2. LATAR BELAKANG
Dalam pelayanan kesehatan baik di rumah sakit
maupun di luar rumah sakit tidak tertutup
kemungkinan timbul konflik. Konflik tersebut dapat
terjadi antara tenaga kesehatan dengan pasien dan
antara sesama tenaga kesehatan (baik satu profesi
maupun antar profesi). Hal yang lebih khusus
adalah dalam penanganan gawat darurat fase pra-
rumah sakit terlibat pula unsur-unsur masyarakat
non-tenaga kesehatan. Untuk mencegah dan
mengatasi konflik biasanya digunakan etika dan
norma hukum yang mempunyai tolok ukur masing-
masing. Oleh karena itu dalam praktik harus
diterapkan dalam dimensi yang berbeda. Artinya
pada saat kita berbicara masalah hukum, tolok ukur
3. DEFINISI DAN KONSEP MAYOR
Dilema etik dalam keperawatan kritis merupakan
suatu tindakan yang harus diputuskan oleh perawat
dalam menangani kasus pasien perawatan kritis
dengan tidak mengesampingkan nilai-nilai yang
dipegang oleh keluarga. Dilema Etik tersebut
biasanya melibatkan masalah dua atau lebih
landasan moral atau tindakan tetapi tidak dapat
dilakukan keduanya.
4. KERANGKA PROSES PEMECAHAN
MASALAH DILEMA ETIK
Langkah penyelesaian dilema etik adalah :
Pengkajian
Perencanaan
Implementasi
Evaluasi
5. PRINSIP-PRINSIP MORAL YANG HARUS
DITERAPKAN OLEH PERAWAT DALAM
PENYELESAIAN MASALAH DILEMA ETIS.
1. Otonomi (Autonomy)
2. Berbuat baik (Beneficience)
3. Keadilan (Justice)
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
5. Kejujuran (Veracity)
6. Menepati janji (Fidelity)
7. Karahasiaan (Confidentiality)
8. Akuntabilitas (Accountability)
6. TANGGUNG JAWAB LEGAL ETIK DALAM
KEPERAWATAN KRITIS
1. Lisensi
Perawat yang terlibat dalam keperawatn kritis harus
memiliki lisensi sebagai standar bahwa perawat
tersebut dapat bertanggung jawab dan
bertanggung gugat terhadap pasien yang
ditangani.
2. Tuntutan perkara
Perawat dalam melaksanakan perawatan kritis
harus memperhatikan segala prosedur yang
ada. Ketika perawat tidak dapat melaksanakan
tugas dengan benar maka akan terjadi tuntutan
atau masalah-masalah hukum.
7. MASALAH ETIKA DAN LEGAL KEPERAWATAN
GADAR
1. Keputusan mengenai tindakan mempertahankan
hidup
2. Transplantasi Organ dan jaringan
8. KASUS
Ny. N berusia 30 tahun dalam keadaan sehat,
merasa tersentuh hatinya untuk dapat menolong
orang lain yang membutuhkan pertolongan, jika
harus menunggu pendonor lain maka akan
memerlukan waktu yang lama sedangkan pasien
membutuhkan tranplantasi ginjal secepatnya.
Keptusan Ny. N tersebut juga sudah mendapat izin
dari keluarga Ny. N. Kemudian karena keadaan
itulah mau mendonorkan ginjalnya pada Tn. S
seorang pasien yang sedang kritis, pasien tersebut
mengalami kerusakan kedua ginjalnya dan
keadaannya sekarang sedang koma, jadi
dibutuhkan tindakan segera untuk tranplantasi
ginjal yang baru. Namun keluarga pasien menolak
9. Analisis masalah:
Mengidentifikasi dan mengembangkan data dasar
Ny. N berusia 30 tahun dalam keadaan sehat,
merasa tersentuh hatinya untuk dapat menolong
orang lain yang membutuhkan pertolongan, jika harus
menunggu pendonor lain maka akan memerlukan
waktu yang lama sedangkan pasien membutuhkan
tranplantasi ginjal secepatnya. Sedangkan si resipien
Tn. S sangat membutuhkan donor ginjal dengan
cepat untuk dapat bertahan hidup.
10. Mengidentifikasi munculnya konflik
Konflik yang terjadi adalah pertama, tranplantasi
ginjal yang dilakukan oleh pendonor yang masih
hidup akan bertentangan dari sudut agama,
menurut pengamat agama Islam tidak
membenarkan (melarang), karena : Kaidah hukum
Islam menghindari kerusakan / risiko didahulukan
atas menarik kemaslahatan. Misalnya, menolong
orang dengan cara mengorbankan dirinya sendiri
yang bisa berakibat fatal bagi dirinya, tidak
diperbolehkan oleh Islam.
kedua apabila tidak memenuhi keinginan Ny.N
maka akan melanggar hak-hak klien dalam
memperpanjang kelangsungan hidup Tn.S yang
11. Menentukan tindakan alternatif yang direncanakan
Setuju dengan permintaan dari Ny.N dan hal
tersebut jelas bertentangan jika dipandang dari segi
agama namun disisi lain nyawa pasien Tn. S dapat
tertolong.
Tidak melakukan tranplantasi ginjal sesuai dengan
permintaan keluarga pasien yang tidak mau
bertentangan dengan kaidah islam namun dengan
resiko nyawa pasien Tn.S sedikit harapan untuk
diselamatkan.
12. Menjelaskan kewajiban perawat
Kewajiban perawat seperti yang dialami oleh Tn. S
adalah tetap menerapkan asuhan keperawatan
sebagai berikut: memenuhi kebutuhan dasar klien
sesuai harkat dan martabatnya sebagai manusia,
mengupayakan suport sistem yang optimal bagi
klien seperti keluarga, teman terdekat, dan peer
group. Selain itu perawat tetap harus
menginformasikan setiap perkembangan dan
tindakan yang dilakukan sesuai dengan
kewenangan perawat. Perawat tetap
mengkomunikasikan kondisi klien dengan tim
kesehatan yang terlibat dalam perawatan klien
Tn.S
13. Mengambil keputusan yang tepat
Dalam hal ini dapat diambil sebuah penyelesaian
bahwa akan tetap dilakukan tranplantasi organ
ginjal pada Tn. S dengan mengacu pada peraturan
tranplantasi organ pasal 34 ayat 2 : Pengambilan
organ dan atau jaringan tubuh dari seorang donor
harus memperhatikan kesehatan donor yang
bersangkutan dan ada persetujuan ahli waris atau
keluarganya. Bila sudah tidak ada alternatif lain
14. Aspek Hukum Transplantasi Organ
Dari segi hukum, transplantasi organ,jaringan dan
sel tubuh dipandang sebagai suatu hal yang mulia
dalam upaya menyehatkan dan mensejahterakan
manusia,walaupun ini adalah suatu perbuatan yang
melawan hukum pidana yaitu tindak pidana
penganiayaan, tetapi mendapat pengecualian
hukuman, maka perbuatan tersebut tidak lagi
diancam pidana, dan dapat dibenarkan.