Dokumen tersebut merangkum tentang uji kenyamanan termal yang dilakukan di sebuah kedai kopi di Jakarta Selatan. Dokumen membahas latar belakang masalah, tujuan penelitian untuk mengetahui kinerja kenyamanan termal ruang-ruang kedai kopi, dan kajian pustaka tentang faktor-faktor kenyamanan termal seperti suhu, kelembaban, kecepatan angin, dan pencahayaan.
KISI-KISI USEK PJOK TA 2023-2024 anans ajaja jaja hdsh
Uji kenyamanan termal di Kedai Kopi Manyar
1. F I S I K A B A N G U N A N
J U R U S A N A R S I T E K T U R
F A K U L T A S T E K N I K S I P I L D A N P E R E N C A N A A N
U N I V E R S I T A S T R I S A K T I
T A H U N A J A R A N 2 0 1 6 / 2 0 1 7
T U G A S U A S
UJI KENYAMANAN TERMAL
DI KEDAI KOPI MANYAR
Ir. Lili Kusumawati, MT
K E L A S D
K E L O M P O K 1
S I T I R I Z K A N U R A I S Y A – 0 5 2 0 0 1 4 0 0 1 1 1
A N I T A T I T A Y U L I T A – 0 5 2 0 0 1 4 0 0 1 2 6
R A B I Y A T U L A D A W I Y A H – 0 5 2 0 0 1 4 0 0 1 36
2. i
`
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
I. Latar Belakang Masalah...................................................................................... ii
II. Identifikasi Masalah........................................................................................... iii
III. Batasan Masalah................................................................................................ iii
IV. Rumusan Masalah.............................................................................................. iii
V. Tujuan Penelitian ............................................................................................... iv
VI. Manfaat Penelitian............................................................................................. iv
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
I. Masalah bangunan pada iklim tropis..................................................................4
II. Kenyamanan Termal ...........................................................................................4
III. Indeks Kenyamanan Termal................................................................................8
i. Suhu dan Kelembapan.................................................................................8
ii. Kebisingan ...................................................................................................8
iii. Kecepatan Angin .......................................................................................13
iv. Pencahayaan .............................................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN
I. Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................................................21
II. Lokasi dan Objek Penelitian..............................................................................21
III. Sumber Data .....................................................................................................21
IV. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi.........................................................................................22
2. Pengukuran.....................................................................................22
3. Dokumentasi...................................................................................22
V. Data Penelitian..................................................................................................23
BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PEMBAHASAN
I. Deskripsi Data
1.1 Analisa Situasi .......................................................................................26
1.2 Kondisi Lingkungan ...............................................................................27
1.3 Titik Pengukuran ...................................................................................27
II. Hasil Observasi dan Pengukuran ......................................................................28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................33
3. ii
`
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Arsitektur ialah bidang studi yang berkaitan dengan kegiatan manusia dan
kebutuhannya terhadap ruang. Dalam proses perancangan ruang, terdapat faktor yang perlu
diperhatikan, yaitu faktor kenyamanan termal yang sekaligus menjadi syarat utama dalam
perancangan bangunan.
Indonesia mempunyai iklim tropis dengan karakteristik kelembaban udara yang
tinggi, suhu udara relatif tinggi serta radiasi matahari yang menyengat serta mengganggu.
Yang menjadi persoalan adalah bagaimana menciptakan kenyamanan termal dalam
bangunan dalam kondisi iklim tropis panas lembab.
Faktor kenyamanan termal pada bangunan terbagi dalam 5 aspek, yaitu :
temperatur suhu, kelembaban, kebisinginan, kecepatan angin, dan pencahayaan. Bila tidak
tercapainya faktor-faktor kenyamanan termal dalam sebuah ruang akan menyebabkan
kegiatan manusia di dalamnya menjadi tidak optimal. Hal ini menandakan proses
perancangan yang telah dilakukan kurang berhasil.
Bila kita melihat ke dalam sebuah ruang dimana didalamnya merupakan tempat
berlangsungnya sebuah aktfitas dari manusia maka perlu dipertimbangkan kenyamanan
dari pengguna ruangan tersebut, dimana manusia membutuhkan udara, suhu, pencahayaan
yang tepat agar dapat merasa nyaman. Sehingga keberhasilan suatu perancangan ruang
ditentukan oleh kenyamanan dari penggunannya, apakah ruang itu berfungsi dengan baik
sesuai dengan yang diinginkan atau menjadi ruang yang tidak terpakai karena tidak ada yang
nyaman memakai ruangan tersebut.
Dalam studi kasus ini meneliti sebuah kedai kopi yang terletak di Jakarta Selatan.
Dimana ruangan-ruangan tersebut digunakan untuk bersantai, beristirahat, dan berbincang-
bincang sambil menikmati kopi atau teh serta hidangan-hidangan ringan lainnya sehingga
kenyamanan di dalam ruang tersebut adalah sesuatu yang menjadi prioritas utama dalam
perencanaan. Masalah yang dihadapi di tempat tersebut berbeda dengan kondisi yang
diharapkan dimana banyak pengunjung yang mengeluh kurang nyaman , seperti kepanasan
dan tidak nyaman menggunakan ruang kedai pada siang hari, sehingga yang terjadi
pengunjung lebih ramai mengunjungi kafe tersebut pada malam hari dari pada siang hari.
Penelitian untuk mengevaluasi kenyamanan termal dilakukan dengan survei
langsung pada lokasi penelitian atau percobaan lapangan. Kenyamanan termal pada suatu
bangunan diperlukan untuk mendukung aktivitas pengguna bangunan. Semakin baiknya
proses perancangan termal suatu bangunan semakin optimal aktivitas di dalamnya, untuk
memaksimalkan aktivitas kegiatan yang dilakukan, perlu mengetahui bagaimana kinerja
kenyamanan termal kedai kopi tersebut.
4. iii
`
II. Identifikasi Masalah
Dengan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana kinerja kenyamanan
termal suatu tempat yang berfungsi sebagai kedai kopi yang terletak di Kota Jakarta Selatan.
Sebagai perancang terhadap aspek fisika bangunan dan juga efek negatif yang ditimbulkan oleh
bangunan dapat diatasi dengan mempelajari bangunan yang memperhatikan iklim tropis lembap
di Indonesia.
Identifikasi masalah penelitian adalah sebagai berikut :
• Kota Jakarta memiliki suhu udara yang lumayan tinggi, menurut BMKG, suhu maksimal
kota Jakarta mencapai 36 ºC.
• Letak bangunan kedai yang berdempetan dengn rumah-rumah, Karena berlokasi di
daerah perumahan sehingga hanya memungkinkan udara mengalir hanya lewat bagian
depan dan belakang bangunan.
• Kedai yang berbentuk memanjang, sehingga hanya memungkinkan udara masuk dari
satu sisi bangunan dan keluar pada sisi lainnya.
• Terdapat tingkat kenyamanan ruang yang berbeda pada ruang indoor dan outdoor pada
kedai kopi.
• Setiap ruang dapat menyebabkan perbedaan kenyamanan beraktivitas.
• Kurang nyaman secara termal, terutama jika siang hari.
III. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu :
• Kenyamanan ruang yang dimaksud dibatasi pada kenyamanan termal dan intensitas
pencahayaan alami ( kenyamanan visual).
• Kenyamanan bangunan difokuskan hanya pada kenyamanan termal.
• Aspek yang diteliti adalah kenyaman suhu, kelembaban, kebisingan, kecepatan angin dan
pencahayaan.
• Ruang yang diteliti ruang-ruang yang terdapat dilantai dasar kedai kopi tersebut.
• Objek penelitian yaitu ruang-ruang terdapat di kedai kopi untuk diukur kenyamanan termal
terhadap aktivitas yang dilakukan pengunjung.
• Waktu penelitian dibatasi hanya pada waktu efektif kedai tersebut beroperasi yaitu pada
pukul 09.00-20.00 WIB.
IV. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Bagaimana Kinerja kenyamanan termal pada ruang-ruang yang terdapat
di sebuah kedai kopi ? menguji kondisi termal (suhu dan kelembaban) dalam ruangan kedai
memenuhi standar yang ditetapkan SNI, sehingga dapat diwujudkan bangunan yang nyaman
secara termal dan mengoptimalkan kegiatan para pelaku aktivitas.
5. iv
`
V. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui
kinerja kenyamanan termal ruang-ruang yang terdapat sebuah kedai kopi di Jakarta Selatan.
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
• Mempelajari kajian tentang standar kenyamanan termal pada ruangan.
• Membuktikan apakah ruangan pada bangunan kedai kopi standar berdasarkan SNI.
• Mengetahui seberapa besar pengaruh (efisiensi) kondisi termal ruangan.
• Memperoleh gambaran mengenai intensitas pencahayaan alami pada ruang-ruang di dalam
kedai kopi.
VI. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah:
• Memberi kontribusi dalam dunia arsitektur dalam merancang untuk memperhatikan
kenyamanan pengguna.
• Bagaimana suatu ruangan dikatakan nyaman secara termal.
• Mengkaji pentingnya kenyamanan termal dalam ruangan.
• Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan kesadaran perancang tentang pentingnya
mengetahui aspek-aspek fisika bangunan pada proses perancangan suatu bangunan.
Kesadaran ini sebagai upaya meningkatkan tanggung jawab kita terhadap aspek-aspek fisika
bangunan.
• Hasil Penelitian diharapkan dapat memberi pemahaman kepada masyarakat luas tentang
kinerja kenyamanan termal sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi kenyamanan ketika
beraktivitas di dalam suatu ruang atau bangunan.
6. 1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
I. Masalah bangunan pada iklim tropis
Menurut George Lippsmeier
• Ciri-ciri iklim daerah tropis basah adalah presipitasi dan kelembaban tinggi
dengan temperatur. Angin sedikit, radiasi matahari sedang sampai kuat.
Pertukaran panas sedikit karena tingginya kelembaban.
Ciri tropis lemab ini mempunyai ciri lebih spesifik, yaitu:
- Temperatur udara maksimum rata-rata 27- 32 0
C
- Temperatur udara minimum rata-rata 20 – 23 0
C
- Kelembaban udara rata-rata adalah 75 – 80 %
- Curah hujan selama satu tahun antara 1000 – 5000 mm
- Kondisi langit pada umumnya berawan, dengan jumlah awan sekitar 60
– 90 %
- Radiasi matahari rata-rata bulanan sekitar 400 watt/m2
- Kecepatan angin rata-rata rendah, yaitu sekitar 2 – 4 m/detik.
• Masalah bangunan daerah iklim tropis basah adalah panas yang tidak
menyenangkan. Penguapan sedikit karena gerakan udara lambat. Perlu
perlindungan terhadap matahari, hujan dan angin.
• Hal penting yang harus diperhatikan pada daerah iklim tropis basah adalah
bangunan terbuka dengan jarak yang nyaman untuk sirkulasi udara.
Orientasi utara-selatan, dengan lebar bangunan untuk ventilasi silang, serta
diberi penenduh disekitar bangunan. Bangunan ringan dengan daya serap
panas yang rendah.
II. Kenyamanan Termal
Kenyamanan termal dalam suatu ruang dipengaruhi dari beberapa hal ialah
suhu, kelembaban, dan iklim. kenyamanan termal mempunyai faktor-faktor yang
mempengaruhi. Walaupun keseimbangan suhu tubuh dapat terjaga,
kenyamanan termal lebih bersifat individual. Keadaan suatu lingkungan tertentu
bisa dirasakan berbeda oleh individu yang berbeda pula. Faktor-faktor
kenyamanan termal yang dapat mempengaruhi seseorang, baik faktor dominan
dari alam maupun faktor pilihan manusia.
1.1 Faktor-faktor alam yang dominan
Faktor-faktor alam yang sangat mempengaruhi kenyamanan termal bagi
manusia, yaitu suhu udara, kelembaban., dan pergerakan udara. Ketiga
faktor alam ini merupakan bagian dari lingkungan hidup seseorang dan
sangat mempengaruhi kenyamanan termal bagi diri seseorang. Selain itu,
7. 2
tiga faktor dominan ini biasanya juga seudah dikondisikan oleh desain
bangunan.
Suhu udara. Terdapat dua macam suhu udara: suhu udara biasa (air
temperature) dan suhu radiasi rata-rata (mean radiant temperature = MRT).
Suhu udara diukur dengan thermometer merkuri biasa yang terletak dalam
banyangan dan 120cm di atas permukaan tanah. MRT adalah radiasi rata-
rata dari permukaan-permukaan bidang yang mengeliling seseorang. MRT
sangat penting artinya karena dapat menimbulkan rasa panas bagi seseorang
hingga 66%. Kenyamanan termal sulit tercapai bila suhu udara dan MRT
berbeda hingga 5˚ C atau lebih.
Kelembaban udara. Kelembaban udara merupakan kandungan uap air dalam
udara. Besarnya presentase yang menunjukkan besaran kelembaban udara
dari perbandingan antara keadaan kenyataan uap air dan jumlah maksimum
uap air yang dapat dikandung oleh udara pada kondisi ruang dan suhu yang
sama. Biasanya kelembaban udara mencapai lebih dari 70% atau kurang dari
30%
Kelembaban udara yang tinggi mengakibatkan sulit terjadinya penguapan di
permukaan kulit sehingga mekanisme pelepasan panas bisa terganggu.
Dalam keadaan seperti itu pergerakan udara akan sangat membantu proses
penguapan.
Pergerakan udara. Pergerakan udara adalah aspek yang penting untuk
kenyamanan termal, terlebih di daerah panas, seperti halnya di daerah
tropis. Di dareah dingin pergerakan udara tidak terlalu berpengaruh karena
biasanya jendela-jendela ditutup untuk mencegah masuknya angin yang
dingin.
1.2 Daerah nyaman
Jarak lingkup faktor-faktor alami yang menghasilkan kenyamanan termal bagi
manusia disebut daerah nyaman (comfort zone). Batasan daeraah nyaman
seseorang bisa berbeda dengan yang lainnya. Karena itu, dalam
mengevaluasi kenyamanan termal dengan kondisi faktor alami tertentu
diperlukan jumlah mayoritas (70%) pendapat responden yang merasa
nyaman.
Gambar 2.1. Daerah nyaman (comfort zone)
8. 3
Dapat dilihat dari gambar 2.1 bahwa daerah nyaman terlertak pada
kelembaban relative 20 – 80% dengan suhu 21 - 27˚C. Jika kelmbabannya
lebih dari 0 - 85% dengan suhu 26 - 33˚C bangunan membutuhkan bayangan
dan angina 0.1 – 1.0 m/detik. Sedangkan jika kelembaban udara raltif 0 - 85%
dengan suhu 0 - 45˚C atau lebih merupakan batas toleransi untuk kerja
sedang yang membutuhkan tambahan kelembaban. Diatas dari > 45˚C
dengan kelembaban 0 – 100% merupakan kondisi di luar toleransi yang
membutuhkan tambahan kelembaban dan udara bergerak.
1.3 Faktor-faktor pilihan manusia
Sinar matahari. Dalam keadaan tertentu, sinar matahari bisa membuat
manusia nyaman. Jika sinar matahari mengenai permukaan kulit akan
menimbulkan hal yang tidak nyaman, makan orang bisa menghindarinya atau
dengan melindungi diri dari panasnya sengatan matahari. Seseorang yang
terkena matahari langsung dapat berlindung di bawah atap, bayangan pohon
atau paying.
Pergerakan udara. Bila terjadi pergerakan udara yang tidak atau kurang
memenuhi syarat bagi seseorang, ia dapat mengusahakan pergerakan udara
tambahan demi kenyamanannya. Sebaliknya, bila kecepatan angin terlalu
tinggi, maka dapat menghindari dengan mencari tempat yang lebih lembut
terpaan anginnya.
Tabel 2.1 Pengaruh pergerakan udara atas kenyamanan dalam ruang berhubungan dengan pakaian
yang dipakai.
Pakaian. Faktor pilihan yang lazim dan mudah diterapkan untuk mencapai
kenyamanan termal adalah cara berpakaian. Manusia bisa memilih dan
menentukan jenis pakaian yang dikenakannya demi mencapai kenyamanan
termal bagi dirinya. Tabel berikut memperlihatkan indeks pengatur
penguapan clo (clothing value) tiap jenis pakaian yang biasa digunakan orang.
Nilai clo gabungan diperoleh dengan menjumlahkan clo tiap jenis pakaian
yang digunakan.
9. 4
Tabel 2.2 Pakaian dan clothing value
Aktivitas. Aktivitas manusia menimbulkan energi panas tertentu dalam tubuh yang
berkaitan dengan pergerakannya. Makin tinggi aktivitas seseprang, maka makin
besar pula kecepatan metabolismer di dalam tubuhnya sehingga makin besar energy
yang dihasilkan. Bila faktor dari alam tidak dapat menyerap panas yang terjadimaka
ia akan merasa tidak nyaman. Jadi untuk mendapatkan kenyamanan termal kembali,
dapat melakukan kegiatan lain yang lebih sedikit kegiatan, yang lebih tenang dan
tidak menimbulkan banyak panas. Ekstremenya, pada saat suhu udara dan
kelembaban udara sedang tinggi dan angin tidak tersedia, kegiatan yang paling
naman adalah tidur atau berbaring seperti tampak pada tabel berikut:
Tabel 2.3 Aktivitas dan kecepatan metabolism orang dengan berat badan 70 kg yang mempunyai kulit
seluas ±1.70 m²
10. 5
III. Indeks Kenyamanan Termal
i. Suhu dan Kelembaban
Kenyamanan termal dalam suatu ruang tergantung dari banyak hal terutama
tergantung pada suhu, pergerakan udara dan kelembapan dalam ruang. Makin
tinggi kelembapan, makin rendah suhu maksimal yang masih dirasakan nyaman.
Berikut pengaruh kelembapan atas suhu dan kenyamanan ruang berdasarkan
orang yang berpakaian ringan.
Tabel 2.4 pengaruh kelembapan atas suhu dan kenyamanan ruang
ii. Kebisingan
Kebisingan merupakan asal dari bunyi yang berlebihan. Bunyi merupakan sensasi
akibat getaran suatu benda yang menimbulkan gesekan dengan zat di sekitarnya
yang diterima ditelinga.
Gambar 2.2 Penerima (telinga manusia) menangkap suara dari sumber bunyi melalui jejak
perambatan (getaran buni dalam udara)
Terdapat dua jenis sifat bunyi, yaitu:
• Bunyi yang diinginkan, seperti pembicaraan. Kondisi ini menurut sistem
akustik yang baik menyangkut sumber bunyi, media perambatan, dan
penerima.
• Bunyi yang tidak diinginkan seperti bising lalu lintas atau bising akibat
keramaian lingkungan sekitar. Kondisi ini memerulkan pengendallian
intensitas bising pada sumbernya atau memindahkan sumber bising
sejauh mungkin dari penerima atau dibuat penghalang pada media
perambatan serta perlindungan bising pada penerima.
Untuk menanggulangi bunyi yang tidak diinginkan dapat dilakukan dengan cara
penanggulangan dalam bangunan dan di luar bangunan:
• Penanggulangan bunyi dari dalam bangunan ialah;
11. 6
- Lantai. Bahan bangunan, jika makin berat bahan bangunan yang
digunakan maka makin tinggi peredaman bunyi udara.
- Struktur bangunan, dihasilkan dari bising latar belakang yang
merupakan campuran dari beberapa bising dalam ruang yang tidak
ditempati yang ditimbulkan oleh instalasi teknik gedung.
Gambar 2.3 a) bunyi udara selalu perlu dibungkus; b) bunyi struktur perlu dilenturkan
Maka itu dapat diatur konstruksi lantai , dinding, dan langit-langit
dengan pemilihan bahan bangunan yang memadai.
- Pelat lantai bangunan bertingkat, permukaan yang elastis, lantai yang
dilapisi beberapa bahan bangunan yang berbeda dan kedap suara,
lantai yang berlapis majemuk.
Gambar 2.4 a) lantai berlapis majemuk pada pelat betin bertulang; b) lantai berlapis
majemuk ppelat lantai konstruksi kayu
Yang penting dalam hal ini ialah selimut penenang yang merupakan
bulu kempa tidak mengalami celah, luka atau lubang. Semua
sambungan termasuk yang menghubungkan konstruksi lantai dengan
dinding harus kedap udara dan elastis.
Tabel 2.5 Ketentuan peredam
bising melalui udara berhubungan
dengan bobot bagian bangunan
a b
12. 7
- Dinding. Mempunyai massa yang cukup dan menyebarkan bising udara
secara merata pada seluruh luasannya.
- Dinding dibangun dengan cara berlapis; dinding vertika dan horizontal
tidak bersentuhan dan salah satu lapisan dinding ialah kedap suara.
- Sambungan dinding terhadap tepinya dan sekeliling bukaan seperti
jendela, pintu, dsb harus kedap udara dan elastis.
- Dinding dibangun pada papan non structural terlepas di depan dinding
structural.
- Menggunakan lapisan karet pada dinding untuk menanggulangi
kebisingan.
Gambar 2.5 Dinding pemisah ruang yang menanggulangi bising
Gambar 2.6 Konstruksi lapisan tambahan yang dapat dipasang di depan dinding
struktur primer menjamis penanggulangan bising yang sama seperti pada dinding
pemisah ruang (gambar 2.5)
- Langit-langit gantung yang meredam bising di udara dan bising
benturan tergantung pada bobot langit-langit dan lunak /kerasnya
permukaan.
13. 8
Gambar 2.7 konstruksi rangka dasar (gambar atas) dan konstruksi rangka
penggantung langit-langit (gambar bawah) yang mampu menanggulangin bising
- Atap merupakan konstruksi bahan pelapis dan penutup atap
menentukan keadaan bising di ruang bawahnya sehingga, untuk
meredam bising tersebut, sebaiknya dipilih bahan yang berat (pelat
atap beton berulang atau atap betanaman) dengan bobot minimal
400kg/m² luas atap.
- Utilitas bangunan ialah jaringan pipa air bersih dan pipa air limbah
dapat diselimuti dengan bahan peredam suara, tidak ada penghubung
antara penggantung pipa dengan struktur bangunan.
Gambar 2.8 Peredam bising pada jaringan utilitas. A0 selimut peredam suara; b)
pengikat dan penggantung pipa dengan gelang karet
• Penanggulangan bising luar bangunan yaitu dengan cara:
- Pagar penahan bising. Dibuat dengan batu bata, gundukan tanah
yang dimodifikasi menjadi tanggul atau pagar ranaman dengan
kerapatan daun tertentu.
14. 9
Gambar 2.9 a) penggunaan gundukan tanah; b) tanggul lanskap sepanjang kedua sisi
jalur lalu lintas
Gambar 2.10 letak jalan di daerah pemukiman yang sunyi dengan: a) bundaran di
ujung jalan; b) jalur pejalan kaki yang menuju ke gedung-gedung; c) kantong parkir
yang dipusatkan di luar area gedung
- Mengatur denah banguna yang tepat sehingga menempatkan ruang
yang dibutuhkan ketenangan terlindungi oleh bangunan yang bersifat
umum.
- Bobot bangunan atau konstruksi
- Selubung bangunan yaitu pada kosntruksi selubung bangunan
didesain secara khusus sehingga dapat mengatasi bising dari luar.
Gambar 2.13 Lapisan penyerap bising pada sirip horizontal
Gambar 2. 11
Jendela ventilasi
dengan lapisan
penyerap bunyi
Gambar 2. 12 Silencer, penyerap bising dalam cerobong pengundaraan/
selubung ventilasi
15. 10
iii. Kecepatan Angin
Kecepatan angin merupakan faktor yang penting dalam kenyamanan termal.
Udara yang tidak bergerak dalam ruangan tertutup akan menyebabkan
pengguna ruangan merasa kaku ataupun berkeringat.
3.1 Angin dan Aliran Udara Alami
Angin terjadi karena terdapat perbedaan tekanan udara yang diakibatkan
dari perbedaan radiasi matahari yang memanaskan permukaan bumi dan
suhu udara. Udara yang memiliki suhu yang lebih panas mempunyai tekanan
udara yang lebih rendah sedangkan, udara yang memiliki suhu yang dingin
mempunyai tekanan udara yang lebih tinggi, dan udara yang bertekanan
tinggi akan bergerak menuju daerah udara yang lebih panas. Terdapat jenis
pergerakan angin yaitu:
Gambar 2.2. Angin Laut dan Angin Darat
Pergerakan angin yang dilihat pada lautan dan daratan. Pada siang hari aliran
udara dari arah laut kea rah daratan disebut angin laut sedangkan pada
malam hari aliran angin bergerak dari arah daratan ke arah laut yang disebut
angina darat.
Gambar 2.3. Angin Lembah dan Angin Gunung
Pergerakan angin yang dilihat pada lembah dan gunung. Pada siang hari
angina bergerak dari arah lembah ke arah atas gunung sedangkan, pada
malam hari angina bergerak dari atas gunung ke arah lembah yang ada
dibawahnya.
16. 11
3.2 Aliran Angin Pada Bangunan
Aliran angin alami mempengaruhi pergerakan angin pada bangunan yang ada
di daratan dengan kecepatan angin yang berbeda-beda. Berikut gambaran
pergerakan angina pada bangunan.
Gambar 2.4 Arah angin pada bangunan
Seperti yang sudah digambarkan diatas bahwa aliran angin mempunyai
beban angin yang akan menimbulkan tekanan dan hisapan pada sisi-sisi
bangunan. Terdapat empat jenis aliran udara yang berbeda yang
mempengaruhi pergerakan aliran angin pada bentuk bangunan:
Gambar 2.5 Empat jenis aliran udara yang berbeda
Gambar 2.5 Udara mengalir di sekitar bangunan yang akan menyebaban area dengan
tekanan positif dan negatif yang tidak merata.
Aliran udara yang mengalir disekitar bangunan yang langsung mengenai satu
sisi bangunan akan menyebabkan area yang terkena angin tidak merata
sedangkan bila bentuk bangunan diputar 45˚ akan mendapatkan penyebaran
17. 12
angin positif dan negatif yang merata. Sehingga bentuk bangunan
mempengaruhi aliran udara yang melalui bangunan.
Gambar 2.6 Pengaruh bentuk bangunan terhadap angin yang bergerak alami
Bentuk atap pada sebuah bangunan mempengaruhi tekanan udara yang
mengalir. Bila bentuk atap bangunan datar aliran udara mempunyai tekanan
positif pada satu sisi dan tekanan negatif pada dua sisi (tidak sama) yang
dapat mempengaruhi keseimbangan bangunan tersebut menjadi tidak
seimbang. Sedangkan jika atap mempunyai sudut yang lebih tinggi
mempunyai tekanan udara positif dan negatif yang sama sehingga bangunan
mempunyai keseimbangan.
Terdapat beberapa hal yang dapat mengendalikan aliran angin pada suatu
bangunan yaitu bisa dengan vegetasi, atap dengan kemiringan lebih dari
7:12, dan jika meletakan massa bangunan diletakkan dengan cara diletakkan
selang-seling.
3.3 Angin dan Aliran Udara Alami di Dalam Bangunan
Aliran angin dapat masuk ke dalam bangunan ketika pada sisi bangunan itu
memiliki bukaan-bukaan. Berikut contoh bukaan yang dapat diterpakan pada
sebuah bangunan.
18. 13
Gambar 2.7 Jenis bukaan untuk mengalirkan udara di dalam bangunan.
3.4 Kecepatan angin terhadap kenyamanan ruang dan efek penyegarannya
Tabel 2.6 Data kenyamanan ruang menurut kecepatan angin
Untuk mendapatkan kondisi kenyamanan pada sebuah ruangan mempunyai
kecepatan angin yang bergerak 0.25 – 0.5 m/detik. Sehingga untuk
mendapatkan kondisi paling nyaman pada sebuah bangunan mempunyai
syarat aliran udara alami yaitu:
• Luas bukaan lubang ventilasi minimal 10% dari luas lantai.
• Tiap orang di dalam ruangan membutuhkan lebih dari 0,4 m³ udara
segar permenit.
• Udara mengalir pada kecepatan 0.1 – 0.15 m/det (angin terasa sepoi-
sepoi)
Untuk mendapatkan pertukaran udara disebuah bangunan memerlukan
ventilasi silang, yang mempunyai lubang masuk udara (inlet) dan lubang
keluar udara (outlet).
19. 14
Gambar 2.8 Gambaran potongan bangunan yang mempunyai ventilasi inlet dan outlet
Gambar 2.9 Gambaran denah bangunan yang mempunyai ventilasi inlet dan outlet
iv. Pencahayaan
1. Pencahayaan buatan
Perancangan bangunan bertingkat harus mempelajari masalah pencahayaan
alami (matahari), sehingga bangunan dapat berfungsi dengan baik dan hemat
energi.
Matahari adalah sumber cahaya alami yang paling mudah didapatkan dan
banyak manfaatnya, apalagi letak Indonesia yang berada di daerah tropis
dimana matahari tersebut ada sepanjang tahun tanpa perbedaan di siang dan
malam hari. Tidak seperti daerah lain (sub tropis), dimana penyinaran
matahari tidak sama antara siang dan malam hari. Selain itu terdapat tujuan
pemanfaatan cahaya matahari sebagai penerangan alami adalah:
• Menghemat energi dan biaya operasional
• Membuat ruang yang sehat dan memperjelas kesan ruang
• Mempergunakan cahaya alami sejauh mungkin ke dalam bangunan
(perhatikan panas yang ditimbulkan matahari, terutama di siang hari)
INLET
(LUBANG MASUK UDARA)
OUTLET
(LUBANG KELUAR UDARA)
20. 15
Sinar matahari yang jatuh pada bangunan dapat dilakukan dengan beberapa
cara yang dipengaruhi oleh besarnya refleksi cahaya matahari sangat
dipengaruhi oleh bahan dan warna pantulan, yaitu:
• Cahaya matahari langsung jatuh pada bidang kerja
• Refleksi/pantulan cahaya matahari dari benda di luar bangunan dan
masuk melalui bukaan
• Refleksi/pantulan cahaya matahari dari halaman, dan dipantulkan
oleh kembali oleh langit-langit dan dinding ke bidang kerja
• Cahaya yang jatuh ke lantai dan dipantulkan lagi oleh langit-langit
Sedangkan intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam bangunan
dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:
• Jenis bahan bukaan/ kaca yang dipakai
• Warna bahan bidang pantulan (warna dinding, lantai, langit-langit).
Semakin cerah dan muda warna pada bidang pantulan maka semakin
banyak memantulkan cahaya)
• Luas bidang bukaan (jendela)
• Penghalang bangunan (pohon, bangunan, sun screen, teritisan)
Orientasi bangunan juga mempengaruhi masuknya cahaya matahari untuk
mendapatkan kenyamanan dalam bangunan. Untuk bangunan (khususnya
bangunan bertingkat tinggi) bidang bukaan diusahakan untuk menghadap
kea rah utara –selatan. Hal ini bertujuan untuk menghindari panas matahari
langsung atau radiasi matahari ke dalam bangunan. Radiasi ini akan sangat
berpengaruh terhadap panas/ suhu, penyilauan dalam bangunan dan
pemudaran warna benda, terutama panas matahari jam 10.00 – 15.00. Dapat
dikurangi hal-hal tersebut jika cahaya matahari direfleksikan oleh benda yang
berada di luar bangunan, lalu masuk ke dalam bangunan.
2. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan diperlukan untuk menambah kekurangan dari
pencahayaan alami atau untuk kegiatan di malam hari. Pencahayaan buatan
ini merupakan salah satu energi listrik dalam bangunan, selain untuk
perlengkapan yang lain seperti AC, lift, komputer, pompa air, dll.
Pencahayaan buatan akan sangat dipengaruhi oleh penggunaan jenis-jenis
lampu yang ada, seperti lampu pijar, lampu TL, lampu halogen, lampu
mercury. Pemilihan jenis lampu ini akan sangat mempengaruhi kualitas dan
kesan ruang yang diinginkan.
21. 16
Pada hal pencahayaan buatan terdapay perencanaan pencahayaan buatan
dari besaran kebutuhan lampu dalam bangunan atau ruang, yang sangat
dipengaruhi oleh fungsi dari bangunan atau ruang tersebut. Untuk itu sudah
ditetapkan standard pencahaay berdasarkan fungsi bangunan atau ruang,
seperti bedasarkan beban listri (watt/mt²) maupun kuat penerangan (lux).
Estimasi kuat penerangan atau cahaya:
23. 18
BAB III
METODE PENELITIAN
I. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dengan judul “Kajian Kenyamanan Termal Kedai Kopi
Manyar” berlokasi di Kopi Manyar, Jalan Bintaro Tengah Raya, Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Gambar 3.1 Lokasi Kedai Kkopi Manyar
Penelitian dilakukan pada beberapa titik ruang pada kedai kopi manyar. Total
ruang yang diteliti adalah 9 titik ruang. Pelaksanaan penelitian dilakukan
pada bulan November 2016.
II. Lokasi dan Objek Penelitian
Lokasi dan objek penelitian adalah di kedai kopi manyar yaitu pada teras
depan, ruang makan (indoor), ruang pemesanan, workshop, ruang makan
(outdoor), ruang santai, ruang exhibition, musholla, dan teras belakang.
Lokasi dan objek yang akan diteliti adalah seberapa besar indeks kenyamanan
termal dari pengukuran suhu, kelembaban, kebisingan, kecepatan angin, dan
pencahayaan pada kedai kopi manyar.
III. Sumber Data
Sumber data dan informasi berdasarkan hasil yang diperoleh melalui
penelitian dan pengukuran langsung pada lokasi (kedai kopi manyar). Data dan
informasi yang diukur mengenai kenyamanan termal di Kedai Kopi Manyar
dengan beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah suhu, kelembaban,
kebisingan, kecepatan angin, dan pencahayaan.
IV. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data dan informasi
tentang kenyamanan termal. Beberapa teknik pengumpulan data dilakukan
dengan cara observasi (pengamatan), pengukuran, dan dokumentasi. Berikut
adalah penjabaran teknik cara pengumpulan data yang digunakan:
24. 19
1) Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu metode yang cukup
akurat dan mudah dalam melakukan pengumpulan data, serta bertujuan
untuk mencari tahu dan memahami segala kegiatan yang berlangsung yang
menjadi objek kajian dalam penelitian.
2) Pengukuran
Data dilapangan yang diukur pada 9 titik lokasi pengukuran pada kedai kopi
manyar adalah suhu, kelembaban, kebisingan, kecepatan angin, dan
pencahayaan. Pengukuran dilakukan seharian, yaitu pada pagi hari (pukul
09.00), siang hari (pukul 14.00), sore hari (pukul 17.00), dan malam hari
(pukul 20.00).
Gambar 3.2 Titik Pengukuran pada Kedai Kopi Manyar
3) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pelengkap dan penambah validitas data yang
diperoleh melalui pengamatan, penggambaran, pengukuran, dan pemetaan.
Sumber informasi yang di dokumentasikan adalah sumber informasi yang
sangat penting dan dapat menggambarkan bagaimana kondisi kedai kopi
manyar secara faktual.
Dokumentasi pada penelitian yang dilakukan memberikan kelengkapan dan
penjelasan yang lebih pada saat pencarian data dan informasi tentang
kenyamanan termal di kedai kopi manyar.
28. 23
BAB IV
HASIL PENGUKURAN DAN PEMBAHASAN
I. Deskripsi Data
1.1 Analisa Situasi
Pengukuran dilakukan di Kedai Kopi Manyar yang merupakan sebuah kafe
kecil, didesain oleh arsitek sekaligus sebagai pemilik, yaitu Isandra Matin dan
istrinya, Audite Matin, dibantu oleh Fandy Gunawan dan Angie Miranti. Kopi
Manyar terletak di Jl. Bintaro Tengah no. 14, Jakarta Selatan, dan dibuka
untuk umum pada tanggal 3 November 2015.
Luas kedai kopi ini +- 240 m2
yang terdapat; ruang makan (indoor), ruang
pemesanan, workshop, ruang makan (outdoor), ruang santai, ruang
exhibition, musholla, dan ruang servis. Pintu masuk terletak di sebelah kiri
kafe, berupa suatu void di antara jalusi dengan dinding. Void itu membentuk
lorong yang mengarah ke sebelah kanan kafe, dan di penghujung lorong akan
ditemukan dua pintu; satu pintu masuk pengunjung menuju ke ruang duduk
dan satu pintu masuk servis.
Tampak depan kedai kafe ini memanfaatkan material kaca untuk
memberikan kontinuitas visual serta untuk pencahyaan alami, yang
kemudian ditutupi dengan jalusi kayu untuk menjaga privasi ruang dalam.
Kafe ini tidak memiliki plang nama di depannya, namun tetap ramai didatangi
orang-orang. Publikasinya dilakukan dari mulut ke mulut dan melalui media
sosial. Di depan kafe terdapat tempat parkir dengan kapasitas 4 sampai 5
mobil, sesuai dengan kapasitas kafe yang tidak terlalu besar namun juga tidak
terlalu kecil.
Pada setiap pembagian ruang memiliki element of surprise seperti adanya
dinding sekat, perbedaan level, dan rotating door. Kafe memiliki dua level.
Level pertama merupakan area duduk, sedangkan level dua untuk servis. Di
level pertama, terdapat sebuah taman di tengah kafe yang terdiri dari sebuah
pohon peneduh yang rimbun, dikelilingi dengan batu kerikil sebagai penutup
tanahnya. Taman ini berperan sebagai elemen estetik dalam bangunan dan
untuk memasukkan cahaya alami serta ventilasi udara. Selain itu pada taman
ini juga disediakan bangku untuk pengunjung. Pada level yang sama juga
terdapat ruang pamer yang selama pembukaan kafe digunakan untuk
memamerkan maket karya AMA, foto-foto dalam buku Obrigado!, dan
instalasi lampu. Terdapat juga ruang workshop yang menggunakan rotating
door.
Di level satu pada area duduk yang dekat dengan taman terdapat simpul
sirkulasi, dimana terdapat tangga menuju level bawahnya berupa ruang
duduk yang memiliki kesan lebih privat, dan tangga kantilever menuju ke
area servis di level dua. Interior kafe didominasi dengan warna putih yg
memberikan kesan clean dan furnitur dari kayu. Untuk penerangan dalam
ruangan memakai lampu kuning memberikan kesan hangat.
29. 24
1.2 Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan sekitar Kedai Kopi Manyar yaitu pada sebelah utara dan
selatan adalah perumahan, sebelah timur dan barat adalah jalan umum dan
disebrangnya merupakan rumah tinggal.
A. Utara B. Selatan C. Timur D. Barat
Gambar 3.4 Kondisi Lingkungan Sekitar
1.3 Titik Pengukuran
Pengukuran di Kedai Kopi Manyar dilakukan pada Sembilan titik, dengan
mengukur kenyamanan termal dari pengukuran suhu, kelembaban,
kebisingan, kecepatan angina, dan pencahayaan pada teras depan, ruang
makan (indoor), ruang pemesanan, workshop, ruang makan (outdoor),
ruang santai, ruang exhibition, musholla, dan teras belakang.
Gambar 3.5 Denah Pengukuran dalam Ruang
CD
B
A
34. 29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
• Bentuk atap lebih baik mempunyai sudut yang tinggi (lebih terjal) agar terdapat
angin yang melalui dalam bangunan, sehingga dapat membuat pengunjung yang
berada diruang luar (r.makan outdoor) lebih nyaman saat melakukan aktivitasnya.
• Untuk mendapatkan aliran angin, pada sisi-sisi bangunan lebih baik mempunyai
bukaan (single opening / two opening- double wall /dsb)
• Pada ruang indoor dan outdoor seharusnya dipisahkan dengan pembatas sisi tegak
ruangan agar kenyamanan termal pada ruang indoor tidak dipengaruhi oleh udara
ruang outdoor.
• Untuk mengurangi pemanasan udara di dalam kedai kopi, jalan dan parkiran yang
didominasi oleh perkerasan bahan aspal dan beton perlu diganti dengan
penggunaan grass blok atau dilindungi dari radiasi matahari langsung dengan
penanaman pohon sepanjang tepi jalan. Hal ini akan membantu pada penurunan
suhu udara di sekitar bangunan yang secara langsung atau tidak langsung akan
mempermudah pencapaian suhu nyaman di dalam bangunan
35. 30
DAFTAR PUSTAKA
Frick, H., Ardiyanto, A., Darmawan, AMS. 2008. Ilmu Fisika Bangunan
Pengantar Pemahaman sahaya, kalor, kelembapan, iklim, gempa bumi, bunyi, dan
kebakaran. Yogyakarta: Kanisius.
Lippsmeier, G. (1997). Bangunan Tropis. Jakarta: Erlangga.