Dokumen tersebut membahas ruang lingkup kewenangan pemerintah dalam membatasi akses informasi elektronik warga negara dari perspektif hak asasi manusia. Dokumen tersebut menjelaskan bahwa kewenangan pemerintah terbatas pada aturan perundang-undangan yang berlaku, dan pembatasan harus dilakukan secara adil tanpa diskriminasi. Dokumen tersebut juga menganalisis kesesuaian kebijakan pemerintah mengenai pemblo
3. RumusanMasalah
1. Ruang lingkup kewenangan pemerintah dalam
pembatasan akses informasi elektronik warga
negara.
2. Kebijakan pemerintah atas pembatasan akses
informasi elektronik warga negara tinjauan
perspektif hak asasi manusia.
4. TujuanPenelitian
Mengetahui ruang lingkup
kewenangan pemerintah dalam hal
melakukan pembatasan akses
informasi elektronik warga negara.
01 02
Mengetahui kesesuaian kebijakan
pemerintah dalam membatasi
akses informasi elektronik warga
negara ditinjau dari perspektif hak
asasi manusia.
5. Manfaat Penelitian
Sumbangan ilmiah bagi ilmu
pengetahuan hukum khususnya
ilmu hukum pemerintahan.
Teoritis
Bahan pertimbangan dan
sumbangan pemikiran yang dapat
memberikan kontribusi serta
solusi konkret dalam pemecahan
masalah hukum.
Praktis
6. Keaslian Penelitian
1. Tesis “Kajian Tentang Informasi Elektronik Terhadap Kebebasan
Berpendapat Ditinjau Dari Perspektif Hak Asasi Manusia” oleh Ian
Parma Saputra (Universitas Hasanuddin Makasar)
2. Tesis “Tinjauan Tentang Kebebasan Berekspresi di Media Sosial
Dalam Hukum Islam dan Hukum Hak Asasi Manusia” oleh Taswirul
Afkar (Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi)
3. Tesis “Prinsip-Prinsip Hukum Tentang Tindak Pidana Penghinaan
dan Pencemaran Nama Baik Dalam Perspektif Perlindungan Hak
Asasi Manusia” oleh Nanda Yoga Rohmana (Universitas Airlangga
Surabaya)
10. RuangLingkupKewenanganPemerintahDalamPembatasanAkses Informasi
Elektronik WargaNegara
1. Kewenangan pembatasan oleh pemerintah diantara atribusi, delegasi, dan
mandat.
2. Pengaturan pembatasan akses informasi elektronik di dunia (hukum
internasional).
3. Pengaturan pembatasan akses informasi elektronik dalam hukum positif
Indonesia.
4. Aspek kepentingan umum dalam penerapan pembatasan akses informasi
elektronik warga negara.
5. Ruang lingkup kewenangan pembatasan akses informasi elektronik.
01
11. Kebijakanpemerintah ataspembatasanaksesinformasielektronik warganegaratinjauan
perspektif hakasasimanusia
1. Urgensi kebijakan pemerintah dalam pembatasan akses informasi
elektronik warga negara.
2. Pengaturan hak asasi manusia tentang akses informasi serta
pembatasannya menurut kovenan internasional dan hukum positif
Indonesia.
3. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 81/PUU-XVIII/2020
4. Kesesuaian kebijakan pembatasan akses informasi elektronik dari
sudut pandang hak asasi manusia.
02
12. Kesimpulan
1. Kewenangan pembatasan oleh pemerintah dalam kebijakan
pemblokiran akses informasi elektronik digolongkan sebagai atribusi
yang merupakan bentuk pemberian wewenang pemerintahan oleh
pembuat undang-undang kepada organ pemerintahan. Ruang lingkup
kewenangan pemerintah dalam pembatasan akses informasi
elektronik warga negara, meliputi :
• Sebelum dilakukannya pembatasan harus ada penetapan keadaan
darurat nasional terlebih dahulu (Pasal 4 ayat 1 ICCPR)
• Pembatasan Ham harus adil dan tidak menimbulkan diskriminasi rasial
yang meliputi agama, suku, ras, jenis kelamin, warna kulit, dan
sebagainya (Pasal 4 ayat 1 ICCPR)
• Ruang lingkup informasi yang dapat dibatasi adalah informasi yang
dikecualikan dalam UU KIP (Pasal 17 UU No. 14 Tahun 2008 Tentang
KIP)
• Adanya muatan yang dilarang seperti informasi judi, hoaks, video
porno, dan sebagainya (Pasal 40 ayat 2a UU ITE)
• Tujuan utama dari pembatasan akses informasi elektronik adalah untuk
melindungi aspek kepentingan umum (Pasal 40 ayat 2 UU ITE)
13. Kebijakan pemerintah atas pembatasan akses informasi elektronik
adalah untuk melindungi masyarakat dari penyebaran berita hoaks
dan secara hukum Ham kebebasan atas akses informasi merupakan
bagian dari derogable rights yang artinya memang dapat dibatasi
(Pasal 4 ayat 2 ICCPR). Namun pembatasan tersebut juga harus tetap
sesuai prosedur peraturan yang berlaku dimana dalam kasus yang
terjadi terdapat dua hal pokok ruang lingkup yang dilanggar dalam
kebijakan pembatasan akses informasi ini yakni belum adanya
penetapan status darurat serta ada indikasi diskriminasi rasial.
2.
14. 1. Kepada Pemerintah disarankan kedepannya dalam mengeluarkan
suatu kebijakan yang menyangkut pembatasan hak asasi manusia
yang dapat dibatasi (derogable rights) agar mematuhi atau mengikuti
segala prosedur yang berlaku dalam peraturan perundang-undangan
khususnya ICCPR agar tidak terjadi lagi polemik seperti yang timbul
akibat kebijakan pembatasan akses informasi elektronik ini.
2. Saran kepada masyarakat yang merasa dirugikan akibat kebijakan
pembatasan yang dilakukan pemerintah apabila tidak sesuai prosedur
dapat melakukan pelaporan atau gugatan secara hukum melalui
peradilan tata usaha negara untuk meminta pertanggungjawaban
pemerintah atas kebijakan yang dibuat serta apabila dirasa perlu dan
memungkinkan dapat melakukan judicial review kembali ke
Mahkamah Konstitusi apabila ketentuan Pasal 40 ayat (2b) UU ITE
masih dianggap tidak sesuai dengan asas-asas hak asasi manusia.
Saran
15. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, and infographics & images by Freepik
Please keep this slide for attribution
TERIMA KASIH!