Bab V dan VI membahas program audit dan pekerjaan lapangan audit internal. Program audit merupakan pedoman bagi auditor dan mencakup rencana lingkup, waktu, dan metode audit. Tujuan pekerjaan lapangan adalah mengumpulkan bukti secara sistematis untuk memberikan keyakinan sesuai tujuan audit. Teknik-teknik audit seperti observasi dan verifikasi diterapkan untuk mengevaluasi efektivitas sistem kontrol dan kinerja organisasi.
2. Program Audit
Program Audit merupakan pedoman bagi auditor sekaligus sebagai satu
kesatuan dengan supervisi audit dalam pengambilan langkah-langkah audit
tertentu. Langkah-langkah audit dirancang untuk:
1. Mengumpulkan bahan bukti audit.
2. Untuk memungkinkan auditor internal mengemukakan pendapat mengenai
efisiensi, keekonomisan, dan efektivitas aktivitas yang akan diperiksa.
Program audit ini berisikan arahan-arahan pemeriksaan dan evaluasi
informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tujuan audit dalam ruang lingkup
penugasan audit, yang secara umum berisikan:
1. Apa yang akan dikerjakan
2. Kapan akan dilakukan
3. Bagaimana melakukannya
4. Siapa yang akan melakukannya
5. Berapa lama waktu untuk melakukannya.
3. Manfaat Program Audit
Adapun manfaat dalam pembuatan program audit antara lain:
1. Memberikan rencana sistematis untuk setiap tahap pekerjaan audit, yang
merupakan suatu rencana yang dapat dikomunikasikan baik kepada sipervisor
audit maupun kepala staff audit.
2. Menjadi dasar dalam penugasan audit.
3. Menjadi sarana pengawasan dan evaluasi kemajuan pekerjaan audit karena
memuat waktu audit yang dianggarkan.
4. Memungkinkan supervisor audit dan manajer membandingkan apa yang
dikerjakan dengan apa yang direncanakan.
5. Memberikan ringkasan catatan pekerjaan yang dikerjakan
6. Mengurangi waktu supervisi langsung yang dibutuhkan.
4. Tanggungjawab Audit
Audit internal harus bertanggungjawab untuk merencanakan penugasan
audit. Perencanaan harus didokumentasikan dan harus mencakup.
1. Penetapan tujuan audit dan lingkup pekerjaan
2. Perolehan latar belakang informasi tentang aktivitas yang akan diaudit.
3. Penentuan sumber daya yang diperlukan untuk melakukan audit.
4. Komunikasi dengan orang-orang yang dianggap perlu untuk mengetahui
audit yang akan dilakukan.
5. Penulisan program audit.
6. Penentuan bagaimana, kapan, dan kepada siapa hasil audit akan
dikomunikasikan.
7. Perolehan pengesahan rencana kerja audit.
5. Lingkup Audit
Program audit harus menunjukkan lingkup pekerjaan audit dan
memperjelas hal-hal yang akan tercakup dalam audit dan yang tidak tercakup.
Tujuannya untuk menuntun lingkup audit.
Menurut standar auditor internal yang profesional dan bertaggungjawab
untuk memeriksa dan mengevaluasi efektivitas sistem kontrol internal
organisasi dan kualitas kinerja dalam pelaksanaan tanggungjawab yang
diemban, tujuannya antara lain:
1. Keandalan dan integritas informasi.
2. Ketaatan dengan kebijakan, rencana, prosedur, hukum dan regulasi.
3. Pengamanan aktiva,
4. Penggunaan sumber daya yang ekonomis dan efisien.
5. Pencapaian tujuan dan sasaran yang ditetapkan untuk operasi dan program.
6. Menyiapkan Program Audit
Latar belakang informasi yang diperoleh selama survei pendahuluan akan
membantu mengarahkan cakupan audit yang direncanakan. Setiap operasi yang
luas dengan banyanya keterkaitan dan proses dapat menghabiskan waktu audit
jika auditor memutuskan untuk memeriksa setiap aktivitas yang dilakukan tetapi
program audit yang efektif dan ekonomis memfokuskan pada hal-hal penting
untuk memenuhi tujuan kunci operasi dan tidak selalu pada hal-hal yang
menarik perhatian.
Program audit yang sesuai dengan kondisi jauh lebih relevan dibandingkan
dengan program yang bersifat umum. Program yang bersifat umum tidak
mempertimbangkan perbedaan yang mungkin timbul dari perubahan keadaan,
beragamnya kondisi, dan orang-orang yang berbeda.
7. Mekanisme Program Audit
Program audit harus mencakup estimasi waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan setiap segmen audit. Estimasi ini memang merupakan estimasi awal,
tetapi membantu penanggungjawab audit dan superbisor audit mengontrol dan
menelaah kemajuan kerja, estimasi juga membantu dalam menentukan berapa
staf yang harus ditugaskan untuk audit guna menyelesaikan pekerjaan dalam
waktu yang wajar.
Dalam praktiknya, audit terus berkembang sejak program awal, dimana
harus diperbaharui secara periodik sesuai dengan kemajuan audit. Kondisi
aktual yang berbeda diketahu diawal, dapat mungkin direvisi rencananya dan
menghentikan audit. Setiap perubahan yang signifikan harus ditulis beserta
alasannya, yang sebelumnya disetujui pada tingkat wewenang yang menyetujui
program awal.
8. Kriteria Program Audit
Program audit sebaiknya mengikuti kriteria tertentu untuk mencapai tujuan
departemen audit internal misalnya:
1. Tujuan operasi yang diperiksa harus dinyatakan dengan jelas dan disetujui
klien.
2. Program harus sesuai dengan penugasan audit kecuali, bila ada alasan yang
mengharuskan sebaliknya.
3. Setiap langkah kerja yang diprogramkan harus memiliki alasan, yaitu tujuan
operasi dan kondisi yang akan diuji.
4. Langkah selanjutnya menyangkut instruksi-instruksi positif, tidak dinyatakan
dalam bentuk pertanyaan,
5. Program audit jangan dipisahkan dengan bahan-bahan dari sumber yang
tersedia bagi staf, beri rujukan bila memungkinkan.
6. Informasi yang tidak perlu harus dihindari.
7. Program audit harus memuat bukti persetujuan supervisor sebelum
dilakukannya perubahan yang signifikan juga harus disetujui terlebih dahulu.
10. Proses Pekerjaan Lapangan
Pekerjaan lapangan merupakan proses untuk mendapatkan keyakinan
secara sistematis dengan mengumpulkan bahan bukti secara objektif mengenai
operasi entitas, mengevaluasinya, dan melihat apakah operasi tersebut
memenuhi standar yang dapat diterima dan mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan:, dan menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan oleh
pihak manajemen.
Adanya istila “proses yang sistematis” mengindikasikan langkah-langkah
audit terencana yang dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan audit. Istilah
tersebut juga memiliki makna bahwa auditor internal akan menerapkan
persyaratan profesional dalam melakukan audit serta menerapkan penelahaan
yang tepat saat mengumpulkan, menyusun, mencatat, dan mengevaluasi bahan
bukti audit.
11. Tujuan Pekerjaan Lapangan
Tujuan pekerjaan lapangan adalah untuk membantu pemberian keyakinan
dengan melaksanakan prosedur-prosedur audit yang ada diprogram audit,
sesuai tujuan audit yang akan dicapai, terkait dengan tujuan-tujuan operasi
tetapi memiliki sedikit perbedaan, kaitan antara keduanya adalah akan dibahas
dibab berikutnya.
Audit internal yang profesional seharusnya tidak terlibat dalam audit yang
asal-asalan, mereka harus memahami bahwa mereka:
1. Tidak dapat memberikan keyakinan dengan mengaudit operasi secara
sempit.
2. Tidak dapat mengamati sebuah proses dan seenaknya memutuskan apakah
proses tersebut baik atau buruk.
3. Harus memandang operasi tersebut dalam bentuk unit-unit pengukuran
dan standar.
12. Strategi dalam Pekerjaan Lapangan
Tahap persiapan untuk melakukan pekerjaan lapangan membutuhkan
perhatian dan perencanaan yang sama seperti halnya persiapan audit
keseluruhan. Pada tahap ini, survei pendahuluan dan program audit telah
dipersiapkan. Auditor harus mengarahkan perhatian mereka kepekerjaan itu
sendiri dan cara untuk melakukannya. Bagian-bagian dari rencana strategi akan
mencakup:
1. Kebutuhan pegawai
2. Kebutuhan sumber daya dari luar
3. Pengorganisasian staff audit
4. Wewenang dan tanggungjawab
5. Struktur pekerjaan lapangan
6. Waktu pelaksaanaan pekerjaan lapangan
7. Metode pekerjaan lapangan
8. Metode pendokumentasian
9. Penyiapan laporan
10. Rencana kontijensi
13. Audit SMART
Konsep audit SMART dikembangkan oleh operasi audit caroline Power and
Light, salah satu perusahaan publik tersebesar di AS yang merupakan singkatan
dari Sellective Monitoring and Assesment of Risks and Trends ( Pengawasan dan
penentuan selektif atas resiko dan tren)
Metode ini merupakan gabungan penentuan resiko dan audit analitis, yang
dimaksudkan untuk mencerminkan efektivitas sistem kontrol internal dan
memungkinkan audit untuk dengan segera mengidentifikasi masalah-masalah
potensial, tren yang tidak menguntungkan dan fluktuasi-fluktuasi yang tidak
normal, metode ini menggunakan “indikator-indikator kunci” sebagai elemen
dasar dari proses audit, terdapat empat tahap antara lain:
1. Pemilihan bidang-bidang kunci untuk pengawasan dan penentuan
2. Pengembangan indikator kunci untuk pengawasan dan penentuan
3. Implementasi
4. Pemeliharaan teknik-teknik audit SMART
14. Pemilihan bidang kunci pengawasan
Pemilihan bidang kunci pengawasan dan penentuan didasarkan pada
kriteria-kriteria berikut ini:
1. Resiko resiko yang dihadapi organisasi
2. Lingkungan kontrol (lemah)
3. Perubahan atau inisiatif-inisiatif baru
4. Bidang masalah yang diketahui
5. Kemampuan dalam menggunakan teknik audit berbantuan komputer
secara efektu dari segi biaya
6. Likuiditas aset/ potensi kecurangan
7. Kontrak utama
8. Manajemen (kekuatan/fokus)
9. Pengawasan aktivitas oleh orang lain.
15. Aspek-aspek operasi
Pengukuran yang dilakukan auditor internal biasanya akan diarahkan ke tiga
aspek penting organisasi, yaitu kualitas, biaya, dan jadwal, termasuk dalam
pengukurannya adalah:
1. Kualitas, tentukan apakah pesanan pembelian telah disetujui dengan
semestinya dan mengandung semua spesifikasi dan persyaratan yang
dibutuhkan, tentukan apakah perubahan dalam spesifikasi telah diserahkan
kepada pemasok.
2. Biaya, tentukan apakah daftar pemasok yang memberikan penawaran telah
disetujui oleh penyelia departemen pembelian, tentukan apakah
penawaran kompetitif digunakan sebisa mungkin.
3. Jadwal, tentukan apakah tanggal saat barang dibutuhkan tercantum dalam
pesanan pembelian, dst.
16. Tujuan Khusus Pengujian
Pengujian audit terdiri dari metode pemeriksaan, perbandingan, analisis dan
evaluasi data, materi, dan transaksi berdasarkan beberapa jenis standar atau
kriteria. Tujuan khusus proses pengujian adalah untuk menentukan:
1. Validitas, yaitu kelayakan, keaslian, kewajaran
2. Akurasi, yaitu kuantitas, kualitas, dan klasifikasi.
3. Ketaatan dengan prosedur, regulasi, hukum yang berlaku dan lain-lain
4. Kompetensi kontrol yaitu tingkat kenetralan resiko
Pengujian harus bertanggungjawab untuk memenuhi satau atau lebih
tujuan-tujuan diatas, tergantung pada arahan, baik implisif atau eksplisif, yang
dinyatakan organisasi audit dalam membuat penugasan proyek audit.
17. Melaksanakan Pengujian
Bagian-bagian subtantive dari proses audit, pengujian harus diawali dengan
perencanaan, rencana tersebut harus diformalkan dengan dokumentasi dan
harus mencakup:
1. Pendefinisan tujuan pengujian
2. Pengidentifikasian jenis pengujian untuk mencapai suatu tujuan
3. Pengidentifikasian kebutuhan pegawai yang mencakup:keahlian dan disiplin
ilmu yang dimiliki
4. Penentuan urutan proses pengujian
5. Pendefinisan standar atau kriteria
6. Pendefinisan populasi pengujian.
7. Keputusan metodologi pengambilan sample yang akan dilakukan
8. Pemeriksaan transaksi atau proses terpilih.
19. Penerapan Teknik-teknik audit
Teknik audit seperti melakukan pengamatan, mengajukan pertanyaan,
menganalisis, memverifikasi, menginvestigasi, dan mengevaluasi diterapkan
pada beragam kondisi. Teknik tersebut digunakan sendiri-sendiri maupun secara
gabungan, teknik tersebut dipakai oleh auditor dalam kerangka tertentu,
tergantung masalah yang menjadi subjek yang diaudit, hasil akhirnya adalah
Opini dan Rekomendasi.
Kebanyakan penugasan audit akan dilakukan dalam satu dari empat bentuk,
audit fungsional, audit organiasional, studi manajemen, dan audit atas program
20. Audit Fungsional
Audit fungsional merupakan audit yang mengikuti proses dari awal hingga
ahir melintasi lini organisasi, audit fungsional ini cenderung lebih berkonsentrasi
pada operasi dan proses dibandingkan pada administrasi dan orang-orang yang
ada dalam organisasi,
Audit ini bertujuan untuk menentukan seberapa baik fungsi dalam
organisasi akan saling berinteraksi dan bekerja sama, apakah fungsi tersebut
akan dilaksanakan secara efisien dan efektif? Dan audit fungsional itu bernilai
bagi sebuah organisasi mencakup atas:
1. Pemesanan, penerimaan, dan pembayaran bahan baku.
2. Pengiriman langsung perlengkapan atas jasa ke departemen pengguna
3. Penerapan perubahan pada produk
4. Pengumpulan, pemisahan, dan penjualan barang sisa
5. Pengendalian untuk mendeteksi konflik kepentingan
6. Pengelolaan aset modal
7. Formulasi anggaran
8. Fungsi-fungsi pemasaran.
21. Audit Organisasional
Audit organisasional tidak hanya memperhatikan aktiviitas yang dilakukan
dalam organisasi tetapi juga dengan kontrol administrasi yang digunakan untuk
memastikan bahwa aktivitas tersebut dilaksanakan. Oleh karena itu auditor
tertarik pada seberapa baik manajer organisasi memenuhi kebutuhan tujuan
organisasi dengan sumber daya yang ada.
Seorang auditor dalam melaksanakan audit organisasional ini, mereka
menerapkan prinsip-prinsip kontrol manajemen supaya dapat dikerjakan.
Auditor harus mampu mengetahui struktur lini organisasi secara lengkap, tidak
hanya itu mereka wajib mengetahui prinsip perencanaan antara lain
menerapkan tujuan, membuat kebijakan dan prosedur, mempertahankan
kontinuitas, dan prinsip pengarahan seperti kepemimpinan, motivasi, dan
komunikasi.
22. Studi dan Konsultasi manajemen
Audit organisasional dan fungsional membentuk kerangka kerja
program audit jangka panjang. Setiap audit yang umumnya diulang pada
jangka waktu tertentu mencerminkan “santapan” yang harus dimakan
oleh seorang auditor.
Setiap organisasi memerlukan konsultan luar untuk melakukan studi
manajemen, membuat evaluasi, dan menawarkan rekomendasi untuk
memperbaiki masalah organisasi. Organisasi-organisasi ini telah
mendapatkan manfaat dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
para konsultan
23. Audit atas Program
Atas kemauan organisasi ataupun manajemen eksekutif, auditor internal
bisa melakukan penelaahan khusus atas program yang sedang berjalan.
“program” merupakan istilah umum yang mencakup setiap upaya yang didanai
yang sering dengan aktivitas normal organisasi yang sedang berlangsung
program ekspansi, program baru untuk manfaat karyawan, kontrak baru,
program kesehatan pemerintahan ataupun program pelatihan.
Dalam penelaahan ini, akan membantu semua pihak terkait bila mereka
memiliki pemahaman yang sama atas istilah-istilah yang digunakan, antara lain:
1. Evaluasi, memastikan nilai sesuatu dengan membandingkan antara
pencapaian dengan standar tujuan.
2. Evaluasi program, mengevaluasi apa yang telah dilakukan dan dicapai
dengan sumber daya yang digunakan.
3. Studi biaya manfaat, mempertimbangkan hubungan antara sumber daya
yang digunakan dan biaya (masukan), serta manfaat (keluaran atau hasil)
4. Studi, mempertimbangkan hasil yang tidak dapat diukur dalam nilai uang.
24. Audit Kontrak
Berikut ini beberapa resiko dan bidang resiko dalam perjanjian kontrak yang
harus diperhatikan auditor internal :
Dalam Kontrak Lump Sum
1. Persaingan yang tidak memadai
2. Perlindungan asuransi dan utang yang tidak memadai
3. Sertifikasi penyelesaian pekerjaan padahal sebenarnya belum selesai
4. Pengenaan biaya atas peralatan atau aktivitas yang tidak diterima
5. Ketentuan kenaikan
6. Perubahan spesifikasi atau harga
7. Otorisasi atas pekerjaan ekstra dan revisi pekerjaan
8. Pekerjaan tambahan, perubahan dan revisi yang sebenarnya telah tercakup
dalam kontrak awal
9. Biaya-biaya tidak langsung termasuk biaya tambahan.
25. Dalam Kontrak unit-price
1. Pembayaran berkala yang berlebihan.
2. Pelaporan yang tidak layak atas unit yang terselesaikan.
3. Harga yang tidak berkaitan dengan biaya
4. Perubahan yang tidak layak atas kontrak awal
5. Penyesuaian kenaikan yang tidak diotorisasi
6. Catatan lapangan yang tidak akurat
7. Perluasan harga per unit yang tidak akurat
26. Bukti Hukum
Bukti hukum dan bukti audit memiliki banyak kesamaan, keduanya memiliki
tujuan yang sama untuk memberikan bukti, untuk mendorong keyakinan,
tentang kebenaran dan kesalahan Setiap pernyataan atas suatu masalah.
Keyakinan yang dibangun darii pertimbangan atas informasi tersebut yang
kemudian disajikan, dalam bentuk apapun merupakan bukti
Fokus bukti audit sedikit berbeda dengan bukti hukum, bukti hukum sangat
mengandalkan pengakuan lisan, bukti audit lebih mengandalkan bukti-bukti
dokumen.
Bukti Terbaik
Bukti terbaik sering disebut dengan bukti primer, merupakan bukti yang
paling alami-bukti yang paling memuaskan mengenai fakta-fakta yang
sedang diselidiki, bukti yang memiliki hubungan yang kuat dengan
keandalan, biasanya sebatas dokumendan kebanyakan diterapkan untuk
dibuktikan.c
27. Bukti Sekunder
Bukti yang berada dibawah bukti primer dan tidak dapat disamakan
keandalannya, mencakup salinan bukti tertulis atau lisan. Sebuah salinan
tertulis umumnya dapat diterima, jika 1) dokumen asli hilang atau telah
dimusnahkan tanpa niat melakukan kecurangan dipihak pendukung salinan
tersebut, 2) bukti tertulis tersebut sulit diperoleh oleh pendukung salinan
melalui proses hukum atau cara lainnya, 3) bukti tertulis dikendalikan oleh
entitas publik
Bukti langsung
Bukti langsung membuktikan fakta tanpa harus menggunakan pernyataan
dan rujukan untuk menetapkan suatu bukti.
Bukti tidak langsung
Bukti ini membuktikan fakta sementara, atau sekumpulan dakta yang dapat
dirujukseseorang untuk mengetahui keberadaan beberapa fakta primer
yang signifikan atas masalah yang sedang dipertimbangkan.
28. Bukti yang meyakinkan
bukti yang tidak terbantahkan, apapun bentuknya, bukti ini sangat kuat
sehingga mengalahkan semua bukti lainnya dan merupakan sumber
diambilnya keputusan.
Bukti yang menguatkan
Bukti tambahan atas karakter berbeda menyangkut hal yang sama, bukti
yang telah diberikan mendukung dan cenderung menguatkan atau
mengkonfirmasikannya.
Bukti Opini
Bukti ini sehubungan dengan aturan opini, yang harus memberikan
kesaksian hanya terdapat fakta-fakta apa saja yang benar mereka lihat atau
dengar, opini yang diberikan oleh orang lain dapat bermanfaat sebagai
penunjuk jalan yang benar untuk mengumpulkan fakta, tetapi opini juga
bias-bias mementingkan kepentingan sendiri, atau kurang mengandung
informasi.