SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Belajar sebagai konstruksi pengetahuan

     Belajar sebagai konstruksi pengetahuan (Santyasa, 2004). pengetahuan dibangun dalam
pikiran pelajar. Pengetahuan itu dibangun (dikonstruksi) sambil pebelajar mengatur pengalaman-
pengalamannya yang terdiri atas struktur-struktur mental atau skemata-skemata yang sudah ada
padanya (Suastra, 2004) Konstruktivisme merupakan landasan berpikir, bahwa pengetahuan
dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk
diambil dan diingat. Manusialah harus mengkonstruksinya dan memberi makna melalui
pengalaman nyata (Darma, 2007). Menurut Dahar, yang dikenal sebagai konstruktivis bahwa,
pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang melalui proses asimilasi dan akomodasi sesuai
dengan skemata yang dimilikinya (dalam Darma, 2007). Pada proses asimilasi seseorang
menggunakan struktur kognitif dan kemampuan yang sudah ada untuk beradaptasi dengan
masalah atau informasi baru yang datang dari lingkungannya. Sedangkan pada proses akomodasi
merupakan proses pembentukan skemata baru atau memodifikasi struktur yang ada supaya
struktur kognitif tersebut dapat menyerap informasi baru yang sedang dihadapi. Ketidaksesuaian
struktur kognitif yang dimiliki seseorang dengan informasi baru yang dihadapi menyebabkan
ketidakseimbangan (disquibrium) dalam struktur kognitifnya. Dalam kondisi seperti ini orang
menyadari bahwa cara berpikirnya bertentangan dengan kejadian yang ada disekitarnya, ia akan
berusaha untuk mereorganisasi struktur kognitifnya agar sesuai dengan informasi baru yang
dihadapinya.

Guru sebagai fasilitator dan mediator

     Santyasa (2005b) menyatakan, guru sebagai fasilitator akan memiliki konsekuensi
langsung sebagai perancang model, pelatih dan pembimbing. Di samping sebagai fasilitator,
secara spesifik peranan guru dalam pembelajaran adalah sebagai expert learner, manager, dan
mediator. Sebagai expert learners, guru diharapkan memiliki pemahaman mendalam tentang
materi pembelajaran, menyediakan waktu yang cukup untuk siswa, menyediakan masalah dan
alternatif solusi, memonitor proses belajar dan pembelajaran, merubah strategi ketika siswa sulit
mencapai tujuan, berusaha mencapai tujuan kognitif, metakognitif, afektif, dan psikomotor
siswa. Sebagai manager, guru berkewajiban memonitor hasil belajar para siswa dan masalah-
masalah yang dihadapi mereka, memonitor disiplin kelas dan hubungan interpersonal, dan
memonitor ketepatan penggunaan waktu dalam menyelesaikan tugas. Dalam hal ini, guru
berperan sebagai expert teacher yang memberi keputusan mengenai isi, menseleksi prosesproses
kognitif untuk mengaktifkan pengetahuan awal dan pengelompokan siswa. Sebagai mediator,
guru memandu mengetengahi antar siswa, membantu para siswa memformulasikan pertanyaan
atau mengkonstruksi representasi visual dari suatu masalah, memandu para siswa
mengembangkan sikap positif terhadap belajar, pemusatan perhatian, mengaitkan informasi baru
dengan pengetahuan awal, dan menjelaskan bagaimana mengaitkan gagasan-gagasan para siswa,
pemodelan proses berpikir dengan menunjukkan kepada siswa ikut berpikir kritis.

Pembelajaran yang sesuai

Nashon (2006), menurut Von Weizsacker dan Juilfs bahwa fisika didasarkan pada percobaan,
keaktifan, keingintahuan, dan keahlian dalam pengahayatan alam.

Sumber-sumber konsepsi alternatif

pembelajaran sebelumnya, dari buku bacaan atau buku ajar yang mereka baca, dan dari fakta
yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari (Hirca, Calik, & Akdeniz, 2008) hasil proses
asimilasi dari pengetahuan awal dan pengalamannya, (Hirca, dkk., 2008). Pinker (dalam
Simamora & Redhana, 2007) mengemukakan bahwa siswa hadir di kelas umumnya tidak dengan
kepala kosong, melainkan mereka telah membawa sejumlah pengalaman-pengalaman atau ide-
ide yang dibentuk sebelumnya, ketika mereka berinteraksi dengan lingkungannya. Konsepsi
alternatif timbul disebabkan oleh beberapa factor, yaitu: siswa telah mengetahui sebelumnya dari
pengalaman hidup sehari-hari, kurangnya motivasi, guru tidak cukup kompeten, lebih
mengutamakan konten daripada konsep-konsep, buku-buku pelajaran yang mengandung
kesalahan, menggunakan bahasa sehari-hari, bahasa budaya yang sama dengan penyebutan
ilmiah namun mengandung makna yang berbeda dalam berbagai budaya. Bentuk-bentuk
miskonsepsi yang ditemukan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa ada ketimpangan antara pengetahuan guru secara teoretis dengan praktiknya (Urey &
Calik, 2008).

Sifat-sifat konsepsi alternatif

Siswa berpikir dan mengkonsep fenomena alam yang baru, yang mereka temui pada pelajaran
sains, semakin berbeda dari yang diterima oleh komunitas ilmiah (Hirca, Calik, & Akdeniz,
2008). mencoba menanggulanginya lebih sulit daripada mengenalinya. Karena konsepsi
alternatif diperoleh sendiri oleh siswa sebagai hasil proses asimilasi dari pengetahuan awal dan
pengalamannya, siswa enggan menampakkan konsepsi alternatif mereka (Hirca, dkk., 2008). Hal
ini berarti bahwa konsep yang benar dan dipahami akan melahirkan pemahaman yang lebih baik.
Karena langkah pertama tergantung pada pengalaman dan hitotesis, kemungkinan konsep-
konsep yang muncul akan berbeda dari yang diterima oleh komunitas ilmiah. Konsepsi tersebut
biasanya disebut miskonsepsi, pra-konsep, kerangka kerja alternatif, atau konsep anak-anak
(Calik & Ayas, 2005). Istilah-istilah tersebut memiliki kemiripan makna (Hirca, Calik, &
Akdeniz, 2008). Lebih lanjut, Stavy (dalam Calik & Ayas, 2005) menunjukkan bahwa terdapat
kompetisi yang dinamis dalam sistem kognitif di mana konsep paling kuat mendominasi. Ini
berarti bahwa jika sebuah konsepsi alternatif ilmiah melampaui satu dalam proses yang dinamis
ini, itu mempengaruhi pemahaman atau struktur berikutnya. Gagasan-gagasan atau ide-ide yang
telah dimiliki oleh siswa sebelumnya ini disebut dengan prakonsepsi atau konsepsi alternatif.
Konsepsi alternatif ini sering merupakan miskonsepsi (Gardner; Redhana dan Kirna, dalam
Simamora & Redhana, 2007). Kenyatan menunjukkan bahwa konsepsi alternatif siswa sangat
resisten terhadap perubahan (Ronen and Eliahu; Savinainen et al., dalam Baser, 2006b). Oleh
karena itu, konsepsi alternatif dipandang sebagai titik awal bagi pelajaran selanjutnya, banyak
penelitian telah dilaksanakan terhadap berbagai subjek bahasan seperti, gaya, gerak, energi,
daya, usaha, panas, temperatur, massa, berat dan sebagainya (Kurnaz & Çalik, 2008).

Metode perubahan konseptual sebagai solusi konsepsi alternatif siswa

Guru hendaknya menerapkan strategi pengubahan konseptual dalam pembelajaran agar dapat
mengatasi konsepsi alternatif siswa (Posnet, dkk., dalam Simamora & Redhana, 2007). Teori
perubahan konseptual merupakan salah satu metode untuk menjembatani kesenjangan antara
pengetahuan tentang fenomena keseharian dan konsep-konsep yang benar secara sains (Gail,
Otto & Zitzewitz, 2005).

Beberapa metode perubahan konseptual

Umumnya, untuk mencapai perubahan konseptual digunakan beberapa metode perubahan
konseptual, seperti teks bermuatan perubahan konseptual teks, analogi, lembar kerja, konflik
kognitif, dan peta konsep (Urey & Calik, 2008). Untuk penelitian selanjutnya, sebuah contoh
teks bermuatan perubahan konseptual disarankan sebagai model untuk memperbaiki konsepsi
alternatif yang disasar (Hirca, Calik, & Akdeniz, 2008).

Model pembelajaran konvensional

Pembelajaran yang bersifat regular (model pembelajaran konvensional), artinya pemilihan
pendekatan, strategi, metode kurang bervariasi. Proses belajar-mengajar cenderung dimulai
dengan orientasi dan penyajian informasi yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari
siswa, pemberian contoh soal, dilanjutkan dengan memberikan tes (Wirtha & Rapi, 2008).
Nurhadi et al. (dalam Darma, 2007) memberikan beberapa karakteristik pembelajaran
konvensional, yaitu: (1) siswa adalah penerima informasi secara pasif, (2) Siswa belajar secara
individual, (3) pembelajaran sangat abstrak dan teoretis, (4) rumus yang ada diluar diri siswa
harus diterangkan, diterima, dihafalkan, dan dilatihkan, (5) siswa secara pasif menerima rumus
atau kaidah (membaca, mendengarkan, mencatat, dan menghafal) tanpa memberikan kontribusi
ide dalam proses pembelajaran, (6) keterampilan dikembangkan atas dasar latihan-latihan, (7)
guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran, (8) hasil belajar diukur dengan tes, (9)
pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa.

Akibat dari hanya memilih salah satu metode perubahan konseptual

Berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnya Urey & Calik (2008) merangkum,
menekankan bahwa pengalaman dalam aktivitas nyata adalah lebih efektif daripada teks-teks
perubahan konseptual. Walaupun menggunakan penalaran analogis atau model yang efisien
dalam pengajaran sains, akan tetapi sebagian besar guru tidak menggunakannya sesering
mungkin dan cenderung mengabaikan manfaatnya. Bahkan jika mereka mencoba untuk
mengeksploitasi melalui metode analogi, sering terjadi dalam cara yang tidak direncanakan.
Selain itu, literatur terkait menyatakan bahwa menggunakan hanya satu metode perubahan
konseptual mungkin akan membosankan bagi siswa. Dengan demikian, hal ini dapat mencegah
tercapainya hasil yang efektif. Taylor and Coll (dalam Kurnaz & Çalik, 2008), mengkritik bahwa
konflik kognitif mungkin penyebab mengurangi keyakinan siswa, meskipun memiliki banyak
keuntungan untuk mencapai perubahan konseptual. Hal yang sama, jika teknik konseptual seperti
teks bermuatan perubahan konseptual, analogi, lembar kerja (LKS), dll. Seringkali dalam
pengerjaannya dilakukan sendiri oleh siswa, siswa bisa bosan. Oleh karena hanya menggunakan
salah satu teknik, mungkin memiliki harapan kecil mencapai hasil yang efektif (Çalık; Dole;
Huddle, White & Rogers, dalam Kurnaz & Çalik, 2008). Selain itu, walaupun kenyataan
menyatakan bahwa teks perubahan konseptual adalah efektif dalam perbaikan konsepsi alternatif
siswa, kegiatan langsung atau pengalaman belajar secara langsung bisa lebih efektif (Chambers
& Andre, 1997 dalam Kurnaz & Çalik, 2008).

Model 5E

Sebagai mana disarankan oleh Kurnaz & Calik (2008), karena aktivitas mengajar dapat
dipandang sebagai fase penguraian konseptual, mereka mengasumsikan bahwa penerapan teknik
perubahan konseptual melalui model 5E bisa sepenuhnya mengurangi konsepsi alternatif siswa.
Dinama model pembelajaran ini dilaksanakan dalam tahapan yang membantu siswa belajar
mengalami dengan urutan yang sesuai dalam menghubungkan pengetahuan awal dengan konsep
baru. Model 5E merupakan versi constructivism yang populer (e.g. Hanuscin & Lee, dalam
Kurnaz & Çalik, 2008), karena setiap "E" mengandung bagian dari proses yang membantu siswa
belajar mengalami dengan urutan yang sesuai dalam menghubungkan pengetahuan awal dengan
konsep baru, model ini terdiri dari: engagement, exploration, explanation, elaboration, dan
evaluation (e.g. Abell & Volkman; Boddy, Watson & Aubusson; Bybee, Taylor, Gardner,
Scotter, Powell, Westbrook & Landes, dalam Kurnaz & Çalik, 2008).

Bybee et al. (dalam Kurnaz & Çalik, 2008) telah meringkas fase-fase pembelajaran dalam model
5E, sebagai berikut.

1. Engagement/keterlibatan: untuk mengakses pengetahuan awal siswa, guru menyuruh siswa
   terlibat dalam konsep baru dengan perantaraan aktivitas pendek atau pertanyaan yang
   menampilkan keganjilan dan merangsang keluarnya pengetahuan awal. Aktivitas atau
   pertanyaan diperkirakan membuat sebuah hubungan antara pengetahuan awal dan
   pengalaman belajar saat ini, sehingga guru mampu mengorganisir pemikiran siswa ke arah
   hasil belajar dari aktivitas tersebut.
2. Exploration/penjajakan: siswa menyelesaikan aktivitas lab atau diskusi kelompok atau
   bermain peran atau analogi yang memungkinkan mereka mengekploitasi sendiri pengetahuan
   awal untuk menghasilkan ide-ide baru, pertanyaan penjajakan, perkiraan dan implementasi
   sebuah penyelidikan yang bersifat tentatif.
3. Explanation/penjelasan: fase ini dibutuhkan guru untuk penjajakan lebih lanjut, juga
   memberi kesempatan bagi guru secara langsung memperkenalkan sebuah konsep, proses atau
   keahlian. Selanjutnya, siswa menyampaikan pemahaman mereka tentang konsep atau jalan
   yang benar dan penegasan pengetahuan yang tidak benar. Selanjutnya, guru menuntun
   mereka untuk memegang pemahaman yang lebih mendalam, yang merupakan bagian
   terpenting dari fase ini.
4. Elaboration/penguraian: untuk meneliti pemahaman dan keahlian konseptual siswa, siswa
   mencoba memperluas pengetahuan tersetruktur yang baru untuk mempertahankan dan
   memperluas pemahaman, informasi yang lebih banyak, dan keahlian yang cukup. Juga,
   mereka dapat menerapkan pemahaman mereka tentang konsep untuk aktivitas tambahan.
5. Evaluation/mengevaluasi: fase ini mendidik siswa mengakses pemahaman dan kemampuan
   mereka dan memberikan kesempatan bagi guru untuk mengevaluasi bagaimana
   perkembangan siswa terhadap pencapaian tujuan pendidikan.

More Related Content

What's hot

instrumen lembar penilaian diri (sikap)
instrumen lembar penilaian diri (sikap)instrumen lembar penilaian diri (sikap)
instrumen lembar penilaian diri (sikap)Pristiadi Utomo
 
Ppt kel 4 (rate of return dan penerapannya)
Ppt kel 4 (rate of return dan penerapannya)Ppt kel 4 (rate of return dan penerapannya)
Ppt kel 4 (rate of return dan penerapannya)Muthiah IAIN SKA
 
Ppt perkembangan peserta didik
Ppt perkembangan peserta didikPpt perkembangan peserta didik
Ppt perkembangan peserta didikrizka_pratiwi
 
Subjek dan objek pendidikan
Subjek dan objek pendidikanSubjek dan objek pendidikan
Subjek dan objek pendidikanDewi Bahagia
 
JENIS-JENIS PENELITIAN, PERBEDAANNYA DAN SISTEMATIKA RANCANGANNYA
JENIS-JENIS PENELITIAN, PERBEDAANNYA DAN SISTEMATIKA RANCANGANNYAJENIS-JENIS PENELITIAN, PERBEDAANNYA DAN SISTEMATIKA RANCANGANNYA
JENIS-JENIS PENELITIAN, PERBEDAANNYA DAN SISTEMATIKA RANCANGANNYALola Nurhidayaty
 
Penelitian tindakan kelas ppt
Penelitian tindakan kelas pptPenelitian tindakan kelas ppt
Penelitian tindakan kelas pptSang Ucup
 
Makalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Makalah pembelajaran kooperatif tipe jigsawMakalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Makalah pembelajaran kooperatif tipe jigsawZein Fikri Rohmah
 
Pap dan pan ppt
Pap dan pan pptPap dan pan ppt
Pap dan pan pptDwi Wati
 
RPP MODEL PEMBELAJARAN TERPADU SEQUENCED
RPP MODEL PEMBELAJARAN TERPADU SEQUENCEDRPP MODEL PEMBELAJARAN TERPADU SEQUENCED
RPP MODEL PEMBELAJARAN TERPADU SEQUENCEDRofiani Intan
 
Kegiatan Pendahuluan dan Penutup
Kegiatan Pendahuluan dan Penutup Kegiatan Pendahuluan dan Penutup
Kegiatan Pendahuluan dan Penutup Agnas Setiawan
 
EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN PRODUKTIFITAS MANAJEMEN MUTU BERBASIS SEKOLAH
EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN PRODUKTIFITAS MANAJEMEN MUTU BERBASIS SEKOLAHEFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN PRODUKTIFITAS MANAJEMEN MUTU BERBASIS SEKOLAH
EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN PRODUKTIFITAS MANAJEMEN MUTU BERBASIS SEKOLAHzahra_khusnul
 
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloomKata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloomSukayono Fawwaz
 
prinsip pembelajaran
prinsip pembelajaranprinsip pembelajaran
prinsip pembelajaraneryeryey
 
Laporan hasil observasi pengembangan kurikulum
Laporan hasil observasi pengembangan kurikulumLaporan hasil observasi pengembangan kurikulum
Laporan hasil observasi pengembangan kurikulumJati Jakmania
 
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaranDefinisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaranDani Novita Rahma
 
30. penilaian psikomotorik
30. penilaian psikomotorik30. penilaian psikomotorik
30. penilaian psikomotorikf' yagami
 

What's hot (20)

instrumen lembar penilaian diri (sikap)
instrumen lembar penilaian diri (sikap)instrumen lembar penilaian diri (sikap)
instrumen lembar penilaian diri (sikap)
 
Isu-Isu Perkembangan
Isu-Isu PerkembanganIsu-Isu Perkembangan
Isu-Isu Perkembangan
 
Ppt kel 4 (rate of return dan penerapannya)
Ppt kel 4 (rate of return dan penerapannya)Ppt kel 4 (rate of return dan penerapannya)
Ppt kel 4 (rate of return dan penerapannya)
 
desain instruksional
desain instruksionaldesain instruksional
desain instruksional
 
Ppt perkembangan peserta didik
Ppt perkembangan peserta didikPpt perkembangan peserta didik
Ppt perkembangan peserta didik
 
Subjek dan objek pendidikan
Subjek dan objek pendidikanSubjek dan objek pendidikan
Subjek dan objek pendidikan
 
JENIS-JENIS PENELITIAN, PERBEDAANNYA DAN SISTEMATIKA RANCANGANNYA
JENIS-JENIS PENELITIAN, PERBEDAANNYA DAN SISTEMATIKA RANCANGANNYAJENIS-JENIS PENELITIAN, PERBEDAANNYA DAN SISTEMATIKA RANCANGANNYA
JENIS-JENIS PENELITIAN, PERBEDAANNYA DAN SISTEMATIKA RANCANGANNYA
 
Penelitian tindakan kelas ppt
Penelitian tindakan kelas pptPenelitian tindakan kelas ppt
Penelitian tindakan kelas ppt
 
Makalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Makalah pembelajaran kooperatif tipe jigsawMakalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Makalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
 
Pap dan pan ppt
Pap dan pan pptPap dan pan ppt
Pap dan pan ppt
 
RPP MODEL PEMBELAJARAN TERPADU SEQUENCED
RPP MODEL PEMBELAJARAN TERPADU SEQUENCEDRPP MODEL PEMBELAJARAN TERPADU SEQUENCED
RPP MODEL PEMBELAJARAN TERPADU SEQUENCED
 
Kegiatan Pendahuluan dan Penutup
Kegiatan Pendahuluan dan Penutup Kegiatan Pendahuluan dan Penutup
Kegiatan Pendahuluan dan Penutup
 
EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN PRODUKTIFITAS MANAJEMEN MUTU BERBASIS SEKOLAH
EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN PRODUKTIFITAS MANAJEMEN MUTU BERBASIS SEKOLAHEFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN PRODUKTIFITAS MANAJEMEN MUTU BERBASIS SEKOLAH
EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN PRODUKTIFITAS MANAJEMEN MUTU BERBASIS SEKOLAH
 
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloomKata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
Kata kerja-operasional-revisi-taksonomi-bloom
 
prinsip pembelajaran
prinsip pembelajaranprinsip pembelajaran
prinsip pembelajaran
 
Laporan hasil observasi pengembangan kurikulum
Laporan hasil observasi pengembangan kurikulumLaporan hasil observasi pengembangan kurikulum
Laporan hasil observasi pengembangan kurikulum
 
Contoh teks wawancara dengan guru
Contoh teks wawancara dengan guruContoh teks wawancara dengan guru
Contoh teks wawancara dengan guru
 
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaranDefinisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
 
Kko pengetahuan (baru)
Kko pengetahuan (baru)Kko pengetahuan (baru)
Kko pengetahuan (baru)
 
30. penilaian psikomotorik
30. penilaian psikomotorik30. penilaian psikomotorik
30. penilaian psikomotorik
 

Similar to Belajar sebagai konstruksi pengetahuan

Model 5 E
Model 5 EModel 5 E
Model 5 EKusdian
 
Model 5 E
Model 5 EModel 5 E
Model 5 EKusdian
 
Macam macam pendekatan
Macam macam pendekatanMacam macam pendekatan
Macam macam pendekatandgielz31
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaranmarnosumarno2
 
Model pembelajaran clis
Model pembelajaran clisModel pembelajaran clis
Model pembelajaran clismartinrusmaja
 
Tes Slide Share
Tes Slide ShareTes Slide Share
Tes Slide Shareputra177
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaransmk n 4 padang
 
Macam macampendekatan-120918023440-phpapp01
Macam macampendekatan-120918023440-phpapp01Macam macampendekatan-120918023440-phpapp01
Macam macampendekatan-120918023440-phpapp01Yuanita Papamama
 
Macam macampendekatan-120918023440-phpapp01
Macam macampendekatan-120918023440-phpapp01Macam macampendekatan-120918023440-phpapp01
Macam macampendekatan-120918023440-phpapp01Yuanita Papamama
 
Grant Theory Pembelajaran-Moh_ Nurhakim.pptx
Grant Theory Pembelajaran-Moh_ Nurhakim.pptxGrant Theory Pembelajaran-Moh_ Nurhakim.pptx
Grant Theory Pembelajaran-Moh_ Nurhakim.pptxLeli85
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaranNurul Hilal
 
Model mjodel pembelajaran
Model mjodel pembelajaranModel mjodel pembelajaran
Model mjodel pembelajaranAwaluddin Asham
 
Kajian Pendekatan Analogi dalam Pembelajaran Biologi yang Berdayaguna
Kajian Pendekatan Analogi dalam Pembelajaran Biologi yang Berdayaguna Kajian Pendekatan Analogi dalam Pembelajaran Biologi yang Berdayaguna
Kajian Pendekatan Analogi dalam Pembelajaran Biologi yang Berdayaguna Yuningsih Yuningsih
 
Assigment prof madya dr christina l send
Assigment prof madya dr christina l sendAssigment prof madya dr christina l send
Assigment prof madya dr christina l sendkirutping71
 
17_CP_2022_IPA.pdf
17_CP_2022_IPA.pdf17_CP_2022_IPA.pdf
17_CP_2022_IPA.pdfnike657361
 
Bab 3 pendekatan saintifik
Bab 3 pendekatan saintifikBab 3 pendekatan saintifik
Bab 3 pendekatan saintifikanappgsm3T
 
Bab 3 pendekatan saintifik
Bab 3 pendekatan saintifikBab 3 pendekatan saintifik
Bab 3 pendekatan saintifikanappgsm3T
 

Similar to Belajar sebagai konstruksi pengetahuan (20)

Tugas resume jurnal
Tugas resume jurnalTugas resume jurnal
Tugas resume jurnal
 
Model 5 E
Model 5 EModel 5 E
Model 5 E
 
Model 5 E
Model 5 EModel 5 E
Model 5 E
 
Macam macam pendekatan
Macam macam pendekatanMacam macam pendekatan
Macam macam pendekatan
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
Model pembelajaran clis
Model pembelajaran clisModel pembelajaran clis
Model pembelajaran clis
 
Tes Slide Share
Tes Slide ShareTes Slide Share
Tes Slide Share
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
Macam macampendekatan-120918023440-phpapp01
Macam macampendekatan-120918023440-phpapp01Macam macampendekatan-120918023440-phpapp01
Macam macampendekatan-120918023440-phpapp01
 
Macam macampendekatan-120918023440-phpapp01
Macam macampendekatan-120918023440-phpapp01Macam macampendekatan-120918023440-phpapp01
Macam macampendekatan-120918023440-phpapp01
 
Grant Theory Pembelajaran-Moh_ Nurhakim.pptx
Grant Theory Pembelajaran-Moh_ Nurhakim.pptxGrant Theory Pembelajaran-Moh_ Nurhakim.pptx
Grant Theory Pembelajaran-Moh_ Nurhakim.pptx
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
Model mjodel pembelajaran
Model mjodel pembelajaranModel mjodel pembelajaran
Model mjodel pembelajaran
 
Kajian Pendekatan Analogi dalam Pembelajaran Biologi yang Berdayaguna
Kajian Pendekatan Analogi dalam Pembelajaran Biologi yang Berdayaguna Kajian Pendekatan Analogi dalam Pembelajaran Biologi yang Berdayaguna
Kajian Pendekatan Analogi dalam Pembelajaran Biologi yang Berdayaguna
 
5. CP IPA.docx
5. CP IPA.docx5. CP IPA.docx
5. CP IPA.docx
 
Assigment prof madya dr christina l send
Assigment prof madya dr christina l sendAssigment prof madya dr christina l send
Assigment prof madya dr christina l send
 
17_CP_2022_IPA.pdf
17_CP_2022_IPA.pdf17_CP_2022_IPA.pdf
17_CP_2022_IPA.pdf
 
Bab 3 pendekatan saintifik
Bab 3 pendekatan saintifikBab 3 pendekatan saintifik
Bab 3 pendekatan saintifik
 
Bab 3 pendekatan saintifik
Bab 3 pendekatan saintifikBab 3 pendekatan saintifik
Bab 3 pendekatan saintifik
 

Recently uploaded

BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 

Recently uploaded (20)

BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 

Belajar sebagai konstruksi pengetahuan

  • 1. Belajar sebagai konstruksi pengetahuan Belajar sebagai konstruksi pengetahuan (Santyasa, 2004). pengetahuan dibangun dalam pikiran pelajar. Pengetahuan itu dibangun (dikonstruksi) sambil pebelajar mengatur pengalaman- pengalamannya yang terdiri atas struktur-struktur mental atau skemata-skemata yang sudah ada padanya (Suastra, 2004) Konstruktivisme merupakan landasan berpikir, bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusialah harus mengkonstruksinya dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Darma, 2007). Menurut Dahar, yang dikenal sebagai konstruktivis bahwa, pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang melalui proses asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya (dalam Darma, 2007). Pada proses asimilasi seseorang menggunakan struktur kognitif dan kemampuan yang sudah ada untuk beradaptasi dengan masalah atau informasi baru yang datang dari lingkungannya. Sedangkan pada proses akomodasi merupakan proses pembentukan skemata baru atau memodifikasi struktur yang ada supaya struktur kognitif tersebut dapat menyerap informasi baru yang sedang dihadapi. Ketidaksesuaian struktur kognitif yang dimiliki seseorang dengan informasi baru yang dihadapi menyebabkan ketidakseimbangan (disquibrium) dalam struktur kognitifnya. Dalam kondisi seperti ini orang menyadari bahwa cara berpikirnya bertentangan dengan kejadian yang ada disekitarnya, ia akan berusaha untuk mereorganisasi struktur kognitifnya agar sesuai dengan informasi baru yang dihadapinya. Guru sebagai fasilitator dan mediator Santyasa (2005b) menyatakan, guru sebagai fasilitator akan memiliki konsekuensi langsung sebagai perancang model, pelatih dan pembimbing. Di samping sebagai fasilitator, secara spesifik peranan guru dalam pembelajaran adalah sebagai expert learner, manager, dan mediator. Sebagai expert learners, guru diharapkan memiliki pemahaman mendalam tentang materi pembelajaran, menyediakan waktu yang cukup untuk siswa, menyediakan masalah dan alternatif solusi, memonitor proses belajar dan pembelajaran, merubah strategi ketika siswa sulit mencapai tujuan, berusaha mencapai tujuan kognitif, metakognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Sebagai manager, guru berkewajiban memonitor hasil belajar para siswa dan masalah- masalah yang dihadapi mereka, memonitor disiplin kelas dan hubungan interpersonal, dan memonitor ketepatan penggunaan waktu dalam menyelesaikan tugas. Dalam hal ini, guru berperan sebagai expert teacher yang memberi keputusan mengenai isi, menseleksi prosesproses kognitif untuk mengaktifkan pengetahuan awal dan pengelompokan siswa. Sebagai mediator,
  • 2. guru memandu mengetengahi antar siswa, membantu para siswa memformulasikan pertanyaan atau mengkonstruksi representasi visual dari suatu masalah, memandu para siswa mengembangkan sikap positif terhadap belajar, pemusatan perhatian, mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan awal, dan menjelaskan bagaimana mengaitkan gagasan-gagasan para siswa, pemodelan proses berpikir dengan menunjukkan kepada siswa ikut berpikir kritis. Pembelajaran yang sesuai Nashon (2006), menurut Von Weizsacker dan Juilfs bahwa fisika didasarkan pada percobaan, keaktifan, keingintahuan, dan keahlian dalam pengahayatan alam. Sumber-sumber konsepsi alternatif pembelajaran sebelumnya, dari buku bacaan atau buku ajar yang mereka baca, dan dari fakta yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari (Hirca, Calik, & Akdeniz, 2008) hasil proses asimilasi dari pengetahuan awal dan pengalamannya, (Hirca, dkk., 2008). Pinker (dalam Simamora & Redhana, 2007) mengemukakan bahwa siswa hadir di kelas umumnya tidak dengan kepala kosong, melainkan mereka telah membawa sejumlah pengalaman-pengalaman atau ide- ide yang dibentuk sebelumnya, ketika mereka berinteraksi dengan lingkungannya. Konsepsi alternatif timbul disebabkan oleh beberapa factor, yaitu: siswa telah mengetahui sebelumnya dari pengalaman hidup sehari-hari, kurangnya motivasi, guru tidak cukup kompeten, lebih mengutamakan konten daripada konsep-konsep, buku-buku pelajaran yang mengandung kesalahan, menggunakan bahasa sehari-hari, bahasa budaya yang sama dengan penyebutan ilmiah namun mengandung makna yang berbeda dalam berbagai budaya. Bentuk-bentuk miskonsepsi yang ditemukan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada ketimpangan antara pengetahuan guru secara teoretis dengan praktiknya (Urey & Calik, 2008). Sifat-sifat konsepsi alternatif Siswa berpikir dan mengkonsep fenomena alam yang baru, yang mereka temui pada pelajaran sains, semakin berbeda dari yang diterima oleh komunitas ilmiah (Hirca, Calik, & Akdeniz, 2008). mencoba menanggulanginya lebih sulit daripada mengenalinya. Karena konsepsi alternatif diperoleh sendiri oleh siswa sebagai hasil proses asimilasi dari pengetahuan awal dan pengalamannya, siswa enggan menampakkan konsepsi alternatif mereka (Hirca, dkk., 2008). Hal ini berarti bahwa konsep yang benar dan dipahami akan melahirkan pemahaman yang lebih baik. Karena langkah pertama tergantung pada pengalaman dan hitotesis, kemungkinan konsep-
  • 3. konsep yang muncul akan berbeda dari yang diterima oleh komunitas ilmiah. Konsepsi tersebut biasanya disebut miskonsepsi, pra-konsep, kerangka kerja alternatif, atau konsep anak-anak (Calik & Ayas, 2005). Istilah-istilah tersebut memiliki kemiripan makna (Hirca, Calik, & Akdeniz, 2008). Lebih lanjut, Stavy (dalam Calik & Ayas, 2005) menunjukkan bahwa terdapat kompetisi yang dinamis dalam sistem kognitif di mana konsep paling kuat mendominasi. Ini berarti bahwa jika sebuah konsepsi alternatif ilmiah melampaui satu dalam proses yang dinamis ini, itu mempengaruhi pemahaman atau struktur berikutnya. Gagasan-gagasan atau ide-ide yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya ini disebut dengan prakonsepsi atau konsepsi alternatif. Konsepsi alternatif ini sering merupakan miskonsepsi (Gardner; Redhana dan Kirna, dalam Simamora & Redhana, 2007). Kenyatan menunjukkan bahwa konsepsi alternatif siswa sangat resisten terhadap perubahan (Ronen and Eliahu; Savinainen et al., dalam Baser, 2006b). Oleh karena itu, konsepsi alternatif dipandang sebagai titik awal bagi pelajaran selanjutnya, banyak penelitian telah dilaksanakan terhadap berbagai subjek bahasan seperti, gaya, gerak, energi, daya, usaha, panas, temperatur, massa, berat dan sebagainya (Kurnaz & Çalik, 2008). Metode perubahan konseptual sebagai solusi konsepsi alternatif siswa Guru hendaknya menerapkan strategi pengubahan konseptual dalam pembelajaran agar dapat mengatasi konsepsi alternatif siswa (Posnet, dkk., dalam Simamora & Redhana, 2007). Teori perubahan konseptual merupakan salah satu metode untuk menjembatani kesenjangan antara pengetahuan tentang fenomena keseharian dan konsep-konsep yang benar secara sains (Gail, Otto & Zitzewitz, 2005). Beberapa metode perubahan konseptual Umumnya, untuk mencapai perubahan konseptual digunakan beberapa metode perubahan konseptual, seperti teks bermuatan perubahan konseptual teks, analogi, lembar kerja, konflik kognitif, dan peta konsep (Urey & Calik, 2008). Untuk penelitian selanjutnya, sebuah contoh teks bermuatan perubahan konseptual disarankan sebagai model untuk memperbaiki konsepsi alternatif yang disasar (Hirca, Calik, & Akdeniz, 2008). Model pembelajaran konvensional Pembelajaran yang bersifat regular (model pembelajaran konvensional), artinya pemilihan pendekatan, strategi, metode kurang bervariasi. Proses belajar-mengajar cenderung dimulai dengan orientasi dan penyajian informasi yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari siswa, pemberian contoh soal, dilanjutkan dengan memberikan tes (Wirtha & Rapi, 2008).
  • 4. Nurhadi et al. (dalam Darma, 2007) memberikan beberapa karakteristik pembelajaran konvensional, yaitu: (1) siswa adalah penerima informasi secara pasif, (2) Siswa belajar secara individual, (3) pembelajaran sangat abstrak dan teoretis, (4) rumus yang ada diluar diri siswa harus diterangkan, diterima, dihafalkan, dan dilatihkan, (5) siswa secara pasif menerima rumus atau kaidah (membaca, mendengarkan, mencatat, dan menghafal) tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran, (6) keterampilan dikembangkan atas dasar latihan-latihan, (7) guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran, (8) hasil belajar diukur dengan tes, (9) pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa. Akibat dari hanya memilih salah satu metode perubahan konseptual Berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnya Urey & Calik (2008) merangkum, menekankan bahwa pengalaman dalam aktivitas nyata adalah lebih efektif daripada teks-teks perubahan konseptual. Walaupun menggunakan penalaran analogis atau model yang efisien dalam pengajaran sains, akan tetapi sebagian besar guru tidak menggunakannya sesering mungkin dan cenderung mengabaikan manfaatnya. Bahkan jika mereka mencoba untuk mengeksploitasi melalui metode analogi, sering terjadi dalam cara yang tidak direncanakan. Selain itu, literatur terkait menyatakan bahwa menggunakan hanya satu metode perubahan konseptual mungkin akan membosankan bagi siswa. Dengan demikian, hal ini dapat mencegah tercapainya hasil yang efektif. Taylor and Coll (dalam Kurnaz & Çalik, 2008), mengkritik bahwa konflik kognitif mungkin penyebab mengurangi keyakinan siswa, meskipun memiliki banyak keuntungan untuk mencapai perubahan konseptual. Hal yang sama, jika teknik konseptual seperti teks bermuatan perubahan konseptual, analogi, lembar kerja (LKS), dll. Seringkali dalam pengerjaannya dilakukan sendiri oleh siswa, siswa bisa bosan. Oleh karena hanya menggunakan salah satu teknik, mungkin memiliki harapan kecil mencapai hasil yang efektif (Çalık; Dole; Huddle, White & Rogers, dalam Kurnaz & Çalik, 2008). Selain itu, walaupun kenyataan menyatakan bahwa teks perubahan konseptual adalah efektif dalam perbaikan konsepsi alternatif siswa, kegiatan langsung atau pengalaman belajar secara langsung bisa lebih efektif (Chambers & Andre, 1997 dalam Kurnaz & Çalik, 2008). Model 5E Sebagai mana disarankan oleh Kurnaz & Calik (2008), karena aktivitas mengajar dapat dipandang sebagai fase penguraian konseptual, mereka mengasumsikan bahwa penerapan teknik perubahan konseptual melalui model 5E bisa sepenuhnya mengurangi konsepsi alternatif siswa. Dinama model pembelajaran ini dilaksanakan dalam tahapan yang membantu siswa belajar
  • 5. mengalami dengan urutan yang sesuai dalam menghubungkan pengetahuan awal dengan konsep baru. Model 5E merupakan versi constructivism yang populer (e.g. Hanuscin & Lee, dalam Kurnaz & Çalik, 2008), karena setiap "E" mengandung bagian dari proses yang membantu siswa belajar mengalami dengan urutan yang sesuai dalam menghubungkan pengetahuan awal dengan konsep baru, model ini terdiri dari: engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation (e.g. Abell & Volkman; Boddy, Watson & Aubusson; Bybee, Taylor, Gardner, Scotter, Powell, Westbrook & Landes, dalam Kurnaz & Çalik, 2008). Bybee et al. (dalam Kurnaz & Çalik, 2008) telah meringkas fase-fase pembelajaran dalam model 5E, sebagai berikut. 1. Engagement/keterlibatan: untuk mengakses pengetahuan awal siswa, guru menyuruh siswa terlibat dalam konsep baru dengan perantaraan aktivitas pendek atau pertanyaan yang menampilkan keganjilan dan merangsang keluarnya pengetahuan awal. Aktivitas atau pertanyaan diperkirakan membuat sebuah hubungan antara pengetahuan awal dan pengalaman belajar saat ini, sehingga guru mampu mengorganisir pemikiran siswa ke arah hasil belajar dari aktivitas tersebut. 2. Exploration/penjajakan: siswa menyelesaikan aktivitas lab atau diskusi kelompok atau bermain peran atau analogi yang memungkinkan mereka mengekploitasi sendiri pengetahuan awal untuk menghasilkan ide-ide baru, pertanyaan penjajakan, perkiraan dan implementasi sebuah penyelidikan yang bersifat tentatif. 3. Explanation/penjelasan: fase ini dibutuhkan guru untuk penjajakan lebih lanjut, juga memberi kesempatan bagi guru secara langsung memperkenalkan sebuah konsep, proses atau keahlian. Selanjutnya, siswa menyampaikan pemahaman mereka tentang konsep atau jalan yang benar dan penegasan pengetahuan yang tidak benar. Selanjutnya, guru menuntun mereka untuk memegang pemahaman yang lebih mendalam, yang merupakan bagian terpenting dari fase ini. 4. Elaboration/penguraian: untuk meneliti pemahaman dan keahlian konseptual siswa, siswa mencoba memperluas pengetahuan tersetruktur yang baru untuk mempertahankan dan memperluas pemahaman, informasi yang lebih banyak, dan keahlian yang cukup. Juga, mereka dapat menerapkan pemahaman mereka tentang konsep untuk aktivitas tambahan. 5. Evaluation/mengevaluasi: fase ini mendidik siswa mengakses pemahaman dan kemampuan mereka dan memberikan kesempatan bagi guru untuk mengevaluasi bagaimana perkembangan siswa terhadap pencapaian tujuan pendidikan.