Ijtihad adalah upaya memahami dan menilai masalah hukum berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis untuk menetapkan hukum, khususnya masalah-masalah baru. Ijtihad dilakukan oleh mujtahid yang memiliki pengetahuan mendalam tentang agama.
3. Ijtihad adalah derivasi dari kata “jahada” yang
berarti berusaha sungguh-sungguh.
Dalam pengertian terminologi (istilah) hukum,
ijtihad adalah berusaha sekeras-kerasnya untuk
membentuk penilaian yang bebas tentang
sesuatu masalah hukum.
Ijtihad merupakan pekerjaan akal dalam
memahami masalah dan menilainya berdasarkan
isyarat-isyarat Al-Qur’an dan Sunnah/Hadis,
kemudian menetapkan kesimpulan mengenai
hukum masalah tersebut.
4. Ijtihad sebagai upaya mencurahkan segenap
kemampuan untuk merumuskan hukum
syara’ dengan cara itstinbat dari Al-Qur’an
dan Sunnah. Maksudnya menggunakan
segenap kemampuan ta’aqquli atau rasional
guna merumuskan hukum yang tidak disebut
secara eksplisit pada Al-Qur’an dan Sunnah.
Ijtihad merupakan proses penelitian hukum
secara ilmiah berdasarkan Al-Qur’an dan
Sunnah.
5. Obyek ijtihad adalah perbuatan yang secara
eksplisit tidak terdapat dalam Al-Qur’an dan
Sunnah. Misalnya: masalah-masalah dewasa
ini di bidang hubungan keuangan dan
ekonomi, bidang ilmu pengetahuan, dan
bidang kedokteran.
Ijtihad tidak berlaku bagi perumusan hukum
aktivitas ibadah formal kepada Allah, seperti
shalat, puasa, zakat, haji. Hal ini disebabkan
ibadah-ibadah tersebut telah dicontohkan
secara formal oleh Rasulullah SAW.
6. Qiyas (reasoning by analogy), yaitu menerapkan
hukum perbuatan tertentu kepada perbuatan lain
yang memiliki kesamaan. Misalnya: Al-Qur’an
melarang jual beli ketika jum’at dan hukum
perbuatan selain dagang karena sama-sama
mengganggu shalat jum’at.
Istihsan, yaitu menetapkan hukum suatu
perbuatan berdasarkan prinsip-prinsip umum
ajaran Islam, seperti prinsip keadilan dan kasih
sayang. Misalnya: seseorang bercerai karena
perbedaan agama.
7. Masalihul Mursalah,yaitu menetapkan hukum
berdasarkan tinjauan kegunaan atau
kemanfaatannya sesuai dengan tujuan
syariat. Misalnya: seseorang yang mencuri
karena perutnya lapar atau seorang isteri
yang mengambil harta suaminya untuk
keperluan makan anak-anaknya karena
suaminya tidak memberikan belanja
dibolehkan, meskipun hukum dasarnya
mencuri adalah dosa.
8. Merespon berbagai persoalan keagamaan
yang muncul di zaman modern.
Memudahkan umat Islam dalam
mengamalkan ajaran agama karena prinsip
ajaran agama adalah memberikan
kemudahan, bukan menyulitkan.
Mengembangkan lapangan kajian ilmu
pengetahuan.
9. Mengetahuai Al-Qur’an al-Karim
Mengetahui Sunnah/Hadis
Mengetahui Bahasa Arab
Mengetahui tempat-tempat Ijma’
(kesepakatan ulama)
Mengetahui Ushul Fiqh (Kaidah-kaidah
Hukum)
Mengetahui Maksud-maksud Syari’ah
Mengenal Manusia dan Sekitarnya
Bersifat Adil dan Taqwa