SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
al-Bay’ 
(Jual Beli) 
& 
Telaah Kasus 
(Jual Beli Secara Kredit, Leasing, 
Murabahah)
al-Bay’ 
 Definisi 
mubâdalah mâl bi mâlin tamlîkan wa tamallukan ‘alâ sabîl at-tarâdhiy 
(pertukaran harta dengan harta sebagai pertukaran pemilikan 
berdasarkan kerelaan) 
 Bay’ sah jika 
memenuhi rukun dan syarat-syaratnya. 
 RUKUN 
1. Al-’Âqidân (penjual dan pembeli) 
2. Shighat (Ijab dan Qabul) 
3. Al-Ma’qûd ‘alayh (obyek akad) yaitu al-mabî’ (barang yang 
dijual-belikan)
Syurûth al-Bay’ 
 Syarat-Syarat Bay’ 
 Syarat al-’âqid 
Harus berakal atau minimal mumayyiz. Akad anak kecil yang 
mumayyiz sah tetapi bergantung kepada izin dari wali, mushi 
atau orang yang bertanggungjawab terhadapnya 
 Syarat al-Ma’qûd ‘alayh 
1. Suci zatnya 
2. Secara syar’i bisa dimanfaatkan 
3. Kepemilikan al-’âqid –kecuali dalam bay’ as-salaf atau al-istishnâ’ 
4. Kemampuan al-’âqid untuk menyerahkannya 
5. Jelas (ma’lûm) 
6. Memenuhi ketentuan tentang al-qabdh
Syurûth al-Bay’ 
1. Suci Zatnya 
إِنَّ الَّذِي حَرَّمَ شُرْبَ هَا حَرَّمَ بَ يْ عَهَا 
Sesungguhnya yang Allah haramkan meminumnya, Allah haramkan 
menjualnya (HR. Malik, Muslim, an-Nasai, Ahmad) 
2. Boleh Dimanfaatkan 
لاَ تَ نْتَفِعُوْا مِنْ الْمَيْتَةِ بِشَيْ ء 
Janganlah kalian memanfaatkan bangkai dengan jalan apapun 
(HR. Abu Dawud, Tirmidzi, an-Nasai, Ibn Majah dan al-Bayhaqi) 
3. Milik al-’âqid 
وَلاَ بَ يْعً اِلاَّ فِيْمَا يُُْلَكُ 
Tidak boleh ada jual beli kecuali dalam apa-apa yang dimiliki 
(HR. Abu Dawud dan Ibn Majah) 
» لاَ تَبِعْ مَا لَيْسَ عِنْدَكَ « 
Jangan engkau jual sesuatu yang bukan milikmu 
(HR. Abu Dawud, an-Nasai, Ibn Majah, at-Tirmidzi, Ahmad dan al-Baihaqi)
Syurûth al-Bay’ 
4. Kemampuan al-’âqid menyerahkan barang 
نَ هَى رَسُولُ اللََِّّ صَلَّى اللََُّّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَ يْعِ الْغَرَرِ 
Rasulullah melarang bay’ al-gharar (HR. Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi) 
لاَ تَشْتَ رُوْا السَّمَكَ فِِْ الْمَاءِ فَاِنَّهُ غَرَ ر 
Jangan kalian membeli ikan yang masih di dalam air karena itu adalah gharar 
(HR. Ahmad dan al-Bayhaqi) 
5. Jelas (ma’lûm) 
Karena kemajhulan al-mabî’ atau harga bisa menyebabkan bay’ menjadi 
batil atau fasad 
5. Sesuai ketentuan al-qabdh 
adanya qabdh menjadikan pemindahan pemilikan atas suatu menjadi 
sempurna
Syurûth fi al-Bay’ 
 Kaedah 
اَلَْْصْلُ فِِْ الشُّرُوْطِ فِِْ الْمُعَامَلاَتِ اَلِْْبَاحَةُ إِلاَّ شَرْط ا اَُُلِ الشَّرْ Hukum asal syarat dalam mu’amalah adalah boleh kecuali syarat yang 
menyalahi syara’ 
مَا بَالُ رِجَا ل يَشْتََِطُوْنَ شُرُوْطًا لَيْسَتْ فِِ كِ تَابِ اللََِّّ مَا كَانَ مِنْ شَرْ ط لَيْسَ فِ كِتَابِ اللََِّّ 
فَ هُوَ بَاطِ ل وَإِنْ كَانَ مِائَةَ شَرْ ط قَضَاءُ اللََِّّ أَحَ قُّ وَشَرْطُ اللََِّّ أَوْثَقُ 
Tiada gunanya orang mempersyaratkan syarat-syarat yang tidak ada di dalam 
kitabullah. Syarat apapun yang tidak ada di dalam kitabullah adalah batil 
meskipun seratus syarat. Ketetapan Allah lebih layak (diikuti) dan syarat Allah 
lebih kuat (dipegangi) (HR. Bukhari, Malik, Ibn Majah) 
 Makna laysa fî kitâbillâh: tidak ada dalam hukumnya, yakni menyalahi nas, 
hukum syara’ atau konsekuensi hukum atau akad yang ditetapkan oleh syara’ 
 Boleh mensyaratkan syarat apapun, asal tidak menyalahi syariat atau 
muqtadha al-’aqd
Syurûth fi al-Bay’ 
 Syarat yang Sah dan Mengikat: 
 Syarat yang diharuskan oleh akad, mis. Syarat jaminan terhadap 
cacat, syarat penyerahan harga, dsb 
 Syarat untuk kemaslahatan salah satu pihak, dimana ia tidak mau 
menerima akad kecuali syarat itu terpenuhi. Mis, syarat tentang 
karakteristik barang, waktu dan cara pembayaran 
 Syarat bukan muqtadha al-‘aqd dan tidak menyalahi muqtadha al- 
’aqd dan bagi salah satu atau kedua pihak terdapat maslahat di 
dalamnya. Mis, seseorang menjual mobil dan mensyaratkan ia 
kendarai sampai tempat tertentu baru diserah terimakan 
 Syarat yang batil, sementara akadnya tetap sah 
 Yaitu syarat yang menyalahi hukum dan muqtadha al-’aqd 
 Mis, syarat agar pembeli tidak menghibahkan barang yang di beli, 
sayrat yang membatasi tasharruf pembeli atas barang yang dia beli 
dan telah sempurna
Syurûth fi al-Bay’ 
 Syarat yang membatalkan akad : 
 Syarat yang membatalkan akad sejak asalnya. Yaitu syarat yang berupa 
akad lain. Mis, saya jual barang ini dengan syarat anda menjadi makelar 
saya untuk cari pelanggan 
لاَ يََِلُّ سَلَ وَبَ يْ ع وَلاَ شَرْطَا ن فِِْ بَ يْ ع 
Tidak halal salaf dan jual beli dan tidak pula dua syarat dalam satu jual beli 
(HR. Nasai, Tirmidzi dan Daruquthni) 
 Syarat yang dengannya tidak terakadkan akad. Mis, syarat dalam kasus 
‘aqd al-mu’allaq mis: jual beli masih menggantung 
 Syarat yang tak jelas dan tak tertentu. Mis, jual beli sesuatu dengan syarat 
bisa mengembalikannya kapan saja tanpa ada batasan waktu yang jelas. 
اِنَّ تََِيْمًا الدَّارِيُ بَا دَارًا وَاِشْتَ رَطَ سُكْنَاهَا ف اَبْ لَََ الرَّسُوْلُ الْبَ يْعَ وَالشَّ رطَ مَعًا 
Bahwa Tamim ad-Dari menjual rumah dan mensyaratkan ia menempatinya, 
lalu Rasul membatalkan jual beli itu beserta syaratnya (HR. Ibn Abiy Syaibah)
Jenis al-Bay’ 
 Jenis-Jenis Bay’ dari sisi barang dagangan: 
 Bay’ al-Muthlaq (jual beli mutlak) yaitu jual beli uang dengan 
barang 
 Bay’ ah-Sharf, yaitu jual beli antara mata uang, emas, perak, 
gandum, kurma, jewawut, garam 
 Syarat harus serah terima kontan (kecuali gandum, kurma, 
garam dan jewawut) 
 Jika sama jenisnya harus sama, tidak boleh saling berlebih 
 Bay’ as-Salam (jual beli pesanan) yaitu barangnya yang 
termasuk yang standarnya takaran, timbangan, hitungan (al-makil, 
al-mawzun, al-ma’dud) 
 Bay’ al-Istishna’ yaitu barangnya barang shina’ah 
(manufakturing) 
 Bay’ al-Muqayadah (Barter) yaitu jual beli barang dengan 
barang
Jenis al-Bay’ 
 Jenis-Jenis Bay’ dari sisi harga dan tawar menawar: 
 Bay’ al-Mu’athâ, yaitu bay’ dimana tidak perlu ada tawar 
menawar karena harga sudah diketahui secara umum. Biasanya 
untuk barang yang tidak mahal 
 Bay’ al-Musâwamah, yaitu bay’ yang bersifat tawar menawar 
 Bay’ al-Muzayadah (jual beli lelang) 
 Bay’ al-Amânah yaitu bay’ dimana harga dikaitkan dengan 
harga awal/modalnya. Macamnya: 
 Bay’ al-Wadhî’ah, yaitu bay’ dengan harga awal disertai 
kerugian yang disepakati penjual dan pembeli 
 Bay’ at-Tawliyah, yaitu bay’ dengan harga pembelian 
awal 
 Bay’ al-Murâbahah, yaitu bay’ dengan harga awal dan 
keuntungan yang disepakati penjual dan pembeli
Jenis al-Bay’ 
 Jenis-Jenis Bay’ dari Sisi Cara Pembayaran : 
 Bay’ un hâlun, dimana jual beli secara kontan, barang dan harga 
diserahkan pada saat akad di majelis akad 
 Bay’ as-Salaf atau Bay’ as-Salam, dimana harga dibayarkan 
pada saat akad dan barang dengan spesifikasi yang dijamin oleh 
penjual diserahkan setelah tempo tertentu. Hanya untuk barang 
yang termasuk al-ma’dûd wa al-makîl wa al mawzûn 
Termasuk al-Istishnâ’, pesan sesuatu yang termasuk barang 
shinâ’ah (dibuat lebih dahulu), dimana harga dibayar oleh 
mustashni’ (pemesan) pada saat akad baik seluruhnya atau 
sebagiannya dan lunas saat serah terima barang, sedangkan 
barang dengan spesifikasi yang dijamin oleh Shâni’ diserahkan 
setelah tempo tertentu. 
 Bay’ bi ad-Dayn wa bi at-Taqsîth (Jual Beli Secara Kredit 
dan Angsuran), dimana barang diserahkan di depan pada saat 
akad, sedang harga dibayar setelah tempo tertentu baik sekaligus 
atau dengan diangsur
al-Bay’ bi ad-Dayn wa bi at-Taqsîth 
 Al-mabî’ harus suci; halal dimanfaatkan; mampu diserahkan oleh 
penjual; harus ma’lûm (jelas) 
 Al-mabî’ harus milik penjual 
 Lâ tabi’ mâ laysa ‘indaka, makna laysa ‘indaka: 
• milik orang lain 
• Belum dimiliki 
• Dibeli tetapi perpindahan pemilikan belum sempurna 
karena belum terjadi qabdh 
 Agar sempurna harus memenuhi ketentuan al-qabdh 
 Harga dibayar setelah tempo tertentu, sehingga menjadi utang 
(dayn) pembeli kepada penjual 
 Tempo harus ma’lûm (jelas)
al-Bay’ bi ad-Dayn wa bi at-Taqsîth 
 Harus dengan satu harga dan satu tempo 
» عَنْ صَفْقَتَ يِْْ فِِ صَفْقَ ة وَاحِدَ ة  نَ هَى رَسُولُ اللََِّّ « 
Rasulullah saw melarang dua transaksi dalam satu akad 
(HR. Ahmad, al-Bazar dan ath-Thabrani) 
» لاَ يََِلُّ سَلَ وَبَ يْ ع وَلاَ شُرْطَانُ فِِْ بَ يْ ع، وَلاَ رِبْ ح مَ ا يُضْمَنْ، وَلاَ بَ يْ ع مَا لَيْسَ عِنْدَكَ « 
Tidak halal salaf dan jual beli, tidak halal dua syarat dalam satu jual beli, 
tidak halal keuntungan selama (barang) belum didalam tanggungan dan 
tidak halal menjual apa yang bukan milikmu 
(HR. an-Nasa’i, at-Tirmidzi dan ad-Daruquthni) 
 Tidak terjadi bay’atayn fî bay’ah 
» عَنْ بَ يْ عَتَ يِْْ فِِ بَ يْ عَ ة  نَ هَى رَسُولُ اللََِّّ « 
Rasulullah saw melarang dua jual beli dalam satu jual beli 
(HR, Ahmad, an-Nasai, at-Tirmidzi dan Ibn Hibban) 
» مَنْ بَا بَ يْ عَتَ يِْْ فَ لَهُ أَوَكْسُهُمَا أَوْ ال رِبَا « 
Siapa saja yang menjual dengan dua jual beli, maka baginya harga 
yang lebih rendah atau riba (HR. Abu Dawud)
Bay’ al-Murâbahah 
 Jual beli dengan harga awal ditambah keuntungan yang 
disepakati 
 Mis, “saya beli HP ini 1 juta dan saya jual ke Anda 
dengan keuntungan 50 ribu” 
 Bay’ al-Murâbahah bisa dilakukan secara kontan maupun 
kredit 
 Sah jika memenuhi rukun (‘aqidân, shighât dan mahal 
al-’aqd) dan syaratnya 
 Syarat terkait al-mabî’: 
 Al-mabî’ harus suci; halal dimanfaatkan; mampu 
diserahkan oleh penjual; harus ma’lûm (jelas) 
 Milik penjual
Bay’ al-Murâbahah 
 Syarat terkait harga: 
 harga awal harus disebutkan dan jelas bagi pembeli 
karena termasuk bay’ al-amânah yang didasarkan pada 
harga awal 
 Keuntungan harus disebutkan dan jelas karena 
keuntungan itu adalah bagian dari harga 
 Harga awal dari jenis yang sama dengan harga kedua 
 Harga awal haruslah bukan merupakan kompensasi 
terhadap jenis harta yang sama yang termasuk 
komoditas riba. 
 Akad pembelian awal harus merupakan akad yang sah. 
Jika akad tersebut fasad maka barang yang dibeli itu 
tidak boleh dijual secara murâbahah karena murâbahah 
merupakan jual beli dengan harga awal disertai 
tambahan keuntungan.
Bay’ al-Murâbahah li al-Âmir bi asy-Syirâ’ 
 Yang Banyak Terjadi: 
Si A ingin membeli barang milik si C tetapi uangnya tidak cukup, lalu ia 
datang kepada si B, dan si A berjanji (berkomitmen) jika B mau 
membeli barang dari C lalu menjualnya secara kredit maka A berjanji 
akan membelinya dari B secara kredit. Si B setuju dan berjanji akan 
membeli barang dari si C dan akan menjualnya secara kredit kepada A. 
Lalu B membeli barang si C dan setelah itu menjualnya secara kredit 
kepada si A 
 Di sini terjadi : 
 Tahap kesepakatan saling berkomitmen –marhalah at-tawâ’ud 
– 
 Tahap pembelian barang oleh si B dari si C 
 Tahap si B menjual barang secara kredit atau 
murabahah secara kredit kepada si A
Bay’ al-Murâbahah li al-Âmir bi asy-Syirâ’ 
 Yang Harus Diperhatikan Dalam Kasus Ini: 
1. Tentang Janji (Komitmen) itu: 
 Tidak bersifat mengikat (ghayr mulzim)  tidak bersifat wajib 
 Tidak dinilai di dalam akad jual beli yang terjadi nanti 
 Karena tidak mengikat, jika ada sejumlah uang yang dibayar 
sering disebut uang muka, tidak boleh disepakati jika batal 
uang itu untuk pedagang (B) 
 Tetapi orang yang berkomitmen (A) boleh memberi B sebagai 
hibah, untuk penawar hati 
2. Pembelian B kepada C: 
 Harus sah dan sempurna bukan hanya formalitas dan 
barang sempurna berpindah kepemilikannya dari C 
kepada B
Bay’ al-Murâbahah li al-Âmir bi asy-Syirâ’ 
إِ نّ قَدْ أَهْدَيْتُ إِلََ النَّجَاشِ ي حُلَّةً وَأَ واقِيَّ مِنْ مِسْ ك وَلاَ أَرَى النَّجَاشِ يَّ إِلاَّ قَدْ 
مَاتَ وَلاَ أَرَى إِلاَّ هَدِيَّتِِ مَرْدُوْدَةً عَلَيَّ ف إِنْ رُدَّتْ عَلَيَّ فَهِيَ لَكِ ق الَ وَكَانَ كَمَا 
قَالَ رَسُولُ اللََِّّ صَلَّى اللََُّّ عَلَيْهِ وَسَل مَ وَرُدَّتْ عَلَيْهِ هَدِيَّ تُهُ فَ أَعْ ىََ كُلَّ امْرَأَ ة مِنْ 
نِسَائِهِ أُوقِيَّةَ مِسْ ك وَأَعْ ىََ أُمَّ سَلَمَةَ بَقِيَّةَ الْمِسْكِ وَالُْْلَّة “Aku telah mengirimkan hadiah kepada Najasi dua buah pakaian dan 
beberapa uqiyah parfum, dan aku melihat bahwa Najasi telah meninggal 
dan hadiahku akan dikembalikan kepadaku, jika hadiah itu dikembalikan 
kepadaku maka itu untukmu.” Ummu Kultsum binti Abi Salamah berkata: 
“benar seperti kata Rasulullah, Najasi meninggal dan hadiah itu 
dikembalikan kepada beliau. Maka beliau memberi setiap orang dari isteri 
beliau satu uqiyah parfum dan parfum sisanya dan dua pakaian diberikan 
kepada Ummu Salamah” 
(HR. Ahmad, al-Hakim, al-Baihaqi, Ibn Hibban dan ath-Thabrani. Al- 
Hakim berkata: “hadis ini sanadnya sahih, tapi Bukhari dan Muslim tidak 
mentakhrijnya)
Bay’ al-Murâbahah li al-Âmir bi asy-Syirâ’ 
3. Penjualan B Kepada A: 
 Barang harus sudah sah dan sempurna menjadi milik B 
 Tidak harus dengan alasan komitmen sebelumnya, 
artinya B boleh saja menjualnya kepada orang lain 
 Si A dan si B sama-sama memiliki hak khiyar 
 Tidak memperhitungkan komitmen sebelumnya 
 Boleh terjadi tawar menawar. Boleh kontan ataupun 
kredit. Jika kredit harus memenuhi ketentuan jual beli 
secara kredit 
 Boleh secara murabahah baik kontan ataupun kredit, 
dan harus memenuhi ketentuan murabahah 
 Begitu sempurna transaksi jual belinya, kepemilikan 
barang berpindah dari B kepada A
Rahn - Agunan 
 Definisi 
Harta yang dijadikan jaminan utang/pinjaman agar utang atau 
pinjaman itu bisa dibayar dengan harganya jika tidak bisa dibayar 
oleh pihak yang wajib membayarnya 
 Sah jika memenuhi rukun dan syaratnya 
 Rukun 
1. âqidân (ar-Râhin dan al-Murtahin) 
2. Shighât 
3. al-Marhun (harta yang diagunkan) dan al-Marhûn bihi 
(yaitu utang yang ada) 
 Syarat : harus ada qabdh atas al-marhûn dari ar-Râhin 
kepada al-Murtahin 
... فَرِهَا ن مَقْبُوضَة ...  
maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh 
yang berpiutang). (TQS. al-Baqarah [2]: 283)
Rahn - Agunan 
 Al-Marhûn harus milik ar-Râhin 
» لاَ تَبِعْ مَا لَيْسَ عِنْدَكَ « 
Jangan engkau jual sesuatu yang bukan milikmu 
(HR. Abu Dawud, an-Nasai, Ibn Majah, at-Tirmidzi, 
Ahmad dan al-Baihaqi) 
 Rahn boleh dengan syarat terdapat kepastian adanya 
utang (qardh atau dayn). Sesuai QS. 2 : 282-283 
يَا أَيُّ هَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا تَدَايَ نْتُمْ بِدَيْ ن إِلََ أَجَ ل مُسَمًّى ... وَإِنْ كُنْتُمْ عَ لَى سَفَ ر وَ تََِدُوا كَاتِبًا فَرِهَا ن مَقْبُوضَة 
Wahai orang-orang beriman, jika kalian bermuamalah tidak secara 
tunai (secara utang) sampai tempo tertentu … dan jika kalian 
sedang dalam perjalanan sedangkan kalian tidak menemukan 
penulis maka hendaknya ada agunan yang diserahkan (QS al- 
Baqarah: 282-283)
Rahn - Agunan 
 Dalam jual beli secara kredit rahn boleh dan sah jika 
terdapat kepastian adanya dayn (utang), artinya : 
 Harga telah tetap menjadi hak penjual, 
 Barang sempurna menjadi milik pembeli 
اشْتَ رَى مِنْ يَ هُودِ ي طَعَامًا إِلََ أَجَ ل وَرَهَنَهُ دِ رْعًا مِنْ  أَنَّ رَسُولَ اللََِّّ « 
» حَدِي د 
Bahwa Rasulullah saw membeli makanan dari orang 
Yahudi dengan tempo dan beliau mengagunkan baju 
besi (HR. Bukhari dan Muslim)
Rahn - Agunan 
 Agunan harus barang lain, bukan barang yang dibeli 
 Jika barang yang dibeli diagunkan kembali kepada penjualnya: 
1. Belum pasti ada dayn (utang) 
2. Harga belum pasti menjadi hak penjual karena barang 
belum sempurna menjadi milik pembeli 
3. Jika dalam akad bay’ bi ad-dayn itu, disyaratkan Barang 
diagunkan kepada penjualnya, maka sama saja 
mensyaratkan pembatasan tasharruf pembeli terhadap 
Barang. Syarat demikian adalah syarat yang batil
Rahn - Agunan 
 Eksekusi terhadap agunan: 
1. Debtor tak sanggup bayar dan kreditor tidak memberi 
kelonggaran 
2. Agunan dijual dg izin debitor melalui penjualan yang wajar 
menurut pasar 
3. Hasil penjualan untuk melunasi utang, jika ada kelebihan 
dikembalikan kepada debitor, dan jika masih kurang 
kekuarangannya tanggung jawab debitor 
» لاَ يُ غْلَقُ الرَّهُنُ مِنْ صَاحِبِهِ الَّذِيْ رَهَنَه ، لَهُ غُنْمُهُ وَعَلَيْهِ غُرْمُه « 
Agunan itu tidak boleh dihalangi dari pemiliknya yang telah 
mengagunkannya. Ia berhak atas kelebihan (manfaat)-nya, dan 
wajib menanggung kerugian (penyusutan)-nya. 
(HR. Syafi’i, al-Bayhaqi, al-Hakim, Ibn Hibban dan ad-Daraquthni)
Leasing (Sewa-Guna-Usaha) 
 Definisi 
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara 
sewa-guna-usaha dengan hak opsi (Finance Lease) maupun sewa-guna-usaha 
tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh Lessee 
selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala 
(kep. Menkeu no. 1169/KMK.01/1999 tentang Kegiatan Sewa-Guna-Usaha 
(Leasing) ) 
 Macam : 
 Operating lease 
 Finance Lease : Dengan hak Opsi atau Tanpa hak Opsi 
 Yang umum dilakukan 
 Finance Lease dengan hak Opsi, dimana di akhir jangka waktu 
leasing pemilikan barang otomatis berpindah dari Lessor kepada 
Lessee 
 Sering dikatakan sebagai kredit atau jual beli kredit
Leasing (Sewa-Guna-Usaha) 
 Ketentuan Leasing –umumnya- : 
1. Lessor (lembaga pembiayaan) sepakat mengadakan Barang sesuai 
yang diminta oleh Lessee (nasabah) 
2. Lessor sepakat setelah Barang dia beli, dia sewakan kepada Lessee 
selama jangka waktu Leasing 
3. Lessor sepakat bahwa setelah jangka waktu Leasing dan seluruh 
angsuran lunas dibayar, Lessee akan langsung memiliki Barang itu. 
4. Selama jangka waktu Leasing sampai seluruh angsuran lunas, Barang 
itu milik Lessor. Setelah berakhir jangka waktu Leasing dan seluruh 
angsuran lunas, pemilikan Barang langsung berpindah kepada Lessee 
5. Selama jangka waktu leasing semua resiko ditanggung Lessee 
6. Barang dijadikan jaminan secara Fidusia untuk transaksi Leasing 
tersebut 
7. Jika Lessee (Fulan) telat mengangsur dikenakan denda dan ganti 
kerugian.
Leasing (Sewa-Guna-Usaha) 
 Muamalah Leasing seperti ini secara syar’i batil, karena : 
1. Terjadi dua transaksi dalam satu akad (shafqatayn fî 
shafqah wâhidah), yaitu akad ijârah (sewa) dan akad 
tamlîk (pemindahan pemilikan) baik dalam bentuk bay’, 
hibah atau hadiah 
2. Akad tamlîk bukan dalam bentuk ‘aqd al-munjaz, tetapi 
dalam bentuk ‘aqd al-mu’allaq sekaligus ‘aqd al-mudhâf. 
Secara sya’i akad tamlîk harus dalam bentuk ‘aqd al-mujaz 
3. Selama jangka waktu leasing diberlakukan akad ijârah, tapi 
dalam praktek menyalahi ketentuan akad ijârah yaitu 
barang yang disewakan sepenuhnya menjadi tanggung 
jawab pemiliknya yaitu pihak yang menyewakan
Leasing (Sewa-Guna-Usaha) 
4. Denda keterlambatan angsuran adalah riba nasiah 
5. Uang muka tidak jelas sebagai uang muka sewa atau 
uang muka pembelian 
6. Menyalahi ketentuan syariah tentang rahn (agunan) 
a. Rahn harus dipastikan ada dayn, sementara dalam 
Leasing ini tidak ada dayn 
b. Eksekusi agunan menyalahi ketentuan syariat 
tentangnya 
7. Sewa menyewa sesuatu yang belum dimiliki oleh al- 
Muajjir (Lessor) dan memindahkan pemilikan sesuatu 
(secara bay’, hibah atau hadiah) yang belum dimiliki oleh 
penjual, pemberi hibah atau hadiah.
Bay’ as-Salam (Jual Beli Pesanan) 
 PENGERTIAN : 
اَلسَّلَمْ هُوَ بَيْعُ شَيْءٍ مَوْصُوْفٍ فِي الذِ مَّةِ اِلَى اَجَلٍ بِشَيْءٍ مُعَجَّلٍ • 
"SALAM ADALAH MENJUAL SUATU BARANG YANG 
DIJELASKAN SIFATNYA DALAM TANGGUNGAN (TIDAK 
HADIR) HINGGA TEMPO TERTENTU DENGAN HARGA 
YANG DIBAYARKAN DI DEPAN.“ 
 HUKUMNYA : BOLEH. MERUPAKAN PERKECUALIAN DARI 
MENJUAL SESUATU YANG TIDAK DIMILIKI YG DILARANG 
BERDASARKAN HADIS : لا تبع ما ليس عندك 
 "JANGANLAH KAMU MENJUAL APA YANG TIDAK ADA DI 
SISIMU." (HR KHAMSAH, SAHIH)
Bay’ as-Salam (Jual Beli Pesanan) 
 DALIL BOLEHNYA SALAM : 
مَنْ اَسْلَمَ فَ لْيُسْلِمْ فِِْ كَ ي ل مَعْلُوْ م وَوَزْ ن مَعْ لُوْ م اِلََ اَجَ ل 
مَعْلُوْ م 
 "BARANGSIAPA MELAKUKAN SALAM, 
HENDAKLAH DIA MELAKUKAN SALAM PADA 
TAKARAN YANG DIKETAHUI DAN TIMBANGAN 
YANG DIKETAHUI, HINGGA TEMPO YANG 
DIKETAHUI." (HR BUKHARI)
Bay’ as-Salam (Jual Beli Pesanan) 
SYARAT-SYARAT SAH SALAM : 
 SYARAT PADA BARANG OBJEK SALAM 
(MUSLAM FIIHI) : 
1. BARANG OBJEK SALAM HARUS DIKETAHUI DGN 
JELAS (MA'LUM) SIFATNYA (TAKARAN ATAU 
TIMBANGANNYA). MISAL : SATUANNYA HARUS JELAS 
BERAPA KILOGRAM, ATAU BERAPA TON, DSB. 
2. BARANGNYA TERMASUK BARANG YANG DIHITUNG, 
DITAKAR, DITIMBANG. Contoh : gula, beras, dll. Tidak 
boleh salam pada barang yg tak dihitung, ditakar, 
ditimbang, mis : tanah, bangunan, mobil, dsb. 
3. BARANGNYA DIJUAL SECARA BERTEMPO (ILA AJAL) 
(DISERAHKAN KEMUDIAN)
Bay’ as-Salam (Jual Beli Pesanan) 
SYARAT-SYARAT HARGA (RA`SUL MAL): 
1. HARGANYA HARUS JELAS DIKETAHUI 
(MA'LUM) 
2. HARGANYA HARUS DISERAHKAN DI DEPAN 
(DI MAJELIS AKAD) 
3. HARGANYA TIDAK MENGALAMI GHABAN 
FAHISY (JAUH LEBIH TINGGI/RENDAH DARI 
HARGA PASAR)
Bay’ al-Istishna’ 
 PENGERTIAN : 
الْستصنا هو عقد على مبيع فِ الذمة شُرِطَ فيه العملُ على 
وج ه مخصو ص بثم ن معلو م 
'ISTISHNA' = AKAD ATAS SUATU BARANG 
DALAM TANGGUNGAN (TIDAK HADIR/ADA) 
YANG MENSYARATKAN ADANYA PEKERJAAN 
[pembuatan barang], MENURUT CARA 
TERTENTU, DENGAN HARGA TERTENTU.”
Bay’ al-Istishna’ 
 DALIL KEMUBAHANNYA : 
أن النبيَّ صلى الله عليه وسلم طَلَبَ من المرأةِ أَنْ تَأمُرَ 
غُلامَهَا بِصُنْعِ الْمِنْبَِ 
“BHW NABI SAW PERNAH MEMERINTAHKAN 
SEORANG WANITA, AGAR MENYURUH BUDAK 
LAKI-LAKINYA MEMBUATKAN MIMBAR BAGI 
NABI SAW." (HR BUKHARI)
Bay’ al-Istishna’ 
 APAKAH ISTISHNA' TERMASUK JUAL BELI ATAU 
TERMASUK IJARAH ? 
 JIKA BAHANNYA BERASAL DARI SHANI' (PEMBUAT 
BARANG), MAKA TERMASUK JUAL BELI. 
 JIKA BAHANNYA BERASAL DARI MUSTASHNI' 
(YANG MINTA DIBUATKAN BARANG), MAKA 
TERMASUK IJARAH. 
 JIKA TERMASUK JUAL BELI, APAKAH TERMASUK 
SALAM? 
 MENURUT MAZHAB HANAFI => ISTISHNA' 
MERUPAKAN AKAD TERSENDIRI. 
 MENURUT MAZHAB JUMHUR (MALIKI, SYAFII, 
HAMBALI) => ISTISHNA' TERMASUK JUAL BELI 
SALAM.
Bay’ al-Istishna’ 
Persamaan Bay’ as-Salam dan al-Istishna’: 
• Barang diserahkan setelah tempo tertentu 
Perbedaan Bay’ as-Salam & al-Istishna’: 
As-Salam Al-Istishna’ 
Barang Ditakar, ditimbang, 
dihitung 
Barang manufaktur 
(madah ash-shina’ah) 
Harga Harus dibayar di 
depan 
Boleh dibayar di 
depan, atau dengan 
tempo

More Related Content

What's hot

Jual beli dan sewa
Jual beli dan sewaJual beli dan sewa
Jual beli dan sewaNUR
 
Bab 8 Kontrak Musawwamah
Bab 8   Kontrak MusawwamahBab 8   Kontrak Musawwamah
Bab 8 Kontrak MusawwamahWanBK Leo
 
Bay’ al inah dan bay dayn
Bay’ al inah dan bay dayn Bay’ al inah dan bay dayn
Bay’ al inah dan bay dayn salmy1001
 
Pengharaman gharar dalam muamalat
Pengharaman gharar dalam muamalatPengharaman gharar dalam muamalat
Pengharaman gharar dalam muamalatShahidan Aziz
 
Akad Bay' Salam dan Bau' Istisna'
Akad Bay' Salam dan Bau' Istisna'Akad Bay' Salam dan Bau' Istisna'
Akad Bay' Salam dan Bau' Istisna'salmy1001
 
Hukum Jual Beli dalam Islam
Hukum Jual Beli dalam IslamHukum Jual Beli dalam Islam
Hukum Jual Beli dalam IslamDerina Ellya R
 
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akadhutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akadSekar Lukinanti
 
Presentation Fiqh Muamalat
Presentation Fiqh MuamalatPresentation Fiqh Muamalat
Presentation Fiqh MuamalatRazma
 
Presentasi Agama - RIBA
Presentasi Agama - RIBAPresentasi Agama - RIBA
Presentasi Agama - RIBAAini29
 
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)Marhamah Saleh
 
wakalah kafalah hawalah
wakalah kafalah hawalahwakalah kafalah hawalah
wakalah kafalah hawalahMarhamah Saleh
 
Jual beli murabahah, salam dan istishna
Jual beli murabahah, salam dan istishnaJual beli murabahah, salam dan istishna
Jual beli murabahah, salam dan istishnaQuinta Nursabrina
 

What's hot (20)

Jual beli dan sewa
Jual beli dan sewaJual beli dan sewa
Jual beli dan sewa
 
Bab 8 Kontrak Musawwamah
Bab 8   Kontrak MusawwamahBab 8   Kontrak Musawwamah
Bab 8 Kontrak Musawwamah
 
Rangkuman Fiqh Muamalah
Rangkuman Fiqh MuamalahRangkuman Fiqh Muamalah
Rangkuman Fiqh Muamalah
 
Bay’ al inah dan bay dayn
Bay’ al inah dan bay dayn Bay’ al inah dan bay dayn
Bay’ al inah dan bay dayn
 
Bai Al- Tawarruq
Bai Al- TawarruqBai Al- Tawarruq
Bai Al- Tawarruq
 
Pengharaman gharar dalam muamalat
Pengharaman gharar dalam muamalatPengharaman gharar dalam muamalat
Pengharaman gharar dalam muamalat
 
Akad Bay' Salam dan Bau' Istisna'
Akad Bay' Salam dan Bau' Istisna'Akad Bay' Salam dan Bau' Istisna'
Akad Bay' Salam dan Bau' Istisna'
 
2.2.3 syariah muamalat
2.2.3 syariah muamalat2.2.3 syariah muamalat
2.2.3 syariah muamalat
 
Riba
RibaRiba
Riba
 
Muamalah
MuamalahMuamalah
Muamalah
 
Fiqh Muamalat
Fiqh MuamalatFiqh Muamalat
Fiqh Muamalat
 
Hukum Jual Beli dalam Islam
Hukum Jual Beli dalam IslamHukum Jual Beli dalam Islam
Hukum Jual Beli dalam Islam
 
muamalah
muamalahmuamalah
muamalah
 
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akadhutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
hutang piutang, sewa, pinjam meminjam, dan akad
 
Presentation Fiqh Muamalat
Presentation Fiqh MuamalatPresentation Fiqh Muamalat
Presentation Fiqh Muamalat
 
Muamalat wahidah
Muamalat wahidahMuamalat wahidah
Muamalat wahidah
 
Presentasi Agama - RIBA
Presentasi Agama - RIBAPresentasi Agama - RIBA
Presentasi Agama - RIBA
 
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)
fiqh muamalah kontemporer (wadi'ah rahn qardh)
 
wakalah kafalah hawalah
wakalah kafalah hawalahwakalah kafalah hawalah
wakalah kafalah hawalah
 
Jual beli murabahah, salam dan istishna
Jual beli murabahah, salam dan istishnaJual beli murabahah, salam dan istishna
Jual beli murabahah, salam dan istishna
 

Viewers also liked

10 tips muslimah masa depan
10 tips muslimah masa depan10 tips muslimah masa depan
10 tips muslimah masa depanFa Hima
 
Ada Apa dengan riba & utang
Ada Apa dengan riba  & utang Ada Apa dengan riba  & utang
Ada Apa dengan riba & utang Fa Hima
 
Makalah leasing( fiqih muamalat)
Makalah leasing( fiqih muamalat)Makalah leasing( fiqih muamalat)
Makalah leasing( fiqih muamalat)Taufik Rahman
 
13. larangan makan harta orang lain secara batil
13. larangan makan harta orang lain secara batil13. larangan makan harta orang lain secara batil
13. larangan makan harta orang lain secara batilasnin_syafiuddin
 
Menuju muslimkaffah
Menuju muslimkaffahMenuju muslimkaffah
Menuju muslimkaffahtarwanjaya
 
Tafsir Ayat Riba
Tafsir Ayat RibaTafsir Ayat Riba
Tafsir Ayat RibaNisa Ell
 
Riba dalam syariat islam
Riba dalam syariat islamRiba dalam syariat islam
Riba dalam syariat islamsalmy1001
 

Viewers also liked (12)

10 tips muslimah masa depan
10 tips muslimah masa depan10 tips muslimah masa depan
10 tips muslimah masa depan
 
Ada Apa dengan riba & utang
Ada Apa dengan riba  & utang Ada Apa dengan riba  & utang
Ada Apa dengan riba & utang
 
Makalah leasing( fiqih muamalat)
Makalah leasing( fiqih muamalat)Makalah leasing( fiqih muamalat)
Makalah leasing( fiqih muamalat)
 
12. utang dan gadai
12. utang dan gadai12. utang dan gadai
12. utang dan gadai
 
13. larangan makan harta orang lain secara batil
13. larangan makan harta orang lain secara batil13. larangan makan harta orang lain secara batil
13. larangan makan harta orang lain secara batil
 
Mengenal Riba
Mengenal RibaMengenal Riba
Mengenal Riba
 
Menuju muslimkaffah
Menuju muslimkaffahMenuju muslimkaffah
Menuju muslimkaffah
 
Tafsir Ayat Riba
Tafsir Ayat RibaTafsir Ayat Riba
Tafsir Ayat Riba
 
islam kaffah
islam kaffahislam kaffah
islam kaffah
 
Fiqih Riba
Fiqih RibaFiqih Riba
Fiqih Riba
 
6. riba
6. riba6. riba
6. riba
 
Riba dalam syariat islam
Riba dalam syariat islamRiba dalam syariat islam
Riba dalam syariat islam
 

Similar to UNTUK AL-BAY

Similar to UNTUK AL-BAY (20)

2963059.ppt
2963059.ppt2963059.ppt
2963059.ppt
 
Pres agama
Pres agamaPres agama
Pres agama
 
Praktik ekonomi dalam islam
Praktik ekonomi dalam islamPraktik ekonomi dalam islam
Praktik ekonomi dalam islam
 
Transaksi jual beli
Transaksi jual beliTransaksi jual beli
Transaksi jual beli
 
Akad Salam
Akad SalamAkad Salam
Akad Salam
 
Hukum islam tentang muamalah
Hukum islam tentang muamalahHukum islam tentang muamalah
Hukum islam tentang muamalah
 
Bay jual beli
Bay jual beliBay jual beli
Bay jual beli
 
Salam dan istisna Ngobar 6 mar 2016
Salam dan istisna Ngobar 6 mar 2016 Salam dan istisna Ngobar 6 mar 2016
Salam dan istisna Ngobar 6 mar 2016
 
Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan MurabahahPembiayaan Murabahah
Pembiayaan Murabahah
 
Presentasi Fiqh 8
Presentasi Fiqh 8Presentasi Fiqh 8
Presentasi Fiqh 8
 
Presentasi Fiqh 8
Presentasi Fiqh 8Presentasi Fiqh 8
Presentasi Fiqh 8
 
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 9
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 9Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 9
Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 9
 
Jual beli, utang piutang dan gadai
Jual beli, utang piutang dan gadaiJual beli, utang piutang dan gadai
Jual beli, utang piutang dan gadai
 
Ppt fiqh 2
Ppt fiqh 2Ppt fiqh 2
Ppt fiqh 2
 
Hukum islam tentang muamalah
Hukum islam tentang muamalahHukum islam tentang muamalah
Hukum islam tentang muamalah
 
Ppt akad murabahah
Ppt akad murabahahPpt akad murabahah
Ppt akad murabahah
 
Salam
SalamSalam
Salam
 
ruang lingkup syariah islamiah
ruang lingkup syariah islamiahruang lingkup syariah islamiah
ruang lingkup syariah islamiah
 
Fiqih Jual Beli.pptx
Fiqih Jual Beli.pptxFiqih Jual Beli.pptx
Fiqih Jual Beli.pptx
 
Hukum jual beli dalam islam
Hukum jual beli dalam islamHukum jual beli dalam islam
Hukum jual beli dalam islam
 

UNTUK AL-BAY

  • 1. al-Bay’ (Jual Beli) & Telaah Kasus (Jual Beli Secara Kredit, Leasing, Murabahah)
  • 2. al-Bay’  Definisi mubâdalah mâl bi mâlin tamlîkan wa tamallukan ‘alâ sabîl at-tarâdhiy (pertukaran harta dengan harta sebagai pertukaran pemilikan berdasarkan kerelaan)  Bay’ sah jika memenuhi rukun dan syarat-syaratnya.  RUKUN 1. Al-’Âqidân (penjual dan pembeli) 2. Shighat (Ijab dan Qabul) 3. Al-Ma’qûd ‘alayh (obyek akad) yaitu al-mabî’ (barang yang dijual-belikan)
  • 3. Syurûth al-Bay’  Syarat-Syarat Bay’  Syarat al-’âqid Harus berakal atau minimal mumayyiz. Akad anak kecil yang mumayyiz sah tetapi bergantung kepada izin dari wali, mushi atau orang yang bertanggungjawab terhadapnya  Syarat al-Ma’qûd ‘alayh 1. Suci zatnya 2. Secara syar’i bisa dimanfaatkan 3. Kepemilikan al-’âqid –kecuali dalam bay’ as-salaf atau al-istishnâ’ 4. Kemampuan al-’âqid untuk menyerahkannya 5. Jelas (ma’lûm) 6. Memenuhi ketentuan tentang al-qabdh
  • 4. Syurûth al-Bay’ 1. Suci Zatnya إِنَّ الَّذِي حَرَّمَ شُرْبَ هَا حَرَّمَ بَ يْ عَهَا Sesungguhnya yang Allah haramkan meminumnya, Allah haramkan menjualnya (HR. Malik, Muslim, an-Nasai, Ahmad) 2. Boleh Dimanfaatkan لاَ تَ نْتَفِعُوْا مِنْ الْمَيْتَةِ بِشَيْ ء Janganlah kalian memanfaatkan bangkai dengan jalan apapun (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, an-Nasai, Ibn Majah dan al-Bayhaqi) 3. Milik al-’âqid وَلاَ بَ يْعً اِلاَّ فِيْمَا يُُْلَكُ Tidak boleh ada jual beli kecuali dalam apa-apa yang dimiliki (HR. Abu Dawud dan Ibn Majah) » لاَ تَبِعْ مَا لَيْسَ عِنْدَكَ « Jangan engkau jual sesuatu yang bukan milikmu (HR. Abu Dawud, an-Nasai, Ibn Majah, at-Tirmidzi, Ahmad dan al-Baihaqi)
  • 5. Syurûth al-Bay’ 4. Kemampuan al-’âqid menyerahkan barang نَ هَى رَسُولُ اللََِّّ صَلَّى اللََُّّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَ يْعِ الْغَرَرِ Rasulullah melarang bay’ al-gharar (HR. Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi) لاَ تَشْتَ رُوْا السَّمَكَ فِِْ الْمَاءِ فَاِنَّهُ غَرَ ر Jangan kalian membeli ikan yang masih di dalam air karena itu adalah gharar (HR. Ahmad dan al-Bayhaqi) 5. Jelas (ma’lûm) Karena kemajhulan al-mabî’ atau harga bisa menyebabkan bay’ menjadi batil atau fasad 5. Sesuai ketentuan al-qabdh adanya qabdh menjadikan pemindahan pemilikan atas suatu menjadi sempurna
  • 6. Syurûth fi al-Bay’  Kaedah اَلَْْصْلُ فِِْ الشُّرُوْطِ فِِْ الْمُعَامَلاَتِ اَلِْْبَاحَةُ إِلاَّ شَرْط ا اَُُلِ الشَّرْ Hukum asal syarat dalam mu’amalah adalah boleh kecuali syarat yang menyalahi syara’ مَا بَالُ رِجَا ل يَشْتََِطُوْنَ شُرُوْطًا لَيْسَتْ فِِ كِ تَابِ اللََِّّ مَا كَانَ مِنْ شَرْ ط لَيْسَ فِ كِتَابِ اللََِّّ فَ هُوَ بَاطِ ل وَإِنْ كَانَ مِائَةَ شَرْ ط قَضَاءُ اللََِّّ أَحَ قُّ وَشَرْطُ اللََِّّ أَوْثَقُ Tiada gunanya orang mempersyaratkan syarat-syarat yang tidak ada di dalam kitabullah. Syarat apapun yang tidak ada di dalam kitabullah adalah batil meskipun seratus syarat. Ketetapan Allah lebih layak (diikuti) dan syarat Allah lebih kuat (dipegangi) (HR. Bukhari, Malik, Ibn Majah)  Makna laysa fî kitâbillâh: tidak ada dalam hukumnya, yakni menyalahi nas, hukum syara’ atau konsekuensi hukum atau akad yang ditetapkan oleh syara’  Boleh mensyaratkan syarat apapun, asal tidak menyalahi syariat atau muqtadha al-’aqd
  • 7. Syurûth fi al-Bay’  Syarat yang Sah dan Mengikat:  Syarat yang diharuskan oleh akad, mis. Syarat jaminan terhadap cacat, syarat penyerahan harga, dsb  Syarat untuk kemaslahatan salah satu pihak, dimana ia tidak mau menerima akad kecuali syarat itu terpenuhi. Mis, syarat tentang karakteristik barang, waktu dan cara pembayaran  Syarat bukan muqtadha al-‘aqd dan tidak menyalahi muqtadha al- ’aqd dan bagi salah satu atau kedua pihak terdapat maslahat di dalamnya. Mis, seseorang menjual mobil dan mensyaratkan ia kendarai sampai tempat tertentu baru diserah terimakan  Syarat yang batil, sementara akadnya tetap sah  Yaitu syarat yang menyalahi hukum dan muqtadha al-’aqd  Mis, syarat agar pembeli tidak menghibahkan barang yang di beli, sayrat yang membatasi tasharruf pembeli atas barang yang dia beli dan telah sempurna
  • 8. Syurûth fi al-Bay’  Syarat yang membatalkan akad :  Syarat yang membatalkan akad sejak asalnya. Yaitu syarat yang berupa akad lain. Mis, saya jual barang ini dengan syarat anda menjadi makelar saya untuk cari pelanggan لاَ يََِلُّ سَلَ وَبَ يْ ع وَلاَ شَرْطَا ن فِِْ بَ يْ ع Tidak halal salaf dan jual beli dan tidak pula dua syarat dalam satu jual beli (HR. Nasai, Tirmidzi dan Daruquthni)  Syarat yang dengannya tidak terakadkan akad. Mis, syarat dalam kasus ‘aqd al-mu’allaq mis: jual beli masih menggantung  Syarat yang tak jelas dan tak tertentu. Mis, jual beli sesuatu dengan syarat bisa mengembalikannya kapan saja tanpa ada batasan waktu yang jelas. اِنَّ تََِيْمًا الدَّارِيُ بَا دَارًا وَاِشْتَ رَطَ سُكْنَاهَا ف اَبْ لَََ الرَّسُوْلُ الْبَ يْعَ وَالشَّ رطَ مَعًا Bahwa Tamim ad-Dari menjual rumah dan mensyaratkan ia menempatinya, lalu Rasul membatalkan jual beli itu beserta syaratnya (HR. Ibn Abiy Syaibah)
  • 9. Jenis al-Bay’  Jenis-Jenis Bay’ dari sisi barang dagangan:  Bay’ al-Muthlaq (jual beli mutlak) yaitu jual beli uang dengan barang  Bay’ ah-Sharf, yaitu jual beli antara mata uang, emas, perak, gandum, kurma, jewawut, garam  Syarat harus serah terima kontan (kecuali gandum, kurma, garam dan jewawut)  Jika sama jenisnya harus sama, tidak boleh saling berlebih  Bay’ as-Salam (jual beli pesanan) yaitu barangnya yang termasuk yang standarnya takaran, timbangan, hitungan (al-makil, al-mawzun, al-ma’dud)  Bay’ al-Istishna’ yaitu barangnya barang shina’ah (manufakturing)  Bay’ al-Muqayadah (Barter) yaitu jual beli barang dengan barang
  • 10. Jenis al-Bay’  Jenis-Jenis Bay’ dari sisi harga dan tawar menawar:  Bay’ al-Mu’athâ, yaitu bay’ dimana tidak perlu ada tawar menawar karena harga sudah diketahui secara umum. Biasanya untuk barang yang tidak mahal  Bay’ al-Musâwamah, yaitu bay’ yang bersifat tawar menawar  Bay’ al-Muzayadah (jual beli lelang)  Bay’ al-Amânah yaitu bay’ dimana harga dikaitkan dengan harga awal/modalnya. Macamnya:  Bay’ al-Wadhî’ah, yaitu bay’ dengan harga awal disertai kerugian yang disepakati penjual dan pembeli  Bay’ at-Tawliyah, yaitu bay’ dengan harga pembelian awal  Bay’ al-Murâbahah, yaitu bay’ dengan harga awal dan keuntungan yang disepakati penjual dan pembeli
  • 11. Jenis al-Bay’  Jenis-Jenis Bay’ dari Sisi Cara Pembayaran :  Bay’ un hâlun, dimana jual beli secara kontan, barang dan harga diserahkan pada saat akad di majelis akad  Bay’ as-Salaf atau Bay’ as-Salam, dimana harga dibayarkan pada saat akad dan barang dengan spesifikasi yang dijamin oleh penjual diserahkan setelah tempo tertentu. Hanya untuk barang yang termasuk al-ma’dûd wa al-makîl wa al mawzûn Termasuk al-Istishnâ’, pesan sesuatu yang termasuk barang shinâ’ah (dibuat lebih dahulu), dimana harga dibayar oleh mustashni’ (pemesan) pada saat akad baik seluruhnya atau sebagiannya dan lunas saat serah terima barang, sedangkan barang dengan spesifikasi yang dijamin oleh Shâni’ diserahkan setelah tempo tertentu.  Bay’ bi ad-Dayn wa bi at-Taqsîth (Jual Beli Secara Kredit dan Angsuran), dimana barang diserahkan di depan pada saat akad, sedang harga dibayar setelah tempo tertentu baik sekaligus atau dengan diangsur
  • 12. al-Bay’ bi ad-Dayn wa bi at-Taqsîth  Al-mabî’ harus suci; halal dimanfaatkan; mampu diserahkan oleh penjual; harus ma’lûm (jelas)  Al-mabî’ harus milik penjual  Lâ tabi’ mâ laysa ‘indaka, makna laysa ‘indaka: • milik orang lain • Belum dimiliki • Dibeli tetapi perpindahan pemilikan belum sempurna karena belum terjadi qabdh  Agar sempurna harus memenuhi ketentuan al-qabdh  Harga dibayar setelah tempo tertentu, sehingga menjadi utang (dayn) pembeli kepada penjual  Tempo harus ma’lûm (jelas)
  • 13. al-Bay’ bi ad-Dayn wa bi at-Taqsîth  Harus dengan satu harga dan satu tempo » عَنْ صَفْقَتَ يِْْ فِِ صَفْقَ ة وَاحِدَ ة  نَ هَى رَسُولُ اللََِّّ « Rasulullah saw melarang dua transaksi dalam satu akad (HR. Ahmad, al-Bazar dan ath-Thabrani) » لاَ يََِلُّ سَلَ وَبَ يْ ع وَلاَ شُرْطَانُ فِِْ بَ يْ ع، وَلاَ رِبْ ح مَ ا يُضْمَنْ، وَلاَ بَ يْ ع مَا لَيْسَ عِنْدَكَ « Tidak halal salaf dan jual beli, tidak halal dua syarat dalam satu jual beli, tidak halal keuntungan selama (barang) belum didalam tanggungan dan tidak halal menjual apa yang bukan milikmu (HR. an-Nasa’i, at-Tirmidzi dan ad-Daruquthni)  Tidak terjadi bay’atayn fî bay’ah » عَنْ بَ يْ عَتَ يِْْ فِِ بَ يْ عَ ة  نَ هَى رَسُولُ اللََِّّ « Rasulullah saw melarang dua jual beli dalam satu jual beli (HR, Ahmad, an-Nasai, at-Tirmidzi dan Ibn Hibban) » مَنْ بَا بَ يْ عَتَ يِْْ فَ لَهُ أَوَكْسُهُمَا أَوْ ال رِبَا « Siapa saja yang menjual dengan dua jual beli, maka baginya harga yang lebih rendah atau riba (HR. Abu Dawud)
  • 14. Bay’ al-Murâbahah  Jual beli dengan harga awal ditambah keuntungan yang disepakati  Mis, “saya beli HP ini 1 juta dan saya jual ke Anda dengan keuntungan 50 ribu”  Bay’ al-Murâbahah bisa dilakukan secara kontan maupun kredit  Sah jika memenuhi rukun (‘aqidân, shighât dan mahal al-’aqd) dan syaratnya  Syarat terkait al-mabî’:  Al-mabî’ harus suci; halal dimanfaatkan; mampu diserahkan oleh penjual; harus ma’lûm (jelas)  Milik penjual
  • 15. Bay’ al-Murâbahah  Syarat terkait harga:  harga awal harus disebutkan dan jelas bagi pembeli karena termasuk bay’ al-amânah yang didasarkan pada harga awal  Keuntungan harus disebutkan dan jelas karena keuntungan itu adalah bagian dari harga  Harga awal dari jenis yang sama dengan harga kedua  Harga awal haruslah bukan merupakan kompensasi terhadap jenis harta yang sama yang termasuk komoditas riba.  Akad pembelian awal harus merupakan akad yang sah. Jika akad tersebut fasad maka barang yang dibeli itu tidak boleh dijual secara murâbahah karena murâbahah merupakan jual beli dengan harga awal disertai tambahan keuntungan.
  • 16. Bay’ al-Murâbahah li al-Âmir bi asy-Syirâ’  Yang Banyak Terjadi: Si A ingin membeli barang milik si C tetapi uangnya tidak cukup, lalu ia datang kepada si B, dan si A berjanji (berkomitmen) jika B mau membeli barang dari C lalu menjualnya secara kredit maka A berjanji akan membelinya dari B secara kredit. Si B setuju dan berjanji akan membeli barang dari si C dan akan menjualnya secara kredit kepada A. Lalu B membeli barang si C dan setelah itu menjualnya secara kredit kepada si A  Di sini terjadi :  Tahap kesepakatan saling berkomitmen –marhalah at-tawâ’ud –  Tahap pembelian barang oleh si B dari si C  Tahap si B menjual barang secara kredit atau murabahah secara kredit kepada si A
  • 17. Bay’ al-Murâbahah li al-Âmir bi asy-Syirâ’  Yang Harus Diperhatikan Dalam Kasus Ini: 1. Tentang Janji (Komitmen) itu:  Tidak bersifat mengikat (ghayr mulzim)  tidak bersifat wajib  Tidak dinilai di dalam akad jual beli yang terjadi nanti  Karena tidak mengikat, jika ada sejumlah uang yang dibayar sering disebut uang muka, tidak boleh disepakati jika batal uang itu untuk pedagang (B)  Tetapi orang yang berkomitmen (A) boleh memberi B sebagai hibah, untuk penawar hati 2. Pembelian B kepada C:  Harus sah dan sempurna bukan hanya formalitas dan barang sempurna berpindah kepemilikannya dari C kepada B
  • 18. Bay’ al-Murâbahah li al-Âmir bi asy-Syirâ’ إِ نّ قَدْ أَهْدَيْتُ إِلََ النَّجَاشِ ي حُلَّةً وَأَ واقِيَّ مِنْ مِسْ ك وَلاَ أَرَى النَّجَاشِ يَّ إِلاَّ قَدْ مَاتَ وَلاَ أَرَى إِلاَّ هَدِيَّتِِ مَرْدُوْدَةً عَلَيَّ ف إِنْ رُدَّتْ عَلَيَّ فَهِيَ لَكِ ق الَ وَكَانَ كَمَا قَالَ رَسُولُ اللََِّّ صَلَّى اللََُّّ عَلَيْهِ وَسَل مَ وَرُدَّتْ عَلَيْهِ هَدِيَّ تُهُ فَ أَعْ ىََ كُلَّ امْرَأَ ة مِنْ نِسَائِهِ أُوقِيَّةَ مِسْ ك وَأَعْ ىََ أُمَّ سَلَمَةَ بَقِيَّةَ الْمِسْكِ وَالُْْلَّة “Aku telah mengirimkan hadiah kepada Najasi dua buah pakaian dan beberapa uqiyah parfum, dan aku melihat bahwa Najasi telah meninggal dan hadiahku akan dikembalikan kepadaku, jika hadiah itu dikembalikan kepadaku maka itu untukmu.” Ummu Kultsum binti Abi Salamah berkata: “benar seperti kata Rasulullah, Najasi meninggal dan hadiah itu dikembalikan kepada beliau. Maka beliau memberi setiap orang dari isteri beliau satu uqiyah parfum dan parfum sisanya dan dua pakaian diberikan kepada Ummu Salamah” (HR. Ahmad, al-Hakim, al-Baihaqi, Ibn Hibban dan ath-Thabrani. Al- Hakim berkata: “hadis ini sanadnya sahih, tapi Bukhari dan Muslim tidak mentakhrijnya)
  • 19. Bay’ al-Murâbahah li al-Âmir bi asy-Syirâ’ 3. Penjualan B Kepada A:  Barang harus sudah sah dan sempurna menjadi milik B  Tidak harus dengan alasan komitmen sebelumnya, artinya B boleh saja menjualnya kepada orang lain  Si A dan si B sama-sama memiliki hak khiyar  Tidak memperhitungkan komitmen sebelumnya  Boleh terjadi tawar menawar. Boleh kontan ataupun kredit. Jika kredit harus memenuhi ketentuan jual beli secara kredit  Boleh secara murabahah baik kontan ataupun kredit, dan harus memenuhi ketentuan murabahah  Begitu sempurna transaksi jual belinya, kepemilikan barang berpindah dari B kepada A
  • 20. Rahn - Agunan  Definisi Harta yang dijadikan jaminan utang/pinjaman agar utang atau pinjaman itu bisa dibayar dengan harganya jika tidak bisa dibayar oleh pihak yang wajib membayarnya  Sah jika memenuhi rukun dan syaratnya  Rukun 1. âqidân (ar-Râhin dan al-Murtahin) 2. Shighât 3. al-Marhun (harta yang diagunkan) dan al-Marhûn bihi (yaitu utang yang ada)  Syarat : harus ada qabdh atas al-marhûn dari ar-Râhin kepada al-Murtahin ... فَرِهَا ن مَقْبُوضَة ...  maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). (TQS. al-Baqarah [2]: 283)
  • 21. Rahn - Agunan  Al-Marhûn harus milik ar-Râhin » لاَ تَبِعْ مَا لَيْسَ عِنْدَكَ « Jangan engkau jual sesuatu yang bukan milikmu (HR. Abu Dawud, an-Nasai, Ibn Majah, at-Tirmidzi, Ahmad dan al-Baihaqi)  Rahn boleh dengan syarat terdapat kepastian adanya utang (qardh atau dayn). Sesuai QS. 2 : 282-283 يَا أَيُّ هَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا تَدَايَ نْتُمْ بِدَيْ ن إِلََ أَجَ ل مُسَمًّى ... وَإِنْ كُنْتُمْ عَ لَى سَفَ ر وَ تََِدُوا كَاتِبًا فَرِهَا ن مَقْبُوضَة Wahai orang-orang beriman, jika kalian bermuamalah tidak secara tunai (secara utang) sampai tempo tertentu … dan jika kalian sedang dalam perjalanan sedangkan kalian tidak menemukan penulis maka hendaknya ada agunan yang diserahkan (QS al- Baqarah: 282-283)
  • 22. Rahn - Agunan  Dalam jual beli secara kredit rahn boleh dan sah jika terdapat kepastian adanya dayn (utang), artinya :  Harga telah tetap menjadi hak penjual,  Barang sempurna menjadi milik pembeli اشْتَ رَى مِنْ يَ هُودِ ي طَعَامًا إِلََ أَجَ ل وَرَهَنَهُ دِ رْعًا مِنْ  أَنَّ رَسُولَ اللََِّّ « » حَدِي د Bahwa Rasulullah saw membeli makanan dari orang Yahudi dengan tempo dan beliau mengagunkan baju besi (HR. Bukhari dan Muslim)
  • 23. Rahn - Agunan  Agunan harus barang lain, bukan barang yang dibeli  Jika barang yang dibeli diagunkan kembali kepada penjualnya: 1. Belum pasti ada dayn (utang) 2. Harga belum pasti menjadi hak penjual karena barang belum sempurna menjadi milik pembeli 3. Jika dalam akad bay’ bi ad-dayn itu, disyaratkan Barang diagunkan kepada penjualnya, maka sama saja mensyaratkan pembatasan tasharruf pembeli terhadap Barang. Syarat demikian adalah syarat yang batil
  • 24. Rahn - Agunan  Eksekusi terhadap agunan: 1. Debtor tak sanggup bayar dan kreditor tidak memberi kelonggaran 2. Agunan dijual dg izin debitor melalui penjualan yang wajar menurut pasar 3. Hasil penjualan untuk melunasi utang, jika ada kelebihan dikembalikan kepada debitor, dan jika masih kurang kekuarangannya tanggung jawab debitor » لاَ يُ غْلَقُ الرَّهُنُ مِنْ صَاحِبِهِ الَّذِيْ رَهَنَه ، لَهُ غُنْمُهُ وَعَلَيْهِ غُرْمُه « Agunan itu tidak boleh dihalangi dari pemiliknya yang telah mengagunkannya. Ia berhak atas kelebihan (manfaat)-nya, dan wajib menanggung kerugian (penyusutan)-nya. (HR. Syafi’i, al-Bayhaqi, al-Hakim, Ibn Hibban dan ad-Daraquthni)
  • 25. Leasing (Sewa-Guna-Usaha)  Definisi kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa-guna-usaha dengan hak opsi (Finance Lease) maupun sewa-guna-usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh Lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala (kep. Menkeu no. 1169/KMK.01/1999 tentang Kegiatan Sewa-Guna-Usaha (Leasing) )  Macam :  Operating lease  Finance Lease : Dengan hak Opsi atau Tanpa hak Opsi  Yang umum dilakukan  Finance Lease dengan hak Opsi, dimana di akhir jangka waktu leasing pemilikan barang otomatis berpindah dari Lessor kepada Lessee  Sering dikatakan sebagai kredit atau jual beli kredit
  • 26. Leasing (Sewa-Guna-Usaha)  Ketentuan Leasing –umumnya- : 1. Lessor (lembaga pembiayaan) sepakat mengadakan Barang sesuai yang diminta oleh Lessee (nasabah) 2. Lessor sepakat setelah Barang dia beli, dia sewakan kepada Lessee selama jangka waktu Leasing 3. Lessor sepakat bahwa setelah jangka waktu Leasing dan seluruh angsuran lunas dibayar, Lessee akan langsung memiliki Barang itu. 4. Selama jangka waktu Leasing sampai seluruh angsuran lunas, Barang itu milik Lessor. Setelah berakhir jangka waktu Leasing dan seluruh angsuran lunas, pemilikan Barang langsung berpindah kepada Lessee 5. Selama jangka waktu leasing semua resiko ditanggung Lessee 6. Barang dijadikan jaminan secara Fidusia untuk transaksi Leasing tersebut 7. Jika Lessee (Fulan) telat mengangsur dikenakan denda dan ganti kerugian.
  • 27. Leasing (Sewa-Guna-Usaha)  Muamalah Leasing seperti ini secara syar’i batil, karena : 1. Terjadi dua transaksi dalam satu akad (shafqatayn fî shafqah wâhidah), yaitu akad ijârah (sewa) dan akad tamlîk (pemindahan pemilikan) baik dalam bentuk bay’, hibah atau hadiah 2. Akad tamlîk bukan dalam bentuk ‘aqd al-munjaz, tetapi dalam bentuk ‘aqd al-mu’allaq sekaligus ‘aqd al-mudhâf. Secara sya’i akad tamlîk harus dalam bentuk ‘aqd al-mujaz 3. Selama jangka waktu leasing diberlakukan akad ijârah, tapi dalam praktek menyalahi ketentuan akad ijârah yaitu barang yang disewakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemiliknya yaitu pihak yang menyewakan
  • 28. Leasing (Sewa-Guna-Usaha) 4. Denda keterlambatan angsuran adalah riba nasiah 5. Uang muka tidak jelas sebagai uang muka sewa atau uang muka pembelian 6. Menyalahi ketentuan syariah tentang rahn (agunan) a. Rahn harus dipastikan ada dayn, sementara dalam Leasing ini tidak ada dayn b. Eksekusi agunan menyalahi ketentuan syariat tentangnya 7. Sewa menyewa sesuatu yang belum dimiliki oleh al- Muajjir (Lessor) dan memindahkan pemilikan sesuatu (secara bay’, hibah atau hadiah) yang belum dimiliki oleh penjual, pemberi hibah atau hadiah.
  • 29. Bay’ as-Salam (Jual Beli Pesanan)  PENGERTIAN : اَلسَّلَمْ هُوَ بَيْعُ شَيْءٍ مَوْصُوْفٍ فِي الذِ مَّةِ اِلَى اَجَلٍ بِشَيْءٍ مُعَجَّلٍ • "SALAM ADALAH MENJUAL SUATU BARANG YANG DIJELASKAN SIFATNYA DALAM TANGGUNGAN (TIDAK HADIR) HINGGA TEMPO TERTENTU DENGAN HARGA YANG DIBAYARKAN DI DEPAN.“  HUKUMNYA : BOLEH. MERUPAKAN PERKECUALIAN DARI MENJUAL SESUATU YANG TIDAK DIMILIKI YG DILARANG BERDASARKAN HADIS : لا تبع ما ليس عندك  "JANGANLAH KAMU MENJUAL APA YANG TIDAK ADA DI SISIMU." (HR KHAMSAH, SAHIH)
  • 30. Bay’ as-Salam (Jual Beli Pesanan)  DALIL BOLEHNYA SALAM : مَنْ اَسْلَمَ فَ لْيُسْلِمْ فِِْ كَ ي ل مَعْلُوْ م وَوَزْ ن مَعْ لُوْ م اِلََ اَجَ ل مَعْلُوْ م  "BARANGSIAPA MELAKUKAN SALAM, HENDAKLAH DIA MELAKUKAN SALAM PADA TAKARAN YANG DIKETAHUI DAN TIMBANGAN YANG DIKETAHUI, HINGGA TEMPO YANG DIKETAHUI." (HR BUKHARI)
  • 31. Bay’ as-Salam (Jual Beli Pesanan) SYARAT-SYARAT SAH SALAM :  SYARAT PADA BARANG OBJEK SALAM (MUSLAM FIIHI) : 1. BARANG OBJEK SALAM HARUS DIKETAHUI DGN JELAS (MA'LUM) SIFATNYA (TAKARAN ATAU TIMBANGANNYA). MISAL : SATUANNYA HARUS JELAS BERAPA KILOGRAM, ATAU BERAPA TON, DSB. 2. BARANGNYA TERMASUK BARANG YANG DIHITUNG, DITAKAR, DITIMBANG. Contoh : gula, beras, dll. Tidak boleh salam pada barang yg tak dihitung, ditakar, ditimbang, mis : tanah, bangunan, mobil, dsb. 3. BARANGNYA DIJUAL SECARA BERTEMPO (ILA AJAL) (DISERAHKAN KEMUDIAN)
  • 32. Bay’ as-Salam (Jual Beli Pesanan) SYARAT-SYARAT HARGA (RA`SUL MAL): 1. HARGANYA HARUS JELAS DIKETAHUI (MA'LUM) 2. HARGANYA HARUS DISERAHKAN DI DEPAN (DI MAJELIS AKAD) 3. HARGANYA TIDAK MENGALAMI GHABAN FAHISY (JAUH LEBIH TINGGI/RENDAH DARI HARGA PASAR)
  • 33. Bay’ al-Istishna’  PENGERTIAN : الْستصنا هو عقد على مبيع فِ الذمة شُرِطَ فيه العملُ على وج ه مخصو ص بثم ن معلو م 'ISTISHNA' = AKAD ATAS SUATU BARANG DALAM TANGGUNGAN (TIDAK HADIR/ADA) YANG MENSYARATKAN ADANYA PEKERJAAN [pembuatan barang], MENURUT CARA TERTENTU, DENGAN HARGA TERTENTU.”
  • 34. Bay’ al-Istishna’  DALIL KEMUBAHANNYA : أن النبيَّ صلى الله عليه وسلم طَلَبَ من المرأةِ أَنْ تَأمُرَ غُلامَهَا بِصُنْعِ الْمِنْبَِ “BHW NABI SAW PERNAH MEMERINTAHKAN SEORANG WANITA, AGAR MENYURUH BUDAK LAKI-LAKINYA MEMBUATKAN MIMBAR BAGI NABI SAW." (HR BUKHARI)
  • 35. Bay’ al-Istishna’  APAKAH ISTISHNA' TERMASUK JUAL BELI ATAU TERMASUK IJARAH ?  JIKA BAHANNYA BERASAL DARI SHANI' (PEMBUAT BARANG), MAKA TERMASUK JUAL BELI.  JIKA BAHANNYA BERASAL DARI MUSTASHNI' (YANG MINTA DIBUATKAN BARANG), MAKA TERMASUK IJARAH.  JIKA TERMASUK JUAL BELI, APAKAH TERMASUK SALAM?  MENURUT MAZHAB HANAFI => ISTISHNA' MERUPAKAN AKAD TERSENDIRI.  MENURUT MAZHAB JUMHUR (MALIKI, SYAFII, HAMBALI) => ISTISHNA' TERMASUK JUAL BELI SALAM.
  • 36. Bay’ al-Istishna’ Persamaan Bay’ as-Salam dan al-Istishna’: • Barang diserahkan setelah tempo tertentu Perbedaan Bay’ as-Salam & al-Istishna’: As-Salam Al-Istishna’ Barang Ditakar, ditimbang, dihitung Barang manufaktur (madah ash-shina’ah) Harga Harus dibayar di depan Boleh dibayar di depan, atau dengan tempo