SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
Prospek buah mahkota dewa 109
PROSPEK BUAH MAHKOTA DEWA Phaleria macrocarpa UNTUK PENCEGAHAN
PENYAKIT MOTILE AEROMONAD SEPTICAEMIA PADA IKAN PATIN
Pangasianodon hypophthalmus
Prospect use of Phaleria macrocarpa to prevent motile aeromonad septicaemia disease in
Patin Catfish Pangasianodon hypophthalmus
D. Wahjuningrum, S. L. Angka, W. Lesmanawati, Sa’diyah & M. Yuhana
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor,
Kampus Darmaga Bogor 16680 – Jawa Barat
ABSTRACT
Motile Aeromonad Septicaemia (MAS) disease is one of bacterial disease frequently infecting
freshwater fishes including patin catfish Pangasianodon hypophthalmus. This study was performed to
determine antimicrobial of Phaleria macrocarpa (PM) and its potency against MAS disease caused
by Aeromonas hydrophila. The in vitro susceptibility test was performed by pour plate methods at the dosages
of 2, 4, 6, 8, and 10 g/l PM. At the in vivo test, fish were fed with the addition of PM into the diet at a dosage
of 6, 12, and 18 g/l and 0 g/l as a control for 8 days. At ninth day, fish were infected with A.hydrophila. For
seven days after infection the clinical signs and blood pictures were observed. The in vitro test indicated that
PM had an antibacterial effect to A.hydrophila at the dosage of 6 g/l. Addition of PM in the diet for 8 days
increased haemoglobine. The results showed that lowest clinical sign and smallest number of in fected fish was
found at dosage of 12 g/l PM. PM can be used as a preventive method for MAS.
Keywords: Phaleria macrocarpa, antibacterial, “patin”, MAS disease, Aeromonas hydrophila
ABSTRAK
Penyakit MAS (Motile Aeromonad Septicaemia) merupakan penyakit bakterial yang banyak menyerang
ikan-ikan air tawar termasuk patin Pangasianodon hypophthalmus. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
kemampuan antibakteri dari mahkota dewa (MD) Phaleria macrocarpa terhadap Aeromonas hydrophila
penyebab penyakit MAS dan potensinya dalam pencegahan penyakit ini. Pada uji in vitro dilakukan pengujian
aktivitas antibakteri MD terhadap A. hydrophila dengan metode hitungan cawan pada dosis MD 2, 4, 6, 8, dan
10 g/l. Pada uji in vivo, ikan uji diberi pakan yang dicampur MD dengan dosis berbeda yaitu 0 g/l (kontrol +),
6, 12, dan 18 g/l, selama 8 hari. Pada hari kesembilan ikan disuntik dengan A. hydrophila dan pengamatan
dilanjutkan selama 7 hari, meliputi pengamatan gejala klinis dan gambaran darah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa MD bersifat antibakteri terhadap A. hydrophila dengan dosis efektif 6 g/l. Pemberian MD
selama 8 hari dapat meningkatkan kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah lekosit, serta meningkatkan
kemampuan fagositik darah. Dosis MD sebesar 12 g/l menunjukkan hasil paling baik yang ditunjang oleh
gejala klinis paling ringan (sampai tahap nekrosis), dengan jumlah ikan yang terinfeksi paling sedikit (45%)
dan waktu penyembuhan paling cepat (hari ke 6). Dengan demikian, MD dapat digunakan untuk mencegah
penyakit MAS.
Kata kunci: mahkota dewa, antibakterial, ikan patin, penyakit MAS, Aeromonas hydrophila
PENDAHULUAN
Ikan patin Pangasianodon
hypophthalmus merupakan komoditas yang
bernilai ekonomi tinggi dan telah
dibudidayakan secara intensif. Penyakit
bakterial menjadi salah satu kendala dalam
budidaya ikan ini karena menyebabkan
kematian dan telah menimbulkan kerugian
ekonomi yang tidak sedikit. Motile
Aeromonad Septicaemia (MAS) atau dikenal
juga sebagai penyakit bercak merah ikan,
yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas
hydrophila, merupakan penyakit bakterial
yang banyak menyerang ikan-ikan air tawar
dan sering timbul sebagai wabah di Asia
Jurnal Akuakultur Indonesia, 6(1): 109–117 (2007) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai
http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id
Bulan Ke-2
S. L. Angka, W. Lesmanawati, Sa’diyah, M. Yuhana & D. Wahjuningrum110
Tenggara sampai sekarang (Angka et al.,
2004). Penggunaan antibiotik untuk
pengobatan penyakit bakterial telah lama
digunakan, namun penggunaan antibiotik
yang tidak terkontrol menyebabkan
timbulnya resistensi bakteri patogen. Karena
itu penanggulangan penyakit ikan
diupayakan menggunakan bahan-bahan alami
yang lebih baik dan ramah lingkungan.
Indonesia memiliki keanekaragaman
hayati tanaman yang berpotensi sebagai obat.
Mahkota dewa Phaleria macrocarpa
merupakan salah satu tanaman obat yang
banyak digunakan untuk menanggulangi
berbagai penyakit. Penggunaan mahkota
dewa untuk pengobatan juga mulai
diaplikasikan untuk mengobati penyakit pada
hewan (Harmanto, 2004). Flavonoid, minyak
atsiri, fenol, saponin, serta lignan yang
terkandung dalam buah mahkota dewa
diketahui memiliki aktifitas antimikroba.
Selain itu, flavonoid dan saponin juga dapat
meningkatkan sistem imun tubuh. Oleh
karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
melihat kemampuan antibakteri dari mahkota
dewa terhadap A. hydrophila penyebab
penyakit MAS dan potensinya dalam
pencegahan penyakit ini. Data ini sekaligus
dapat memberi gambaran tentang dampak
buah mahkota dewa untuk pengobatan
penyakit infeksi bakterial pada manusia.
BAHAN DAN METODE
Pemeliharaan Ikan
Ikan patin sebagai hewan uji yang
digunakan berukuran panjang 8-9 cm dan
bobot rata-rata 11,53 gram. Ikan dipelihara
dalam akuarium ukuran 60 x 30 x 35 cm
sebanyak 10 ekor tiap perlakuan tiap
akuarium dan diberi pakan pelet terapung
dua kali sehari. Bakteri uji yang digunakan
pada penelitian ini adalah Aeromonas
hydrophila yang bersifat virulen, yang
diperoleh dari Balai Riset Perikanan Air
Tawar Pasar Minggu Jakarta. Untuk bahan
fitofarmaka digunakan buah mahkota dewa
segar yang telah matang, kemudian diiris-iris
tipis dan dijemur di bawah sinar matahari
selama 3-6 hari sampai kering.
Uji Efektivitas Mahkota Dewa secara in
Vitro
Uji in vitro dilakukan untuk menguji
daya antibakteri dari buah mahkota dewa
terhadap A. hydrophila dengan menggunakan
metode hitungan cawan (Hadioetomo 1993).
Mahkota dewa sebanyak 1, 2, 3, 4, dan 5
gram direbus dalam 100 ml air, sampai sisa
air rebusan tinggal setengah dari volume
awal (50 ml). Media TSA (Tryptic Soy Agar)
9 ml dicampur dengan hasil rebusan mahkota
dewa masing-masing sebanyak 1 ml sehingga
didapat dosis mahkota dewa sebesar 2, 4, 6,
8, dan 10 g/l. Setelah media agak dingin,
bakteri A. hydrophila konsentrasi 103
cfu/ml
sebanyak 0,1 ml dituang dalam masing-
masing media dan dicampur homogen.
Setelah itu diinkubasi selama 24 jam,
kemudian dihitung jumlah koloni bakteri
yang tumbuh. Tiap-tiap perlakuan dibuat
triplo.
Uji Efektivitas Mahkota Dewa secara in
Vivo
Uji ini terdiri dari 4 perlakuan dosis
mahkota dewa yaitu 0 g/l (kontrol +), 6, 12,
dan 18 g/l serta kontrol (-). Untuk kontrol (-
), ikan diberi pakan tanpa campuran mahkota
dewa dan disuntik PBS (Phosphat Buffer
Saline) sebanyak 0,1 ml/ekor ikan. Masing-
masing perlakuan dibuat tiga kali ulangan.
Mahkota dewa sebanyak 1,8 gram
direbus dalam 200 ml air sampai sisa air
rebusan tinggal 100 ml. Selanjutnya hasil
rebusan diencerkan hingga didapat mahkota
dewa dosis 6, 12, dan 18 g/l. Masing-masing
dosis sebanyak 1 ml disemprotkan pada
pakan pelet untuk perlakuan. Ikan uji diberi
pakan pelet perlakuan selama 8 hari. Pada
hari kesembilan ikan disuntik dengan A.
hydrophila konsentrasi 105
cfu/ml.
Konsentrasi bakteri ini didapat dari hasil uji
LD-50 yang telah dilakukan sebelumnya.
Selanjutnya pengamatan dilanjutkan selama
7 hari yang meliputi gejala klinis dan
gambaran darah (hemoglobin, hematokrit,
total eritrosit, total lekosit, diferensial lekosit,
dan indeks fagositik). Pengamatan gejala
klinis dilakukan setiap hari, sedangkan
gambaran darah dilakukan pada hari ke 0, 3
dan 7 pasca infeksi.
Prospek buah mahkota dewa 111
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil uji in vitro dapat dilihat
bakteri yang tumbuh pada media TSA yang
dicampur dengan mahkota dewa dosis 2 dan
4 g/l lebih sedikit dibandingkan dengan
media kontrol. Pada media dengan mahkota
dewa dosis 6, 8, dan 10 g/l, tidak ditemukan
adanya bakteri yang tumbuh. Hal ini
membuktikan bahwa rebusan buah mahkota
dewa mengandung zat antibakteri terhadap A.
hydrophila. Semakin sedikit jumlah bakteri
yang tumbuh maka semakin baik daya
antibakterinya, sehingga dosis efektif
mahkota dewa sebagai antibakteri terhadap
A. hydrophila didapat sebesar 6 g/l (Gambar
1). Adanya aktifitas antibakteri ini
disebabkan oleh senyawa bioaktif yang
terdapat dalam buah mahkota dewa. Lignan
merupakan senyawa toksik yang
menyebabkan tanaman ini memiliki aktifitas
antimikroba, seperti halnya tanaman marga
Phaleria lainnya (Lisdawati, 2002).
Flavonoid bersifat antibakteri dan
antioksidan (Angka et al., 2004). Secara in
vitro, flavonoid diketahui telah disintesis
oleh tanaman dalam responnya terhadap
infeksi mikroba sehingga efektif terhadap
sejumlah mikroorganisma (Naim, 2004
dalam Sopiana, 2005). Minyak atsiri
memiliki daya antibakteri yang disebabkan
oleh adanya senyawa fenol dan turunannya.
Salah satu senyawa turunannya adalah
kavikol yang memiliki daya bakterisidal 5
kali lebih kuat dibandingkan fenol (Hasim
2003 dalam Sopiana 2005). Sedangkan
saponin merupakan bahan yang sering
digunakan untuk desinfeksi media budidaya,
sehingga peranannya sebagai antimikroba
sudah teruji (Anonimous, 2006).
Dari hasil pengamatan gejala klinis, ikan
perlakuan mahkota dewa 12 g/l menunjukkan
gejala klinis paling ringan yaitu dari 45%
ikan yang terinfeksi, 20% mengalami gejala
nekrosis namun tidak sampai mengakibatkan
ulcer. Hal ini juga mengindikasikan bahwa
ikan perlakuan ini memiliki daya tahan
tubuh paling baik. Sedangkan ikan kontrol
(+) menunjukkan gejala klinis paling berat
yaitu dari 65% ikan yang terinfeksi, 35%
mengalami nekrosis berat hingga
mengakibatkan ulcer (Tabel 1). Ikan
perlakuan mahkota dewa 12 dan 18 g/l
menunjukan waktu penyembuhan yang lebih
cepat yaitu pada hari ke 6 dan ke 7.
Sedangkan ikan dengan perlakuan mahkota
dewa 6 g/l dan ikan kontrol (+), sampai akhir
pengamatan (hari ke 7) belum
memperlihatkan proses penyembuhan,
sebaliknya ulcer terlihat makin lebar.
Pemberian mahkota dewa selama 8 hari
pasca infeksi dapat mencegah serangan A.
hydrophila dengan konsentrasi terbaik 12 g/l.
aaa
c
b
d
0
0,5
1
1,5
2
2,5
Kontrol 2 g/l 4 g/l 6 g/l 8 g/l 10 g/l
Perlakuan dosis mahkota dewa
JumlahkoloniA.hydrophila
(x103
cfu/ml)
Ket: Huruf alfabet (a, b, c, d) menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata pada
selang kepercayaan 95%.
Gambar 1. Jumlah koloni A. hydrophila yang tumbuh di media TSA dengan perlakuan mahkota
dewa dosis berbeda.
S. L. Angka, W. Lesmanawati, Sa’diyah, M. Yuhana & D. Wahjuningrum112
Tabel 1. Persentase rata-rata ikan uji yang terinfeksi A. hydrophila yang diberi perlakuan mahkota dewa
dengan dosis berbeda.
Gejala klinis Persentase ikan rata-rata* yang terinfeksi A hydrophila pada perlakuan
A B C D E
Tukak/ulcer 0 35 25 0 20
Nekrosis 0 5 5 20 10
Radang 0 10 0 0 0
Hiperemi 0 15 25 25 20
Tidak ada gejala 100 35 45 55 50
*dari 2 ulangan, tiap ulangan 10 ekor ikan
Ket: Ikan uji dengan perlakuan :
A: tanpa mahkota dewa dan disuntik PBS (kontrol -)
B: tanpa mahkota dewa dan diinfeksi A. hydrophila (kontrol +)
C: mahkota dewa konsentrasi 6 g/l dan diinfeksi A. hydrophila
D: mahkota dewa konsentrasi 12 g/l dan diinfeksi A. hydrophila
E: mahkota dewa konsentrasi 18 g/l dan diinfeksi A. hydrophila
Pada pengamatan parameter darah,
jumlah eritrosit hari ke 0 dan ke 3 pasca
infeksi tidak menunjukkan hasil yang
berbeda nyata dengan semua perlakuan
(Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian mahkota dewa tidak
mempengaruhi jumlah eritrosit dalam darah.
Namun kadar hemoglobin ikan yang diberi
mahkota dewa, selama pengamatan (hari ke
0, 3, dan 7), lebih tinggi dan berbeda nyata
(p<0.05) dibandingkan ikan kontrol (+)
(Gambar 3). Hal ini diduga karena
banyaknya eritrosit muda (polikromatosit)
yang ditemukan, yang mana volume padatan
selnya lebih tinggi dibanding sel darah yang
normal. Tingginya padatan sel ini dapat
dilihat dari nilai hematokrit ikan perlakuan
mahkota dewa yang juga lebih tinggi
dibandingkan kontrol (+) (Gambar 4).
Banyaknya eritrosit muda ini
mengindikasikan bahwa pemberian mahkota
dewa dapat memacu pembentukkan eritrosit
dalam darah.
Mahkota dewa menyebabkan
peningkatan total lekosit dalam darah ikan
perlakuan mahkota dewa 12 dan 18 g/l pada
hari ke 0 yaitu sebesar 4,68 dan 4,58
(x104
sel/mm3
) (Gambar 5). Lekosit
merupakan sel yang berperan penting dalam
sistem pertahanan seluler tubuh, sehingga
peningkatan lekosit dapat meningkatkan daya
tahan tubuh ikan. Peningkatan jumlah lekosit
ini disebabkan oleh peningkatan jumlah
netrofil dan limfosit dalam darah (Gambar 6,
Gambar 7). Peningkatan limfosit terjadi
karena meningkatnya aktifitas pembelahan
(proliferasi) sel limfosit. Proliferasi sel ini
kemungkinan dirangsang oleh suatu senyawa
dalam mahkota dewa yang bersifat
mitogenik. Senyawa ini bekerja dengan cara
mengaktifasi sel pertahanan untuk
berdiferensiasi, menyebabkan terjadinya
sintesa DNA pada sel limfosit (Rorstad et al.,
1993 dalam Alifuddin, 1999). Pembelahan
sel limfosit diantaranya menghasilkan
antibodi dan sel T sitotoksik yang
mengeliminasi antigen melalui cell-mediated
cytotoxicity (Anderson, 1992). Sedangkan
netrofil merupakan sel-sel pertama yang
meninggalkan pembuluh darah yang penting
karena mengandung vakuola berisi enzim
untuk menghancurkan organisme yang
dimakannya (Roberts, 1978). Peningkatan
limfosit dan netrofil ini berperan besar dalam
meningkatkan respon ketahanan tubuh ikan
uji terhadap infeksi.
Pada hari ke 3 pasca infeksi, jumlah
limfosit semua perlakuan mengalami
peningkatan. Jumlah limfosit pada ikan
perlakuan mahkota dewa 12 dan 18 g/l
menunjukkan hasil yang berbeda nyata dan
nilainya lebih tinggi dibanding perlakuan
lainnnya (Gambar 7). Sedangkan jumlah
netrofil dalam darah ikan semua perlakuan
mengalami penurunan pada hari ke-3 pasca
infeksi. Rendahnya nilai tersebut diduga
Prospek buah mahkota dewa 113
karena netrofil keluar dari pembuluh darah
dan berada di tempat radang untuk melawan
bakteri penyebab penyakit. Hal ini tampak
dari gejala klinis ikan yang mengalami tukak
pada hari ke-3. Namun pada perlakuan 12 g/l,
jumlah netrofil masih lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan lainnya
(Gambar 6). Hal ini berarti bahwa gejala
klinis yang dialami oleh ikan perlakuan
tersebut paling ringan yang sekaligus
menunjukkan pertahanan tubuh paling baik.
Monosit berperan sebagai makrofag dan
banyak dijumpai pada daerah peradangan
atau infeksi. Pemberian mahkota dewa dosis
18 g/l mampu meningkatkan jumlah monosit
dalam darah hari ke 0, 3, dan 7 pasca infeksi
dan berbeda nyata dibandingkan dengan
kontrol (+) (Gambar 8). Walaupun
peningkatan monosit hanya terjadi pada ikan
perlakuan 18 g/l, namun kemampuan
fagositik darah semua ikan perlakuan
mahkota dewa terus mengalami peningkatan
sampai akhir pengamatan (Gambar 9).
Aktifitas fagositik yang dilakukan oleh
makrofag ini merupakan bagian dari sistem
pertahanan tubuh yang penting karena
berperan dalam memfagositir penyebab-
penyebab penyakit dan sisa-sisa jaringan
yang hancur (Nabib dan Pasaribu, 1989).
Menurut Chinabut et al. (1991),
trombosit berperan penting dalam
pembekuan darah karena luka. Pada hari ke-0
jumlah trombosit perlakuan 12 g/l berbeda
nyata dan lebih tinggi dari perlakuan lainnya
(Gambar 10). Peningkatan produksi
trombosit ini menyebabkan pembekuan darah
lebih cepat. Hal ini terlihat dari gejala klinis
ikan perlakuan 12 g/l yang menunjukkan
gejala klinis yang lebih ringan dan waktu
penyembuhan yang lebih cepat (Tabel 1).
Zat-zat aktif yang terkandung dalam
mahkota dewa bekerja secara bersama-sama
dalam melawan infeksi A. hydrophila.
Alkaloid berguna dalam proses detoksifikasi
yang dapat menetralisisir racun dalam tubuh.
Saponin diketahui juga dapat meningkatkan
daya tahan tubuh. Flavonoid bersifat
antiinflamasi dan membantu mengurangi rasa
sakit bila terjadi pendarahan atau
pembengkakan (Anonimous 2006). Selain
itu, flavonoid juga memacu sistem imun
karena lekosit sebagai pemakan benda asing
lebih cepat diaktifkan dan sistem limfe lebih
cepat diaktifkan (Angka et al., 2004).
a a
ab
a
a aa
a
a
a
a
ab
a
a b
1
1,2
1,4
1,6
1,8
2
hari ke 0 hari ke 3 hari ke 7
Pengamatan eritrosit pasca infeksi
Totaleritrosit(x106
sel/mm3
)
A
B
C
D
E
Ket: Huruf alfabet (a, b, c, d) menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata pada
selang kepercayaan 95%.
Ikan uji dengan perlakuan :
A: tanpa mahkota dewa dan disuntik PBS (kontrol -)
B: tanpa mahkota dewa dan diinfeksi A. hydrophila (kontrol +)
C: mahkota dewa konsentrasi 6 g/l dan diinfeksi A. hydrophila
D: mahkota dewa konsentrasi 12 g/l dan diinfeksi A. hydrophila
E: mahkota dewa konsentrasi 18 g/l dan diinfeksi A. hydrophila
Gambar 2. Total eritrosit pada ikan patin yang diberi perlakuan mahkota dewa dosis berbeda.
S. L. Angka, W. Lesmanawati, Sa’diyah, M. Yuhana & D. Wahjuningrum114
a
b c
a
a
aa ab ab
ab ab ab
b
b c
0
1
2
3
4
5
6
7
hari ke 0 hari ke 3 hari ke 7
Pengamatan hemoglobin pasca infeksi
Hemoglobin(g%)
A
B
C
D
E
Ket: Idem dengan Gambar 2
Gambar 3. Hemoglobin pada ikan patin yang diberi perlakuan mahkota dewa dosis berbeda.
a
b aa
a
a
a
ab
a
a b
a
a
b
a
22
23
24
25
26
27
28
hari ke 0 hari ke 3 hari ke 7
Pengamatan hematokrit pasca infeksi
Kadarhematokrit(%)
A
B
C
D
E
Ket: Idem dengan Gambar 2
Gambar 4. Kadar hematokrit pada ikan patin yang diberi perlakuan mahkota dewa dosis
berbeda.
bc
a
a ab
a
a
abc
a
ab
a
b
b
c
b
b
0
10
20
30
40
50
60
70
80
hari ke 0 hari ke 3 hari ke 7
Pengamatan lekosit pasca infeksi
Totallekosit(x103
sel/mm3
)
A
B
C
D
E
Ket: Idem dengan Gambar 2
Gambar 5. Total lekosit pada ikan patin yang diberi perlakuan mahkota dewa dosis berbeda.
Prospek buah mahkota dewa 115
a
a
a
a
a
a
a
a
ab
a
b
b
a
a
b
0
1
2
3
4
5
hari ke 0 hari ke 3 hari ke 7
Pengamatan netrofil pasca infeksi
Totalnetrofil(x10
3
sel/mm
3
)
A
B
C
D
E
Ket: Idem dengan Gambar 2
Gambar 6. Total netrofil ikan patin yang diberi perlakuan mahkota dewa dosis berbeda.
b
a
a a
a
a
ab
a
b
a
b
ab b
c
b
0
10
20
30
40
50
60
70
hari ke 0 hari ke 3 hari ke 7
Pengamatan limfosit pasca infeksi
Totallimfosit(x103
sel/mm3
)
A
B
C
D
E
Ket: Idem dengan Gambar 2
Gambar 7. Total limfosit ikan patin yang diberi perlakuan mahkota dewa dosis berbeda.
c
b
ab
bc
a
ab
a
a
a
ab
a
ab
d
a
b
0
1
2
3
4
5
6
7
8
hari ke 0 hari ke 3 hari ke 7
Pengamatan monosit pasca infeksi
Totalmonosit(x103
sel/mm3
)
A
B
C
D
E
Ket: Idem dengan Gambar 2
Gambar 8. Total monosit ikan patin yang diberi perlakuan mahkota dewa dosis berbeda.
S. L. Angka, W. Lesmanawati, Sa’diyah, M. Yuhana & D. Wahjuningrum116
a
a a
a
c a
a
a
a
b
c
a
a
b
a
0
10
20
30
40
hari ke 0 hari ke 3 hari ke 7
Pengamatan indeks fagositik pasca infeksi
Indeksfagositik(%)
A
B
C
D
E
Ket: Idem dengan Gambar 2
Gambar 9. Rataan nilai indeks fagositik pada darah ikan patin yang diberi perlakuan
mahkota dewa dosis berbeda.
a
a
a
a
c
a
a
a
a
a
c
b
ab
a
0
3
6
9
12
15
hari ke 0 hari ke 3 hari ke 7
Pengamatan trombosit pasca infeksi
Totaltrombosit(x103
sel/mm3
)
A
B
C
D
E
Ket: Idem dengan Gambar 2
Gambar 10. Total trombosit ikan patin yang diberi perlakuan mahkota dewa dosis berbeda.
Dari hasil pengamatan gejala klinis dan
gambaran darah, terbukti bahwa pemberian
mahkota dewa selama 8 hari pasca infeksi,
mampu mencegah infeksi A. hydrophila
dengan meningkatkan daya tahan tubuh ikan,
pada dosis mahkota dewa terbaik sebesar 12
g/l. Hal ini dibuktikan lewat parameter gejala
klinis ikan yang diberi perlakuan mahkota
dewa menunjukkan gejala klinis yang lebih
ringan dengan waktu penyembuhan yang
lebih cepat bila dibandingkan dengan ikan
kontrol (+). Peningkatan daya tahan tubuh
ikan ini disebabkan oleh meningkatnya total
lekosit, yang ditunjukkan oleh peningkatan
jumlah limfosit dan netrofil dalam darah.
Peningkatan daya tahan tubuh juga
disebabkan oleh meningkatnya kemampuan
fagositik darah, sehingga dengan demikian
mahkota dewa juga berpotensi sebagai
imunostimulan.
KESIMPULAN
Mahkota dewa mengandung zat yang
bersifat antibakteri terhadap A. hydrophila
dengan dosis efektif sebesar 6 g/l. Pemberian
mahkota dewa dosis 6, 12, dan 18 g/l selama
8 hari dapat mencegah infeksi penyakit MAS
dengan meningkatkan daya tahan tubuh ikan.
Prospek buah mahkota dewa 117
Peningkatan daya tahan tubuh terjadi karena
meningkatnya jumlah lekosit dalam darah
yang ditunjukkan oleh peningkatan jumlah
limfosit dan netrofil, serta meningkatnya
kemampuan fagositik darah. Mahkota dewa
juga meningkatkan kadar hemoglobin dan
hematokrit darah. Dosis terbaik mahkota
dewa untuk pencegahan penyakit MAS
sebesar 12 g/l yang ditunjukkan oleh gejala
klinis paling ringan (sampai tahap nekrosis),
dengan jumlah ikan yang terinfeksi paling
sedikit (45%) dan waktu penyembuhan
paling cepat (hari ke 6).
DAFTAR PUSTAKA
Alifuddin M. 1999. Peran imunostimulan
(lipopolisakarida, Saccharomyces
cerevisiae dan levamisol) pada
gambaran respon imunitas ikan jambal
siam Pangasius hypophthalmus Fowler.
Tesis. Program Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Anderson DP. 1992. Fish Immunology. TFH
Publication Ltd., Hongkong.
Angka SL, BP Priosoeryanto, BW Lay, E
Harris. 2004. Penyakit Motile
Aeromonad Septicaemia pada ikan lele
dumbo Clarias sp.. Forum Pascasarjana,
27: 339-350.
Anonimous. 2006. Kandungan mahkota
dewa. http://id.wikipedia.org [29 Januari
2006].
Chinabut S, C Limsuwan, P Kitsawat. 1991.
Histology of The Walking Catfish
Clarias batrachus. Department of
Fisheries Thailand.
Hadioetomo RS. 1993. Mikrobiologi Dasar
dalam Praktek: Teknik dan Prosedur
Dasar Laboratorium. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Harmanto N. 2004. Menggempur Penyakit
Hewan Kesayangan dengan Mahkota
Dewa. Penebar Swadaya, Jakarta.
Lisdawati V. 2002. Buah mahkota dewa
Phaleria macrocarpha (Scheff) Boer,
toksisitas efek antioksidan, dan efek
antikanker berdasarkan uji penapisan
farmakologi. http://www. Mahkota
Dewa. Com . [5 Mei 2005].
Nabib R, FH Pasaribu. 1989. Patologi dan
Penyakit Ikan. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan. Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi. Pusat Antar
Universitas Bioteknologi, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Roberts RJ. 1978. Fish Pathology. Balliere
Tindal, London.
Sopiana P. 2005. Effektifitas ekstrak paci-
paci Leucas lavandulaefolia untuk
pencegahan dan pengobatan penyakit
MAS motile Aeromonad Septicaemia
pada ikan lele Dumbo Clarias sp.
Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.

More Related Content

What's hot

Ppt usulan penelitian
Ppt  usulan penelitianPpt  usulan penelitian
Ppt usulan penelitianred070714
 
6. daun beluntas(beres)
6. daun beluntas(beres)6. daun beluntas(beres)
6. daun beluntas(beres)dharma281276
 
Laporan mikrobiologi
Laporan mikrobiologiLaporan mikrobiologi
Laporan mikrobiologiArista April
 
Andrew hidayat 200428-none
 Andrew hidayat   200428-none Andrew hidayat   200428-none
Andrew hidayat 200428-noneAndrew Hidayat
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan MediumLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan MediumRukmana Suharta
 
PENCEGAHAN INFEKSI VIRUS WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA UDANG WINDU Pe...
PENCEGAHAN INFEKSI VIRUS WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA UDANG WINDU Pe...PENCEGAHAN INFEKSI VIRUS WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA UDANG WINDU Pe...
PENCEGAHAN INFEKSI VIRUS WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA UDANG WINDU Pe...Repository Ipb
 
Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiTidar University
 
Potensi laut sebagai sumber obattan
Potensi laut sebagai sumber obattanPotensi laut sebagai sumber obattan
Potensi laut sebagai sumber obattanRahmi Soleha
 
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SURIAN (Toona sinensis)
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SURIAN (Toona sinensis)AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SURIAN (Toona sinensis)
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SURIAN (Toona sinensis)Repository Ipb
 
aldin praktikum 3
aldin praktikum 3aldin praktikum 3
aldin praktikum 3aldin15
 
Proposal individu Muhammad Sobri Maulana
Proposal individu Muhammad Sobri MaulanaProposal individu Muhammad Sobri Maulana
Proposal individu Muhammad Sobri MaulanaMuhammad sobri maulana
 
The Power of Zingiberaceae - Kartiawati Alipin
The Power of Zingiberaceae  - Kartiawati AlipinThe Power of Zingiberaceae  - Kartiawati Alipin
The Power of Zingiberaceae - Kartiawati Alipinikabiounpad
 
Laporan Ekologi Tumbuhan “Pengaruh Allelopaty Jenis Tanaman Terhadap Perkecam...
Laporan Ekologi Tumbuhan “Pengaruh Allelopaty Jenis Tanaman Terhadap Perkecam...Laporan Ekologi Tumbuhan “Pengaruh Allelopaty Jenis Tanaman Terhadap Perkecam...
Laporan Ekologi Tumbuhan “Pengaruh Allelopaty Jenis Tanaman Terhadap Perkecam...Biology Education
 
Pembuatan medium nutrient cair
Pembuatan medium nutrient cairPembuatan medium nutrient cair
Pembuatan medium nutrient cairTidar University
 
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMarkus T Lasut
 

What's hot (20)

Ppt usulan penelitian
Ppt  usulan penelitianPpt  usulan penelitian
Ppt usulan penelitian
 
6. daun beluntas(beres)
6. daun beluntas(beres)6. daun beluntas(beres)
6. daun beluntas(beres)
 
Laporan mikrobiologi
Laporan mikrobiologiLaporan mikrobiologi
Laporan mikrobiologi
 
3 rofiq1
3 rofiq13 rofiq1
3 rofiq1
 
Andrew hidayat 200428-none
 Andrew hidayat   200428-none Andrew hidayat   200428-none
Andrew hidayat 200428-none
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan MediumLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
 
PENCEGAHAN INFEKSI VIRUS WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA UDANG WINDU Pe...
PENCEGAHAN INFEKSI VIRUS WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA UDANG WINDU Pe...PENCEGAHAN INFEKSI VIRUS WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA UDANG WINDU Pe...
PENCEGAHAN INFEKSI VIRUS WHITE SPOT SYNDROME VIRUS (WSSV) PADA UDANG WINDU Pe...
 
Limbah tekstil
Limbah tekstilLimbah tekstil
Limbah tekstil
 
Tanaman beracun
Tanaman beracunTanaman beracun
Tanaman beracun
 
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AALISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
 
Laporan Allelopati
Laporan AllelopatiLaporan Allelopati
Laporan Allelopati
 
Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasi
 
Potensi laut sebagai sumber obattan
Potensi laut sebagai sumber obattanPotensi laut sebagai sumber obattan
Potensi laut sebagai sumber obattan
 
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SURIAN (Toona sinensis)
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SURIAN (Toona sinensis)AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SURIAN (Toona sinensis)
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TOKSISITAS EKSTRAK ETANOL SURIAN (Toona sinensis)
 
aldin praktikum 3
aldin praktikum 3aldin praktikum 3
aldin praktikum 3
 
Proposal individu Muhammad Sobri Maulana
Proposal individu Muhammad Sobri MaulanaProposal individu Muhammad Sobri Maulana
Proposal individu Muhammad Sobri Maulana
 
The Power of Zingiberaceae - Kartiawati Alipin
The Power of Zingiberaceae  - Kartiawati AlipinThe Power of Zingiberaceae  - Kartiawati Alipin
The Power of Zingiberaceae - Kartiawati Alipin
 
Laporan Ekologi Tumbuhan “Pengaruh Allelopaty Jenis Tanaman Terhadap Perkecam...
Laporan Ekologi Tumbuhan “Pengaruh Allelopaty Jenis Tanaman Terhadap Perkecam...Laporan Ekologi Tumbuhan “Pengaruh Allelopaty Jenis Tanaman Terhadap Perkecam...
Laporan Ekologi Tumbuhan “Pengaruh Allelopaty Jenis Tanaman Terhadap Perkecam...
 
Pembuatan medium nutrient cair
Pembuatan medium nutrient cairPembuatan medium nutrient cair
Pembuatan medium nutrient cair
 
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
 

Similar to PROSPEK BUAH MAHKOTA DEWA Phaleria macrocarpa UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT MOTILE AEROMONAD SEPTICAEMIA PADA IKAN PATIN Pangasianodon hypophthalmus

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...Repository Ipb
 
PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 4...
PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 4...PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 4...
PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 4...Repository Ipb
 
DAYA INHIBISI EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa (Scheff....
DAYA INHIBISI EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa (Scheff....DAYA INHIBISI EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa (Scheff....
DAYA INHIBISI EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa (Scheff....Repository Ipb
 
Studi untan efektivitas daun gaharu sebagai antibakteri
Studi untan efektivitas daun gaharu sebagai antibakteriStudi untan efektivitas daun gaharu sebagai antibakteri
Studi untan efektivitas daun gaharu sebagai antibakteriSamir Jalali
 
MASKULINISASI BENIH RAJUNGAN DENGAN PERENDAMAN HORMON 17 α- METILTESTOSTERO...
MASKULINISASI  BENIH RAJUNGAN DENGAN PERENDAMAN  HORMON 17 α- METILTESTOSTERO...MASKULINISASI  BENIH RAJUNGAN DENGAN PERENDAMAN  HORMON 17 α- METILTESTOSTERO...
MASKULINISASI BENIH RAJUNGAN DENGAN PERENDAMAN HORMON 17 α- METILTESTOSTERO...lisa ruliaty 631971
 
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAE
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAEPENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAE
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAERepository Ipb
 
Rumput Laut - Lalu Sukarno
Rumput Laut - Lalu SukarnoRumput Laut - Lalu Sukarno
Rumput Laut - Lalu SukarnoMudrikan Nacong
 
Artikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-PArtikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-PFANIAANDYANI
 
jenis daun dan manfaat untuk kesehatan .pptx
jenis daun dan manfaat untuk kesehatan .pptxjenis daun dan manfaat untuk kesehatan .pptx
jenis daun dan manfaat untuk kesehatan .pptxAbdulAzzis3
 
Andrographis centella herbal sehat imunitas dan hati liver hpai
Andrographis centella herbal sehat imunitas dan hati  liver hpaiAndrographis centella herbal sehat imunitas dan hati  liver hpai
Andrographis centella herbal sehat imunitas dan hati liver hpairadhiani
 
224183 uji-aktivitas-antioksidan-ekstrak-air-da
224183 uji-aktivitas-antioksidan-ekstrak-air-da224183 uji-aktivitas-antioksidan-ekstrak-air-da
224183 uji-aktivitas-antioksidan-ekstrak-air-daJohnterRonny
 
laporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencitlaporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencitIrpandi Uciha
 
Metabolit sekunder hewan laut.
Metabolit sekunder hewan laut.Metabolit sekunder hewan laut.
Metabolit sekunder hewan laut.awarisusanti
 

Similar to PROSPEK BUAH MAHKOTA DEWA Phaleria macrocarpa UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT MOTILE AEROMONAD SEPTICAEMIA PADA IKAN PATIN Pangasianodon hypophthalmus (20)

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...
PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER CAPIT MERAH Cherax quadricarinatus...
 
PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 4...
PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 4...PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 4...
PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 4...
 
DAYA INHIBISI EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa (Scheff....
DAYA INHIBISI EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa (Scheff....DAYA INHIBISI EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa (Scheff....
DAYA INHIBISI EKSTRAK DAGING BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria marcrocarpa (Scheff....
 
6330 20977-1-pb
6330 20977-1-pb6330 20977-1-pb
6330 20977-1-pb
 
Studi untan efektivitas daun gaharu sebagai antibakteri
Studi untan efektivitas daun gaharu sebagai antibakteriStudi untan efektivitas daun gaharu sebagai antibakteri
Studi untan efektivitas daun gaharu sebagai antibakteri
 
MASKULINISASI BENIH RAJUNGAN DENGAN PERENDAMAN HORMON 17 α- METILTESTOSTERO...
MASKULINISASI  BENIH RAJUNGAN DENGAN PERENDAMAN  HORMON 17 α- METILTESTOSTERO...MASKULINISASI  BENIH RAJUNGAN DENGAN PERENDAMAN  HORMON 17 α- METILTESTOSTERO...
MASKULINISASI BENIH RAJUNGAN DENGAN PERENDAMAN HORMON 17 α- METILTESTOSTERO...
 
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAE
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAEPENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAE
PENDAYAGUNAAN ROTIFERA YANG DIBERI PAKAN ALAMI BERBAGAI JENIS MIKROALGAE
 
Rumput Laut - Lalu Sukarno
Rumput Laut - Lalu SukarnoRumput Laut - Lalu Sukarno
Rumput Laut - Lalu Sukarno
 
Khasiat daun teh
Khasiat daun tehKhasiat daun teh
Khasiat daun teh
 
Aplikasi ekstrak temulawak_romi novriadi_bbl batam
Aplikasi ekstrak temulawak_romi novriadi_bbl batamAplikasi ekstrak temulawak_romi novriadi_bbl batam
Aplikasi ekstrak temulawak_romi novriadi_bbl batam
 
Artikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-PArtikel ilmiah PKM-P
Artikel ilmiah PKM-P
 
jenis daun dan manfaat untuk kesehatan .pptx
jenis daun dan manfaat untuk kesehatan .pptxjenis daun dan manfaat untuk kesehatan .pptx
jenis daun dan manfaat untuk kesehatan .pptx
 
Andrographis centella herbal sehat imunitas dan hati liver hpai
Andrographis centella herbal sehat imunitas dan hati  liver hpaiAndrographis centella herbal sehat imunitas dan hati  liver hpai
Andrographis centella herbal sehat imunitas dan hati liver hpai
 
Daun pepaya...
Daun pepaya...Daun pepaya...
Daun pepaya...
 
OT.ppt
OT.pptOT.ppt
OT.ppt
 
224183 uji-aktivitas-antioksidan-ekstrak-air-da
224183 uji-aktivitas-antioksidan-ekstrak-air-da224183 uji-aktivitas-antioksidan-ekstrak-air-da
224183 uji-aktivitas-antioksidan-ekstrak-air-da
 
laporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencitlaporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencit
 
Tugas tcm batra
Tugas tcm batraTugas tcm batra
Tugas tcm batra
 
Metabolit sekunder hewan laut.
Metabolit sekunder hewan laut.Metabolit sekunder hewan laut.
Metabolit sekunder hewan laut.
 
Jurnal review alkaloid
Jurnal review alkaloidJurnal review alkaloid
Jurnal review alkaloid
 

More from Repository Ipb

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Repository Ipb
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...Repository Ipb
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...Repository Ipb
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...Repository Ipb
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMRepository Ipb
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKRepository Ipb
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIARepository Ipb
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...Repository Ipb
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...Repository Ipb
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...Repository Ipb
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFRepository Ipb
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...Repository Ipb
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...Repository Ipb
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Repository Ipb
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...Repository Ipb
 
UDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERI
UDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERIUDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERI
UDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERIRepository Ipb
 

More from Repository Ipb (20)

Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
Peta ipb
Peta ipbPeta ipb
Peta ipb
 
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
Proceedings icaia 2015_yandra_367-373
 
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
SUPERABSORBEN HASIL PENCANGKOKAN DAN PENAUTAN SILANG FRAKSI ONGGOK DENGAN AKR...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
TEKNOLOGI SEPARASI BAHAN AKTIF TEMULA W AK MENGGUNAKAN BIOPOLIMER TERMODIFIKA...
 
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
PEMBUATAN ARANG DARI SAMPAH ORGANIK DENGAN CARA KARBONISASI MENGGUNAKAN REAKT...
 
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
IDENTIFIKASI SENYAWABIOAKTIFANTIFEEDANT DARIASAPCAIRHASILPIROLISISSAMPAHORGAN...
 
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUMTHERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
THERMAL EFFECT ON APATITE CRYSTAL SYNTHESIZED FROM EGGSHELL’S CALCIUM
 
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIKSTUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
STUDI PRODUKSI PEKTIN ASETAT SEBAGAI BAHAN BAKU LEMBARAN BIOPLASTIK
 
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIATHERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA MINERAL TULANG MANUSIA
 
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
SINTESIS POLIOL SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBENTUK POLIURETAN BERBASIS MINY AK JAR...
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
 
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
PENGARUH EKSTRAK BANGLE (Zingiber cassumunar Roxb.) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM ...
 
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIFBRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
BRlKET AMPAS SAGU SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
 
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
POTENSI MINYAK ATSIRI DAUN Cinnamomum multiflorum SEBAGAI INSEKTISIDA NAB A T...
 
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GOLONGAN FLAVONOID DAUN DANDANG GENDIS (Clinacanthus...
 
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
Metode Spektrofotometri UV-Vis Untuk Penentuan Barium dalam Tanah Liat dengan...
 
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY PROFilE OF TEMPUYUNG Sonchus arvensis ...
 
UDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERI
UDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERIUDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERI
UDAH BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI TANAMAN PENGHASIL ZAT ANTI BAKTERI
 

Recently uploaded

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 

Recently uploaded (20)

KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 

PROSPEK BUAH MAHKOTA DEWA Phaleria macrocarpa UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT MOTILE AEROMONAD SEPTICAEMIA PADA IKAN PATIN Pangasianodon hypophthalmus

  • 1. Prospek buah mahkota dewa 109 PROSPEK BUAH MAHKOTA DEWA Phaleria macrocarpa UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT MOTILE AEROMONAD SEPTICAEMIA PADA IKAN PATIN Pangasianodon hypophthalmus Prospect use of Phaleria macrocarpa to prevent motile aeromonad septicaemia disease in Patin Catfish Pangasianodon hypophthalmus D. Wahjuningrum, S. L. Angka, W. Lesmanawati, Sa’diyah & M. Yuhana Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga Bogor 16680 – Jawa Barat ABSTRACT Motile Aeromonad Septicaemia (MAS) disease is one of bacterial disease frequently infecting freshwater fishes including patin catfish Pangasianodon hypophthalmus. This study was performed to determine antimicrobial of Phaleria macrocarpa (PM) and its potency against MAS disease caused by Aeromonas hydrophila. The in vitro susceptibility test was performed by pour plate methods at the dosages of 2, 4, 6, 8, and 10 g/l PM. At the in vivo test, fish were fed with the addition of PM into the diet at a dosage of 6, 12, and 18 g/l and 0 g/l as a control for 8 days. At ninth day, fish were infected with A.hydrophila. For seven days after infection the clinical signs and blood pictures were observed. The in vitro test indicated that PM had an antibacterial effect to A.hydrophila at the dosage of 6 g/l. Addition of PM in the diet for 8 days increased haemoglobine. The results showed that lowest clinical sign and smallest number of in fected fish was found at dosage of 12 g/l PM. PM can be used as a preventive method for MAS. Keywords: Phaleria macrocarpa, antibacterial, “patin”, MAS disease, Aeromonas hydrophila ABSTRAK Penyakit MAS (Motile Aeromonad Septicaemia) merupakan penyakit bakterial yang banyak menyerang ikan-ikan air tawar termasuk patin Pangasianodon hypophthalmus. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan antibakteri dari mahkota dewa (MD) Phaleria macrocarpa terhadap Aeromonas hydrophila penyebab penyakit MAS dan potensinya dalam pencegahan penyakit ini. Pada uji in vitro dilakukan pengujian aktivitas antibakteri MD terhadap A. hydrophila dengan metode hitungan cawan pada dosis MD 2, 4, 6, 8, dan 10 g/l. Pada uji in vivo, ikan uji diberi pakan yang dicampur MD dengan dosis berbeda yaitu 0 g/l (kontrol +), 6, 12, dan 18 g/l, selama 8 hari. Pada hari kesembilan ikan disuntik dengan A. hydrophila dan pengamatan dilanjutkan selama 7 hari, meliputi pengamatan gejala klinis dan gambaran darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa MD bersifat antibakteri terhadap A. hydrophila dengan dosis efektif 6 g/l. Pemberian MD selama 8 hari dapat meningkatkan kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah lekosit, serta meningkatkan kemampuan fagositik darah. Dosis MD sebesar 12 g/l menunjukkan hasil paling baik yang ditunjang oleh gejala klinis paling ringan (sampai tahap nekrosis), dengan jumlah ikan yang terinfeksi paling sedikit (45%) dan waktu penyembuhan paling cepat (hari ke 6). Dengan demikian, MD dapat digunakan untuk mencegah penyakit MAS. Kata kunci: mahkota dewa, antibakterial, ikan patin, penyakit MAS, Aeromonas hydrophila PENDAHULUAN Ikan patin Pangasianodon hypophthalmus merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan telah dibudidayakan secara intensif. Penyakit bakterial menjadi salah satu kendala dalam budidaya ikan ini karena menyebabkan kematian dan telah menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit. Motile Aeromonad Septicaemia (MAS) atau dikenal juga sebagai penyakit bercak merah ikan, yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila, merupakan penyakit bakterial yang banyak menyerang ikan-ikan air tawar dan sering timbul sebagai wabah di Asia Jurnal Akuakultur Indonesia, 6(1): 109–117 (2007) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id Bulan Ke-2
  • 2. S. L. Angka, W. Lesmanawati, Sa’diyah, M. Yuhana & D. Wahjuningrum110 Tenggara sampai sekarang (Angka et al., 2004). Penggunaan antibiotik untuk pengobatan penyakit bakterial telah lama digunakan, namun penggunaan antibiotik yang tidak terkontrol menyebabkan timbulnya resistensi bakteri patogen. Karena itu penanggulangan penyakit ikan diupayakan menggunakan bahan-bahan alami yang lebih baik dan ramah lingkungan. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tanaman yang berpotensi sebagai obat. Mahkota dewa Phaleria macrocarpa merupakan salah satu tanaman obat yang banyak digunakan untuk menanggulangi berbagai penyakit. Penggunaan mahkota dewa untuk pengobatan juga mulai diaplikasikan untuk mengobati penyakit pada hewan (Harmanto, 2004). Flavonoid, minyak atsiri, fenol, saponin, serta lignan yang terkandung dalam buah mahkota dewa diketahui memiliki aktifitas antimikroba. Selain itu, flavonoid dan saponin juga dapat meningkatkan sistem imun tubuh. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan antibakteri dari mahkota dewa terhadap A. hydrophila penyebab penyakit MAS dan potensinya dalam pencegahan penyakit ini. Data ini sekaligus dapat memberi gambaran tentang dampak buah mahkota dewa untuk pengobatan penyakit infeksi bakterial pada manusia. BAHAN DAN METODE Pemeliharaan Ikan Ikan patin sebagai hewan uji yang digunakan berukuran panjang 8-9 cm dan bobot rata-rata 11,53 gram. Ikan dipelihara dalam akuarium ukuran 60 x 30 x 35 cm sebanyak 10 ekor tiap perlakuan tiap akuarium dan diberi pakan pelet terapung dua kali sehari. Bakteri uji yang digunakan pada penelitian ini adalah Aeromonas hydrophila yang bersifat virulen, yang diperoleh dari Balai Riset Perikanan Air Tawar Pasar Minggu Jakarta. Untuk bahan fitofarmaka digunakan buah mahkota dewa segar yang telah matang, kemudian diiris-iris tipis dan dijemur di bawah sinar matahari selama 3-6 hari sampai kering. Uji Efektivitas Mahkota Dewa secara in Vitro Uji in vitro dilakukan untuk menguji daya antibakteri dari buah mahkota dewa terhadap A. hydrophila dengan menggunakan metode hitungan cawan (Hadioetomo 1993). Mahkota dewa sebanyak 1, 2, 3, 4, dan 5 gram direbus dalam 100 ml air, sampai sisa air rebusan tinggal setengah dari volume awal (50 ml). Media TSA (Tryptic Soy Agar) 9 ml dicampur dengan hasil rebusan mahkota dewa masing-masing sebanyak 1 ml sehingga didapat dosis mahkota dewa sebesar 2, 4, 6, 8, dan 10 g/l. Setelah media agak dingin, bakteri A. hydrophila konsentrasi 103 cfu/ml sebanyak 0,1 ml dituang dalam masing- masing media dan dicampur homogen. Setelah itu diinkubasi selama 24 jam, kemudian dihitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh. Tiap-tiap perlakuan dibuat triplo. Uji Efektivitas Mahkota Dewa secara in Vivo Uji ini terdiri dari 4 perlakuan dosis mahkota dewa yaitu 0 g/l (kontrol +), 6, 12, dan 18 g/l serta kontrol (-). Untuk kontrol (- ), ikan diberi pakan tanpa campuran mahkota dewa dan disuntik PBS (Phosphat Buffer Saline) sebanyak 0,1 ml/ekor ikan. Masing- masing perlakuan dibuat tiga kali ulangan. Mahkota dewa sebanyak 1,8 gram direbus dalam 200 ml air sampai sisa air rebusan tinggal 100 ml. Selanjutnya hasil rebusan diencerkan hingga didapat mahkota dewa dosis 6, 12, dan 18 g/l. Masing-masing dosis sebanyak 1 ml disemprotkan pada pakan pelet untuk perlakuan. Ikan uji diberi pakan pelet perlakuan selama 8 hari. Pada hari kesembilan ikan disuntik dengan A. hydrophila konsentrasi 105 cfu/ml. Konsentrasi bakteri ini didapat dari hasil uji LD-50 yang telah dilakukan sebelumnya. Selanjutnya pengamatan dilanjutkan selama 7 hari yang meliputi gejala klinis dan gambaran darah (hemoglobin, hematokrit, total eritrosit, total lekosit, diferensial lekosit, dan indeks fagositik). Pengamatan gejala klinis dilakukan setiap hari, sedangkan gambaran darah dilakukan pada hari ke 0, 3 dan 7 pasca infeksi.
  • 3. Prospek buah mahkota dewa 111 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil uji in vitro dapat dilihat bakteri yang tumbuh pada media TSA yang dicampur dengan mahkota dewa dosis 2 dan 4 g/l lebih sedikit dibandingkan dengan media kontrol. Pada media dengan mahkota dewa dosis 6, 8, dan 10 g/l, tidak ditemukan adanya bakteri yang tumbuh. Hal ini membuktikan bahwa rebusan buah mahkota dewa mengandung zat antibakteri terhadap A. hydrophila. Semakin sedikit jumlah bakteri yang tumbuh maka semakin baik daya antibakterinya, sehingga dosis efektif mahkota dewa sebagai antibakteri terhadap A. hydrophila didapat sebesar 6 g/l (Gambar 1). Adanya aktifitas antibakteri ini disebabkan oleh senyawa bioaktif yang terdapat dalam buah mahkota dewa. Lignan merupakan senyawa toksik yang menyebabkan tanaman ini memiliki aktifitas antimikroba, seperti halnya tanaman marga Phaleria lainnya (Lisdawati, 2002). Flavonoid bersifat antibakteri dan antioksidan (Angka et al., 2004). Secara in vitro, flavonoid diketahui telah disintesis oleh tanaman dalam responnya terhadap infeksi mikroba sehingga efektif terhadap sejumlah mikroorganisma (Naim, 2004 dalam Sopiana, 2005). Minyak atsiri memiliki daya antibakteri yang disebabkan oleh adanya senyawa fenol dan turunannya. Salah satu senyawa turunannya adalah kavikol yang memiliki daya bakterisidal 5 kali lebih kuat dibandingkan fenol (Hasim 2003 dalam Sopiana 2005). Sedangkan saponin merupakan bahan yang sering digunakan untuk desinfeksi media budidaya, sehingga peranannya sebagai antimikroba sudah teruji (Anonimous, 2006). Dari hasil pengamatan gejala klinis, ikan perlakuan mahkota dewa 12 g/l menunjukkan gejala klinis paling ringan yaitu dari 45% ikan yang terinfeksi, 20% mengalami gejala nekrosis namun tidak sampai mengakibatkan ulcer. Hal ini juga mengindikasikan bahwa ikan perlakuan ini memiliki daya tahan tubuh paling baik. Sedangkan ikan kontrol (+) menunjukkan gejala klinis paling berat yaitu dari 65% ikan yang terinfeksi, 35% mengalami nekrosis berat hingga mengakibatkan ulcer (Tabel 1). Ikan perlakuan mahkota dewa 12 dan 18 g/l menunjukan waktu penyembuhan yang lebih cepat yaitu pada hari ke 6 dan ke 7. Sedangkan ikan dengan perlakuan mahkota dewa 6 g/l dan ikan kontrol (+), sampai akhir pengamatan (hari ke 7) belum memperlihatkan proses penyembuhan, sebaliknya ulcer terlihat makin lebar. Pemberian mahkota dewa selama 8 hari pasca infeksi dapat mencegah serangan A. hydrophila dengan konsentrasi terbaik 12 g/l. aaa c b d 0 0,5 1 1,5 2 2,5 Kontrol 2 g/l 4 g/l 6 g/l 8 g/l 10 g/l Perlakuan dosis mahkota dewa JumlahkoloniA.hydrophila (x103 cfu/ml) Ket: Huruf alfabet (a, b, c, d) menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%. Gambar 1. Jumlah koloni A. hydrophila yang tumbuh di media TSA dengan perlakuan mahkota dewa dosis berbeda.
  • 4. S. L. Angka, W. Lesmanawati, Sa’diyah, M. Yuhana & D. Wahjuningrum112 Tabel 1. Persentase rata-rata ikan uji yang terinfeksi A. hydrophila yang diberi perlakuan mahkota dewa dengan dosis berbeda. Gejala klinis Persentase ikan rata-rata* yang terinfeksi A hydrophila pada perlakuan A B C D E Tukak/ulcer 0 35 25 0 20 Nekrosis 0 5 5 20 10 Radang 0 10 0 0 0 Hiperemi 0 15 25 25 20 Tidak ada gejala 100 35 45 55 50 *dari 2 ulangan, tiap ulangan 10 ekor ikan Ket: Ikan uji dengan perlakuan : A: tanpa mahkota dewa dan disuntik PBS (kontrol -) B: tanpa mahkota dewa dan diinfeksi A. hydrophila (kontrol +) C: mahkota dewa konsentrasi 6 g/l dan diinfeksi A. hydrophila D: mahkota dewa konsentrasi 12 g/l dan diinfeksi A. hydrophila E: mahkota dewa konsentrasi 18 g/l dan diinfeksi A. hydrophila Pada pengamatan parameter darah, jumlah eritrosit hari ke 0 dan ke 3 pasca infeksi tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan semua perlakuan (Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian mahkota dewa tidak mempengaruhi jumlah eritrosit dalam darah. Namun kadar hemoglobin ikan yang diberi mahkota dewa, selama pengamatan (hari ke 0, 3, dan 7), lebih tinggi dan berbeda nyata (p<0.05) dibandingkan ikan kontrol (+) (Gambar 3). Hal ini diduga karena banyaknya eritrosit muda (polikromatosit) yang ditemukan, yang mana volume padatan selnya lebih tinggi dibanding sel darah yang normal. Tingginya padatan sel ini dapat dilihat dari nilai hematokrit ikan perlakuan mahkota dewa yang juga lebih tinggi dibandingkan kontrol (+) (Gambar 4). Banyaknya eritrosit muda ini mengindikasikan bahwa pemberian mahkota dewa dapat memacu pembentukkan eritrosit dalam darah. Mahkota dewa menyebabkan peningkatan total lekosit dalam darah ikan perlakuan mahkota dewa 12 dan 18 g/l pada hari ke 0 yaitu sebesar 4,68 dan 4,58 (x104 sel/mm3 ) (Gambar 5). Lekosit merupakan sel yang berperan penting dalam sistem pertahanan seluler tubuh, sehingga peningkatan lekosit dapat meningkatkan daya tahan tubuh ikan. Peningkatan jumlah lekosit ini disebabkan oleh peningkatan jumlah netrofil dan limfosit dalam darah (Gambar 6, Gambar 7). Peningkatan limfosit terjadi karena meningkatnya aktifitas pembelahan (proliferasi) sel limfosit. Proliferasi sel ini kemungkinan dirangsang oleh suatu senyawa dalam mahkota dewa yang bersifat mitogenik. Senyawa ini bekerja dengan cara mengaktifasi sel pertahanan untuk berdiferensiasi, menyebabkan terjadinya sintesa DNA pada sel limfosit (Rorstad et al., 1993 dalam Alifuddin, 1999). Pembelahan sel limfosit diantaranya menghasilkan antibodi dan sel T sitotoksik yang mengeliminasi antigen melalui cell-mediated cytotoxicity (Anderson, 1992). Sedangkan netrofil merupakan sel-sel pertama yang meninggalkan pembuluh darah yang penting karena mengandung vakuola berisi enzim untuk menghancurkan organisme yang dimakannya (Roberts, 1978). Peningkatan limfosit dan netrofil ini berperan besar dalam meningkatkan respon ketahanan tubuh ikan uji terhadap infeksi. Pada hari ke 3 pasca infeksi, jumlah limfosit semua perlakuan mengalami peningkatan. Jumlah limfosit pada ikan perlakuan mahkota dewa 12 dan 18 g/l menunjukkan hasil yang berbeda nyata dan nilainya lebih tinggi dibanding perlakuan lainnnya (Gambar 7). Sedangkan jumlah netrofil dalam darah ikan semua perlakuan mengalami penurunan pada hari ke-3 pasca infeksi. Rendahnya nilai tersebut diduga
  • 5. Prospek buah mahkota dewa 113 karena netrofil keluar dari pembuluh darah dan berada di tempat radang untuk melawan bakteri penyebab penyakit. Hal ini tampak dari gejala klinis ikan yang mengalami tukak pada hari ke-3. Namun pada perlakuan 12 g/l, jumlah netrofil masih lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya (Gambar 6). Hal ini berarti bahwa gejala klinis yang dialami oleh ikan perlakuan tersebut paling ringan yang sekaligus menunjukkan pertahanan tubuh paling baik. Monosit berperan sebagai makrofag dan banyak dijumpai pada daerah peradangan atau infeksi. Pemberian mahkota dewa dosis 18 g/l mampu meningkatkan jumlah monosit dalam darah hari ke 0, 3, dan 7 pasca infeksi dan berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol (+) (Gambar 8). Walaupun peningkatan monosit hanya terjadi pada ikan perlakuan 18 g/l, namun kemampuan fagositik darah semua ikan perlakuan mahkota dewa terus mengalami peningkatan sampai akhir pengamatan (Gambar 9). Aktifitas fagositik yang dilakukan oleh makrofag ini merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh yang penting karena berperan dalam memfagositir penyebab- penyebab penyakit dan sisa-sisa jaringan yang hancur (Nabib dan Pasaribu, 1989). Menurut Chinabut et al. (1991), trombosit berperan penting dalam pembekuan darah karena luka. Pada hari ke-0 jumlah trombosit perlakuan 12 g/l berbeda nyata dan lebih tinggi dari perlakuan lainnya (Gambar 10). Peningkatan produksi trombosit ini menyebabkan pembekuan darah lebih cepat. Hal ini terlihat dari gejala klinis ikan perlakuan 12 g/l yang menunjukkan gejala klinis yang lebih ringan dan waktu penyembuhan yang lebih cepat (Tabel 1). Zat-zat aktif yang terkandung dalam mahkota dewa bekerja secara bersama-sama dalam melawan infeksi A. hydrophila. Alkaloid berguna dalam proses detoksifikasi yang dapat menetralisisir racun dalam tubuh. Saponin diketahui juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Flavonoid bersifat antiinflamasi dan membantu mengurangi rasa sakit bila terjadi pendarahan atau pembengkakan (Anonimous 2006). Selain itu, flavonoid juga memacu sistem imun karena lekosit sebagai pemakan benda asing lebih cepat diaktifkan dan sistem limfe lebih cepat diaktifkan (Angka et al., 2004). a a ab a a aa a a a a ab a a b 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2 hari ke 0 hari ke 3 hari ke 7 Pengamatan eritrosit pasca infeksi Totaleritrosit(x106 sel/mm3 ) A B C D E Ket: Huruf alfabet (a, b, c, d) menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%. Ikan uji dengan perlakuan : A: tanpa mahkota dewa dan disuntik PBS (kontrol -) B: tanpa mahkota dewa dan diinfeksi A. hydrophila (kontrol +) C: mahkota dewa konsentrasi 6 g/l dan diinfeksi A. hydrophila D: mahkota dewa konsentrasi 12 g/l dan diinfeksi A. hydrophila E: mahkota dewa konsentrasi 18 g/l dan diinfeksi A. hydrophila Gambar 2. Total eritrosit pada ikan patin yang diberi perlakuan mahkota dewa dosis berbeda.
  • 6. S. L. Angka, W. Lesmanawati, Sa’diyah, M. Yuhana & D. Wahjuningrum114 a b c a a aa ab ab ab ab ab b b c 0 1 2 3 4 5 6 7 hari ke 0 hari ke 3 hari ke 7 Pengamatan hemoglobin pasca infeksi Hemoglobin(g%) A B C D E Ket: Idem dengan Gambar 2 Gambar 3. Hemoglobin pada ikan patin yang diberi perlakuan mahkota dewa dosis berbeda. a b aa a a a ab a a b a a b a 22 23 24 25 26 27 28 hari ke 0 hari ke 3 hari ke 7 Pengamatan hematokrit pasca infeksi Kadarhematokrit(%) A B C D E Ket: Idem dengan Gambar 2 Gambar 4. Kadar hematokrit pada ikan patin yang diberi perlakuan mahkota dewa dosis berbeda. bc a a ab a a abc a ab a b b c b b 0 10 20 30 40 50 60 70 80 hari ke 0 hari ke 3 hari ke 7 Pengamatan lekosit pasca infeksi Totallekosit(x103 sel/mm3 ) A B C D E Ket: Idem dengan Gambar 2 Gambar 5. Total lekosit pada ikan patin yang diberi perlakuan mahkota dewa dosis berbeda.
  • 7. Prospek buah mahkota dewa 115 a a a a a a a a ab a b b a a b 0 1 2 3 4 5 hari ke 0 hari ke 3 hari ke 7 Pengamatan netrofil pasca infeksi Totalnetrofil(x10 3 sel/mm 3 ) A B C D E Ket: Idem dengan Gambar 2 Gambar 6. Total netrofil ikan patin yang diberi perlakuan mahkota dewa dosis berbeda. b a a a a a ab a b a b ab b c b 0 10 20 30 40 50 60 70 hari ke 0 hari ke 3 hari ke 7 Pengamatan limfosit pasca infeksi Totallimfosit(x103 sel/mm3 ) A B C D E Ket: Idem dengan Gambar 2 Gambar 7. Total limfosit ikan patin yang diberi perlakuan mahkota dewa dosis berbeda. c b ab bc a ab a a a ab a ab d a b 0 1 2 3 4 5 6 7 8 hari ke 0 hari ke 3 hari ke 7 Pengamatan monosit pasca infeksi Totalmonosit(x103 sel/mm3 ) A B C D E Ket: Idem dengan Gambar 2 Gambar 8. Total monosit ikan patin yang diberi perlakuan mahkota dewa dosis berbeda.
  • 8. S. L. Angka, W. Lesmanawati, Sa’diyah, M. Yuhana & D. Wahjuningrum116 a a a a c a a a a b c a a b a 0 10 20 30 40 hari ke 0 hari ke 3 hari ke 7 Pengamatan indeks fagositik pasca infeksi Indeksfagositik(%) A B C D E Ket: Idem dengan Gambar 2 Gambar 9. Rataan nilai indeks fagositik pada darah ikan patin yang diberi perlakuan mahkota dewa dosis berbeda. a a a a c a a a a a c b ab a 0 3 6 9 12 15 hari ke 0 hari ke 3 hari ke 7 Pengamatan trombosit pasca infeksi Totaltrombosit(x103 sel/mm3 ) A B C D E Ket: Idem dengan Gambar 2 Gambar 10. Total trombosit ikan patin yang diberi perlakuan mahkota dewa dosis berbeda. Dari hasil pengamatan gejala klinis dan gambaran darah, terbukti bahwa pemberian mahkota dewa selama 8 hari pasca infeksi, mampu mencegah infeksi A. hydrophila dengan meningkatkan daya tahan tubuh ikan, pada dosis mahkota dewa terbaik sebesar 12 g/l. Hal ini dibuktikan lewat parameter gejala klinis ikan yang diberi perlakuan mahkota dewa menunjukkan gejala klinis yang lebih ringan dengan waktu penyembuhan yang lebih cepat bila dibandingkan dengan ikan kontrol (+). Peningkatan daya tahan tubuh ikan ini disebabkan oleh meningkatnya total lekosit, yang ditunjukkan oleh peningkatan jumlah limfosit dan netrofil dalam darah. Peningkatan daya tahan tubuh juga disebabkan oleh meningkatnya kemampuan fagositik darah, sehingga dengan demikian mahkota dewa juga berpotensi sebagai imunostimulan. KESIMPULAN Mahkota dewa mengandung zat yang bersifat antibakteri terhadap A. hydrophila dengan dosis efektif sebesar 6 g/l. Pemberian mahkota dewa dosis 6, 12, dan 18 g/l selama 8 hari dapat mencegah infeksi penyakit MAS dengan meningkatkan daya tahan tubuh ikan.
  • 9. Prospek buah mahkota dewa 117 Peningkatan daya tahan tubuh terjadi karena meningkatnya jumlah lekosit dalam darah yang ditunjukkan oleh peningkatan jumlah limfosit dan netrofil, serta meningkatnya kemampuan fagositik darah. Mahkota dewa juga meningkatkan kadar hemoglobin dan hematokrit darah. Dosis terbaik mahkota dewa untuk pencegahan penyakit MAS sebesar 12 g/l yang ditunjukkan oleh gejala klinis paling ringan (sampai tahap nekrosis), dengan jumlah ikan yang terinfeksi paling sedikit (45%) dan waktu penyembuhan paling cepat (hari ke 6). DAFTAR PUSTAKA Alifuddin M. 1999. Peran imunostimulan (lipopolisakarida, Saccharomyces cerevisiae dan levamisol) pada gambaran respon imunitas ikan jambal siam Pangasius hypophthalmus Fowler. Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Anderson DP. 1992. Fish Immunology. TFH Publication Ltd., Hongkong. Angka SL, BP Priosoeryanto, BW Lay, E Harris. 2004. Penyakit Motile Aeromonad Septicaemia pada ikan lele dumbo Clarias sp.. Forum Pascasarjana, 27: 339-350. Anonimous. 2006. Kandungan mahkota dewa. http://id.wikipedia.org [29 Januari 2006]. Chinabut S, C Limsuwan, P Kitsawat. 1991. Histology of The Walking Catfish Clarias batrachus. Department of Fisheries Thailand. Hadioetomo RS. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek: Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Harmanto N. 2004. Menggempur Penyakit Hewan Kesayangan dengan Mahkota Dewa. Penebar Swadaya, Jakarta. Lisdawati V. 2002. Buah mahkota dewa Phaleria macrocarpha (Scheff) Boer, toksisitas efek antioksidan, dan efek antikanker berdasarkan uji penapisan farmakologi. http://www. Mahkota Dewa. Com . [5 Mei 2005]. Nabib R, FH Pasaribu. 1989. Patologi dan Penyakit Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Roberts RJ. 1978. Fish Pathology. Balliere Tindal, London. Sopiana P. 2005. Effektifitas ekstrak paci- paci Leucas lavandulaefolia untuk pencegahan dan pengobatan penyakit MAS motile Aeromonad Septicaemia pada ikan lele Dumbo Clarias sp. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.