1. IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU TERPADU DALAM
MANAJEMEN SEKOLAH
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan limpahan
rahmat, anugerah, dan kekuatan kepada penyusun sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Proses penyusunannya sempat mengalami beberapa kendala. Namun, berkat kesungguhan dan
kerja keras penyusun dan dorongan dari berbagai pihak, kendala-kendala tersebut dapat diatasi.
Makalah ini berjudul “Implementasi TQM dalam Manajemen Sekolah“. Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan. Kami telah berusaha
menyusun makalah ini sebaik-baiknya, tetapi kekurangan dan kesalahan pasti ada. Atas dasar
kenyataan tersebut, saran, dan kritik yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih
baik sangat diharapkan dan diterima penyusun dengan tangan terbuka.
Singaraja, 16 November 2016
Penyusun
2. DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………….....……………......i
KATA PENGANTAR……………………………………………………….....…….…......ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….....…..........iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..……………………………………………………………......…......1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………….............1
1.3 Tujuan…………………………………………………...…………………................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (MMT) di Sekolah………...………….......2
2.2 Manajemen mutu yang mencakup input, proses dan output dalam pendidikan...........4
2.3 Manfaat Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (MMT) di Sekolah……………...6
2.4 Kendala-kendala Implementasi MMT……………………..................................…....6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..............8
3.2 Saran…………………………………………………………………………............8
DAFTAR PUSTAKA
3. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen mutu terpadu merupakan proses perbaikan secara terus menerus atau
berkesinambungan yang dilakukan oleh sekolah dalam rangka mencapai sekolah yang bermutu.
Kepala sekolah sebagai manajemen puncak memegang berperan penting dalam suksesnya
pelaksanaan implementasi manajemen mutu terpadu (MMT) di sekolah. Konsep sekolah
bermutu (unggul) perlu ada dalam konsep setiap kepala sekolah.
Kepala Sekolah perlu memahami MMT sebagai suatu falsafah, metode, teknik dan strategi
manajemen untuk perbaikan mutu sekolah, karena kinerja organisasi sekolah senantiasa dinilai
masyarakat dalam situasi yang semakin maju seperti sekarang ini. Kepala Sekolah dan para guru
perlu memahami harapan masyarakat terhadap sekolahnya. Apa hakikat dari keberadaan sekolah
yang diharapkan masyarakat? Bagaimana membuat sekolah menjadi efektif agar harapan
pelanggan pendidikan tercapai? Jawabannya yaitu dengan cara mengimplementasi manajemen
mutu terpadu di sekolah.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana implementasi manajemen mutu terpadu di sekolah?
2) Bagaimana manajemen mutu yang mencakup input, proses dan output dalam pendidikan?
3) Apakah manfaat implementasi manajemen mutu terpadu di sekolah?
4) Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi MMT?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui bagaimana implementasi manajemen mutu terpadu di sekolah.
2) Untuk mengetahui bagaimana manajemen mutu yang mencakup input, proses dan output
dalam pendidikan.
3) Untuk mengetahui manfaat implementasi manajemen mutu terpadu di sekolah?
4) Untuk mengetahui apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi MMT.
4. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (MMT) di Sekolah
Pada dasarnya MMT dalam dunia pendidikan menurut frankin P. schargel (1994:2) dalam
buku Syafarudin (2002: 35 ) dikatakan bahwa Total qulity management education is process
wich involves focusing on meeting and exceeding custumer expectations, continous impruvment,
sharing responsibilities with employess, and reducasing scraf and rework. Artinya bahwa mutu
terpadu pendidikan dipahami sebagai suatu proses yang meilibatkan pemusatan pada pencapaian
kepuasan harapan pelanggan pendidikan, perbaikan terus menerus, pembagian tanggung jawab,
dengan para pegawai, dan pengurangan pekerjaan tersisa dan pengerjaan kembali.
Prinsip dasar manajemen mutu terdiri dari 8 butir, sebagai berikut:
1. Setiap orang memiliki pelanggan.
a. Pelanggan Primer
Pelanggan primer dalam dunia pendidikan adalah mereka yang langsung menerima
jasa pendidikan. Pelanggan primer ini adalah peserta didik/siswa yang berada di
lembaga pendidikan tersebut.
b. Pelanggan Sekunder
Pelanggan sekunder dalam lembaga pendidikan ini adalah mereka yang mendukung
adanya pendidikan tersebut. Mereka adalah orang tua dan pemerintah.
c. Pelanggan Tersier
Pelanggan tersier dalam lembaga pendidikan adalah mereka yang secara tidak
langsung memiliki andil, tetapi peranannya sangat penting di dalam dunia pendidikan
tersebut. Pelanggan tersier dalam dunia pendidikan ini anatara lain adalah pegawai,
pemerintah dan masyarakat.
2. Setiap orang bekerja dalam sebuah sistem.
3. Semua sistem menunjukkan variasi.
4. Mutu bukan pengeluaran biaya tetapi investasi.
5. Peningkatan mutu harus dilakukan sesuai perencanaan.
6. Peningkatan mutu harus menjadi pandangan hidup.
7. Manajemen berdasarkan fakta dan data.
5. 8. Fokus pengendalian (control) pada proses, dimana bila fokus pengendalian pada proses
akan menghasilkan nilai tambah, sehingga control bukan hanya pada hasil output.
Syarat- syarat MMT dapat berlangsung di sekolah, yaitu:
1. Sekolah harus secara terus menerus melakukan perbaikan mutu produk (output) sehingga
dapat memuaskan para pelanggan baik eksternal maupun internal.
2. Memberikan kepuasan kepada warga sekolah, komite sekolah, penyumbang dana
pendidikan di sekolah tersebut.
3. Memiliki wawasan jauh kedepan.
4. Fokus utama ditujukan pada proses, kemudian baru menyusul hasil.
5. Menciptakan kondisi di mana setiap warga sekolah aktif berpartisipasi dalam menciptakan
keunggulan mutu.
6. Ciptakan kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan dan aktif memotivasi warga
sekolah bukan dengan cara otoriter, sehingga diperoleh suasana yang kondusif bagi
lahirnya ide-ide baru.
7. Rela memberikan ganjaran, pengakuan bagi yang sukses dan mudah memberikan maaf
bagi yang belum berhasil/berbuat salah.
8. Setiap keputusan harus berdasarkan pada data(sesuai dengan keadaan disekolah), baru
berdasarkan pengalaman/ pendapat.
9. Setiap langkah kegiatan harus selalu terukur jelas, sehingga pengawasan lebih mudah.
10. Program pendidikan dan pelatihan hendaknya menjadi urutan utama dalam upaya
peningkatan mutu.
Pada artikel, ” Revolusi mutu di dalam Pendidikan,” Yohanes Burung- jay Bonstingl
menguraikan secara singkat prinsip MMT yang ia percaya dapat mengubah pendidikan di
sekolah. Ia menyebutnya dengan istilah “Empat pilar MTT”, antara lain:
1. Synergistic Relationships /Hubungan Sinergi
Konsep ini menekankan pada ” sistematis pekerjaan yang dilakukan di mana semua waga
sekolah dilibatkan”. Dengan kata lain, kerjasama sekelompok dan kolaborasi adalah sesuatu
yang sangat penting. Konsep sinergi menyatakan bahwa capaian dan produksi ditingkatkan
dengan penyatuan bakat dan pengalaman individu.Prinsip ini menekankan bahwa fokus utama
organisasi sekolah adalah pada pelanggan dan penyalur. Pelanggan utama sekolah merupakan
siswa itu sendiri dan penyalurnya adalah guru. Guru dan siswa adalah tim, dalam artian
6. dibutuhkan kerjasama yang sinergi antara keduanya. Prinsip ini ditujukan agar tercapinya
pengembangan kemampuan minat dan bakat siswa. Di dalam kelas, guru-murid regu adalah tim
. Produk kesuksesan mereka dalam bekerjasama adalah pengembangan kemampuan minat, dan
karakter siswa. Siswa adalah pelanggan guru,sebagai penerima dari jasa bidang pendidikan
untuk peningkatan dan pertumbuhan siswa. Guru dan sekolah adalah para penyalur dari efektif
alat belajar, lingkungan, dan sistem untuk siswa. Sekolah bertanggung jawab untuk menjamin
kelangsungan pendidikan para siswa dalam jangka panjang dengan proses pembelajaran
tentang bagaimana cara belajar dan cara berkomunikasi, bagaimana cara mendapatkan
pekerjaan berkualitas berdasarkan kemampuan yang mereka miliki.
2. Perbaikan Terus Menerus dan Evaluasi Diri
Adanya perbaikan terus menerus, secara individual maupun secara berkelompok baik di
dalam menyeting kualitas sekolah dengan jalan administrator bekerja berkolaborasi dengan
pelanggan dan para guru. MMT menekankan evaluasi diri sebagai bagian dari suatu proses
perbaikan berkelanjutan. Administrator berperan penting sekali dalam upaya perbaikan terus
menerus dengan cara mempertegas disiplin, seperti pengendalian, perintah baik dengan
intimidasi untuk kemajuan sekolah. MMT pendidikan dibutuhkan evaluasi diri
3. Suatu Sistem dari Proses Berkelanjutan
Pilar MMT yang ketiga yang diterapkan di akademis adalah pengenalan organisasi
sebagai sistem dan pekerjaan yang dilaksanakan di dalam organisasi harus dilihat sebagai suatu
proses berkelanjutan. Dalam pilar ketiga MMT pendidikan ini adalah organisasi dianggap
sebuah sistem artinya komponen-komponen sekolah saling mempengaruhi dan saling
ketergantungan. Guru dan siswa merupakan sistem dari sekolah, mutu ditujukan untuk
mengidentifikasi dan memperbaiki komponen-komponen yang mengalami cacat/memerlukan
perbaikan.
4. Kepemimpinan.
Prinsip ini menyatakan bahwa keberhasilan pelaksanaan MMT merupakan tanggung
jawab dari manajemen puncak yaitu kepala sekolah. Implikasi dari pilar keempat ini adalah
kepemimpinan sebagai alat dalam menerapkan manajemen mutu terpadu harus memiliki visi
dan misi atau pandangan jauh yang jelas kedepannya. Aspek kepemimpinan sangat esensial
sekali dalam perkembangan mutu. Kepemimpinan dilihat dari sudut formal yakni kepala
sekolah sebagai pimpinan puncak wajib melakukan perbaikan-perbaikan serta mengendalikan
7. pelaksanaan kegiatan sekolah dan para guru di sekolah harus mampu menetapkan konteks di
mana para siswa dapat secara optimal mencapai potensi mereka melalui dampak dari kemajuan
berkelanjutan yang disebabkan oleh kerja sama antara para guru dan para siswa tersebut.
Table 2.1
Perbandingan Pendidikan Tradisional dan TQE
Komponen Pendidikantradisional TQE
Persepsi
Komitmen Dimiliki oleh paraprofesional Dimiliki olehsetiaporang
Ketepatanpersepsi Setiaporangmengetahui
kebenarannya
Hanya timyang memiliki data
yang mengetahui
kebenarannya
Pemikiran Deduktif Induktif deduktif
Tanggungjawabatas perilaku Dimiliki olehsekolah Dimiliki olehsemuaorang
Masalah ituadalah Personal sekolah,kadangkala
orang tua dan guru
Orang – orang yang paling
dekatdenganmasalahdan
solusinya
Sumberpengetahuan Setiaporang Setiaporang
Pelanggansebenarnyaadalah Murid Komunitas
Inovasi Dugaan Komunitas
Berpikirberbeda Dugaan Sangat menarik
Diaturdenganangka Normal Sangat menarik
Sekolahseperti bisnis Tidak Dugaan nyatasekali
Mutu plusbiaya Mutu itu mahal Mutu itu gratis
Jaminanmutu Tidakada yang pasti Kontrol mututotal
2.2 Manajemen mutu yang mencakup input, proses dan output dalam pendidikan
Secara umum, yang dimaksud mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari
barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang
ditentukan atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu
mencakup input, proses, dan output pendidikan.
Input Pendidikan
Adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya
proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan-harapan
sebagai pemandu bagi berlangsunnya proses. Input sumberdaya meliputi sumberdaya manusia
(kepala sekolah, guru termasuk guru BP, karyawan, siswa) dan sumberdaya selebihnya
8. (peralatan, perlengkapan, uang, bahan, dsb.). Input perangkat lunak meliputi struktur organisasi
sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana, program, dsb. Input harapan-
harapan berupa visi, misi, tujuan, dan sasaran- sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah.
Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu,
tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi tingkat
kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut.
Proses Pendidikan
Merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh
terhadap berlangsungnya proses disebut input sedangkan sesuatu dari hasil proses
disebut output. Dalam pendidikan bersekala mikro (ditingkat sekolah), proses yang dimaksud
adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan
program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa
proses belajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibanding dengan proses- proses lainnya.
Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta
pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan dsb) dilakukan secara
harmonis, sehingganya mampu menciptakan situasi pembelajaran yang
menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan
benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Kata memberdaykan mengandung arti
bahwa peserta didik tidak sekadar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, akan
tetapi pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati, diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari dan lebih penting lagi peserta didik tersebut mampu belajar secara
terus menerus (mampu mengembangkan dirinya).
Output Pendidikan
Adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang
dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya,
efektivitasnya, produktivitasnya, efesiendinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan
moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah, dapat
dijelaskan bahwa output sekolah dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah,
khusunya prestasi belajar siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam: (1) prestasi
akademik, berupa nilai Ujian Semester, Ujian Nasional, karya ilmiah, lomba akademik, dan (2)
9. prestasi non-akademik, seperti misalnya IMTAQ, kejujuran, kesopanan, olah raga, kesnian,
keterampilan kejujuran, dan kegiatan-kegiatan ektsrakurikuler lainnya. Mutu sekolah
dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses) seperti misalnya
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
2.3 Manfaat Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (MMT) di Sekolah
Adapun manfaat dari implementasi manajemen mutu terpadu di sekolah, antara lain:
1. Membantu dalam menggambarkan kembali peran, tujuan dan tanggungjawab sekolah.
Dengan adanya penerapan MMT dalam pendidikan akan membantu memperjelas peranan
masing-masing komponen sekolah. Seperti kepala sekolah, guru dan siswa, serta
masyarakat.
2. Meningkatkan sekolah sebagai ” jalan hidup.” Sebagian orang menganggap bahwa sekolah
hanya sebagai kebutuhan semata tetapi dengan adanya penerapan MMT maka akan
menjadikan sekolah sebagai jalan hidup artinya sekolah merupakan salah satu jalan bagi
mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
3. Memberikan bantuan dalam merencanakan pelatihan kepemimpinan secara menyeluruh
untuk pendidik pada semua tingkatan.
4. Membantu dalam menggunakan riset dan informasi praktis untuk memandu kebijakan dan
pelaksanaan kegiatan di sekolah serta ditujukan untuk adanya perbaikan secara terus
menerus.Hal ini akan berdampak pada adanya upaya penelitian serta adanya penyediaan
informasi mengenai sekolah.
5. Mendesain secara menyeluruh pengembangan anak. Artinya bahwa dengan adanya MMT
akan memberikan manfaat pada desain atau rancangan dalam pengembangan peserta didik.
2.4 Kendala-kendala Implementasi MMT
Jim Clemer sebagaimana dikutip oleh Djamhuri (2001), merinci kendala dalam
menerapkan Manajemen Mutu Terpadu adalah:
1. Lemahnya kepemimpinan dan delegasi wewenang manajemen
Manajeme Mutu Terpadu akan berjalan sesuai dengan sasaran yang didinginkan jika
pemimpin memiliki komitmen terhadap keterlibatan semua pihak. Artinya Manajemen
Mutu Terpadu tidak akan berhasil manakala hanya diserahkan kepada tim tertentu yang
ditunjuk oleh pimpinan, sementara pimpinan langsung menyerahkan program Manajemen
10. Mutu Terpadu tersebut kepada tim yang ditunjuk. Dengan demikian pimpinan dapat
mensosialisasikan perbaikan mutu yang dilakukan oleh pimpinan.
2. Proses pengaturan yang tidak memadai
ProgramManajeme Mutu Terpadu harus mengilhami seluruh kegiatan. Bagi sekolah, maka
seluruh kegiatan akademik (proses belajar mengajar) harus memperoleh perhatian dalam
meningkatkan kualitasnya.
3. Pemilihan pendekatan yang sempit dan dogmatik
Pendekatan yang sempit dan dogmatik tidak dapat secara fleksibel memenuhi tuntutan
perkembangan. Ini berarti ada kemandegan atau bahkan akan terjadi proses status quo.
Pendekatan yang sempit tidak akan memberikan kesempatan bagi peningkatan Manajeme
Mutu Terpadu. Manajeme Mutu Terpadu berorientasi pada pelanggan. Pelanggan memiliki
kepuasan yang selalu berkembang. Oleh karenanya pendekatan dogmatik dan sempit tidak
sesuai dengan kepuasan pelanggan.
4. Kurangnya dukungan sistem informasi dan alat ukur keberhasilan
Lembaga atau oragnisasi termasuk sekolah amat sulit untuk mengetahui adanya
peningkatan kualitas pelayanan di lembaganya, manakala tidak memiliki data dasar. Oleh
karena itu setiap lembaga harus memiliki data dasar dan tolok ukur yang dicanangkan oleh
lembaga yang bersangkutan.
11. BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan, antara lain:
1. Dalam implementasi manajemen mutu terpadu di sekolah, hendaknya memperhatikan
prinsip, syarat- syarat, dan empat pilar MMT sehingga pelaksanaannya dapat berlangsung
dengan lancar.
2. Manajeman mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa
yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau
yang tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses,
dan output pendidikan.
3. Adapun manfaat implementasi manajemen mutu terpadu di sekolah adalah membantu
dalam menggambarkan kembali peran, tujuan dan tanggung-jawab sekolah, meningkatkan
sekolah sebagai ”jalan hidup”, memberikan bantuan dalam merencanakan pelatihan
kepemimpinan secara menyeluruh untuk pendidik pada semua tingkatan, membantu dalam
menggunakan riset dan informasi praktis, serta mendisain secara menyeluruh
pengembangan anak.
4. Beberapa kendala yang dihadapi dalam implementasi MMT yaitu Lemahnya
kepemimpinan dan delegasi wewenang manajemen, proses pengaturan yang tidak
memadai, pemilihan pendekatan yang sempit dan dogmatik, dan kurangnya dukungan
sistem informasi dan alat ukur keberhasilan.
4.2 Saran- saran
Adapun saran-saran yang penulis dapat berikan, antara lain:
1. Hendaknya sekolah- sekolah mulai mengimplementasikan manajemen mutu terpadu untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
2. Dalam pengimplementasiannya di sekolah hendaknya dilaksanakan secara sungguh-
sungguh sehingga pelaksanaan berjalan lancer danhasil yang diinginkan tercapai secara
optimal.
12. DAFTAR PUSTAKA
Sallis, Edward. 1993, Total Quality Management in Education. London: Kogan Page
Educational Series.
Syafaruddin. 2002. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo.
Umaedi, April. 1999. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Depdikbud.
https://manajemenmututerpadudalampendidikan.wordpress.com/2012/05/14/kendala-
kendala-dalam-penerapan-manajemen-mutu-terpadu-mmt/ (diakses pada 3 November
2015)
https://rantauld.wordpress.com/2012/11/15/implementasi-manajemen-mutu-terpadu-total-
quality-management-di-sekolah/ (diakses pada 2 November 2015)