Dokumen tersebut membahas tentang pengertian bughat atau pemberontakan dalam Islam. Bughat didefinisikan sebagai orang-orang yang memberontak terhadap pemimpin Islam yang sah, dan hukuman bagi bughat adalah perang sampai mereka taat kembali kepada pemimpin yang sah. Status hukum bughat adalah boleh diperangi untuk menegakkan kedaulatan negara Islam yang sah.
1. • Muhammad Izzan Razin
• Muhammad Rafi Ihza Kusuma
• Muhammad Rustamaji
Bughat (Pemberontakan)
• Nadhira Wilda Putri
• Najwa Salsabila
• Nasywa Alya Putri
• Radhin Khairi Sudrajat
• Ramzi Ramadhani Sudiono
• Rayhan Habib Abdullah
2. Pengertian Bughat
Kata bughat ( ٌ
اة
َ
غُ)ب adalah jamak dari isim fail (ٌ ِ
اغَلب
َ
)ا
akar katanya ( ٌ
َ
غَب
-
ٌ
ٌ ِ
غْبَي ) yang berarti mencari, dan
dapat pula berarti maksiat, melampaui batas,
berpaling dari kebenaran, dan dzalim
Bughat adalah orang-orang yang menentang atau memberontak pemimpin
Islam yang terpilih secara sah. Tindakan yang dilakukan Bughatt bisa berupa
memisahkan diri dari pemerintahan yang sah, membangkang perintah
pemimpin, atau menolak berbagai kewajiban yang dibebankan kepada mereka.
3. Seseorang baru dikategorikan sebagai
bughat dan dikenai had bughat jika
beberapa kriteria ini melekat pada diri
mereka:
• Memiliki kekuatan, baik berupa pengikut
maupun senjata. Dari kriteria ini bisa
disimpulkan bahwa penentang imam
yang tak memiliki kekuatan dan senjata
tidak bisa dikategorikan sebagai Bughat
• Memiliki takwil (alasan) atas tindakan
mereka keluar dari kepemimpinan imam
atau tindakan mereka menolak
kewajiban.
• Memiliki pengikut yang setia kepada
mereka.
• Memiliki imam yang ditaati.
Menurut Ulama Syafi’iyah
Bughat adalah pemberontakan sekelompok
orang (jamaah), yang mempunyai kekuatan
(syaukah) dan pemimpin yang ditaati,
dengan takwil yang fasid.
Menurut Ulama Malikiyah
Bughat adalah kelompok (firqah) dari kaum
muslimin yang menyalahi imam a'zham
(khalifah) atau wakilnya untuk mencegah
hak imam yang wajib mereka tunaikan atau
untuk menurunkannya.
Menurut Ulama Hanafiyah
Bughat adalah orang yang keluar dari
ketaatan kepada imam yang haq dengan
tanpa haq.
4. Mengirim utusan kepada mereka
sehingga diketahui sebab–sebab
pemberontakan yang mereka lakukan.
Apabila sebab-sebab itu karena
ketidaktahuan atau keraguan mereka,
maka mereka harus diyakinkan hingga
ketidaktahuan atau keraguan tersebut
hilang.
Apabila tindakan pertama tidak berhasil,
maka tindakan selanjutnya adalah
menasihati dan mengajak mereka agar mau
mentaati imam yang sah.
Jika usaha kedua tidak berhasil, maka
usaha selanjutnya adalah memberi
ultimatum atau ancaman bahwa mereka
akan diperangi. Jika setelah munculnya
ultimatum itu mereka meminta waktu,
maka harus diteliti terlebih dahulu
apakah waktu yang diminta tersebut
akan digunakan untuk memikirkan
kembali pendapat mereka, atau sekedar
untuk mengulur waktu.
Jika mereka tetap tidak mau taat,
maka tindakan terakhir adalah diperangi
sampai mereka sadar dan taat kembali
5. Kalangan Bughat tidak dihukumi kafir. Hukuman bagi pelaku bughat secara jelas telah
disebutkan dalam al-Quran yaitu diperangi. Sebagaimana Al-Quran menegaskan dalam
surat al-Hujurat [49]: 9 yang memiliki arti:
Status Hukum Bughat
Pemberontak yang taubat, taubatnya diterima dan ia tak boleh dibunuh. Oleh sebab
itu, para Bughat yang tertawan tidak boleh diperlakukan secara sadis, lebih-lebih
dibunuh. Mereka cukup ditahan saja hingga sadar.
“Dan apabila ada dua golongan orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya.
Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan)
yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah
kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil.
Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.”
6. Para ulama membagi perang terhadap kaum Bughāh dalam 2 kategori hukum:
a. Bughah wajib diperangi.
b. Bughah mubah (boleh) diperangi
1) Menyerang wanita dalam kawasan Ahlu al‘adli, yaitu suatu perkampungan di mana
masyarakat sipil biasa hidup.
2) Merintangi atau menghambat perjuangan jihad melawan kaum musyrik.
3) Mengambil bagian dari baitul mal muslimin secara tidak sah.
4) Tidak mau menyerahkan hak yang telah diwajibkan atas mereka. Baik menyangkut hak
Allah seperti zakat, maupun hak makhluk seperti pajak, hutang, dll.
5) Secara jelas mengadakan pembangkangan untuk menjatuhkan Imam/pemimpin yang
telah sah dibai'at dan wajib ditaati.
7. Hikmah Hukuman bagi Bughat
• Seseorang tidak akan mudah memusuhi/membangkang dengan membrontak terhadap negara yang
terbentuk secara sah. Mereka akan menerima sanksi diperangi oleh negara yang sah dan juga tidak
dapat menikmati kehidupan yang bebas dan damai di Negara yang mereka tinggal.
• Seseorang akan memahami betapa hukum Islam benar-benar melindungi kedaulatan negara yang
sah secara hukum.
• Menghindarkan manusia dari berbuat kesemena-menaan yang tidak melewati jalur konstitusi yang
diakui negara. Oleh karena itu pembrontak sangat berbahaya bagi keutuhan suatu bangsa dan
negara yang sah.
• Membuat jera pelaku bughat untuk tidak membrontak dan dapat kembali dan taubat mengakui
Negara yang sah secara konstitusional dan hukum Islam.
• Jika terdapat perbedaan pendapat terkait dengn pemerintahan,maka harus disalurkan dengan cara-
cara yang benar.