8. Ann Nutr Metab. 2014;64(3-4):187-96. doi: 10.1159/000365017.
Epub 2014 Oct 2
• The Power of Programming and the EarlyNutrition project: opportunities for health promotion
by nutrition during the first thousand days of life and beyond.
• Koletzko B1, Brands B, Chourdakis M, Cramer S, Grote V, Hellmuth C, Kirchberg F, Prell C, Rzehak P,
Uhl O, Weber M.
• Author information
• Abstract
• At The Power of Programming 2014 Conference, researchers from multiple disciplines presented
and discussed the effects of early nutrition and other environmental cues during the first
thousand days of life and beyond on the lifelong risk of noncommunicable diseases. This paper
aims to summarize the concepts and some of the first achievements of the EarlyNutrition research
project that initiated the conference. The EarlyNutrition consortium is a multinational,
multidisciplinary research collaboration of researchers from Europe, the USA, and Australia. A focus
is placed on exploration of the developmental origins of obesity, adiposity, and related health
outcomes. Here we report on the first findings of experimental approaches, cohort studies,
randomized clinical trials, and systematic reviews of current information, as well as position papers,
which have all been developed with the involvement of project partners. We conclude that the
EarlyNutrition project has successfully established itself during the first 2 project years as a very
strong platform for collaborative research on early programming effects. The first results,
available already at this early stage of the project, point to great opportunities for health
prevention strategies via the implementation of dietary and lifestyle modifications, with large
effect sizes. Further results are expected which should support improved recommendations and
related policies for optimized nutrition and lifestyle choices before and during pregnancy, in infancy,
and in early childhood.
10. Penyebab utama
Pola makan:
gizi seimbang
(karbohidrat,
protein, buah
dan sayur)
Sanitasi:
air bersih,
jamban, cuci
tangan
Pola asuh:
ASI, MP ASI,
Imunisasi,
Pemantauan
tumbuh
kembang
13. Gilbert's Behavior Engineering Model
Informasi Instrumentasi Motivasi
1. DATA
Apakah ibu tahu apa yang
diharapkan?
Apakah ibu tahu seperti
apa PLnya saat ini?
Apakah ada pendampingan
yang diberikan?
2. INSTRUMEN
Apakah ibu memiliki
peralatan yang dapat
membantu PLnya?
Apakah peralatan dan materi
didisain sesuai dengan
kinerja yang akan
diharapkan?
3. INSENTIF
Apakah ada manfaat
terkait dengan PLnya?
4. PENGETAHUAN
Apakah ibu memiliki
ketrampilan dan
pengetahuan untuk dapat
melakukan PL yang
diharapkan?
5. KAPASITAS
Apakah individu memiliki
kemampuan untuk dapat
menampilkan kinerjanya
6. MOTIVASI
Apakah ibu mau
merubah pola pemberian
makan pada bayinya?
16. LIST KEGIATAN
• Bekerja sama dengan IBI menjalankan kegiatan yang meningkatkan kompetensi
dan peran bidan, khususnya untuk sukseskan IMD, ASI Eksklusif 6 bulan penuh,
MPASI, cakupan kunjungan ANC dan NEONATAL Lengkap, serta mengukur
panjang/tinggi badan anak balita, dan komponen ANC lainnya.
• Memasukkan bimbingan praktis untuk sukses ASI kedalam komponen ANC.
• Melengkapi Posyandu dengan alat ukur panjang/tinggi badan, dan melaksanakan
pelatihan penggunaannya untuk kader Posyandu.
• Meningkatkan pengetahuan praktis masyarakat, tentang gizi, kesehatan, tumbuh
kembang anak, higienis pribadi dan lingkungan.
• Melaksanakan Media Advocacy sebagai bagian dari intervensi komunikasi
perubahan perilaku dengan melaksanakan Pelatihan Jurnalis dan Bloggers agar
media dapat lebih memahami tentang stunting, dampak dan penyebabnya,
sehingga media dapat mendukung proses perubahan perilaku yang terjadi di
masyarakat.
• Menggunakan Mobilisasi Masyarakat Desa sebagai saluran komunikasi utama (lihat
Tabel 3, Gambar 3, serta Lampiran 1 dan Lampiran 2) sebagai bagian dari strategi
komunikasi perubahan perilaku pencegahan stunting, dengan kelompok sasaran
perubahan perilaku:
17. MATRIKS KEGIATAN
Interpersonal Intrapersonal Institutional Community Public
Policy
Sasaran INDIVIDU KELUARGA ORGANISASI MASYARAKAT
Strategi Promkes KIE PEMBERDAYAAN KEMITRAAN ADVOKASI
TAHU Awareness
MAU Intention
MAMPU Skill
MUNGKIN Enabling
environment
MANFAAT Benefit
27. SUN menghadirkan lebih dari 100 organisasi dan pemerintah
yang memiliki komitmen untuk kerja bersama guna memerangi
kelaparan dan kekurangan gizi
www.scalingupnutrition.org
28. KOMITMEN PEMERINTAH PUSAT KUAT, BAGAIMANA DENGAN PEMERINTAH DAERAH?
1. RPJPN 2005–2025: 2019, Indonesia menyediakan layanan air minum dan sanitasi yang layak
bagi 100% rakyat Indonesia.
2. RPJM 2015-2019: 2019 target penurunan prevalensi stunting menjadi 28% pada 2019.
3. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015, Bappenas, 2011.
4. Undang-Undang (UU) No. 36/2009 tentang Kesehatan.
5. Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 tentang Air Susu Ibu Eksklusif.
6. Peraturan Presiden (Perpres) No. 42/2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi.
7. Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian
8. Air Susu Ibu (ASI) Secara Eksklusif Pada Bayi di Indonesia.
9. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.15/2013 tentang Tata Cara Penyediaan
FasilitasKhusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu.
10. Permenkes No.3/2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
11. Permenkes No.23/2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi.
12. Kerangka Kebijakan Gerakan Nasional Percepatan Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama
Kehidupan (Gerakan 1.000 HPK), 2013.
29. Akshaya Patra Foundation of Hubli is a non-profit organization and
the mega kitchen of Akshaya patra provides Mid-day meal to 1.5
million children in India every day by its school lunch program
30. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) XI
Tema : Penurunan stunting melalui revitalisasi ketahanan pangan dan gizi
dalam rangka mencapai pembangunan berkelanjutan
Jakarta, 3-4 Juli 2018
36. POLA MAKAN
GOALS HUMAN RESOURSE FINANCIAL
RESOURSE
ADMINISTRATIVE
TOOLS
• Visi - misi
• Goal - Objective
• Target populasi
population
• Topik yang akan
diangkat dalam
kegiatan
promkes
• Insentif untuk
partisipan
• Evaluasi
• Penanggung
jawab
• SDM internal
• SDM eksternal
• Tim manajemen
dan tim
penasehat
• Anggaran
• SDM internal
• SDM eksternal
• Anggaran untuk
berpartisipasi
• Sistim data
untuk
monitoring dan
evaluasi
• Saluran
penyampaian
untuk setiap
topik
• Lokasi dan
jadwal
• Materi specific
• Program
promosi
• Timetable untuk
implementasi
Low height-for-age: Stunted growth reflects a process of failure to reach linear growth potential as a result of suboptimal health and/or nutritional conditions. On a population basis, high levels of stunting are associated with poor socioeconomic conditions and increased risk of frequent and early exposure to adverse conditions such as illness and/or inappropriate feeding practices. Similarly, a decrease in the national stunting rate is usually indicative of improvements in overall socioeconomic conditions of a country. The worldwide variation of the prevalence of low height-for-age is considerable, ranging from 5% to 65% among the less developed countries (4). In many such settings, prevalence starts to rise at the age of about three months; the process of stunting slows down at around three years of age, after which mean heights run parallel to the reference. Therefore, the age of the child modifies the interpretation of the findings: for children in the age group below 2-3 years, low height-for-age probably reflects a continuing process of "failing to grow" or "stunting"; for older children, it reflects a state of "having failed to grow" or "being stunted". It is important to distinguish between the two related terms, length and stature: length refers to the measurement in recumbent position, the recommended way to measure children below 2 years of age or less than 85 cm tall; whereas stature refers to standing height measurement.