu
sendiri yang memainkan peranan seperti digambarkan dalam topeng tersebut.
Akhirnya kata persona itu menunjukkan pengertian tentang kualitas dari
watak/karakter yang dimainkan di dalam sandiwara itu. Kini kata personality
oleh para ahli psikologi dipakai untuk menunjukkan sesuatu yang nyata dan
dapat dipercaya tentang individu untuk menggambarkan bagaimana dan apa
sebenarnya individu itu.
Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sartain, istilah personality
terutama menunjukkan suatu organisasi/susunan daripada sifat-sifat dan
aspek-aspek tingkah laku lainnya yang saling berhubungan di dalam suatu
individu. Sifat-sifat dan aspek-aspek ini bersifat psikofisik yang menyebabkan
individu berbuat dan bertindak seperti apa yang dia lakukan, dan
menunjukkan adanya ciri-ciri khas yang membedakan individu itu dengan
individu yang lain. Termasuk di dalamnya: sikapnya, kepercayaannya, nilai-
5
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) h. 154
-6-
7. nilai dan cita-citanya, pengetahuan dan keterampilannya, macam-macam cara
gerak tubuhnya, dan sebagainya.6
Kepribadian itu relatif stabil. Pengertian stabil di sini bukan berarti
bahwa kepribadian itu tetap dan tidak berubah. Di dalam kehidupan manusia
dari kecil sampai dewasa/tua, kepribadian itu selalu berkembang, dan
mengalami perubahan-perubahan. Tetapi di dalam perubahan itu terlihat
adanya pola-pola tertentu yang tetap. Makin dewasa orang itu, makin jelas
polanya, makin jelas adanya stabilitas.
Istilah sifat atau karakteristik dapat diartikan sebagai ciri-ciri,
sedangkan istilah kepribadian dalam arti sederhana berarti sifat hakiki
individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan
dirinya dari yang lain. Kepribadian (personality) sebagai sifat khas yang
dimiliki seseorang. Selanjutnya dari tinjauan psikologi, kepribadian pada
prinsipnya adalah susunan atau kesatuan antara aspek perilaku mental
(pikiran, perasaan, dan sebagainya) dengan aspek perilaku behavioral
(perbuatan nyata). Aspek-aspek ini berkaitan secara fungsional dalam diri
seorang individu, sehingga membuatnya bertingkah laku secara khas dan
tetap. 7
Dari uraian di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa karakteristik
kepribadian adalah ciri-ciri perilaku psikofisik atau rohani-jasmani yang
kompleks dari individu, sehingga tampak dalam tingkah lakunya yang khas.
6
ibid
7
Muhibbin Syah. Psikologi pendidikan (Bandung: Rosdakarya, 1995) h. 226
-7-
8. Demikian pula halnya dengan guru sebagai individu, memiliki sejumlah ciri-
ciri sifat yang khas.
Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia, maka
setiap calon guru dan guru professional sangat diharapkan memahami
bagaimana karakteristik (ciri khas) kepribadian dirinya yang diperlukan
sebagai panutan para siswanya. Secara konstitusional, guru hendaknya
berkepribadian Pancasila dan UUD '45 yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Mahaesa, disamping ia harus memiliki kualifikasi (keahlian yang
diperlukan) sebagai tenaga pengajar (Pasal 28 ayat (2) UUSPN/ 1989).8
Kepribadian guru mempunyai pengaruh langsung dan kumulatif
terhadap hidup dan kebiasaan-kebiasaan belajar para siswa. Yang dimaksud
dengan kepribadian di sini meliputi: pengetahuan, keterampilan, ideal, sikap,
dan juga persepsi yang dimiliki guru tentang orang lain. Lebih lanjut, Hamalik
mengemukakan sejumlah karakteristik guru yang disenangi oleh para siswa
adalah guru-guru yang:
- demokratis,
- suka bekerja sama (kooperatif),
- baik hati,
- sabar,
- adil,
- konsisten,
- bersifat terbuka,
8
ibid. h 227
-8-
9. - suka menolong,
- ramah tamah,
- suka humor,
- memiliki bermacam ragam minat,
- menguasai bahan pelajaran,
- fleksibel, dan
- menaruh minat yang baik terhadap siswa.9
Wijaya mengemukakan bahwa" keberhasilan seorang guru dalam
PBM harus didukung oleh kemampuan pribadinya". Kemampuan pribadi guru
dalam PBM tersebut secara rinci sebagai berikut10:
a. Kemantapan dan Integritas Pribadi
Seorang guru dituntut untuk dapat bekerja teratur dan konsisten, tetapi
kreatif dalam menghadapi pekerjaannya sebagai guru. Menurut Hamalik
kemantapannya dalam bekerja, hendaknya merupakan karakteristik pribadinya
sehingga pola hidup seperti ini terhayati pula oleh siswa sebagai terdidik.
Kemantapan dan integritas pribadi ini tidak terjadi dengan sendirinya,
melainkan tumbuh melalui suatu proses belajar yang sengaja diciptakan.
Dengan kemantapan dan integritas pribadi yang tinggi, maka setiap
permasalahan yang dihadapi akan terpecahkan dan akan berpengaruh terhadap
ketenangan PBM.
b. Peka terhadap Perubahan dan Pembaruan
9
Oemar Hamalik.Psikologi belajar dan mengajar. (Bandung: Sinar baru
Algensindo,2000).h.34,39
10
Cece Wijaya.kemampuan dasar guru dalam dalam proses belajar mengajar( Bandung :
Rosdakarya:1994) h. 13-21
-9-
10. Guru harus peka baik terhadap apa yang sedang berlangsung di
sekolah maupun yang sedang berlangsung di sekitarnya. Ini dimaksudkan agar
apa yang dilakukan di sekolah tetap konsisten dengan kebutuhan dan tidak
ketinggalan zaman. Pembaruan dalam pengertian kependidikan merupakan
suatu upaya lembaga pendidikan untuk menjembatani masa sekarang dan
masa yang akan datang dengan jalan memperkenalkan program kurikulum
atau metodologi pengajaran yang baru.
c. Berpikir Alternatif
Guru harus mampu berpikir dan mampu memecahkan masalah yang
dihadapi dalam PBM. Mampu memberikan berbagai alternatif jawaban dan
memilih salah satu alternatif untuk kelancaran PBM.
d. Adil, Jujur, dan Objektif
Adil, jujur, dan objektif dalam memperlakukan dan juga menilai siswa
dalam PBM merupakan hal yang harus dilaksanakan oleh guru. Adil artinya
menempatkan sesuatu pada tempatnya, sedangkan jujur adalan tulus ikhlas
dan menjalankan fungsinya sebagai guru, sesuai dengan peraturan dan norma-
norma yang berlaku. Objektif artinya benar-benar menjalankan aturan dan
kriteria yang telah ditetapkan, tidak pilih kasih dan lain sebagainya.
e. Berdisiplin dalam Melaksanakan Tugas
Dalam pendidikan yang dimaksudkan dengan disiplin adalah keadaan
tenang atau keteraturan sikap atau keteraturan tindakan. Disiplin merupakan
salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Agar disiplin dapat
dilaksanakan dalam proses pendidikan maka perlu melaksanakan tata tertib
- 10 -
11. dengan baik oleh guru maupun siswa, taat terhadap kebijakan dan
kebijaksanaan yang berlaku, serta menguasai diri dan instropeksi.
f. Diet dan Tekun Bekerja
Keuletan dan ketekunan bekerja tanpa mengenal lelah dan tanpa
pamrih merupakan hal yang harus dimiliki oleh guru. Guru tidak akan
berputus asa apabila menghadapi kegagalan dan akan terus berusaha
mengatasinya.
g. Berusaha Memperoleh Hasil Kerja Yang Sebaik-baiknya
Dalam mencapai hasil kerja, guru diharapkan akan selalu
meningkatkan diri, mencari cara-cara baru, menjaga semangat kerja,
mempertahankan dedikasi dan loyalitas yang tinggi agar mutu pendidikan
selalu meningkat, pengetahuan umum yang dimilikinya selalu bertambah.
h. Simpatik dan Menarik, Luwes, Bijaksana dan Sederhana dalam Bertindak
Guru harus simpatik dan menarik karena dengan sifat ini akan
disenangi oleh para siswa. Keluwesan juga harus dimiliki oleh guru karena
dengan sifat ini guru akan mampu bergaul dan berkomunikasi dengan baik.
Kebijaksanaan dan kesederhanaan akan menjalin keterkaitan batin antara guru
dengan siswa. Dengan adanya keterkaitan tersebut, guru akan mampu
mengendalikan PBM yang diselenggarakannya
i. Bersifat Terbuka
Kesiapan mendiskusikan apapun dengan lingkungan tempat ia bekerja,
baik dengan murid, orang tua, teman sekerja, ataupun dengan masyarakat
sekitar sekolah, merupakan salah satu tuntutan terhadap guru, la diharapkan
- 11 -
12. mampu menampung aspirasi berbagai pihak, bersedia menjadi pendukung,
dan terus berusaha meningkatkan serta memperbaiki suasana kehidupan
sekolah berdasarkan kebutuhan dan tuntutan berbagai pihak.
j. Kreatif
Guru harus kreatif, dan untuk memperoleh kreativitas yang tinggi
sudah barang tentu guru harus banyak bertanya, banyak belajar, dan
berdedikasi tinggi.
k. Berwibawa
Kewibawaan harus dimiliki oleh guru, sebab dengan kewibawaan,
PBM akan terlaksana dengan baik, berdisiplin, dan tertib. Dengan demikian,
siswa akan taat dan patuh pada peraturan yang berlaku sesuai dengan apa yang
dijelaskan oleh guru.
Syah mengemukakan dua karakteristik kepribadian yang berkaitan
dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya sebagai berikut:
Pertama Fleksibilitas kognitif guru. Fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah
cipta) merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara
simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada
umumnya ditandai dengan keterbukaan berpikir dan beradaptasi, memiliki
resistensi (daya tahan) terhadap ketertutupan ranah cipta yang premature
(terlalu dini) dalam pengamatan dan pengenalan, berpikir kritis. Dalam PBM,
flesibilitas kognitif guru terdiri atas tiga dimensi, yakni: (a) dimensi
karakteristik pribadi guru, (b) dimensi sikap kognitif guru terhadap siswa, dan
(c) dimensi sikap kognitif guru terhadap materi pelajaran dan metode
- 12 -
13. mengajar; kedua keterbukaan psikologis pribadi guru. Keterbukaan psikologi
guru merupakan dasar kompetensi profesional (kemampuan dan kewenangan
melaksanakan tugas) keguruan yang harus dimiliki oleh setiap guru, sebab:
pertama, keterbukaan psikologis merupakan prakondisi atau prasyarat penting
yang perlu dimiliki guru untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain.
Kedua, keterbukaan psikologis diperlukan untuk menciptakan suasana
hubungan antarpribadi guru dan pribadi siswa yang harmonis, sehingga
mendorong siswa untuk mengembangkan dirinya secara bebas dan tanpa
ganjalan. Guru yang terbuka secara psikologis ditandai dengan kesediaannya
yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor
ekstern antara lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan
tempatnya bekerja, mau menerima kritik secara ikhlas, memiliki empati
(emphaty), yakni respons afektif terhadap pengalaman emosional dan
perasaan tertentu orang lain.11
Di samping syarat-syarat tersebut tentu saja masih banyak lagi syarat
lain yang harus dimiliki oleh guru sebagaimana yang dipaparkan oleh M
Ngalim Purwanto yang memberikan arah yang cukup konstruktif terhadap
sifat yang harus dimiliki guru, antara lain :
a. Adil
Seorang guru harus adil, misalnya dalam memperlakukan anak-anak
didiknya harus dengan cara yang sama. Ia tidak membedakan anak yang
cantik, anak saudaranya sendiri, anak orang berpangkat, atau anak yang
11
Muhibbin Syah. Op cit. h. 227-230
- 13 -
14. menjadi kesayangannya. Perlakuan yang adil itu perlu bagi guru, misalnya
dalam hal memberi nilai dan menghukum anak.
b. Percaya dan suka kepada murid-muridnya
Seorang guru harus percaya kepada anak didiknya. Ini berarti bahwa
guru harus mengakui dan menginsafi bahwa anak-anak adalah makhluk yang
mempunyai kemauan, mempunyai kata hati sebagai daya jiwa untuk
menyesali perbuatannya yang buruk dan menimbulkan kemauan untuk
mencegah perbuatan yang buruk.
c. Sabar dan rela berkorban
Hampir pada tiap-tiap pekerjaan, kesabaran merupakan syarat yang
sangat diperlukan, apalagi pekerjaan guru sebagai pendidik. Sifat sabar perlu
dipunyai oleh guru, baik dalam melakukan tugas mendidik maupun dalam
menanti hasil dari jerih payahnya. Hasil pekerjaan tiap-tiap guru dalam
mendidik seorang anak tidak dapat ditunjukkan dan tidak dapat dilihat dengan
seketika. Pekerjaan mendidik tidak dapat disamakan dengan membuat roti
atau membuat rumah, yang hasilnya dapat dilihat beberapa jam atau beberapa
bulan kemudian.
d. Memiliki pembawa (gezag) terhadap anak-anak
Tanpa adanya gezag pada pendidik, tidak mungkin pendidikan itu
dapat masuk ke dalam hati sanubari anak-anak. Tanpa kewibawaan, murid-
murid hanya akan menuruti kehendak dan perintah gurunya karena takut atau
karena paksaan, jadi bukan karena keinsafan atau karena kesadaran di dalam
dirinya.
- 14 -
15. e. Penggembira
Seorang guru hendaklah memiliki sifat suka tertawa dan suka
memberi kesempatan tertawa kepada murid-muridnya. Sifat ini banyak
gunanya bagi seorang guru, antara lain ia akan tetap memikat perhatian anak-
anak pada waktu mengajar, anak-anak tidak lekas bosan atau merasa lelah.
f. Bersikap baik terhadap masyarakat
Tugas dan kewajiban guru tidak hanya terbatas pada sekolahnya saja,
tetapi juga di dalam masyarakat. Seorang guru yang merasa cukup dengan
pekerjaan di lingkungan sekolah saja, tentu akan kurang luas pandangannya.
Mungkin ia akan dihinggapi suatu "penyakit" merasa dirinya yang terpandai,
yang selalu betul, yang sangat dihormati, dan sebagainya. Penyakit demikian
akan menyukarkannya untuk bergaul dalam masyarakat, karena dalam
pergaulan orang harus menghormati pendapat orang lain, biarpun pendapat
yang berlawanan dengan pendapatnya sekalipun.
g. Benar-benar menguasai mata pelajarannya
Guru harus selalu menambah pengetahuannya. Mengajar tidak dapat
dipisahkan dari belajar. Guru yang pekerjaannya memberikan pengetahuan-
pengetahuan dan kecakapan-kecakapan kepada murid-muridnya, tidak
mungkin akan berhasil baik jika guru itu sendiri tidak selalu berusaha
menambah pengetahuannya. Jadi, sambil mengajar sebenarnya guru itu pun
belajar.
h. Suka kepada mata pelajaran yang diberikannya
- 15 -
16. Di sekolah-sekolah menengah yang umumnya memakai sistem guru
bidang studi tidak menjadi kesulitan. Tetapi, di sekolah rendah keadaannya
berbeda dimana guru memegang beberapa mata pelajaran sebagai guru kelas.
Mata-mata pelajaran di yang banyak macamnya itu diajarkan oleh seorang
guru saja. Meskipun demikian tiap-tiap guru hendaklah berusaha supaya
menyukai pelajaran-pejaran yang diberikan kepada murid-muridnya.
Mengajarkan mata pelajaran yang di sukainya hasilnya lebih baik.
i. Berpengetahuan luas
Guru merupakan tempat bertanya tentang segala sesuatu bagi
masyarakat. Guru haruslah seorang yang mempunyai perhatian intelektual
yang luas dan yang tidak kunjung padam. Pekerjaan guru berlainan dengan
pegawai kantor lainnya. Para guru hendaknya dapat melihat lebih banyak
lagi,memikir lebih banyak lagi, dan mengerti lebih banyak dari pada orang-
orang lain di dalam masyarakat tempat ia hidup. 12
B. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar
a. Pengertian mengajar
Pengertian mengajar telah mengalami perkembangan dari
dulu sampai sekarang, bahkan hingga dewasa ini belum ada definisi yang
tepat tentang pengertian mengajar. Untuk mengetahui definisi mengajar
perlu dikemukakan beberapa teori tentang mengajar.
1. Definisi yang lama : mengajar ialah menyerahkan kebudayaan berupa
pengalaman-pengalaman kecakapan kepad anak didik kita, atau usaha
12
M. Ngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis.(Bandung : Remaja Rosdakarya ;
1997) h. 143-148
- 16 -
17. untuk mewariskan kebudayaan pada generasi berikutnya sebagai generasi
penerus 13
Definisi ini menunjukkan bahwa aktivitas mengajar itu
terletak pada guru. Murid yang baik adalah yang duduk diam,
mendengarkan ceramah guru dengan penuh perhatian, tidak bertanya,
tidak mengemukakan masalah. Semua bahan pelajaran yang diberikan
oleh guru diterima begitu saja. Pada definisi ini yang bertindak aktif dalam
proses mengajar adalah guru sedangkan murid lebih banyak diam atau
bersifat pasif.
2. Definisi dari Prof. DR de Queluy dan Prof. Gazali MA dalam Roestiyah,
mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara
paling singkat dan tepat. Dalam definisi ini pengertian waktu yang singkat
sangat penting. Guru kurang memperhatikan bahwa di antara murid ada
perbedaan individual, mungkin ada yang memerlukan waktu yang lebih
lama, sehingga memerlukan yang berbeda-beda14 Dalam definisi ini
mengajar berarti memperlakukan murid secara sama tanpa memandang
kemampuan dari masing-masing murid, yang dipentingkan dalam definisi
ini adalah faktor waktu yang singkat.
3. Definisi yang ketiga adalah definisi yang modern di negara-negara yang
sudah maju: teaching is the guidance of learning. Mengajar adalah
bimbingan kepada anak dalam proses belajar. Dalam definisi ini
menunjukkan bahwa yang aktif adalah anak, yang mengalami proses
13
Roestiyah, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta : PT bina Aksara, 1989) h. 12-13
14
ibid
- 17 -
18. belajar adalah anak. Sedangkan guru hanya membimbing, menunjukkan
jalan dengan memperhitungkan kepribadian anak. Kesempatan untuk
berbuat dan aktif berfikir lebih banyak diberikan kepada anak dari pada
teori yang lain 15
Dari ketiga definisi tentang mengajar di atas bisa dilihat keragaman
dari masing-masing definisi, mengajar bukan hanya proses transformasi ilmu
pengetahuan, tetapi mengajar merupakan proses membimbing seorang anak
dalam proses belajar sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh anak. Dan
mengajar bukan hanya sekedar menjalankan tugas sebagai seorang guru tetapi
mempunyai tanggung jawab terhadap keberhasilan belajar murid, karena tugas
dan peran guru tidaklah terbatas di dalam masayarakat, bahkan guru pada
hakekatnya merupakan komponen strategis yang memiliki peran yang penting
dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru
merupakan faktor Condisio sipe quanon yang tidak mungkin digantikan oleh
komponen namapun daam kehidupan bangsa sejak dulu terlebih-lebih pada
era kontemporer ini. Dengan kata lain, potret dan wajah diri bangsa dimasa
depan tercermin dari diri para guru masa kini, dan gerak maju dinamika
kehidupan bangsa berbanding lurus dengan citra para guru ditengah-tengah
masyarakat 16
Begitu penting peran guru di masyarakat, sehingga dalam mengajar
murid-muridnya guru harus berusaha dengan sungguh-sungguh agar tujuan
15
ibid
16
Uzer Usman, Moh, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), h.183
- 18 -
19. untuk menghasilkan lulusan yang bermutu dapat tercapai. Seorang guru
memiliki tanggung jawab yang meliputi :
1. Memberikan bantuan kepada anak dengan menceritakan sesuatu yang
baik, yang dapat menjamin kehidupannya, itu adalah ide yang bagus
2. Memberikan jawaban langsung pada pertanyaan yang diminta oleh anak.
3. Memberikan kesempatan kepada anak untuk berpendapat.
4. Memberikan evaluasi.
5. Memberikan kesempatan menghubungkan dengan pengalamannya
sendiri.
Untuk mencapai tujuan akhir dari proses mengajar yaitu
menghasilkan lulusan yang bermutu diperlukan langkah-langkah mengajar
yang tepat dan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Salah satu cara
yang bisa ditempuh adalah dengan menerapkan cara mengajar yang efektif.
Mengajar yang efektif ialah mengajar yang dapat membawa belajar anak
yang efektif pula. Belajar disini adalah suatu aktifitas mencari, menemukan
dan melihat pokok masalah. Anak berusaha memecahkan masalah termasuk
pendapat bahwa pendapat bahwa bila seseorang memiliki kemampuan, dapat
menciptakan puisi atau suatu sympony, maka dia telah menghasilkan
masalah dan menemukan kesimpulan.
Untuk melaksanakan mengajar yang efektif diperlukan syarat-
syarat sebagai berikut:
1. Belajar secara aktif, baik mental maupun phisik. Di dalam belajar anak
harus mengalami aktifitas mental, misalnya pelajar dapat
- 19 -
20. mengembangkan kemampuan intelektualnnya, kemampuan berfikir
kritis, kemepuan menganalisa.
2. Guru harus mempergunakan banyak metode waktu mengajar. Variasi
metode mengakibatkan penyajian bahan pelajaran lebih menarik
perhatian anak, mudah diterima anak, dan kelas menjadi hidup.
3. Motivasi, halini sangat berperanan pada kemajuan perkembangan anak
selanjutnya melalui proses belajar. Bila motivasi guru tepat mengenai
sasaran, akan meningkatkan kegiatan anak belajar. Dengan tujuan yang
jelas anak akan belajar lebih tekun, lebih giat dan bersemangat.
4. Kurikulum yang baik dan seimbang. Kurikulum sekolah yang memenuhi
tuntutan masyarakat dikatakan bahwa kurikulum itu baik dan seimbang.
5. Guru perlu mempertimbangkan pada perbedaan individual. Guru tidak
cukup hanya merencanakan pengajran klasikal, karena masing-masing
anak mempunyai perbedaan dalam beberapa segi, misalnya inteligensi,
bakat, tingkah laku, sikap dan lain-lainnya.
6. guru akan megajar efektif bila selalu membuat perencanaan sebelum
mengajar. Dengan persiapan mengajar guru akan mantap di depan kelas
perencanaan yang masak dapat menimbulkan banyak inisiatif dan daya
kreatif guru waktu mengajar, dapat meningkatkan interaksi belajar
mengajar antara guru dan murid.
7. Pengaruh guru yang sugestif perlu diberikan pula kepada anak. Sugesti
yang kuat akan merangsang anak untuk lebih giat belajar.
- 20 -
21. 8. Seorang guru harus memiliki keberanian, menghadapi murid-muridnya
juga masalah-masalah yang timbul waktu proses belajar mengajar
berlangsung.
9. Guru harus dapat menciptakan suasana yang demokratis di sekolah.
Lingkungan yang saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan anak,
bertenggang rasa dan lain sebagainya.
10. Pada penyajian bahan-bahan pelajaran pada anak, guru perlu
memberikan masalah-masalah yang merangsang anak untuk berfikir.
Rangsangan yang mengena sasaran menyebabkan anak dapat mereaksi
dengan tepat terhadap persoalan yang dihadapinya.
11. Semua pelajaran yang diberikan pada anak perlu diintegrasikan,
sehingga anak memiliki pengetahuan yang terintegrasi tidak terpisah-
pisah seperti pada sistem pengajaran lama, yang memberikan pelajaran
secara terpisah-pisah satu sama lainnya.
12. Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata di
masyarakat.
13. Dalam interaksi belajar mengajar guru harus banyak memberikan
kebebasan pada anak, untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati
sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri,
14. Pengajaran remedial bagi anak yang mengalami kesulitan belajar 17
Bila semua syarat di atas dapat dipenuhi oleh guru waktu mengjar,
diharapakan interaksi belajar mengajar diantara guru dan murid dapat
17
Roestiyah, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta : PT bina Aksara, 1989) h. 37-40
- 21 -
22. meningkat, atau dapat dikatakan guru telah melaksanakan cara mengajar yang
efektif. Mengajar yang efektif merupakan salah satu bentuk dari kreativitas
guru agar hubungan interaksi yang terbangun antara guru dan murid dapat
meningkat
b. Peran guru dalam proses belajar mengajar
Guru sebagai sosok yang akan menghasilkan generasi yang akan
datang memiliki peran yang sangat dominan, karena baik buruknya generasi
yang akan datang tergatung kepada baik buruknya pendidikan guru yang
dilakukan sekarang ini. dan baik buruknya generasi di masa yang akan datang
berakibat terhadap masa depan bangsa kita, apabila generasi yang akan datang
kualitasnya buruk maka buruk pula masa depan bangsa kita, begitupun
sebaliknya, apabila kualitas generasi kita baik maka akan semakin baik
kondisi bangsa kita dimasa yang akan datang.
Fungsi dan peran guru akan berpengaruh terhadap pelaksanaan
pendidikan di sekolah, untuk itu fungsi dan peran guru adalah sebagai berikut:
1. Guru sebagai pendidik dan pengajar yakni harus memiliki kestabilan
emosi, ingin memajukan siswa, bersikap realistis, bersikap jujur dan
terbuka, peka terhadap perkembangan terutama inovasi pendidikan.
2. Guru sebagai anggota masyarakat, yakni harus pendai bergaul dengan
masyarakat.
3. Guru sebagai pemimpin, yakni harus mampu memimpin.
4. Guru sebagai pelaksana administrasi, yakni akan dihadapkan kepada
administrasi-administrasi yang harus dikerjakan di sekolah.
- 22 -
23. 5. Guru sebagai pengelola proses belajar mengajar, yakni harus menguasai
berbagai metode mengajar dan harus menguasai situasi belajar mengajar
baik di dalam kelas maupun di luar kelas 18
Dengan melaksanakan peran yang fungsi guru yang dijabarkan di
atas, maka seorang guru akan lebih mudah untuk mencapai tujuan dari proses
pendidikan yaitu menghasilkan generasi yang berkualitas. Selain itu dengan
melaksanakan fungsi dan peran sebagai seorang guru, maka guru akan lebih
mudah untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta
terciptanya interaksi baik antara guru dan murid. Agar mampu membedakan
bentuk interaksi yang baik dan bentuk interaksi yang tidak baik, maka kita
perlu mengetahui bentuk-bentuk interaksi antara guru dan murid dalam proses
belajar mengajar yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Pengajaran adalah transfer pengetahuan kepada siswa. Dalam
bentuk ini guru mengajar di sekiolah hanya menyuapi makanan
kepada anak. Siswa selalu menerima suapan itu tanpa komentar,
tanpa aktif berfikir serta tanpa bertanya.
2. Pengajaran ialah mengajar siswa bagaimana caranya belajar.
Dalam bentuk ini guru hanya merupakan salah satu sumber belajar,
bukan sekedar menyuapi materi saja kepada siswa.
3. Pengajaran adalah hubungan interaktif antara guru dan siswa. Tiap
individu ikut aktif, tiap individu ikut berperan.
18
Cece Wijaya.kemampuan dasar guru dalam dalam proses belajar mengajar( Bandung :
Rosdakarya:1994) h. 30
- 23 -
24. 4. Mengajar adalah proses interaksi siswa dengan siswa dan
konsultasi dengan guru. Dalam proses ini siswa memperoleh
pengalaman dari teman-temannya sendiri, kemudian pengalaman
tersebut dikonsultasikan kepada guru.
Bentuk interaksi yang tidak mempu mengembangkan kecerdasan
murid bahkan semakin menumpulkan kecerdasan murid adalah bentuk
interaksi yang pertama, bentuk interaksi tersebut menjadikan murid hanya
sebagai obyek dariproses pengajaran, murid hanya menerima tanpa mau
berfikir secara kritis sehingga proses pengajara hanya berjalan searah.
E. Mulyasa memiliki sebuah pandangan bahwa peran guru dalam
pembelajaran harus melakukan beberapa hal berikut ini :
1. Guru sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan
identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru
harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung
jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.
Berkaitan dengan tanggung jawab; guru harus mengetahui, serta
memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan
berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung
jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam
kehidupan berma-syarakat.
Berkenaan dengan wibawa; guru harus memiliki kelebihan dalam
merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, dan intelektual dalam
- 24 -
25. pribadinya, serta memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni sesuai dengan bidang yang dikembangkan peserta didik di
sekolah, terutama dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam menanamkan
disiplin guru harus memulai dari dirinya sendiri, dalam berbagai tindakan dan
perilakunya.
2. Guru Sebagai Pengajar
Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan guru dalam
pembelajaran, sebagai berikut:
-Membuat ilustrasi: pada dasarnya ilustrasi menghubungkan sesuatu yang
sedang dipelajari peserta didik dengan sesuatu yang telah diketahuinya, dan pada waktu yang sama
memberikan tambahan pengalaman kepada mereka.
-Mendefinisikan: meletakkan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan
sederhana, dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta pengertian yang dimiliki oleh peserta
didik.
-Menganalisis: membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi bagian,
sebagaimana orang mengatakan: "cuts the learning into chewable bites".
-Mensintesis: mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas ke dalam
suatu konsep yang utuh sehingga memiliki arti, hubungan antara bagian yang satu dengan yang lain
nampak jelas, dan setiap masalah itu tetap berhubungan dengan keseluruhan yang lebih besar.
-Bertanya: mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dantajam agar apa
yang dipelajari menjadi lebih jelas, seperti yang dilakukan Socrates.
-Merespon: mereaksi atau menanggapi pertanyaan peserta didik.
Pembelajaran akan lebih efektif jika guru dapat merespon setiap pertanyaan peserta didik.
- 25 -
26. -Mendengarkan: memahami peserta didik, dan berusaha menyederhanakan
setiap masalah, serta membuat kesulitan nampak jelas baik bagi guru maupun peserta didik.
-Menciptakan kepercayaan: peserta didik akan memberikan kepercayaan
terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar.
-Memberikan pandangan yang bervariasi: melihat bahan yang dipelajari dari
berbagai sudut pandang, dan melihat masalah dalam kombinasi yang bervariasi.
-Menyediakan media untuk mengkaji materi standar: memberikan
pengalaman yang bervariasi melalui media pembelajaran, dan sumber belajar yang berhubungan dengan
materi standar.
-Menyesuaikan metode pembelajaran: menyesuaikan metode pembelajaran
dengan kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik serta menghubungkan materi baru dengan
sesuatu yang telah dipelajari.
-Memberikan nada perasaan: membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna,
dan hidup melalui antusias dan semangat.
3. Guru Sebagai Pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey),
yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas
kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya
menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral,
dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing, guru
harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan,
menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan,
serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta
- 26 -
27. didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerjasama yang baik dengan peserta
didik, tetapi guru memberikan pengaruh utama dalam setiap aspek perjalanan.
Sebagai pembimbing, guru memiliki berbagai hak dan tanggung jawab dalam
setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya
4. Guru Sebagai Pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan
keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk
bertindak sebagai pelatih. Hal ini lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2004
yang berbasis kompetensi, karena tanpa latihan seorang peserta didik tidak
akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar, dan tidak akan
mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi
standar. Oleh karena itu, guru harus berperan sebagai pelatih, yang bertugas
melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan
potensi masing-masing.
5. Guru Sebagai Penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi
orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat
dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Banyak
guru cenderung menganggap bahwa konseling terlalu banyak membicarakan
klien, seakan-akan berusaha mengatur kehidupan orang, dan oleh karenanya
mereka tidak senang melaksanakan fungsi ini. Padahal menjadi guru pada
mgkat manapun berarti menjadi penasihat dan menjadi orang kepercayaan,
kegiatan pembelajaranpun meletakkannya pada posisi tersebut. Peserta didik
- 27 -
28. senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan, dan
dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Peserta didik akan menemukan
sendiri dan secara mengherankan, bahkan mungkin menyalahkan apa yang
ditemukannya, serta akan mengadu kepada guru sebagai orang
kepercayaannya. Makin efektif guru menangani setiap permasalahan, makin
banyak kemungkinan peserta didik berpaling kepadanya untuk mendapatkan
nasihat dan kepercayaan diri.
6. Guru Sebagai Pembaharu (Innovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam
kehidupanyang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang
yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian
halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita.
Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh
dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan
dalam pendidikan. Guru harus menjembatani jurang ini bagi peserta didik, jika
tidak, maka hal ini dapat mengambil bagian dalam proses belajar yang
berakibat tidak menggunakan potensi yang dimiliki-nya. Tugas guru adalah
memahami bagaimana keadaan jurang pemisah ini, dan bagaimana
menjembataninya secara efektif. perubahan dalam setiap generasi, dan
perubahan yang dilakukan melalui pendidikan akan memberikan hasil yang
positif.
7. Guru Sebagai Model dan Teladan
- 28 -
29. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru
akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya
yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Sehubungan itu, beberapa
hal di bawah ini perlu mendapat perhatian dan bila perlu didiskusikan para
guru.
-Sikap dasar: postur psikologis yang akan nampak dalam masalah-masalah
penting, seperti keberhasilan, kegagalan, pembelajaran, kebenaran, hubungan antar manusia, agama,
pekerjaan, permaian dan diri.
-Bicara dan gaya bicara: penggunaan bahasa sebagai alat berpikir.
-Kebiasaan bekerja: gaya yang dipakai oleh seseorang dalam bekerja yang
ikut mewarnai kehidupannya.
-Sikap melalui pengalaman dan kesalahan: pengertian hubungan antara
luasnya pengalaman dan nilai serta tidak mungkinnya mengelak dari kesalahan.
-Pakaian: merupakan perlengkapan pribadi yang amat penting dan
menampakkan ekspresi seluruh kepribadian.
-Hubungan kemanusiaan: diwujudkan dalam semua pergaulan manusia,
intelektual, moral, keindahan, terutama bagaimana berperilaku
-Proses berpikir: cara yang digunakan oleh pikiran dalam menghadapi dan
memecahkan masalah.
- Perilaku neurotis: suatu pertahanan yang dipergunakan untuk melindungi
diri dan bisa juga untuk menyakiti orang lain.
-Selera: pilihan yang secara jelas merefleksikan nilai-nilai yang dimiliki oleh
pribadi yang bersangkutan.
- 29 -
30. -Keputusan: keterampilan rasional dan intuitif yang dipergunakan untuk
menilai setiap situasi.
-Kesehatan: kualitas tubuh, pikiran dan semangat yang merefleksikan
kekuatan, perspektif, sikap tenang, antusias dan semangat hidup.
-Gaya hidup secara umum: apa yang dipercaya oleh seseorang tentang setiap
aspek kehidupan dan tindakan untuk mewujudkan kepercayaan itu.
8. Guru Sebagai Pribadi
Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus
memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan
kepribadian sebagai pendidik kadang-kadang dirasakan lebih berat dibanding
profesi lainnya. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah bahwa "guru bisa
digugu dan ditiru". Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan
guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau
diteladani. Guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu guru
harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang di masyarakat tempat
melaksanakan tugas dan bertempat tinggal. Secara nasional, nilai-nilai tersebut
sudah dirumuskan, tetapi barangkali masih ada nilai tertentu yang belum
terwadahi dan harus dikenal oleh guru, agar dapat melestarikannya, dan
berniat untuk tidak berperilaku yang bertentangan dengan nilai tersebut. Jika
ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dengan cara
yang tepat dia menyikapi hal tersebut, sehingga tidak terjadi benturan nilai
antara guru dan masyarakat yang berakibat terganggunya proses pendidikan
bagi peserta didik. Untuk kepentingan tersebut, wawasan nasional mutlak
- 30 -
31. diperlukan dalam pembelajaran Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian
ini adalah rangsangan yang memancing emosinya. Kestabilan emosi amat
diperlukan, namun tidak semua orang mampu menahan emosi terhadap
rangsangan yang menyinggung perasaan, dan memang diakui bahwa tiap
orang mempunyai temparamen yang berbeda dengan orang lain. Untuk
keperluan tersebut, upaya dalam bentuk latihan mental akan sangat berguna.
Guru yang mudah marah akan membuat peserta didik takut, dan ketakutan
mengakibatkan kurangriya minat untuk mengikuti pembelajaran serta
rendahnya konsentrasi, karena ketakutan menimbulkan kekuatiran untuk
dimarahi dan hal ini membelokan konsentrasi peserta didik.
9. Guru Sebagai Pendorong Kreativitas
Kerativitas merupakan hal yang sangat penting dalam
pembelajaran, dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menun-jukkan
proses kreativitas tersebut. Kreativitas merupakan sesuatu yang bersifat
universal dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan di sekitar kita.
Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang
sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya
kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Sebagai orang yang kreatif, guru
menyadari bahwa kreativitas Merupakan yang universal dan oleh karenanya
semua kegiatannya ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu.
la sendiri adalah seorang kreator dan motivator, yang berada di pusat
prosespendidikan. Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk
menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga
- 31 -
32. peserta didik akan menilainya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan
sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan
dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan
sebelumnya dan apa yang dikerjakan di masa mendatang lebih baik dari
sekarang19
C. Profesionalisme Guru
Guru yang memiliki kompetensi profesional dalam pandangan
harus mampu berperan sebagai pemimpin diantara kelompok siswanya dan
juga antara sesamanya. Guru mampu berperan sebagai pendukung serta
penyebar nilai-nilai luhur yang diyakininya sekaligus sebagai teladan bagi
siswa serta lingkung sosialnya. Dan secara lebih mendasar lagi guru yang
bermutu aktif mencari kemajuan pengetahuan dalam peningkatan
kecakapan diri dalam berkarya dan dalam pengabdian sosialnya. Supriadi,
(1998)
Untuk menjadi guru yang profesional dituntut untuk memiliki lima
hal:
(1) Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya,
(2) Guru menguasai secara mendalam bahan / mata pelajaran yang
diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa,
(3) Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui
berbagai cara evaluasi,
(4) Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya
dan belajar dari pengalamannya,
19
E Mulyasa..Menjadi guru Profesional. (Bandung: Rosdakarya.2005) h. 37-65
- 32 -
33. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkunganprofesinya. Supriadi, (1998)
Pada sisi lain, dalam hal teknis guru yang bermutu mampu
berperan sebagai fasilitator pengajaran (sebagai nara sumber yang siap
memberi konsultasi secara terarah bagi siswanya), mampu mengorganisasi
pengajaran secara efektif dan efisien. Guru yang memiliki kompetensi
tinggi mampu merancang serta melaksanakan langkah-langkah pengajaran
untuk memandu belajar siswa secara produktif, sehingga dapat membangun
motivasi belajar siswa dan berperan dan layanan bimbingan siswa.(Supriadi,
1998)
Makna guru profesional menurut pidarta (1990) dapat di
pandang dari tiga dimensi yaitu : Ekspert atau ahli, rasa tanggung jawab
dan rasa kesejawatan.
a) Ahli atau ekspert
Tuntutan pertama guru di katakan ahli apabila tahu banyak dalam
bidang pengeauan yang diajakan dan mengerti dan mampu dalam tugas
mendidik. Seorang guru tidak saja menguasai isi pelajaran yang di
ajarkan, tetapi juga mampu menanamkan konsep mengenai
pengetahuan yang di ajarkan pemhaman konsep ini, dapat dikuasai bila
guru mampu memahami psikologi belajar sangat bermanfaat untuk
membimbing subjek belajar untuk memahami konsep tentang apa yang
di ajarkan. Di sisi lain guru juga harus mampu menyampakan pesanb-
pesan didik.
- 33 -
34. Selain hal tersebut terdapat dan anggapan yang di pahami di
masyarakat, mengenai hal yang seharusnya di milki oleh seorang guru
yaitu keahlian dalam bidang studi yang di ajarkan atau ahli dalam cara
menyampaikan bidang studi tersebut ataupun kedua-duanya. Terdapat
pandangan yang mengatakan bahwa bila seorang guru menguasai
bidang studi yang diajarkan maka guru tersebut akan mampu
mengajarkan bidang studi itu dengan baik kepada subjek pendidik.
Pandangan lain mengatakan seorang guru harus ahli dalam cara
mengajar suatu bidang studi walaupun bukan merupakan ahli dalam
bidang studi tersebut. Pendapatan ketiga beranggapan bahwa selain
harus ahli dalam cara mengajar seorang guru harus mampu pula untuk
menyampaikan pesan-pesan didik melalui bidang studi tersebut.
Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus
menerus. Dalam proses ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam
jabatan termasuk penataran, pembinaan dari organisasi profesi dan
tempat kerja, penghargaan masyarakat terhadap profesi keguruan,
penegakan kode etik profesi, sertifikasi, peningkatan kualitas calon
guru, imbalan, dll secara bersama-sama menentukan pengembangan
profesionalisme seseorang termasuk guru
b) Memiliki otonomi dan rasa tanggung jawab.
Guru yang profisional selain ahli dalam bidang mengajar dan
mendidik, juga diharuskan memiliki otonomi dan tanggung jawab.
Yang dimaksud dengan otonomi yaitu suatu sikap profisional yang di
- 34 -
35. sebut mandiri guru dapat di katakan telah memiliki otonomin atau
kemandirian apabila dalam mengemukakan apa yang harus di katakan
berdasarkan keahliannya. Pada proses awal setiap guru dapat di
kategorikan belum mempunyai kebebasan atau otonomi dan dapat di
katakan dalam proses magang. Melalui proses belajar dan
perkembangan profesi maka pada suatu saat akan dapat memiliki sikap
yang mandiri.
Adapun ciri-ciri kemandirian antara lain :
- Dapat mengawakan nilai-nilai hidup.
- Dapat membuat pilihan nilai.
- Dapat menentukan dan mengambil keputusan sendiri
- Dapat bertanggung jawab atas keputusan itu
c) Memiliki Rasa kesejawatan
Salah satu tugas dari orgnisasi profesi ialah mencitkan rasa
kesejawatan sehingga rasa aman dan perlindungan jabatan. Etik profesi
ini di kembangkan melalui organisasi profesi. Melalui organisasi
profesi di ciptakan rasa kesejawatan. Semagat korps (I`esprit de Corps)
di kembangkan agar harkat dan marabat guru di junjung tinggi, baik
oleh korps guru sendiri maupun masyarakat pada umumnya.
Pada sisi lain Arifin (2000) memiliki konsep pemkiran lain dalam
memandang profesionaisme seorang guru. Ia mengemukakan guru Indonesia
yang profesional dipersyaratkan mempunyai;
- 35 -
36. 1. Dasar Ilmu Yang Kuat Sebagai Pengejawantahan Terhadap Masyarakat
Teknologi Dan Masyarakat Ilmu Pengetahuan Di Abad 21;
2. Penguasaan Kiat-Kiat Profesi Berdasarkan Riset Dan Praksis Pendidikan
Yaitu Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu Praksis Bukan Hanya Merupakan
Konsep-Konsep Belaka. Pendidikan Merupakan Proses Yang Terjadi Di
Lapangan Dan Bersifat Ilmiah, Serta Riset Pendidikan Hendaknya
Diarahkan Pada Praksis Pendidikan Masyarakat Indonesia;
3. Pengembangan Kemampuan Profesional Berkesinambungan, Profesi
Guru Merupakan Profesi Yang Berkembang Terus Menerus Dan
Berkesinambungan Antara Lptk Dengan Praktek Pendidikan. Kekerdilan
Profesi Guru Dan Ilmu Pendidikan Disebabkan Terputusnya Program Pre-
Service Dan In-Service Karena Pertimbangan Birokratis Yang Kaku Atau
Manajemen pendidikan yang lemah.
Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru ini, perlu adanya
paradigma baru untuk melahirkan profil guru Indonesia yang profesional di
abad 21 yaitu;
a. Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang;
b. Penguasaan ilmu yang kuat;
c. Keterampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan
teknologi; dan
d. Pengembangan profesi secara berkesinambungan. Keempat aspek
tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan
- 36 -
37. dan ditambah dengan usaha lain yang ikut mempengaruhi
perkembangan profesi guru yang profesional.
Persyaratan persyaratan diatas bukanlah hal yang mudah dimiliki
oleh semua guru dalam mengembangkan profesionalismenya. Banyak hal yang
dapat menyebabkan seorang guru tidak bisa memberikan pengajaran
profresionalismenya kepada siswa. Pendapat ini pernah dikemukakan oleh
akadum (1999) mengenai penyebab rendahnya profesionalisme guru ;
1. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total,
2. Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika
profesi keguruan,
3. Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah
hati dari pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini
terbukti dari masih belum mantapnya kelembagaan pencetak tenaga
keguruan dan kependidikan,
4. Masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi
ajar yang diberikan kepada calon guru,
5. Masih belum berfungsi pgri sebagai organisasi profesi yang berupaya
secara makssimal meningkatkan profesionalisme anggotanya.
Kecenderungan pgri bersifat politis memang tidak bisa disalahkan,
terutama untuk menjadi pressure group agar dapat meningkatkan
kesejahteraan anggotanya. Namun demikian di masa mendatang pgri
sepantasnya mulai mengupayakan profesionalisme para anggo-tanya.
Dengan melihat adanya faktor-fak tor yang menyebabkan rendahnya
- 37 -
38. profesionalisme guru, pemerintah berupaya untuk mencari alternatif
untuk meningkatkan profesi guru.
BAB IV
PEMBAHASAN
Sekurang-kurangnya menurut Syah dan Kadiarinata (2009) ada dua alasan
perlunya pendekatan PAIKEM (Pembelajaran aktif inovatif kreatif dan
menyenangkan) diterapkan di sekolah/madrasah kita, yakni:
a) PAIKEM lebih memungkinkan perserta didik dan guru sama-sama aktif
terlibat dalam pembelajaran. Selama ini kita lebih banyak mengenal
pendekatan pembelajaran konvensional. Hanya guru yang aktif
(monologis), sementara para siswanya pasif, sehingga pembelajaran
menjemukan, tidak menarik, tidak menyenangkan, bahkan kadang-kadang
menakutkan siswa.
b) PAIKEM lebih memungkinkan guru dan siswa berbuat kreatif bersama.
Guru mengupayakan segala cara secara kreatif untuk melibatkan semua
siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu, peserta didik juga
didorong agar kreatif dalam berinteraksi dengan sesama teman, guru,
materi pelajaran dan segala alat bantu belajar, sehingga hasil pembelajaran
dapat meningkat.
PAIKEM dilandasi oleh falsafah konstruktivisme yang menekankan agar
peserta didik mampu mengintegrasikan gagasan baru dengan gagasan atau
pengetahuan awal yang telah dimilikinya, sehingga mereka mampu membangun
makna bagi fenomena yang berbeda. Falsafah pragmatisme yang berorientasi
pada tercapainya tujuan secara mudah dan langsung juga menjadi landasan
PAIKEM, sehingga dalam pembelajaran peserta didik selalu menjadi subjek aktif
sedangkan guru menjadi fasilitator dan pembimbing belajar mereka.
Dalam melaksanakan PAIKEM, guru perlu memper- hatikan beberapa hal
sebagai berikut:
- 38 -
39. 1. Memahami sifat yang dimiliki siswa
Pada dasarnya anak memiliki imajinasi dan sifat ingin tahu. Semua anak
terlahir dengan membawa dua potensi ini. Keduanya merupakan modal dasar bagi
berkembangnya sikap/pikiran kritis dan kreatif. Oleh karenanya, kegiatan
pembelajaran perlu dijadikan lahan yang kita olah agar menjadi tempat yang
subur bagi perkembangan kedua potensi anugerah Tuhan itu. Suasana
pembelajaran yang diiringi dengan pujian guru terhadap hasil karya siswa, yang
disertai pertanyaan guru yang menantang dan dorongan agar siswa melakukan
percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang baik untuk mengembangkan
potensi siswa.
2 Memahami perkembangan kecerdasan
siswa
Menurut Jean Piaget dalam Syah (2008: 29-33), perkembangan
kecerdasan akal/perkembangan kognitif manusia berlangsung dalam empat tahap,
yakni: Sensory-motor (Sensori-motor/0-2 tahun) Pre-operational (Pra-operasional
/ 2-7 tahun) Concrete-operational (Konkret-operasional / 7-11tahun) Formal-
operational (Formal- operasional / 11 tahun ke atas). Selama kurun waktu
pendidikan dasar dan menengah, siswa mengalami tahap Concrete-operational
dan Formal-operational.
Dalam periode konkret-operasional yang berlangsung hingga usia
menjelang remaja, anak memeroleh tambahan kemampuan yang disebut system of
operations (satuan langkah berpikir). Kemampuan satuan langkah berpikir ini
berfaedah bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan
peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri.
Selanjutnya, dalam perkembangan kognitif tahap Formal-operational
seorang remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara
serentak maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif, yakni: 1) kapasitas
menggunakan hipotesis; 2) kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak.
Dengan kapasitas menggunakan hipotesis (anggapan dasar), seorang remaja akan
mampu berpikir hipotetis, yakni berpikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal
pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan
- 39 -
40. lingkungan yang ia respons. Selanjutnya, dengan kapasitas menggunakan prinsip-
prinsip abstrak, remaja tersebut akan mampu mempelajari materi-materi pelajaran
yang abstrak, misalnya ilmu tauhid, ilmu matematika dan ilmu-ilmu abstrak
lainnya dengan luas dan mendalam.
Sebagai bukti bahwa seorang remaja pelajar telah memiliki kedewasaan
berpikir, dapat dicontohkan ketika ia menggunakan pikiran hipotesisnya sewaktu
mendengar pernyataan seorang kawannya, seperti: "Kemarin seorang penggali
peninggalan purbakala menemukan kerangka manusia berkepala domba dan
berkaki empat yang telah berusia sejuta tahun". Apa yang salah dalam pernyataan
ini? Remaja pelajar tadi, setelah berpikir sejenak dengan serta-merta berkomentar:
"Omong kosong!" Ungkapan "omong kosong" ini merupakan hasil berpikir
hipotetis remaja pelajar tersebut, karena mustahil ada manusia berkepala domba
dan berkaki empat betapapun tuanya umur kerangka yang ditemukan penggali
benda purbakala itu (Syah, 2008: 33).
3 Mengenal siswa secara perorangan
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki
kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM perbedaan individual perlu
diperhatikan dan harus tecermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua siswa
dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda
sesuai dengan kecepatan belajarnya. Siswa yang memiliki kemampuan lebih dapat
dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah dengan cara ”tutor sebaya”.
Dengan mengenal kemampuan siswa, apabila ia mendapat kesulitan kita dapat
membantunya sehingga belajar siswa tersebut menjadi optimal.
2.4 Memanfaatkan perilaku siswa dalam
pengorganisasian belajar
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain
berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan
dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu,
siswa dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman,
siswa akan menyelesaikan tugas dengan baik apabila mereka duduk berkelompok.
Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran.
- 40 -
41. Namun demikian, siswa perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar
bakat individunya berkembang.
5 Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan
kemampuan memecahkan masalah
Pada dasarnya belajar yang baik adalah memecahkan masalah karena
dalam belajar sesungguhnya kita menghadapkan siswa pada masalah. Hal ini
memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis
masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Berpikir
kritis dan kreatif berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada
pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya,
antara lain dengan sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan terbuka
dan memungkinkan siswa berpikir mencari alasan dan membuat analisis yang
kritis. Pertanyaan dengan kata-kata ”Mengapa?”, ”Bagaimana kalau...” dan “Apa
yang terjadi jika…” lebih baik daripada pertanyaan dengan kata-kata yang hanya
berbunyi “Apa?”, ”Di mana?”.
6 Mengembangkan ruang kelas sebagai
lingkungan belajar yang menarik
Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam
PAIKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang
kelas. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa
untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Materi yang
dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, pasangan, atau kelompok.
Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan,
dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa,
dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam kegiatan pembelajaran
karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas sebuah masalah.
7 Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, dan budaya) merupakan sumber yang sarat
dengan bahan belajar siswa. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar
dan objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar
sering membuat siswa merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan
- 41 -
42. lingkungan tidak selalu harus di luar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa
ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat
mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh
indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi,
membuat tulisan, dan membuat gambar / diagram.
8 Memberikan umpan balik yang baik untuk
meningkatkan kegiatan belajar
Mutu hasil belajar akan meningkat apabila terjadi interaksi dalam belajar.
Pemberian umpan balik (feedback) dari guru kepada siswa merupakan salah satu
bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih banyak
mengungkapkan kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan
umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih
percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus
konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan
catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi
pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.
9. Membedakan antara aktif fisik dengan aktif mental
Banyak guru yang cepat merasa puas saat menyaksikan para siswa sibuk
bekerja dan bergerak, apalagi jika bangku diatur berkelompok dan para siswa
duduk berhadapan. Situasi yang mencerminkan aktifitas fisik seperti ini bukan ciri
berlangsungnya PAIKEM yang sebenarnya, karena aktif secara mental (mentally
active) lebih berarti daripada aktif secara fisik (phisically active). Sering bertanya,
mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan
tanda-tanda aktif secara mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah
tumbuhnya perasaan tidak takut, seperti: takut ditertawakan, takut disepelekan,
dan takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan
penyebab rasa takut tersebut, baik yang muncul dari temannya maupun dari guru
itu sendiri. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan prinsip
PAIKEM.
- 42 -
43. Selanjutnya Pemanfaatan IT dalam dunia pendidikan sekarang ini tidak
dapat ditawar lagi, karena dengan memanfaatkan IT pendidikan di Indonesia
dengan mudah akan dapat mengetahui perkembangan-perkembangan metoda dan
sistem pendidikan di negara lain, bahkan sekolah-sekolah di Indonesia dapat
memerima pengetahuan ataupun informasi - informasi yang hampir sama dengan
siswa-siswa dari sekolah yang berada di negara maju seperti: Amerika Serikat,
Jepang, Korea dll, melalui internet.
1. Harapan dari Pemanfaatan IT dalam pendidikan
Terobosan baru di bidang pendidikan yang terbukti mampu
meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan adalah adanya Electronic
learning atau disingkat (e-leraning). Kehadirannya banyak memberikan
kontribusi positif bagi aktivitas dan proses pendidikan. Internet dapat
dimanfaatkan (bahkan beberapa sekolah sudah) untuk mendapatkan
informasi tentang pengetahuan, hasil penelitian yang baru dan bebagai
metode pembelajaran terkini, internet juga dapat dimanfaatkan sebagai
sarana untuk mengkomunikasikan berbagai ide ke segala penjuru dunia
(Suparno, Paul,2002:94)
Penerapannya yang paling banyak digunakan oleh pendidikan
adalah adanya Internet, dengan internet maka siswa akan dihadapakan
pada suatu sumber belajar yang sangat luas, sehingga jika siswa ingin
belajar lebih dari ilmu yang diberikan di sekolah dapat dilakukan dengan
menggunakan internet.
Penggunaan IT dalan pendidikan mestinya tidak hanya
didominasi oleh internet, karena pada dasarnya e-learning tidak hanya
menggunakan fasilitas internet saja melainkan peralatan yang lain.
- 43 -
44. Definisi e-learning alaha sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi
elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet,
jaringan komputer, maupun komputer stand alone (Ariyana Yoki,
2008:9)
Dengan e-learning kita bahkan bisa memiliki laboratorium yang
lengkap secara virtual. Laboratorium adalah tempat bagi peserta untuk
melakukan praktik-praktik dari teori yang diberikan di kelas oleh
pengajar sehingga memiliki pemahaman yang lebih kuat terhadap materi
yang dipelajari. Namun mungkin karena keterbatasan dana, tidak semua
sekolah bisa memiliki lab yang memadai, atau memiliki ruang lab
namun alat-alatnya sudah tidak bisa dipakai, atau memiliki ruangan lab-
nya saja, atau tidak memiliki lab sama sekali. Bila kondisi seperti ini
masih terjadi, mungkin ada baiknya kita melirik virtual lab.
Virtual lab merupakan salah satu learning content yang berwujud
piranti lunak komputer yang dirancang agar seseorang dapat melakukan
aktifitas-aktifitas experiments seperti halnya mereka melakukan
experiments di laboratorium sebenarnya. Ada 2 komponen penting
dalam virtual lab, yaitu: simulasi dan animasi. Simulasi bertujuan
menggambarkan lingkungan nyata dalam suatu sistem. Melalui simulasi
peserta dapat melakukan percobaan dengan cara penggantian nilai
parameter-parameter, sehingga menimbulkan perilaku berbeda terhadap
percobaan yang dilakukan. Perilaku-perilaku berbeda tersebut kemudian
ditampilkan melalui animasi. Hasil-hasil percobaan juga secara otomatis
- 44 -
45. dapat direkam oleh sistem dan pada akhirnya dapat diambil sebagai
pelaporan.
Virtual lab paling ideal dijalankan di internet, sehingga peserta
dapat melakukan percobaan darimana dan kapan saja. Namun demikian
dapat juga dijalankan dalam lingkungan intranet atau komputer
standalone. Dengan virtual lab gedung maupun alat lab fisik diubah
menjadi komputer dan piranti lunak virtual lab. (I Ketut Gede Darma
Putra disdikpora. baliprov.go.id/wp-content/uploads/
2009/03/pembelajaran-berbasis-ict.doc)
Dengan menggunakan e-learning terutama penggunakan software
animasi macromedia flash, kita dapat mengemas materi pendidikan
secara menarik yang disesuaikan dengan kondisi siswa serta kesenangan
sehingga dapat menarik perhatian siswa, jika kita dapat menarik
perhatian siswa, maka siswa akan memperhatikan materi pelajaran yang
kita berikan sehingga apa – apa yang yang terkandung dalam materi
tersebut dapat sampai ke siswa.
Sekarang tampak jelas manfaat dari IT bagi pendidikan di
Indonesia, dengan IT para guru dapat bereksporasi sesuai dengan bidang
keahliannya untuk dapat menyampaikan materi pada siswanya .
2. Hambatan pemanfaat IT dalam Pendidikan
Tidak dapat dipungkiri bahwa dari manfaat yang diberikan oleh
pemanfaatan IT dalam pendidikan pasti ada hambata – hambatan dalam
pelaksanaannya; adapun hambatan – hambatan tersebut diantaranya;
- 45 -
46. a. Keterbatasan SDM
Salah satu penyebab utama adalah kurangnya ketersediaan
Sumber Daya Manusia (SDM) atau brainware, banyak pelaku
pendidikan berbasis IT menganggap bahwa e-learning hanyalah
sebatas siswa diberi akses internet, atau sekedar di beri CD interaktif
tanpa lebih jauh menggali materi yang ada, hal ini bisa
mengakubatkan salah transfer ilmu dari siswa itu sendiri, disamping
itu masih sefikitnya pengajar di Indonesia yang menguasai IT,
apalagi guru-guru yang mendekati masa pensiun enggan untu
mempelajari e-learning.
b. Keterbatasan Sarana
Saat ini memang negara kita masih belum mampu
memberikan sarana IT yang lengkap untuk seluruh wilayah
Indonesia, karena peralatan IT yang ideal memang memerlukan
biaya yang tidak sedikit, dengan keterbatasan dana maka
pelaksanaan pemanfaatan IT bagi pendidikan di Indonesia memang
belum merata, namun dengan adanya anggaran pendidikan yang
mencapai 20 % dari APBN kita yakin sebentar lagi realisasi
pemanfaatan IT pada Pendidikan akansegera terwujud.
c. Mahalnya akses Internet
Gencarnya pemerintah dalam mengupayakan internet murah
bagi sekolah belum didukung sepenuhnya oleh penyedian layanan
internet (Internet Service Provider), karena infrastruktur teknologi
- 46 -
47. telekomunikasi, multimedia. dan informasi yang merupakan
prasyarat terselenggaranya IT untuk pendidikan. Sekolah masih
merasa berat untuk menanggung beban internet yang ideal
d. Masuknya Budaya Barat
Dengan bebasnya kita menikmati informasi secara global,
maka akan menimbulkan masalah yaitu, lunturnya budaya ketimuran
dari para siswa kita, hal ini dapat terjadi karena dengan masuknya
budaya barat melalui internet yang sulit kita bendung, mau tidak mau
para siswa kita setiap hari dapat melihatnya langsung melalui
internet.
3. Solusi dari hambatan pemanfaatan IT di Indonesia
Agar hambatan –hambatan yang muncul jika kita menerapkan
pemanfaatan IT dalam pendidikan dapat kita minimalkan atau bahkan
kita hilangkan maka kita harus mencari solusinya, menurut saya solusi
dari hambatan-hambatan tersebut adalah:
a. Masalah SDM
Untuk masalah SDM tentunya jalan yang paling baik
adalah selalu melakukan pelatihan-pelatihan tentang pemanfaatan
IT dalam bidang pendidikan, pelatihan ini tentunya tidak cuma
ditujukan kepada guru yang mengampu pada materi TIK atau
kepala sekolah saja melainkan kepada seluruh guru. Sering saya
menjumpai guru yang mengikuti pelatihan namun sampai di
sekolah ilmu itu tidak ditular kepada guru yang lain.
- 47 -
48. Kualitas diklat juga harus ditingkatkan, karena banyak
diklat yang kesannya dipaksakan dan tidak melalui perencanaan
yang matang , hal ini tentunya mengakibatkan tujuan diklat tidak
tercapai.
Para guru sekarang harus bisa memanfaatkan blog untuk
pembelajaran yang interaktif dimana lewat blog kita bisa memberi
materi, tugas dll tanpa harus selalu bertatap muka
b. Keterbatasan sarana
Masalah sarana sangat erat hubungannya dengan dana,
memang bangsa kita belum sekaya bangsa- bangsa yang telah
maju, namun tentunya dengan keterlibatan masyarakat kita harus
dapat memaksimalkan sarana yang telah ada dengan perlakuan
terhadap sarana tersebut sesuai ketentuan, dikemudian hari denga
dana pendidikan yang cukup tentunya masalah saran ini tidak
menjadi hambatan bagi pelaksanaan pemanfaatan IT bagi
pendidikan
c. Mahalnya akses Internet
Indonesia adala salah satu negara yang tarif internetnya
mahal, di negara Malaysia saja akses internet demikian murahnya,
bahkan hampir disemua ditempat – tempat umum internet dapat
diakses secara gratis, pemecahan dari masalah ini tentunya tidak
lepas dari campur tangan pemerintah, diharapkan pemerintah dapat
- 48 -
49. menekan para penyedia jasa internet agar didapat tarif internet
yang murah
d. Masuknya Budaya Barat
Masuknya budaya barat dapat kita bendung dengan
Pembinaan iman yang kuat pada setiap siswa, sehingga siswa dapat
mengendalikan dirinya dan selalu mencari materi-materi yang
positif, dan dapat mengindari dari situs-situs porno yang dapat
merusak konsentrasi para siswa belajar
- 49 -
50. BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Guru profesional dapat di pandang dari tiga dimensi yaitu : Ekspert
atau ahli, rasa tanggung jawab dan rasa kesejawatan. Di samping itu guru
yang profesional harus memiliki syarat; Memiliki kepribadian yang matang
dan berkembang; Penguasaan ilmu yang kuat; Keterampilan untuk
membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi; dan Pengembangan
profesi secara berkesinambungan. Keempat aspek tersebut merupakan satu
kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dan ditambah dengan usaha lain
yang ikut mempengaruhi perkembangan profesi guru yang profesional.
Dari Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan IT bagi
pendidikan di Indonesia sangat diperlukan, karena penerapannya dapat
meningkatkan mutu dari pendidikan itu sendiri serta dapat mensejajarkan
lulusan sekolah di Indonesia dengan sekolah luar negeri. Hal ini dapat
tercapai karena dalam pemanfaatan IT siswa di Indonesia memiliki sumber
belajar den model belajar yang sama dengan siswa negara lain
Hambatan dari dari pelaksanaan pemanfaatan IT dalam pendidikan di
Indonesia tentu tidak dapat kita hindari karena memang kondisi negara kita
masih seperti saat ini, adapun hamabatannya antara lain; masalah SDM,
keterbatasan sarana , mahalnya akses internet dan masuknya budaya barat
- 50 -
51. Solusi dari hambatan – hambatan di atas adalah: Dengan diadakannya
diklat untuk para guru dengan kualitas diklat yang baik, Peran serta
pemerintah dan masyarakat dalam menyediakan sarana yang memadai,
Penyedia jasa internet mau menurunkan harga dan pembekalan keimanan
para siswa agar tidak terpengaruh budaya barat.
B. Saran
Profesionalisme guru dalam mentrasnformasikan bentuk pengajaran
pada siswa akan berpengaruh pada prestasi siswa. Dengan demikian sudah
menjadikan suatu kewajiban bagi setiap guru untuk meningkatkan personality
atau kepribadian untuk bisa dijadikan cermin bagi siswa dalam bersikap dan
bertingkah laku. Adalah hal yang sangat esensi sekali manakala kepribadian
guru itu baik maka akan memiliki dampak yang cukup besar dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa. Disinilah proses interaksi edukatif yang
positif bisa terwujud.
Disamping itu guru hendaklah lebih banyak mempelajari teori-teori
tentang psikologi anak, sehingga akan lebih mudah dalam membimbing anak,
dan mendorongnya dalam proses belajar.
- 51 -
52. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi,. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Bina Aksara,1996
Hadi, Soetrisno. Bimbingan menulis skripsi dan tesis.1 Yogyakarta : Andi
Offsett, 2004
Hadi, Soetrisno. Bimbingan menulis skripsi dan tesis.2 Yogyakarta : Andi
Offsett, 2004
Hamalik,.Oemar Psikologi belajar dan mengajar. Bandung: Sinar baru
Algensindo,2000.
Mudjiono, Dimyanti. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : Depdikbud, 1994
Mulyasa, E..Menjadi guru Profesional. Bandung: Rosdakarya.2005
Purwanto, Ngalim, M Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis.Bandung : Remaja
Rosdakarya ;1997
Purwanto, Ngalim, M., Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk guru –karyawan dan peneliti pemula.
Bandung : Alfabeta 2005.
Roestiyah, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta : PT bina Aksara, 1989
Sagala , Syaiful. Konsep dan makna pembelajaran. Bandung : Alfabetta.2003 )
Rahim, Farida. Pembelajaran membaca di sekolah dasar. Jakarta: PT. Bumi
Aksara . 2005
Syah, Muhibbin. 2006. Islamic English: A Competency-based Reading
Comprehension. Cetakan ke-2. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
____________. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cetakan
ke-14 (Edisi revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
____________. 2008. Psikologi Belajar. Cetakan ke-8. Jakarta: PT Rajawali Pers.
Slameto. Belajar, dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Reneka
Cipta: 1995
Syah, Muhibbin. Psikologi pendidikan Bandung: Rosdakarya, 1996
Usman, Uzer Moh, Menjadi Guru Profesional Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
1999
Wijaya, Cece.kemampuan dasar guru dalam dalam proses belajar mengajar,
Bandung : Rosdakarya, 1994
Pidarta, Made. 1990. Perencanaan Pendidikan Partisipatori Dengan Pendekatan
Sistem. Jakarta: Rineka Cipta.
Ariyana Yoki, 2008, Media Pembelajaran IPA berbasis IT, Bandung :PPPPTP
IPA
http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi. 2009. Definisi Globalisasi diakses
tanggal 20 pebruari 2009 jam 12.10 WIB
Idzam Mohd.2008.Pembangunan Modal Insan:Pentadbir Sebagai Pemimpin
Teknologi dalam Model-model Pembelajaran Mutakhir Perpaduan
Indonesia-Malaysia.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
- 52 -
53. I Ketut Gede Darma Putra,2009, Pembelajaran Berbasis ICT disdikpora.
baliprov.go.id/wp-content/uploads/ 2009/03/pembelajaran-berbasis-
ict.doc. diakses tanggal 8 April 2009 pukul 08.40 wib
Suparno, Paul,2002. Reformasi Pendidikan sebuah Rekomendasi.Yogyakarta:
Yayasan Kanisius
- 53 -