Dokumen tersebut membahas tentang diskusi publik yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia di Kabupaten Wakatobi mengenai pemilu 2014. Diskusi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa pemilu hanya memberikan harapan palsu dan tidak dapat menjamin kesejahteraan jangka panjang bagi rakyat. Hizbut Tahrir Indonesia tidak ikut serta dalam pemilu karena menganggap sistem demokrasi sekuler tidak
1. 25/3/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Pemilu: Harapan Kesejahteraan atau Ilusi?
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/25/pemilu-harapan-kesejahteraan-atau-ilusi/ 1/2
Pemilu: Harapan Kesejahteraan atau Ilusi?
March 25th, 2014 by kafi
Warga wakatobi menilai Pemilu 2014
merupakan harapan bagi yang terpilih, namun
ilusi untuk yang tidak terpilih.
Demikian diungkapkan Abdul, salah seorang
penanya dalam acara Diskusi Publik bertajuk:
Pemilu 2014, Memberikan Harapan
Kesejahteraan ataukah Hanya Ilusi yang digelar
Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kabupaten
Wakatobi, di Gedung Wanita, Minggu (23/3) lalu.
“Sangat ingin dan setuju kita dalam naungan khilafah. Caranya bagaimana untuk mewujudkan
tujuan tersebut,” tanyanya.
Acara yang dipadati peserta tersebut mendapat antusias dari warga setempat. Peserta
lainnya, Abdul Gani SPd menyatakan salut dengan acara yang digelar HTI. Menurut Caleg
Partai Nasdem ini Pemilu hanya angan-angan, pembohongan. Meski Caleg, dia mengaku tidak
memberikan apa pun kepada pemilih.
Sementara itu, Abdul Wahid, juga peserta mempertanyakan kalau HTI merupakan Parpol,
mengapa tidak tercantum sebagai kontestan Pemilu yang dicoblos pada pesta demokrasi
nanti. Lanjutnya, kalau demikian lantas apakah yang bisa mensejahterakan rakyat.
Terakhir, Hamli menyatakan Pemilu hanya menjanjikan kesejahteraan sesaat dalam bentuk
bagi-bagi uang, sementara rakyat menghendaki kesejahteraan jangka panjang.
Menjawab pertanyaan tersebut, Irwansyah Amunu, Ketua DPD II HTI Sultra Kepulauan
menyatakan memang kepercayaan masyarakat terhadap Caleg semakin menipis. Apalagi
menurut Wakil Ketua KPK, Adnan Pandu Praja, khusus di Indonesi empat tahun berturut-turut
rangking teratas korupsi adalah DPR. Tak heran bila dalam Pemilu tiga kali terakhir, tahun
1999, angkat golput hanya 10,21 persen, kemudian Pemilu 2004 menjadi 23,34 persen, dan
2009 sudah mencapai 29,01 persen.
Hizbut Tahrir, merupakan Parpol. Secara bahasa, hizb artinya partai, tahrir bermakna
pembebasan. Tidak masuk ke parlemen karena merujuk dakwah rasul yang dalam
memperjuangkan Islam tidak menggunakan instrumen kafir Qurais meski dengan segala bujuk
rayu. Namun demikian Nabi Muhammad SAW berhasil mendirikan negara Islam di Madinah
walaupun tidak berkolaborasi dan menggunakan cara yang ditawarkan kaum kufar tersebut.
2. 25/3/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Pemilu: Harapan Kesejahteraan atau Ilusi?
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/25/pemilu-harapan-kesejahteraan-atau-ilusi/ 2/2
Bukan hanya itu, sejarah perubahan di dunia, tidak ada satu pun lewat parlemen. Diantaranya,
revolusi industri di Inggris, Prancis, dan kejatuhan Nicolas Tsar II di Rusia.
Nah, terkait Pemilu, umat harus mengetahui Islam punya rambu-rambu, karena hal tersebut
berkaitan dengan akad wakalah atau keterwakilan. Empat rukunnya harus terpenuhi yakni
muwakkil (pihak yang mewakilkan), wakil (pihak yang diwakilkan), shighat at-tawkil (redaksional
perwakilan), dan al-umuur al-muawakkal biha (perkara yang diwakilkan).
“Akad wakalah dalam pemilu (dalam konteks memilih wakil rakyat) adalah batil, disebabkan
karena perkara yang diwakilkan (menetapkan hukum) bukanlah perkara yang diperbolehkan
syariat. Begitu pula dengan melantik presiden ataupun wakilnya, ini pun adalah perkara yang
batil, karena sesungguhnya ketika mereka melakukan itu, maka mereka telah mendukung
sistem sekularisme, sistem yang secara tegas memisahkan agama dari kehidupan bernegara
(fashl ad-din an al-hayah), dengan kata lain, mereka mendukung hukum-hukum Islam
dipinggirkan dari kehidupan bernegara,” bebernya.
Soal kesejahteraan, terbukti sistem sekularisme hanya bisa menjanjikan namun sulit
merealisasikan. Terbukti, hingga kini kemiskinan masih menjadi potret akrab dalam kehidupan
sehari-hari. Sementara Islam, dalam sejarah selama sekitar 13 abad masa Kekhilafahan
terbukti mampu mewujudkan kesejahteraan hingga meliputi 2/3 belahan bumi.
Sementara itu, pembicara lainnya, Sunarwan Asuhadi SPd MSi, akademisi Wakatobi
menyatakan dalam kondisi kekinian, antara demokratisasi dan kesejahteraan tidak berjalan
linier. Terbukti banyak negara yang tinggi indeks demokratisasinya namun rendah dalam hal
kesejahteraan.
Sebelumnya, Ketua DPD II HTI Wakatobi, Sania Abu Azzam menyatakan acara tersebut
digelar untuk memberikan kecerdasan kepada umat sehingga memiliki pemahaman politik
Islam yang benar.(butonpos.com,24/3/2014)
Baca juga :
1. “PEMILU: Antara Harapan dan Ilusi”
2. Pemilu 2014 Tak Memberi Harapan, Syariat Islam Satu-satunya Jalan
3. Pemilu, Demokrasi dan Kesejahteraan
4. Tidak Ada Relevansi Kesuksesan Pemilu dengan Kesejahteraan Rakyat
5. Ilusi Kesejahteraan Dalam Demokrasi