SlideShare a Scribd company logo
1 of 38
Trend Issue
End of Life
(Do Not Resusitation)
Nurul Laili,S.Kep.Ns.,M.Kep
Keperawatan
Gawat Darurat
DNR disebut juga sebagai do not attempt resuscitation (DNAR), do
not attempt cardiopulmonary resuscitation (DNACPR), atau allow
natural death (AND).
Kondisi pro dan kontra, sehingga perlu dikaji dari segi bioetik dan
medikolegal secara hati-hati terhadap masing-masing kasus.
.
Do not resuscitate (DNR)
DNR adalah perintah untuk
tidak melakukan resusitasi
jantung paru pada pasien
henti jantung. Perdebatan
mengenai aspek hukum DNR
masih terus berlaku.
Negara Inggris mengemukakan bahwa orang yang
diberikan label DNR memiliki kemungkinan akan
ditelantarkan dan tidak diberikan penatalaksanaan
yang layak. Selain itu, ada pasien yang memiliki
keinginan euthanasia, terutama pasien dewasa yang
kompeten tetapi menolak RJP secara irasional.
Aspek Keadilan
Beberapa negara menetapkan hukum yang melarang DNR
atas beberapa pertimbangan. Di Cina dan Korea Selatan,
DNR dilarang berdasarkan asas keadilan bahwa tindakan
pengobatan, termasuk RJP harus dilakukan sama pada
setiap orang dalam kondisi dan tempat yang sama.
Aspek Etis dan Agama
Aspek lain yang banyak digunakan
untuk menolak DNR adalah aspek
etis dan agama. Agama tidak
memberikan kuasa pada manusia
untuk dapat menentukan hidup dan
mati seseorang, sedangkan
keputusan DNR dianggap dapat
menentukan hidup dan mati
seseorang.
Pro Tindakan DNR
Beberapa pertimbangan yang digunakan kelompok pro
terhadap DNR adalah aspek legal dan etis. Rekomendasi
American Heart Association (AHA), sebagai salah satu
panduan yang banyak digunakan di seluruh dunia,
menyatakan bahwa RJP tidak diindikasikan pada semua
pasien. RJP tidak perlu dilakukan pada pasien dengan
kondisi terminal, penyakit irreversible, dan penyakit
dengan prognosis kematian hampir pasti.
Aspek Legal
Beberapa organisasi profesi, seperti organisasi
profesi perawat dan dokter anestesi, memiliki
konsensus yang mendukung hak pasien akan
dirinya sendiri. Pasien yang dinyatakan dewasa
secara hukum dan kompeten berhak menolak
pengobatan, termasuk prosedur untuk
menyelamatkan hidup mereka.
Setelah mendapat informasi lengkap dan
memahami betul implikasi keputusannya, maka
pasien dapat menolak suatu terapi. Perintah
DNR dianggap sebagai dokumen medis legal
yang mencerminkan keputusan dan keinginan
pasien untuk menghindari upaya dalam
mempertahankan kehidupan.
Aspek Etis
Pandangan etis terhadap DNR juga dipakai sebagai alasan
pembenaran tindakan tersebut. Melakukan RJP harus
mempertimbangan 4 kaidah bioetika, yaitu:
1. Asas manfaat (beneficence),
2. Prinsip do no harm (nonmaleficence)
3. Perlakuan yang adil (justice)
4. Hak otonomi pasien (autonomy)
Selain itu, beberapa pandangan agama juga membenarkan
dilakukannya DNR, terutama bila RJP tidak akan memberikan hasil
yang terbaik dan justru menambah beban pasien dan keluarga.
Keputusan Medis
Perintah DNR dapat juga merupakan bagian dari
keputusan medis. Bila tim medis percaya bahwa RJP
tidak akan berhasil, maka RJP tidak perlu dimulai karena
dokter dapat menghentikan perawatan yang dianggap
sia-sia (futile care). Hal ini memerlukan keterampilan,
pengetahuan, dan kemampuan dokter dan tim medis
lainnya. Keputusan DNR harus dipandang sebagai bagian
dari upaya resusitasi pasien.
Kajian Etik Pada DNR
Keputusan DNR dianggap sebagai bagian dari upaya
resusitasi pasien. Oleh karena itu, prinsip etik harus
berdasarkan pengkajian terhadap keseluruhan upaya
RJP, termasuk mempertimbangkan kondisi lingkungan
sekitar. Misalnya, orang Asia sangat menekankan pada
keputusan kelompok/keluarga, sedangkan orang di
Amerika Serikat lebih menekankan pada prinsip otonomi
individual.
Prinsip Bioetika Beneficence
Beneficence adalah prinsip keuntungan dalam upaya pemulihan
pasien. Pada prinsip ini, RJP dipandang bermanfaat sebagai upaya
pemulihan kesehatan dan fungsi organ untuk meringankan
kesakitan dan penderitaan pasien.
RJP sangat efektif jika dilakukan pada pasien henti jantung yang
disebabkan gangguan jantung. RJP jarang memperbaiki kondisi
pasien gagal ginjal, kanker, atau penyakit kronis lain. Penyebab
irreversible, seperti syok berkepanjangan, merupakan indikasi untuk
tidak melakukan RJP. Namun, perlu diingat bahwa usia tua bukanlah
kontraindikasi dilakukan RJP.
Prinsip Bioetika Non Maleficence
Non maleficence atau do no harm adalah prinsip mencegah
kesakitan pasien meningkat akibat terapi yang diberikan.
Tindakan RJP berkepanjangan atau RJP yang diberikan
terlambat dapat menyebabkan kesakitan lebih lanjut pada
pasien.
Pasien dapat bertahan hidup tetapi berada dalam kondisi
koma persisten, atau status vegetatif. Berdasarkan prinsip
ini, RJP dapat dihentikan jika kerugiannya lebih besar
daripada keuntungan.
Prinsip Bioetika Otonomi
Hak otonomi pasien harus dihormati
secara etik, bahkan secara legal. Dalam
menggunakan hak otonominya, pasien
harus dipastikan layak untuk memutuskan
setuju atau tidak dalam suatu tindakan
medis, termasuk RJP.
Prinsip Bioetika Otonomi
Pasien dianggap dewasa sesuai dengan peraturan
negara, yakni berusia 18 tahun. Dokter wajib
mendapatkan informed consent, sebagai bukti bahwa
pasien telah menerima dan memahami informasi terkait
kondisi penyakit, prognosis, tindakan medis yang
diusulkan, tindakan alternatif, risiko, dan manfaat dari
masing-masing pilihan. Baik edukasi maupun penjelasan
yang diberikan kepada pasien harus menjadi dasar
shared decision making.
Prinsip Bioetika Otonomi
Jika kapasitas pasien menurun akibat obat-
obatan atau komorbid, maka kondisinya harus
dikembalikan terlebih dahulu hingga mampu
memberikan keputusan. Pada kondisi
kegawatdaruratan dan pasien belum sempat
mengambil keputusan, maka pilihan yang
bijaksana adalah dokter memberikan perawatan
medis sesuai standar.
Prinsip Bioetika Keadilan
Prinsip keadilan menjamin hak-hak
pasien terpenuhi, dengan
menyeimbangkan tujuan pribadi dan
sosial. Prinsip keadilan diperlukan
untuk mengurangi ketidaksamaan
perlakuan pada pasien
Prinsip Bioetika Keadilan
Keputusan DNR dianggap sebagai bagian dari upaya
resusitasi pasien. Oleh karena itu, prinsip etik harus
berdasarkan pengkajian terhadap keseluruhan upaya
RJP, termasuk mempertimbangkan kondisi lingkungan
sekitar. Misalnya, orang Asia sangat menekankan pada
keputusan kelompok/keluarga, sedangkan orang di
Amerika Serikat lebih menekankan pada prinsip otonomi
individual.
Hukum Terkait DNR di Indonesia
Belum ada peraturan yang secara jelas mengatur
DNR di Indonesia. Dasar perundang-undangan
yang banyak digunakan sebagai landasan dalam
mempertahankan kehidupan manusia adalah
UUD 1945 pasal 28A perubahan kedua, yaitu
setiap orang berhak hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya.
Hukum Persetujuan Pasien
Pelaksanaan setiap tindakan kedokteran di Indonesia harus
didasarkan pada persetujuan pasien, setelah mendengarkan
penjelasan yang cukup oleh dokter. Hal ini tertulis pada
Undang-Undang no. 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran pasal 39: Praktik kedokteran diselenggarakan
berdasarkan pada kesepakatan antara dokter atau dokter gigi
dengan pasien, dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan
penyakit, dan pemulihan kesehatan
Hukum Persetujuan Pasien
Diperkuat dengan pasal 45: Ayat (1) Setiap
tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang
akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi
terhadap pasien harus mendapat persetujuan.
Ayat (2) Persetujuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat
penjelasan secara lengkap.
Hukum Tindakan
Kegawatdaruratan
Pada kondisi gawat darurat, tindakan untuk menyelamatkan
nyawa sering dilakukan bersama atau sebelum mendapatkan
persetujuan tindakan. Kode Etik Kedokteran Indonesia
(KODEKI) pasal 17: Setiap dokter wajib melakukan pertolongan
darurat sebagai suatu wujud tugas peri kemanusiaan, kecuali
bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu
memberikannya.
Hukum Tindakan
Kegawatdaruratan
Pada penjelasan pasal 17, dinyatakan bahwa salah
satu alasan yang dapat menggugurkan kewajiban
dokter untuk memberikan pertolongan gawat
darurat adalah pada pasien yang telah mendapat
keputusan medis DNR yang diberikan pada pasien
paliatif
Hukum Khusus DNR
Saat ini belum ada kepastian hukum yang
khusus mengatur DNR. Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes) no. 37 tahun 2014
mengenai penentuan kematian dan
pemanfaatan organ memiliki bab dan pasal
terkait penghentian atau penundaan terapi
bantuan hidup
Hukum Khusus DNR
Pada dasarnya, penghentian dan penundaan
terapi bantuan hidup harus diputuskan oleh tim
dokter yang menangani pasien, setelah
berkonsultasi dengan tim dokter yang ditunjuk
oleh Komite Medik atau Komite Etik. Keluarga
pasien dapat meminta hal ini, tetapi harus dengan
syarat tertentu di antaranya pasien telah
mewasiatkan pesannya
Hukum Khusus DNR
Penghentian atau penundaan terapi
bantuan hidup dapat dilakukan pada
pasien dengan penyakit yang tidak dapat
disembuhkan lagi (terminal state), atau
tindakan medis sudah sia-sia (futile care)
Pelaksanaan DNR
Pada pelaksanaannya, DNR pada dasarnya
adalah permintaan pasien atas kepentingan
dirinya. Persetujuan DNR harus dilakukan
dengan mempertimbangkan segala aspek,
terutama untung rugi sebuah upaya
penyelamatan. DNR hanya dilakukan untuk
melindungi otonomi pasien, dan mencegah
bahaya lebih lanjut pada pasien.
Pelaksanaan DNR
Penilaian ketidakberhasilan terapi oleh dokter
tidak serta merta menjadi alasan DNR. Penilaian
kesia-siaan sepihak oleh dokter tidak menjadi
prioritas jika dibandingkan dengan keputusan
keluarga. Oleh karena itu, pelaksanaan DNR
membutuhkan upaya komunikasi dan
dokumentasi.
Upaya Komunikasi
Tidak ada waktu yang paling
tepat untuk mendiskusikan DNR
dengan pasien, karena seringkali
pasien dan keluarga
mempercayakan keputusan
dokter. Namun, dokter harus
mempertimbangkan kondisi dan
kesiapan pasien menerima
informasi tersebut.
Komunikasi merupakan bagian yang sangat
penting dalam pengambilan keputusan DNR. Perlu
diketahui bahwa pemahaman dokter atau tenaga
medis mengenai DNR tidak sama dengan apa yang
pasien dan keluarganya pahami. Beberapa pasien
mungkin memahami DNR sebagai penolakan
pemberian obat-obatan. Dokter harus menjelaskan
bahwa DNR berarti tidak akan dilakukan RJP bila
terjadi kasus henti nafas dan henti jantung,
sehingga pasien tetap mendapatkan terapi
maksimal termasuk perawatan intensif jika
diperlukan.
Upaya Dokumentasi
Setelah komunikasi yang baik, pasien akan dapat
memberikan keputusan bersama dokter. Hasil
keputusan tersebut harus didokumentasikan secara
baik. DNR harus dituliskan dengan jelas pada status
pasien, termasuk detail diskusi yang terjadi dan
kesimpulan yang diambil. Penjelasan dokter,
pertanyaan pasien, serta jawabannya harus dituliskan
dalam rekam medis
Upaya Dokumentasi
Dokumen DNR harus memuat tindakan dan obat yang
ditolak pasien, lengkap dengan hal-hal pengecualian.
Misalnya, pasien menolak untuk dilakukan RJP dan
pemberian obat bantuan hidup saat mengalami henti
jantung, kecuali henti jantung yang disebabkan
komplikasi prosedur, seperti syok anafilaksis akibat
penggunaan obat/ zat dan komplikasi kateterisasi
jantung.
Upaya Dokumentasi
Pendokumentasian harus diikuti
dengan pemberian tanda khusus,
yang dapat dikenali oleh semua
petugas kesehatan.
Keputusan DNR
Tidak Kaku
Keputusan DNR tidak bersifat kaku. Bila dalam perjalanan
penyakitnya pasien berkeinginan mengubah
keputusannya, maka pendokumentasian harus dilakukan
dengan baik. Revisi keputusan DNR harus diketahui oleh
semua dokter dan petugas kesehatan yang merawat
pasien, misalnya dengan menarik tanda khusus
sebelumnya.
Kesimpulan
Do not resuscitate (DNR) adalah perintah untuk tidak
melakukan upaya penyelamatan pasien henti jantung
dengan melakukan resusitasi jantung paru (RJP).
Keputusan DNR perlu dikaji dari segi bioetik dan
medikolegal secara hati-hati terhadap masing-masing
kasus.
Kesimpulan
RJP harus mempertimbangan 4 kaidah bioetika, yaitu
asas manfaat (beneficence), prinsip do no harm (non
maleficence), perlakuan yang adil (justice), dan hak
otonomi pasien (autonomy).
Oleh karena itu perintah DNR dapat menjadi bagian
keputusan medis, di mana RJP tidak perlu dimulai jika
perawatan dianggap sia-sia (futile care).
Kesimpulan
Pelaksanaan DNR pada dasarnya adalah
permintaan pasien atas kepentingan dirinya.
DNR hanya dilakukan untuk melindungi
otonomi pasien, dan mencegah bahaya lebih
lanjut pada pasien.
Kesimpulan
Di Indonesia, tidak ada kepastian hukum yang khusus mengatur
DNR. Berbagai hukum dan undang-undang yang berlaku
menyebutkan bahwa setiap orang berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya, setiap tindakan medis harus
berdasarkan kesepakatan antara dokter dengan pasien, dan
setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai
suatu wujud tugas peri kemanusiaan. Namun kewajiban dokter
untuk memberikan pertolongan gawat darurat dapat gugur
pada pasien yang telah mendapat keputusan medis DNR yang
diberikan pada pasien paliatif
Menunda sesuatu yang
baik sama dengan
menunda kesuksesanmu

More Related Content

What's hot

Manajemen icu
Manajemen icuManajemen icu
Manajemen icu
Maf ID
 
Aplikasi perhitungan tenaga keperawatan need (douglas)
Aplikasi perhitungan tenaga keperawatan need (douglas)Aplikasi perhitungan tenaga keperawatan need (douglas)
Aplikasi perhitungan tenaga keperawatan need (douglas)
Yabniel Lit Jingga
 
Perawatan paliatif
Perawatan paliatif Perawatan paliatif
Perawatan paliatif
Agus Prayogi
 

What's hot (20)

BALUT DAN BIDAI
BALUT DAN BIDAIBALUT DAN BIDAI
BALUT DAN BIDAI
 
(10) audit informasi klinis
(10) audit  informasi   klinis(10) audit  informasi   klinis
(10) audit informasi klinis
 
Manajemen icu
Manajemen icuManajemen icu
Manajemen icu
 
Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatanEvaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan
 
Metode Pemberian Asuhan Keperawatan atau Metode Penugasan Asuhan Keperawatan
Metode Pemberian Asuhan Keperawatan atau Metode Penugasan Asuhan KeperawatanMetode Pemberian Asuhan Keperawatan atau Metode Penugasan Asuhan Keperawatan
Metode Pemberian Asuhan Keperawatan atau Metode Penugasan Asuhan Keperawatan
 
Aplikasi perhitungan tenaga keperawatan need (douglas)
Aplikasi perhitungan tenaga keperawatan need (douglas)Aplikasi perhitungan tenaga keperawatan need (douglas)
Aplikasi perhitungan tenaga keperawatan need (douglas)
 
Askep gadar
Askep gadarAskep gadar
Askep gadar
 
Sop vulva hygiene
Sop vulva hygieneSop vulva hygiene
Sop vulva hygiene
 
PERAWATAN PALIATIF Oleh Purwaningsih
PERAWATAN PALIATIF Oleh PurwaningsihPERAWATAN PALIATIF Oleh Purwaningsih
PERAWATAN PALIATIF Oleh Purwaningsih
 
Operan (timbang terima) Management Keperawatan
Operan (timbang terima) Management KeperawatanOperan (timbang terima) Management Keperawatan
Operan (timbang terima) Management Keperawatan
 
Stabilisasi
StabilisasiStabilisasi
Stabilisasi
 
Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety)Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety)
Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety)
 
Askep hipertensi
Askep hipertensiAskep hipertensi
Askep hipertensi
 
Perawatan paliatif
Perawatan paliatif Perawatan paliatif
Perawatan paliatif
 
Transportasi korban gawat darurat
Transportasi korban gawat daruratTransportasi korban gawat darurat
Transportasi korban gawat darurat
 
manajemen keperawatan MPKP
manajemen keperawatan MPKPmanajemen keperawatan MPKP
manajemen keperawatan MPKP
 
Perawatan Luka
Perawatan LukaPerawatan Luka
Perawatan Luka
 
Spo pendaftaran-pasien-rawat-inap
Spo pendaftaran-pasien-rawat-inapSpo pendaftaran-pasien-rawat-inap
Spo pendaftaran-pasien-rawat-inap
 
ESAP TENTANG fungsi keluarga
ESAP TENTANG fungsi keluargaESAP TENTANG fungsi keluarga
ESAP TENTANG fungsi keluarga
 
Kb 1 triage
Kb 1 triageKb 1 triage
Kb 1 triage
 

Similar to 1. Trend Issue End of Life.pptx

ISSUE END OF LIFE (DNR).pptx
ISSUE END OF LIFE (DNR).pptxISSUE END OF LIFE (DNR).pptx
ISSUE END OF LIFE (DNR).pptx
ThaRie2
 
A. INFOMRED CONCENT.docx
A. INFOMRED CONCENT.docxA. INFOMRED CONCENT.docx
A. INFOMRED CONCENT.docx
YogiAndrew
 
Withdrawing & Withholding Life Supports
Withdrawing & Withholding Life SupportsWithdrawing & Withholding Life Supports
Withdrawing & Withholding Life Supports
ari purwahyudi nugroho
 
Keperawatan perioperatif (2)
Keperawatan perioperatif (2)Keperawatan perioperatif (2)
Keperawatan perioperatif (2)
conesti08com
 
hubungan etika, disiplin, dan hukum kedokteran dengan tindakan dokter
hubungan etika, disiplin, dan hukum kedokteran dengan tindakan dokterhubungan etika, disiplin, dan hukum kedokteran dengan tindakan dokter
hubungan etika, disiplin, dan hukum kedokteran dengan tindakan dokter
Letitia Kale
 
Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3
Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3
Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3
Height Corporation
 

Similar to 1. Trend Issue End of Life.pptx (20)

ISSUE END OF LIFE (DNR).pptx
ISSUE END OF LIFE (DNR).pptxISSUE END OF LIFE (DNR).pptx
ISSUE END OF LIFE (DNR).pptx
 
Informed consent.2222
Informed consent.2222Informed consent.2222
Informed consent.2222
 
Persetujuan Tindakan Medis
Persetujuan Tindakan MedisPersetujuan Tindakan Medis
Persetujuan Tindakan Medis
 
2023 PRINSIP PP DAN ETIKA KEMKES dr. Maria.pptx
2023 PRINSIP PP DAN ETIKA KEMKES dr. Maria.pptx2023 PRINSIP PP DAN ETIKA KEMKES dr. Maria.pptx
2023 PRINSIP PP DAN ETIKA KEMKES dr. Maria.pptx
 
691 757-1-pb
691 757-1-pb691 757-1-pb
691 757-1-pb
 
Dwi AKPER PEMKAB MUNA
Dwi  AKPER PEMKAB MUNA Dwi  AKPER PEMKAB MUNA
Dwi AKPER PEMKAB MUNA
 
Jurnal manajemen pelayanan kesehatan
Jurnal manajemen pelayanan kesehatanJurnal manajemen pelayanan kesehatan
Jurnal manajemen pelayanan kesehatan
 
A. INFOMRED CONCENT.docx
A. INFOMRED CONCENT.docxA. INFOMRED CONCENT.docx
A. INFOMRED CONCENT.docx
 
Pertimbangan Hukum.pdf
Pertimbangan Hukum.pdfPertimbangan Hukum.pdf
Pertimbangan Hukum.pdf
 
fdokumen.com_legal-etik-keperawatan-gadar.pptx
fdokumen.com_legal-etik-keperawatan-gadar.pptxfdokumen.com_legal-etik-keperawatan-gadar.pptx
fdokumen.com_legal-etik-keperawatan-gadar.pptx
 
Withdrawing & Withholding Life Supports
Withdrawing & Withholding Life SupportsWithdrawing & Withholding Life Supports
Withdrawing & Withholding Life Supports
 
Informed consent
Informed consentInformed consent
Informed consent
 
DISKUSI PLENO (2).pptx
DISKUSI PLENO (2).pptxDISKUSI PLENO (2).pptx
DISKUSI PLENO (2).pptx
 
Keperawatan perioperatif (2)
Keperawatan perioperatif (2)Keperawatan perioperatif (2)
Keperawatan perioperatif (2)
 
hubungan etika, disiplin, dan hukum kedokteran dengan tindakan dokter
hubungan etika, disiplin, dan hukum kedokteran dengan tindakan dokterhubungan etika, disiplin, dan hukum kedokteran dengan tindakan dokter
hubungan etika, disiplin, dan hukum kedokteran dengan tindakan dokter
 
Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3
Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3
Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3
 
Bab 3 UKP.pptx
Bab 3 UKP.pptxBab 3 UKP.pptx
Bab 3 UKP.pptx
 
ISU END OF LIFE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT pptx.pptx
ISU END OF LIFE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT pptx.pptxISU END OF LIFE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT pptx.pptx
ISU END OF LIFE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT pptx.pptx
 
3-6peran komunikasi farmasi..ppt
3-6peran komunikasi farmasi..ppt3-6peran komunikasi farmasi..ppt
3-6peran komunikasi farmasi..ppt
 
BAB 3 UKP (revisi 16 Juni).pdf
BAB 3 UKP (revisi 16 Juni).pdfBAB 3 UKP (revisi 16 Juni).pdf
BAB 3 UKP (revisi 16 Juni).pdf
 

Recently uploaded

PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
hurufd86
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
andi861789
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
wisanggeni19
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
NadrohSitepu1
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 

Recently uploaded (20)

PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 

1. Trend Issue End of Life.pptx

  • 1. Trend Issue End of Life (Do Not Resusitation) Nurul Laili,S.Kep.Ns.,M.Kep
  • 2. Keperawatan Gawat Darurat DNR disebut juga sebagai do not attempt resuscitation (DNAR), do not attempt cardiopulmonary resuscitation (DNACPR), atau allow natural death (AND). Kondisi pro dan kontra, sehingga perlu dikaji dari segi bioetik dan medikolegal secara hati-hati terhadap masing-masing kasus. .
  • 3. Do not resuscitate (DNR) DNR adalah perintah untuk tidak melakukan resusitasi jantung paru pada pasien henti jantung. Perdebatan mengenai aspek hukum DNR masih terus berlaku.
  • 4. Negara Inggris mengemukakan bahwa orang yang diberikan label DNR memiliki kemungkinan akan ditelantarkan dan tidak diberikan penatalaksanaan yang layak. Selain itu, ada pasien yang memiliki keinginan euthanasia, terutama pasien dewasa yang kompeten tetapi menolak RJP secara irasional. Aspek Keadilan Beberapa negara menetapkan hukum yang melarang DNR atas beberapa pertimbangan. Di Cina dan Korea Selatan, DNR dilarang berdasarkan asas keadilan bahwa tindakan pengobatan, termasuk RJP harus dilakukan sama pada setiap orang dalam kondisi dan tempat yang sama.
  • 5. Aspek Etis dan Agama Aspek lain yang banyak digunakan untuk menolak DNR adalah aspek etis dan agama. Agama tidak memberikan kuasa pada manusia untuk dapat menentukan hidup dan mati seseorang, sedangkan keputusan DNR dianggap dapat menentukan hidup dan mati seseorang.
  • 6. Pro Tindakan DNR Beberapa pertimbangan yang digunakan kelompok pro terhadap DNR adalah aspek legal dan etis. Rekomendasi American Heart Association (AHA), sebagai salah satu panduan yang banyak digunakan di seluruh dunia, menyatakan bahwa RJP tidak diindikasikan pada semua pasien. RJP tidak perlu dilakukan pada pasien dengan kondisi terminal, penyakit irreversible, dan penyakit dengan prognosis kematian hampir pasti.
  • 7. Aspek Legal Beberapa organisasi profesi, seperti organisasi profesi perawat dan dokter anestesi, memiliki konsensus yang mendukung hak pasien akan dirinya sendiri. Pasien yang dinyatakan dewasa secara hukum dan kompeten berhak menolak pengobatan, termasuk prosedur untuk menyelamatkan hidup mereka.
  • 8. Setelah mendapat informasi lengkap dan memahami betul implikasi keputusannya, maka pasien dapat menolak suatu terapi. Perintah DNR dianggap sebagai dokumen medis legal yang mencerminkan keputusan dan keinginan pasien untuk menghindari upaya dalam mempertahankan kehidupan.
  • 9. Aspek Etis Pandangan etis terhadap DNR juga dipakai sebagai alasan pembenaran tindakan tersebut. Melakukan RJP harus mempertimbangan 4 kaidah bioetika, yaitu: 1. Asas manfaat (beneficence), 2. Prinsip do no harm (nonmaleficence) 3. Perlakuan yang adil (justice) 4. Hak otonomi pasien (autonomy) Selain itu, beberapa pandangan agama juga membenarkan dilakukannya DNR, terutama bila RJP tidak akan memberikan hasil yang terbaik dan justru menambah beban pasien dan keluarga.
  • 10. Keputusan Medis Perintah DNR dapat juga merupakan bagian dari keputusan medis. Bila tim medis percaya bahwa RJP tidak akan berhasil, maka RJP tidak perlu dimulai karena dokter dapat menghentikan perawatan yang dianggap sia-sia (futile care). Hal ini memerlukan keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan dokter dan tim medis lainnya. Keputusan DNR harus dipandang sebagai bagian dari upaya resusitasi pasien.
  • 11. Kajian Etik Pada DNR Keputusan DNR dianggap sebagai bagian dari upaya resusitasi pasien. Oleh karena itu, prinsip etik harus berdasarkan pengkajian terhadap keseluruhan upaya RJP, termasuk mempertimbangkan kondisi lingkungan sekitar. Misalnya, orang Asia sangat menekankan pada keputusan kelompok/keluarga, sedangkan orang di Amerika Serikat lebih menekankan pada prinsip otonomi individual.
  • 12. Prinsip Bioetika Beneficence Beneficence adalah prinsip keuntungan dalam upaya pemulihan pasien. Pada prinsip ini, RJP dipandang bermanfaat sebagai upaya pemulihan kesehatan dan fungsi organ untuk meringankan kesakitan dan penderitaan pasien. RJP sangat efektif jika dilakukan pada pasien henti jantung yang disebabkan gangguan jantung. RJP jarang memperbaiki kondisi pasien gagal ginjal, kanker, atau penyakit kronis lain. Penyebab irreversible, seperti syok berkepanjangan, merupakan indikasi untuk tidak melakukan RJP. Namun, perlu diingat bahwa usia tua bukanlah kontraindikasi dilakukan RJP.
  • 13. Prinsip Bioetika Non Maleficence Non maleficence atau do no harm adalah prinsip mencegah kesakitan pasien meningkat akibat terapi yang diberikan. Tindakan RJP berkepanjangan atau RJP yang diberikan terlambat dapat menyebabkan kesakitan lebih lanjut pada pasien. Pasien dapat bertahan hidup tetapi berada dalam kondisi koma persisten, atau status vegetatif. Berdasarkan prinsip ini, RJP dapat dihentikan jika kerugiannya lebih besar daripada keuntungan.
  • 14. Prinsip Bioetika Otonomi Hak otonomi pasien harus dihormati secara etik, bahkan secara legal. Dalam menggunakan hak otonominya, pasien harus dipastikan layak untuk memutuskan setuju atau tidak dalam suatu tindakan medis, termasuk RJP.
  • 15. Prinsip Bioetika Otonomi Pasien dianggap dewasa sesuai dengan peraturan negara, yakni berusia 18 tahun. Dokter wajib mendapatkan informed consent, sebagai bukti bahwa pasien telah menerima dan memahami informasi terkait kondisi penyakit, prognosis, tindakan medis yang diusulkan, tindakan alternatif, risiko, dan manfaat dari masing-masing pilihan. Baik edukasi maupun penjelasan yang diberikan kepada pasien harus menjadi dasar shared decision making.
  • 16. Prinsip Bioetika Otonomi Jika kapasitas pasien menurun akibat obat- obatan atau komorbid, maka kondisinya harus dikembalikan terlebih dahulu hingga mampu memberikan keputusan. Pada kondisi kegawatdaruratan dan pasien belum sempat mengambil keputusan, maka pilihan yang bijaksana adalah dokter memberikan perawatan medis sesuai standar.
  • 17. Prinsip Bioetika Keadilan Prinsip keadilan menjamin hak-hak pasien terpenuhi, dengan menyeimbangkan tujuan pribadi dan sosial. Prinsip keadilan diperlukan untuk mengurangi ketidaksamaan perlakuan pada pasien
  • 18. Prinsip Bioetika Keadilan Keputusan DNR dianggap sebagai bagian dari upaya resusitasi pasien. Oleh karena itu, prinsip etik harus berdasarkan pengkajian terhadap keseluruhan upaya RJP, termasuk mempertimbangkan kondisi lingkungan sekitar. Misalnya, orang Asia sangat menekankan pada keputusan kelompok/keluarga, sedangkan orang di Amerika Serikat lebih menekankan pada prinsip otonomi individual.
  • 19. Hukum Terkait DNR di Indonesia Belum ada peraturan yang secara jelas mengatur DNR di Indonesia. Dasar perundang-undangan yang banyak digunakan sebagai landasan dalam mempertahankan kehidupan manusia adalah UUD 1945 pasal 28A perubahan kedua, yaitu setiap orang berhak hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.
  • 20. Hukum Persetujuan Pasien Pelaksanaan setiap tindakan kedokteran di Indonesia harus didasarkan pada persetujuan pasien, setelah mendengarkan penjelasan yang cukup oleh dokter. Hal ini tertulis pada Undang-Undang no. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 39: Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara dokter atau dokter gigi dengan pasien, dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan
  • 21. Hukum Persetujuan Pasien Diperkuat dengan pasal 45: Ayat (1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan. Ayat (2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat penjelasan secara lengkap.
  • 22. Hukum Tindakan Kegawatdaruratan Pada kondisi gawat darurat, tindakan untuk menyelamatkan nyawa sering dilakukan bersama atau sebelum mendapatkan persetujuan tindakan. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) pasal 17: Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas peri kemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
  • 23. Hukum Tindakan Kegawatdaruratan Pada penjelasan pasal 17, dinyatakan bahwa salah satu alasan yang dapat menggugurkan kewajiban dokter untuk memberikan pertolongan gawat darurat adalah pada pasien yang telah mendapat keputusan medis DNR yang diberikan pada pasien paliatif
  • 24. Hukum Khusus DNR Saat ini belum ada kepastian hukum yang khusus mengatur DNR. Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) no. 37 tahun 2014 mengenai penentuan kematian dan pemanfaatan organ memiliki bab dan pasal terkait penghentian atau penundaan terapi bantuan hidup
  • 25. Hukum Khusus DNR Pada dasarnya, penghentian dan penundaan terapi bantuan hidup harus diputuskan oleh tim dokter yang menangani pasien, setelah berkonsultasi dengan tim dokter yang ditunjuk oleh Komite Medik atau Komite Etik. Keluarga pasien dapat meminta hal ini, tetapi harus dengan syarat tertentu di antaranya pasien telah mewasiatkan pesannya
  • 26. Hukum Khusus DNR Penghentian atau penundaan terapi bantuan hidup dapat dilakukan pada pasien dengan penyakit yang tidak dapat disembuhkan lagi (terminal state), atau tindakan medis sudah sia-sia (futile care)
  • 27. Pelaksanaan DNR Pada pelaksanaannya, DNR pada dasarnya adalah permintaan pasien atas kepentingan dirinya. Persetujuan DNR harus dilakukan dengan mempertimbangkan segala aspek, terutama untung rugi sebuah upaya penyelamatan. DNR hanya dilakukan untuk melindungi otonomi pasien, dan mencegah bahaya lebih lanjut pada pasien.
  • 28. Pelaksanaan DNR Penilaian ketidakberhasilan terapi oleh dokter tidak serta merta menjadi alasan DNR. Penilaian kesia-siaan sepihak oleh dokter tidak menjadi prioritas jika dibandingkan dengan keputusan keluarga. Oleh karena itu, pelaksanaan DNR membutuhkan upaya komunikasi dan dokumentasi.
  • 29. Upaya Komunikasi Tidak ada waktu yang paling tepat untuk mendiskusikan DNR dengan pasien, karena seringkali pasien dan keluarga mempercayakan keputusan dokter. Namun, dokter harus mempertimbangkan kondisi dan kesiapan pasien menerima informasi tersebut. Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dalam pengambilan keputusan DNR. Perlu diketahui bahwa pemahaman dokter atau tenaga medis mengenai DNR tidak sama dengan apa yang pasien dan keluarganya pahami. Beberapa pasien mungkin memahami DNR sebagai penolakan pemberian obat-obatan. Dokter harus menjelaskan bahwa DNR berarti tidak akan dilakukan RJP bila terjadi kasus henti nafas dan henti jantung, sehingga pasien tetap mendapatkan terapi maksimal termasuk perawatan intensif jika diperlukan.
  • 30. Upaya Dokumentasi Setelah komunikasi yang baik, pasien akan dapat memberikan keputusan bersama dokter. Hasil keputusan tersebut harus didokumentasikan secara baik. DNR harus dituliskan dengan jelas pada status pasien, termasuk detail diskusi yang terjadi dan kesimpulan yang diambil. Penjelasan dokter, pertanyaan pasien, serta jawabannya harus dituliskan dalam rekam medis
  • 31. Upaya Dokumentasi Dokumen DNR harus memuat tindakan dan obat yang ditolak pasien, lengkap dengan hal-hal pengecualian. Misalnya, pasien menolak untuk dilakukan RJP dan pemberian obat bantuan hidup saat mengalami henti jantung, kecuali henti jantung yang disebabkan komplikasi prosedur, seperti syok anafilaksis akibat penggunaan obat/ zat dan komplikasi kateterisasi jantung.
  • 32. Upaya Dokumentasi Pendokumentasian harus diikuti dengan pemberian tanda khusus, yang dapat dikenali oleh semua petugas kesehatan.
  • 33. Keputusan DNR Tidak Kaku Keputusan DNR tidak bersifat kaku. Bila dalam perjalanan penyakitnya pasien berkeinginan mengubah keputusannya, maka pendokumentasian harus dilakukan dengan baik. Revisi keputusan DNR harus diketahui oleh semua dokter dan petugas kesehatan yang merawat pasien, misalnya dengan menarik tanda khusus sebelumnya.
  • 34. Kesimpulan Do not resuscitate (DNR) adalah perintah untuk tidak melakukan upaya penyelamatan pasien henti jantung dengan melakukan resusitasi jantung paru (RJP). Keputusan DNR perlu dikaji dari segi bioetik dan medikolegal secara hati-hati terhadap masing-masing kasus.
  • 35. Kesimpulan RJP harus mempertimbangan 4 kaidah bioetika, yaitu asas manfaat (beneficence), prinsip do no harm (non maleficence), perlakuan yang adil (justice), dan hak otonomi pasien (autonomy). Oleh karena itu perintah DNR dapat menjadi bagian keputusan medis, di mana RJP tidak perlu dimulai jika perawatan dianggap sia-sia (futile care).
  • 36. Kesimpulan Pelaksanaan DNR pada dasarnya adalah permintaan pasien atas kepentingan dirinya. DNR hanya dilakukan untuk melindungi otonomi pasien, dan mencegah bahaya lebih lanjut pada pasien.
  • 37. Kesimpulan Di Indonesia, tidak ada kepastian hukum yang khusus mengatur DNR. Berbagai hukum dan undang-undang yang berlaku menyebutkan bahwa setiap orang berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya, setiap tindakan medis harus berdasarkan kesepakatan antara dokter dengan pasien, dan setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas peri kemanusiaan. Namun kewajiban dokter untuk memberikan pertolongan gawat darurat dapat gugur pada pasien yang telah mendapat keputusan medis DNR yang diberikan pada pasien paliatif
  • 38. Menunda sesuatu yang baik sama dengan menunda kesuksesanmu