1. HIDAYANTI
202000633853
IPA 008
LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi
No.
Masalah terpilih
yang akan
diselesaikan
Akar Penyebab
masalah
Eksplorasi alternatif solusi Analisis alternatif solusi
1 Motivasi belajar
peserta didik
dalam pelajaran
sistem pencernaan
masih rendah
(peserta didik
pasif, ngobrol saat
KBM, sering izin
keluar kelas, fokus
belajar rendah)
Guru belum maksimal
dalam menentukan
model dan metode
pembelajaran yang
sesuai dengan
karakteristik materi
dan peserta didik.
Pembelajaran lebih
mengarah ke teacher
center sehingga siswa
belum terlibat aktif
dalam pembelajaran.
Kajian Literatur
1. Penerapan model PBL dapat meningkatkan hasil
belajar kognitif siswa dimana rata-rata hasil belajar
pada siklus I sebesar 61,15 meningkat menjadi 76,35
pada siklus II. Persentase siswa yang mencapai KKM
sebesar 46,2% pada siklus I dan meningkat menjadi
73,1% pada siklus II. Hasil belajar afektif siswa pada
siklus I dan siklus II termasuk tinggi dengan pencapaian
100%. Hasil kuesioner motivasi menunjukkan
peningkatan sebesar 31% termasuk kategori tinggi dan
69% termasuk kategori sedang sebelum dilaksanakan
siklus I. Mengalami peningkatan pada siklus II sebesar
73% termasuk kategori tinggi dan 26% termasuk
kategori sedang. Kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian ini adalah penerapan model
pembelajaran problem based learning dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada
materi sistem pencernaan manusia di kelas VIII A SMP
BOPKRI 3 Yogyakarta.
Suryati, O. 2019. Penerapan Model Pembelajaran
Prolem Based Learning untuk Meningkatkan Motivasi
dan Hasil Belajar Siswa pada materi Sistem
Pencernaan Manusia Kelas VIII A SMP BOPKRI 3
Yogyakarta. Yogyakarta : Universita Sanatha
Dharma.
2. Pendidikan biologi diarahkan untuk Inquiri dan berbuat
sehingga dapat membantu peserta didik untuk
Berdasarkan kajian literatur dan hasil
wawancara dengan rekan guru, maka
dapat dianalisis :
Model PBL
Model PBL yaitu pembelajaran berbasis
masalah dapat menjadi menjadi solusi
dalam meningkatkan motivasi peserta
didik. Melalui proses pemecahan
masalah dalam proses pembelajaran,
peserta didik dapat menemukan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip
dalam belajar sehingga membuat siswa
menjadi lebih aktif, kreatif, serta kritis
dan memiliki keterampilan pemecahan
masalah. Dalam pendekatan PBL pun,
pendidik dapat menggunakan berbagai
metode yang bervariasi, seperti
eksperimen, diskusi, dll.
Kelebihan
1. peserta didik terdorong untuk
berpartisipasi secara aktif dalam
mengikuti proses pembelajaran,
2. pembelajaran menjadi bermakna
karena menyajikan permasalahan
2. HIDAYANTI
202000633853
IPA 008
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
alam sekitar. Oleh karena itu pembelajaran biologi
menekankan pada pemberian pengalaman belajar
secara langsung melalu penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap
ilmiah (Elfis, 2010)
Elfis. 2010. Pendekatan Kontekstual dalam
Pembelajaran Biologi. Diakses pada tanggal 10
September pada http://elfsuir.blogspot.com
3. Semangat dan motivasi belajar siswa untuk memiliki
hasrat dan keinginan belajar dalam proses belajar
mengajar sangat membutuhkan metode belajar yang
sangat bervariasi sehingga dapat menarik dan
membuat siswa berusaha untuk mendapatkan nilai yang
lebih bagus. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang
berbagai strategi dan membuat pembelajaran menjadi
menyenangkan dan menarik bagi siswa. Metode yang
bervariasi bisa memfokuskan perhatian siswa dalam
pelajaran IPA.
Sumiati, F. 2019. Analisis Motivasi Belajar Siswa
pada Pelajaran IPA Kelas VII SMPN 1 Kampar Kiri TA
2018/2019. Riau : Universitas Islam Riau.
Hasil Wawancara
1. Guru sebelum mengajar seharusnya membuat RPP yang
sesuai dengan materi dan karakter peserta didik
2. Pembelajaran lebih banyak diskusi agar siswa terlibat
aktif
3. Pada awal pembelajaran guru memberikan apersepsi
yang dapat manarik minat siswa dalam pembelajaran
4. Guru dapat menayangkan vidio-vidio yang membuat
autentik,
3. siswa mampu mengintegrasaikan
pengetahuan yang didapat secara
multidimensi,
4. siswa memiliki kemampuan
memecahkan permasalahan,
5. siswa terlatih untuk berpikir
kritis atau berpikir tingkat tinggi
(higher order thinking skill), dan
6. siswa terdorong untuk
mengembangkan kemampuan
interpersonal dalam pekerjaan
tim.
Kelemahan
1. Tidak semua materi
pembelajaran bisa menerapkan
model ini.
2. Waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan materi
pembelajaran lebih lama.
3. Bagi peserta didik yang belum
terbiasa menganalisis suatu
permasalahan, biasanya enggan
untuk mengerjakannya.
4. Jika jumlah peserta didik dalam
satu kelas terlalu banyak, guru
akan kesulitan untuk
mengondisikan penugasan.
3. HIDAYANTI
202000633853
IPA 008
siswa tidak bosan Pembelajaran Inkuiri
Kelebihan
1. peningkatan kemampuan
ingatan dan pemahaman
terhadap materi pembelajaran
oleh peserta didik
2. meningkatkan keterampilan
peserta didik dalam pemecahan
masalah pada situasi-situasi baru
dan berbeda yang mungkin
mereka dapati pada saat-saat
lain (mendatang)
3. membantu guru secara simultan
meningkatkan motivasi belajar
peserta didik
4. Langkah-langkah model
pembelajaran inkuiri
memungkinkan peserta didik
mempunyai waktu yang cukup
untuk mengasimilasi dan
mengakomodasi setiap informasi
yang relevan yang mereka
peroleh, sehingga pengetahuan
yang mereka miliki akan
semakin mantap, luas dan
mendalam.
5. memberikan dorongan secara
tidak langsung kepada peserta
didik untuk bekerja sama,
bersikap objektif, jujur, percaya
4. HIDAYANTI
202000633853
IPA 008
diri, penuh tanggung jawab,
berbagi tugas dan sebagainya.
Kelemahan
1. Permasalahan dengan waktu
yang dialokasikan
2. Pembelajaran inkuri yang
dilakukan oleh peserta didik
dapat melenceng arahnya dari
tujuan semula karena mereka
belum terbiasa melakukannya
3. Jika jumlah peserta didik di
dalam kelas terlalu banyak, maka
guru mungkin akan mengalami
kesulitan untuk memfasilitasi
proses belajar seluruh peserta
didik.
4. Ketika pembelajaran inkuiri yang
selalu disetting dalam kelompok-
kelompok ini berlangsung,
biasanya ada beberapa peserta
didik yang kurang aktif dalam
kelompoknya.
2 Kemampuan
berpikir kritis
(HOTS) peserta
didik dalam sistem
pencernaan masih
Peserta didik belum
terbiasa/terlatih
menyelesaikan soal-
soal yang berbasis
HOTS dalam
Kajian Literatur
1. Untuk menguji keterampilan berpikir tingkat tinggi pada
peserta didik, instrumen dirancang sedemikian rupa
menjawab soal melalui proses berpikir. Teknik yang
digunakan dalam membuat soal oleh guru yang
Berdasarkan kajian literatur, maka hasil
analisis alternatif solusinya adalah :
Merancang pembelajaran dengan
menyusun soal soal yang diberikan
5. HIDAYANTI
202000633853
IPA 008
rendah pembelajaran sistem
pencernaan.
Pembelajaran masih
bersifat konseptual
dan belum
kontekstual.
menuntut untuk berpikir tingkat tinggi , yaitu materi
yang akan ditanyakan diukur dengan perilaku sesuai
dengan ranah kognitif Bloom pada level analisis,
evaluasi dan mengkreasi.
Ermila, dkk. 2021. Analisis Kesulitan Guru Dalam
Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis. Diakses pada
tanggal 9 September
padahttp://ejournal.nusantaraglobal.ac.id/index.php/jiJurnal
Ilmiah Global Education 2 (1).
2. Kemampuan berpikir tingkat tinggi pada peserta didik
merupakan kemampuan dalam menghubungkan,
memanipulasi, dan mentransformasikan pengetahuan
serta pengalaman belajar yang sudah didapatkan selama
pembelajaran untuk digunakan dalam berpikir secara
kritis dan kreatif untuk menentukan keputusan dan
memecahkan permasalahan. Pendekatan yang dapat
digunakan untuk melatih keterampilan berpikir
tingkat tinggi dalam dunia pendidikan adalah
menggunakan domain kognitif dari taksonomi
Bloom. Level yang ada pada taksonomi Bloom yang
telah direvisi oleh Anderson, domain kognitif terbagi
menjadi proses kognitif yang meliputi kemampuan
mengingat, memahami, mengaplikasi, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta. Kemampuan
menganalisi, mengevaluasi, dan mencipta
merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Conklin, W. 2012. Higher-Order thinking Skills to Develop 21st
Century Learners. Huntington Beach: Shell Education
Publishing
3. Kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan
kemampuan menganalisis peserta didik ialah kegiatan
untuk membuat diskriminasi atau memilih fakta-fakta
kepada siswa barada pada tingkatan
c4,c5,c6. Sehingga dengan peserta
didik terbiasa mengerjakan soal-soal
pada tingkatan analisis, evaluasi,
dan mengkreasi kedepannya dapat
menjadikan peserta didik untuk
terbiasa kritis dalam menghadapai
atau memecahkan segala
permasalahan ke depannya.
Menganalisis
Pada menganalisis, peserta didik
mampu menganalisis informasi yang
masuk dan membagi-bagi atau
menstrukturkan informasi ke dalam
bagian yang lebih kecil untuk
mengenali pola atau hubungannya
dan mampu mengenali serta
membedakan fakor penyebab dan
akibat sebuah skenario yang rumit
Evaluasi
Pada kegiatan mengevaluasi peserta
didik dapat memberikan penilaian
terhadap solusi, gagasan, metodologi,
prosedur kerja, dan lain-lain, dengan
menggunakan kriteria yang cocok
atau standar yang ada untuk
memastikan nilai efektivitas atau
manfaatnya.
Mengkreasi (Mencipta)
Mencipta mengarah pada proses
kognitif meletakkan unsur-unsur
secara bersama-sama untuk
membentuk suatu kesatuan yang
6. HIDAYANTI
202000633853
IPA 008
yang relevan dari yang tidak relevan, menentukan
bagaimana unsur-unsur tersebut dapat berfungsi secara
serentak, atau menetapkan bias, memberi nilai atau
menandai makna suatu bahan ajar. Kegiatan ini
termasuk studi kasus, membuat kritik, praktik lab,
makalah, proyek, debat, dan peta konsep.
Basuki, I. & Hariyanto. (2014). Asesmen pembelajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
4. Guru menyadari bahwa pembelajaran yang
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
bertujuan agar peserta didik menjadi lebih kreatif,
cerdas, dan kritis serta mampu memecahkan suatu
permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari. Kesadaran ini juga telah mendasari pengembangan
kurikulum kita yang kini lebih mengedepankan
pembelajaran secara konstekstual. Akan tetapi,
sebagian besar guru belum berbuat dan merancang
secara maksimal pembelajaran yang diinginkan oleh
kurikulum kita pada saat ini. Dalam kurikulum 2013,
pendekatan pembelajaran yang dilakukan menekankan
pada pentingnya pendekatan sintifik yang memiliki
tahapan mulai dari mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, melakukan penalaran atau
asosiasi, dan mengkomunikasikan.dengan demikian,
instrumen penilaian yang digunakan oleh guru harus
mampu menilai kemampuan berpikir tingkat tinggi
yaitu pada level analisis, evaluasi bahkan sampai tahap
mencipta.
Ermila, dkk. 2021. Analisis Kesulitan Guru Dalam
Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis. Diakses pada
tanggal 9 September pada
http://ejournal.nusantaraglobal.ac.id/index.php/jiJurnal
Ilmiah Global Education 2 (1).
koheren dan mengarahkan peserta
didik menghasilkan
suatu produk atau pola yang berbeda
dengan yang sebelumnya.
Pembelajaran Kontekstual
Guru mengaitkan materi yang
dipelajari dengan situasi dunia nyata
peserta didik sehingga
memungkinkan peserta didik
menangkap makna dari yang pelajari,
mengkaitkan pengetahuan baru
dengan pegetahuan dan pengalaman
yang sudah dimiliki.
Kelebihan
1. Memberikan kesempatan pada
sisiwa untuk dapat maju terus
sesuai dengan potensi yang
dimiliki sisiwa sehingga sisiwa
terlibat aktif dalam PBM.
2. Peserta didik dapat berfikir kritis
dan kreatif dalam
mengumpulkan data, memahami
suatu isu dan memecahkan
masalah dan guru dapat lebih
kreatif
3. Menyadarkan peserta didik
tentang apa yang mereka
pelajari.
4. Pemilihan informasi
berdasarkan kebutuhan peserta
didik tidak ditentukan oleh guru.
5. Pembelajaran lebih
menyenangkan dan tidak
7. HIDAYANTI
202000633853
IPA 008
5. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta
didik, langkah pertama yang bisa dilakukan guru yaitu
dengan menciptakan ruangan dan suasana kelas yang
interaktif, di mana setiap siswa bisa bersikap aktif
selama proses belajar dan tidak lupa untuk tetap
kondusif. Berikut merupakan beberapa hal penting yang
harus dipersiapkan guru untuk menciptakan ruangan
kelas yang interaktif:
Guru memulai proses belajar dengan memberikan
suatu permasalahan, sehingga rasa penasaran siswa
menjadi meningkat dan rasa ingin menyelesaikan
permasalahan tersebut mulai bertumbuh.
Guru mengatur ruangan kelas untuk membangkitkan
interaksi antar siswa selama kegiatan pembelajaran
dan menciptakan ruangan kelas atau lingkungan
belajar yang nyaman untuk siswa.
membosankan.
6. Membantu siwa bekerja dengan
efektif dalam kelompok.
7. Terbentuk sikap kerja sama yang
baik antar individu maupun
kelompok
Kelemahan
1. Dalam pemilihan informasi atau
materi di kelas didasarkan pada
kebutuhan peserta didik
padahal,dalam kelas itu tingkat
kemampuan peserta didiknya
berbeda-beda sehingga guru
akan kesulitan dalam menetukan
materi pelajaran karena tingkat
pencapaianya peserta didik tadi
tidak sama.
2. Tidak efisien karena
membutuhkan waktu yang agak
lama dalam PBM
3. Dalam proses pembelajaran
dengan model CTL akan nampak
jelas antara peserta didik yang
memiliki kemampuan tinggi dan
peserta didik yang memiliki
kemampuan kurang, yang
kemudian menimbulkan rasa
tidak percaya diri bagi peserta
didik yang kurang
kemampuannya.
4. Bagi peserta didik yang
tertinggal dalam proses
8. HIDAYANTI
202000633853
IPA 008
pembelajaran dengan CTL ini
akan terus tertinggal dan sulit
untuk mengejar ketertinggalan,
karena dalam model
pembelajaran ini kesuksesan
peserta didik tergantung dari
keaktifan dan usaha sendiri jadi
peserta didik yang dengan baik
mengikuti setiap pembelajaran
dengan model ini tidak akan
menunggu teman yang tertinggal
dan mengalami kesulitan.
5. Tidak setiap peserta didik dapat
dengan mudah menyesuaikan
diri dan mengembangkan
kemampuan yang dimiliki
dengan penggunaan model CTL
ini.
6. Kemampuan setiap peserta didik
berbeda-beda, dan peserta didik
yang memiliki kemampuan
intelektual tinggi namun sulit
untuk mengapresiasikannya
dalam bentuk lisan akan
mengalami kesulitan sebab CTL
ini lebih mengembangkan
ketrampilan dan kemampuan
soft skill daripada kemampuan
intelektualnya.
7. Pengetahuan yang didapat oleh
setiap peserta didik akan
berbeda-beda dan tidak merata.
8. Peran guru tidak nampak terlalu
9. HIDAYANTI
202000633853
IPA 008
penting lagi karena dalam CTL
ini peran guru hanya sebagai
pengarah dan pembimbing,
karena lebih menuntut peserta
didik untuk aktif dan berusaha
sendiri mencari informasi,
mengamati fakta dan
menemukan pengetahuan-
pengetahuan baru di lapangan.
.
Kemampuan
Literasi peserta
didik pada materi
sistem pencernaan
masih rendah
Rendahnya kemauan
dan kemampuan
peserta didik dalam
membaca.
Guru belum maksimal
dalam menstimulus
kemampuan literasi
peserta didik.
Kajian Literatur
1. Hasil studi pendahuluan, menjadi asumsi dasar bahwa
pembelajaran IPA di sekolah masih bersifat teacher
centered dan kemampuan inkuiri siswa jarang
dilatihkan. Kondisi tersebut merupakan salah satu
penyebab rendahnya kemampuan literasi sains siswa.
Oleh karena itu diperlukan pembelajaran yang dapat
melatih kemampuan literasi sains siswa. Pembelajaran
yang dirasa potensial untuk melatih kemampuan literasi
sains siswa adalah pembelajaran IPA terpadu tipe
shared.
Ardianto, D. dan Rubini, B. Literasi sains dan Aktivitas pada
Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared. Unnes Science
Education Journal 5 (1) (2016). Diakses pada tanggal 10
September 2022 pada http://journal.unnes.ac.id
2. Pemilihan model pembelajaran senantiasa menjadi
salah satu faktor dalam menyusun kegiatan
pembelajaran agar kemampuan literasi sains siswa
dapat tercapai dengan optimal. Salah satu model
pembelajaran alternatif yang dapat membangun
kemampuan literasi sains sebagai target pencapaian
siswa adalah model pembelajaran problem based
learning (PBL) baik dari tipe guided PBL dan tipe non-
Berdasarkan kajian literatur, maka hasil
analisis alternatif solusinya adalah :
Pembelajaran Tipe Shared
Pembelajaran terpadu tipe shared
adalah pembelajaran terpadu yang
merupakan gabungan atau keterpaduan
antara dua mata pelajaran yang saling
melengkapi dan didalam perencanaan
atau pengajarannya menciptakan satu
fokus pada konsep, keterampilan serta
sikap. Penggabungan antara konsep
pelajaran, keterampilan dan sikap yang
saling berhubungan satu dengan yang
lainnya dipayungi dalam satu tema.
pembelajaran IPA terpadu dengan tipe
shared diharapkan dapat
Kelebihan
1. meningkatkan kemampuan literasi
sains baik aspek konten, proses dan
sikap sains
10. HIDAYANTI
202000633853
IPA 008
integrated PBL (Nurtanto, Fawaid, & Sofyan, 2020)
Nurtanto, M., Fawaid, M., & Sofyan, H. (2020, July). Problem
Based Learning (PBL) in Industry 4.0: Improving Learning
Quality through Character-Based Literacy Learning and Life
Career Skill (LL-LCS). In Journal of Physics: Conference Series
(Vol. 1573, No. 1, p. 012006). IOP Publishing
3. Terdapat pengaruh positif pada model PBL untuk
meningkatkan kemampuan literasi sains (Aliyana,
Saptono, & Budiyono, 2019)
Aliyana, A., Saptono, S., & Budiyono, B. (2019). Analysis of
Science Literacy and Adversity Quotient on the Implementation
of Problem Based Learning Model Assisted by Performance
Assessment. Journal of Primary Education, 8(8), 221–227.
2. Dengan pasangan bidang kajian,
memfasilitasi pembelajaran yang
lebih mendalam pada saat
menyampaikan konsep yang
tumpang tindih.
3. Dapat mengambil waktu yang sama
untuk materi yang tumpang tindih.
Misalnya jam pelajaran matematika
pada materi segitiga siku-siku
digabung dengan jam pelajaran IPA
pada materi bidang miring.
Kelemahan
1. Waktu yang diperlukan untuk
mengembangkan tipe ini cukup
lama.
2. Dalam penyusunan proses
pembelajaran
tipe shared memerlukan kompromi
dan kerjasama serta kepercayaan
dalam tim.
3. Pada tahap awal pengintegrasian
dua disiplin ilmu ini memerlukan
komitmen dari partner.
4. Untuk mendapatkan konsep yang
tumpang tindih diperlukan dialog
dan percakapan yang mendalam
Dilihat dari betapa pentingnya
kemampuan literasi sains siswa pada
pembelajaran sains, maka kualitas
pembelajaran harus sinergis demi
11. HIDAYANTI
202000633853
IPA 008
mencapai kemampuan khas abad 21
ini. Dalam rangka menumbuhkan
kemampuan literasi sains,
peningkatan kualitas pembelajaran ini
dapat menggunakan model PBL dalam
penunjangan karakteristik seorang
literat sains, dimana siswa
memperoleh kemampuan pemecahan
masalah serta kemampuan proses
sains terkait isu fenomena alam dan
sekitar. Pengelolaan model PBL ini
tentunya mesti menyesuaikan
urgensi, situasi dan kebutuhan
pembelajaran sekaligus mengacu
pada pencapaian yang optimal. Model
PBL berbasis praktikum merupakan
inovasi desain pembelajaran yang
dapat digunakan dan ideal dalam
pembelajaran di masa mendatang.