SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
Download to read offline
4/3/2014

Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Popularitas dan Kapabilitas

Popularitas dan Kapabilitas
March 4th, 2014 by solihan

Bulan Maret 2014 ini adalah bulan yang mendebarkan bagi sekitar 1,6 juta orang yang menjadi
calon anggota legislatif (caleg) Pusat maupun Daerah. Pada bulan ini kesibukan mereka pasti
makin meningkat. Apalagi menjelang hari pencoblosan 9 April nanti. Inilah waktu tersisa yang
mereka punyai sebelum Hari-H. Mereka harus memastikan wajahnya betul-betul dikenal oleh
publik di Daerah Pemilihan (Dapil)-nya. Apa boleh buat, ini pemilihan wakil rakyat yang
kontestasinya memang ditentukan oleh tingkat popularitas. Anda mungkin saja punya segudang
kemampuan, tetapi kalau tidak populer, jangan harap bisa sukses dalam pertarungan.
Sebaliknya, meski kemampuannya pas-pasan, jika populer, mungkin Anda dengan mudah
melenggang ke gedung parlemen.
Idealnya memang orang yang kapabel juga populer, atau figur yang populer juga memiliki
kemampuan. Namun, ketika dua syarat itu tidak bisa dipenuhi sekaligus, yang terpenting
tetaplah popularitas. Karena itu bisa dimengerti bila kemudian banyak partai memajukan para
pesohor (selebritis) dari kalangan artis sebagai caleg karena mereka sudah lebih dulu populer.
Tak penting bagaimana mereka jika dulunya, misalnya, adalah pesohor yang gemar
mengumbar aurat. Berhubung mau jadi caleg, pakaiannya diubah jadi agak sedikit sopan, dan
yang jadi caleg partai Islam, sekarang memakai kerudung.
Bila popularitas sudah dipunyai, bagaimana dengan kapabilitas? Itulah yang jadi soal.
Pernah sekali waktu seorang caleg pesohor perempuan diundang untuk sebuah acara talkshow di sebuah tivi swasta nasional. Namun, alih-alih mengundang simpati dan dukungan,
acara itu justru betul-betul menjadi pertunjukan kebodohan. Dalam acara yang tampak sengaja
dirancang untuk mengungkap isi kepala para caleg pesohor, apa mau dikata, ketika ditanya
apa visi dan misi partainya, sang pesohor itu menjawab berputar-putar tidak jelas. Merasa
menjadi pecundang, partai tempat ia menjadi caleg bergegas menyampaikan pembelaan,
tetapi dengan sebuah pembelaan yang juga cukup konyol. Katanya, kecerdasan orang tidak
bisa diukur dari cara ia menjawab. Lah, kalau bukan dari cara menjawab, lantas diukur dari
apa?
++++
Begitulah, popularitas—atau kerennya sering disebut elektabilitas—saat ini seolah menjadi
perkara yang amat menentukan karena dipercaya ampuh penambah kursi partai. Maka dari itu,
aneka cara ditempuh para caleg untuk meningkatkan popularitas. Yang paling lazim adalah
dengan memasang foto diri besar-besar disertai slogan-slogan penarik hati di berbagai tempat
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/04/popularitas-dan-kapabilitas/

1/3
4/3/2014

Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Popularitas dan Kapabilitas

di Dapilnya. Juga dengan menyelenggarakan aneka kegiatan dan memberikan ragam
sumbangan. Ada yang mengadakan kursus-kursus keterampilan. Ada yang blusukan kesana
kemari, sambil menebar bibit tanaman atau ikan.
Bencana alam juga tak luput dari perhatian. Dengan berusaha tetap terlihat tulus, para caleg itu
pun bergegas membantu rakyat yang tengah terkena musibah. Tak segan mereka menembus
banjir, berbasah-basahan dalam hujan, hadir di tengah para pengungsi untuk menyampaikan
sumbangan atau turut serta membersihkan mushalla atau tempat ibadah dan fasilitas umum
lainnya. Katanya, semua itu dilakukan sebagai bentuk kepeduliannya kepada rakyat dan untuk
lebih mendekatkan diri dengan konstituen. Namun intinya, ya itu tadi, untuk meningkatkan
popularitas. Tak penting, apakah usaha itu relevan dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi)
nanti ketika menjadi anggota legislatif (aleg) atau tidak. Apa hubungan antara penyelenggaraan
kursus-kursus keterampilan, penanaman bibit tanaman atau bibit ikan dengan tugas di bidang
legislasi, budgeting dan check and balances? Peduli rakyat?
Kalau betul para anggota legislatif itu peduli rakyat, mengapa ketika dulu BBM naik, mereka
diam saja, malah mendukung? Mengapa pula dari tangan mereka lahir peraturan perundangan
seperti UU Migas, UU Perdagangan, UU Penanaman Modal, UU Kelistrikan dan lainnya yang
merugikan rakyat dan negara ini?
Sebagian partai Islam mengklaim dirinya sebagai pembawa aspirasi umat. Namun, dimana
suaranya ketika umat dizalimi oleh aparat di berbagai tempat? Dimana juga suaranya ketika
umat semakin terjepit secara ekonomi akibat peraturan perundangan seperti UU SJSN dan
UU BPJS, dan kebijakan Pemerintah yang semena-mena memalak rakyat? Dimana juga
dukungan mereka untuk seruan penegakan syariah dan khilafah? Bukankah itu adalah seruan
yang haq? Koq tidak terdengar respon positif mereka? Sebagian dari mereka malah seperti
menghindar dari seruan ini. Mungkin mereka khawatir bakal dicap fundamentalis atau radikal
sehingga dijauhi oleh pemilih abangan atau non-Muslim.
Jadi jelas sekali, semua usaha tadi hanyalah untuk mengejar popularitas. Apapun boleh
dilakukan, termasuk menabrak prinsip-prinsip agama. Lihatlah, untuk mengejar popularitas,
ada partai yang mengaku berbasis massa Islam dengan mantap mengucapkan Selamat
Natal bahkan menyelenggarakan Perayaan Natal Bersama. Juga ketika Hari Raya Imlek,
mereka ramai-ramai mengucapkan selamat dengan ungkapan khas Imlek. Padahal sudah
banyak kalangan penganut Konghucu sendiri yang mengkritik ucapan itu sebagai ucapan yang
sangat meterialistis khas komunitas Cina Hongkong. Fatwa MUI yang melarang menghadiri
Perayaan Natal Bersama diabaikan begitu saja. Semua dibuang demi popularitas.
++++
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan popularitas, namun mestinya harus diimbangi
dengan kapabilitas. Sebagai wakil rakyat, tupoksi mereka sesungguhnya ada di level kebijakan
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/04/popularitas-dan-kapabilitas/

2/3
4/3/2014

Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Popularitas dan Kapabilitas

makro, bukan pada pelaksanaan mikro. Untuk masalah pertanian misalnya, tupoksi mereka
terkait kebijakan soal pertanian, bukan soal bagaimana cara bercocok tanam. Yang paling
penting adalah dalam konteks apa tupoksi wakil rakyat itu dilakukan. Bagi seorang Muslim,
mestinya tupoksi itu dalam konteks Islam dan terkait dengan Islam.
Dalam Islam, pemilihan wakil rakyat pada dasarnya termasuk
bentukwakalah (perwakilan). Wakalah hukum asalnya mubah (boleh). Dalam wakalah ada 3
unsur penting. Pertama: adanya dua pihak yang berakad yaitu pihak yang mewakilkan
(muwakkil) dan pihak yang mewakili (wakîl).Kedua: perkara yang diwakilkan atau amal yang
akan dilakukan oleh wakil mewakili muwakkil. Ketiga: bentuk redaksi akad perwakilannya
(shighat tawkîl).
Dari 3 unsur tadi, yang bakal menentukan apakah wakalah itu Islami atau tidak adalah amal
atau aktivitas yang diwakilkan oleh rakyat kepada wakil rakyat yang dipilih. Harus diingat
bahwa setiap Muslim wajib taat dan terikat dengan syariah Islam, baik dalam kehidupan
pribadi, keluarga, maupun dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ini adalah
konsekuensi dari keimanan kepada Allah SWT. Tidak boleh seorang Muslim mengharamkan
yang telah Allah halalkan atau menghalalkan apa yang telah Allah haramkan. Karena itu,
memilih orang dan memberi dia hak untuk menetapkan hukum dan peraturan perundangundangan yang tidak bersumber dari al-Kitab dan as-Sunnah tak ubahnya seperti menjadikan
orang itu sebagai tuhan selain Allah SWT. Itu jelas merupakan dosa besar. Wakalah seperti itu
adalah wakalah yang batil karena bertentangan dengan akidah Islam.
Jadi, apa guna popularitas dan kapabilitas jabatan wakil rakyat jika semua itu justru nantinya
bakal menjerumuskan kepada dosa dan kehinaan hidup di Akhirat kelak? Sayang sekali,
kebahagiaan yang kekal abadi nanti dikorbankan hanya untuk kesenangan yang sementara
kini. [M. Ismail Yusanto]

Baca juga :
1.
2.
3.
4.
5.

Modali Calegnya Rp 5-10 M, NasDem Dinilai Kejar Popularitas di Daerah
Popularitas Mentok, Mega Sebaiknya Digantikan Prabowo
Ekonomi dan Guantanamo Menjatuhkan Popularitas Obama
Meningkatnya Popularitas Hizbut Tahrir Hantui Pemerintah Kirgistan dan Institusinya
Demokrat: Caleg Minimal Butuh Rp 100 Juta

http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/04/popularitas-dan-kapabilitas/

3/3

More Related Content

Similar to Popularitas dan kapabilitas

Peran partai politik dalam negara khilafah
Peran partai politik dalam negara khilafahPeran partai politik dalam negara khilafah
Peran partai politik dalam negara khilafah
FlamencoRizky
 
Agama dan Sekularisme - Burhanuddin Muhtadi
Agama dan Sekularisme - Burhanuddin MuhtadiAgama dan Sekularisme - Burhanuddin Muhtadi
Agama dan Sekularisme - Burhanuddin Muhtadi
DonPasti
 
2014 tetap optimis dan sabar
2014  tetap optimis dan sabar2014  tetap optimis dan sabar
2014 tetap optimis dan sabar
Rizky Faisal
 
Perubahan hakiki bukan dari pemilu
Perubahan hakiki bukan dari pemiluPerubahan hakiki bukan dari pemilu
Perubahan hakiki bukan dari pemilu
Rizky Faisal
 
Relevankah partai islam
Relevankah partai islamRelevankah partai islam
Relevankah partai islam
Joko arizal
 
Krisis nilai nilai kebangsaan dan keberagamaan
Krisis nilai nilai kebangsaan dan keberagamaanKrisis nilai nilai kebangsaan dan keberagamaan
Krisis nilai nilai kebangsaan dan keberagamaan
Operator Warnet Vast Raha
 
Pemilu harapan kesejahteraan atau ilusi
Pemilu  harapan kesejahteraan atau ilusi Pemilu  harapan kesejahteraan atau ilusi
Pemilu harapan kesejahteraan atau ilusi
Rizky Faisal
 
Aktivitas politik menuju perubahan yang hakiki
Aktivitas politik menuju perubahan yang hakikiAktivitas politik menuju perubahan yang hakiki
Aktivitas politik menuju perubahan yang hakiki
Rizky Faisal
 
Mengkaji Kitab Al Takattul Al Hizbiy
Mengkaji Kitab Al Takattul Al HizbiyMengkaji Kitab Al Takattul Al Hizbiy
Mengkaji Kitab Al Takattul Al Hizbiy
kha27lid
 

Similar to Popularitas dan kapabilitas (20)

Partai politik-dalam-islam
Partai politik-dalam-islamPartai politik-dalam-islam
Partai politik-dalam-islam
 
Peran partai politik dalam negara khilafah
Peran partai politik dalam negara khilafahPeran partai politik dalam negara khilafah
Peran partai politik dalam negara khilafah
 
Agama dan Sekularisme - Burhanuddin Muhtadi
Agama dan Sekularisme - Burhanuddin MuhtadiAgama dan Sekularisme - Burhanuddin Muhtadi
Agama dan Sekularisme - Burhanuddin Muhtadi
 
Partisipasi Politik Perempuan
Partisipasi Politik PerempuanPartisipasi Politik Perempuan
Partisipasi Politik Perempuan
 
2014 tetap optimis dan sabar
2014  tetap optimis dan sabar2014  tetap optimis dan sabar
2014 tetap optimis dan sabar
 
Perubahan hakiki bukan dari pemilu
Perubahan hakiki bukan dari pemiluPerubahan hakiki bukan dari pemilu
Perubahan hakiki bukan dari pemilu
 
Relevankah partai islam
Relevankah partai islamRelevankah partai islam
Relevankah partai islam
 
Krisis nilai nilai kebangsaan dan keberagamaan
Krisis nilai nilai kebangsaan dan keberagamaanKrisis nilai nilai kebangsaan dan keberagamaan
Krisis nilai nilai kebangsaan dan keberagamaan
 
Cb oms
Cb omsCb oms
Cb oms
 
Pemilu harapan kesejahteraan atau ilusi
Pemilu  harapan kesejahteraan atau ilusi Pemilu  harapan kesejahteraan atau ilusi
Pemilu harapan kesejahteraan atau ilusi
 
Politik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politikPolitik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politik
 
Perencanaan Strategis Pemerintah Daerah dalam Meningkatkan PAD
Perencanaan Strategis Pemerintah Daerah dalam Meningkatkan PADPerencanaan Strategis Pemerintah Daerah dalam Meningkatkan PAD
Perencanaan Strategis Pemerintah Daerah dalam Meningkatkan PAD
 
(sindonews.com) Opini hukum-politik 4 november 2016-13 desember 2016
(sindonews.com) Opini hukum-politik 4 november 2016-13 desember 2016(sindonews.com) Opini hukum-politik 4 november 2016-13 desember 2016
(sindonews.com) Opini hukum-politik 4 november 2016-13 desember 2016
 
Pemikiran pilitik islam indonesia
Pemikiran pilitik islam indonesiaPemikiran pilitik islam indonesia
Pemikiran pilitik islam indonesia
 
Partisipasi Masyarakat DKI Dalam Menyukseskan Pemilu Gubernur -16 mei 2012
Partisipasi Masyarakat  DKI Dalam Menyukseskan Pemilu Gubernur -16 mei 2012 Partisipasi Masyarakat  DKI Dalam Menyukseskan Pemilu Gubernur -16 mei 2012
Partisipasi Masyarakat DKI Dalam Menyukseskan Pemilu Gubernur -16 mei 2012
 
Natural aceh
Natural acehNatural aceh
Natural aceh
 
Jadi gersos pp
Jadi gersos ppJadi gersos pp
Jadi gersos pp
 
Aktivitas politik menuju perubahan yang hakiki
Aktivitas politik menuju perubahan yang hakikiAktivitas politik menuju perubahan yang hakiki
Aktivitas politik menuju perubahan yang hakiki
 
Islam politik (political islam)
Islam politik (political islam)Islam politik (political islam)
Islam politik (political islam)
 
Mengkaji Kitab Al Takattul Al Hizbiy
Mengkaji Kitab Al Takattul Al HizbiyMengkaji Kitab Al Takattul Al Hizbiy
Mengkaji Kitab Al Takattul Al Hizbiy
 

More from Rizky Faisal

Sisi lain hitler yang jarang diungkap
Sisi lain hitler yang jarang diungkapSisi lain hitler yang jarang diungkap
Sisi lain hitler yang jarang diungkap
Rizky Faisal
 
Akibat krisis ukraina
Akibat krisis ukrainaAkibat krisis ukraina
Akibat krisis ukraina
Rizky Faisal
 
Membangun negara tanpa pajak dan hutang
Membangun negara tanpa pajak dan hutangMembangun negara tanpa pajak dan hutang
Membangun negara tanpa pajak dan hutang
Rizky Faisal
 
Sejahtera tanpa pajak
Sejahtera tanpa pajakSejahtera tanpa pajak
Sejahtera tanpa pajak
Rizky Faisal
 
Membiayai negara tanpa pajak
Membiayai negara tanpa pajakMembiayai negara tanpa pajak
Membiayai negara tanpa pajak
Rizky Faisal
 
Negara pajak menindas rakyat
Negara pajak   menindas rakyatNegara pajak   menindas rakyat
Negara pajak menindas rakyat
Rizky Faisal
 
Tanpa pajak, negara bisa mensejahterakan rakyat
Tanpa pajak, negara bisa mensejahterakan rakyatTanpa pajak, negara bisa mensejahterakan rakyat
Tanpa pajak, negara bisa mensejahterakan rakyat
Rizky Faisal
 
Jangan salahkan masyarakat tak memilih
Jangan salahkan masyarakat tak memilihJangan salahkan masyarakat tak memilih
Jangan salahkan masyarakat tak memilih
Rizky Faisal
 
Kehancuran dunia penyebab dan solusinya (tafsir qs al rum[30]- 41)
Kehancuran dunia  penyebab dan solusinya (tafsir qs al rum[30]- 41)Kehancuran dunia  penyebab dan solusinya (tafsir qs al rum[30]- 41)
Kehancuran dunia penyebab dan solusinya (tafsir qs al rum[30]- 41)
Rizky Faisal
 
Indonesia menuju ‘negara korporasi’
Indonesia menuju ‘negara korporasi’Indonesia menuju ‘negara korporasi’
Indonesia menuju ‘negara korporasi’
Rizky Faisal
 
Rezim al saud dan inkuisisi menjelang ajalnya
Rezim al saud dan inkuisisi menjelang ajalnyaRezim al saud dan inkuisisi menjelang ajalnya
Rezim al saud dan inkuisisi menjelang ajalnya
Rizky Faisal
 
Krisis keuangan di amerika
Krisis keuangan di amerikaKrisis keuangan di amerika
Krisis keuangan di amerika
Rizky Faisal
 
Khilafah bukan sekadar romantisme sejarah
Khilafah bukan sekadar romantisme sejarahKhilafah bukan sekadar romantisme sejarah
Khilafah bukan sekadar romantisme sejarah
Rizky Faisal
 
Selain syariah, terbukti gagal
Selain syariah, terbukti gagalSelain syariah, terbukti gagal
Selain syariah, terbukti gagal
Rizky Faisal
 
Hip banjarmasin praktisi kesehatan kalsel bongkar topeng bpjs
Hip banjarmasin   praktisi kesehatan kalsel bongkar topeng bpjsHip banjarmasin   praktisi kesehatan kalsel bongkar topeng bpjs
Hip banjarmasin praktisi kesehatan kalsel bongkar topeng bpjs
Rizky Faisal
 
Jadwal mc diskusi ke islaman senin malam al furqon pnp 2014 maret
Jadwal mc diskusi ke islaman senin malam al furqon pnp 2014 maretJadwal mc diskusi ke islaman senin malam al furqon pnp 2014 maret
Jadwal mc diskusi ke islaman senin malam al furqon pnp 2014 maret
Rizky Faisal
 
Demi agama melarikan diri dari fitnah
Demi agama melarikan diri dari fitnahDemi agama melarikan diri dari fitnah
Demi agama melarikan diri dari fitnah
Rizky Faisal
 
Hti bandung desak tutup total tempat hiburan malam!
Hti bandung desak tutup total tempat hiburan malam!Hti bandung desak tutup total tempat hiburan malam!
Hti bandung desak tutup total tempat hiburan malam!
Rizky Faisal
 
Jasa catering di garut jasa menyediakan makanan
Jasa catering di garut   jasa menyediakan makananJasa catering di garut   jasa menyediakan makanan
Jasa catering di garut jasa menyediakan makanan
Rizky Faisal
 

More from Rizky Faisal (20)

Sisi lain hitler yang jarang diungkap
Sisi lain hitler yang jarang diungkapSisi lain hitler yang jarang diungkap
Sisi lain hitler yang jarang diungkap
 
Akibat krisis ukraina
Akibat krisis ukrainaAkibat krisis ukraina
Akibat krisis ukraina
 
Membangun negara tanpa pajak dan hutang
Membangun negara tanpa pajak dan hutangMembangun negara tanpa pajak dan hutang
Membangun negara tanpa pajak dan hutang
 
Sejahtera tanpa pajak
Sejahtera tanpa pajakSejahtera tanpa pajak
Sejahtera tanpa pajak
 
Membiayai negara tanpa pajak
Membiayai negara tanpa pajakMembiayai negara tanpa pajak
Membiayai negara tanpa pajak
 
Negara pajak menindas rakyat
Negara pajak   menindas rakyatNegara pajak   menindas rakyat
Negara pajak menindas rakyat
 
Tanpa pajak
Tanpa pajakTanpa pajak
Tanpa pajak
 
Tanpa pajak, negara bisa mensejahterakan rakyat
Tanpa pajak, negara bisa mensejahterakan rakyatTanpa pajak, negara bisa mensejahterakan rakyat
Tanpa pajak, negara bisa mensejahterakan rakyat
 
Jangan salahkan masyarakat tak memilih
Jangan salahkan masyarakat tak memilihJangan salahkan masyarakat tak memilih
Jangan salahkan masyarakat tak memilih
 
Kehancuran dunia penyebab dan solusinya (tafsir qs al rum[30]- 41)
Kehancuran dunia  penyebab dan solusinya (tafsir qs al rum[30]- 41)Kehancuran dunia  penyebab dan solusinya (tafsir qs al rum[30]- 41)
Kehancuran dunia penyebab dan solusinya (tafsir qs al rum[30]- 41)
 
Indonesia menuju ‘negara korporasi’
Indonesia menuju ‘negara korporasi’Indonesia menuju ‘negara korporasi’
Indonesia menuju ‘negara korporasi’
 
Rezim al saud dan inkuisisi menjelang ajalnya
Rezim al saud dan inkuisisi menjelang ajalnyaRezim al saud dan inkuisisi menjelang ajalnya
Rezim al saud dan inkuisisi menjelang ajalnya
 
Krisis keuangan di amerika
Krisis keuangan di amerikaKrisis keuangan di amerika
Krisis keuangan di amerika
 
Khilafah bukan sekadar romantisme sejarah
Khilafah bukan sekadar romantisme sejarahKhilafah bukan sekadar romantisme sejarah
Khilafah bukan sekadar romantisme sejarah
 
Selain syariah, terbukti gagal
Selain syariah, terbukti gagalSelain syariah, terbukti gagal
Selain syariah, terbukti gagal
 
Hip banjarmasin praktisi kesehatan kalsel bongkar topeng bpjs
Hip banjarmasin   praktisi kesehatan kalsel bongkar topeng bpjsHip banjarmasin   praktisi kesehatan kalsel bongkar topeng bpjs
Hip banjarmasin praktisi kesehatan kalsel bongkar topeng bpjs
 
Jadwal mc diskusi ke islaman senin malam al furqon pnp 2014 maret
Jadwal mc diskusi ke islaman senin malam al furqon pnp 2014 maretJadwal mc diskusi ke islaman senin malam al furqon pnp 2014 maret
Jadwal mc diskusi ke islaman senin malam al furqon pnp 2014 maret
 
Demi agama melarikan diri dari fitnah
Demi agama melarikan diri dari fitnahDemi agama melarikan diri dari fitnah
Demi agama melarikan diri dari fitnah
 
Hti bandung desak tutup total tempat hiburan malam!
Hti bandung desak tutup total tempat hiburan malam!Hti bandung desak tutup total tempat hiburan malam!
Hti bandung desak tutup total tempat hiburan malam!
 
Jasa catering di garut jasa menyediakan makanan
Jasa catering di garut   jasa menyediakan makananJasa catering di garut   jasa menyediakan makanan
Jasa catering di garut jasa menyediakan makanan
 

Popularitas dan kapabilitas

  • 1. 4/3/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Popularitas dan Kapabilitas Popularitas dan Kapabilitas March 4th, 2014 by solihan Bulan Maret 2014 ini adalah bulan yang mendebarkan bagi sekitar 1,6 juta orang yang menjadi calon anggota legislatif (caleg) Pusat maupun Daerah. Pada bulan ini kesibukan mereka pasti makin meningkat. Apalagi menjelang hari pencoblosan 9 April nanti. Inilah waktu tersisa yang mereka punyai sebelum Hari-H. Mereka harus memastikan wajahnya betul-betul dikenal oleh publik di Daerah Pemilihan (Dapil)-nya. Apa boleh buat, ini pemilihan wakil rakyat yang kontestasinya memang ditentukan oleh tingkat popularitas. Anda mungkin saja punya segudang kemampuan, tetapi kalau tidak populer, jangan harap bisa sukses dalam pertarungan. Sebaliknya, meski kemampuannya pas-pasan, jika populer, mungkin Anda dengan mudah melenggang ke gedung parlemen. Idealnya memang orang yang kapabel juga populer, atau figur yang populer juga memiliki kemampuan. Namun, ketika dua syarat itu tidak bisa dipenuhi sekaligus, yang terpenting tetaplah popularitas. Karena itu bisa dimengerti bila kemudian banyak partai memajukan para pesohor (selebritis) dari kalangan artis sebagai caleg karena mereka sudah lebih dulu populer. Tak penting bagaimana mereka jika dulunya, misalnya, adalah pesohor yang gemar mengumbar aurat. Berhubung mau jadi caleg, pakaiannya diubah jadi agak sedikit sopan, dan yang jadi caleg partai Islam, sekarang memakai kerudung. Bila popularitas sudah dipunyai, bagaimana dengan kapabilitas? Itulah yang jadi soal. Pernah sekali waktu seorang caleg pesohor perempuan diundang untuk sebuah acara talkshow di sebuah tivi swasta nasional. Namun, alih-alih mengundang simpati dan dukungan, acara itu justru betul-betul menjadi pertunjukan kebodohan. Dalam acara yang tampak sengaja dirancang untuk mengungkap isi kepala para caleg pesohor, apa mau dikata, ketika ditanya apa visi dan misi partainya, sang pesohor itu menjawab berputar-putar tidak jelas. Merasa menjadi pecundang, partai tempat ia menjadi caleg bergegas menyampaikan pembelaan, tetapi dengan sebuah pembelaan yang juga cukup konyol. Katanya, kecerdasan orang tidak bisa diukur dari cara ia menjawab. Lah, kalau bukan dari cara menjawab, lantas diukur dari apa? ++++ Begitulah, popularitas—atau kerennya sering disebut elektabilitas—saat ini seolah menjadi perkara yang amat menentukan karena dipercaya ampuh penambah kursi partai. Maka dari itu, aneka cara ditempuh para caleg untuk meningkatkan popularitas. Yang paling lazim adalah dengan memasang foto diri besar-besar disertai slogan-slogan penarik hati di berbagai tempat http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/04/popularitas-dan-kapabilitas/ 1/3
  • 2. 4/3/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Popularitas dan Kapabilitas di Dapilnya. Juga dengan menyelenggarakan aneka kegiatan dan memberikan ragam sumbangan. Ada yang mengadakan kursus-kursus keterampilan. Ada yang blusukan kesana kemari, sambil menebar bibit tanaman atau ikan. Bencana alam juga tak luput dari perhatian. Dengan berusaha tetap terlihat tulus, para caleg itu pun bergegas membantu rakyat yang tengah terkena musibah. Tak segan mereka menembus banjir, berbasah-basahan dalam hujan, hadir di tengah para pengungsi untuk menyampaikan sumbangan atau turut serta membersihkan mushalla atau tempat ibadah dan fasilitas umum lainnya. Katanya, semua itu dilakukan sebagai bentuk kepeduliannya kepada rakyat dan untuk lebih mendekatkan diri dengan konstituen. Namun intinya, ya itu tadi, untuk meningkatkan popularitas. Tak penting, apakah usaha itu relevan dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) nanti ketika menjadi anggota legislatif (aleg) atau tidak. Apa hubungan antara penyelenggaraan kursus-kursus keterampilan, penanaman bibit tanaman atau bibit ikan dengan tugas di bidang legislasi, budgeting dan check and balances? Peduli rakyat? Kalau betul para anggota legislatif itu peduli rakyat, mengapa ketika dulu BBM naik, mereka diam saja, malah mendukung? Mengapa pula dari tangan mereka lahir peraturan perundangan seperti UU Migas, UU Perdagangan, UU Penanaman Modal, UU Kelistrikan dan lainnya yang merugikan rakyat dan negara ini? Sebagian partai Islam mengklaim dirinya sebagai pembawa aspirasi umat. Namun, dimana suaranya ketika umat dizalimi oleh aparat di berbagai tempat? Dimana juga suaranya ketika umat semakin terjepit secara ekonomi akibat peraturan perundangan seperti UU SJSN dan UU BPJS, dan kebijakan Pemerintah yang semena-mena memalak rakyat? Dimana juga dukungan mereka untuk seruan penegakan syariah dan khilafah? Bukankah itu adalah seruan yang haq? Koq tidak terdengar respon positif mereka? Sebagian dari mereka malah seperti menghindar dari seruan ini. Mungkin mereka khawatir bakal dicap fundamentalis atau radikal sehingga dijauhi oleh pemilih abangan atau non-Muslim. Jadi jelas sekali, semua usaha tadi hanyalah untuk mengejar popularitas. Apapun boleh dilakukan, termasuk menabrak prinsip-prinsip agama. Lihatlah, untuk mengejar popularitas, ada partai yang mengaku berbasis massa Islam dengan mantap mengucapkan Selamat Natal bahkan menyelenggarakan Perayaan Natal Bersama. Juga ketika Hari Raya Imlek, mereka ramai-ramai mengucapkan selamat dengan ungkapan khas Imlek. Padahal sudah banyak kalangan penganut Konghucu sendiri yang mengkritik ucapan itu sebagai ucapan yang sangat meterialistis khas komunitas Cina Hongkong. Fatwa MUI yang melarang menghadiri Perayaan Natal Bersama diabaikan begitu saja. Semua dibuang demi popularitas. ++++ Sebenarnya tidak ada yang salah dengan popularitas, namun mestinya harus diimbangi dengan kapabilitas. Sebagai wakil rakyat, tupoksi mereka sesungguhnya ada di level kebijakan http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/04/popularitas-dan-kapabilitas/ 2/3
  • 3. 4/3/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Popularitas dan Kapabilitas makro, bukan pada pelaksanaan mikro. Untuk masalah pertanian misalnya, tupoksi mereka terkait kebijakan soal pertanian, bukan soal bagaimana cara bercocok tanam. Yang paling penting adalah dalam konteks apa tupoksi wakil rakyat itu dilakukan. Bagi seorang Muslim, mestinya tupoksi itu dalam konteks Islam dan terkait dengan Islam. Dalam Islam, pemilihan wakil rakyat pada dasarnya termasuk bentukwakalah (perwakilan). Wakalah hukum asalnya mubah (boleh). Dalam wakalah ada 3 unsur penting. Pertama: adanya dua pihak yang berakad yaitu pihak yang mewakilkan (muwakkil) dan pihak yang mewakili (wakîl).Kedua: perkara yang diwakilkan atau amal yang akan dilakukan oleh wakil mewakili muwakkil. Ketiga: bentuk redaksi akad perwakilannya (shighat tawkîl). Dari 3 unsur tadi, yang bakal menentukan apakah wakalah itu Islami atau tidak adalah amal atau aktivitas yang diwakilkan oleh rakyat kepada wakil rakyat yang dipilih. Harus diingat bahwa setiap Muslim wajib taat dan terikat dengan syariah Islam, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ini adalah konsekuensi dari keimanan kepada Allah SWT. Tidak boleh seorang Muslim mengharamkan yang telah Allah halalkan atau menghalalkan apa yang telah Allah haramkan. Karena itu, memilih orang dan memberi dia hak untuk menetapkan hukum dan peraturan perundangundangan yang tidak bersumber dari al-Kitab dan as-Sunnah tak ubahnya seperti menjadikan orang itu sebagai tuhan selain Allah SWT. Itu jelas merupakan dosa besar. Wakalah seperti itu adalah wakalah yang batil karena bertentangan dengan akidah Islam. Jadi, apa guna popularitas dan kapabilitas jabatan wakil rakyat jika semua itu justru nantinya bakal menjerumuskan kepada dosa dan kehinaan hidup di Akhirat kelak? Sayang sekali, kebahagiaan yang kekal abadi nanti dikorbankan hanya untuk kesenangan yang sementara kini. [M. Ismail Yusanto] Baca juga : 1. 2. 3. 4. 5. Modali Calegnya Rp 5-10 M, NasDem Dinilai Kejar Popularitas di Daerah Popularitas Mentok, Mega Sebaiknya Digantikan Prabowo Ekonomi dan Guantanamo Menjatuhkan Popularitas Obama Meningkatnya Popularitas Hizbut Tahrir Hantui Pemerintah Kirgistan dan Institusinya Demokrat: Caleg Minimal Butuh Rp 100 Juta http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/04/popularitas-dan-kapabilitas/ 3/3