SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
www.parlemen.net
Disiapkan oleh Yayasan Sains Estetika dan Teknologi (SET) Jakarta
Jl. Danau Jempang B III No. 81 Bendungan Hilir Jakarta Pusat
Telp. 021 – 5738679 Fax. 021 – 57974104
CAPAIAN POSITIP DALAM UU KIP
ASPEK BUNYI PASAL KETERANGAN
PELEMBAGAAN /PENGAKUAN
HAK PUBLIK ATAS
INFORMASI
Pasal 4
(1) Setiap Orang berhak memperoleh Informasi Publik sesuai dengan ketentuan
Undang­Undang ini.
(2) Setiap Orang berhak:
a. melihat dan mengetahui Informasi Publik;
b. menghadiri pertemuan publik yang terbuka untuk umum untuk memperoleh
Informasi Publik;
c. mendapatkan salinan Informasi Publik melalui permohonan sesuai dengan
Undang­Undang ini; dan/atau
d. menyebarluaskan Informasi Publik sesuai dengan peraturan perundang­
undangan.
(3) Setiap Pemohon Informasi Publik berhak mengajukan permintaan Informasi
Publik disertai alasan permintaan tersebut.
(4) Setiap Pemohon Informasi Publik berhak mengajukan gugatan ke pengadilan
apabila dalam memperoleh Informasi Publik mendapat hambatan atau
kegagalan sesuai dengan ketentuan Undang­Undang ini.
Kecuali ayat (3) yang masih mensyaratkan permintaan
informasi harus disertai alasan. Ketentuan ini hanya akan
mengukuhkan birokratisasi pada badan publik.
KEWAJIBAN BADAN PUBLIK Pasal 7
(1) Badan Publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan
Informasi Publik yang berada dibawah kewenangannya kepada
Pemohon Informasi Publik, selain informasi yang dikecualikan sesuai
dengan ketentuan.
Naskah ini telah diproses oleh PSHK (Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia) dan ditampilkan
di www.parlemen.net
1
www.parlemen.net
Disiapkan oleh Yayasan Sains Estetika dan Teknologi (SET) Jakarta
Jl. Danau Jempang B III No. 81 Bendungan Hilir Jakarta Pusat
Telp. 021 – 5738679 Fax. 021 – 57974104
ASPEK BUNYI PASAL KETERANGAN
(2) Badan Publik wajib menyediakan Informasi Publik yang akurat, benar,
dan tidak menyesatkan.
(3) Untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
Badan Publik harus membangun dan mengembangkan sistem informasi
dan dokumentasi untuk mengelola Informasi Publik secara baik dan
efisien sehingga dapat diakses dengan mudah.
(4) Badan Publik wajib membuat pertimbangan secara tertulis setiap
kebijakan yang diambil untuk memenuhi hak setiap Orang atas Informasi
Publik.
(5) Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) antara lain memuat
pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau pertahanan dan
keamanan negara.
(6) Dalam rangka memenuhi kewajiban ayat (1) sampai dengan ayat (4)
Badan Publik dapat memanfaatkan sarana dan/atau media elektronik
dan nonelektronik.
KEWAJIBAN BADAN PUBLIK
TERKAIT DENGAN INFORMASI
YANG WAJIB DISEDIAKAN
DAN DIUMUMKAN SECARA
BERKALA
Pasal 9
(1) Setiap Badan Publik wajib mengumumkan Informasi Publik secara berkala.
(2) Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. informasi yang berkaitan dengan Badan Publik;
b. informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait;
c. informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau
d. informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang­undangan.
(3) Kewajiban memberikan dan menyampaikan Informasi Publik sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling sedikit 6 (enam) bulan sekali.
(4) Kewajiban menyebarluaskan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat
Naskah ini telah diproses oleh PSHK (Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia) dan ditampilkan
di www.parlemen.net
2
www.parlemen.net
Disiapkan oleh Yayasan Sains Estetika dan Teknologi (SET) Jakarta
Jl. Danau Jempang B III No. 81 Bendungan Hilir Jakarta Pusat
Telp. 021 – 5738679 Fax. 021 – 57974104
ASPEK BUNYI PASAL KETERANGAN
dan dalam bahasa yang mudah dipahami.
(5) Cara­cara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditentukan lebih lanjut oleh
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi di Badan Publik terkait.
(6) Ketentuan tentang kewajiban Badan Publik memberikan dan menyampaikan
Informasi Publik secara berkala sebagaimana dimaksud ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Petunjuk Teknis Komisi Informasi.
KEWAJIBAN BADAN PUBLIK
TERKAIT DENGAN INFORMASI
YANG WAJIB DIUMUMKAN
SECARA SERTA MERTA
Pasal 10
(1) Badan Publik wajib mengumumkan secara serta­merta suatu informasi yang dapat
mengancam hajat hidup Orang banyak dan ketertiban umum.
(2) Kewajiban menyebarluaskan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam
bahasa yang mudah dipahami.
KEWAJIBAN BADAN PUBLIK
TERKAIT DENGAN INFORMASI
YANG WAJIB TERSEDIA
SETIAP SAAT
Pasal 11
(1) Badan Publik wajib menyediakan Informasi Publik setiap saat yang meliputi:
a. daftar seluruh Informasi Publik yang berada di bawah penguasaannya,
tidak termasuk informasi yang dikecualikan;
b. hasil keputusan Badan Publik dan pertimbangannya;
c. seluruh kebijakan yang ada berikut dokumen pendukungnya;
d. rencana kerja proyek termasuk di dalamnya perkiraan pengeluaran tahunan
Badan Publik;
e. perjanjian Badan Publik dengan pihak ketiga;
f. informasi dan kebijakan yang disampaikan Pejabat Publik dalam pertemuan
yang terbuka untuk umum;
g. prosedur kerja pegawai Badan Publik yang berkaitan dengan pelayanan
masyarakat; dan/atau
Naskah ini telah diproses oleh PSHK (Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia) dan ditampilkan
di www.parlemen.net
3
www.parlemen.net
Disiapkan oleh Yayasan Sains Estetika dan Teknologi (SET) Jakarta
Jl. Danau Jempang B III No. 81 Bendungan Hilir Jakarta Pusat
Telp. 021 – 5738679 Fax. 021 – 57974104
ASPEK BUNYI PASAL KETERANGAN
h. laporan mengenai pelayanan akses Informasi Publik sebagaimana diatur
dalam Undang­Undang ini.
(2) Informasi Publik yang telah dinyatakan terbuka bagi masyarakat berdasarkan
mekanisme keberatan dan/atau penyelesaian sengketa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 48, Pasal 49, dan Pasal 50 dinyatakan sebagai
Informasi Publik yang dapat diakses oleh Pengguna Informasi Publik.
(3) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan kewajiban Badan Publik
menyediakan Informasi Publik yang dapat diakses oleh Pengguna Informasi
Publik sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan
petunjuk teknis Komisi Informasi.
KLASIFIKASI INFORMASI • Informasi Yang Harus Diumumkan secara Berkala
• Informasi Yang Harus Diumumkan Serta Merta
• Informasi Yang Harus Tersedia Setpa Saat
SANKSI­SANKI UNTUK BADAN
PUBLIK
Pasal 52
Badan Publik yang dengan sengaja tidak menyediakan, tidak memberikan, dan/atau
tidak menerbitkan Informasi Publik berupa Informasi Publik secara berkala, Informasi
Publik yang wajib diumumkan secara serta­merta, Informasi Publik yang wajib tersedia
setiap saat, dan/atau Informasi Publik yang harus diberikan atas dasar permintaan
sesuai dengan Undang­Undang ini, dan mengakibatkan kerugian bagi Orang lain
dikenakan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).
Pasal 53
Setiap Orang yang dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusak,
dan/atau menghilangkan dokumen Informasi Publik dalam bentuk media apa pun yang
dilindungi negara dan/atau yang berkaitan dengan kepentingan umum dipidana dengan
Sanksi bagi badan publik menegaskan adanya
punishment bagi badan publik yang tidak menjalankan
kewajiban­kewajibannya.
Naskah ini telah diproses oleh PSHK (Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia) dan ditampilkan
di www.parlemen.net
4
www.parlemen.net
Disiapkan oleh Yayasan Sains Estetika dan Teknologi (SET) Jakarta
Jl. Danau Jempang B III No. 81 Bendungan Hilir Jakarta Pusat
Telp. 021 – 5738679 Fax. 021 – 57974104
ASPEK BUNYI PASAL KETERANGAN
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
PELEMBAGAAN KOMISI
INFORMASI
Pasal 23
Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan Undang­Undang
ini dan peraturan pelaksanaannya menetapkan petunjuk teknis standar layanan
informasi publik dan menyelesaikan Sengketa Informasi Publik melalui Mediasi dan/atau
Ajudikasi nonlitigasi.
(Lihat pula pasal 24­27)
Pada awalnya Pemerintah menolak keberadaan Komisi
Informasi.
KI diperlukan karena dengan keberadaannya
implementasi UU KIP akan berjalan lebih optimal. Tanpa
adanya KI, dikhawatirkan badan publik tetap akan
sewenang­wenang dalam melayani permintaan informasi.
YANG PERLU DIKRITISI DARI UU KIP
ASPEK BUNYI PASAL KETERANGAN
JUDUL UNDANG UNDANG Diubah dari UU Kebebasan Memperoleh Informasi Publik menjadi UU Keterbukaan
Informasi Publik
Kata Kebebasan jauh lebih substansial dari kata
Keterbukaan. Kata Kebebasan sudah digunakan dalam
konstitusi kita, bukan term dari luar.
LINGKUP BADAN PUBLIK Pasal 1
1. Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang
fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, atau
organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber
dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan
dan belanja daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri.
Tidak dimasukkan perusahaan swasta yang menjalankan
usahanya berdasarkan kontrak kerja dengan badan
publik. Tetap dimasukkannya ornop sebagai bagian
badan publik mengingkari filosofi awal UU ini yang
berkehendak mewujudkan akuntabilitas penyelenggaraan
negara. Ornop secara langsung tidak terkait dengan
penyelenggaraan negara.
Sebaliknya, BUMN yang jelas­jelas mengemban amanat
konstitusi untuk mengatur sumber­sumber daya negara
Naskah ini telah diproses oleh PSHK (Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia) dan ditampilkan
di www.parlemen.net
5
www.parlemen.net
Disiapkan oleh Yayasan Sains Estetika dan Teknologi (SET) Jakarta
Jl. Danau Jempang B III No. 81 Bendungan Hilir Jakarta Pusat
Telp. 021 – 5738679 Fax. 021 – 57974104
demi kesejahteraan umum tidak dimasukkan secara
eksplisit dalam definisi badan publik.
MEKANISME AKSES
INFORMASI TIDAK JELAS
Pasal 22
(7) Paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya permintaan,
Badan Publik yang bersangkutan wajib menyampaikan pemberitahuan
tertulis yang berisikan :
a. informasi yang diminta berada di bawah penguasaannya ataupun tidak;
b. Badan Publik wajib memberitahukan Badan Publik yang menguasai
informasi yang diminta apabila informasi yang diminta tidak berada di
bawah penguasaannya dan Badan Publik yang menerima permintaan
mengetahui keberadaan informasi yang diminta;
c. penerimaan atau penolakan permintaan dengan alasan yang tercantum
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17;
d. dalam hal permintaan diterima seluruhnya atau sebagian dicantumkan
materi informasi yang akan diberikan;
e. dalam hal suatu dokumen mengandung materi yang dikecualikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, maka informasi yang dikecualikan
tersebut dapat dihitamkan dengan disertai alasan dan materinya;
f. alat penyampai dan format informasi yang akan diberikan; dan/atau
g. biaya serta cara pembayaran untuk memperoleh informasi yang diminta.
Ternyata hanya mengantur jangka waktu untuk men­
deklare apakah informasi dimiliki badan publik atau tidak.
Dan bukan jangka waktu untuk memberikan informasi
yang diminta publik.
INDEPENDENSI KOMISI
INFORMASI
Pasal 25
(1) Anggota Komisi Informasi Pusat berjumlah 7 (tujuh) orang yang
mencerminkan unsur pemerintah dan unsur masyarakat.
(2) Anggota Komisi Informasi provinsi dan/atau Komisi Informasi kabupaten/kota
berjumlah 5 (lima) orang yang mencerminkan unsur pemerintah dan unsur
masyarakat.
Dengan ketentuan seperti ini dikhawatirkan KI justru tidak
akan independen, tetapi dikendalikan Pemerintah.
Naskah ini telah diproses oleh PSHK (Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia) dan ditampilkan
di www.parlemen.net
6
www.parlemen.net
Disiapkan oleh Yayasan Sains Estetika dan Teknologi (SET) Jakarta
Jl. Danau Jempang B III No. 81 Bendungan Hilir Jakarta Pusat
Telp. 021 – 5738679 Fax. 021 – 57974104
Pasal 29
(1) Dukungan administratif, keuangan, dan tata kelola Komisi Informasi
dilaksanakan oleh sekretariat komisi.
(2) Sekretariat Komisi Informasi dilaksanakan oleh Pemerintah.
(3) Sekretariat Komisi Informasi Pusat dipimpin oleh sekretaris yang ditetapkan
oleh Menteri yang tugas dan wewenangnya di bidang komunikasi dan
informatika berdasarkan usulan Komisi Informasi.
Pasal 30
(3) Rekrutmen calon anggota Komisi Informasi dilaksanakan oleh Pemerintah
secara terbuka, jujur, dan objektif.
KRIMINALISASI PENGGUNAAN
INFORMASI
Pasal 51
Setiap Orang yang dengan sengaja menggunakan Informasi Publik secara melawan
hukum dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana
denda paling banyak Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).
Dengan dalih apapun sebenarnya penggunaan informasi
publik tidak dapat dikenai sanksi. Pasal 28F UUD 1945
jelas menjamin rangkaian hak setiap orang atas informasi
mulai dari mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah sampai dengan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.
Sangat mengherankan jika diterapkan sanksi bagi pihak
yang ingin mendapatkan haknya.
Merujuk pada praktek di negara lain, UU KIP seharusnya
hanya meregulasi akses informasi publik, bukan
penggunaan informasi publik. Maka tidak lazim adanya
kriminalisasi terhadap penggunaan informasi publik.
Kriminalisasi hanya lazim untuk tindakan­tindakan
menutup atau merusak akses informasi publik dan
Naskah ini telah diproses oleh PSHK (Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia) dan ditampilkan
di www.parlemen.net
7
www.parlemen.net
Disiapkan oleh Yayasan Sains Estetika dan Teknologi (SET) Jakarta
Jl. Danau Jempang B III No. 81 Bendungan Hilir Jakarta Pusat
Telp. 021 – 5738679 Fax. 021 – 57974104
tindakan membuka informasi yang dikecualikan secara
ilegal.
MASA TRANSISI YANG
KEPANJANGAN
Pasal 64
(1) Undang­Undang ini mulai berlaku 2 (dua) tahun sejak tanggal
diundangkan.
(2) Penyusunan dan penetapan Peraturan Pemerintah, petunjuk teknis,
sosialisasi, sarana dan prasarana, serta hal­hal lainnya yang terkait
dengan persiapan pelaksanaan Undang­Undang ini harus rampung paling
lambat 2 (dua) tahun sejak Undang­Undang ini diundangkan.
Dengan tidak diberlakukan secara langsung,
implementasi UU KIP akan berjalan lambat. Pemerintah
bisa saja mengulur­ulur waktu untuk mempersiapkan
sarana dan prasarana dengan dalih bahwa UU KIP baru
diberlakukan 2 tahun mendatang.
Naskah ini telah diproses oleh PSHK (Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia) dan ditampilkan
di www.parlemen.net
8

More Related Content

Similar to Capaian Positif dalam UU KIP.pdf

UU Nomor 14 Tahun 2008.pdf
UU Nomor 14 Tahun 2008.pdfUU Nomor 14 Tahun 2008.pdf
UU Nomor 14 Tahun 2008.pdf
andrerizaldy1
 
Uu 2008 nomor 14 keterbukaan informasi publik
Uu 2008 nomor 14 keterbukaan informasi publikUu 2008 nomor 14 keterbukaan informasi publik
Uu 2008 nomor 14 keterbukaan informasi publik
Mystic333
 
Uu.ketrbukaan informasi
Uu.ketrbukaan informasiUu.ketrbukaan informasi
Uu.ketrbukaan informasi
Heriyanto Amd
 
Undang Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
Undang Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi PublikUndang Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
Undang Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
Oswar Mungkasa
 
Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...
Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...
Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...
infomagetan
 
Uu no-14-tahun-2008 ttg kip
Uu no-14-tahun-2008 ttg kipUu no-14-tahun-2008 ttg kip
Uu no-14-tahun-2008 ttg kip
Mitha Rusady
 
ppid.kebumenkab.go.id.100919-materi-paparan-disarsippus.pptx
ppid.kebumenkab.go.id.100919-materi-paparan-disarsippus.pptxppid.kebumenkab.go.id.100919-materi-paparan-disarsippus.pptx
ppid.kebumenkab.go.id.100919-materi-paparan-disarsippus.pptx
Alexandermochammad
 

Similar to Capaian Positif dalam UU KIP.pdf (20)

UU Nomor 14 Tahun 2008.pdf
UU Nomor 14 Tahun 2008.pdfUU Nomor 14 Tahun 2008.pdf
UU Nomor 14 Tahun 2008.pdf
 
Uu no 14_tahun_2008
Uu no 14_tahun_2008Uu no 14_tahun_2008
Uu no 14_tahun_2008
 
Uu no 14_tahun_2008_tentang_kip
Uu no 14_tahun_2008_tentang_kipUu no 14_tahun_2008_tentang_kip
Uu no 14_tahun_2008_tentang_kip
 
Uu 2008 nomor 14 keterbukaan informasi publik
Uu 2008 nomor 14 keterbukaan informasi publikUu 2008 nomor 14 keterbukaan informasi publik
Uu 2008 nomor 14 keterbukaan informasi publik
 
Presentasi uu kip
Presentasi uu kipPresentasi uu kip
Presentasi uu kip
 
Sistem hukum
Sistem hukumSistem hukum
Sistem hukum
 
UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi PublikUU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
UU No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
 
Uu.ketrbukaan informasi
Uu.ketrbukaan informasiUu.ketrbukaan informasi
Uu.ketrbukaan informasi
 
Undang Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
Undang Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi PublikUndang Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
Undang Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
 
Uu 2008 14..
Uu 2008 14..Uu 2008 14..
Uu 2008 14..
 
Uu 14 tahun 2008
  Uu 14 tahun 2008  Uu 14 tahun 2008
Uu 14 tahun 2008
 
Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...
Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...
Materi sosialisasi Komisi Informasi tentang "Keterbukaan Informasi Publik" di...
 
Uu no-14-tahun-2008 ttg kip
Uu no-14-tahun-2008 ttg kipUu no-14-tahun-2008 ttg kip
Uu no-14-tahun-2008 ttg kip
 
Kia tupoksi dan evaluasi 2013
Kia tupoksi dan evaluasi 2013Kia tupoksi dan evaluasi 2013
Kia tupoksi dan evaluasi 2013
 
Hak memperoleh informasi
Hak memperoleh informasiHak memperoleh informasi
Hak memperoleh informasi
 
Hak memperoleh informasi
Hak memperoleh informasiHak memperoleh informasi
Hak memperoleh informasi
 
Per kip 1-final-2021-bn-741-tbn37-3-final
Per kip 1-final-2021-bn-741-tbn37-3-finalPer kip 1-final-2021-bn-741-tbn37-3-final
Per kip 1-final-2021-bn-741-tbn37-3-final
 
Keterbukaan Informasi Publik
Keterbukaan Informasi PublikKeterbukaan Informasi Publik
Keterbukaan Informasi Publik
 
ppid.kebumenkab.go.id.100919-materi-paparan-disarsippus.pptx
ppid.kebumenkab.go.id.100919-materi-paparan-disarsippus.pptxppid.kebumenkab.go.id.100919-materi-paparan-disarsippus.pptx
ppid.kebumenkab.go.id.100919-materi-paparan-disarsippus.pptx
 
UU Keterbukaan Informasi Publik
UU Keterbukaan Informasi PublikUU Keterbukaan Informasi Publik
UU Keterbukaan Informasi Publik
 

More from pikipardede1

Slide-AKT-301-07-02-2017-konsep-pelayanan-publik (3).ppt
Slide-AKT-301-07-02-2017-konsep-pelayanan-publik (3).pptSlide-AKT-301-07-02-2017-konsep-pelayanan-publik (3).ppt
Slide-AKT-301-07-02-2017-konsep-pelayanan-publik (3).ppt
pikipardede1
 
konsepnegarahukumdannegarahukumdiindonesia
konsepnegarahukumdannegarahukumdiindonesiakonsepnegarahukumdannegarahukumdiindonesia
konsepnegarahukumdannegarahukumdiindonesia
pikipardede1
 
Negara hukum rule of law.ppt
Negara hukum rule of law.pptNegara hukum rule of law.ppt
Negara hukum rule of law.ppt
pikipardede1
 
Materi_Pembimbing_Evaluasi_Manajemen_Risiko_Smart_City_2020.pptx
Materi_Pembimbing_Evaluasi_Manajemen_Risiko_Smart_City_2020.pptxMateri_Pembimbing_Evaluasi_Manajemen_Risiko_Smart_City_2020.pptx
Materi_Pembimbing_Evaluasi_Manajemen_Risiko_Smart_City_2020.pptx
pikipardede1
 
sap-reformasi administrasi publik.pdf
sap-reformasi administrasi publik.pdfsap-reformasi administrasi publik.pdf
sap-reformasi administrasi publik.pdf
pikipardede1
 
Partisipasi Ormas Kepemudaan Untuk Pemilu 2024-1.pptx
Partisipasi Ormas Kepemudaan Untuk Pemilu 2024-1.pptxPartisipasi Ormas Kepemudaan Untuk Pemilu 2024-1.pptx
Partisipasi Ormas Kepemudaan Untuk Pemilu 2024-1.pptx
pikipardede1
 
3.-Pengembangan-Smart-City-Kaltara-v3.1.pdf
3.-Pengembangan-Smart-City-Kaltara-v3.1.pdf3.-Pengembangan-Smart-City-Kaltara-v3.1.pdf
3.-Pengembangan-Smart-City-Kaltara-v3.1.pdf
pikipardede1
 

More from pikipardede1 (20)

Slide-AKT-301-07-02-2017-konsep-pelayanan-publik (3).ppt
Slide-AKT-301-07-02-2017-konsep-pelayanan-publik (3).pptSlide-AKT-301-07-02-2017-konsep-pelayanan-publik (3).ppt
Slide-AKT-301-07-02-2017-konsep-pelayanan-publik (3).ppt
 
konsepnegarahukumdannegarahukumdiindonesia
konsepnegarahukumdannegarahukumdiindonesiakonsepnegarahukumdannegarahukumdiindonesia
konsepnegarahukumdannegarahukumdiindonesia
 
Negara hukum rule of law.ppt
Negara hukum rule of law.pptNegara hukum rule of law.ppt
Negara hukum rule of law.ppt
 
Slide-PSY203-PSY203-Slide-1.pdf
Slide-PSY203-PSY203-Slide-1.pdfSlide-PSY203-PSY203-Slide-1.pdf
Slide-PSY203-PSY203-Slide-1.pdf
 
Materi_Pembimbing_Evaluasi_Manajemen_Risiko_Smart_City_2020.pptx
Materi_Pembimbing_Evaluasi_Manajemen_Risiko_Smart_City_2020.pptxMateri_Pembimbing_Evaluasi_Manajemen_Risiko_Smart_City_2020.pptx
Materi_Pembimbing_Evaluasi_Manajemen_Risiko_Smart_City_2020.pptx
 
IET Smart Cities - 2022 - Gurick.pdf
IET Smart Cities - 2022 - Gurick.pdfIET Smart Cities - 2022 - Gurick.pdf
IET Smart Cities - 2022 - Gurick.pdf
 
sap-reformasi administrasi publik.pdf
sap-reformasi administrasi publik.pdfsap-reformasi administrasi publik.pdf
sap-reformasi administrasi publik.pdf
 
e-democracy-190102034428.pdf
e-democracy-190102034428.pdfe-democracy-190102034428.pdf
e-democracy-190102034428.pdf
 
METODE-EVALUASIdasar2PM-10.ppt
METODE-EVALUASIdasar2PM-10.pptMETODE-EVALUASIdasar2PM-10.ppt
METODE-EVALUASIdasar2PM-10.ppt
 
Partisipasi Ormas Kepemudaan Untuk Pemilu 2024-1.pptx
Partisipasi Ormas Kepemudaan Untuk Pemilu 2024-1.pptxPartisipasi Ormas Kepemudaan Untuk Pemilu 2024-1.pptx
Partisipasi Ormas Kepemudaan Untuk Pemilu 2024-1.pptx
 
Pertemuan Ke-7 (Birokrasi).pptx
Pertemuan Ke-7 (Birokrasi).pptxPertemuan Ke-7 (Birokrasi).pptx
Pertemuan Ke-7 (Birokrasi).pptx
 
2 PPT_Pembangunan Politik 1_4 2021.ppt
2 PPT_Pembangunan Politik  1_4  2021.ppt2 PPT_Pembangunan Politik  1_4  2021.ppt
2 PPT_Pembangunan Politik 1_4 2021.ppt
 
reformasiadministrasipublik-140412035003-phpapp02.pptx
reformasiadministrasipublik-140412035003-phpapp02.pptxreformasiadministrasipublik-140412035003-phpapp02.pptx
reformasiadministrasipublik-140412035003-phpapp02.pptx
 
3124663.ppt
3124663.ppt3124663.ppt
3124663.ppt
 
6 PPT_Pembangunan Politik PPKn_ 2021.ppt
6 PPT_Pembangunan Politik  PPKn_ 2021.ppt6 PPT_Pembangunan Politik  PPKn_ 2021.ppt
6 PPT_Pembangunan Politik PPKn_ 2021.ppt
 
46Nama Organisasi Perempuan Provsu.pdf
46Nama Organisasi Perempuan Provsu.pdf46Nama Organisasi Perempuan Provsu.pdf
46Nama Organisasi Perempuan Provsu.pdf
 
How to Influence People.pdf
How to Influence People.pdfHow to Influence People.pdf
How to Influence People.pdf
 
Transisi_ke_Demokratisasi_dan_Suksesi.pptx
Transisi_ke_Demokratisasi_dan_Suksesi.pptxTransisi_ke_Demokratisasi_dan_Suksesi.pptx
Transisi_ke_Demokratisasi_dan_Suksesi.pptx
 
3.-Pengembangan-Smart-City-Kaltara-v3.1.pdf
3.-Pengembangan-Smart-City-Kaltara-v3.1.pdf3.-Pengembangan-Smart-City-Kaltara-v3.1.pdf
3.-Pengembangan-Smart-City-Kaltara-v3.1.pdf
 
1 PPT_Pembangunan Politik 1_4 2021.ppt
1 PPT_Pembangunan Politik  1_4  2021.ppt1 PPT_Pembangunan Politik  1_4  2021.ppt
1 PPT_Pembangunan Politik 1_4 2021.ppt
 

Capaian Positif dalam UU KIP.pdf

  • 1. www.parlemen.net Disiapkan oleh Yayasan Sains Estetika dan Teknologi (SET) Jakarta Jl. Danau Jempang B III No. 81 Bendungan Hilir Jakarta Pusat Telp. 021 – 5738679 Fax. 021 – 57974104 CAPAIAN POSITIP DALAM UU KIP ASPEK BUNYI PASAL KETERANGAN PELEMBAGAAN /PENGAKUAN HAK PUBLIK ATAS INFORMASI Pasal 4 (1) Setiap Orang berhak memperoleh Informasi Publik sesuai dengan ketentuan Undang­Undang ini. (2) Setiap Orang berhak: a. melihat dan mengetahui Informasi Publik; b. menghadiri pertemuan publik yang terbuka untuk umum untuk memperoleh Informasi Publik; c. mendapatkan salinan Informasi Publik melalui permohonan sesuai dengan Undang­Undang ini; dan/atau d. menyebarluaskan Informasi Publik sesuai dengan peraturan perundang­ undangan. (3) Setiap Pemohon Informasi Publik berhak mengajukan permintaan Informasi Publik disertai alasan permintaan tersebut. (4) Setiap Pemohon Informasi Publik berhak mengajukan gugatan ke pengadilan apabila dalam memperoleh Informasi Publik mendapat hambatan atau kegagalan sesuai dengan ketentuan Undang­Undang ini. Kecuali ayat (3) yang masih mensyaratkan permintaan informasi harus disertai alasan. Ketentuan ini hanya akan mengukuhkan birokratisasi pada badan publik. KEWAJIBAN BADAN PUBLIK Pasal 7 (1) Badan Publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan Informasi Publik yang berada dibawah kewenangannya kepada Pemohon Informasi Publik, selain informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan. Naskah ini telah diproses oleh PSHK (Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia) dan ditampilkan di www.parlemen.net 1
  • 2. www.parlemen.net Disiapkan oleh Yayasan Sains Estetika dan Teknologi (SET) Jakarta Jl. Danau Jempang B III No. 81 Bendungan Hilir Jakarta Pusat Telp. 021 – 5738679 Fax. 021 – 57974104 ASPEK BUNYI PASAL KETERANGAN (2) Badan Publik wajib menyediakan Informasi Publik yang akurat, benar, dan tidak menyesatkan. (3) Untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan Publik harus membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola Informasi Publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan mudah. (4) Badan Publik wajib membuat pertimbangan secara tertulis setiap kebijakan yang diambil untuk memenuhi hak setiap Orang atas Informasi Publik. (5) Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) antara lain memuat pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau pertahanan dan keamanan negara. (6) Dalam rangka memenuhi kewajiban ayat (1) sampai dengan ayat (4) Badan Publik dapat memanfaatkan sarana dan/atau media elektronik dan nonelektronik. KEWAJIBAN BADAN PUBLIK TERKAIT DENGAN INFORMASI YANG WAJIB DISEDIAKAN DAN DIUMUMKAN SECARA BERKALA Pasal 9 (1) Setiap Badan Publik wajib mengumumkan Informasi Publik secara berkala. (2) Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. informasi yang berkaitan dengan Badan Publik; b. informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait; c. informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau d. informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang­undangan. (3) Kewajiban memberikan dan menyampaikan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling sedikit 6 (enam) bulan sekali. (4) Kewajiban menyebarluaskan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat Naskah ini telah diproses oleh PSHK (Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia) dan ditampilkan di www.parlemen.net 2
  • 3. www.parlemen.net Disiapkan oleh Yayasan Sains Estetika dan Teknologi (SET) Jakarta Jl. Danau Jempang B III No. 81 Bendungan Hilir Jakarta Pusat Telp. 021 – 5738679 Fax. 021 – 57974104 ASPEK BUNYI PASAL KETERANGAN dan dalam bahasa yang mudah dipahami. (5) Cara­cara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditentukan lebih lanjut oleh Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi di Badan Publik terkait. (6) Ketentuan tentang kewajiban Badan Publik memberikan dan menyampaikan Informasi Publik secara berkala sebagaimana dimaksud ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Petunjuk Teknis Komisi Informasi. KEWAJIBAN BADAN PUBLIK TERKAIT DENGAN INFORMASI YANG WAJIB DIUMUMKAN SECARA SERTA MERTA Pasal 10 (1) Badan Publik wajib mengumumkan secara serta­merta suatu informasi yang dapat mengancam hajat hidup Orang banyak dan ketertiban umum. (2) Kewajiban menyebarluaskan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah dipahami. KEWAJIBAN BADAN PUBLIK TERKAIT DENGAN INFORMASI YANG WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT Pasal 11 (1) Badan Publik wajib menyediakan Informasi Publik setiap saat yang meliputi: a. daftar seluruh Informasi Publik yang berada di bawah penguasaannya, tidak termasuk informasi yang dikecualikan; b. hasil keputusan Badan Publik dan pertimbangannya; c. seluruh kebijakan yang ada berikut dokumen pendukungnya; d. rencana kerja proyek termasuk di dalamnya perkiraan pengeluaran tahunan Badan Publik; e. perjanjian Badan Publik dengan pihak ketiga; f. informasi dan kebijakan yang disampaikan Pejabat Publik dalam pertemuan yang terbuka untuk umum; g. prosedur kerja pegawai Badan Publik yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat; dan/atau Naskah ini telah diproses oleh PSHK (Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia) dan ditampilkan di www.parlemen.net 3
  • 4. www.parlemen.net Disiapkan oleh Yayasan Sains Estetika dan Teknologi (SET) Jakarta Jl. Danau Jempang B III No. 81 Bendungan Hilir Jakarta Pusat Telp. 021 – 5738679 Fax. 021 – 57974104 ASPEK BUNYI PASAL KETERANGAN h. laporan mengenai pelayanan akses Informasi Publik sebagaimana diatur dalam Undang­Undang ini. (2) Informasi Publik yang telah dinyatakan terbuka bagi masyarakat berdasarkan mekanisme keberatan dan/atau penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48, Pasal 49, dan Pasal 50 dinyatakan sebagai Informasi Publik yang dapat diakses oleh Pengguna Informasi Publik. (3) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan kewajiban Badan Publik menyediakan Informasi Publik yang dapat diakses oleh Pengguna Informasi Publik sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan petunjuk teknis Komisi Informasi. KLASIFIKASI INFORMASI • Informasi Yang Harus Diumumkan secara Berkala • Informasi Yang Harus Diumumkan Serta Merta • Informasi Yang Harus Tersedia Setpa Saat SANKSI­SANKI UNTUK BADAN PUBLIK Pasal 52 Badan Publik yang dengan sengaja tidak menyediakan, tidak memberikan, dan/atau tidak menerbitkan Informasi Publik berupa Informasi Publik secara berkala, Informasi Publik yang wajib diumumkan secara serta­merta, Informasi Publik yang wajib tersedia setiap saat, dan/atau Informasi Publik yang harus diberikan atas dasar permintaan sesuai dengan Undang­Undang ini, dan mengakibatkan kerugian bagi Orang lain dikenakan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah). Pasal 53 Setiap Orang yang dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusak, dan/atau menghilangkan dokumen Informasi Publik dalam bentuk media apa pun yang dilindungi negara dan/atau yang berkaitan dengan kepentingan umum dipidana dengan Sanksi bagi badan publik menegaskan adanya punishment bagi badan publik yang tidak menjalankan kewajiban­kewajibannya. Naskah ini telah diproses oleh PSHK (Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia) dan ditampilkan di www.parlemen.net 4
  • 5. www.parlemen.net Disiapkan oleh Yayasan Sains Estetika dan Teknologi (SET) Jakarta Jl. Danau Jempang B III No. 81 Bendungan Hilir Jakarta Pusat Telp. 021 – 5738679 Fax. 021 – 57974104 ASPEK BUNYI PASAL KETERANGAN pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). PELEMBAGAAN KOMISI INFORMASI Pasal 23 Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan Undang­Undang ini dan peraturan pelaksanaannya menetapkan petunjuk teknis standar layanan informasi publik dan menyelesaikan Sengketa Informasi Publik melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi nonlitigasi. (Lihat pula pasal 24­27) Pada awalnya Pemerintah menolak keberadaan Komisi Informasi. KI diperlukan karena dengan keberadaannya implementasi UU KIP akan berjalan lebih optimal. Tanpa adanya KI, dikhawatirkan badan publik tetap akan sewenang­wenang dalam melayani permintaan informasi. YANG PERLU DIKRITISI DARI UU KIP ASPEK BUNYI PASAL KETERANGAN JUDUL UNDANG UNDANG Diubah dari UU Kebebasan Memperoleh Informasi Publik menjadi UU Keterbukaan Informasi Publik Kata Kebebasan jauh lebih substansial dari kata Keterbukaan. Kata Kebebasan sudah digunakan dalam konstitusi kita, bukan term dari luar. LINGKUP BADAN PUBLIK Pasal 1 1. Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, atau organisasi nonpemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah, sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri. Tidak dimasukkan perusahaan swasta yang menjalankan usahanya berdasarkan kontrak kerja dengan badan publik. Tetap dimasukkannya ornop sebagai bagian badan publik mengingkari filosofi awal UU ini yang berkehendak mewujudkan akuntabilitas penyelenggaraan negara. Ornop secara langsung tidak terkait dengan penyelenggaraan negara. Sebaliknya, BUMN yang jelas­jelas mengemban amanat konstitusi untuk mengatur sumber­sumber daya negara Naskah ini telah diproses oleh PSHK (Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia) dan ditampilkan di www.parlemen.net 5
  • 6. www.parlemen.net Disiapkan oleh Yayasan Sains Estetika dan Teknologi (SET) Jakarta Jl. Danau Jempang B III No. 81 Bendungan Hilir Jakarta Pusat Telp. 021 – 5738679 Fax. 021 – 57974104 demi kesejahteraan umum tidak dimasukkan secara eksplisit dalam definisi badan publik. MEKANISME AKSES INFORMASI TIDAK JELAS Pasal 22 (7) Paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya permintaan, Badan Publik yang bersangkutan wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis yang berisikan : a. informasi yang diminta berada di bawah penguasaannya ataupun tidak; b. Badan Publik wajib memberitahukan Badan Publik yang menguasai informasi yang diminta apabila informasi yang diminta tidak berada di bawah penguasaannya dan Badan Publik yang menerima permintaan mengetahui keberadaan informasi yang diminta; c. penerimaan atau penolakan permintaan dengan alasan yang tercantum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17; d. dalam hal permintaan diterima seluruhnya atau sebagian dicantumkan materi informasi yang akan diberikan; e. dalam hal suatu dokumen mengandung materi yang dikecualikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, maka informasi yang dikecualikan tersebut dapat dihitamkan dengan disertai alasan dan materinya; f. alat penyampai dan format informasi yang akan diberikan; dan/atau g. biaya serta cara pembayaran untuk memperoleh informasi yang diminta. Ternyata hanya mengantur jangka waktu untuk men­ deklare apakah informasi dimiliki badan publik atau tidak. Dan bukan jangka waktu untuk memberikan informasi yang diminta publik. INDEPENDENSI KOMISI INFORMASI Pasal 25 (1) Anggota Komisi Informasi Pusat berjumlah 7 (tujuh) orang yang mencerminkan unsur pemerintah dan unsur masyarakat. (2) Anggota Komisi Informasi provinsi dan/atau Komisi Informasi kabupaten/kota berjumlah 5 (lima) orang yang mencerminkan unsur pemerintah dan unsur masyarakat. Dengan ketentuan seperti ini dikhawatirkan KI justru tidak akan independen, tetapi dikendalikan Pemerintah. Naskah ini telah diproses oleh PSHK (Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia) dan ditampilkan di www.parlemen.net 6
  • 7. www.parlemen.net Disiapkan oleh Yayasan Sains Estetika dan Teknologi (SET) Jakarta Jl. Danau Jempang B III No. 81 Bendungan Hilir Jakarta Pusat Telp. 021 – 5738679 Fax. 021 – 57974104 Pasal 29 (1) Dukungan administratif, keuangan, dan tata kelola Komisi Informasi dilaksanakan oleh sekretariat komisi. (2) Sekretariat Komisi Informasi dilaksanakan oleh Pemerintah. (3) Sekretariat Komisi Informasi Pusat dipimpin oleh sekretaris yang ditetapkan oleh Menteri yang tugas dan wewenangnya di bidang komunikasi dan informatika berdasarkan usulan Komisi Informasi. Pasal 30 (3) Rekrutmen calon anggota Komisi Informasi dilaksanakan oleh Pemerintah secara terbuka, jujur, dan objektif. KRIMINALISASI PENGGUNAAN INFORMASI Pasal 51 Setiap Orang yang dengan sengaja menggunakan Informasi Publik secara melawan hukum dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah). Dengan dalih apapun sebenarnya penggunaan informasi publik tidak dapat dikenai sanksi. Pasal 28F UUD 1945 jelas menjamin rangkaian hak setiap orang atas informasi mulai dari mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah sampai dengan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Sangat mengherankan jika diterapkan sanksi bagi pihak yang ingin mendapatkan haknya. Merujuk pada praktek di negara lain, UU KIP seharusnya hanya meregulasi akses informasi publik, bukan penggunaan informasi publik. Maka tidak lazim adanya kriminalisasi terhadap penggunaan informasi publik. Kriminalisasi hanya lazim untuk tindakan­tindakan menutup atau merusak akses informasi publik dan Naskah ini telah diproses oleh PSHK (Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia) dan ditampilkan di www.parlemen.net 7
  • 8. www.parlemen.net Disiapkan oleh Yayasan Sains Estetika dan Teknologi (SET) Jakarta Jl. Danau Jempang B III No. 81 Bendungan Hilir Jakarta Pusat Telp. 021 – 5738679 Fax. 021 – 57974104 tindakan membuka informasi yang dikecualikan secara ilegal. MASA TRANSISI YANG KEPANJANGAN Pasal 64 (1) Undang­Undang ini mulai berlaku 2 (dua) tahun sejak tanggal diundangkan. (2) Penyusunan dan penetapan Peraturan Pemerintah, petunjuk teknis, sosialisasi, sarana dan prasarana, serta hal­hal lainnya yang terkait dengan persiapan pelaksanaan Undang­Undang ini harus rampung paling lambat 2 (dua) tahun sejak Undang­Undang ini diundangkan. Dengan tidak diberlakukan secara langsung, implementasi UU KIP akan berjalan lambat. Pemerintah bisa saja mengulur­ulur waktu untuk mempersiapkan sarana dan prasarana dengan dalih bahwa UU KIP baru diberlakukan 2 tahun mendatang. Naskah ini telah diproses oleh PSHK (Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia) dan ditampilkan di www.parlemen.net 8