1. Peningkatan Akses Sanitasi dan
Perilaku hygienis
Wan Alkadri,
Direktur Penyehatan Lingkungan
Departemen Kesehatan, Republik
Indonesia
Presentasi pada Sosialisasi Program
PAMSIMAS, Bandung Desember 2007
2. Garis Besar Presentasi
Tantangan Sanitasi dan Hygiene di Indonesia
Mengkaji Ulang Pendekatan Nasional untuk
Sanitasi dan Hygiene Perdesaan
Mengembangkan sebuah Paradigma Baru untuk
Sanitasi Total oleh masyarakat
Memicu Perubahan Perilaku melalui CLTS – di
Masa Awal
Mengembangkan Pendekatan dan Strategi baru
untuk Sanitasi Total oleh Masyarakat
Implementasi Strategi dalam Program PAMSIMAS
3. Tantangan Sanitasi dan Hygiene
Perdesaan di Indonesia
Akses sanitasi perdesaan 40% (JMP 2004) – sedikit
perubahan dalam 20 tahun
Kurang berhasilnya pendekatan kredit dana bergulir
untuk jamban keluarga
Perlu peningkatan akses sanitasi bagi 3,7 juta orang
per tahun untuk mencapai target MDG sebesar 69%
di tahun 2015. Ini memerlukan US$ 600 juta per
tahun sedangkan investasi saat ini hanya US$ 27
juta per tahun
Dalam hal kemiskinan, target Pemerintah adalah
menurunkan separuh jumlah masyarakat yang tidak
memiliki fasilitas sanitasi pada tahun 2015 (RPJM).
Dengan laju investasi saat ini, perlu waktu lebih dari
200 tahun
4. Hasil Penelitian di Indonesia
Praktek Cuci Tangan di Masyarakat Indonesia
16%
14%
12%
10%
8%
14%
6% 12%
4% 9%
7% 6%
2%
0%
after defecation after cleaning before eating before feeding before preparing
child bottom child food
BHS, 2006
5. Dampak sanitasi dan hygiene
buruk di Indonesia
Kematian anak berusia di bawah 3 tahun
19% atau sekitar 100.000 anak meninggal
disebabkan diare setiap tahunnya – salah
satu penyebab utama kematian anak
(lainnya adalah ISPA dan komplikasi
sebelum kelahiran) Profil Indonesia, 2003
Kerugian ekonomi sekitar 2,4% dari GDP
atau US$ 13 per bulan per rumah tangga
(Studi ADB 1998)
6. Dampak sanitasi dan hygiene
improved – pengalaman global
Resiko diare berkurang sebesar 36% melalui
sanitasi yang aman, 47% melalui cuci tangan pakai
sabun (Curtis, 2004) dan 39% melalui pengolahan
air skala rumah tangga dan penyimpanan yang
aman (WHO, 2004 )
Investasi di bidang sanitasi sebesar US$ 5/kapita/
tahun dapat meningkatkan produktivitas sebesar
34-79% dan mengurangi biaya pengobatan sebesar
6-19% (ISSDP,2006)
Negara dengan sanitasi yang mencukupi mendapat
keuntungan sebesar US$ 8-12 untuk setiap US$ 1
yang diinvestasikan (Studi WHO, 2005)
7. Mengkaji Ulang Pendekatan Nasional
untuk Sanitasi dan Hygiene Perdesaan
Keputusan Presiden tentang Penyediaan Air Minum dan
Jamban Keluarga tahun 1973 mengedepankan subsidi
barang/benda: tidak berkelanjutan, tidak meningkatkan
kesadaran terhadap perubahan perilaku dan tidak dapat
ditingkatkan
Sanitasi dan hygiene merupakan prioritas rendah bagi
DPR dan Pemerintah
Kurangnya pendayagunaan sumber daya, pengetahuan
dan pengalaman orang-orang yang dapat menjadi
bagian dari solusi termasuk komunitas dan sektor bisnis
Sistem monitoring yang rendah dan kurangnya
pembelajaran
Kurangnya mekanisme akselerasi (scaling up)
8. CLTS dikenalkan di
Indonesia dan Pemerintah
berkunjung ke India
& Bangladesh
2004 Pilot CLTS
di 6 provinsi
(6 kabupaten)
2005 Penyebaran CLTS
yang cepat : 72
masyarakat
Bebas BAB (ODF)
Dan 2 kecamatan CLTS Nasional
ODF dicetuskan oleh
2006 Depkes
Juni 2006
Replikasi
WSLIC
Sanitasi Total CWSHP
Keputusan Draft Strategi Pro Air
Oleh
Menteri tentang TSSM dimulai Nasional tentang 160 NGO/PCI
Masyarakat
Sanitasi Total Di Jawa Sanitasi Total masyarakat Pemerintah lokal
diterapkan
Oleh Timur Oleh ODF Universitas
di 200 Masyarakat Juli 2007
Masyarakat 2007 WES- UNICEF
kabupaten 2007
2008 PAMSIMAS
2008 TSSM
9. Memicu Perubahan Perilaku melalui
CLTS – di masa awal
Memberdayakan masyarakat untuk merubah perilaku
serta membangun dan menggunakan toilet dengan
sumber daya sendiri dan tanpa subsidi untuk
mencapai 100% bebas BAB (ODF)
Masyarakat terlibat aktif dalam menganalisa lingkungan
Menggunakan rasa jijik terhadap BAB terbuka dan
kebanggan masyarakat sebagai faktor yang memotivasi
Mempromosikan pilihan lokal dari opsi teknologi
termasuk jamban sederhana yang murah
Menggunakan champion, pemuka setempat dan
kompetisi antar daerah permukiman untuk
mengembangkan momentum replikasi
Melibatkan setiap orang termasuk anak sekolah
10. Perkembangan ODF May 05-Apr 07
18 0
16 0
14 0
12 0
10 0
80
60
40
20
0
M ay- Jun - Jul
- Aug- S ep- O ct- N ov- D e c- Jan - Fe b- M ar- Apr- M ay- Jun - Jul
- Aug- S ep- O ct- N ov- D e c- Jan - Feb- M ar- Apr-
05 05 05 05 05 05 05 05 06 06 06 06 06 06 06 06 06 06 06 06 07 07 07 07
* D u s u n = h a ml t 1 0 0 - 3 0 0 h h s .
e D e s a / v i g e c o mp r i e s a t e e r a l d u s u n s ( a d mi i t r a t i e u n i )
a
l s D s ev ns v t
11. Mengembangkan Pendekatan
Sanitasi Total
Melanjutkan CLTS, Pemerintah mengembangkan
sebuah paradigma baru untuk sanitasi total yang pro-
masyarakat miskin dan mendukung peningkatan yang
lebih cepat
Sanitasi Total berarti setiap rumah tangga:
Menghentikan praktek BAB terbuka
Menggunakan jamban yang aman untuk pembuangan
tinja
Mencuci tangan dengan sabun
Mengatur dan menyimpan air dan makanan dengan cara
yang aman
Mengatur air limbah domestik dengan cara yang aman
Sanitasi total mentargetkan semua masyarakat dan
fokus pada perubahan perilaku kolektif daripada target
fisik dan subsidi
12. Strategi Baru untuk Sanitasi Total
Oleh Masyarakat
Meningkatkan kebutuhan akan
peningkatan perilaku dan fasilitas
higiene dan sanitasi total, tanpa Meningkatka
n
subsidi/pinjaman untuk peralatan kebutuhan
rumah tangga, menu teknologi sanitasi
terbuka (termasuk jamban murah),
cuci tangan dengan sabun dan
pengolahan air
Meningkatkan jaringan penyediaan
sanitasi dengan menggunakan Meningkatkan Meningkatkan
pendekatan berbasis pasar penyediaan enabling
Meningkatkan enabling environment barang dan jasa environment
dengan cara mengembangkan
kapasitas pemerintah pusat/lokal
dalam pengembangan kebijakan dan
implementasi
13. Implementasi Strategi dalam Program
PAMSIMAS Komponen 2
Sub komponen
2. Program Sanitati Total
3. Pemasaran Hygiene & Sanitasi
4. Hygiene & Sanitasi Sekolah
5. Unit Sanitasi dan Hygiene di daerah
6. Pengembangan Klinik Sanitasi
7. Surveilans Kualitas Air dan Lingkungan