3. Kelas Unggulan
Kelas Unggulan adalah kelas yang diikuti
oleh sejumlah siswa yang unggul dalam tiga
ranah penilaian dengan kecerdasan di atas
rata-rata yang dikelompokkan secara khusus.
Pengelompokan ini dimaksudkan untuk
membina siswa dalam mengembangkan
kecerdasan, kemampuan, keterampilan, dan
potensinya seoptimal mungkin sehingga
memilki
pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang terbaik sebagaimana semangat konsep
wawasan keunggulan
4. Program kelas unggulan ini diselesaikan
dalam waktu 3 tahun, mempunyai kurikulum
tersendiri, menambah penambahan mata
pelajaran sesuai jurusan yang dipilih. Dalam
proses belajar siswa kelas unggulan ditargetkan
mencapai ketuntasan belajar di atas kelas
reguler.
Kelas unggulan merupakan kelas
percontohan yang dapat dilakukan dengan
melibatkan semua Stakeholder sekolah mulai
dari orang tua, siswa, guru-guru, karyawan,
lingkungan, pengawas, instansi Diknas dan
semua pihak yang terkait dengan urusan
pendidikan.
5. Pada dasarnya bentuk
pelaksanaan pendidikan bagi anak
yang berprestasi atau di atas rata-
rata (dalam istilah Sutratinah, anak
supernormal) dapat dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu:
a. Acceleration (percepatan)
b. Segregation (pengelompokan)
c. Enrichment (pengayaan)
6. A. Acceleration (percepatan)
Penyelenggaraan program akselerasi ini merupakan
salah satu implementasi dari Undang-undang No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 5 ayat 4, yaitu “Bahwa warga Negara yang
memiliki kercerdasan dan bakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus”.Departemen
Pendidikan Nasional menetapkan lima tujuan yang
mendasari diselenggarakannya program akselarasi
bagi siswa berpotensi tinggi dan berbakat istimewa,
sebagaimana yang disebutkan dalam buku pedoman
penyelenggaraan akselarasi, yaitu:
7. 1. Memberikan kesempatan pada peserta didik cerdas istimewa untuk
mengikuti program pendidikan sesuai dengan potensi kecerdasan
yang dimilikinya.
2. Memenuhi hak asasi peserta didik cerdas istimewa sesuai
kebutuhan pendidikan bagi dirinya.
3. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran bagi
peserta didik cerdas istimewa.
4. Membentuk manusia berkualitas yang memiliki kecerdasan
spiritual, emosional, sosial, dan intelektual serta memiliki
ketahanan dan kebugaran fisik.
5. Membentuk manusia berkualitas yang kompeten dalam
pengetahuan dan seni, berkeahlian dan berketerampilan, menjadi
anggota masyarakat yang bertanggung jawab, serta
mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan lebih lanjut
dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
8. Sesuai dengan tujuan penyelenggaraan
program akselarasi tentunya sekolah
penyelenggara harus mengelola
pendidikan dengan maksimal.
Pengelolaan program akselarasi sangat
berbeda dengan kelas reguler. Mulai
dari pembukaan layanan akselarasi.
Prosedur rekruitmen dan
pengembangan peserta didik. Sistem
pembelajaran dan kurikulum.
Pengelolaan ruang belajar, pengayaan,
dan penilaian
Yang sangat penting adalah tenaga pendidik
yang mengajar di kelas akselarasi mampu
menyesuaikan diri dengan karakteristik
peserta didik.Oleh sebab itu sekolah
penyelenggara akselarasi masih mengaku
berbagai kendala dan problematika dalam
penyelenggaraannya.
Oleh sebab itu perlu adanya kemantapan
eksistensi dari satu organisasi atau sekolah
yang ingin menyelenggarakan program
percepatan belajar ini.
9. B. Segregation (pengelompokan)
Segregation adalah pengelompokan atau
pengasingan, siswa disendirikan menjadi
kelompok khusus semacam Ability Grouping
(kelompok kecakapan). Segregation dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
10. a. Kelas biasa ditambah dengan kelas
khusus. Anak di atas rata-rata mengikuti
secara penuh seluruh kegiatan di
sekolahnya setelah itu mendapat
pelajaran tambahan dalam kelas khusus.
b. Mengikuti kelas biasa (regular class) tetapi tidak penuh
100% (hanya ± 75 %) ditambah dengan mengikuti kelas
khusus (special class), karena jumlah jam pelajaran, maka anak
di atas masih mempunyai waktu untuk melakukan kegiatan-
kegiatan lain yang dibutuhkan untuk pengembangan aspek
kepribadian, karena jumlah jam belajar yang cukup lama di
kelas khusus, anak di atas rata-rata masih memperoleh
kesempatan bersaing dengan teman sesama di atas rata-rata.
11. c. Secara penuh anak di atas rata-rata dimasukkan dalam
kelas khusus. Ini berarti guru-guru, kurikulum, metode dan
komponen pendidikan yang lain dilaksanakan secara khusus.
Pihak guru dapat dengan mudah melakukan tugasnya karena
murid yang dihadapi mempunyai tingkat kecerdasan yang
sederajat. Pihak murid merasa ada persaingan dengan teman-
teman yang memiliki kemampuan seimbang, sehingga dapat
mempercepat pelajaran sesuai dengan kondisi mental peserta
didik.
d. Alternatif terakhir dengan mendirikan
sekolah khusus untuk anak di atas rata-rata agar
mereka mendapat kesempatan seluas-luasnya
untuk 23 mengembangkan diri, karena dapat
bersaing dengan anak lain yang juga sama-sama
super dengan segala fasilitas yang diperlukan.
12. C. Enrichment (pengayaan)
Pembelajaran pengayaan merupakan pembelajaran
tambahan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan
pembelajaran baru bagi peserta didik yang memiliki kelebihan
sedemikain rupa sehingga mereka dapat mengoptimalkan
perkembangan minat, bakat, dan kecakapannya. Pembelajaran
pengayaan berupaya mengembangkan keterampilan berpikir,
kreativitas, keterampilan memecahkan masalah,
eksperimentasi, inovasi, penemuan, keterampilan seni,
keterampilan gerak, dsb. Pembelajaran pengayaan
memberikan pelayanan kepada peserta didik yang memiliki
kecerdasan lebih dengan tantangan belajar yang lebih tinggi
untuk membantu mereka mencapai kapasitas optimal dalam
belajarnya
13. Jenis Pembelajaran Pengayaan (Enrichment)
Ada tiga jenis pembelajaran pengayaan yaitu:
a) Kegiatan eksploratoris yang bersifat umum yang dirancang
dan disajikan kepada peserta didik. sajian yang dimaksud
berupa peristiwa sejarah, buku, tokoh masyarakat dan
sebagainya, yang secara reguler tidak tercakup dalam
kurikulum.
b) Keterampilan proses yang diperlukan oleh peserta didik agar
berhasil dalam melakukan pendalaman dan investigasi
terhadap topik yang diminati dalam bentuk pembelajaran
mandiri.
c) Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik
yang memiliki kemampuan belajar lebih tinggi berupa
pemecahan masalah nyata dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah atau pendekatan investigatif/ penelitian
ilmiah.
14. Bentuk Pembelajaran Pengayaan (Enrichment)
Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat dilakukan
antara lain melalui:
a) Belajar kelompok. Sekelompok peserta didik yang memiliki minat
tertentu diberikan pembelajaran bersama pada jam-jam pelajaran
sekolah biasa, sambil menunggu teman-temannya yang mengikuti
pembelajaran remidial karena belum mencapai ketuntasan.
b) Belajar mandiri. Secara mandiri peserta didik belajar mengenai
sesuatu yang diminati.
c) Pembelajaran berbasis tema. Memadukan kurikulum dibawah tema
besar sehingga peserta didik dapat mempelajari hubungan antara
berbagai disiplin ilmu.
d) Pemadatan kurikulum. Pemberian pembelajaran hanya untuk
kompetensi/ materi yang belum diketahui peserta didik. dengan
demikian tersedia waktu bagi peserta didik untuk memperoleh
kompetensi/ materi baru, atau bekerja dalam proyek secara mandiri
sesuai kapasitas atau kapabilitas masing-masing.
16. Peraturan Pemerintah nomor 17 tahun 2010
pasal 135 ayat 2 mengungkapkan bahwa
program pendidikan khusus bagi peserta
didik yang memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa dapat berupa :
17. 1. Program percepatan
Program percepatan menurut Pressey (Hidayat &
Gunawan, 2013: 35) adalah kemajuan yang
dicapai melalui suatu program pendidikan
dengan waktu yang lebih cepat atau usia yang
lebih dini daripada pendidikan konvensional.
Adanya akselerasi menurut Direktorat PSLB
(2010: 59) dikarenakan adanya kebutuhan untuk
belajar dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi
daripada peserta didik pada umumnya sehingga
peserta didik bekecerdasan istimewa
18. membutuhkan stimulasi belajar yang lebih cepat.
Tujuan diadakannya akselerasi diungkapkan oleh
NAGC Position Statement (Direktorat PSLB, 2010:
60) yaitu bertujuan untuk menyesuaikan kecepatan
pembelajaran dengan kemampuan peserta didik,
memberikan tantangan belajar pada tingkatan yang
sesuai untuk menghindari kejenuhan belajar akibat
dari pembelajaran yang diulang-ulang, dan
mengurangi waktu untuk menyelesaikan sekolah
secara tradisional
19. 2) Program pengayaan
Schiever & Maker (Direktorat PSLB, 2010: 110)
mengungkapkan bahwa pengayaan digunakan sebagai
kurikulum maupun sebai program layanan pembelajaran.
Lebih lanjut Direktorat PSLB (2010: 111) menyatakan
bahwa pengayaan tidak hanya sekedar menambah materi,
namun juga melibatkan proses. Davis (2012: 118)
mengungkapkan dengan rinci strategi dalam pengayaan
memiliki tujuan isi yaitu merujuk kepada apa yang ada di
dalam materi akan diperkaya dan dipersulit serta tujuan
proses yaitu merujuk kepada prosedur mental pemecahan
masalah, pemikiran kreatif, pemikiran ilmiah, pemikiran
kritis, perencanaan, analisis, evaluasi dan sebagainya.
20. Dari berbagai uraian pendapat ahli di atas dapat
ditegaskan bahwa program layanan pendidikan
khusus bagi peserta didik bekecerdasan istimewa
dapat berbentuk akselerasi maupun pengayaan
dalam sebuah kelas khusus yang dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya secara
maksimal dengan didukung sebuah kurikulum
khusus.
21. Kebutuhan peserta didik Cerdas Isimewa akan pengembangan
kurikulum disampaikan oleh Sorenson & Francis (Direktorat PSLB, 2010:
41) yaitu
1) 26 kurikulum dengan kecepatan belajar yang dipercepat dengan sedikit
repetisi;
2) sarana untuk menguasai kurikulum tradisional dalam waktu yang lebih
singkat;
3) kesempatan untuk memperlajari materi yang lebih abstrak, lebih
kompleks, dan lebih mendalam;
4) kesempatan untuk belajar dan menerapkan berbagai strategi pemecahan
masalah;
5) pengalaman belajar dengan lingkungan yang berorientasi pada peserta
didik;
6) kesempatan untuk belajar bekelanjutan dan mempraktikkan
keterampilan meneliti;
7) kesempatan untuk bekerja secara mandiri;
8) kesempatan untuk berinteraksi dengan para pakar. Dengan demikian
modifikasi harus dilakukan dibagian materi, proses, produk, dan
lingkungan belajar.
22. Selain memberikan kesempatan belajar sesuai dengan
kebutuhannya, anak cedas istimewa juga memerlukan layanan
konseling. Sebagaimana Hollingworth mengungkapkan
(Davis, 2012: 9) bahwa peserta didik yang memiliki
kecerdasan istimewa akan mengalami kesulitan dalam hal
kerentanan emosional, sehingga Hollingworth
merekomendasikan adanya konseling sebagai pendidikan
emosional bagi anak bekecerdasan istimewa.
Lebih lanjut Hollingworth menyatakan bahwa konseling
merupakan bagian integral dari program yang berkualitas
khusus untuk anak yang sangat cerdas. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa selain memerlukan kelas khusus berbasis
akselerasi atau pengayaan, peserta didik cerdas istimewa juga
membutuhkan layanan konseling dalam perjalanannya
menempuh pendidikan.