SlideShare a Scribd company logo
1 of 53
BAB I

                                 PENDAHULUAN




A. LATAR BELAKANG MASALAH

               Profesi guru meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik

    berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti

    meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknlogi, sedangkan
                                                                                       1
    melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa

    Mengemban misi tersebut jelas bukan tugas yang ringan. Selain harus

    memiliki bekal integritas kepribadian yang tinggi dan keterampilan mengajar

    yang dapat diandalkan, guru diharapkan mampu menciptakan iklim belajar

    mengajar yang kondusif, sehat dan menyenangkan. Sehingga berangkat dari

    profesionalisme ini guru akan tampil sebagai figure yang benar-benar

    mumpuni, wibawa, disegani dan memiliki integritas yang tinggi.

               Upaya guru dalam mempersiapkan anak didiknya terasa lebih

    penting ketika dihadapkan pada sebuah realitas kehidupan saat ini yang syarat

    dengan kompetitif dan budaya konsumtif. Untuk menghadapi tantangan

    tersebut seorang guru harus mampu mencari terobosan dalam membina dan

    mengajar anak didiknya guna menghadapi tantangan zaman yang sudah ada di

    depan mata. Mengembangkan kreativitas mengajar merupakan salah satu

    terobosan yang cukup besar, karena kreativitas sangat besar pengaruhnya
1
        Uzer Usman, Moh, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999),
       h.139




    -1-
dalam kemajuan hidup. Orang yang mempunyai kreativitas berarti ia harus

    lincah, kuat mental, dapat berpikir dari segala arah. Dan yang terpenting

    mempunyai keluwesan konsepsional (berdasarakan konsep, pikiran dan cita-

    cita), orisinalitas (keaslian) dan menyukai kompleksitas (kerumitan). Ciri-ciri

    tersebut masih harus ditambah lagi dengan sifat mau bekerja keras, mandiri,

    pantang menyerah, dan lebih tertarik pada konsep yang besar, punya selera

    humor dan fantasi serta tidak menolak ide-ide baru yang menghadang di

    depannya. Begitu banyak syarat yang harus dipenuhi bagi orang yang mau

    melakukan kreativitas dalam hidupnya. Alangkah indahnya jika kreativitas

    dengan berbagai syarat di atas diterapkan dalam proses pembelajaran di setiap

    bidang ilmu di sekolah yang hanya mencakup beberapa persen saja dari

    kreativitas yang ada. Dengan demikian bukan mustahil apabila pelajaran yang

    selama ini dianggap sulit akan menjadi favorit siswa.

                Namun dambaan seperti itu hingga saat ini masih jauh dari

    harapan. Pengembangan kreativitas masih menunggu penggarapan. Apalagi

    didukung oleh langkahnya literatur yang membahas tentang kreativitas

    mengajar serta motivasi kepada para guru agar lebih kreatif semakin

    melemahkan      kreativitas    guru    karena    kurangnya      pengalaman      dalam

    penerapannya.

                Pada satu sisi kepribadian seorang guru harus menjadi teladan bagi

    siswa. Hal ini di karenakan kepribadian guru mempunyai pengaruh langsung

    dan komulatif terhadap perilaku siswa.2 Perilaku yang terpengaruh itu antara
2
      Oemar Hamalik.Psikologi belajar dan mengajar. (Bandung: Sinar baru Algensindo,2000).
    h.34-35




    -2-
lain: kebiasaan belajar, disiplin, hasrat belajar, dan motivasi belajar. Yang

      dimaksud dengan kepribadian di sini meliputi pengetahuan, keterampilan,

      sikap. Kepribadian yang ditampilkan guru dalam PBM akan selalu dilihat,

      diamati, dan dinilai oleh siswa sehingga timbul dalam diri siswa persepsi

      tertentu tentang kepribadian guru.

                   Guru pula yang memberi dorongan agar peserta didik berani

      berbuat benar, dan membiasakan mereka untuk bertanggung jawab terhadap

      setiap perbuatannya. Guru juga bertindak sebagai pembantu ketika ada peserta

      didik yang buang air kecil, atau muntah di kelas, bahkan ketika ada yang

      buang air besar di celana. Guru yang menggendong peserta didik ketika jatuh

      atau berkelahi dengan temannya, menjadi perawat, dan lain-lain yang sangat

      menuntut kesabaran, kreatifitas dan profesionalisme 3

                   Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru dalam membantu

      pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Mereka memiliki peran

      dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna

      menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta

      mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa.

                   Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan

      kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan

      potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional, dan

      menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai berikut: Pertama Orang

      tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya. Kedua Teman, tempat

      mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.Ketiga
3
    E Mulyasa..Menjadi guru Profesional. (Bandung: Rosdakarya.2005) h. 36




      -3-
Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta

       didik sesuai minat, kemampuan, dan bakatnya. Keempat Memberikan

       sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan

       yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya. Kelima Memupuk

       rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab. Keenam Membiasakan

       peserta didik untuk saling berhubungan (bersilaturahmi) dengan orang lain

       secara wajar. Ketujuh Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar

       antarpeserta   didik,    orang     lain,   dan   lingkungannya.    Kedelapan

       Mengembangkan       kreativitas.   Kesembilan    Menjadi   pembantu     ketika

       diperlukan.4

                  Landasan pemikiran di atas memberikan sebuah telaah pemikiran

       bagi kita bahwa Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan

       identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru

       harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung

       jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Berkaitan dengan tanggung jawab; guru

       harus mengetahui, serta memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta

       berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut.

       Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam

       pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu

       maka dipandang perlu bagi penulis untuk mendeskripsikan “Profesionalisme

       guru Sekolah dasar dalam mengembangkan pembelajaran yang aktif, kreatif,

       inovatif dan menyenagkan berbasis IT”.

B. Rumusan Masalah
4
    Ibid. h. 34




       -4-
Permasalahan dalam karya tulis ini adalah :

              Bagaimana     Profesionalisme     guru      Sekolah     dasar   dalam

   mengembangkan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenagkan

   berbasis IT ?

C. Tujuan Penulisan

              Tujuan   penulisan    karya   tulis   ini   untuk     mendeskripsikan

   Profesionalisme guru Sekolah dasar dalam mengembangkan pembelajaran

   yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenagkan berbasis IT.




                                    BAB II

                            LANDASAN TEORI




   -5-
A. Sifat Kepribadian Guru

               Menurut asal katanya, kepribadian atau personality berasal dari bahasa

       Latin personare, yang berarti mengeluarkan suara (to sound through). Istilah

       ini digunakan untuk menunjukkan suara dari percakapan seorang pemain

       sandiwara melalui topeng (masker) yang dipakainya. Pada mulanya istilah

       persona berarti topeng yang dipakai oleh pemain sandiwara, di mana suara

       pemain sandiwara itu diproyeksikan. Kemudian kata persona itu berarti

       pemain sandiwara itu sendiri.5

               Dari sejarah pengertian kata tersebut, tidak heran kita jika kata

       persona yang mula-mula berarti topeng, kemudian diartikan pemainnya itu

       sendiri yang memainkan peranan seperti digambarkan dalam topeng tersebut.

       Akhirnya kata persona itu menunjukkan pengertian tentang kualitas dari

       watak/karakter yang dimainkan di dalam sandiwara itu. Kini kata personality

       oleh para ahli psikologi dipakai untuk menunjukkan sesuatu yang nyata dan

       dapat dipercaya tentang individu untuk menggambarkan bagaimana dan apa

       sebenarnya individu itu.

               Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sartain, istilah personality

       terutama menunjukkan suatu organisasi/susunan daripada sifat-sifat dan

       aspek-aspek tingkah laku lainnya yang saling berhubungan di dalam suatu

       individu. Sifat-sifat dan aspek-aspek ini bersifat psikofisik yang menyebabkan

       individu berbuat dan bertindak seperti apa yang dia lakukan, dan

       menunjukkan adanya ciri-ciri khas yang membedakan individu itu dengan

       individu yang lain. Termasuk di dalamnya: sikapnya, kepercayaannya, nilai-
5
    M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) h. 154




      -6-
nilai dan cita-citanya, pengetahuan dan keterampilannya, macam-macam cara

       gerak tubuhnya, dan sebagainya.6

                  Kepribadian itu relatif stabil. Pengertian stabil di sini bukan berarti

       bahwa kepribadian itu tetap dan tidak berubah. Di dalam kehidupan manusia

       dari kecil sampai dewasa/tua, kepribadian itu selalu berkembang, dan

       mengalami perubahan-perubahan. Tetapi di dalam perubahan itu terlihat

       adanya pola-pola tertentu yang tetap. Makin dewasa orang itu, makin jelas

       polanya, makin jelas adanya stabilitas.

                  Istilah sifat atau karakteristik dapat diartikan sebagai ciri-ciri,

       sedangkan istilah kepribadian dalam arti sederhana berarti sifat hakiki

       individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan

       dirinya dari yang lain. Kepribadian (personality) sebagai sifat khas yang

       dimiliki seseorang. Selanjutnya dari tinjauan psikologi, kepribadian pada

       prinsipnya adalah susunan atau kesatuan antara aspek perilaku mental

       (pikiran, perasaan, dan sebagainya) dengan aspek perilaku behavioral

       (perbuatan nyata). Aspek-aspek ini berkaitan secara fungsional dalam diri

       seorang individu, sehingga membuatnya bertingkah laku secara khas dan

       tetap. 7

                  Dari uraian di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa karakteristik

       kepribadian adalah ciri-ciri perilaku psikofisik atau rohani-jasmani yang

       kompleks dari individu, sehingga tampak dalam tingkah lakunya yang khas.




6
    ibid
7
    Muhibbin Syah. Psikologi pendidikan (Bandung: Rosdakarya, 1995) h. 226




      -7-
Demikian pula halnya dengan guru sebagai individu, memiliki sejumlah ciri-

       ciri sifat yang khas.

                  Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap

       keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia, maka

       setiap calon guru dan guru professional sangat diharapkan memahami

       bagaimana karakteristik (ciri khas) kepribadian dirinya yang diperlukan

       sebagai panutan para siswanya. Secara konstitusional, guru hendaknya

       berkepribadian Pancasila dan UUD '45 yang beriman dan bertaqwa kepada

       Tuhan Yang Mahaesa, disamping ia harus memiliki kualifikasi (keahlian yang

       diperlukan) sebagai tenaga pengajar (Pasal 28 ayat (2) UUSPN/ 1989).8

                  Kepribadian      guru mempunyai pengaruh langsung dan kumulatif

       terhadap hidup dan kebiasaan-kebiasaan belajar para siswa. Yang dimaksud

       dengan kepribadian di sini meliputi: pengetahuan, keterampilan, ideal, sikap,

       dan juga persepsi yang dimiliki guru tentang orang lain. Lebih lanjut, Hamalik

       mengemukakan sejumlah karakteristik guru yang disenangi oleh para siswa

       adalah guru-guru yang:

                  -   demokratis,

                  -   suka bekerja sama (kooperatif),

                  -   baik hati,

                  -   sabar,

                  -   adil,

                  -   konsisten,

                  -   bersifat terbuka,
8
    ibid. h 227




       -8-
-   suka menolong,

                -   ramah tamah,

                -   suka humor,

                -   memiliki bermacam ragam minat,

                -   menguasai bahan pelajaran,

                -   fleksibel, dan

                -   menaruh minat yang baik terhadap siswa.9

               Wijaya mengemukakan bahwa" keberhasilan seorang guru dalam

       PBM harus didukung oleh kemampuan pribadinya". Kemampuan pribadi guru

       dalam PBM tersebut secara rinci sebagai berikut10:

       a. Kemantapan dan Integritas Pribadi

               Seorang guru dituntut untuk dapat bekerja teratur dan konsisten, tetapi

       kreatif dalam menghadapi pekerjaannya sebagai guru. Menurut Hamalik

       kemantapannya dalam bekerja, hendaknya merupakan karakteristik pribadinya

       sehingga pola hidup seperti ini terhayati pula oleh siswa sebagai terdidik.

       Kemantapan dan integritas pribadi ini tidak terjadi dengan sendirinya,

       melainkan tumbuh melalui suatu proses belajar yang sengaja diciptakan.

       Dengan kemantapan dan integritas pribadi yang tinggi, maka setiap

       permasalahan yang dihadapi akan terpecahkan dan akan berpengaruh terhadap

       ketenangan PBM.

       b. Peka terhadap Perubahan dan Pembaruan


9
        Oemar Hamalik.Psikologi belajar dan mengajar. (Bandung: Sinar baru
       Algensindo,2000).h.34,39
10
     Cece Wijaya.kemampuan dasar guru dalam dalam proses belajar mengajar( Bandung :
     Rosdakarya:1994) h. 13-21




      -9-
Guru harus peka baik terhadap apa yang sedang berlangsung di

sekolah maupun yang sedang berlangsung di sekitarnya. Ini dimaksudkan agar

apa yang dilakukan di sekolah tetap konsisten dengan kebutuhan dan tidak

ketinggalan zaman. Pembaruan dalam pengertian kependidikan merupakan

suatu upaya lembaga pendidikan untuk menjembatani masa sekarang dan

masa yang akan datang dengan jalan memperkenalkan program kurikulum

atau metodologi pengajaran yang baru.

c. Berpikir Alternatif

         Guru harus mampu berpikir dan mampu memecahkan masalah yang

dihadapi dalam PBM. Mampu memberikan berbagai alternatif jawaban dan

memilih salah satu alternatif untuk kelancaran PBM.

d. Adil, Jujur, dan Objektif

         Adil, jujur, dan objektif dalam memperlakukan dan juga menilai siswa

dalam PBM merupakan hal yang harus dilaksanakan oleh guru. Adil artinya

menempatkan sesuatu pada tempatnya, sedangkan jujur adalan tulus ikhlas

dan menjalankan fungsinya sebagai guru, sesuai dengan peraturan dan norma-

norma yang berlaku. Objektif artinya benar-benar menjalankan aturan dan

kriteria yang telah ditetapkan, tidak pilih kasih dan lain sebagainya.

e.   Berdisiplin dalam Melaksanakan Tugas

         Dalam pendidikan yang dimaksudkan dengan disiplin adalah keadaan

tenang atau keteraturan sikap atau keteraturan tindakan. Disiplin merupakan

salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Agar disiplin dapat

dilaksanakan dalam proses pendidikan maka perlu melaksanakan tata tertib




- 10 -
dengan baik oleh guru maupun siswa, taat terhadap kebijakan dan

kebijaksanaan yang berlaku, serta menguasai diri dan instropeksi.

f.   Diet dan Tekun Bekerja

         Keuletan dan ketekunan bekerja tanpa mengenal lelah dan tanpa

pamrih merupakan hal yang harus dimiliki oleh guru. Guru tidak akan

berputus asa apabila menghadapi kegagalan dan akan terus berusaha

mengatasinya.

g.   Berusaha Memperoleh Hasil Kerja Yang Sebaik-baiknya

         Dalam   mencapai     hasil   kerja,   guru   diharapkan    akan   selalu

meningkatkan diri, mencari cara-cara baru, menjaga semangat kerja,

mempertahankan dedikasi dan loyalitas yang tinggi agar mutu pendidikan

selalu meningkat, pengetahuan umum yang dimilikinya selalu bertambah.

h.   Simpatik dan Menarik, Luwes, Bijaksana dan Sederhana dalam Bertindak

         Guru harus simpatik dan menarik karena dengan sifat ini akan

disenangi oleh para siswa. Keluwesan juga harus dimiliki oleh guru karena

dengan sifat ini guru akan mampu bergaul dan berkomunikasi dengan baik.

Kebijaksanaan dan kesederhanaan akan menjalin keterkaitan batin antara guru

dengan siswa. Dengan adanya keterkaitan tersebut, guru akan mampu

mengendalikan PBM yang diselenggarakannya

i.   Bersifat Terbuka

         Kesiapan mendiskusikan apapun dengan lingkungan tempat ia bekerja,

baik dengan murid, orang tua, teman sekerja, ataupun dengan masyarakat

sekitar sekolah, merupakan salah satu tuntutan terhadap guru, la diharapkan




- 11 -
mampu menampung aspirasi berbagai pihak, bersedia menjadi pendukung,

dan terus berusaha meningkatkan serta memperbaiki suasana kehidupan

sekolah berdasarkan kebutuhan dan tuntutan berbagai pihak.

j.   Kreatif

         Guru harus kreatif, dan untuk memperoleh kreativitas yang tinggi

sudah barang tentu guru harus banyak bertanya, banyak belajar, dan

berdedikasi tinggi.

k.   Berwibawa

         Kewibawaan harus dimiliki oleh guru, sebab dengan kewibawaan,

PBM akan terlaksana dengan baik, berdisiplin, dan tertib. Dengan demikian,

siswa akan taat dan patuh pada peraturan yang berlaku sesuai dengan apa yang

dijelaskan oleh guru.

         Syah mengemukakan dua karakteristik kepribadian yang berkaitan

dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya sebagai berikut:

Pertama Fleksibilitas kognitif guru. Fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah

cipta) merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara

simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada

umumnya ditandai dengan keterbukaan berpikir dan beradaptasi, memiliki

resistensi (daya tahan) terhadap ketertutupan ranah cipta yang premature

(terlalu dini) dalam pengamatan dan pengenalan, berpikir kritis. Dalam PBM,

flesibilitas kognitif guru terdiri atas tiga dimensi, yakni: (a) dimensi

karakteristik pribadi guru, (b) dimensi sikap kognitif guru terhadap siswa, dan

(c) dimensi sikap kognitif guru terhadap materi pelajaran dan metode




- 12 -
mengajar; kedua keterbukaan psikologis pribadi guru. Keterbukaan psikologi

       guru merupakan dasar kompetensi profesional (kemampuan dan kewenangan

       melaksanakan tugas) keguruan yang harus dimiliki oleh setiap guru, sebab:

       pertama, keterbukaan psikologis merupakan prakondisi atau prasyarat penting

       yang perlu dimiliki guru untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain.

       Kedua, keterbukaan psikologis diperlukan untuk menciptakan suasana

       hubungan antarpribadi guru dan pribadi siswa yang harmonis, sehingga

       mendorong siswa untuk mengembangkan dirinya secara bebas dan tanpa

       ganjalan. Guru yang terbuka secara psikologis ditandai dengan kesediaannya

       yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor

       ekstern antara lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan

       tempatnya bekerja, mau menerima kritik secara ikhlas, memiliki empati

       (emphaty), yakni respons afektif terhadap pengalaman emosional dan

       perasaan tertentu orang lain.11

                Di samping syarat-syarat tersebut tentu saja masih banyak lagi syarat

       lain yang harus dimiliki oleh guru sebagaimana yang dipaparkan oleh M

       Ngalim Purwanto yang memberikan arah yang cukup konstruktif terhadap

       sifat yang harus dimiliki guru, antara lain :

       a.   Adil

                Seorang guru harus adil, misalnya dalam memperlakukan anak-anak

       didiknya harus dengan cara yang sama. Ia tidak membedakan anak yang

       cantik, anak saudaranya sendiri, anak orang berpangkat, atau anak yang


11
     Muhibbin Syah. Op cit. h. 227-230




       - 13 -
menjadi kesayangannya. Perlakuan yang adil itu perlu bagi guru, misalnya

dalam hal memberi nilai dan menghukum anak.

b. Percaya dan suka kepada murid-muridnya

           Seorang guru harus percaya kepada anak didiknya. Ini berarti bahwa

guru harus mengakui dan menginsafi bahwa anak-anak adalah makhluk yang

mempunyai kemauan, mempunyai kata hati sebagai daya jiwa untuk

menyesali perbuatannya yang buruk dan menimbulkan kemauan untuk

mencegah perbuatan yang buruk.

c.   Sabar dan rela berkorban

           Hampir pada tiap-tiap pekerjaan, kesabaran merupakan syarat yang

sangat diperlukan, apalagi pekerjaan guru sebagai pendidik. Sifat sabar perlu

dipunyai oleh guru, baik dalam melakukan tugas mendidik maupun dalam

menanti hasil dari jerih payahnya. Hasil pekerjaan tiap-tiap guru dalam

mendidik seorang anak tidak dapat ditunjukkan dan tidak dapat dilihat dengan

seketika. Pekerjaan mendidik tidak dapat disamakan dengan membuat roti

atau membuat rumah, yang hasilnya dapat dilihat beberapa jam atau beberapa

bulan kemudian.

d. Memiliki pembawa (gezag) terhadap anak-anak

           Tanpa adanya gezag pada pendidik, tidak mungkin pendidikan itu

dapat masuk ke dalam hati sanubari anak-anak. Tanpa kewibawaan, murid-

murid hanya akan menuruti kehendak dan perintah gurunya karena takut atau

karena paksaan, jadi bukan karena keinsafan atau karena kesadaran di dalam

dirinya.




- 14 -
e.   Penggembira

           Seorang guru hendaklah memiliki sifat suka tertawa dan suka

memberi kesempatan tertawa kepada murid-muridnya. Sifat ini banyak

gunanya bagi seorang guru, antara lain ia akan tetap memikat perhatian anak-

anak pada waktu mengajar, anak-anak tidak lekas bosan atau merasa lelah.

f. Bersikap baik terhadap masyarakat

           Tugas dan kewajiban guru tidak hanya terbatas pada sekolahnya saja,

tetapi juga di dalam masyarakat. Seorang guru yang merasa cukup dengan

pekerjaan di lingkungan sekolah saja, tentu akan kurang luas pandangannya.

Mungkin ia akan dihinggapi suatu "penyakit" merasa dirinya yang terpandai,

yang selalu betul, yang sangat dihormati, dan sebagainya. Penyakit demikian

akan menyukarkannya untuk bergaul dalam masyarakat, karena dalam

pergaulan orang harus menghormati pendapat orang lain, biarpun pendapat

yang berlawanan dengan pendapatnya sekalipun.

g. Benar-benar menguasai mata pelajarannya

           Guru harus selalu menambah pengetahuannya. Mengajar tidak dapat

dipisahkan dari belajar. Guru yang pekerjaannya memberikan pengetahuan-

pengetahuan dan kecakapan-kecakapan kepada murid-muridnya, tidak

mungkin akan berhasil baik jika guru itu sendiri tidak selalu berusaha

menambah pengetahuannya. Jadi, sambil mengajar sebenarnya guru itu pun

belajar.

h.   Suka kepada mata pelajaran yang diberikannya




- 15 -
Di sekolah-sekolah menengah yang umumnya memakai sistem guru

       bidang studi tidak menjadi kesulitan. Tetapi, di sekolah rendah keadaannya

       berbeda dimana guru memegang beberapa mata pelajaran sebagai guru kelas.

       Mata-mata pelajaran di yang banyak macamnya itu diajarkan oleh seorang

       guru saja. Meskipun demikian tiap-tiap guru hendaklah berusaha supaya

       menyukai      pelajaran-pejaran     yang     diberikan    kepada     murid-muridnya.

       Mengajarkan mata pelajaran yang di sukainya hasilnya lebih baik.

       i.   Berpengetahuan luas

                Guru merupakan tempat bertanya tentang segala sesuatu bagi

       masyarakat. Guru haruslah seorang yang mempunyai perhatian intelektual

       yang luas dan yang tidak kunjung padam. Pekerjaan guru berlainan dengan

       pegawai kantor lainnya. Para guru hendaknya dapat melihat lebih banyak

       lagi,memikir lebih banyak lagi, dan mengerti lebih banyak dari pada orang-

       orang lain di dalam masyarakat tempat ia hidup. 12

B. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar

       a. Pengertian mengajar

                            Pengertian mengajar telah mengalami perkembangan dari

            dulu sampai sekarang, bahkan hingga dewasa ini belum ada definisi yang

            tepat tentang pengertian mengajar. Untuk mengetahui definisi mengajar

            perlu dikemukakan beberapa teori tentang mengajar.

       1. Definisi yang lama : mengajar ialah menyerahkan kebudayaan berupa

            pengalaman-pengalaman kecakapan kepad anak didik kita, atau usaha

12
      M. Ngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis.(Bandung : Remaja Rosdakarya ;
     1997) h. 143-148




       - 16 -
untuk mewariskan kebudayaan pada generasi berikutnya sebagai generasi

            penerus 13

                          Definisi ini menunjukkan bahwa aktivitas mengajar itu

            terletak pada guru. Murid yang baik adalah yang duduk diam,

            mendengarkan ceramah guru dengan penuh perhatian, tidak bertanya,

            tidak mengemukakan masalah. Semua bahan pelajaran yang diberikan

            oleh guru diterima begitu saja. Pada definisi ini yang bertindak aktif dalam

            proses mengajar adalah guru sedangkan murid lebih banyak diam atau

            bersifat pasif.

       2. Definisi dari Prof. DR de Queluy dan Prof. Gazali MA dalam Roestiyah,

            mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara

            paling singkat dan tepat. Dalam definisi ini pengertian waktu yang singkat

            sangat penting. Guru kurang memperhatikan bahwa di antara murid ada

            perbedaan individual, mungkin ada yang memerlukan waktu yang lebih

            lama, sehingga memerlukan yang berbeda-beda14 Dalam definisi ini

            mengajar berarti memperlakukan murid secara sama tanpa memandang

            kemampuan dari masing-masing murid, yang dipentingkan dalam definisi

            ini adalah faktor waktu yang singkat.

       3. Definisi yang ketiga adalah definisi yang modern di negara-negara yang

            sudah maju: teaching is the guidance of learning. Mengajar adalah

            bimbingan kepada anak dalam proses belajar. Dalam definisi ini

            menunjukkan bahwa yang aktif adalah anak, yang mengalami proses
13
     Roestiyah, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta : PT bina Aksara, 1989) h. 12-13
14
     ibid




       - 17 -
belajar adalah anak. Sedangkan guru hanya membimbing, menunjukkan

           jalan dengan memperhitungkan kepribadian anak. Kesempatan untuk

           berbuat dan aktif berfikir lebih banyak diberikan kepada anak dari pada

           teori yang lain 15

                   Dari ketiga definisi tentang mengajar di atas bisa dilihat keragaman

       dari masing-masing definisi, mengajar bukan hanya proses transformasi ilmu

       pengetahuan, tetapi mengajar merupakan proses membimbing seorang anak

       dalam proses belajar sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh anak. Dan

       mengajar bukan hanya sekedar menjalankan tugas sebagai seorang guru tetapi

       mempunyai tanggung jawab terhadap keberhasilan belajar murid, karena tugas

       dan peran guru tidaklah terbatas di dalam masayarakat, bahkan guru pada

       hakekatnya merupakan komponen strategis yang memiliki peran yang penting

       dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru

       merupakan faktor Condisio sipe quanon yang tidak mungkin digantikan oleh

       komponen namapun daam kehidupan bangsa sejak dulu terlebih-lebih pada

       era kontemporer ini. Dengan kata lain, potret dan wajah diri bangsa dimasa

       depan tercermin dari diri para guru masa kini, dan gerak maju dinamika

       kehidupan bangsa berbanding lurus dengan citra para guru ditengah-tengah

       masyarakat 16

                   Begitu penting peran guru di masyarakat, sehingga dalam mengajar

       murid-muridnya guru harus berusaha dengan sungguh-sungguh agar tujuan




15
     ibid
16
     Uzer Usman, Moh, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), h.183




       - 18 -
untuk menghasilkan lulusan yang bermutu dapat tercapai. Seorang guru

memiliki tanggung jawab yang meliputi :

  1. Memberikan bantuan kepada anak dengan menceritakan sesuatu yang

         baik, yang dapat menjamin kehidupannya, itu adalah ide yang bagus

  2. Memberikan jawaban langsung pada pertanyaan yang diminta oleh anak.

  3. Memberikan kesempatan kepada anak untuk berpendapat.

  4. Memberikan evaluasi.

  5. Memberikan kesempatan menghubungkan dengan pengalamannya

         sendiri.

                 Untuk mencapai tujuan akhir dari proses mengajar yaitu

  menghasilkan lulusan yang bermutu diperlukan langkah-langkah mengajar

  yang tepat dan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Salah satu cara

  yang bisa ditempuh adalah dengan menerapkan cara mengajar yang efektif.

  Mengajar yang efektif ialah mengajar yang dapat membawa belajar anak

  yang efektif pula. Belajar disini adalah suatu aktifitas mencari, menemukan

  dan melihat pokok masalah. Anak berusaha memecahkan masalah termasuk

  pendapat bahwa pendapat bahwa bila seseorang memiliki kemampuan, dapat

  menciptakan puisi atau suatu sympony, maka dia telah menghasilkan

  masalah dan menemukan kesimpulan.

                 Untuk melaksanakan mengajar yang efektif diperlukan       syarat-

  syarat sebagai berikut:

  1. Belajar secara aktif, baik mental maupun phisik. Di dalam belajar anak

         harus      mengalami   aktifitas   mental,   misalnya   pelajar    dapat




- 19 -
mengembangkan kemampuan intelektualnnya, kemampuan berfikir

         kritis, kemepuan menganalisa.

  2. Guru harus mempergunakan banyak metode waktu mengajar. Variasi

         metode mengakibatkan penyajian bahan pelajaran lebih menarik

         perhatian anak, mudah diterima anak, dan kelas menjadi hidup.

  3. Motivasi, halini sangat berperanan pada kemajuan perkembangan anak

         selanjutnya melalui proses belajar. Bila motivasi guru tepat mengenai

         sasaran, akan meningkatkan kegiatan anak belajar. Dengan tujuan yang

         jelas anak akan belajar lebih tekun, lebih giat dan bersemangat.

  4. Kurikulum yang baik dan seimbang. Kurikulum sekolah yang memenuhi

         tuntutan masyarakat dikatakan bahwa kurikulum itu baik dan seimbang.

  5. Guru perlu mempertimbangkan pada perbedaan individual. Guru tidak

         cukup hanya merencanakan pengajran klasikal, karena masing-masing

         anak mempunyai perbedaan dalam beberapa segi, misalnya inteligensi,

         bakat, tingkah laku, sikap dan lain-lainnya.

  6. guru akan megajar efektif bila selalu membuat perencanaan sebelum

         mengajar. Dengan persiapan mengajar guru akan mantap di depan kelas

         perencanaan yang masak dapat menimbulkan banyak inisiatif dan daya

         kreatif guru waktu mengajar, dapat meningkatkan interaksi belajar

         mengajar antara guru dan murid.

  7. Pengaruh guru yang sugestif perlu diberikan pula kepada anak. Sugesti

         yang kuat akan merangsang anak untuk lebih giat belajar.




- 20 -
8. Seorang guru harus memiliki keberanian, menghadapi murid-muridnya

               juga masalah-masalah yang timbul waktu proses belajar mengajar

               berlangsung.

         9. Guru harus dapat menciptakan suasana yang demokratis di sekolah.

               Lingkungan yang saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan anak,

               bertenggang rasa dan lain sebagainya.

         10. Pada penyajian bahan-bahan pelajaran pada anak, guru perlu

               memberikan masalah-masalah yang merangsang anak untuk berfikir.

               Rangsangan yang mengena sasaran menyebabkan anak dapat mereaksi

               dengan tepat terhadap persoalan yang dihadapinya.

         11. Semua pelajaran yang diberikan pada anak perlu diintegrasikan,

               sehingga anak memiliki pengetahuan yang terintegrasi tidak terpisah-

               pisah seperti pada sistem pengajaran lama, yang memberikan pelajaran

               secara terpisah-pisah satu sama lainnya.

         12. Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata di

               masyarakat.

         13. Dalam interaksi belajar mengajar guru harus banyak memberikan

               kebebasan pada anak, untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati

               sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri,

         14. Pengajaran remedial bagi anak yang mengalami kesulitan belajar 17

                Bila semua syarat di atas dapat dipenuhi oleh guru waktu mengjar,

      diharapakan interaksi belajar mengajar diantara guru dan murid dapat

17
     Roestiyah, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta : PT bina Aksara, 1989) h. 37-40




      - 21 -
meningkat, atau dapat dikatakan guru telah melaksanakan cara mengajar yang

efektif. Mengajar yang efektif merupakan salah satu bentuk dari kreativitas

guru agar hubungan interaksi yang terbangun antara guru dan murid dapat

meningkat

b. Peran guru dalam proses belajar mengajar

         Guru sebagai sosok yang akan menghasilkan generasi yang akan

datang memiliki peran yang sangat dominan, karena baik buruknya generasi

yang akan datang tergatung kepada baik buruknya pendidikan guru yang

dilakukan sekarang ini. dan baik buruknya generasi di masa yang akan datang

berakibat terhadap masa depan bangsa kita, apabila generasi yang akan datang

kualitasnya buruk maka buruk pula masa depan bangsa kita, begitupun

sebaliknya, apabila kualitas generasi kita baik maka akan semakin baik

kondisi bangsa kita dimasa yang akan datang.

               Fungsi dan peran guru akan berpengaruh terhadap pelaksanaan

pendidikan di sekolah, untuk itu fungsi dan peran guru adalah sebagai berikut:

1. Guru sebagai pendidik dan pengajar yakni harus memiliki kestabilan

    emosi, ingin memajukan siswa, bersikap realistis, bersikap jujur dan

    terbuka, peka terhadap perkembangan terutama inovasi pendidikan.

2. Guru sebagai anggota masyarakat, yakni harus pendai bergaul dengan

    masyarakat.

3. Guru sebagai pemimpin, yakni harus mampu memimpin.

4. Guru sebagai pelaksana administrasi, yakni akan dihadapkan kepada

    administrasi-administrasi yang harus dikerjakan di sekolah.




- 22 -
5. Guru sebagai pengelola proses belajar mengajar, yakni harus menguasai

          berbagai metode mengajar dan harus menguasai situasi belajar mengajar

          baik di dalam kelas maupun di luar kelas 18

                   Dengan melaksanakan peran yang fungsi guru yang dijabarkan di

      atas, maka seorang guru akan lebih mudah untuk mencapai tujuan dari proses

      pendidikan yaitu menghasilkan generasi yang berkualitas. Selain itu dengan

      melaksanakan fungsi dan peran sebagai seorang guru, maka guru akan lebih

      mudah untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta

      terciptanya interaksi baik antara guru dan murid. Agar mampu membedakan

      bentuk interaksi yang baik dan bentuk interaksi yang tidak baik, maka kita

      perlu mengetahui bentuk-bentuk interaksi antara guru dan murid dalam proses

      belajar mengajar yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:

               1. Pengajaran adalah transfer pengetahuan kepada siswa. Dalam

                   bentuk ini guru mengajar di sekiolah hanya menyuapi makanan

                   kepada anak. Siswa selalu menerima suapan itu tanpa komentar,

                   tanpa aktif berfikir serta tanpa bertanya.

               2. Pengajaran ialah mengajar siswa bagaimana caranya belajar.

                   Dalam bentuk ini guru hanya merupakan salah satu sumber belajar,

                   bukan sekedar menyuapi materi saja kepada siswa.

               3. Pengajaran adalah hubungan interaktif antara guru dan siswa. Tiap

                   individu ikut aktif, tiap individu ikut berperan.



18
      Cece Wijaya.kemampuan dasar guru dalam dalam proses belajar mengajar( Bandung :
     Rosdakarya:1994) h. 30




      - 23 -
4. Mengajar adalah proses interaksi siswa dengan siswa dan

            konsultasi dengan guru. Dalam proses ini siswa memperoleh

            pengalaman dari teman-temannya sendiri, kemudian pengalaman

            tersebut dikonsultasikan kepada guru.

          Bentuk interaksi yang tidak mempu mengembangkan kecerdasan

murid bahkan semakin menumpulkan kecerdasan murid adalah bentuk

interaksi yang pertama, bentuk interaksi tersebut menjadikan murid hanya

sebagai obyek dariproses pengajaran, murid hanya menerima tanpa mau

berfikir secara kritis sehingga proses pengajara hanya berjalan searah.

            E. Mulyasa memiliki sebuah pandangan bahwa peran guru dalam

pembelajaran harus melakukan beberapa hal berikut ini :

1. Guru sebagai Pendidik

            Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan

identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru

harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung

jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.

            Berkaitan dengan tanggung jawab; guru harus mengetahui, serta

memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan

berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung

jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam

kehidupan berma-syarakat.

            Berkenaan dengan wibawa; guru harus memiliki kelebihan dalam

merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, dan intelektual dalam




- 24 -
pribadinya, serta memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan,

                           teknologi, dan seni sesuai dengan bidang yang dikembangkan peserta didik di

                           sekolah, terutama dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam menanamkan

                           disiplin guru harus memulai dari dirinya sendiri, dalam berbagai tindakan dan

                           perilakunya.

                            2. Guru Sebagai Pengajar

                                       Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan guru dalam

                           pembelajaran, sebagai berikut:

                            -Membuat ilustrasi: pada dasarnya ilustrasi menghubungkan sesuatu yang

sedang dipelajari peserta didik dengan sesuatu yang telah diketahuinya, dan pada waktu yang sama

memberikan tambahan pengalaman kepada mereka.

                            -Mendefinisikan: meletakkan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan

sederhana, dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta pengertian yang dimiliki oleh peserta

didik.

                            -Menganalisis: membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi bagian,

sebagaimana orang mengatakan: "cuts the learning into chewable bites".

                            -Mensintesis: mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas ke dalam

suatu konsep yang utuh sehingga memiliki arti, hubungan antara bagian yang satu dengan yang lain

nampak jelas, dan setiap masalah itu tetap berhubungan dengan keseluruhan yang lebih besar.

                            -Bertanya: mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dantajam agar apa

yang dipelajari menjadi lebih jelas, seperti yang dilakukan Socrates.

                            -Merespon:    mereaksi    atau    menanggapi   pertanyaan       peserta   didik.

Pembelajaran akan lebih efektif jika guru dapat merespon setiap pertanyaan peserta didik.




                           - 25 -
-Mendengarkan: memahami peserta didik, dan berusaha menyederhanakan

setiap masalah, serta membuat kesulitan nampak jelas baik bagi guru maupun peserta didik.

                            -Menciptakan kepercayaan: peserta didik akan memberikan kepercayaan

terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar.

                            -Memberikan pandangan yang bervariasi: melihat bahan yang dipelajari dari

berbagai sudut pandang, dan melihat masalah dalam kombinasi yang bervariasi.

                            -Menyediakan     media   untuk    mengkaji    materi   standar:   memberikan

pengalaman yang bervariasi melalui media pembelajaran, dan sumber belajar yang berhubungan dengan

materi standar.

                            -Menyesuaikan metode pembelajaran: menyesuaikan metode pembelajaran

dengan kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik serta menghubungkan materi baru dengan

sesuatu yang telah dipelajari.

                            -Memberikan nada perasaan: membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna,

dan hidup melalui antusias dan semangat.

                            3. Guru Sebagai Pembimbing

                                       Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey),

                            yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas

                            kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya

                            menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral,

                            dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing, guru

                            harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan,

                            menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan,

                            serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta




                            - 26 -
didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerjasama yang baik dengan peserta

didik, tetapi guru memberikan pengaruh utama dalam setiap aspek perjalanan.

Sebagai pembimbing, guru memiliki berbagai hak dan tanggung jawab dalam

setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya

4. Guru Sebagai Pelatih

          Proses    pendidikan   dan   pembelajaran    memerlukan     latihan

keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk

bertindak sebagai pelatih. Hal ini lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2004

yang berbasis kompetensi, karena tanpa latihan seorang peserta didik tidak

akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar, dan tidak akan

mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi

standar. Oleh karena itu, guru harus berperan sebagai pelatih, yang bertugas

melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan

potensi masing-masing.

5. Guru Sebagai Penasehat

          Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi

orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat

dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Banyak

guru cenderung menganggap bahwa konseling terlalu banyak membicarakan

klien, seakan-akan berusaha mengatur kehidupan orang, dan oleh karenanya

mereka tidak senang melaksanakan fungsi ini. Padahal menjadi guru pada

mgkat manapun berarti menjadi penasihat dan menjadi orang kepercayaan,

kegiatan pembelajaranpun meletakkannya pada posisi tersebut. Peserta didik




- 27 -
senantiasa berhadapan dengan kebutuhan      untuk membuat keputusan, dan

dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Peserta didik akan menemukan

sendiri dan secara mengherankan, bahkan mungkin menyalahkan apa yang

ditemukannya,    serta   akan   mengadu     kepada   guru    sebagai   orang

kepercayaannya. Makin efektif guru menangani setiap permasalahan, makin

banyak kemungkinan peserta didik berpaling kepadanya untuk mendapatkan

nasihat dan kepercayaan diri.

6. Guru Sebagai Pembaharu (Innovator)

           Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam

kehidupanyang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang

yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian

halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita.

Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh

dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan

dalam pendidikan. Guru harus menjembatani jurang ini bagi peserta didik, jika

tidak, maka hal ini dapat mengambil bagian dalam proses belajar yang

berakibat tidak menggunakan potensi yang dimiliki-nya. Tugas guru adalah

memahami bagaimana keadaan jurang pemisah ini, dan bagaimana

menjembataninya secara efektif. perubahan dalam setiap generasi, dan

perubahan yang dilakukan melalui pendidikan akan memberikan hasil yang

positif.

7. Guru Sebagai Model dan Teladan




- 28 -
Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru

                             akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya

                             yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Sehubungan itu, beberapa

                             hal di bawah ini perlu mendapat perhatian dan bila perlu didiskusikan para

                             guru.

                             -Sikap dasar: postur psikologis yang akan nampak dalam masalah-masalah

penting, seperti keberhasilan, kegagalan, pembelajaran, kebenaran, hubungan antar manusia, agama,

pekerjaan, permaian dan diri.

                             -Bicara dan gaya bicara: penggunaan bahasa sebagai alat berpikir.

                             -Kebiasaan bekerja: gaya yang dipakai oleh seseorang dalam bekerja yang

ikut mewarnai kehidupannya.

                             -Sikap melalui pengalaman dan kesalahan: pengertian hubungan antara

luasnya pengalaman dan nilai serta tidak mungkinnya mengelak dari kesalahan.

                             -Pakaian: merupakan perlengkapan pribadi yang amat penting dan

menampakkan ekspresi seluruh kepribadian.

                             -Hubungan kemanusiaan: diwujudkan dalam semua pergaulan manusia,

intelektual, moral, keindahan, terutama bagaimana berperilaku

                             -Proses berpikir: cara yang digunakan oleh pikiran dalam menghadapi dan

memecahkan masalah.

                             - Perilaku neurotis: suatu pertahanan yang dipergunakan untuk melindungi

diri dan bisa juga untuk menyakiti orang lain.

                             -Selera: pilihan yang secara jelas merefleksikan nilai-nilai yang dimiliki oleh

pribadi yang bersangkutan.




                             - 29 -
-Keputusan: keterampilan rasional dan intuitif yang dipergunakan untuk

menilai setiap situasi.

                           -Kesehatan: kualitas tubuh, pikiran dan semangat yang merefleksikan

kekuatan, perspektif, sikap tenang, antusias dan semangat hidup.

                           -Gaya hidup secara umum: apa yang dipercaya oleh seseorang tentang setiap

aspek kehidupan dan tindakan untuk mewujudkan kepercayaan itu.

                           8. Guru Sebagai Pribadi

                                      Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus

                           memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan

                           kepribadian sebagai pendidik kadang-kadang dirasakan lebih berat dibanding

                           profesi lainnya. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah bahwa "guru bisa

                           digugu dan ditiru". Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan

                           guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau

                           diteladani. Guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu guru

                           harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang di masyarakat tempat

                           melaksanakan tugas dan bertempat tinggal. Secara nasional, nilai-nilai tersebut

                           sudah dirumuskan, tetapi barangkali masih ada nilai tertentu yang belum

                           terwadahi dan harus dikenal oleh guru, agar dapat melestarikannya, dan

                           berniat untuk tidak berperilaku yang bertentangan dengan nilai tersebut. Jika

                           ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dengan cara

                           yang tepat dia menyikapi hal tersebut, sehingga tidak terjadi benturan nilai

                           antara guru dan masyarakat yang berakibat terganggunya proses pendidikan

                           bagi peserta didik. Untuk kepentingan tersebut, wawasan nasional mutlak




                           - 30 -
diperlukan dalam pembelajaran Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian

ini adalah rangsangan yang memancing emosinya. Kestabilan emosi amat

diperlukan, namun tidak semua orang mampu menahan emosi terhadap

rangsangan yang menyinggung perasaan, dan memang diakui bahwa tiap

orang mempunyai temparamen yang berbeda dengan orang lain. Untuk

keperluan tersebut, upaya dalam bentuk latihan mental akan sangat berguna.

Guru yang mudah marah akan membuat peserta didik takut, dan ketakutan

mengakibatkan kurangriya minat untuk mengikuti pembelajaran serta

rendahnya konsentrasi, karena ketakutan menimbulkan kekuatiran untuk

dimarahi dan hal ini membelokan konsentrasi peserta didik.

9. Guru Sebagai Pendorong Kreativitas

          Kerativitas   merupakan     hal   yang   sangat    penting   dalam

pembelajaran, dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menun-jukkan

proses kreativitas tersebut. Kreativitas merupakan sesuatu yang bersifat

universal dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan di sekitar kita.

Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang

sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya

kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Sebagai orang yang kreatif, guru

menyadari bahwa kreativitas Merupakan yang universal dan oleh karenanya

semua kegiatannya ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu.

la sendiri adalah seorang kreator dan motivator, yang berada di pusat

prosespendidikan. Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk

menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga




- 31 -
peserta didik akan menilainya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan

       sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan

       dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan

       sebelumnya dan apa yang dikerjakan di masa mendatang lebih baik dari

       sekarang19

C. Profesionalisme Guru

                    Guru yang memiliki kompetensi profesional dalam pandangan

         harus mampu berperan sebagai pemimpin diantara kelompok siswanya dan

         juga antara sesamanya. Guru mampu berperan sebagai pendukung serta

         penyebar nilai-nilai luhur yang diyakininya sekaligus sebagai teladan bagi

         siswa serta lingkung sosialnya. Dan secara lebih mendasar lagi guru yang

         bermutu     aktif   mencari    kemajuan      pengetahuan      dalam    peningkatan

         kecakapan diri dalam berkarya dan dalam pengabdian sosialnya. Supriadi,

         (1998)

                  Untuk menjadi guru yang profesional dituntut untuk memiliki lima

       hal:

                (1) Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya,

                (2) Guru menguasai secara mendalam bahan / mata pelajaran yang

                    diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa,

                (3) Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui

                    berbagai cara evaluasi,

                (4) Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya

                    dan belajar dari pengalamannya,
19
     E Mulyasa..Menjadi guru Profesional. (Bandung: Rosdakarya.2005) h. 37-65




       - 32 -
Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam

  lingkunganprofesinya. Supriadi, (1998)

            Pada sisi lain, dalam hal teknis guru yang bermutu mampu

  berperan sebagai fasilitator pengajaran (sebagai nara sumber yang siap

  memberi konsultasi secara terarah bagi siswanya), mampu mengorganisasi

  pengajaran secara efektif dan efisien.      Guru yang memiliki kompetensi

  tinggi mampu merancang serta melaksanakan langkah-langkah pengajaran

  untuk memandu belajar siswa secara produktif, sehingga dapat membangun

  motivasi belajar siswa dan berperan dan layanan bimbingan siswa.(Supriadi,

  1998)

              Makna guru profesional        menurut   pidarta (1990) dapat di

    pandang dari tiga dimensi yaitu : Ekspert atau ahli, rasa tanggung jawab

    dan rasa kesejawatan.

    a) Ahli atau ekspert

            Tuntutan pertama guru di katakan ahli apabila tahu banyak dalam

         bidang pengeauan yang diajakan dan mengerti dan mampu dalam tugas

         mendidik. Seorang guru tidak saja menguasai isi pelajaran yang di

         ajarkan,   tetapi   juga   mampu    menanamkan    konsep   mengenai

         pengetahuan yang di ajarkan pemhaman konsep ini, dapat dikuasai bila

         guru mampu memahami psikologi belajar sangat bermanfaat untuk

         membimbing subjek belajar untuk memahami konsep tentang apa yang

         di ajarkan. Di sisi lain guru juga harus mampu menyampakan pesanb-

         pesan didik.




- 33 -
Selain hal tersebut terdapat dan anggapan yang di pahami di

         masyarakat, mengenai hal yang seharusnya di milki oleh seorang guru

         yaitu keahlian dalam bidang studi yang di ajarkan atau ahli dalam cara

         menyampaikan bidang studi tersebut ataupun kedua-duanya. Terdapat

         pandangan yang mengatakan bahwa bila seorang guru menguasai

         bidang studi yang diajarkan maka guru tersebut akan mampu

         mengajarkan bidang studi itu dengan baik kepada subjek pendidik.

         Pandangan lain mengatakan seorang guru harus ahli dalam cara

         mengajar suatu bidang studi walaupun bukan merupakan ahli dalam

         bidang studi tersebut. Pendapatan ketiga beranggapan bahwa selain

         harus ahli dalam cara mengajar seorang guru harus mampu pula untuk

         menyampaikan pesan-pesan didik melalui bidang studi tersebut.

             Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus

         menerus. Dalam proses ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam

         jabatan termasuk penataran, pembinaan dari organisasi profesi dan

         tempat kerja, penghargaan masyarakat terhadap profesi keguruan,

         penegakan kode etik profesi, sertifikasi, peningkatan kualitas calon

         guru, imbalan, dll secara bersama-sama menentukan pengembangan

         profesionalisme seseorang termasuk guru

    b) Memiliki otonomi dan rasa tanggung jawab.

             Guru yang profisional selain ahli dalam bidang mengajar dan

         mendidik, juga diharuskan memiliki otonomi dan tanggung jawab.

         Yang dimaksud dengan otonomi yaitu suatu sikap profisional yang di




- 34 -
sebut mandiri guru dapat di katakan telah memiliki otonomin atau

         kemandirian apabila dalam mengemukakan apa yang harus di katakan

         berdasarkan keahliannya. Pada proses awal setiap guru dapat di

         kategorikan belum mempunyai kebebasan atau otonomi dan dapat di

         katakan    dalam   proses   magang.     Melalui   proses   belajar   dan

         perkembangan profesi maka pada suatu saat akan dapat memiliki sikap

         yang mandiri.

              Adapun ciri-ciri kemandirian antara lain :

         -    Dapat mengawakan nilai-nilai hidup.

         -    Dapat membuat pilihan nilai.

         -    Dapat menentukan dan mengambil keputusan sendiri

         -    Dapat bertanggung jawab atas keputusan itu

    c) Memiliki Rasa kesejawatan

              Salah satu tugas dari orgnisasi profesi ialah mencitkan rasa

         kesejawatan sehingga rasa aman dan perlindungan jabatan. Etik profesi

         ini di kembangkan melalui organisasi profesi. Melalui organisasi

         profesi di ciptakan rasa kesejawatan. Semagat korps (I`esprit de Corps)

         di kembangkan agar harkat dan marabat guru di junjung tinggi, baik

         oleh korps guru sendiri maupun masyarakat pada umumnya.

             Pada sisi lain Arifin (2000) memiliki konsep pemkiran lain dalam

memandang profesionaisme seorang guru. Ia mengemukakan guru Indonesia

yang profesional dipersyaratkan mempunyai;




- 35 -
1. Dasar Ilmu Yang Kuat Sebagai Pengejawantahan Terhadap Masyarakat

     Teknologi Dan Masyarakat Ilmu Pengetahuan Di Abad 21;

2. Penguasaan Kiat-Kiat Profesi Berdasarkan Riset Dan Praksis Pendidikan

     Yaitu Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu Praksis Bukan Hanya Merupakan

     Konsep-Konsep Belaka. Pendidikan Merupakan Proses Yang Terjadi Di

     Lapangan Dan Bersifat Ilmiah, Serta Riset Pendidikan Hendaknya

     Diarahkan Pada Praksis Pendidikan Masyarakat Indonesia;

3.       Pengembangan Kemampuan Profesional Berkesinambungan, Profesi

     Guru Merupakan Profesi Yang Berkembang Terus Menerus Dan

     Berkesinambungan Antara Lptk Dengan Praktek Pendidikan. Kekerdilan

     Profesi Guru Dan Ilmu Pendidikan Disebabkan Terputusnya Program Pre-

     Service Dan In-Service Karena Pertimbangan Birokratis Yang Kaku Atau

     Manajemen pendidikan yang lemah.

            Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru ini, perlu adanya

paradigma baru untuk melahirkan profil guru Indonesia yang profesional di

abad 21 yaitu;

     a. Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang;

     b. Penguasaan ilmu yang kuat;

     c. Keterampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan

          teknologi; dan

     d. Pengembangan profesi secara berkesinambungan. Keempat aspek

          tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan




- 36 -
dan   ditambah      dengan   usaha   lain     yang   ikut     mempengaruhi

          perkembangan profesi guru yang profesional.

                Persyaratan persyaratan diatas bukanlah hal yang mudah dimiliki

oleh semua guru dalam mengembangkan profesionalismenya. Banyak hal yang

dapat menyebabkan seorang guru tidak bisa memberikan pengajaran

profresionalismenya kepada siswa. Pendapat ini pernah dikemukakan oleh

akadum (1999) mengenai penyebab rendahnya profesionalisme guru ;

     1. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total,

     2. Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika

          profesi keguruan,

     3. Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah

          hati dari pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini

          terbukti dari masih belum mantapnya kelembagaan pencetak tenaga

          keguruan dan kependidikan,

     4. Masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi

          ajar yang diberikan kepada calon guru,

     5. Masih belum berfungsi pgri sebagai organisasi profesi yang berupaya

          secara   makssimal      meningkatkan        profesionalisme     anggotanya.

          Kecenderungan pgri bersifat politis memang tidak bisa disalahkan,

          terutama untuk menjadi pressure group agar dapat meningkatkan

          kesejahteraan anggotanya. Namun demikian di masa mendatang pgri

          sepantasnya mulai mengupayakan profesionalisme para anggo-tanya.

          Dengan melihat adanya faktor-fak tor yang menyebabkan rendahnya




 - 37 -
profesionalisme guru, pemerintah berupaya untuk mencari alternatif

            untuk meningkatkan profesi guru.

                                    BAB IV

                                PEMBAHASAN

     Sekurang-kurangnya menurut Syah dan Kadiarinata (2009) ada dua alasan
perlunya pendekatan PAIKEM (Pembelajaran aktif inovatif kreatif dan
menyenangkan) diterapkan di sekolah/madrasah kita, yakni:

   a) PAIKEM lebih memungkinkan perserta didik dan guru sama-sama aktif
       terlibat dalam pembelajaran. Selama ini kita lebih banyak mengenal
       pendekatan    pembelajaran    konvensional.   Hanya    guru   yang    aktif
       (monologis), sementara para siswanya pasif, sehingga pembelajaran
       menjemukan, tidak menarik, tidak menyenangkan, bahkan kadang-kadang
       menakutkan siswa.

   b) PAIKEM lebih memungkinkan guru dan siswa berbuat kreatif bersama.
       Guru mengupayakan segala cara secara kreatif untuk melibatkan semua
       siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu, peserta didik juga
       didorong agar kreatif dalam berinteraksi dengan sesama teman, guru,
       materi pelajaran dan segala alat bantu belajar, sehingga hasil pembelajaran
       dapat meningkat.

     PAIKEM dilandasi oleh falsafah konstruktivisme yang menekankan agar
peserta didik mampu mengintegrasikan gagasan baru dengan gagasan atau
pengetahuan awal yang telah dimilikinya, sehingga mereka mampu membangun
makna bagi fenomena yang berbeda. Falsafah pragmatisme yang berorientasi
pada tercapainya tujuan secara mudah dan langsung juga menjadi landasan
PAIKEM, sehingga dalam pembelajaran peserta didik selalu menjadi subjek aktif
sedangkan guru menjadi fasilitator dan pembimbing belajar mereka.
       Dalam melaksanakan PAIKEM, guru perlu memper- hatikan beberapa hal
sebagai berikut:




   - 38 -
1. Memahami sifat yang dimiliki siswa
       Pada dasarnya anak memiliki imajinasi dan sifat ingin tahu. Semua anak
terlahir dengan membawa dua potensi ini. Keduanya merupakan modal dasar bagi
berkembangnya sikap/pikiran kritis dan kreatif. Oleh karenanya, kegiatan
pembelajaran perlu dijadikan lahan yang kita olah agar menjadi tempat yang
subur bagi perkembangan kedua potensi anugerah Tuhan itu. Suasana
pembelajaran yang diiringi dengan pujian guru terhadap hasil karya siswa, yang
disertai pertanyaan guru yang menantang dan dorongan agar siswa melakukan
percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang baik untuk mengembangkan
potensi siswa.

       2 Memahami perkembangan kecerdasan
          siswa
       Menurut Jean Piaget dalam Syah            (2008: 29-33), perkembangan
kecerdasan akal/perkembangan kognitif manusia berlangsung dalam empat tahap,
yakni: Sensory-motor (Sensori-motor/0-2 tahun) Pre-operational (Pra-operasional
/ 2-7 tahun) Concrete-operational (Konkret-operasional / 7-11tahun) Formal-
operational (Formal- operasional / 11 tahun ke atas). Selama kurun waktu
pendidikan dasar dan menengah, siswa mengalami tahap Concrete-operational
dan Formal-operational.
       Dalam periode konkret-operasional yang berlangsung hingga usia
menjelang remaja, anak memeroleh tambahan kemampuan yang disebut system of
operations (satuan langkah berpikir). Kemampuan satuan langkah berpikir ini
berfaedah bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan
peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri.
       Selanjutnya, dalam perkembangan kognitif tahap Formal-operational
seorang remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara
serentak maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif, yakni: 1) kapasitas
menggunakan hipotesis; 2) kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak.
Dengan kapasitas menggunakan hipotesis (anggapan dasar), seorang remaja akan
mampu berpikir hipotetis, yakni berpikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal
pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan




   - 39 -
lingkungan yang ia respons. Selanjutnya, dengan kapasitas menggunakan prinsip-
prinsip abstrak, remaja tersebut akan mampu mempelajari materi-materi pelajaran
yang abstrak, misalnya ilmu tauhid, ilmu matematika dan ilmu-ilmu abstrak
lainnya dengan luas dan mendalam.
       Sebagai bukti bahwa seorang remaja pelajar telah memiliki kedewasaan
berpikir, dapat dicontohkan ketika ia menggunakan pikiran hipotesisnya sewaktu
mendengar pernyataan seorang kawannya, seperti: "Kemarin seorang penggali
peninggalan purbakala menemukan kerangka manusia berkepala domba dan
berkaki empat yang telah berusia sejuta tahun". Apa yang salah dalam pernyataan
ini? Remaja pelajar tadi, setelah berpikir sejenak dengan serta-merta berkomentar:
"Omong kosong!" Ungkapan "omong kosong" ini merupakan hasil berpikir
hipotetis remaja pelajar tersebut, karena mustahil ada manusia berkepala domba
dan berkaki empat betapapun tuanya umur kerangka yang ditemukan penggali
benda purbakala itu (Syah, 2008: 33).

       3 Mengenal siswa secara perorangan
       Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki
kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM                perbedaan individual perlu
diperhatikan dan harus tecermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua siswa
dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda
sesuai dengan kecepatan belajarnya. Siswa yang memiliki kemampuan lebih dapat
dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah dengan cara ”tutor sebaya”.
Dengan mengenal kemampuan siswa, apabila ia mendapat kesulitan kita dapat
membantunya sehingga belajar siswa tersebut menjadi optimal.

       2.4 Memanfaatkan perilaku siswa dalam
           pengorganisasian belajar
       Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain
berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan
dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu,
siswa dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman,
siswa akan menyelesaikan tugas dengan baik apabila mereka duduk berkelompok.
Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran.




   - 40 -
Namun demikian, siswa perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar
bakat individunya berkembang.

       5 Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan
       kemampuan memecahkan masalah
       Pada dasarnya belajar yang baik adalah memecahkan masalah karena
dalam belajar sesungguhnya kita menghadapkan siswa pada masalah. Hal ini
memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis
masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Berpikir
kritis dan kreatif berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada
pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya,
antara lain dengan sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan terbuka
dan memungkinkan siswa berpikir mencari alasan dan membuat analisis yang
kritis. Pertanyaan dengan kata-kata ”Mengapa?”, ”Bagaimana kalau...” dan “Apa
yang terjadi jika…” lebih baik daripada pertanyaan dengan kata-kata yang hanya
berbunyi “Apa?”, ”Di mana?”.

     6 Mengembangkan ruang kelas sebagai
       lingkungan belajar yang menarik
     Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam
PAIKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang
kelas. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa
untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Materi yang
dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, pasangan, atau kelompok.
Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan,
dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa,
dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam kegiatan pembelajaran
karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas sebuah masalah.

       7 Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
       Lingkungan (fisik, sosial, dan budaya) merupakan sumber yang sarat
dengan bahan belajar siswa. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar
dan objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar
sering membuat siswa merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan




   - 41 -
lingkungan tidak selalu harus di luar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa
ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat
mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh
indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi,
membuat tulisan, dan membuat gambar / diagram.

       8    Memberikan         umpan       balik      yang       baik     untuk
       meningkatkan kegiatan belajar
       Mutu hasil belajar akan meningkat apabila terjadi interaksi dalam belajar.
Pemberian umpan balik (feedback) dari guru kepada siswa merupakan salah satu
bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih banyak
mengungkapkan kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan
umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih
percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus
konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan
catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi
pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.

       9. Membedakan antara aktif fisik dengan aktif mental
       Banyak guru yang cepat merasa puas saat menyaksikan para siswa sibuk
bekerja dan bergerak, apalagi jika bangku diatur berkelompok dan para siswa
duduk berhadapan. Situasi yang mencerminkan aktifitas fisik seperti ini bukan ciri
berlangsungnya PAIKEM yang sebenarnya, karena aktif secara mental (mentally
active) lebih berarti daripada aktif secara fisik (phisically active). Sering bertanya,
mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan
tanda-tanda aktif secara mental. Syarat berkembangnya aktif            mental adalah
tumbuhnya perasaan tidak takut, seperti: takut ditertawakan, takut disepelekan,
dan takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan
penyebab rasa takut tersebut, baik yang muncul dari temannya maupun dari guru
itu sendiri. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan prinsip
PAIKEM.




   - 42 -
Selanjutnya Pemanfaatan IT dalam dunia pendidikan sekarang ini tidak
dapat ditawar lagi, karena dengan memanfaatkan IT pendidikan di Indonesia
dengan mudah akan dapat mengetahui perkembangan-perkembangan metoda dan
sistem pendidikan di negara lain, bahkan sekolah-sekolah di Indonesia dapat
memerima pengetahuan ataupun informasi - informasi yang hampir sama dengan
siswa-siswa dari sekolah yang berada di negara maju seperti: Amerika Serikat,
Jepang, Korea dll, melalui internet.
     1.         Harapan dari Pemanfaatan IT dalam pendidikan

                   Terobosan baru di bidang pendidikan yang terbukti mampu

            meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan adalah adanya Electronic

            learning atau disingkat (e-leraning). Kehadirannya banyak memberikan

            kontribusi positif bagi aktivitas dan proses pendidikan. Internet dapat

            dimanfaatkan (bahkan beberapa sekolah sudah) untuk mendapatkan

            informasi tentang pengetahuan, hasil penelitian yang baru dan bebagai

            metode pembelajaran terkini, internet juga dapat dimanfaatkan sebagai

            sarana untuk mengkomunikasikan berbagai ide ke segala penjuru dunia

            (Suparno, Paul,2002:94)

                   Penerapannya yang paling banyak digunakan oleh pendidikan

            adalah adanya Internet, dengan internet maka siswa akan dihadapakan

            pada suatu sumber belajar yang sangat luas, sehingga jika siswa ingin

            belajar lebih dari ilmu yang diberikan di sekolah dapat dilakukan dengan

            menggunakan internet.

                   Penggunaan IT dalan pendidikan mestinya tidak hanya

            didominasi oleh internet, karena pada dasarnya e-learning tidak hanya

            menggunakan fasilitas internet saja melainkan peralatan yang lain.




   - 43 -
Definisi e-learning alaha sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi

         elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet,

         jaringan komputer, maupun komputer stand alone (Ariyana Yoki,

         2008:9)

                 Dengan e-learning kita bahkan bisa memiliki laboratorium yang

         lengkap secara virtual. Laboratorium adalah tempat bagi peserta untuk

         melakukan praktik-praktik dari teori yang diberikan di kelas oleh

         pengajar sehingga memiliki pemahaman yang lebih kuat terhadap materi

         yang dipelajari. Namun mungkin karena keterbatasan dana, tidak semua

         sekolah bisa memiliki lab yang memadai, atau memiliki ruang lab

         namun alat-alatnya sudah tidak bisa dipakai, atau memiliki ruangan lab-

         nya saja, atau tidak memiliki lab sama sekali. Bila kondisi seperti ini

         masih terjadi, mungkin ada baiknya kita melirik virtual lab.

                 Virtual lab merupakan salah satu learning content yang berwujud

         piranti lunak komputer yang dirancang agar seseorang dapat melakukan

         aktifitas-aktifitas   experiments   seperti halnya mereka      melakukan

         experiments di laboratorium sebenarnya. Ada 2 komponen penting

         dalam virtual lab, yaitu: simulasi dan animasi. Simulasi bertujuan

         menggambarkan lingkungan nyata dalam suatu sistem. Melalui simulasi

         peserta dapat melakukan percobaan dengan cara penggantian nilai

         parameter-parameter, sehingga menimbulkan perilaku berbeda terhadap

         percobaan yang dilakukan. Perilaku-perilaku berbeda tersebut kemudian

         ditampilkan melalui animasi. Hasil-hasil percobaan juga secara otomatis




- 44 -
dapat direkam oleh sistem dan pada akhirnya dapat diambil sebagai

         pelaporan.

                 Virtual lab paling ideal dijalankan di internet, sehingga peserta

         dapat melakukan percobaan darimana dan kapan saja. Namun demikian

         dapat juga dijalankan dalam lingkungan intranet atau komputer

         standalone. Dengan virtual lab gedung maupun alat lab fisik diubah

         menjadi komputer dan piranti lunak virtual lab. (I Ketut Gede Darma

         Putra             disdikpora.          baliprov.go.id/wp-content/uploads/

         2009/03/pembelajaran-berbasis-ict.doc)

                 Dengan menggunakan e-learning terutama penggunakan software

         animasi macromedia flash, kita dapat mengemas materi pendidikan

         secara menarik yang disesuaikan dengan kondisi siswa serta kesenangan

         sehingga dapat menarik perhatian siswa, jika kita dapat menarik

         perhatian siswa, maka siswa akan memperhatikan materi pelajaran yang

         kita berikan sehingga apa – apa yang yang terkandung dalam materi

         tersebut dapat sampai ke siswa.

                 Sekarang tampak jelas manfaat dari IT bagi pendidikan di

         Indonesia, dengan IT para guru dapat bereksporasi sesuai dengan bidang

         keahliannya untuk dapat menyampaikan materi pada siswanya .

  2.         Hambatan pemanfaat IT dalam Pendidikan

                  Tidak dapat dipungkiri bahwa dari manfaat yang diberikan oleh

         pemanfaatan IT dalam pendidikan pasti ada hambata – hambatan dalam

         pelaksanaannya; adapun hambatan – hambatan tersebut diantaranya;




- 45 -
a. Keterbatasan SDM

                   Salah satu penyebab utama adalah kurangnya ketersediaan

            Sumber Daya Manusia (SDM) atau brainware, banyak pelaku

            pendidikan berbasis IT menganggap bahwa e-learning hanyalah

            sebatas siswa diberi akses internet, atau sekedar di beri CD interaktif

            tanpa lebih jauh menggali materi yang ada, hal ini                bisa

            mengakubatkan salah transfer ilmu dari siswa itu sendiri, disamping

            itu masih sefikitnya pengajar di Indonesia yang menguasai IT,

            apalagi guru-guru yang mendekati masa pensiun enggan untu

            mempelajari e-learning.

         b. Keterbatasan Sarana

                   Saat ini memang negara kita masih belum mampu

            memberikan sarana IT yang lengkap untuk seluruh wilayah

            Indonesia, karena peralatan IT yang ideal memang memerlukan

            biaya yang tidak sedikit, dengan keterbatasan dana maka

            pelaksanaan pemanfaatan IT bagi pendidikan di Indonesia memang

            belum merata, namun dengan adanya anggaran pendidikan yang

            mencapai 20 % dari APBN kita yakin sebentar lagi realisasi

            pemanfaatan IT pada Pendidikan akansegera terwujud.

         c. Mahalnya akses Internet

                   Gencarnya pemerintah dalam mengupayakan internet murah

            bagi sekolah belum didukung sepenuhnya oleh penyedian layanan

            internet (Internet Service Provider), karena infrastruktur teknologi




- 46 -
telekomunikasi,     multimedia.   dan   informasi yang    merupakan

            prasyarat terselenggaranya IT untuk pendidikan. Sekolah masih

            merasa berat untuk menanggung beban internet yang ideal

         d. Masuknya Budaya Barat

                        Dengan bebasnya kita menikmati informasi secara global,

            maka akan menimbulkan masalah yaitu, lunturnya budaya ketimuran

            dari para siswa kita, hal ini dapat terjadi karena dengan masuknya

            budaya barat melalui internet yang sulit kita bendung, mau tidak mau

            para siswa kita setiap hari dapat melihatnya langsung melalui

            internet.

  3.         Solusi dari hambatan pemanfaatan IT di Indonesia

                  Agar hambatan –hambatan yang muncul jika kita menerapkan

         pemanfaatan IT dalam pendidikan dapat kita minimalkan atau bahkan

         kita hilangkan maka kita harus mencari solusinya, menurut saya solusi

         dari hambatan-hambatan tersebut adalah:

         a. Masalah SDM

                         Untuk masalah SDM tentunya jalan yang paling baik

              adalah selalu melakukan pelatihan-pelatihan tentang pemanfaatan

              IT dalam bidang pendidikan, pelatihan ini tentunya tidak cuma

              ditujukan kepada guru yang mengampu pada materi TIK atau

              kepala sekolah saja melainkan kepada seluruh guru. Sering saya

              menjumpai guru yang mengikuti pelatihan namun sampai di

              sekolah ilmu itu tidak ditular kepada guru yang lain.




- 47 -
Kualitas diklat juga harus ditingkatkan, karena banyak

              diklat yang kesannya dipaksakan dan tidak melalui perencanaan

              yang matang , hal ini tentunya mengakibatkan tujuan diklat tidak

              tercapai.

                          Para guru sekarang harus bisa memanfaatkan blog untuk

              pembelajaran yang interaktif dimana lewat blog kita bisa memberi

              materi, tugas dll tanpa harus selalu bertatap muka

         b. Keterbatasan sarana

                     Masalah sarana sangat erat hubungannya dengan dana,

              memang bangsa kita belum sekaya bangsa- bangsa yang telah

              maju, namun tentunya dengan keterlibatan masyarakat kita harus

              dapat memaksimalkan sarana yang telah ada dengan perlakuan

              terhadap sarana tersebut sesuai ketentuan, dikemudian hari denga

              dana pendidikan yang cukup tentunya masalah saran ini tidak

              menjadi hambatan bagi pelaksanaan pemanfaatan IT bagi

              pendidikan

         c. Mahalnya akses Internet

                     Indonesia adala salah satu negara yang tarif internetnya

              mahal, di negara Malaysia saja akses internet demikian murahnya,

              bahkan hampir disemua ditempat – tempat umum internet dapat

              diakses secara gratis, pemecahan dari masalah ini tentunya tidak

              lepas dari campur tangan pemerintah, diharapkan pemerintah dapat




- 48 -
menekan para penyedia jasa internet agar didapat tarif internet

             yang murah

         d. Masuknya Budaya Barat

                    Masuknya budaya barat dapat kita bendung dengan

             Pembinaan iman yang kuat pada setiap siswa, sehingga siswa dapat

             mengendalikan dirinya dan selalu mencari materi-materi yang

             positif, dan dapat mengindari dari situs-situs porno yang dapat

             merusak konsentrasi para siswa belajar




- 49 -
BAB IV

                                 PENUTUP



A. Kesimpulan

            Guru profesional dapat di pandang dari tiga dimensi yaitu : Ekspert

   atau ahli, rasa tanggung jawab dan rasa kesejawatan. Di samping itu guru

   yang profesional harus memiliki syarat; Memiliki kepribadian yang matang

   dan berkembang; Penguasaan ilmu yang kuat; Keterampilan untuk

   membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi; dan Pengembangan

   profesi secara berkesinambungan. Keempat aspek tersebut merupakan satu

   kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dan ditambah dengan usaha lain

   yang ikut mempengaruhi perkembangan profesi guru yang profesional.

           Dari Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan IT bagi

    pendidikan di Indonesia sangat diperlukan, karena penerapannya dapat

    meningkatkan mutu dari pendidikan itu sendiri serta dapat mensejajarkan

    lulusan sekolah di Indonesia dengan sekolah luar negeri. Hal ini dapat

    tercapai karena dalam pemanfaatan IT siswa di Indonesia memiliki sumber

    belajar den model belajar yang sama dengan siswa negara lain

           Hambatan dari dari pelaksanaan pemanfaatan IT dalam pendidikan di

    Indonesia tentu tidak dapat kita hindari karena memang kondisi negara kita

    masih seperti saat ini, adapun hamabatannya antara lain; masalah SDM,

    keterbatasan sarana , mahalnya akses internet dan masuknya budaya barat




  - 50 -
Solusi dari hambatan – hambatan di atas adalah: Dengan diadakannya

     diklat untuk para guru dengan kualitas diklat yang baik,       Peran serta

     pemerintah dan masyarakat dalam menyediakan sarana yang memadai,

     Penyedia jasa internet mau menurunkan harga dan pembekalan keimanan

     para siswa agar tidak terpengaruh budaya barat.

B. Saran

            Profesionalisme guru dalam mentrasnformasikan bentuk pengajaran

   pada siswa akan berpengaruh pada prestasi siswa. Dengan demikian sudah

   menjadikan suatu kewajiban bagi setiap guru untuk meningkatkan personality

   atau kepribadian untuk bisa dijadikan cermin bagi siswa dalam bersikap dan

   bertingkah laku. Adalah hal yang sangat esensi sekali manakala kepribadian

   guru itu baik maka akan memiliki dampak yang cukup besar dalam

   meningkatkan motivasi belajar siswa. Disinilah proses interaksi edukatif yang

   positif bisa terwujud.

            Disamping itu guru hendaklah lebih banyak mempelajari teori-teori

   tentang psikologi anak, sehingga akan lebih mudah dalam membimbing anak,

   dan mendorongnya dalam proses belajar.




   - 51 -
DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsimi,. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
      Bina Aksara,1996
Hadi, Soetrisno. Bimbingan menulis skripsi dan tesis.1 Yogyakarta : Andi
      Offsett, 2004
Hadi, Soetrisno. Bimbingan menulis skripsi dan tesis.2 Yogyakarta : Andi
      Offsett, 2004
Hamalik,.Oemar Psikologi belajar dan mengajar. Bandung: Sinar baru
      Algensindo,2000.
Mudjiono, Dimyanti. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : Depdikbud, 1994
Mulyasa, E..Menjadi guru Profesional. Bandung: Rosdakarya.2005
Purwanto, Ngalim, M Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis.Bandung : Remaja
      Rosdakarya ;1997
Purwanto, Ngalim, M., Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya,
      2004
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk guru –karyawan dan peneliti pemula.
      Bandung : Alfabeta 2005.
Roestiyah, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta : PT bina Aksara, 1989
Sagala , Syaiful. Konsep dan makna pembelajaran. Bandung : Alfabetta.2003 )
Rahim, Farida. Pembelajaran membaca di sekolah dasar. Jakarta: PT. Bumi
Aksara . 2005
Syah, Muhibbin. 2006. Islamic English: A Competency-based Reading
         Comprehension. Cetakan ke-2. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
____________. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cetakan
       ke-14 (Edisi revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
____________. 2008. Psikologi Belajar. Cetakan ke-8. Jakarta: PT Rajawali Pers.
Slameto. Belajar, dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Reneka
      Cipta: 1995
Syah, Muhibbin. Psikologi pendidikan Bandung: Rosdakarya, 1996
Usman, Uzer Moh, Menjadi Guru Profesional Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
      1999
Wijaya, Cece.kemampuan dasar guru dalam dalam proses belajar mengajar,
      Bandung : Rosdakarya, 1994
Pidarta, Made. 1990. Perencanaan Pendidikan Partisipatori Dengan Pendekatan
   Sistem. Jakarta: Rineka Cipta.
   Ariyana Yoki, 2008, Media Pembelajaran IPA berbasis IT, Bandung :PPPPTP
            IPA
   http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi. 2009. Definisi Globalisasi diakses
            tanggal 20 pebruari 2009 jam 12.10 WIB
   Idzam Mohd.2008.Pembangunan Modal Insan:Pentadbir Sebagai Pemimpin
            Teknologi dalam Model-model Pembelajaran Mutakhir Perpaduan
            Indonesia-Malaysia.Yogyakarta:Pustaka Pelajar




   - 52 -
I Ketut Gede Darma Putra,2009, Pembelajaran Berbasis ICT disdikpora.
       baliprov.go.id/wp-content/uploads/     2009/03/pembelajaran-berbasis-
       ict.doc. diakses tanggal 8 April 2009 pukul 08.40 wib

Suparno, Paul,2002. Reformasi Pendidikan sebuah Rekomendasi.Yogyakarta:
      Yayasan Kanisius




- 53 -

More Related Content

What's hot

Kata pengantaibrrrahimr
Kata pengantaibrrrahimrKata pengantaibrrrahimr
Kata pengantaibrrrahimrAl Hafidh Anas
 
Peranan guru disekolah
Peranan guru disekolahPeranan guru disekolah
Peranan guru disekolahiskawia
 
Arti & hakikat guru profesional
Arti & hakikat guru profesionalArti & hakikat guru profesional
Arti & hakikat guru profesionalAndy Saiful Musthofa
 
Guru sebagai pengajar dan pendidik
Guru sebagai pengajar dan pendidikGuru sebagai pengajar dan pendidik
Guru sebagai pengajar dan pendidikNur Arifaizal Basri
 
Guru Profesional dan efektif
Guru Profesional dan efektifGuru Profesional dan efektif
Guru Profesional dan efektifmahfuzhhakiki
 
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatif
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatifMakalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatif
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatifM Haris Wijaya
 
Makalah tugas guru
Makalah tugas guruMakalah tugas guru
Makalah tugas guruiskawia
 
Makalah profesionalisme guru
Makalah profesionalisme guruMakalah profesionalisme guru
Makalah profesionalisme guruemy mila
 
Makalah kompetensi profesional guru
Makalah kompetensi profesional guruMakalah kompetensi profesional guru
Makalah kompetensi profesional guruIkhwan Mutaqin
 
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Mayawi Karim
 
Metode mengajar
Metode mengajarMetode mengajar
Metode mengajareunmi song
 
Peranan guru sek rendah
Peranan guru sek rendahPeranan guru sek rendah
Peranan guru sek rendahNg Kee
 
Tajuk 5 peranan guru sr
Tajuk 5 peranan guru srTajuk 5 peranan guru sr
Tajuk 5 peranan guru srEsTee Wang
 
Karakteristik Guru Efektif Psikologi Pendidikan
Karakteristik Guru Efektif Psikologi PendidikanKarakteristik Guru Efektif Psikologi Pendidikan
Karakteristik Guru Efektif Psikologi PendidikanWisnu Gilang Ramadhan
 
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENGATASI KRISIS MORAL DI SEKOLAH
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENGATASI KRISIS MORAL DI SEKOLAHIMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENGATASI KRISIS MORAL DI SEKOLAH
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENGATASI KRISIS MORAL DI SEKOLAHTa'allum: Jurnal Pendidikan Islam
 

What's hot (20)

Kata pengantaibrrrahimr
Kata pengantaibrrrahimrKata pengantaibrrrahimr
Kata pengantaibrrrahimr
 
Peranan guru disekolah
Peranan guru disekolahPeranan guru disekolah
Peranan guru disekolah
 
Arti & hakikat guru profesional
Arti & hakikat guru profesionalArti & hakikat guru profesional
Arti & hakikat guru profesional
 
Guru sebagai pengajar dan pendidik
Guru sebagai pengajar dan pendidikGuru sebagai pengajar dan pendidik
Guru sebagai pengajar dan pendidik
 
Guru Profesional dan efektif
Guru Profesional dan efektifGuru Profesional dan efektif
Guru Profesional dan efektif
 
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatif
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatifMakalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatif
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatif
 
Makalah tugas guru
Makalah tugas guruMakalah tugas guru
Makalah tugas guru
 
Makalah profesionalisme guru
Makalah profesionalisme guruMakalah profesionalisme guru
Makalah profesionalisme guru
 
Makalah kompetensi profesional guru
Makalah kompetensi profesional guruMakalah kompetensi profesional guru
Makalah kompetensi profesional guru
 
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
 
Guru profesional
Guru profesionalGuru profesional
Guru profesional
 
Metode mengajar
Metode mengajarMetode mengajar
Metode mengajar
 
Peranan guru sek rendah
Peranan guru sek rendahPeranan guru sek rendah
Peranan guru sek rendah
 
Tajuk 5 peranan guru sr
Tajuk 5 peranan guru srTajuk 5 peranan guru sr
Tajuk 5 peranan guru sr
 
Gambaran umum tentang guru (by m.faizal)
Gambaran umum tentang guru (by m.faizal)Gambaran umum tentang guru (by m.faizal)
Gambaran umum tentang guru (by m.faizal)
 
Motivasi & Etika Profesi Guru
Motivasi & Etika Profesi GuruMotivasi & Etika Profesi Guru
Motivasi & Etika Profesi Guru
 
Guru Efektif
Guru EfektifGuru Efektif
Guru Efektif
 
Karakteristik Guru Efektif Psikologi Pendidikan
Karakteristik Guru Efektif Psikologi PendidikanKarakteristik Guru Efektif Psikologi Pendidikan
Karakteristik Guru Efektif Psikologi Pendidikan
 
Gurubermakna
GurubermaknaGurubermakna
Gurubermakna
 
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENGATASI KRISIS MORAL DI SEKOLAH
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENGATASI KRISIS MORAL DI SEKOLAHIMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENGATASI KRISIS MORAL DI SEKOLAH
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENGATASI KRISIS MORAL DI SEKOLAH
 

Similar to KREATIFITAS GURU

Pensijilan Guru Matematik
Pensijilan Guru MatematikPensijilan Guru Matematik
Pensijilan Guru MatematikNor Hazlinda
 
1.1.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.1.docx
1.1.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.1.docx1.1.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.1.docx
1.1.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.1.docxzalpidinzalfa
 
Peran Guru dalam Proses Belajar dan Pembelajaran
Peran Guru dalam Proses Belajar dan PembelajaranPeran Guru dalam Proses Belajar dan Pembelajaran
Peran Guru dalam Proses Belajar dan PembelajaranRosida Marasabessy
 
Elegant Education Pack for Students XL by Slidesgo.pptx
Elegant Education Pack for Students XL by Slidesgo.pptxElegant Education Pack for Students XL by Slidesgo.pptx
Elegant Education Pack for Students XL by Slidesgo.pptxHamdiAzzahidNasution1
 
Integrasi pendidikan karakter
Integrasi pendidikan karakterIntegrasi pendidikan karakter
Integrasi pendidikan karakterSutikno Java
 
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docxermasuryani79
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar
Aksi Nyata Merdeka BelajarAksi Nyata Merdeka Belajar
Aksi Nyata Merdeka BelajarIshakIshak42
 
cara guru dapat memainkan peranan menjayakan hasrat FPK dan FPG dalam melaksa...
cara guru dapat memainkan peranan menjayakan hasrat FPK dan FPG dalam melaksa...cara guru dapat memainkan peranan menjayakan hasrat FPK dan FPG dalam melaksa...
cara guru dapat memainkan peranan menjayakan hasrat FPK dan FPG dalam melaksa...Yuvarani Subramaniam
 
RATIH RACHMAWATI_PMM 1_MERDEKA BELAJAR.pptx
RATIH RACHMAWATI_PMM 1_MERDEKA BELAJAR.pptxRATIH RACHMAWATI_PMM 1_MERDEKA BELAJAR.pptx
RATIH RACHMAWATI_PMM 1_MERDEKA BELAJAR.pptxratihrachma
 
TK1. FILOSOFI PENDIDIIKAN.pdf
TK1. FILOSOFI PENDIDIIKAN.pdfTK1. FILOSOFI PENDIDIIKAN.pdf
TK1. FILOSOFI PENDIDIIKAN.pdfWahidSeptiawan2
 
perkembangan peserta didik
perkembangan peserta didikperkembangan peserta didik
perkembangan peserta didikacerputri
 
Pendidikan Berkarakter
Pendidikan BerkarakterPendidikan Berkarakter
Pendidikan Berkarakterpuspa anggia
 
Pendidikan Karakter (New Style)
Pendidikan Karakter (New Style)Pendidikan Karakter (New Style)
Pendidikan Karakter (New Style)Christian Lokas
 

Similar to KREATIFITAS GURU (20)

Pensijilan Guru Matematik
Pensijilan Guru MatematikPensijilan Guru Matematik
Pensijilan Guru Matematik
 
Report trends
Report trendsReport trends
Report trends
 
1.1.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.1.docx
1.1.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.1.docx1.1.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.1.docx
1.1.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.1.docx
 
Peran Guru dalam Proses Belajar dan Pembelajaran
Peran Guru dalam Proses Belajar dan PembelajaranPeran Guru dalam Proses Belajar dan Pembelajaran
Peran Guru dalam Proses Belajar dan Pembelajaran
 
Elegant Education Pack for Students XL by Slidesgo.pptx
Elegant Education Pack for Students XL by Slidesgo.pptxElegant Education Pack for Students XL by Slidesgo.pptx
Elegant Education Pack for Students XL by Slidesgo.pptx
 
Integrasi pendidikan karakter
Integrasi pendidikan karakterIntegrasi pendidikan karakter
Integrasi pendidikan karakter
 
Peran guru dalam pendidikan
Peran guru dalam pendidikanPeran guru dalam pendidikan
Peran guru dalam pendidikan
 
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx
 
Pendidik dan peserta didik
Pendidik dan peserta didikPendidik dan peserta didik
Pendidik dan peserta didik
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar
Aksi Nyata Merdeka BelajarAksi Nyata Merdeka Belajar
Aksi Nyata Merdeka Belajar
 
Etika Profesi_5 peran guru dalam pembelajaran
Etika Profesi_5 peran guru dalam pembelajaranEtika Profesi_5 peran guru dalam pembelajaran
Etika Profesi_5 peran guru dalam pembelajaran
 
Tajuk 5 done
Tajuk 5 doneTajuk 5 done
Tajuk 5 done
 
cara guru dapat memainkan peranan menjayakan hasrat FPK dan FPG dalam melaksa...
cara guru dapat memainkan peranan menjayakan hasrat FPK dan FPG dalam melaksa...cara guru dapat memainkan peranan menjayakan hasrat FPK dan FPG dalam melaksa...
cara guru dapat memainkan peranan menjayakan hasrat FPK dan FPG dalam melaksa...
 
RATIH RACHMAWATI_PMM 1_MERDEKA BELAJAR.pptx
RATIH RACHMAWATI_PMM 1_MERDEKA BELAJAR.pptxRATIH RACHMAWATI_PMM 1_MERDEKA BELAJAR.pptx
RATIH RACHMAWATI_PMM 1_MERDEKA BELAJAR.pptx
 
TK1. FILOSOFI PENDIDIIKAN.pdf
TK1. FILOSOFI PENDIDIIKAN.pdfTK1. FILOSOFI PENDIDIIKAN.pdf
TK1. FILOSOFI PENDIDIIKAN.pdf
 
Tajuk 5 done
Tajuk 5 doneTajuk 5 done
Tajuk 5 done
 
perkembangan peserta didik
perkembangan peserta didikperkembangan peserta didik
perkembangan peserta didik
 
Pendidikan Berkarakter
Pendidikan BerkarakterPendidikan Berkarakter
Pendidikan Berkarakter
 
Pendidikan Karakter (New Style)
Pendidikan Karakter (New Style)Pendidikan Karakter (New Style)
Pendidikan Karakter (New Style)
 
Ppp2
Ppp2Ppp2
Ppp2
 

Recently uploaded

AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 

KREATIFITAS GURU

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Profesi guru meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknlogi, sedangkan 1 melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa Mengemban misi tersebut jelas bukan tugas yang ringan. Selain harus memiliki bekal integritas kepribadian yang tinggi dan keterampilan mengajar yang dapat diandalkan, guru diharapkan mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif, sehat dan menyenangkan. Sehingga berangkat dari profesionalisme ini guru akan tampil sebagai figure yang benar-benar mumpuni, wibawa, disegani dan memiliki integritas yang tinggi. Upaya guru dalam mempersiapkan anak didiknya terasa lebih penting ketika dihadapkan pada sebuah realitas kehidupan saat ini yang syarat dengan kompetitif dan budaya konsumtif. Untuk menghadapi tantangan tersebut seorang guru harus mampu mencari terobosan dalam membina dan mengajar anak didiknya guna menghadapi tantangan zaman yang sudah ada di depan mata. Mengembangkan kreativitas mengajar merupakan salah satu terobosan yang cukup besar, karena kreativitas sangat besar pengaruhnya 1 Uzer Usman, Moh, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), h.139 -1-
  • 2. dalam kemajuan hidup. Orang yang mempunyai kreativitas berarti ia harus lincah, kuat mental, dapat berpikir dari segala arah. Dan yang terpenting mempunyai keluwesan konsepsional (berdasarakan konsep, pikiran dan cita- cita), orisinalitas (keaslian) dan menyukai kompleksitas (kerumitan). Ciri-ciri tersebut masih harus ditambah lagi dengan sifat mau bekerja keras, mandiri, pantang menyerah, dan lebih tertarik pada konsep yang besar, punya selera humor dan fantasi serta tidak menolak ide-ide baru yang menghadang di depannya. Begitu banyak syarat yang harus dipenuhi bagi orang yang mau melakukan kreativitas dalam hidupnya. Alangkah indahnya jika kreativitas dengan berbagai syarat di atas diterapkan dalam proses pembelajaran di setiap bidang ilmu di sekolah yang hanya mencakup beberapa persen saja dari kreativitas yang ada. Dengan demikian bukan mustahil apabila pelajaran yang selama ini dianggap sulit akan menjadi favorit siswa. Namun dambaan seperti itu hingga saat ini masih jauh dari harapan. Pengembangan kreativitas masih menunggu penggarapan. Apalagi didukung oleh langkahnya literatur yang membahas tentang kreativitas mengajar serta motivasi kepada para guru agar lebih kreatif semakin melemahkan kreativitas guru karena kurangnya pengalaman dalam penerapannya. Pada satu sisi kepribadian seorang guru harus menjadi teladan bagi siswa. Hal ini di karenakan kepribadian guru mempunyai pengaruh langsung dan komulatif terhadap perilaku siswa.2 Perilaku yang terpengaruh itu antara 2 Oemar Hamalik.Psikologi belajar dan mengajar. (Bandung: Sinar baru Algensindo,2000). h.34-35 -2-
  • 3. lain: kebiasaan belajar, disiplin, hasrat belajar, dan motivasi belajar. Yang dimaksud dengan kepribadian di sini meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap. Kepribadian yang ditampilkan guru dalam PBM akan selalu dilihat, diamati, dan dinilai oleh siswa sehingga timbul dalam diri siswa persepsi tertentu tentang kepribadian guru. Guru pula yang memberi dorongan agar peserta didik berani berbuat benar, dan membiasakan mereka untuk bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya. Guru juga bertindak sebagai pembantu ketika ada peserta didik yang buang air kecil, atau muntah di kelas, bahkan ketika ada yang buang air besar di celana. Guru yang menggendong peserta didik ketika jatuh atau berkelahi dengan temannya, menjadi perawat, dan lain-lain yang sangat menuntut kesabaran, kreatifitas dan profesionalisme 3 Memahami uraian di atas, betapa besar jasa guru dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan para peserta didik. Mereka memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia (SDM), serta mensejahterakan masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa. Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dalam hal ini, guru harus kreatif, profesional, dan menyenangkan, dengan memposisikan diri sebagai berikut: Pertama Orang tua yang penuh kasih sayang pada peserta didiknya. Kedua Teman, tempat mengadu, dan mengutarakan perasaan bagi para peserta didik.Ketiga 3 E Mulyasa..Menjadi guru Profesional. (Bandung: Rosdakarya.2005) h. 36 -3-
  • 4. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, dan melayani peserta didik sesuai minat, kemampuan, dan bakatnya. Keempat Memberikan sumbangan pemikiran kepada orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan memberikan saran pemecahannya. Kelima Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggung jawab. Keenam Membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan (bersilaturahmi) dengan orang lain secara wajar. Ketujuh Mengembangkan proses sosialisasi yang wajar antarpeserta didik, orang lain, dan lingkungannya. Kedelapan Mengembangkan kreativitas. Kesembilan Menjadi pembantu ketika diperlukan.4 Landasan pemikiran di atas memberikan sebuah telaah pemikiran bagi kita bahwa Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Berkaitan dengan tanggung jawab; guru harus mengetahui, serta memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu maka dipandang perlu bagi penulis untuk mendeskripsikan “Profesionalisme guru Sekolah dasar dalam mengembangkan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenagkan berbasis IT”. B. Rumusan Masalah 4 Ibid. h. 34 -4-
  • 5. Permasalahan dalam karya tulis ini adalah : Bagaimana Profesionalisme guru Sekolah dasar dalam mengembangkan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenagkan berbasis IT ? C. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan karya tulis ini untuk mendeskripsikan Profesionalisme guru Sekolah dasar dalam mengembangkan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenagkan berbasis IT. BAB II LANDASAN TEORI -5-
  • 6. A. Sifat Kepribadian Guru Menurut asal katanya, kepribadian atau personality berasal dari bahasa Latin personare, yang berarti mengeluarkan suara (to sound through). Istilah ini digunakan untuk menunjukkan suara dari percakapan seorang pemain sandiwara melalui topeng (masker) yang dipakainya. Pada mulanya istilah persona berarti topeng yang dipakai oleh pemain sandiwara, di mana suara pemain sandiwara itu diproyeksikan. Kemudian kata persona itu berarti pemain sandiwara itu sendiri.5 Dari sejarah pengertian kata tersebut, tidak heran kita jika kata persona yang mula-mula berarti topeng, kemudian diartikan pemainnya itu sendiri yang memainkan peranan seperti digambarkan dalam topeng tersebut. Akhirnya kata persona itu menunjukkan pengertian tentang kualitas dari watak/karakter yang dimainkan di dalam sandiwara itu. Kini kata personality oleh para ahli psikologi dipakai untuk menunjukkan sesuatu yang nyata dan dapat dipercaya tentang individu untuk menggambarkan bagaimana dan apa sebenarnya individu itu. Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sartain, istilah personality terutama menunjukkan suatu organisasi/susunan daripada sifat-sifat dan aspek-aspek tingkah laku lainnya yang saling berhubungan di dalam suatu individu. Sifat-sifat dan aspek-aspek ini bersifat psikofisik yang menyebabkan individu berbuat dan bertindak seperti apa yang dia lakukan, dan menunjukkan adanya ciri-ciri khas yang membedakan individu itu dengan individu yang lain. Termasuk di dalamnya: sikapnya, kepercayaannya, nilai- 5 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) h. 154 -6-
  • 7. nilai dan cita-citanya, pengetahuan dan keterampilannya, macam-macam cara gerak tubuhnya, dan sebagainya.6 Kepribadian itu relatif stabil. Pengertian stabil di sini bukan berarti bahwa kepribadian itu tetap dan tidak berubah. Di dalam kehidupan manusia dari kecil sampai dewasa/tua, kepribadian itu selalu berkembang, dan mengalami perubahan-perubahan. Tetapi di dalam perubahan itu terlihat adanya pola-pola tertentu yang tetap. Makin dewasa orang itu, makin jelas polanya, makin jelas adanya stabilitas. Istilah sifat atau karakteristik dapat diartikan sebagai ciri-ciri, sedangkan istilah kepribadian dalam arti sederhana berarti sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lain. Kepribadian (personality) sebagai sifat khas yang dimiliki seseorang. Selanjutnya dari tinjauan psikologi, kepribadian pada prinsipnya adalah susunan atau kesatuan antara aspek perilaku mental (pikiran, perasaan, dan sebagainya) dengan aspek perilaku behavioral (perbuatan nyata). Aspek-aspek ini berkaitan secara fungsional dalam diri seorang individu, sehingga membuatnya bertingkah laku secara khas dan tetap. 7 Dari uraian di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa karakteristik kepribadian adalah ciri-ciri perilaku psikofisik atau rohani-jasmani yang kompleks dari individu, sehingga tampak dalam tingkah lakunya yang khas. 6 ibid 7 Muhibbin Syah. Psikologi pendidikan (Bandung: Rosdakarya, 1995) h. 226 -7-
  • 8. Demikian pula halnya dengan guru sebagai individu, memiliki sejumlah ciri- ciri sifat yang khas. Kepribadian adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seorang guru sebagai pengembang sumber daya manusia, maka setiap calon guru dan guru professional sangat diharapkan memahami bagaimana karakteristik (ciri khas) kepribadian dirinya yang diperlukan sebagai panutan para siswanya. Secara konstitusional, guru hendaknya berkepribadian Pancasila dan UUD '45 yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, disamping ia harus memiliki kualifikasi (keahlian yang diperlukan) sebagai tenaga pengajar (Pasal 28 ayat (2) UUSPN/ 1989).8 Kepribadian guru mempunyai pengaruh langsung dan kumulatif terhadap hidup dan kebiasaan-kebiasaan belajar para siswa. Yang dimaksud dengan kepribadian di sini meliputi: pengetahuan, keterampilan, ideal, sikap, dan juga persepsi yang dimiliki guru tentang orang lain. Lebih lanjut, Hamalik mengemukakan sejumlah karakteristik guru yang disenangi oleh para siswa adalah guru-guru yang: - demokratis, - suka bekerja sama (kooperatif), - baik hati, - sabar, - adil, - konsisten, - bersifat terbuka, 8 ibid. h 227 -8-
  • 9. - suka menolong, - ramah tamah, - suka humor, - memiliki bermacam ragam minat, - menguasai bahan pelajaran, - fleksibel, dan - menaruh minat yang baik terhadap siswa.9 Wijaya mengemukakan bahwa" keberhasilan seorang guru dalam PBM harus didukung oleh kemampuan pribadinya". Kemampuan pribadi guru dalam PBM tersebut secara rinci sebagai berikut10: a. Kemantapan dan Integritas Pribadi Seorang guru dituntut untuk dapat bekerja teratur dan konsisten, tetapi kreatif dalam menghadapi pekerjaannya sebagai guru. Menurut Hamalik kemantapannya dalam bekerja, hendaknya merupakan karakteristik pribadinya sehingga pola hidup seperti ini terhayati pula oleh siswa sebagai terdidik. Kemantapan dan integritas pribadi ini tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan tumbuh melalui suatu proses belajar yang sengaja diciptakan. Dengan kemantapan dan integritas pribadi yang tinggi, maka setiap permasalahan yang dihadapi akan terpecahkan dan akan berpengaruh terhadap ketenangan PBM. b. Peka terhadap Perubahan dan Pembaruan 9 Oemar Hamalik.Psikologi belajar dan mengajar. (Bandung: Sinar baru Algensindo,2000).h.34,39 10 Cece Wijaya.kemampuan dasar guru dalam dalam proses belajar mengajar( Bandung : Rosdakarya:1994) h. 13-21 -9-
  • 10. Guru harus peka baik terhadap apa yang sedang berlangsung di sekolah maupun yang sedang berlangsung di sekitarnya. Ini dimaksudkan agar apa yang dilakukan di sekolah tetap konsisten dengan kebutuhan dan tidak ketinggalan zaman. Pembaruan dalam pengertian kependidikan merupakan suatu upaya lembaga pendidikan untuk menjembatani masa sekarang dan masa yang akan datang dengan jalan memperkenalkan program kurikulum atau metodologi pengajaran yang baru. c. Berpikir Alternatif Guru harus mampu berpikir dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi dalam PBM. Mampu memberikan berbagai alternatif jawaban dan memilih salah satu alternatif untuk kelancaran PBM. d. Adil, Jujur, dan Objektif Adil, jujur, dan objektif dalam memperlakukan dan juga menilai siswa dalam PBM merupakan hal yang harus dilaksanakan oleh guru. Adil artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya, sedangkan jujur adalan tulus ikhlas dan menjalankan fungsinya sebagai guru, sesuai dengan peraturan dan norma- norma yang berlaku. Objektif artinya benar-benar menjalankan aturan dan kriteria yang telah ditetapkan, tidak pilih kasih dan lain sebagainya. e. Berdisiplin dalam Melaksanakan Tugas Dalam pendidikan yang dimaksudkan dengan disiplin adalah keadaan tenang atau keteraturan sikap atau keteraturan tindakan. Disiplin merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Agar disiplin dapat dilaksanakan dalam proses pendidikan maka perlu melaksanakan tata tertib - 10 -
  • 11. dengan baik oleh guru maupun siswa, taat terhadap kebijakan dan kebijaksanaan yang berlaku, serta menguasai diri dan instropeksi. f. Diet dan Tekun Bekerja Keuletan dan ketekunan bekerja tanpa mengenal lelah dan tanpa pamrih merupakan hal yang harus dimiliki oleh guru. Guru tidak akan berputus asa apabila menghadapi kegagalan dan akan terus berusaha mengatasinya. g. Berusaha Memperoleh Hasil Kerja Yang Sebaik-baiknya Dalam mencapai hasil kerja, guru diharapkan akan selalu meningkatkan diri, mencari cara-cara baru, menjaga semangat kerja, mempertahankan dedikasi dan loyalitas yang tinggi agar mutu pendidikan selalu meningkat, pengetahuan umum yang dimilikinya selalu bertambah. h. Simpatik dan Menarik, Luwes, Bijaksana dan Sederhana dalam Bertindak Guru harus simpatik dan menarik karena dengan sifat ini akan disenangi oleh para siswa. Keluwesan juga harus dimiliki oleh guru karena dengan sifat ini guru akan mampu bergaul dan berkomunikasi dengan baik. Kebijaksanaan dan kesederhanaan akan menjalin keterkaitan batin antara guru dengan siswa. Dengan adanya keterkaitan tersebut, guru akan mampu mengendalikan PBM yang diselenggarakannya i. Bersifat Terbuka Kesiapan mendiskusikan apapun dengan lingkungan tempat ia bekerja, baik dengan murid, orang tua, teman sekerja, ataupun dengan masyarakat sekitar sekolah, merupakan salah satu tuntutan terhadap guru, la diharapkan - 11 -
  • 12. mampu menampung aspirasi berbagai pihak, bersedia menjadi pendukung, dan terus berusaha meningkatkan serta memperbaiki suasana kehidupan sekolah berdasarkan kebutuhan dan tuntutan berbagai pihak. j. Kreatif Guru harus kreatif, dan untuk memperoleh kreativitas yang tinggi sudah barang tentu guru harus banyak bertanya, banyak belajar, dan berdedikasi tinggi. k. Berwibawa Kewibawaan harus dimiliki oleh guru, sebab dengan kewibawaan, PBM akan terlaksana dengan baik, berdisiplin, dan tertib. Dengan demikian, siswa akan taat dan patuh pada peraturan yang berlaku sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh guru. Syah mengemukakan dua karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya sebagai berikut: Pertama Fleksibilitas kognitif guru. Fleksibilitas kognitif (keluwesan ranah cipta) merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan keterbukaan berpikir dan beradaptasi, memiliki resistensi (daya tahan) terhadap ketertutupan ranah cipta yang premature (terlalu dini) dalam pengamatan dan pengenalan, berpikir kritis. Dalam PBM, flesibilitas kognitif guru terdiri atas tiga dimensi, yakni: (a) dimensi karakteristik pribadi guru, (b) dimensi sikap kognitif guru terhadap siswa, dan (c) dimensi sikap kognitif guru terhadap materi pelajaran dan metode - 12 -
  • 13. mengajar; kedua keterbukaan psikologis pribadi guru. Keterbukaan psikologi guru merupakan dasar kompetensi profesional (kemampuan dan kewenangan melaksanakan tugas) keguruan yang harus dimiliki oleh setiap guru, sebab: pertama, keterbukaan psikologis merupakan prakondisi atau prasyarat penting yang perlu dimiliki guru untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain. Kedua, keterbukaan psikologis diperlukan untuk menciptakan suasana hubungan antarpribadi guru dan pribadi siswa yang harmonis, sehingga mendorong siswa untuk mengembangkan dirinya secara bebas dan tanpa ganjalan. Guru yang terbuka secara psikologis ditandai dengan kesediaannya yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern antara lain siswa, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja, mau menerima kritik secara ikhlas, memiliki empati (emphaty), yakni respons afektif terhadap pengalaman emosional dan perasaan tertentu orang lain.11 Di samping syarat-syarat tersebut tentu saja masih banyak lagi syarat lain yang harus dimiliki oleh guru sebagaimana yang dipaparkan oleh M Ngalim Purwanto yang memberikan arah yang cukup konstruktif terhadap sifat yang harus dimiliki guru, antara lain : a. Adil Seorang guru harus adil, misalnya dalam memperlakukan anak-anak didiknya harus dengan cara yang sama. Ia tidak membedakan anak yang cantik, anak saudaranya sendiri, anak orang berpangkat, atau anak yang 11 Muhibbin Syah. Op cit. h. 227-230 - 13 -
  • 14. menjadi kesayangannya. Perlakuan yang adil itu perlu bagi guru, misalnya dalam hal memberi nilai dan menghukum anak. b. Percaya dan suka kepada murid-muridnya Seorang guru harus percaya kepada anak didiknya. Ini berarti bahwa guru harus mengakui dan menginsafi bahwa anak-anak adalah makhluk yang mempunyai kemauan, mempunyai kata hati sebagai daya jiwa untuk menyesali perbuatannya yang buruk dan menimbulkan kemauan untuk mencegah perbuatan yang buruk. c. Sabar dan rela berkorban Hampir pada tiap-tiap pekerjaan, kesabaran merupakan syarat yang sangat diperlukan, apalagi pekerjaan guru sebagai pendidik. Sifat sabar perlu dipunyai oleh guru, baik dalam melakukan tugas mendidik maupun dalam menanti hasil dari jerih payahnya. Hasil pekerjaan tiap-tiap guru dalam mendidik seorang anak tidak dapat ditunjukkan dan tidak dapat dilihat dengan seketika. Pekerjaan mendidik tidak dapat disamakan dengan membuat roti atau membuat rumah, yang hasilnya dapat dilihat beberapa jam atau beberapa bulan kemudian. d. Memiliki pembawa (gezag) terhadap anak-anak Tanpa adanya gezag pada pendidik, tidak mungkin pendidikan itu dapat masuk ke dalam hati sanubari anak-anak. Tanpa kewibawaan, murid- murid hanya akan menuruti kehendak dan perintah gurunya karena takut atau karena paksaan, jadi bukan karena keinsafan atau karena kesadaran di dalam dirinya. - 14 -
  • 15. e. Penggembira Seorang guru hendaklah memiliki sifat suka tertawa dan suka memberi kesempatan tertawa kepada murid-muridnya. Sifat ini banyak gunanya bagi seorang guru, antara lain ia akan tetap memikat perhatian anak- anak pada waktu mengajar, anak-anak tidak lekas bosan atau merasa lelah. f. Bersikap baik terhadap masyarakat Tugas dan kewajiban guru tidak hanya terbatas pada sekolahnya saja, tetapi juga di dalam masyarakat. Seorang guru yang merasa cukup dengan pekerjaan di lingkungan sekolah saja, tentu akan kurang luas pandangannya. Mungkin ia akan dihinggapi suatu "penyakit" merasa dirinya yang terpandai, yang selalu betul, yang sangat dihormati, dan sebagainya. Penyakit demikian akan menyukarkannya untuk bergaul dalam masyarakat, karena dalam pergaulan orang harus menghormati pendapat orang lain, biarpun pendapat yang berlawanan dengan pendapatnya sekalipun. g. Benar-benar menguasai mata pelajarannya Guru harus selalu menambah pengetahuannya. Mengajar tidak dapat dipisahkan dari belajar. Guru yang pekerjaannya memberikan pengetahuan- pengetahuan dan kecakapan-kecakapan kepada murid-muridnya, tidak mungkin akan berhasil baik jika guru itu sendiri tidak selalu berusaha menambah pengetahuannya. Jadi, sambil mengajar sebenarnya guru itu pun belajar. h. Suka kepada mata pelajaran yang diberikannya - 15 -
  • 16. Di sekolah-sekolah menengah yang umumnya memakai sistem guru bidang studi tidak menjadi kesulitan. Tetapi, di sekolah rendah keadaannya berbeda dimana guru memegang beberapa mata pelajaran sebagai guru kelas. Mata-mata pelajaran di yang banyak macamnya itu diajarkan oleh seorang guru saja. Meskipun demikian tiap-tiap guru hendaklah berusaha supaya menyukai pelajaran-pejaran yang diberikan kepada murid-muridnya. Mengajarkan mata pelajaran yang di sukainya hasilnya lebih baik. i. Berpengetahuan luas Guru merupakan tempat bertanya tentang segala sesuatu bagi masyarakat. Guru haruslah seorang yang mempunyai perhatian intelektual yang luas dan yang tidak kunjung padam. Pekerjaan guru berlainan dengan pegawai kantor lainnya. Para guru hendaknya dapat melihat lebih banyak lagi,memikir lebih banyak lagi, dan mengerti lebih banyak dari pada orang- orang lain di dalam masyarakat tempat ia hidup. 12 B. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar a. Pengertian mengajar Pengertian mengajar telah mengalami perkembangan dari dulu sampai sekarang, bahkan hingga dewasa ini belum ada definisi yang tepat tentang pengertian mengajar. Untuk mengetahui definisi mengajar perlu dikemukakan beberapa teori tentang mengajar. 1. Definisi yang lama : mengajar ialah menyerahkan kebudayaan berupa pengalaman-pengalaman kecakapan kepad anak didik kita, atau usaha 12 M. Ngalim Purwanto. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis.(Bandung : Remaja Rosdakarya ; 1997) h. 143-148 - 16 -
  • 17. untuk mewariskan kebudayaan pada generasi berikutnya sebagai generasi penerus 13 Definisi ini menunjukkan bahwa aktivitas mengajar itu terletak pada guru. Murid yang baik adalah yang duduk diam, mendengarkan ceramah guru dengan penuh perhatian, tidak bertanya, tidak mengemukakan masalah. Semua bahan pelajaran yang diberikan oleh guru diterima begitu saja. Pada definisi ini yang bertindak aktif dalam proses mengajar adalah guru sedangkan murid lebih banyak diam atau bersifat pasif. 2. Definisi dari Prof. DR de Queluy dan Prof. Gazali MA dalam Roestiyah, mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Dalam definisi ini pengertian waktu yang singkat sangat penting. Guru kurang memperhatikan bahwa di antara murid ada perbedaan individual, mungkin ada yang memerlukan waktu yang lebih lama, sehingga memerlukan yang berbeda-beda14 Dalam definisi ini mengajar berarti memperlakukan murid secara sama tanpa memandang kemampuan dari masing-masing murid, yang dipentingkan dalam definisi ini adalah faktor waktu yang singkat. 3. Definisi yang ketiga adalah definisi yang modern di negara-negara yang sudah maju: teaching is the guidance of learning. Mengajar adalah bimbingan kepada anak dalam proses belajar. Dalam definisi ini menunjukkan bahwa yang aktif adalah anak, yang mengalami proses 13 Roestiyah, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta : PT bina Aksara, 1989) h. 12-13 14 ibid - 17 -
  • 18. belajar adalah anak. Sedangkan guru hanya membimbing, menunjukkan jalan dengan memperhitungkan kepribadian anak. Kesempatan untuk berbuat dan aktif berfikir lebih banyak diberikan kepada anak dari pada teori yang lain 15 Dari ketiga definisi tentang mengajar di atas bisa dilihat keragaman dari masing-masing definisi, mengajar bukan hanya proses transformasi ilmu pengetahuan, tetapi mengajar merupakan proses membimbing seorang anak dalam proses belajar sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh anak. Dan mengajar bukan hanya sekedar menjalankan tugas sebagai seorang guru tetapi mempunyai tanggung jawab terhadap keberhasilan belajar murid, karena tugas dan peran guru tidaklah terbatas di dalam masayarakat, bahkan guru pada hakekatnya merupakan komponen strategis yang memiliki peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor Condisio sipe quanon yang tidak mungkin digantikan oleh komponen namapun daam kehidupan bangsa sejak dulu terlebih-lebih pada era kontemporer ini. Dengan kata lain, potret dan wajah diri bangsa dimasa depan tercermin dari diri para guru masa kini, dan gerak maju dinamika kehidupan bangsa berbanding lurus dengan citra para guru ditengah-tengah masyarakat 16 Begitu penting peran guru di masyarakat, sehingga dalam mengajar murid-muridnya guru harus berusaha dengan sungguh-sungguh agar tujuan 15 ibid 16 Uzer Usman, Moh, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), h.183 - 18 -
  • 19. untuk menghasilkan lulusan yang bermutu dapat tercapai. Seorang guru memiliki tanggung jawab yang meliputi : 1. Memberikan bantuan kepada anak dengan menceritakan sesuatu yang baik, yang dapat menjamin kehidupannya, itu adalah ide yang bagus 2. Memberikan jawaban langsung pada pertanyaan yang diminta oleh anak. 3. Memberikan kesempatan kepada anak untuk berpendapat. 4. Memberikan evaluasi. 5. Memberikan kesempatan menghubungkan dengan pengalamannya sendiri. Untuk mencapai tujuan akhir dari proses mengajar yaitu menghasilkan lulusan yang bermutu diperlukan langkah-langkah mengajar yang tepat dan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan menerapkan cara mengajar yang efektif. Mengajar yang efektif ialah mengajar yang dapat membawa belajar anak yang efektif pula. Belajar disini adalah suatu aktifitas mencari, menemukan dan melihat pokok masalah. Anak berusaha memecahkan masalah termasuk pendapat bahwa pendapat bahwa bila seseorang memiliki kemampuan, dapat menciptakan puisi atau suatu sympony, maka dia telah menghasilkan masalah dan menemukan kesimpulan. Untuk melaksanakan mengajar yang efektif diperlukan syarat- syarat sebagai berikut: 1. Belajar secara aktif, baik mental maupun phisik. Di dalam belajar anak harus mengalami aktifitas mental, misalnya pelajar dapat - 19 -
  • 20. mengembangkan kemampuan intelektualnnya, kemampuan berfikir kritis, kemepuan menganalisa. 2. Guru harus mempergunakan banyak metode waktu mengajar. Variasi metode mengakibatkan penyajian bahan pelajaran lebih menarik perhatian anak, mudah diterima anak, dan kelas menjadi hidup. 3. Motivasi, halini sangat berperanan pada kemajuan perkembangan anak selanjutnya melalui proses belajar. Bila motivasi guru tepat mengenai sasaran, akan meningkatkan kegiatan anak belajar. Dengan tujuan yang jelas anak akan belajar lebih tekun, lebih giat dan bersemangat. 4. Kurikulum yang baik dan seimbang. Kurikulum sekolah yang memenuhi tuntutan masyarakat dikatakan bahwa kurikulum itu baik dan seimbang. 5. Guru perlu mempertimbangkan pada perbedaan individual. Guru tidak cukup hanya merencanakan pengajran klasikal, karena masing-masing anak mempunyai perbedaan dalam beberapa segi, misalnya inteligensi, bakat, tingkah laku, sikap dan lain-lainnya. 6. guru akan megajar efektif bila selalu membuat perencanaan sebelum mengajar. Dengan persiapan mengajar guru akan mantap di depan kelas perencanaan yang masak dapat menimbulkan banyak inisiatif dan daya kreatif guru waktu mengajar, dapat meningkatkan interaksi belajar mengajar antara guru dan murid. 7. Pengaruh guru yang sugestif perlu diberikan pula kepada anak. Sugesti yang kuat akan merangsang anak untuk lebih giat belajar. - 20 -
  • 21. 8. Seorang guru harus memiliki keberanian, menghadapi murid-muridnya juga masalah-masalah yang timbul waktu proses belajar mengajar berlangsung. 9. Guru harus dapat menciptakan suasana yang demokratis di sekolah. Lingkungan yang saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan anak, bertenggang rasa dan lain sebagainya. 10. Pada penyajian bahan-bahan pelajaran pada anak, guru perlu memberikan masalah-masalah yang merangsang anak untuk berfikir. Rangsangan yang mengena sasaran menyebabkan anak dapat mereaksi dengan tepat terhadap persoalan yang dihadapinya. 11. Semua pelajaran yang diberikan pada anak perlu diintegrasikan, sehingga anak memiliki pengetahuan yang terintegrasi tidak terpisah- pisah seperti pada sistem pengajaran lama, yang memberikan pelajaran secara terpisah-pisah satu sama lainnya. 12. Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata di masyarakat. 13. Dalam interaksi belajar mengajar guru harus banyak memberikan kebebasan pada anak, untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri, 14. Pengajaran remedial bagi anak yang mengalami kesulitan belajar 17 Bila semua syarat di atas dapat dipenuhi oleh guru waktu mengjar, diharapakan interaksi belajar mengajar diantara guru dan murid dapat 17 Roestiyah, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta : PT bina Aksara, 1989) h. 37-40 - 21 -
  • 22. meningkat, atau dapat dikatakan guru telah melaksanakan cara mengajar yang efektif. Mengajar yang efektif merupakan salah satu bentuk dari kreativitas guru agar hubungan interaksi yang terbangun antara guru dan murid dapat meningkat b. Peran guru dalam proses belajar mengajar Guru sebagai sosok yang akan menghasilkan generasi yang akan datang memiliki peran yang sangat dominan, karena baik buruknya generasi yang akan datang tergatung kepada baik buruknya pendidikan guru yang dilakukan sekarang ini. dan baik buruknya generasi di masa yang akan datang berakibat terhadap masa depan bangsa kita, apabila generasi yang akan datang kualitasnya buruk maka buruk pula masa depan bangsa kita, begitupun sebaliknya, apabila kualitas generasi kita baik maka akan semakin baik kondisi bangsa kita dimasa yang akan datang. Fungsi dan peran guru akan berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah, untuk itu fungsi dan peran guru adalah sebagai berikut: 1. Guru sebagai pendidik dan pengajar yakni harus memiliki kestabilan emosi, ingin memajukan siswa, bersikap realistis, bersikap jujur dan terbuka, peka terhadap perkembangan terutama inovasi pendidikan. 2. Guru sebagai anggota masyarakat, yakni harus pendai bergaul dengan masyarakat. 3. Guru sebagai pemimpin, yakni harus mampu memimpin. 4. Guru sebagai pelaksana administrasi, yakni akan dihadapkan kepada administrasi-administrasi yang harus dikerjakan di sekolah. - 22 -
  • 23. 5. Guru sebagai pengelola proses belajar mengajar, yakni harus menguasai berbagai metode mengajar dan harus menguasai situasi belajar mengajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas 18 Dengan melaksanakan peran yang fungsi guru yang dijabarkan di atas, maka seorang guru akan lebih mudah untuk mencapai tujuan dari proses pendidikan yaitu menghasilkan generasi yang berkualitas. Selain itu dengan melaksanakan fungsi dan peran sebagai seorang guru, maka guru akan lebih mudah untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta terciptanya interaksi baik antara guru dan murid. Agar mampu membedakan bentuk interaksi yang baik dan bentuk interaksi yang tidak baik, maka kita perlu mengetahui bentuk-bentuk interaksi antara guru dan murid dalam proses belajar mengajar yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut: 1. Pengajaran adalah transfer pengetahuan kepada siswa. Dalam bentuk ini guru mengajar di sekiolah hanya menyuapi makanan kepada anak. Siswa selalu menerima suapan itu tanpa komentar, tanpa aktif berfikir serta tanpa bertanya. 2. Pengajaran ialah mengajar siswa bagaimana caranya belajar. Dalam bentuk ini guru hanya merupakan salah satu sumber belajar, bukan sekedar menyuapi materi saja kepada siswa. 3. Pengajaran adalah hubungan interaktif antara guru dan siswa. Tiap individu ikut aktif, tiap individu ikut berperan. 18 Cece Wijaya.kemampuan dasar guru dalam dalam proses belajar mengajar( Bandung : Rosdakarya:1994) h. 30 - 23 -
  • 24. 4. Mengajar adalah proses interaksi siswa dengan siswa dan konsultasi dengan guru. Dalam proses ini siswa memperoleh pengalaman dari teman-temannya sendiri, kemudian pengalaman tersebut dikonsultasikan kepada guru. Bentuk interaksi yang tidak mempu mengembangkan kecerdasan murid bahkan semakin menumpulkan kecerdasan murid adalah bentuk interaksi yang pertama, bentuk interaksi tersebut menjadikan murid hanya sebagai obyek dariproses pengajaran, murid hanya menerima tanpa mau berfikir secara kritis sehingga proses pengajara hanya berjalan searah. E. Mulyasa memiliki sebuah pandangan bahwa peran guru dalam pembelajaran harus melakukan beberapa hal berikut ini : 1. Guru sebagai Pendidik Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Berkaitan dengan tanggung jawab; guru harus mengetahui, serta memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan berma-syarakat. Berkenaan dengan wibawa; guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, sosial, dan intelektual dalam - 24 -
  • 25. pribadinya, serta memiliki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni sesuai dengan bidang yang dikembangkan peserta didik di sekolah, terutama dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam menanamkan disiplin guru harus memulai dari dirinya sendiri, dalam berbagai tindakan dan perilakunya. 2. Guru Sebagai Pengajar Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan guru dalam pembelajaran, sebagai berikut: -Membuat ilustrasi: pada dasarnya ilustrasi menghubungkan sesuatu yang sedang dipelajari peserta didik dengan sesuatu yang telah diketahuinya, dan pada waktu yang sama memberikan tambahan pengalaman kepada mereka. -Mendefinisikan: meletakkan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan sederhana, dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta pengertian yang dimiliki oleh peserta didik. -Menganalisis: membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi bagian, sebagaimana orang mengatakan: "cuts the learning into chewable bites". -Mensintesis: mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas ke dalam suatu konsep yang utuh sehingga memiliki arti, hubungan antara bagian yang satu dengan yang lain nampak jelas, dan setiap masalah itu tetap berhubungan dengan keseluruhan yang lebih besar. -Bertanya: mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dantajam agar apa yang dipelajari menjadi lebih jelas, seperti yang dilakukan Socrates. -Merespon: mereaksi atau menanggapi pertanyaan peserta didik. Pembelajaran akan lebih efektif jika guru dapat merespon setiap pertanyaan peserta didik. - 25 -
  • 26. -Mendengarkan: memahami peserta didik, dan berusaha menyederhanakan setiap masalah, serta membuat kesulitan nampak jelas baik bagi guru maupun peserta didik. -Menciptakan kepercayaan: peserta didik akan memberikan kepercayaan terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar. -Memberikan pandangan yang bervariasi: melihat bahan yang dipelajari dari berbagai sudut pandang, dan melihat masalah dalam kombinasi yang bervariasi. -Menyediakan media untuk mengkaji materi standar: memberikan pengalaman yang bervariasi melalui media pembelajaran, dan sumber belajar yang berhubungan dengan materi standar. -Menyesuaikan metode pembelajaran: menyesuaikan metode pembelajaran dengan kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik serta menghubungkan materi baru dengan sesuatu yang telah dipelajari. -Memberikan nada perasaan: membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna, dan hidup melalui antusias dan semangat. 3. Guru Sebagai Pembimbing Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan (journey), yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta - 26 -
  • 27. didik. Semua itu dilakukan berdasarkan kerjasama yang baik dengan peserta didik, tetapi guru memberikan pengaruh utama dalam setiap aspek perjalanan. Sebagai pembimbing, guru memiliki berbagai hak dan tanggung jawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya 4. Guru Sebagai Pelatih Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Hal ini lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, karena tanpa latihan seorang peserta didik tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar, dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar. Oleh karena itu, guru harus berperan sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing. 5. Guru Sebagai Penasehat Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Banyak guru cenderung menganggap bahwa konseling terlalu banyak membicarakan klien, seakan-akan berusaha mengatur kehidupan orang, dan oleh karenanya mereka tidak senang melaksanakan fungsi ini. Padahal menjadi guru pada mgkat manapun berarti menjadi penasihat dan menjadi orang kepercayaan, kegiatan pembelajaranpun meletakkannya pada posisi tersebut. Peserta didik - 27 -
  • 28. senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan, dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Peserta didik akan menemukan sendiri dan secara mengherankan, bahkan mungkin menyalahkan apa yang ditemukannya, serta akan mengadu kepada guru sebagai orang kepercayaannya. Makin efektif guru menangani setiap permasalahan, makin banyak kemungkinan peserta didik berpaling kepadanya untuk mendapatkan nasihat dan kepercayaan diri. 6. Guru Sebagai Pembaharu (Innovator) Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupanyang bermakna bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antara generasi yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih banyak daripada nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna dan diwujudkan dalam pendidikan. Guru harus menjembatani jurang ini bagi peserta didik, jika tidak, maka hal ini dapat mengambil bagian dalam proses belajar yang berakibat tidak menggunakan potensi yang dimiliki-nya. Tugas guru adalah memahami bagaimana keadaan jurang pemisah ini, dan bagaimana menjembataninya secara efektif. perubahan dalam setiap generasi, dan perubahan yang dilakukan melalui pendidikan akan memberikan hasil yang positif. 7. Guru Sebagai Model dan Teladan - 28 -
  • 29. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang di sekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Sehubungan itu, beberapa hal di bawah ini perlu mendapat perhatian dan bila perlu didiskusikan para guru. -Sikap dasar: postur psikologis yang akan nampak dalam masalah-masalah penting, seperti keberhasilan, kegagalan, pembelajaran, kebenaran, hubungan antar manusia, agama, pekerjaan, permaian dan diri. -Bicara dan gaya bicara: penggunaan bahasa sebagai alat berpikir. -Kebiasaan bekerja: gaya yang dipakai oleh seseorang dalam bekerja yang ikut mewarnai kehidupannya. -Sikap melalui pengalaman dan kesalahan: pengertian hubungan antara luasnya pengalaman dan nilai serta tidak mungkinnya mengelak dari kesalahan. -Pakaian: merupakan perlengkapan pribadi yang amat penting dan menampakkan ekspresi seluruh kepribadian. -Hubungan kemanusiaan: diwujudkan dalam semua pergaulan manusia, intelektual, moral, keindahan, terutama bagaimana berperilaku -Proses berpikir: cara yang digunakan oleh pikiran dalam menghadapi dan memecahkan masalah. - Perilaku neurotis: suatu pertahanan yang dipergunakan untuk melindungi diri dan bisa juga untuk menyakiti orang lain. -Selera: pilihan yang secara jelas merefleksikan nilai-nilai yang dimiliki oleh pribadi yang bersangkutan. - 29 -
  • 30. -Keputusan: keterampilan rasional dan intuitif yang dipergunakan untuk menilai setiap situasi. -Kesehatan: kualitas tubuh, pikiran dan semangat yang merefleksikan kekuatan, perspektif, sikap tenang, antusias dan semangat hidup. -Gaya hidup secara umum: apa yang dipercaya oleh seseorang tentang setiap aspek kehidupan dan tindakan untuk mewujudkan kepercayaan itu. 8. Guru Sebagai Pribadi Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan kepribadian sebagai pendidik kadang-kadang dirasakan lebih berat dibanding profesi lainnya. Ungkapan yang sering dikemukakan adalah bahwa "guru bisa digugu dan ditiru". Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu guru harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang di masyarakat tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal. Secara nasional, nilai-nilai tersebut sudah dirumuskan, tetapi barangkali masih ada nilai tertentu yang belum terwadahi dan harus dikenal oleh guru, agar dapat melestarikannya, dan berniat untuk tidak berperilaku yang bertentangan dengan nilai tersebut. Jika ada nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka dengan cara yang tepat dia menyikapi hal tersebut, sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dan masyarakat yang berakibat terganggunya proses pendidikan bagi peserta didik. Untuk kepentingan tersebut, wawasan nasional mutlak - 30 -
  • 31. diperlukan dalam pembelajaran Ujian berat bagi guru dalam hal kepribadian ini adalah rangsangan yang memancing emosinya. Kestabilan emosi amat diperlukan, namun tidak semua orang mampu menahan emosi terhadap rangsangan yang menyinggung perasaan, dan memang diakui bahwa tiap orang mempunyai temparamen yang berbeda dengan orang lain. Untuk keperluan tersebut, upaya dalam bentuk latihan mental akan sangat berguna. Guru yang mudah marah akan membuat peserta didik takut, dan ketakutan mengakibatkan kurangriya minat untuk mengikuti pembelajaran serta rendahnya konsentrasi, karena ketakutan menimbulkan kekuatiran untuk dimarahi dan hal ini membelokan konsentrasi peserta didik. 9. Guru Sebagai Pendorong Kreativitas Kerativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menun-jukkan proses kreativitas tersebut. Kreativitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Sebagai orang yang kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas Merupakan yang universal dan oleh karenanya semua kegiatannya ditopang, dibimbing dan dibangkitkan oleh kesadaran itu. la sendiri adalah seorang kreator dan motivator, yang berada di pusat prosespendidikan. Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga - 31 -
  • 32. peserta didik akan menilainya bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan sesuatu secara rutin saja. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan oleh guru sekarang lebih baik dari yang telah dikerjakan sebelumnya dan apa yang dikerjakan di masa mendatang lebih baik dari sekarang19 C. Profesionalisme Guru Guru yang memiliki kompetensi profesional dalam pandangan harus mampu berperan sebagai pemimpin diantara kelompok siswanya dan juga antara sesamanya. Guru mampu berperan sebagai pendukung serta penyebar nilai-nilai luhur yang diyakininya sekaligus sebagai teladan bagi siswa serta lingkung sosialnya. Dan secara lebih mendasar lagi guru yang bermutu aktif mencari kemajuan pengetahuan dalam peningkatan kecakapan diri dalam berkarya dan dalam pengabdian sosialnya. Supriadi, (1998) Untuk menjadi guru yang profesional dituntut untuk memiliki lima hal: (1) Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya, (2) Guru menguasai secara mendalam bahan / mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa, (3) Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi, (4) Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya, 19 E Mulyasa..Menjadi guru Profesional. (Bandung: Rosdakarya.2005) h. 37-65 - 32 -
  • 33. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkunganprofesinya. Supriadi, (1998) Pada sisi lain, dalam hal teknis guru yang bermutu mampu berperan sebagai fasilitator pengajaran (sebagai nara sumber yang siap memberi konsultasi secara terarah bagi siswanya), mampu mengorganisasi pengajaran secara efektif dan efisien. Guru yang memiliki kompetensi tinggi mampu merancang serta melaksanakan langkah-langkah pengajaran untuk memandu belajar siswa secara produktif, sehingga dapat membangun motivasi belajar siswa dan berperan dan layanan bimbingan siswa.(Supriadi, 1998) Makna guru profesional menurut pidarta (1990) dapat di pandang dari tiga dimensi yaitu : Ekspert atau ahli, rasa tanggung jawab dan rasa kesejawatan. a) Ahli atau ekspert Tuntutan pertama guru di katakan ahli apabila tahu banyak dalam bidang pengeauan yang diajakan dan mengerti dan mampu dalam tugas mendidik. Seorang guru tidak saja menguasai isi pelajaran yang di ajarkan, tetapi juga mampu menanamkan konsep mengenai pengetahuan yang di ajarkan pemhaman konsep ini, dapat dikuasai bila guru mampu memahami psikologi belajar sangat bermanfaat untuk membimbing subjek belajar untuk memahami konsep tentang apa yang di ajarkan. Di sisi lain guru juga harus mampu menyampakan pesanb- pesan didik. - 33 -
  • 34. Selain hal tersebut terdapat dan anggapan yang di pahami di masyarakat, mengenai hal yang seharusnya di milki oleh seorang guru yaitu keahlian dalam bidang studi yang di ajarkan atau ahli dalam cara menyampaikan bidang studi tersebut ataupun kedua-duanya. Terdapat pandangan yang mengatakan bahwa bila seorang guru menguasai bidang studi yang diajarkan maka guru tersebut akan mampu mengajarkan bidang studi itu dengan baik kepada subjek pendidik. Pandangan lain mengatakan seorang guru harus ahli dalam cara mengajar suatu bidang studi walaupun bukan merupakan ahli dalam bidang studi tersebut. Pendapatan ketiga beranggapan bahwa selain harus ahli dalam cara mengajar seorang guru harus mampu pula untuk menyampaikan pesan-pesan didik melalui bidang studi tersebut. Profesionalisasi harus dipandang sebagai proses yang terus menerus. Dalam proses ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan termasuk penataran, pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat terhadap profesi keguruan, penegakan kode etik profesi, sertifikasi, peningkatan kualitas calon guru, imbalan, dll secara bersama-sama menentukan pengembangan profesionalisme seseorang termasuk guru b) Memiliki otonomi dan rasa tanggung jawab. Guru yang profisional selain ahli dalam bidang mengajar dan mendidik, juga diharuskan memiliki otonomi dan tanggung jawab. Yang dimaksud dengan otonomi yaitu suatu sikap profisional yang di - 34 -
  • 35. sebut mandiri guru dapat di katakan telah memiliki otonomin atau kemandirian apabila dalam mengemukakan apa yang harus di katakan berdasarkan keahliannya. Pada proses awal setiap guru dapat di kategorikan belum mempunyai kebebasan atau otonomi dan dapat di katakan dalam proses magang. Melalui proses belajar dan perkembangan profesi maka pada suatu saat akan dapat memiliki sikap yang mandiri. Adapun ciri-ciri kemandirian antara lain : - Dapat mengawakan nilai-nilai hidup. - Dapat membuat pilihan nilai. - Dapat menentukan dan mengambil keputusan sendiri - Dapat bertanggung jawab atas keputusan itu c) Memiliki Rasa kesejawatan Salah satu tugas dari orgnisasi profesi ialah mencitkan rasa kesejawatan sehingga rasa aman dan perlindungan jabatan. Etik profesi ini di kembangkan melalui organisasi profesi. Melalui organisasi profesi di ciptakan rasa kesejawatan. Semagat korps (I`esprit de Corps) di kembangkan agar harkat dan marabat guru di junjung tinggi, baik oleh korps guru sendiri maupun masyarakat pada umumnya. Pada sisi lain Arifin (2000) memiliki konsep pemkiran lain dalam memandang profesionaisme seorang guru. Ia mengemukakan guru Indonesia yang profesional dipersyaratkan mempunyai; - 35 -
  • 36. 1. Dasar Ilmu Yang Kuat Sebagai Pengejawantahan Terhadap Masyarakat Teknologi Dan Masyarakat Ilmu Pengetahuan Di Abad 21; 2. Penguasaan Kiat-Kiat Profesi Berdasarkan Riset Dan Praksis Pendidikan Yaitu Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu Praksis Bukan Hanya Merupakan Konsep-Konsep Belaka. Pendidikan Merupakan Proses Yang Terjadi Di Lapangan Dan Bersifat Ilmiah, Serta Riset Pendidikan Hendaknya Diarahkan Pada Praksis Pendidikan Masyarakat Indonesia; 3. Pengembangan Kemampuan Profesional Berkesinambungan, Profesi Guru Merupakan Profesi Yang Berkembang Terus Menerus Dan Berkesinambungan Antara Lptk Dengan Praktek Pendidikan. Kekerdilan Profesi Guru Dan Ilmu Pendidikan Disebabkan Terputusnya Program Pre- Service Dan In-Service Karena Pertimbangan Birokratis Yang Kaku Atau Manajemen pendidikan yang lemah. Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru ini, perlu adanya paradigma baru untuk melahirkan profil guru Indonesia yang profesional di abad 21 yaitu; a. Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang; b. Penguasaan ilmu yang kuat; c. Keterampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi; dan d. Pengembangan profesi secara berkesinambungan. Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan - 36 -
  • 37. dan ditambah dengan usaha lain yang ikut mempengaruhi perkembangan profesi guru yang profesional. Persyaratan persyaratan diatas bukanlah hal yang mudah dimiliki oleh semua guru dalam mengembangkan profesionalismenya. Banyak hal yang dapat menyebabkan seorang guru tidak bisa memberikan pengajaran profresionalismenya kepada siswa. Pendapat ini pernah dikemukakan oleh akadum (1999) mengenai penyebab rendahnya profesionalisme guru ; 1. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total, 2. Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi keguruan, 3. Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah hati dari pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti dari masih belum mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan kependidikan, 4. Masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar yang diberikan kepada calon guru, 5. Masih belum berfungsi pgri sebagai organisasi profesi yang berupaya secara makssimal meningkatkan profesionalisme anggotanya. Kecenderungan pgri bersifat politis memang tidak bisa disalahkan, terutama untuk menjadi pressure group agar dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Namun demikian di masa mendatang pgri sepantasnya mulai mengupayakan profesionalisme para anggo-tanya. Dengan melihat adanya faktor-fak tor yang menyebabkan rendahnya - 37 -
  • 38. profesionalisme guru, pemerintah berupaya untuk mencari alternatif untuk meningkatkan profesi guru. BAB IV PEMBAHASAN Sekurang-kurangnya menurut Syah dan Kadiarinata (2009) ada dua alasan perlunya pendekatan PAIKEM (Pembelajaran aktif inovatif kreatif dan menyenangkan) diterapkan di sekolah/madrasah kita, yakni: a) PAIKEM lebih memungkinkan perserta didik dan guru sama-sama aktif terlibat dalam pembelajaran. Selama ini kita lebih banyak mengenal pendekatan pembelajaran konvensional. Hanya guru yang aktif (monologis), sementara para siswanya pasif, sehingga pembelajaran menjemukan, tidak menarik, tidak menyenangkan, bahkan kadang-kadang menakutkan siswa. b) PAIKEM lebih memungkinkan guru dan siswa berbuat kreatif bersama. Guru mengupayakan segala cara secara kreatif untuk melibatkan semua siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu, peserta didik juga didorong agar kreatif dalam berinteraksi dengan sesama teman, guru, materi pelajaran dan segala alat bantu belajar, sehingga hasil pembelajaran dapat meningkat. PAIKEM dilandasi oleh falsafah konstruktivisme yang menekankan agar peserta didik mampu mengintegrasikan gagasan baru dengan gagasan atau pengetahuan awal yang telah dimilikinya, sehingga mereka mampu membangun makna bagi fenomena yang berbeda. Falsafah pragmatisme yang berorientasi pada tercapainya tujuan secara mudah dan langsung juga menjadi landasan PAIKEM, sehingga dalam pembelajaran peserta didik selalu menjadi subjek aktif sedangkan guru menjadi fasilitator dan pembimbing belajar mereka. Dalam melaksanakan PAIKEM, guru perlu memper- hatikan beberapa hal sebagai berikut: - 38 -
  • 39. 1. Memahami sifat yang dimiliki siswa Pada dasarnya anak memiliki imajinasi dan sifat ingin tahu. Semua anak terlahir dengan membawa dua potensi ini. Keduanya merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/pikiran kritis dan kreatif. Oleh karenanya, kegiatan pembelajaran perlu dijadikan lahan yang kita olah agar menjadi tempat yang subur bagi perkembangan kedua potensi anugerah Tuhan itu. Suasana pembelajaran yang diiringi dengan pujian guru terhadap hasil karya siswa, yang disertai pertanyaan guru yang menantang dan dorongan agar siswa melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang baik untuk mengembangkan potensi siswa. 2 Memahami perkembangan kecerdasan siswa Menurut Jean Piaget dalam Syah (2008: 29-33), perkembangan kecerdasan akal/perkembangan kognitif manusia berlangsung dalam empat tahap, yakni: Sensory-motor (Sensori-motor/0-2 tahun) Pre-operational (Pra-operasional / 2-7 tahun) Concrete-operational (Konkret-operasional / 7-11tahun) Formal- operational (Formal- operasional / 11 tahun ke atas). Selama kurun waktu pendidikan dasar dan menengah, siswa mengalami tahap Concrete-operational dan Formal-operational. Dalam periode konkret-operasional yang berlangsung hingga usia menjelang remaja, anak memeroleh tambahan kemampuan yang disebut system of operations (satuan langkah berpikir). Kemampuan satuan langkah berpikir ini berfaedah bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran dan idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri. Selanjutnya, dalam perkembangan kognitif tahap Formal-operational seorang remaja telah memiliki kemampuan mengkoordinasikan baik secara serentak maupun berurutan dua ragam kemampuan kognitif, yakni: 1) kapasitas menggunakan hipotesis; 2) kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. Dengan kapasitas menggunakan hipotesis (anggapan dasar), seorang remaja akan mampu berpikir hipotetis, yakni berpikir mengenai sesuatu khususnya dalam hal pemecahan masalah dengan menggunakan anggapan dasar yang relevan dengan - 39 -
  • 40. lingkungan yang ia respons. Selanjutnya, dengan kapasitas menggunakan prinsip- prinsip abstrak, remaja tersebut akan mampu mempelajari materi-materi pelajaran yang abstrak, misalnya ilmu tauhid, ilmu matematika dan ilmu-ilmu abstrak lainnya dengan luas dan mendalam. Sebagai bukti bahwa seorang remaja pelajar telah memiliki kedewasaan berpikir, dapat dicontohkan ketika ia menggunakan pikiran hipotesisnya sewaktu mendengar pernyataan seorang kawannya, seperti: "Kemarin seorang penggali peninggalan purbakala menemukan kerangka manusia berkepala domba dan berkaki empat yang telah berusia sejuta tahun". Apa yang salah dalam pernyataan ini? Remaja pelajar tadi, setelah berpikir sejenak dengan serta-merta berkomentar: "Omong kosong!" Ungkapan "omong kosong" ini merupakan hasil berpikir hipotetis remaja pelajar tersebut, karena mustahil ada manusia berkepala domba dan berkaki empat betapapun tuanya umur kerangka yang ditemukan penggali benda purbakala itu (Syah, 2008: 33). 3 Mengenal siswa secara perorangan Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tecermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua siswa dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Siswa yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah dengan cara ”tutor sebaya”. Dengan mengenal kemampuan siswa, apabila ia mendapat kesulitan kita dapat membantunya sehingga belajar siswa tersebut menjadi optimal. 2.4 Memanfaatkan perilaku siswa dalam pengorganisasian belajar Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, siswa dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, siswa akan menyelesaikan tugas dengan baik apabila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. - 40 -
  • 41. Namun demikian, siswa perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang. 5 Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah Pada dasarnya belajar yang baik adalah memecahkan masalah karena dalam belajar sesungguhnya kita menghadapkan siswa pada masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Berpikir kritis dan kreatif berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sering memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan terbuka dan memungkinkan siswa berpikir mencari alasan dan membuat analisis yang kritis. Pertanyaan dengan kata-kata ”Mengapa?”, ”Bagaimana kalau...” dan “Apa yang terjadi jika…” lebih baik daripada pertanyaan dengan kata-kata yang hanya berbunyi “Apa?”, ”Di mana?”. 6 Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAIKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Materi yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, pasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam kegiatan pembelajaran karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas sebuah masalah. 7 Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar Lingkungan (fisik, sosial, dan budaya) merupakan sumber yang sarat dengan bahan belajar siswa. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar dan objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat siswa merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan - 41 -
  • 42. lingkungan tidak selalu harus di luar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat gambar / diagram. 8 Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar Mutu hasil belajar akan meningkat apabila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik (feedback) dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih banyak mengungkapkan kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka. 9. Membedakan antara aktif fisik dengan aktif mental Banyak guru yang cepat merasa puas saat menyaksikan para siswa sibuk bekerja dan bergerak, apalagi jika bangku diatur berkelompok dan para siswa duduk berhadapan. Situasi yang mencerminkan aktifitas fisik seperti ini bukan ciri berlangsungnya PAIKEM yang sebenarnya, karena aktif secara mental (mentally active) lebih berarti daripada aktif secara fisik (phisically active). Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif secara mental. Syarat berkembangnya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut, seperti: takut ditertawakan, takut disepelekan, dan takut dimarahi jika salah. Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang muncul dari temannya maupun dari guru itu sendiri. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan dengan prinsip PAIKEM. - 42 -
  • 43. Selanjutnya Pemanfaatan IT dalam dunia pendidikan sekarang ini tidak dapat ditawar lagi, karena dengan memanfaatkan IT pendidikan di Indonesia dengan mudah akan dapat mengetahui perkembangan-perkembangan metoda dan sistem pendidikan di negara lain, bahkan sekolah-sekolah di Indonesia dapat memerima pengetahuan ataupun informasi - informasi yang hampir sama dengan siswa-siswa dari sekolah yang berada di negara maju seperti: Amerika Serikat, Jepang, Korea dll, melalui internet. 1. Harapan dari Pemanfaatan IT dalam pendidikan Terobosan baru di bidang pendidikan yang terbukti mampu meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan adalah adanya Electronic learning atau disingkat (e-leraning). Kehadirannya banyak memberikan kontribusi positif bagi aktivitas dan proses pendidikan. Internet dapat dimanfaatkan (bahkan beberapa sekolah sudah) untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan, hasil penelitian yang baru dan bebagai metode pembelajaran terkini, internet juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengkomunikasikan berbagai ide ke segala penjuru dunia (Suparno, Paul,2002:94) Penerapannya yang paling banyak digunakan oleh pendidikan adalah adanya Internet, dengan internet maka siswa akan dihadapakan pada suatu sumber belajar yang sangat luas, sehingga jika siswa ingin belajar lebih dari ilmu yang diberikan di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan internet. Penggunaan IT dalan pendidikan mestinya tidak hanya didominasi oleh internet, karena pada dasarnya e-learning tidak hanya menggunakan fasilitas internet saja melainkan peralatan yang lain. - 43 -
  • 44. Definisi e-learning alaha sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet, jaringan komputer, maupun komputer stand alone (Ariyana Yoki, 2008:9) Dengan e-learning kita bahkan bisa memiliki laboratorium yang lengkap secara virtual. Laboratorium adalah tempat bagi peserta untuk melakukan praktik-praktik dari teori yang diberikan di kelas oleh pengajar sehingga memiliki pemahaman yang lebih kuat terhadap materi yang dipelajari. Namun mungkin karena keterbatasan dana, tidak semua sekolah bisa memiliki lab yang memadai, atau memiliki ruang lab namun alat-alatnya sudah tidak bisa dipakai, atau memiliki ruangan lab- nya saja, atau tidak memiliki lab sama sekali. Bila kondisi seperti ini masih terjadi, mungkin ada baiknya kita melirik virtual lab. Virtual lab merupakan salah satu learning content yang berwujud piranti lunak komputer yang dirancang agar seseorang dapat melakukan aktifitas-aktifitas experiments seperti halnya mereka melakukan experiments di laboratorium sebenarnya. Ada 2 komponen penting dalam virtual lab, yaitu: simulasi dan animasi. Simulasi bertujuan menggambarkan lingkungan nyata dalam suatu sistem. Melalui simulasi peserta dapat melakukan percobaan dengan cara penggantian nilai parameter-parameter, sehingga menimbulkan perilaku berbeda terhadap percobaan yang dilakukan. Perilaku-perilaku berbeda tersebut kemudian ditampilkan melalui animasi. Hasil-hasil percobaan juga secara otomatis - 44 -
  • 45. dapat direkam oleh sistem dan pada akhirnya dapat diambil sebagai pelaporan. Virtual lab paling ideal dijalankan di internet, sehingga peserta dapat melakukan percobaan darimana dan kapan saja. Namun demikian dapat juga dijalankan dalam lingkungan intranet atau komputer standalone. Dengan virtual lab gedung maupun alat lab fisik diubah menjadi komputer dan piranti lunak virtual lab. (I Ketut Gede Darma Putra disdikpora. baliprov.go.id/wp-content/uploads/ 2009/03/pembelajaran-berbasis-ict.doc) Dengan menggunakan e-learning terutama penggunakan software animasi macromedia flash, kita dapat mengemas materi pendidikan secara menarik yang disesuaikan dengan kondisi siswa serta kesenangan sehingga dapat menarik perhatian siswa, jika kita dapat menarik perhatian siswa, maka siswa akan memperhatikan materi pelajaran yang kita berikan sehingga apa – apa yang yang terkandung dalam materi tersebut dapat sampai ke siswa. Sekarang tampak jelas manfaat dari IT bagi pendidikan di Indonesia, dengan IT para guru dapat bereksporasi sesuai dengan bidang keahliannya untuk dapat menyampaikan materi pada siswanya . 2. Hambatan pemanfaat IT dalam Pendidikan Tidak dapat dipungkiri bahwa dari manfaat yang diberikan oleh pemanfaatan IT dalam pendidikan pasti ada hambata – hambatan dalam pelaksanaannya; adapun hambatan – hambatan tersebut diantaranya; - 45 -
  • 46. a. Keterbatasan SDM Salah satu penyebab utama adalah kurangnya ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) atau brainware, banyak pelaku pendidikan berbasis IT menganggap bahwa e-learning hanyalah sebatas siswa diberi akses internet, atau sekedar di beri CD interaktif tanpa lebih jauh menggali materi yang ada, hal ini bisa mengakubatkan salah transfer ilmu dari siswa itu sendiri, disamping itu masih sefikitnya pengajar di Indonesia yang menguasai IT, apalagi guru-guru yang mendekati masa pensiun enggan untu mempelajari e-learning. b. Keterbatasan Sarana Saat ini memang negara kita masih belum mampu memberikan sarana IT yang lengkap untuk seluruh wilayah Indonesia, karena peralatan IT yang ideal memang memerlukan biaya yang tidak sedikit, dengan keterbatasan dana maka pelaksanaan pemanfaatan IT bagi pendidikan di Indonesia memang belum merata, namun dengan adanya anggaran pendidikan yang mencapai 20 % dari APBN kita yakin sebentar lagi realisasi pemanfaatan IT pada Pendidikan akansegera terwujud. c. Mahalnya akses Internet Gencarnya pemerintah dalam mengupayakan internet murah bagi sekolah belum didukung sepenuhnya oleh penyedian layanan internet (Internet Service Provider), karena infrastruktur teknologi - 46 -
  • 47. telekomunikasi, multimedia. dan informasi yang merupakan prasyarat terselenggaranya IT untuk pendidikan. Sekolah masih merasa berat untuk menanggung beban internet yang ideal d. Masuknya Budaya Barat Dengan bebasnya kita menikmati informasi secara global, maka akan menimbulkan masalah yaitu, lunturnya budaya ketimuran dari para siswa kita, hal ini dapat terjadi karena dengan masuknya budaya barat melalui internet yang sulit kita bendung, mau tidak mau para siswa kita setiap hari dapat melihatnya langsung melalui internet. 3. Solusi dari hambatan pemanfaatan IT di Indonesia Agar hambatan –hambatan yang muncul jika kita menerapkan pemanfaatan IT dalam pendidikan dapat kita minimalkan atau bahkan kita hilangkan maka kita harus mencari solusinya, menurut saya solusi dari hambatan-hambatan tersebut adalah: a. Masalah SDM Untuk masalah SDM tentunya jalan yang paling baik adalah selalu melakukan pelatihan-pelatihan tentang pemanfaatan IT dalam bidang pendidikan, pelatihan ini tentunya tidak cuma ditujukan kepada guru yang mengampu pada materi TIK atau kepala sekolah saja melainkan kepada seluruh guru. Sering saya menjumpai guru yang mengikuti pelatihan namun sampai di sekolah ilmu itu tidak ditular kepada guru yang lain. - 47 -
  • 48. Kualitas diklat juga harus ditingkatkan, karena banyak diklat yang kesannya dipaksakan dan tidak melalui perencanaan yang matang , hal ini tentunya mengakibatkan tujuan diklat tidak tercapai. Para guru sekarang harus bisa memanfaatkan blog untuk pembelajaran yang interaktif dimana lewat blog kita bisa memberi materi, tugas dll tanpa harus selalu bertatap muka b. Keterbatasan sarana Masalah sarana sangat erat hubungannya dengan dana, memang bangsa kita belum sekaya bangsa- bangsa yang telah maju, namun tentunya dengan keterlibatan masyarakat kita harus dapat memaksimalkan sarana yang telah ada dengan perlakuan terhadap sarana tersebut sesuai ketentuan, dikemudian hari denga dana pendidikan yang cukup tentunya masalah saran ini tidak menjadi hambatan bagi pelaksanaan pemanfaatan IT bagi pendidikan c. Mahalnya akses Internet Indonesia adala salah satu negara yang tarif internetnya mahal, di negara Malaysia saja akses internet demikian murahnya, bahkan hampir disemua ditempat – tempat umum internet dapat diakses secara gratis, pemecahan dari masalah ini tentunya tidak lepas dari campur tangan pemerintah, diharapkan pemerintah dapat - 48 -
  • 49. menekan para penyedia jasa internet agar didapat tarif internet yang murah d. Masuknya Budaya Barat Masuknya budaya barat dapat kita bendung dengan Pembinaan iman yang kuat pada setiap siswa, sehingga siswa dapat mengendalikan dirinya dan selalu mencari materi-materi yang positif, dan dapat mengindari dari situs-situs porno yang dapat merusak konsentrasi para siswa belajar - 49 -
  • 50. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Guru profesional dapat di pandang dari tiga dimensi yaitu : Ekspert atau ahli, rasa tanggung jawab dan rasa kesejawatan. Di samping itu guru yang profesional harus memiliki syarat; Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang; Penguasaan ilmu yang kuat; Keterampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi; dan Pengembangan profesi secara berkesinambungan. Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dan ditambah dengan usaha lain yang ikut mempengaruhi perkembangan profesi guru yang profesional. Dari Uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan IT bagi pendidikan di Indonesia sangat diperlukan, karena penerapannya dapat meningkatkan mutu dari pendidikan itu sendiri serta dapat mensejajarkan lulusan sekolah di Indonesia dengan sekolah luar negeri. Hal ini dapat tercapai karena dalam pemanfaatan IT siswa di Indonesia memiliki sumber belajar den model belajar yang sama dengan siswa negara lain Hambatan dari dari pelaksanaan pemanfaatan IT dalam pendidikan di Indonesia tentu tidak dapat kita hindari karena memang kondisi negara kita masih seperti saat ini, adapun hamabatannya antara lain; masalah SDM, keterbatasan sarana , mahalnya akses internet dan masuknya budaya barat - 50 -
  • 51. Solusi dari hambatan – hambatan di atas adalah: Dengan diadakannya diklat untuk para guru dengan kualitas diklat yang baik, Peran serta pemerintah dan masyarakat dalam menyediakan sarana yang memadai, Penyedia jasa internet mau menurunkan harga dan pembekalan keimanan para siswa agar tidak terpengaruh budaya barat. B. Saran Profesionalisme guru dalam mentrasnformasikan bentuk pengajaran pada siswa akan berpengaruh pada prestasi siswa. Dengan demikian sudah menjadikan suatu kewajiban bagi setiap guru untuk meningkatkan personality atau kepribadian untuk bisa dijadikan cermin bagi siswa dalam bersikap dan bertingkah laku. Adalah hal yang sangat esensi sekali manakala kepribadian guru itu baik maka akan memiliki dampak yang cukup besar dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Disinilah proses interaksi edukatif yang positif bisa terwujud. Disamping itu guru hendaklah lebih banyak mempelajari teori-teori tentang psikologi anak, sehingga akan lebih mudah dalam membimbing anak, dan mendorongnya dalam proses belajar. - 51 -
  • 52. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi,. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Bina Aksara,1996 Hadi, Soetrisno. Bimbingan menulis skripsi dan tesis.1 Yogyakarta : Andi Offsett, 2004 Hadi, Soetrisno. Bimbingan menulis skripsi dan tesis.2 Yogyakarta : Andi Offsett, 2004 Hamalik,.Oemar Psikologi belajar dan mengajar. Bandung: Sinar baru Algensindo,2000. Mudjiono, Dimyanti. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : Depdikbud, 1994 Mulyasa, E..Menjadi guru Profesional. Bandung: Rosdakarya.2005 Purwanto, Ngalim, M Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis.Bandung : Remaja Rosdakarya ;1997 Purwanto, Ngalim, M., Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk guru –karyawan dan peneliti pemula. Bandung : Alfabeta 2005. Roestiyah, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta : PT bina Aksara, 1989 Sagala , Syaiful. Konsep dan makna pembelajaran. Bandung : Alfabetta.2003 ) Rahim, Farida. Pembelajaran membaca di sekolah dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara . 2005 Syah, Muhibbin. 2006. Islamic English: A Competency-based Reading Comprehension. Cetakan ke-2. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. ____________. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cetakan ke-14 (Edisi revisi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. ____________. 2008. Psikologi Belajar. Cetakan ke-8. Jakarta: PT Rajawali Pers. Slameto. Belajar, dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Reneka Cipta: 1995 Syah, Muhibbin. Psikologi pendidikan Bandung: Rosdakarya, 1996 Usman, Uzer Moh, Menjadi Guru Profesional Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999 Wijaya, Cece.kemampuan dasar guru dalam dalam proses belajar mengajar, Bandung : Rosdakarya, 1994 Pidarta, Made. 1990. Perencanaan Pendidikan Partisipatori Dengan Pendekatan Sistem. Jakarta: Rineka Cipta. Ariyana Yoki, 2008, Media Pembelajaran IPA berbasis IT, Bandung :PPPPTP IPA http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi. 2009. Definisi Globalisasi diakses tanggal 20 pebruari 2009 jam 12.10 WIB Idzam Mohd.2008.Pembangunan Modal Insan:Pentadbir Sebagai Pemimpin Teknologi dalam Model-model Pembelajaran Mutakhir Perpaduan Indonesia-Malaysia.Yogyakarta:Pustaka Pelajar - 52 -
  • 53. I Ketut Gede Darma Putra,2009, Pembelajaran Berbasis ICT disdikpora. baliprov.go.id/wp-content/uploads/ 2009/03/pembelajaran-berbasis- ict.doc. diakses tanggal 8 April 2009 pukul 08.40 wib Suparno, Paul,2002. Reformasi Pendidikan sebuah Rekomendasi.Yogyakarta: Yayasan Kanisius - 53 -