Dokumen tersebut membahas sejarah Museum Nasional Republik Indonesia secara singkat, mulai dari masa pendiriannya sebagai Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen pada abad ke-18 hingga berubah menjadi gedung museum yang dibuka untuk umum pada tahun 1868 dengan gaya arsitektur Neo-Klasik. Dokumen juga menjelaskan organisasi ruang dan fungsi ruang pada gedung museum saat ini.
1. MUSEUM NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
R A B I Y A T U L A D A W I Y A H | 0 5 2 0 0 1 4 0 0 1 3 6
Rabiyatul Adawiyah
2. Abad ke-18 Eropa berkembang
dalam hal intelektual.
Perkumpulan Ilmiah Belanda (Haalem,1752)
De Hollandsche Montschappij der
Wetenschappen
Lembaga Swasta yang bertujuan “Untuk
Kepentingan Masyarakat Umum”
Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen
Tujuan untuk emajukan penelitaian dalam bidang:
Rumah JMC Radermacher disumbangkan
menjadi cikal bakal museum dan
perpustakaan di Jalan Kalibesar.
Masa pemerintahan Inggris (1811 – 1816),
dibuat gedung baru digunakan untuk museum
dan ruang pertemuan yang dinamakan
‘Societeit De Harmonie’, Jln Majapahit no. 3
Societeit De Harmonie Batavia
(1811- 1816)
Gedung Sekretarian Negara
Republik Indonesia.
(Juni, 2015)
Masa pemerintahan
Hindia – Belanda
membangun gedung
baru, Koningsplein
West (Jln Merdeka
Barat)
Area tanah meliputi Reschst Hogenschool
‘Sekolah Tinggi Hukum’
• Seni
• Ilmu biologi
• Fisika
• Arkeologi
• Kesastraan
• Etnologi
• Sejarah
Gedung Kementrian Republik
Indonesia. (2015)
Sekarang
menjadi
Gedung Museum dibuka untuk
umum tahun 1868. Dengan gaya
arsitektur neo-klasik.
Sekarang
menjadi
SEJARAH MUSEUM NASIONAL
Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen
3. Latar Belakang
Istilah ‘Classicism’ berasal dari sejarawan seni untuk menggambarkan ‘gerakan
menuju penahanan diri yang kuat dalam seni’. Pada abad pertengahan 18
‘Classicism’ digabungkan dengan minat baru di zaman kuno, khususnya seni Yunani.
Sampai waktu tertentu neo-klasik mewakili upaya yang besar untuk menciptkan
sebuah gaya ‘sejarah’ pada abad 20 yang jelas dengan beberapa karya terbaik
yang dilakukan dalam dekade terakhir dari abad 19, khususnya perancang Olbrich
dan Peter Behrens.
Diantara tahun 1900 dan 1904 keduanya mengambil gaya yang semakin
sederhana dan dalam 2 atau 3 tahun sudah merubah cara ukiran berbentuk tanam-
tanaman dan melengkung menjadi sesuatu bentuk yang resmi dan geometris. Dan
hasilnya dikembangkan pada preseden bersejarah. Behrens bersikeras sengaja untuk
menggunakan arsitektur klasik, serta sistem proposional yang kuat.
Di Inggris perubahan bentuk bangunan kurang langsung ditanggapi. Reaksinya
terhadap kebebasan dalam imajinasi seni dan kerajinan kembali ke ‘vernakular’ atau
yang sering diidentifikasi dengan bangunan domestik pada abad-18. Pada waktu
yang sama, bangunan umum kembali sadar untuk mengerjakan ulang tema-tema
tertentu pada abad ke-18, pada skala yang besar dan sering kali dengan area
yang besar dari artikulasi jendela-dinding antara dasar dan atap yang klasik.
Contoh bangunan ialah Treasury Building, Washingtong D.C.
APA ITU ARSITEKTUR NEO-KLASIK ?
Neo-classicism. Part of the site of the WORLD’S Columbian
Exposition, Chicago (general plan by D. H. Burnham; 1893
Neo-classicism. Exhibitoon pavilion of the
Delmenhorster Linoleum Factory, Dresden
(1906) by Peter Behrens
Para perancang di era ini membuat karakter arsitektur neo-klasik:
• Simetris (pintu, jendela, denah dan fasad bangunan)
• Ukiran floral, human sculptures and animals.
• Skala besar, dengan mementingkan kolom-kolom
• Use of orders
• Tringular pediment
• Proporsi
• Pengulangan pada elemen-elemen jendela
• Beracuan pada arsitektur klasik
4. Dalam Perkembangan Abad Yunani
Awalnya digunakan sebagai pelayanan terhadap aspek agama. Arsitek Yunani dipanggil
untuk menyelesaikan bentuk apa yang tepat untuk sebuah kuil. Hasil dari akumulasi, memutuskan
terdapatnya a codification of the Orders. Terdiri dari Doric Order, Ionik Order, dan Corinthian
Order.
Kolom Doric merupakan pengembangan pertama di abad Yunani dan digunakan untuk kuil
besar, Kolom Ionik yang sederhana digunakan untuk kuil yang lebih kecil dan bagian dalam
bangunan, dan Kolom Corinthian seperti jenis lain dari Capital pada Kolom Ionik.
5. Treasury Building (Washington, D.C.)
Treasury Building Washitong D. C. in 2015
GAYA ARSITEKTUR
Neo-Klasikal
ARSITEK:
Robert Mills 1836 – 1842 (East Wing and Central)
Ammi B. Young dan Alexander H. Bowman 1855 – 1861 (South Wing)
Isaiah Rogers 1862 – 1864 (West Wing)
Alfred B. Mullet 1867 - 1869 (North Wing)
LOKASI
Pennsylvania Avenue, NW Washington, D. C.
Fungsi Bangunan
◊ Memproduksi semua mata uang dan prangko dari AS
◊ Mengumpulkan pajak, bea dan uang yang dibayarkan ke AS
◊ Membayar tagihan dari luar AS
◊ Mengelola keuangan federal
◊ Mengelola rekening pemerintah danhutang AS
◊ Menegakkan hukum keuangan dan pajak federal.
Treasury Building Washitong D. C. in 1860
Plan of Treasury Building, Washitong D. C.
6. NO ASPEK DISKRIPSI ILUSTRASI
1
GAYA
ARSITEKTUR
GEDUNG
LAMA
Arsitektur Neo-klasik diterapkan pada Museum
Nasional ini masih mengikuti gaya arsitektur atau
langgam yang sedang berlaku di Negara Belanda.
Arsitektur Neo-klasik merupakan keadaan dimana
ditemuinya kembali peninggalan arsitektur
Yunani dan Romawi, dengan itu karya arsitektur
Neo Klasik lebih mendekati arsitektur klasik
(Yunani dan Romawi)
Ciri – ciri arsitektur Neoklasik:
• Garis-garis bersih, elegen, penampilan yang
rapi
• Simetris (Fasad, denah, pintu dan jendela)
• Kolom-kolom berdiri bebas sampai atap
bangunan.
• Pedimen segitiga
• Garis atap datar dan horizontal
Kolom pada Museum gajah mempunyai alas tiang
dan entablatur ( tiga bagian pada pediment),
terlihat pada fasad yang membuat garis vertikal
dari dasar ke cornice yang bertumpu sebagai
bidang horizontal klasik.
Kolom pada pilar
utama museum gajah
ialah tipe Doric Order
yang merupakan salah
1 jenis dari 3 tipe
kolom Yunani; Doric,
Ionic dan Corinthian.
Detail bagian dari Gate yang mempunyai tipe kolom
yunani yang diterapkan pada Museum Nasional.
Abecus
Echinus
Shaft
Capital (Kepala)
• Abacus (atas) berbentuk kotak
• Echinus (tengah) berbentuk cembung
• Necking (leher) polos
• Echinus (tengah) berbentuk cembung
Shaft (Badan)
• Bentuk mengecil di atas (tapered)
• Ada sedikit kurvatur (Entasis)
• Memiliki 20 buah alur
7. NO ASPEK DISKRIPSI ILUSTRASI
2 BENTUK
Pada bangunan baru
Museum Nasional, bentuk
bangunan mengikuti
bentukan bangunan
eksisting berupa persegi
panjang dan simetris, hal
ini sesuai dengan konsep
awalnya yang berusaha
tampil selaras dengan
bangunan eksisting.
3
BENTUK
DAN
RUANG
Bentuk dan ruang dapat
dilihat dari perspektif
Gubahan massa.
Bentuk massa dan ruang
dinilai pada skala yang
berbeda, dengan
memperhatikan sebuah
bangunan dengan
dampak pada ruang
sekitarnya.
Bentuk denah dari gedung
Museum Nasional lama
yaitu linear yang
memanipulasi untuk
menutup sebagian ruangan.
Bentuk keseluruah
dengan gedung lama
dan gedung baru
linear karena penataan
serangkaian yang
mengulang dan diatur
oleh sebuah elemen
nyata yang terpisah
oleh “skywalk”
Dapat dilihat bahwa
bangunan gedung
lama mengelilingi dan
membungkus halaman
di dalam volumenya –
sebuah skema itrovert.
Pada bangunan
Gedung Arca baru,
menyatukan ruang
interiornya dengan
ruang luar privat
dari sebuah tapak
yang terdpat
dinding.
B
A
8. NO ASPEK DISKRIPSI ILUSTRASI
4
ELEMEN –
ELEMEN
LINEAR
YANG
VERTIKAL
Sebuah elemen
linear yang
vertikal, seperti
kolom akan
menghasilkan
sebuah titiik di
atas bidang
dasar dan
membuatnya
terlihat ada di
dalam ruangan.
Serangkaian kolom yang mirip antar satu dengan yang lain
pada jarak yang teratur membuat suatu rangkaian kolom.
Barisan kolom yang teratur pada Entrance-hall menegaskan
volume didalamnya, menandai batasan zona-zona di dalam
area tersebut dan menicptakan sebuah irama dan skala yang
terukur dan membuat dimensi spasial dapat dirasakan.
9. NO ASPEK DISKRIPSI ILUSTRASI
5
BUKAAN
-
BUKAAN
Bukaan-bukaan pada
elemen pendefinisi ruang.
Seperti pintu sebagai akses
pola pergerakan dan
kegunaan didalamnya. Jendela
digunakan untuk cahaya
menerangi permukaan
ruangan ataupaun pandangan
keluar, hubungan visual antara
ruang berdekatan.
Museum Nasional, fasade
bangunan baru mengambil
elemen-elemen seperti pintu,
jendela, bahkan struktur
kolom sebagai pintu masuk
sebagai bentuk usaha
menyesuaikan diri dengan
bangunan lama. Pengulangan
dari elemen-elemen fasade ini
membuat bangunan baru sulit
untuk dibedakan secara visual
dengan bangunan
bersejarahnya.
GEDUNG LAMA GEDUNG LAMA
Jendela pada kedua
bangunan merupakan
bukaan pada dinding yang
dikelompokkan
Entrance Hall pada kedua
bangunan merupakan bukaan antar
bidang yang dipanjangkan secara
vertikal antara lantai dengan
bidang langit.
Pedimen lantai dua terdapat
bukaan yang berkelompok yang
menjadi komposisi menyatu yang
menciptakan pergerakan visual
disepanjang permukaan bidangnya.
10. NO ASPEK DISKRIPSI ILUSTRASI
6
ORGANISASI
RUANG
Pada Zona Parkir &
Taman terdapat Entrance-
hall, ruang parkir, ticket
Box, sculpture serta taman
yang ada dilokasi.
Pada Zona Service
terdapat ruang pelayanan
untuk para pengunjung
mendapatkan informasi
dari pengelola museum
dan juga sebagai sarana
yang sengaja difasilitasi
untuk pengunjung.
Pada Zona Office
digunakan sebagai
perkantoran dari
pengelola museum sendiri,
seperti ruang ilmiah, dan
ruang-ruang yang masih
diperluas.
Pada zona Pamer Tetap
merupakan wilayah yang
terdapat koleksi benda-
benda yang tidak
dirubah-rubah posisi yang
sudah diletakan sejak
awal.
ZONA PARKIR & TAMAN
ZONA SERVICE
ZONA OFFICE
ZONA PAMER TETAP
ZONA PAMER TEMPORER
ZONA CONCESSION
ZONA M & E
ZONA SIMPAN
LANTAI DASAR
LANTAI 2 LANTAI 3 LANTAI 4
Pada denah Museum
Nasional dapat terlihat
bahwa antara Gedng lama
dan Gedung baru merupakan
sebuah organisasi linear
dengan mengulang sekuen
ruang-ruang.
11. NO ASPEK DISKRIPSI ILUSTRASI
6
ORGANISASI
RUANG
Pada zona Pamer Tetap
merupakan wilayah yang
terdapat koleksi benda-benda
yang tidak dirubah-rubah
posisi yang sudah diletakan
sejak awal.
Pada zona Pamer Temporer
merupakan wilayah koleksi-
koleksi museum yang dapat
dipindahkan atau ruang dapat
digunakan sebagai pameran
umum.
Pada zona Concession
merupakan wilayah yang perlu
menggunakan izin tertentu
untuk mengaksesnya.
Pada zona Mechanical &
Electrical merupakan tempat
dimana pusat daya listrik dan
sejenisnya diletakkan.
Pada zona Simpan merupakan
wilayah penyimpanan kolensi-
koleksi yang belum
dipamerkan karena
keterbatasan ruang.
Lantai 6Lantai 5
Lantai 7
ZONA PARKIR & TAMAN
ZONA SERVICE
ZONA OFFICE
ZONA PAMER TETAP
ZONA PAMER TEMPORER
ZONA CONCESSION
ZONA M & E
ZONA SIMPAN
Pada denah bagian lantai atas banguna
membentuk organisasi linear yang mempunyai
titik sumbu rotasi yang tersegmentasi.
Bertujuan untuk mengekspresikan suatu arah
dan menekankan suatu pergerakan untuk
pengunjung.
12. NO ASPEK DISKRIPSI ILUSTRASI
7
FUNGSI
RUANG
Fungsi “Gedung Lama” pada tahun 1972
berfungsi sebagai:
1. Entrance-hall
2. Ticket box
3. Koleksi sejarah
4. Ruang pameran
5. Koleksi mata uang
Perpustakaan:
6. Layanan pinjaman
7. Ruang baca
8. Ruang administrasi perpustakaan
9. Kantor perpustakaan
10. Gudang buku
11. Penjilidan
Koleksi Arkeologi:
12. Rotunda
13. Ruang pengadilan
14. Ruang hartakarun (Lantai atas)
15. Koleksi perunggu (Lantai atas)
16. Ruang audio visual
Koleksi Etnografis:
17. Jawa dan Sumatra
18. Koleksi pahatan kayu
19. Bali, Kalimantan dan Sulawesi
20. Irian Barat, Maluku dan Nusa
Tenggara
21. Koleksi keramik asing
22. Koleksi prasejarah
23. Koleksi naskah
24. Ruang administrasi museum
25. Ruang Direktur
26. Gudang koleksi arkeologi (lantai atas:
laboratorium)
27. Ruang pelatihan
28. WC
GEDUNG LAMAGATE IN GEDUNG LAMA
ROTUNDA
RUANG KOLEKSI ARKEOLOGI
HALL ANTARA GEDUNG LAMA DAN
GEDUNG ARCHA
RUANG KOLEKSI KERAMIK
ENTRANCE HALL
Fungsi “Gedung Lama” yang sekarang dibagi
menjadi 6 bagian wilayah koleksi:
1. Sejarah
2. Tekstil
3. Keramik
4. Etnografi
5. Prasejarah
6. Arkeologi
123
4
5 6
GROUND PLAN OF THE MUSEUM
1972
13. NO ASPEK DISKRIPSI ILUSTRASI
7
FUNGSI
RUANG
Fungsi “Gedung Baru” atau
disebut “Gedung Arca”,
wilayah koleksi dibagi pada
setiap lantai, yaitu:
1. Manusia dan Lingkungan
2. Ilmu Pengetahuan,
Teknologi dan Ekonomi
3. Organisasi Sosial Dan
Poka Pemukiman
4. Khasanah Emas dan
Keramik
5. Lantai 5, 6, 7, 8 dan 9
merupakan Kantor Sewa.
Lantai 2 Lantai 3 Lantai 4 Lantai 5
Lantai 6 Lantai 7 Lantai 8 Lantai 9, 10, dan atap
GEDUNG ARCA
LANTAI 1 RUANG KOLEKSI MANUSIA
DAN LINGKUNGAN
LANTAI 2 RUANG KOLEKSI ILMU
PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN
EKONOMI
LANTAI 3 RUANG KOLEKSI
ORGANISASI SOSIAL DAN POLA
PEMUKIMAN
LANTAI 4 RUANG KOLEKSI
KHASANAH EMAS DAN KERAMIK
14. NO ASPEK DISKRIPSI ILUSTRASI
8 SIRKULASI
Pada museum terdapat jalur
pergerakan sebagai penyambung
indrawi yang menghungkan
ruang-ruang sebuah bangunan.
Lokasi museum nasional
berada di Jalan Merdeka Barat
yang merupakan salah satu jalan
utama di pusat kota jakarta,
sehingga mudah untuk diakses.
Dalam kawasan museum
terdapat sirkulasi yang cukup
besar, karena jarak diantara
koleksi-koleksi dapat dilewati
oleh pengunjung sebagai jalur
akses, terdapat juga sirkulasi
untuk kendaraan, serta terdapat
sirkulasi dimana pengunjung
dapat menggunakannya sebagai
tempat bersantai.
Pencapaian yang ada pada tapak museum untuk mencapai pintu masuk utama tidak
secara langsung yang bertujuan untuk menekankan efek perspektif pada fasad depan dan
bentuk bangunan.
Pada bagian pintu masuk museum terdapat pada tengah-tengah bidang yang frontal di
sebuah bangunan agar menciptakan kesan simetris disekitar bukaannya.
Konfigurasi Jalur merupakan seluruh jalur pergerakan, pada museum nasional konfigurasi
jalurnya ialah linear yang mengatur ke serangkaian ruang; bercabang atau membuat suatu
putaran balik. Sedangkan pada jalur kendaraan museum nasional menggunakan konfigurasi
spiral.
Hubungan Jalur Ruang pada museum dengan cara Lewat Menembusi Ruang aksial atau
disepanjang tepinya, dan terciptanya pola-pola peristirahatan dn pergerakan di dalamnya.
15. NO ASPEK DISKRIPSI ILUSTRASI
9
PROPORSI
MATERIAL
Setiap material memiliki batas
kekuatan yang berbeda, karena
tekanan gravitasi terhadap material
tersebut akan bertambah sejalannya
waktu.
Material yang digunakan Museum
Nasional juga menghadirkan
material baru berupa batu alam jenis
marmer pada bagian atas
bangunan. Pengenalan material baru
pada kedua studi kasus digunakan
untuk membedakan secara visual
pada bangunan baru dan bangunan
lama namun material yang
digunakan tidak terlalu kontras
dengan lingkungan sekitarnya.
10
PROPORSI
& SKALA
Skala merupakan perihal tentan
gukuran yang dibandingkan dengan
standard referensi atau suatu ukuran
lainnya.
Proporsi tertuju pada kepantasan
atau mempunyai hubungan harmonus
pada satu bagian dengan bagian
lainnya atau pada seluruh
bidangnya.
Hubungan antara skala dan proporsi
merupakan kuantitas dari bangunan.
Material seperti batu alam
pun memiliki batas kekuatan.
Seluruh material mempunyai
proporsi masing-masing yang
diatur oleh kekuatannya dan
kelemahan dasarnya.
Museum Nasional, tertutupi sebagian karena
ketinggian dari bangunan baru yang disisipkan.
Dengan ketinggian dua kali lebih tinggi,
bangunan baru tampil dominan pada kawasan.
ng menuju makam dan dari sumbu ini dapat
terlihat fasade.
Memorial Park Soekarno memiliki bangunan
bersejarah berupa makam oleh karena itu
bangunan baru tidak lebih tinggi
dibandingkan bangunan makam tersebut.
Kehadiran bangunan baru diupayakan agar
tidak mengganggu eksistensi dari bangunan
sekitarnya. Kehadiran sumbu berupa plasa
yang mengantarkan pengunjuPada
Memorial Park Soekarno Museum Nasional
16. C O N C L U S I O N
Pada Bangunan Arsitektur Kolonial Museum Nasional yang dibangun pada abad ke-18
berada di Jakarta, Indonesia dengan gaya arsitektur Neo-Klasik yang berasal dari negara Eropa
mempunyai teori-teori umum mengenai bentuk , ruang, dan tatanan terhadap bangunan.
Hal ini membuktikan bahwa sebuah bangunan yang ingin diciptakan tidak terlewati oleh
perihal detail teori-teori sebuah bentuk bangunan, ruang-ruang yang berada dalam bangunan
tersebut dan juga cara pentaan denah ruang yang akan digunakan nantinya dan masiih menjadi
pegangan untuk para arsitek untuk merancang sebuah bangunan hingga kini.
17. DAFTAR PUSTAKA
• Pringle, Barbara.Robert, 1972. A Short Guide To The Museum Nasional: Jakarta.
• Pengembangan Museum Nasional
• Norwich, John Julius, 1975. Great Architecture Of The World:London.
• Ching, D. K. Francis, 2007. Arsitektur Bentuk, Ruang, Dan Tatanan. Erlangga.
• Irawan, I made, 2014. Penerapan Konsep Arsitektur Infill Pada Bangunan Museum Dalam Kawasan
Heritage Di Banjarmasin Studi Kasus : Memorial Park Soekarno, Blitar Dan Museum Nasional, Jakarta.
• Luke, Firdaus, 2013. Neoklasik: Jakarta. https://www.scribd.com/doc/128942758/NEOKLASIK
• Aiviz, 2015. Greek Yunani. Tangerang
• Adam, Robert, Classical Architecture: A Comprehensive Handbook to the Tradition of Classical Style, New
York, Harry N. Abrams, Inc., 1990
• Architectural History Treasury Building, Department of the Treasury Office of the Curator Washington, D.C.