SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
12/3/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Political Outlook2014: Indonesia Menuju ‘Negara Korporasi’
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/11/political-outlook-2014-indonesia-menuju-negara-korporasi-2/ 1/6
Political Outlook 2014: Indonesia Menuju ‘Negara
Korporasi’
March 11th, 2014 by kafi
oleh: M Ismail Yusanto
Tahun 2014 disebut-sebut sebagai tahun politik karena pada tahun ini ada peristiwa politik
penting yang bakal menentukan wajah Indonesia lima tahun mendatang, yakni Pileg (pemilihan
anggota legislatif) dan Pilpres (pemilihan presiden). Tentu menarik untuk dikaji: siapa yang
bakal menjadi kampiun dalam kontes lima tahunan ini; kira-kira seperti apa wajah perpolitikan
Indonesia pada tahun 2014 ini; serta bagaimana implikasi sosial-ekonomi-politik terhadap
negeri Muslim terbesar di dunia ini pada masa mendatang.
Negara Korporasi
Satu gejala paling menonjol yang tengah melanda partai politik di Indonesia pada beberapa
waktu terakhir ini adalah masuknya para pengusaha di jajaran puncak pimpinan partai. Sebut
saja, Hary Tanoe, Bos MNC Grup, Wakil Ketua Umum Hanura; Rusdi Kirana, pemilik Lion
Grup, Wakil Ketua Umum PKB. Sebelumnya sudah ada Aburizal Bakrie, Bos Bakrie Grup,
Ketua Umum Golkar; Surya Paloh, Bos Grup Metro, Ketua Umum Partai Nasdem; Prabowo
yang juga memiliki jaringan usaha, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra. Praktis tinggal
PDIP, PBB, PPP, PKPI, PKS, PAN yang tidak dipegang oleh pengusaha meski tidak berarti
partai-partai itu steril dari pengaruh para pengusaha.
Mengapa para pengusaha itu ramai-ramai masuk ke dunia politik? Sudah bukan rahasia lagi,
selama ini memang terdapat simbiosis mutualitistis antara pengusaha dan penguasa.
Pengusaha memerlukan dukungan politik untuk kepentingan bisnisnya, sementara para
politikus memerlukan dukungan dana untuk membiayai kegiatan politik mereka, yang pada
galibnya didapat dari para pengusaha.
Namun, membangun pola simbiosis politikus-pengusaha seperti itu kini dipandang tidak
praktis. Prosesnya juga pasti berbelit-belit. Akan lebih ringkas dan mantap jika kedudukan
politik itu ada di tangan pengusaha sekaligus, atau sebaliknya jaringan bisnis dimiliki oleh
seorang politikus. Dengan kata lain, akan lebih manjur bila pengusahanya adalah seorang
penguasa, atau penguasanya adalah seorang pengusaha. Tampaknya inilah tren atau
kecenderungan yang akan mewarnai peta perpolitikan negeri ini pada masa mendatang.
Bila kelak hal itu benar terjadi, maka Indonesia tengah mengalami transformasi menuju negara
korporasi (corporation state). Apa itu negara korporasi? Istilah negara korporasi muncul
pertama kali dalam pertemuan puncak mengenai lingkungan hidup beberapa tahun lalu di
12/3/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Political Outlook2014: Indonesia Menuju ‘Negara Korporasi’
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/11/political-outlook-2014-indonesia-menuju-negara-korporasi-2/ 2/6
Argentina. Dalam diskusi mengenai kerusakan lingkungan, didapat kenyataan bahwa perusak
lingkungan terbesar bukanlah rakyat atau kelompok masyarakat, melainkan negara, yaitu
negara yang digerakkan oleh kaum pebisnis. Demi kepentingan bisnis, negara tak segan
merusak lingkungan. Negara semacam ini kemudian lebih dikenal dengan sebutan negara
korporasi.
Jadi, negara korporasi adalah negara yang dihela oleh persekutuan antara kelompok politikus
dan kelompok pengusaha. Dalam negara korporasi, negara dijadikan sebagai intrumen atau
kendaraan bisnis. Keputusan-keputusan politik, karena itu, tidak sepenuhnya mengabdi pada
kepentingan rakyat, tetapi demi kepentingan bisnis.
Ketika AS menginvasi Irak, misalnya, sesungguhnya itu tidak berdasar pada satu pun alasan
rasional yang bisa diterima. Ketika para pejabat keamanan AS mengatakan invasi diperlukan
untuk menghancurkan senjata pemusnah massal, faktanya Irak ketika itu tidak memiliki senjata
yang dimaksud. Begitu juga ketika dikatakan invasi diperlukan untuk menumbangkan Presiden
Saddam Hussein, sebenarnya untuk menumbangkan Saddam tidak perlu sampai harus
melakukan invasi karena toh Saddam adalah boneka AS. Dia dulunya adalah agen CIA ketika
Bush senior menjadi direkturnya.
Jelas sekali, invasi itu dilakukan tidak lain demi memuaskan ambisi kaum pebisnis yang ada di
sekitar Presiden Bush, yaitu pebisnis senjata, minyak dan infrastruktur. Keluarga Bush sendiri
adalah pebisnis minyak. Dengan invasi yang dibiayai negara, senjata yang diproduksi oleh
pabrik-pabrik senjata yang dimiliki oleh para pejabat pemerintahan Bush tentu menjadi laku.
Ketika Irak sudah hancur, pemenang tender rekonstruksi Irak adalah Bechtel, sebuah
perusahaan konstruksi penyokong utama Presiden Bush. Lalu dari mana biaya ratusan miliar
dolar AS untuk rekonstruksi? Gampang saja. Semua diambil-kan dari minyak Irak yang sangat
melimpah itu. Jadi ini adalah bisnis besar. Sangat besar, sekaligus sangat jahat. Irak
dihancurkan oleh AS, lalu perusahaan AS juga yang memperbaiki, tetapi dengan duit dari Irak.
Oleh karena itu, dalam negara korporasi, isu lingkungan hidup, demokrasi, pluralisme, HAM,
terorisme dan sebagainya hanyalah topeng belaka untuk menutupi maksud sesungguhnya,
yakni eksploitasi penguasaan politik dan ekonomi. Sudah sangat banyak bukti yang
menunjukkan bahwa negara korporsi seperti AS tidaklah pernah sungguh-sungguh mengusung
nilai-nilai yang mereka gembar gemborkan itu. Coba, dimana nilai-nilai demokrasi serta
penghargaan terhadap HAM, lingkungan hidup dan pluralisme dalam invasi AS ke Irak,
Afganistan; juga ke perbatasan antara Pakistan dan Afghanistan? Bila terorisme diartikan
sebagai usaha individu atau kelompok yang dalam mencapai tujuan menggunakan kekerasan,
siapa sebenarnya yang paling sering dan paling banyak menggunakan kekerasan? AS, bukan?
Dominasi korporasi terhadap negara semakin menguat bila korporasi multinasional
dipersilakan turut bermain sebagai kompensasi dari dukungan mereka terhadap elit politik
yang pengusaha itu. Sekarang saja, korporasi multinasional (TNC-Transnational Corpora-tion),
12/3/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Political Outlook2014: Indonesia Menuju ‘Negara Korporasi’
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/11/political-outlook-2014-indonesia-menuju-negara-korporasi-2/ 3/6
melalui berbagai institusi baik negara kapitalis maupun organ-organ internasional seperti PBB,
IMF dan Bank Dunia, sangat mempengaruhi kebijakan sebuah negara.
Dengan kekuatannya itu, TNC bisa mendikte kebijakan negara tempat ia tinggal. Sebagai
contoh, karena kuatnya lobi, koalisi TNC bisa menaikkan sumbangan politisnya ke Partai
Republik yang berkuasa di AS ketika itu, dari US$ 37 juta (1992) menjadi US$ 53 juta (2002).
Kini 72 persen pundi partai itu dipasok TNC, terutama TNC agrobisnis (The New York Times,
9/9/2003). Sebagai imbalannya, Presiden Bush pada 2002, antara lain, meneken Farm Bill
senilai US$ 180 miliar untuk 10 tahun ke depan.
Contoh lain, dalam kasus blok kaya minyak Cepu, ExxonMobil—perusahaan minyak raksasa
dunia yang total sales-nya saja lebih besar dari GDP Indonesia, seperti ditulis Kwik Kian Gie
(Kompas, 23/2/2006)—bisa memaksa pemerintah AS untuk ikut campur tangan agar
perusahaan minyak asal AS itu ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia sebagai pengelola Blok
Cepu. Tidak tanggung-tanggung, campur tangan dilakukan oleh pemimpin tertinggi ExxonMobil,
Duta Besar Ralph Boyce dan Presiden Bush. Kedatangan Menteri Luar Negeri AS
Condoleezza Rice, yang bersamaan dengan panasnya penentuan operator Blok Cepu, juga
bukan sebuah kebetulan meskipun Menko Perekonomian Boediono membantah ada intervensi
atau tekanan (Kompas, 16 Maret 2006).
Jadi, negara korporasi tak ubahnya perusahaan yang hanya memikirkan keuntungan. Dalam
negara korporasi, subsidi terhadap rakyat, yang sebenarnya merupakan hak rakyat, dianggap
pemborosan. Aset-aset negara yang sejatinya milik rakyat pun dijual. Itulah negara korporasi,
yang tidak bisa dilepaskan dari sistem politiknya: demokrasi. Di Indonesia, Pemilu 2014 bakal
menjadi pintu utamanya.
Oleh karena itu, bila para politikus pengusaha yang sekarang ini berada di pucuk pimpinan
sejumlah parpol nantinya benar-benar naik ke tampuk kekuasaan— berdasarkan berbagai
hasil survai PDIP, Golkar dan Gerindra yang tampaknya akan memuncaki hasil pemilu 2014—
maka perwujudan Indonesia sebagai negara korporasi akan semakin nyata. Lihat saja nanti,
keputusan-keputusan politik dibuat tidaklah sungguh-sungguh demi kepentingan rakyat, tetapi
untuk kepentingan bisnis. Kader partai yang duduk di parlemen pun kelak juga hanya akan
menjadi alat legitimasi bagi pemuasan syahwat politik-ekonomi elit partai. Bila sebelum ini
telah lahir sejumlah UU yang sangat liberal-kapitalistik, maka ke depan UU semacam itu akan
lebih banyak lagi bermunculan. Ujungnya, rakyatlah yang akan menanggung akibatnya berupa
pemiskinan dan kesenjangan kaya-miski yang makin lebar.
Senjakala Politik Islam?
Kecenderungan kedua yang paling menonjol dalam peta perpolitikan Tanah Air adalah makin
mencairnya sekat-sekat ideologi di antara partai-partai yang ada, termasuk partai Islam. Bagi
sebagian pengamat, kecenderungan ini disambut baik sebagai pertanda makin dewasanya
para politikus dalam berpolitik dengan tidak lagi mempertentangkan ideologi sehingga
12/3/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Political Outlook2014: Indonesia Menuju ‘Negara Korporasi’
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/11/political-outlook-2014-indonesia-menuju-negara-korporasi-2/ 4/6
memudahkan terjadinya koalisi bahkan kohesi antar partai politik. Hal ini dibuktikan dengan
terbentuknya koalisi besar yang digalang oleh Partai Demokrat di bawah SBYselama 10 tahun
pemerintahannya yang melibatkan hampir seluruh partai, termasuk partai Islam. Kalau ada
partai, yaitu PDIP, yang tidak masuk dalam koalisi, bukanlah karena alasan ideologis,
melainkan lebih karena alasan psikologis Megawati yang mangkel pada SBYkarena tidak
terus terang ketika mau nyapres pada 2004 lalu.
Pragmatisme bagi partai sekuler tidaklah terlalu mengherankan. Secara politik, pragmatisme
berangkat dari politik akomodasi, khususnya terhadap kekuatan politik Islam. Di negeri dengan
Muslim menjadi penduduk mayoritas, faktor Islam jelas tidak bisa diabaikan. Siapapun yang
akan menjadi kampiun dalam Pemilu 2014 nanti, pasti harus memberikan ruang akomodasi
kepada kekuatan politik Islam dengan memberikan sejumlah portofolio kabinet. Hanya dengan
itu stabilitas politik akan tercapai. Namun, pemberian ruang di sini lebih merupakan akomodasi
psikologis ketimbang politis. Maksudnya, dengan adanya sejumlah tokoh dari kalangan politik
Islam yang duduk tampuk kekuasaan, umat Islam merasa sudah terwakili, meski secara politik
sebenarnya kedudukan itu tidaklah memberikan efek bagi perubahan sistem politik.
Akomodasi psikologis sesungguhnya juga telah dilakukan di level partai. Di PDIP ada BM
(Baitul Mukminin). Di Partai Demokrat, begitu juga di Golkar dan Nasdem ada sayap HMI.
Dengan pragmatisme, sekat ideologis menjadi kabur. Walhasil, partai-partai yang ada makin
sulit dibedakan karena pemikiran dan praktik politik sebuah partai politik sama saja dengan
yang lain. Politik Islam ideologis juga makin tidak mendapat tempat dalam pentas politik
nasional karena telah disisihkan oleh politik pragmatisme tadi.
Dalam perspektif idealistik, makin menggejalanya pragmatisme, terutama yang dilakukan oleh
partai Islam, adalah sebuah persoalan besar. Mengapa? Sesuai dengan asasnya, partai Islam
tentu didirikan untuk memperjuangkan nilai-nilai Islam dan kepentingan umatnya. Karena itu,
perjuangan ideologis mestinya harus diutamakan ketimbang usaha pragmatis demi meraih
kekuasaan semata-mata dengan mengabaikan ideologi partai yang sejatinya menjadi alasan
keberadaan (raison d’etreatau raison to be) sekaligus ruh dari sebuah partai.
Oleh karena itu, munculnya wadah alternatif yang mampu menampung spirit politik Islam
ideologis sesungguhnya amat dinantikan oleh umat, yang dalam berbagai survei, terbukti tak
henti merindukan kejayaan Islam kembali. Apalagi dalam situasi saat kepercayaan masyarakat
kepada parpol yang ada terus mengalami penurunan. Apatisme terhadap terhadap politik yang
juga makin meningkat. Ini ditunjukkan oleh tingginya angka golput di banyak Pilkada sehingga
bukan tidak mungkin akan berlanjut pada Pileg dan Pilpres mendatang. Dalam situasi
demikian, kemunculan wadah politik Islam alternatif yang bisa dipercaya tentu akan
membangkitkan harapan masyarakat terhadap kebaikan di masa mendatang.
Sementara itu, dalam konteks negara korporasi, politik akomodasi sejatinya merupakan
bagian dari strategi kooptasi, dalam konteks negara korporasi, dilakukan melalui
12/3/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Political Outlook2014: Indonesia Menuju ‘Negara Korporasi’
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/11/political-outlook-2014-indonesia-menuju-negara-korporasi-2/ 5/6
pendistribusian SDE (sumberdaya ekonomi) baik dalam bentuk pemberian jabatan, proyek
pemerintah atau bantuan tunai langsung. Strategi ini terbukti cukup ampuh menaklukkan
potensi oposisi dari kalangan manapun, baik dari kalangan aktivis LSM, ulama/kiai, kalangan
kampus, gerakan separatis, termasuk para elit partai politik Islam sekalipun. Lemahnya
kalangan oposisi itulah yang membuat gerakan yang hendak menggulingkan pemerintahan
SBYberulang kali gagal. Bila kalangan oposisi melemah, masih adakah potensi perubahan?
Di mana potensi itu berada? Bagaimana perubahan bisa terjadi? Di mana peran gerakan
politik Islam ideologis dalam perubahan itu?
Perubahan Politik dan Prospek Gerakan Islam
Perubahan politik secara sederhana bisa dirumuskan bakal terjadi ketika tekanan luar lebih
besar daripada daya dukung sistem dan organisasi dari sebuah rezim pemerintahan. Tekanan
luar bisa muncul akibat adanya krisis eksternal seperti gejolak moneter, juga karena
ketidakpuasan publik yang terus meningkat misalnya akibat naiknya harga-harga, korupsi
birokrat yang makin menjadi-jadi tanpa penanganan yang memuaskan dan sebagainya.
Apalagi bila ditambah dengan adanya ketidakpuasan internal akibat konflik kepentingan di
tubuh pemerintahan. Hal ini akan makin memperlemah daya dukung sistem dan organisasi
sedemikian sehingga gejolak bakal timbul dimana-mana.
Namun, gejolak yang terjadi di dalam masyarakat itu ada dua macam. Pertama: gejolak
sektoral yang bersifat temporal, seperti gejolak di kalangan buruh yang menuntut kenaikan
UMR; juga gejolak fundamental ideologis yang bersifat permanen, seperti penolakan terhadap
sekularisme. Tugas gerakan Islam adalah mentransformasikan gejolak jenis pertama menuju
jenis kedua yang dilakukan melalui dakwah politis baik lewat pergolakan pemikiran (ash-shira’
al-fikri) maupun perjuangan politik (al-kifah as-siyasi). Oleh karena itu, dakwah politis harus
makin gencar dilakukan. Memang, dalam situasi yang kental dengan suasana pragmatisme-
materialisme ini, tidaklah mudah untuk mengajak umat terlibat dalam perjuangan politik Islam
ideologis. Namun, dengan kesungguhan, kesabaran dan keikhlasan, terbukti dakwah semacam
ini terus menuai hasil dan dukungan yang makin besar.
Di tengah kesungguhan melakukan ikhtiar, gerakan politik Islam ideologis harus mewaspadai
setiap bentuk ancaman, gangguan dan rintangan yang menghadang. Gejolak politik yang
terjadi di kawasan Timur Tengah, khususnya di Mesir dan Suriah, memberikan pelajaran
kepada siapapun, negara Barat khususnya, akan potensi kekuatan Islam ideologis. Mereka
tentu tidak membiarkan potensi ini makin membesar. Segala daya upaya akan dilakukan (at all
cost), dari yang lembut sampai yang sangat kasar, untuk menghentikan laju gerakan Islam
politik ideologis itu. Di antaranya melalui isu terorisme. Ikhwanul Muslimin di Mesir sekarang
sudah ditetapkan sebagai kelompok teroris. Adapun untuk konsumsi domestik, pendiskreditan
gerakan politik Islam ideologis dilakukan dengan menebar opini bahwa gerakan ini
mengancam keutuhan negara Indonesia. Tidak pernah dijelaskan, ancaman itu dalam bentuk
apa. Padahal ancaman yang sesungguhnya, dan sekarang sudah terjadi, adalah dari arus
12/3/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Political Outlook2014: Indonesia Menuju ‘Negara Korporasi’
http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/11/political-outlook-2014-indonesia-menuju-negara-korporasi-2/ 6/6
politik liberalisme-kapitalisme yang menempatkan negara sekadar sebagai alat untuk
kepentingan para pebisnis lokal maupun internasional, serta para politisi yang rela menyusun
peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang liberal demi meraih dukungan politik dari
negara-negara Barat.
Menghadapi tantangan, ancaman dan gangguan, mutlak diperlukan ketahanan, baik secara
internal maupun eksternal, pada diri gerakan politik Islam ideologis. Secara internal, ketahanan
itu dibentuk dari mekanisme penguatan kuantitas dan kualitas pengkaderan, kekokohan
memegang visi dan misi, penataan sistem dan administrasi, kepemimpinan, dana dan sarana,
dan yang tak kalah penting adalah kedekatannya selalu pada Allah SWT. Adapun secara
eksternal, ketahanan dibangun melalui perebutan pasar opini, yakni publik harus diyakinkan
bahwa perjuangan politik Islam ideologis adalah demi kebaikan negeri ini. Dukungan juga
harus terus digalang baik dari kalangan umat maupun dari person berpengaruh (ashabul
fa’aliyat) yang didekati secara personal maupun lembaga.
Akhirnya, kesungguhan, kesabaran dan keikhlasan serta pertolongan Allahlah yang bakal
menentukan keberhasilan perjuangan politik Islam ideologis setelah politik Islam pragmatis
menemui kegagalannya mengangkat harkat dan martabat Islam dan umatnya secara hakiki.
Insya Allah. []
Baca juga :
1. Political Outlook 2014: Indonesia Menuju ‘Negara Korporasi’
2. Political Outlook 2014: Selama Masih Demokrasi, 2014 Tetap Krisis!
3. Demokrasi dan Negara Korporasi
4. Forum Rektor: Indonesia Menuju Negara Gagal
5. [FOTO] HIP Edisi 2 HTI Kalbar : Pemilu 2014. Menuju Indonesia yang lebih baik?

More Related Content

Similar to Indonesia menuju ‘negara korporasi’

Makalah binter
Makalah binterMakalah binter
Makalah binterindirardn
 
Peranan DPRD dalam Penyusunan Perda
Peranan DPRD dalam Penyusunan PerdaPeranan DPRD dalam Penyusunan Perda
Peranan DPRD dalam Penyusunan PerdaDadang Solihin
 
Subsidi negara kepada partai politik
Subsidi negara kepada partai politikSubsidi negara kepada partai politik
Subsidi negara kepada partai politikAhsanul Minan
 
3 refleksi akhir tahun 2012 ust ismail yusanto
3 refleksi akhir tahun 2012   ust ismail yusanto3 refleksi akhir tahun 2012   ust ismail yusanto
3 refleksi akhir tahun 2012 ust ismail yusantoRendra Visual
 
(sindonews.com) Opini hukum-politik 4 oktober 2016-3 november 2016
(sindonews.com) Opini hukum-politik 4 oktober 2016-3 november 2016(sindonews.com) Opini hukum-politik 4 oktober 2016-3 november 2016
(sindonews.com) Opini hukum-politik 4 oktober 2016-3 november 2016ekho109
 
10 alasan menolak demokrasi edit
10 alasan menolak demokrasi edit10 alasan menolak demokrasi edit
10 alasan menolak demokrasi editsubianti
 
Demokrasi sistem rusak dan merusak
Demokrasi sistem rusak dan merusakDemokrasi sistem rusak dan merusak
Demokrasi sistem rusak dan merusakLilis Holisah
 
Relevankah partai islam
Relevankah partai islamRelevankah partai islam
Relevankah partai islamJoko arizal
 
Membangun independensi dan profesionalitas wartawan melalui kajian holistik p...
Membangun independensi dan profesionalitas wartawan melalui kajian holistik p...Membangun independensi dan profesionalitas wartawan melalui kajian holistik p...
Membangun independensi dan profesionalitas wartawan melalui kajian holistik p...Kal Bu Lorca
 
Optimalisasi Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Optimalisasi Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan DaerahOptimalisasi Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Optimalisasi Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan DaerahDadang Solihin
 

Similar to Indonesia menuju ‘negara korporasi’ (20)

Natural aceh
Natural acehNatural aceh
Natural aceh
 
Makalah binter
Makalah binterMakalah binter
Makalah binter
 
281669604 makalah-kasus-korupsi
281669604 makalah-kasus-korupsi281669604 makalah-kasus-korupsi
281669604 makalah-kasus-korupsi
 
Peranan DPRD dalam Penyusunan Perda
Peranan DPRD dalam Penyusunan PerdaPeranan DPRD dalam Penyusunan Perda
Peranan DPRD dalam Penyusunan Perda
 
Subsidi negara kepada partai politik
Subsidi negara kepada partai politikSubsidi negara kepada partai politik
Subsidi negara kepada partai politik
 
3 refleksi akhir tahun 2012 ust ismail yusanto
3 refleksi akhir tahun 2012   ust ismail yusanto3 refleksi akhir tahun 2012   ust ismail yusanto
3 refleksi akhir tahun 2012 ust ismail yusanto
 
(sindonews.com) Opini hukum-politik 4 oktober 2016-3 november 2016
(sindonews.com) Opini hukum-politik 4 oktober 2016-3 november 2016(sindonews.com) Opini hukum-politik 4 oktober 2016-3 november 2016
(sindonews.com) Opini hukum-politik 4 oktober 2016-3 november 2016
 
Cb oms
Cb omsCb oms
Cb oms
 
10 alasan menolak demokrasi edit
10 alasan menolak demokrasi edit10 alasan menolak demokrasi edit
10 alasan menolak demokrasi edit
 
Presentasi
PresentasiPresentasi
Presentasi
 
Presentasi
PresentasiPresentasi
Presentasi
 
Presentasi
PresentasiPresentasi
Presentasi
 
jejak pemikiran politik
jejak pemikiran politikjejak pemikiran politik
jejak pemikiran politik
 
Demokrasi sistem rusak dan merusak
Demokrasi sistem rusak dan merusakDemokrasi sistem rusak dan merusak
Demokrasi sistem rusak dan merusak
 
MASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASI
MASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASIMASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASI
MASALAH-MASALAH DEMOKRASI & KEBANGSAAN ERA REFORMASI
 
Meminjami imf
Meminjami imfMeminjami imf
Meminjami imf
 
Relevankah partai islam
Relevankah partai islamRelevankah partai islam
Relevankah partai islam
 
Potret pers jakarta 2013 ok ref
Potret pers jakarta 2013 ok refPotret pers jakarta 2013 ok ref
Potret pers jakarta 2013 ok ref
 
Membangun independensi dan profesionalitas wartawan melalui kajian holistik p...
Membangun independensi dan profesionalitas wartawan melalui kajian holistik p...Membangun independensi dan profesionalitas wartawan melalui kajian holistik p...
Membangun independensi dan profesionalitas wartawan melalui kajian holistik p...
 
Optimalisasi Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Optimalisasi Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan DaerahOptimalisasi Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
Optimalisasi Peran dan Fungsi DPRD dalam Pembangunan Daerah
 

More from Rizky Faisal

Sisi lain hitler yang jarang diungkap
Sisi lain hitler yang jarang diungkapSisi lain hitler yang jarang diungkap
Sisi lain hitler yang jarang diungkapRizky Faisal
 
Akibat krisis ukraina
Akibat krisis ukrainaAkibat krisis ukraina
Akibat krisis ukrainaRizky Faisal
 
Aktivitas politik menuju perubahan yang hakiki
Aktivitas politik menuju perubahan yang hakikiAktivitas politik menuju perubahan yang hakiki
Aktivitas politik menuju perubahan yang hakikiRizky Faisal
 
Membangun negara tanpa pajak dan hutang
Membangun negara tanpa pajak dan hutangMembangun negara tanpa pajak dan hutang
Membangun negara tanpa pajak dan hutangRizky Faisal
 
Sejahtera tanpa pajak
Sejahtera tanpa pajakSejahtera tanpa pajak
Sejahtera tanpa pajakRizky Faisal
 
Membiayai negara tanpa pajak
Membiayai negara tanpa pajakMembiayai negara tanpa pajak
Membiayai negara tanpa pajakRizky Faisal
 
Negara pajak menindas rakyat
Negara pajak   menindas rakyatNegara pajak   menindas rakyat
Negara pajak menindas rakyatRizky Faisal
 
Tanpa pajak, negara bisa mensejahterakan rakyat
Tanpa pajak, negara bisa mensejahterakan rakyatTanpa pajak, negara bisa mensejahterakan rakyat
Tanpa pajak, negara bisa mensejahterakan rakyatRizky Faisal
 
Jangan salahkan masyarakat tak memilih
Jangan salahkan masyarakat tak memilihJangan salahkan masyarakat tak memilih
Jangan salahkan masyarakat tak memilihRizky Faisal
 
Kehancuran dunia penyebab dan solusinya (tafsir qs al rum[30]- 41)
Kehancuran dunia  penyebab dan solusinya (tafsir qs al rum[30]- 41)Kehancuran dunia  penyebab dan solusinya (tafsir qs al rum[30]- 41)
Kehancuran dunia penyebab dan solusinya (tafsir qs al rum[30]- 41)Rizky Faisal
 
Rezim al saud dan inkuisisi menjelang ajalnya
Rezim al saud dan inkuisisi menjelang ajalnyaRezim al saud dan inkuisisi menjelang ajalnya
Rezim al saud dan inkuisisi menjelang ajalnyaRizky Faisal
 
Krisis keuangan di amerika
Krisis keuangan di amerikaKrisis keuangan di amerika
Krisis keuangan di amerikaRizky Faisal
 
Khilafah bukan sekadar romantisme sejarah
Khilafah bukan sekadar romantisme sejarahKhilafah bukan sekadar romantisme sejarah
Khilafah bukan sekadar romantisme sejarahRizky Faisal
 
Selain syariah, terbukti gagal
Selain syariah, terbukti gagalSelain syariah, terbukti gagal
Selain syariah, terbukti gagalRizky Faisal
 
Hip banjarmasin praktisi kesehatan kalsel bongkar topeng bpjs
Hip banjarmasin   praktisi kesehatan kalsel bongkar topeng bpjsHip banjarmasin   praktisi kesehatan kalsel bongkar topeng bpjs
Hip banjarmasin praktisi kesehatan kalsel bongkar topeng bpjsRizky Faisal
 
Jadwal mc diskusi ke islaman senin malam al furqon pnp 2014 maret
Jadwal mc diskusi ke islaman senin malam al furqon pnp 2014 maretJadwal mc diskusi ke islaman senin malam al furqon pnp 2014 maret
Jadwal mc diskusi ke islaman senin malam al furqon pnp 2014 maretRizky Faisal
 
Demi agama melarikan diri dari fitnah
Demi agama melarikan diri dari fitnahDemi agama melarikan diri dari fitnah
Demi agama melarikan diri dari fitnahRizky Faisal
 
Hti bandung desak tutup total tempat hiburan malam!
Hti bandung desak tutup total tempat hiburan malam!Hti bandung desak tutup total tempat hiburan malam!
Hti bandung desak tutup total tempat hiburan malam!Rizky Faisal
 
Jasa catering di garut jasa menyediakan makanan
Jasa catering di garut   jasa menyediakan makananJasa catering di garut   jasa menyediakan makanan
Jasa catering di garut jasa menyediakan makananRizky Faisal
 

More from Rizky Faisal (20)

Sisi lain hitler yang jarang diungkap
Sisi lain hitler yang jarang diungkapSisi lain hitler yang jarang diungkap
Sisi lain hitler yang jarang diungkap
 
Akibat krisis ukraina
Akibat krisis ukrainaAkibat krisis ukraina
Akibat krisis ukraina
 
Aktivitas politik menuju perubahan yang hakiki
Aktivitas politik menuju perubahan yang hakikiAktivitas politik menuju perubahan yang hakiki
Aktivitas politik menuju perubahan yang hakiki
 
Membangun negara tanpa pajak dan hutang
Membangun negara tanpa pajak dan hutangMembangun negara tanpa pajak dan hutang
Membangun negara tanpa pajak dan hutang
 
Sejahtera tanpa pajak
Sejahtera tanpa pajakSejahtera tanpa pajak
Sejahtera tanpa pajak
 
Membiayai negara tanpa pajak
Membiayai negara tanpa pajakMembiayai negara tanpa pajak
Membiayai negara tanpa pajak
 
Negara pajak menindas rakyat
Negara pajak   menindas rakyatNegara pajak   menindas rakyat
Negara pajak menindas rakyat
 
Tanpa pajak
Tanpa pajakTanpa pajak
Tanpa pajak
 
Tanpa pajak, negara bisa mensejahterakan rakyat
Tanpa pajak, negara bisa mensejahterakan rakyatTanpa pajak, negara bisa mensejahterakan rakyat
Tanpa pajak, negara bisa mensejahterakan rakyat
 
Jangan salahkan masyarakat tak memilih
Jangan salahkan masyarakat tak memilihJangan salahkan masyarakat tak memilih
Jangan salahkan masyarakat tak memilih
 
Kehancuran dunia penyebab dan solusinya (tafsir qs al rum[30]- 41)
Kehancuran dunia  penyebab dan solusinya (tafsir qs al rum[30]- 41)Kehancuran dunia  penyebab dan solusinya (tafsir qs al rum[30]- 41)
Kehancuran dunia penyebab dan solusinya (tafsir qs al rum[30]- 41)
 
Rezim al saud dan inkuisisi menjelang ajalnya
Rezim al saud dan inkuisisi menjelang ajalnyaRezim al saud dan inkuisisi menjelang ajalnya
Rezim al saud dan inkuisisi menjelang ajalnya
 
Krisis keuangan di amerika
Krisis keuangan di amerikaKrisis keuangan di amerika
Krisis keuangan di amerika
 
Khilafah bukan sekadar romantisme sejarah
Khilafah bukan sekadar romantisme sejarahKhilafah bukan sekadar romantisme sejarah
Khilafah bukan sekadar romantisme sejarah
 
Selain syariah, terbukti gagal
Selain syariah, terbukti gagalSelain syariah, terbukti gagal
Selain syariah, terbukti gagal
 
Hip banjarmasin praktisi kesehatan kalsel bongkar topeng bpjs
Hip banjarmasin   praktisi kesehatan kalsel bongkar topeng bpjsHip banjarmasin   praktisi kesehatan kalsel bongkar topeng bpjs
Hip banjarmasin praktisi kesehatan kalsel bongkar topeng bpjs
 
Jadwal mc diskusi ke islaman senin malam al furqon pnp 2014 maret
Jadwal mc diskusi ke islaman senin malam al furqon pnp 2014 maretJadwal mc diskusi ke islaman senin malam al furqon pnp 2014 maret
Jadwal mc diskusi ke islaman senin malam al furqon pnp 2014 maret
 
Demi agama melarikan diri dari fitnah
Demi agama melarikan diri dari fitnahDemi agama melarikan diri dari fitnah
Demi agama melarikan diri dari fitnah
 
Hti bandung desak tutup total tempat hiburan malam!
Hti bandung desak tutup total tempat hiburan malam!Hti bandung desak tutup total tempat hiburan malam!
Hti bandung desak tutup total tempat hiburan malam!
 
Jasa catering di garut jasa menyediakan makanan
Jasa catering di garut   jasa menyediakan makananJasa catering di garut   jasa menyediakan makanan
Jasa catering di garut jasa menyediakan makanan
 

Indonesia menuju ‘negara korporasi’

  • 1. 12/3/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Political Outlook2014: Indonesia Menuju ‘Negara Korporasi’ http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/11/political-outlook-2014-indonesia-menuju-negara-korporasi-2/ 1/6 Political Outlook 2014: Indonesia Menuju ‘Negara Korporasi’ March 11th, 2014 by kafi oleh: M Ismail Yusanto Tahun 2014 disebut-sebut sebagai tahun politik karena pada tahun ini ada peristiwa politik penting yang bakal menentukan wajah Indonesia lima tahun mendatang, yakni Pileg (pemilihan anggota legislatif) dan Pilpres (pemilihan presiden). Tentu menarik untuk dikaji: siapa yang bakal menjadi kampiun dalam kontes lima tahunan ini; kira-kira seperti apa wajah perpolitikan Indonesia pada tahun 2014 ini; serta bagaimana implikasi sosial-ekonomi-politik terhadap negeri Muslim terbesar di dunia ini pada masa mendatang. Negara Korporasi Satu gejala paling menonjol yang tengah melanda partai politik di Indonesia pada beberapa waktu terakhir ini adalah masuknya para pengusaha di jajaran puncak pimpinan partai. Sebut saja, Hary Tanoe, Bos MNC Grup, Wakil Ketua Umum Hanura; Rusdi Kirana, pemilik Lion Grup, Wakil Ketua Umum PKB. Sebelumnya sudah ada Aburizal Bakrie, Bos Bakrie Grup, Ketua Umum Golkar; Surya Paloh, Bos Grup Metro, Ketua Umum Partai Nasdem; Prabowo yang juga memiliki jaringan usaha, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra. Praktis tinggal PDIP, PBB, PPP, PKPI, PKS, PAN yang tidak dipegang oleh pengusaha meski tidak berarti partai-partai itu steril dari pengaruh para pengusaha. Mengapa para pengusaha itu ramai-ramai masuk ke dunia politik? Sudah bukan rahasia lagi, selama ini memang terdapat simbiosis mutualitistis antara pengusaha dan penguasa. Pengusaha memerlukan dukungan politik untuk kepentingan bisnisnya, sementara para politikus memerlukan dukungan dana untuk membiayai kegiatan politik mereka, yang pada galibnya didapat dari para pengusaha. Namun, membangun pola simbiosis politikus-pengusaha seperti itu kini dipandang tidak praktis. Prosesnya juga pasti berbelit-belit. Akan lebih ringkas dan mantap jika kedudukan politik itu ada di tangan pengusaha sekaligus, atau sebaliknya jaringan bisnis dimiliki oleh seorang politikus. Dengan kata lain, akan lebih manjur bila pengusahanya adalah seorang penguasa, atau penguasanya adalah seorang pengusaha. Tampaknya inilah tren atau kecenderungan yang akan mewarnai peta perpolitikan negeri ini pada masa mendatang. Bila kelak hal itu benar terjadi, maka Indonesia tengah mengalami transformasi menuju negara korporasi (corporation state). Apa itu negara korporasi? Istilah negara korporasi muncul pertama kali dalam pertemuan puncak mengenai lingkungan hidup beberapa tahun lalu di
  • 2. 12/3/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Political Outlook2014: Indonesia Menuju ‘Negara Korporasi’ http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/11/political-outlook-2014-indonesia-menuju-negara-korporasi-2/ 2/6 Argentina. Dalam diskusi mengenai kerusakan lingkungan, didapat kenyataan bahwa perusak lingkungan terbesar bukanlah rakyat atau kelompok masyarakat, melainkan negara, yaitu negara yang digerakkan oleh kaum pebisnis. Demi kepentingan bisnis, negara tak segan merusak lingkungan. Negara semacam ini kemudian lebih dikenal dengan sebutan negara korporasi. Jadi, negara korporasi adalah negara yang dihela oleh persekutuan antara kelompok politikus dan kelompok pengusaha. Dalam negara korporasi, negara dijadikan sebagai intrumen atau kendaraan bisnis. Keputusan-keputusan politik, karena itu, tidak sepenuhnya mengabdi pada kepentingan rakyat, tetapi demi kepentingan bisnis. Ketika AS menginvasi Irak, misalnya, sesungguhnya itu tidak berdasar pada satu pun alasan rasional yang bisa diterima. Ketika para pejabat keamanan AS mengatakan invasi diperlukan untuk menghancurkan senjata pemusnah massal, faktanya Irak ketika itu tidak memiliki senjata yang dimaksud. Begitu juga ketika dikatakan invasi diperlukan untuk menumbangkan Presiden Saddam Hussein, sebenarnya untuk menumbangkan Saddam tidak perlu sampai harus melakukan invasi karena toh Saddam adalah boneka AS. Dia dulunya adalah agen CIA ketika Bush senior menjadi direkturnya. Jelas sekali, invasi itu dilakukan tidak lain demi memuaskan ambisi kaum pebisnis yang ada di sekitar Presiden Bush, yaitu pebisnis senjata, minyak dan infrastruktur. Keluarga Bush sendiri adalah pebisnis minyak. Dengan invasi yang dibiayai negara, senjata yang diproduksi oleh pabrik-pabrik senjata yang dimiliki oleh para pejabat pemerintahan Bush tentu menjadi laku. Ketika Irak sudah hancur, pemenang tender rekonstruksi Irak adalah Bechtel, sebuah perusahaan konstruksi penyokong utama Presiden Bush. Lalu dari mana biaya ratusan miliar dolar AS untuk rekonstruksi? Gampang saja. Semua diambil-kan dari minyak Irak yang sangat melimpah itu. Jadi ini adalah bisnis besar. Sangat besar, sekaligus sangat jahat. Irak dihancurkan oleh AS, lalu perusahaan AS juga yang memperbaiki, tetapi dengan duit dari Irak. Oleh karena itu, dalam negara korporasi, isu lingkungan hidup, demokrasi, pluralisme, HAM, terorisme dan sebagainya hanyalah topeng belaka untuk menutupi maksud sesungguhnya, yakni eksploitasi penguasaan politik dan ekonomi. Sudah sangat banyak bukti yang menunjukkan bahwa negara korporsi seperti AS tidaklah pernah sungguh-sungguh mengusung nilai-nilai yang mereka gembar gemborkan itu. Coba, dimana nilai-nilai demokrasi serta penghargaan terhadap HAM, lingkungan hidup dan pluralisme dalam invasi AS ke Irak, Afganistan; juga ke perbatasan antara Pakistan dan Afghanistan? Bila terorisme diartikan sebagai usaha individu atau kelompok yang dalam mencapai tujuan menggunakan kekerasan, siapa sebenarnya yang paling sering dan paling banyak menggunakan kekerasan? AS, bukan? Dominasi korporasi terhadap negara semakin menguat bila korporasi multinasional dipersilakan turut bermain sebagai kompensasi dari dukungan mereka terhadap elit politik yang pengusaha itu. Sekarang saja, korporasi multinasional (TNC-Transnational Corpora-tion),
  • 3. 12/3/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Political Outlook2014: Indonesia Menuju ‘Negara Korporasi’ http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/11/political-outlook-2014-indonesia-menuju-negara-korporasi-2/ 3/6 melalui berbagai institusi baik negara kapitalis maupun organ-organ internasional seperti PBB, IMF dan Bank Dunia, sangat mempengaruhi kebijakan sebuah negara. Dengan kekuatannya itu, TNC bisa mendikte kebijakan negara tempat ia tinggal. Sebagai contoh, karena kuatnya lobi, koalisi TNC bisa menaikkan sumbangan politisnya ke Partai Republik yang berkuasa di AS ketika itu, dari US$ 37 juta (1992) menjadi US$ 53 juta (2002). Kini 72 persen pundi partai itu dipasok TNC, terutama TNC agrobisnis (The New York Times, 9/9/2003). Sebagai imbalannya, Presiden Bush pada 2002, antara lain, meneken Farm Bill senilai US$ 180 miliar untuk 10 tahun ke depan. Contoh lain, dalam kasus blok kaya minyak Cepu, ExxonMobil—perusahaan minyak raksasa dunia yang total sales-nya saja lebih besar dari GDP Indonesia, seperti ditulis Kwik Kian Gie (Kompas, 23/2/2006)—bisa memaksa pemerintah AS untuk ikut campur tangan agar perusahaan minyak asal AS itu ditunjuk oleh Pemerintah Indonesia sebagai pengelola Blok Cepu. Tidak tanggung-tanggung, campur tangan dilakukan oleh pemimpin tertinggi ExxonMobil, Duta Besar Ralph Boyce dan Presiden Bush. Kedatangan Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice, yang bersamaan dengan panasnya penentuan operator Blok Cepu, juga bukan sebuah kebetulan meskipun Menko Perekonomian Boediono membantah ada intervensi atau tekanan (Kompas, 16 Maret 2006). Jadi, negara korporasi tak ubahnya perusahaan yang hanya memikirkan keuntungan. Dalam negara korporasi, subsidi terhadap rakyat, yang sebenarnya merupakan hak rakyat, dianggap pemborosan. Aset-aset negara yang sejatinya milik rakyat pun dijual. Itulah negara korporasi, yang tidak bisa dilepaskan dari sistem politiknya: demokrasi. Di Indonesia, Pemilu 2014 bakal menjadi pintu utamanya. Oleh karena itu, bila para politikus pengusaha yang sekarang ini berada di pucuk pimpinan sejumlah parpol nantinya benar-benar naik ke tampuk kekuasaan— berdasarkan berbagai hasil survai PDIP, Golkar dan Gerindra yang tampaknya akan memuncaki hasil pemilu 2014— maka perwujudan Indonesia sebagai negara korporasi akan semakin nyata. Lihat saja nanti, keputusan-keputusan politik dibuat tidaklah sungguh-sungguh demi kepentingan rakyat, tetapi untuk kepentingan bisnis. Kader partai yang duduk di parlemen pun kelak juga hanya akan menjadi alat legitimasi bagi pemuasan syahwat politik-ekonomi elit partai. Bila sebelum ini telah lahir sejumlah UU yang sangat liberal-kapitalistik, maka ke depan UU semacam itu akan lebih banyak lagi bermunculan. Ujungnya, rakyatlah yang akan menanggung akibatnya berupa pemiskinan dan kesenjangan kaya-miski yang makin lebar. Senjakala Politik Islam? Kecenderungan kedua yang paling menonjol dalam peta perpolitikan Tanah Air adalah makin mencairnya sekat-sekat ideologi di antara partai-partai yang ada, termasuk partai Islam. Bagi sebagian pengamat, kecenderungan ini disambut baik sebagai pertanda makin dewasanya para politikus dalam berpolitik dengan tidak lagi mempertentangkan ideologi sehingga
  • 4. 12/3/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Political Outlook2014: Indonesia Menuju ‘Negara Korporasi’ http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/11/political-outlook-2014-indonesia-menuju-negara-korporasi-2/ 4/6 memudahkan terjadinya koalisi bahkan kohesi antar partai politik. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya koalisi besar yang digalang oleh Partai Demokrat di bawah SBYselama 10 tahun pemerintahannya yang melibatkan hampir seluruh partai, termasuk partai Islam. Kalau ada partai, yaitu PDIP, yang tidak masuk dalam koalisi, bukanlah karena alasan ideologis, melainkan lebih karena alasan psikologis Megawati yang mangkel pada SBYkarena tidak terus terang ketika mau nyapres pada 2004 lalu. Pragmatisme bagi partai sekuler tidaklah terlalu mengherankan. Secara politik, pragmatisme berangkat dari politik akomodasi, khususnya terhadap kekuatan politik Islam. Di negeri dengan Muslim menjadi penduduk mayoritas, faktor Islam jelas tidak bisa diabaikan. Siapapun yang akan menjadi kampiun dalam Pemilu 2014 nanti, pasti harus memberikan ruang akomodasi kepada kekuatan politik Islam dengan memberikan sejumlah portofolio kabinet. Hanya dengan itu stabilitas politik akan tercapai. Namun, pemberian ruang di sini lebih merupakan akomodasi psikologis ketimbang politis. Maksudnya, dengan adanya sejumlah tokoh dari kalangan politik Islam yang duduk tampuk kekuasaan, umat Islam merasa sudah terwakili, meski secara politik sebenarnya kedudukan itu tidaklah memberikan efek bagi perubahan sistem politik. Akomodasi psikologis sesungguhnya juga telah dilakukan di level partai. Di PDIP ada BM (Baitul Mukminin). Di Partai Demokrat, begitu juga di Golkar dan Nasdem ada sayap HMI. Dengan pragmatisme, sekat ideologis menjadi kabur. Walhasil, partai-partai yang ada makin sulit dibedakan karena pemikiran dan praktik politik sebuah partai politik sama saja dengan yang lain. Politik Islam ideologis juga makin tidak mendapat tempat dalam pentas politik nasional karena telah disisihkan oleh politik pragmatisme tadi. Dalam perspektif idealistik, makin menggejalanya pragmatisme, terutama yang dilakukan oleh partai Islam, adalah sebuah persoalan besar. Mengapa? Sesuai dengan asasnya, partai Islam tentu didirikan untuk memperjuangkan nilai-nilai Islam dan kepentingan umatnya. Karena itu, perjuangan ideologis mestinya harus diutamakan ketimbang usaha pragmatis demi meraih kekuasaan semata-mata dengan mengabaikan ideologi partai yang sejatinya menjadi alasan keberadaan (raison d’etreatau raison to be) sekaligus ruh dari sebuah partai. Oleh karena itu, munculnya wadah alternatif yang mampu menampung spirit politik Islam ideologis sesungguhnya amat dinantikan oleh umat, yang dalam berbagai survei, terbukti tak henti merindukan kejayaan Islam kembali. Apalagi dalam situasi saat kepercayaan masyarakat kepada parpol yang ada terus mengalami penurunan. Apatisme terhadap terhadap politik yang juga makin meningkat. Ini ditunjukkan oleh tingginya angka golput di banyak Pilkada sehingga bukan tidak mungkin akan berlanjut pada Pileg dan Pilpres mendatang. Dalam situasi demikian, kemunculan wadah politik Islam alternatif yang bisa dipercaya tentu akan membangkitkan harapan masyarakat terhadap kebaikan di masa mendatang. Sementara itu, dalam konteks negara korporasi, politik akomodasi sejatinya merupakan bagian dari strategi kooptasi, dalam konteks negara korporasi, dilakukan melalui
  • 5. 12/3/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Political Outlook2014: Indonesia Menuju ‘Negara Korporasi’ http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/11/political-outlook-2014-indonesia-menuju-negara-korporasi-2/ 5/6 pendistribusian SDE (sumberdaya ekonomi) baik dalam bentuk pemberian jabatan, proyek pemerintah atau bantuan tunai langsung. Strategi ini terbukti cukup ampuh menaklukkan potensi oposisi dari kalangan manapun, baik dari kalangan aktivis LSM, ulama/kiai, kalangan kampus, gerakan separatis, termasuk para elit partai politik Islam sekalipun. Lemahnya kalangan oposisi itulah yang membuat gerakan yang hendak menggulingkan pemerintahan SBYberulang kali gagal. Bila kalangan oposisi melemah, masih adakah potensi perubahan? Di mana potensi itu berada? Bagaimana perubahan bisa terjadi? Di mana peran gerakan politik Islam ideologis dalam perubahan itu? Perubahan Politik dan Prospek Gerakan Islam Perubahan politik secara sederhana bisa dirumuskan bakal terjadi ketika tekanan luar lebih besar daripada daya dukung sistem dan organisasi dari sebuah rezim pemerintahan. Tekanan luar bisa muncul akibat adanya krisis eksternal seperti gejolak moneter, juga karena ketidakpuasan publik yang terus meningkat misalnya akibat naiknya harga-harga, korupsi birokrat yang makin menjadi-jadi tanpa penanganan yang memuaskan dan sebagainya. Apalagi bila ditambah dengan adanya ketidakpuasan internal akibat konflik kepentingan di tubuh pemerintahan. Hal ini akan makin memperlemah daya dukung sistem dan organisasi sedemikian sehingga gejolak bakal timbul dimana-mana. Namun, gejolak yang terjadi di dalam masyarakat itu ada dua macam. Pertama: gejolak sektoral yang bersifat temporal, seperti gejolak di kalangan buruh yang menuntut kenaikan UMR; juga gejolak fundamental ideologis yang bersifat permanen, seperti penolakan terhadap sekularisme. Tugas gerakan Islam adalah mentransformasikan gejolak jenis pertama menuju jenis kedua yang dilakukan melalui dakwah politis baik lewat pergolakan pemikiran (ash-shira’ al-fikri) maupun perjuangan politik (al-kifah as-siyasi). Oleh karena itu, dakwah politis harus makin gencar dilakukan. Memang, dalam situasi yang kental dengan suasana pragmatisme- materialisme ini, tidaklah mudah untuk mengajak umat terlibat dalam perjuangan politik Islam ideologis. Namun, dengan kesungguhan, kesabaran dan keikhlasan, terbukti dakwah semacam ini terus menuai hasil dan dukungan yang makin besar. Di tengah kesungguhan melakukan ikhtiar, gerakan politik Islam ideologis harus mewaspadai setiap bentuk ancaman, gangguan dan rintangan yang menghadang. Gejolak politik yang terjadi di kawasan Timur Tengah, khususnya di Mesir dan Suriah, memberikan pelajaran kepada siapapun, negara Barat khususnya, akan potensi kekuatan Islam ideologis. Mereka tentu tidak membiarkan potensi ini makin membesar. Segala daya upaya akan dilakukan (at all cost), dari yang lembut sampai yang sangat kasar, untuk menghentikan laju gerakan Islam politik ideologis itu. Di antaranya melalui isu terorisme. Ikhwanul Muslimin di Mesir sekarang sudah ditetapkan sebagai kelompok teroris. Adapun untuk konsumsi domestik, pendiskreditan gerakan politik Islam ideologis dilakukan dengan menebar opini bahwa gerakan ini mengancam keutuhan negara Indonesia. Tidak pernah dijelaskan, ancaman itu dalam bentuk apa. Padahal ancaman yang sesungguhnya, dan sekarang sudah terjadi, adalah dari arus
  • 6. 12/3/2014 Hizbut Tahrir Indonesia » Blog Archive » Political Outlook2014: Indonesia Menuju ‘Negara Korporasi’ http://m.hizbut-tahrir.or.id/2014/03/11/political-outlook-2014-indonesia-menuju-negara-korporasi-2/ 6/6 politik liberalisme-kapitalisme yang menempatkan negara sekadar sebagai alat untuk kepentingan para pebisnis lokal maupun internasional, serta para politisi yang rela menyusun peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang liberal demi meraih dukungan politik dari negara-negara Barat. Menghadapi tantangan, ancaman dan gangguan, mutlak diperlukan ketahanan, baik secara internal maupun eksternal, pada diri gerakan politik Islam ideologis. Secara internal, ketahanan itu dibentuk dari mekanisme penguatan kuantitas dan kualitas pengkaderan, kekokohan memegang visi dan misi, penataan sistem dan administrasi, kepemimpinan, dana dan sarana, dan yang tak kalah penting adalah kedekatannya selalu pada Allah SWT. Adapun secara eksternal, ketahanan dibangun melalui perebutan pasar opini, yakni publik harus diyakinkan bahwa perjuangan politik Islam ideologis adalah demi kebaikan negeri ini. Dukungan juga harus terus digalang baik dari kalangan umat maupun dari person berpengaruh (ashabul fa’aliyat) yang didekati secara personal maupun lembaga. Akhirnya, kesungguhan, kesabaran dan keikhlasan serta pertolongan Allahlah yang bakal menentukan keberhasilan perjuangan politik Islam ideologis setelah politik Islam pragmatis menemui kegagalannya mengangkat harkat dan martabat Islam dan umatnya secara hakiki. Insya Allah. [] Baca juga : 1. Political Outlook 2014: Indonesia Menuju ‘Negara Korporasi’ 2. Political Outlook 2014: Selama Masih Demokrasi, 2014 Tetap Krisis! 3. Demokrasi dan Negara Korporasi 4. Forum Rektor: Indonesia Menuju Negara Gagal 5. [FOTO] HIP Edisi 2 HTI Kalbar : Pemilu 2014. Menuju Indonesia yang lebih baik?