SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
Keunggulan Sistem Pidana Islam
Oleh : KH. M. Shiddiq al-Jawi
Pengantar
Sistem pidana Islam dalam media massa atau buku-buku karya para orientalis kafir
dan pengikutnya –yakni kaum liberal— selalu diopinikan kejam dan tidak manusiawi.
Hukuman potong tangan untuk pencuri atau hukuman mati untuk orang murtad,
misalnya, sering dituduh terlalu kejam dan sadis. Ujung-ujungnya, ide yang mereka
tawarkan adalah mencari “substansi” sistem pidana Islam, yaitu yang penting
memberikan hukuman bagi yang bersalah, apa pun bentuk hukumannya. Pencuri
cukup dipenjara, misalnya, bukan dipotong tangannya. Pada akhirnya, sistem pidana
kafir warisan penjajah tetap bisa bercokol terus di negeri Islam ini.
Pandangan sinis terhadap sistem pidana Islam itu lahir bukan karena sistem pidana
Islamnya yang batil, melainkan lahir karena 2 (dua) alasan utama.
Pertama, secara konseptual, sistem pidana Islam dianggap bertentangan dengan
pola pikir kaum sekuler/liberal. Misalnya, hukuman mati untuk orang murtad, dianggap
kejam dan salah bukan karena Islamnya yang salah, tapi karena bertentangan dengan
prinsip kebebasan beragama yang dianut secara fanatik oleh kaum sekuler.
Kedua, secara praktikal, sistem pidana yang sedang diterapkan memang bukan
sistem pidana Islam. Hukum potong tangan untuk pencuri dipandang salah dan sadis
bukan karena Islamnya yang salah, melainkan karena bertentangan dengan sistem
pidana kafir warisan penjajah, yaitu pasal 362 KUHP. Dalam pasal ini, pencuri
diancam pidana penjara paling lama lima tahun. Patut diketahui KUHP ini adalah
pidana warisan penjajah Belanda yang dikenal dengan nama Wetboek van
Strafrecht yang berlaku di negeri muslim ini sejak 1946 (Muljatno, KUHP, 2001:128).
Padahal, studi mendalam dan objektif terhadap sistem pidana Islam telah
menunjukkan berbagai keunggulannya bila dibandingkan dengan sistem pidana
sekuler yang tengah diterapkan. Tulisan ini mencoba mengungkap segi-segi
keunggulan sistem pidana Islam tersebut, baik keunggulan secara konseptual
(teoretis), maupun keunggulan praktikal (empiris).
Keunggulan Konseptual
Secara konsektual (teoretis), paling tidak ada 5 (lima) keunggulan sistem pidana
Islam.
Pertama, sistem pidana Islam berasal dari Allah, Dzat yang Maha Mengetahui
perihal manusia secara sempurna termasuk gerak-gerik hati dan
kecenderungan naluriah manusia.
Ini tentu sangat berbeda dengan sistem pidana sekuler yang dibuat oleh manusia
yang sok tahu dan sok pinter tentang manusia, padahal sebenarnya ia lemah dan
serba terbatas jangkauan pandangannya.
Allah SWT berfirman :
‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫ن‬ِ‫ق‬ ْ‫ُّو‬‫ي‬ ‫م‬ ْ‫و‬‫ق‬ِِّ‫ل‬ ‫ا‬ً‫م‬ْ‫ك‬ُ‫ح‬ ِ ٰ‫ّللا‬ ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ن‬‫س‬ْ‫ح‬‫ا‬ ْ‫ن‬‫م‬‫و‬ ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫غ‬ْ‫ب‬‫ي‬ ِ‫ة‬َّ‫ي‬ِ‫ل‬ِ‫ه‬‫ا‬‫ج‬ْ‫ال‬ ‫م‬ْ‫ك‬ُ‫ح‬‫ف‬‫ا‬
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih
baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al-Maa`idah [5] : 50)
Ayat di atas maknanya adalah tidak ada hukum siapapun yang lebih baik daripada
hukum Allah. (Imam as-Suyuthi, Tafsir Al-Jalalain, hal. 91).
Jadi, meski redaksinya berupa pertanyaan (“siapakah”), tapi yang dimaksud adalah
menafikan atau mengingkari sesuatu (“tidak ada siapa pun”). (Ghayalaini, Jami’ al-
Durus al-‘Arabiyah, I/139).
Sumber sistem pidana Islam yang berasal dari wahyu Allah ini selanjutnya melahirkan
keunggulan-keunggulan lain sebagai implikasinya. Antara lain, penerapan sistem
pidana Islam akan dianggap sebagai wujud ketakwaan individu kepada Allah.
Sebaliknya, penerapan sistem pidana sekuler dengan sendirinya sama sekali akan
kosong dari unsur ketakwaan, karena ia tidak bersumber dari wahyu Allah. Ketika
hukum potong tangan diterapkan, ia adalah wujud ketakwaan kepada Allah. Sebab
hukuman itu diperintahkan oleh Allah dalam Al-Qur`an (lihat QS Al-Maidah [5] : 38).
Tapi ketika manusia menerapkan hukum pidana penjara untuk pencuri, yaitu
menerapkan pasal 362 KUHP, berarti ia tidak bertakwa kepada Allah, karena ia tidak
menjalankan sanksi ketetapan Allah, tapi sekedar sanksi bikinan manusia
sesamanya. Kalau hakim muslim merasa bertakwa kepada Allah dengan menjalankan
pasal 362 KUHP, jelas ia sedang berkhayal atau bermimpi kosong.
Dengan kata lain, menjalankan sistem pidana Islam tak ubahnya dengan
melaksanakan sholat, puasa, haji, dan ibadah ritual lainnya. Jadi sistem pidana Islam
bersifat spiritual (ruhiyah). Sebab semuanya adalah hukum yang berasal dari Allah
SWT yang merupakan ketakwaan jika dilaksanakan dengan benar oleh seorang
muslim.
Kedua, sebagai implikasi dari keunggulan pertama, maka keunggulan
berikutnya adalah, sistem pidana Islam bersifat tetap (dawam), konsisten, dan
tidak berubah-ubah mengikuti situasi, kondisi, waktu dan tempat. (Audah, at-
Tasyri’ al-Jina`i al-Islami, I/24-25).
Allah SWT berfirman :
ُ‫م‬‫ي‬ِ‫ل‬‫ع‬ْ‫ٱل‬ ُ‫ع‬‫ي‬ِ‫م‬َّ‫س‬‫ٱل‬ ‫و‬ُ‫ه‬‫و‬ ۚ ‫ۦ‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬ َٰ‫م‬ِ‫ل‬‫ك‬ِ‫ل‬ ‫ِل‬ِّ‫د‬‫ب‬ُ‫م‬ َّ‫ّل‬ ۚ ً‫ّل‬ْ‫د‬‫ع‬‫و‬ ‫ا‬ً‫ق‬ْ‫د‬ ِ‫ص‬ ‫ك‬ِِّ‫ب‬‫ر‬ ُ‫ت‬‫م‬ِ‫ل‬‫ك‬ ْ‫ت‬َّ‫م‬‫ت‬‫و‬
“Telah sempurna kalimat Tuhanmu, sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada
yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-An’aam [6] : 115)
Sebaliknya sistem pidana sekuler tidak memiliki sifat konsisten ini, karena ia akan
selalu berubah dan berbeda-beda mengikuti kehendak manusia sesuai situasi,
kondisi, waktu dan tempat.
Penyebab hal ini tiada lain karena sumbernya bukan dari wahyu Allah, tapi dari
manusia itu sendiri, sehingga berpotensi sangat tinggi untuk berubah, berbeda, dan
berganti.
Dalam sistem pidana Islam, meminum minuman keras (khamr) adalah haram dan
merupakan kejahatan (jarimah/jinayah) untuk siapapun di mana pun dan kapan pun
(al-Maliki, Nizham al-Uqubat, hal. 49). Minum khamr hukumnya haram di negeri Arab
yang panas, sebagaimana ia haram untuk muslim yang tinggal di Rusia yang dingin.
Ini beda sekali dengan sistem pidana sekuler. Dulu pada tahun 1920-an Amerika
Serikat pernah melarang minuman keras. Tapi dasar bangsa Amerika adalah bangsa
pemabok, akhirnya mereka tidak tahan dan minuman keras lalu dibolehkan lagi tahun
1930-an untuk ditenggak oleh masyarakat Amerika yang kafir.
Memang dalam sistem pidana Islam ada jenis hukuman ta’zir yang memungkinkan
adanya perbedaan sanksi hukuman yang penetapannya diserahkan kepada qadhi
(hakim).
Misalnya pengguna narkoba, dapat dipenjara sampai 15 tahun atau dikenakan denda
yang besarnya diserahkan kepada qadhi (al-Maliki, Nizham al-Uqubat, hal.189). Ini
berarti bisa saja sanksi penjaranya bisa kurang dari 15 tahun, dan besarnya denda
bisa berbeda-beda.
Tetapi ini bukan berarti hukum bisa berubah mengikuti waktu dan tempat, sebab
hukumnya tidak berubah, yaitu hukum mengkonsumsi narkoba itu tetap haram. Yang
berbeda hanyalah kadar sanksinya, bukan boleh tidaknya mengkonsumsi narkoba. Ini
beda sekali dengan kejadian di AS, dimana yang berubah justru boleh tidaknya minum
khamr.
Ketiga, sanksi dalam pidana Islam bersifat zawajir (membuat jera di dunia) dan
jawabir (menghapus dosa di akhirat). Jadi sistem pidana Islam itu berdimensi dunia
dan akhirat. Sedang sistem pidana sekuler jelas hanya berdimensi dunia saja. Sistem
sekuler memang sangat cetek (dangkal) dan picik wawasan dan dimensinya.
Sifat zawajir itu, artinya sistem pidana Islam akan membuat jera manusia sehingga
tidak akan melakukan kejahatan serupa. Misalnya dengan menyaksikan hukuman
qishash bagi pelaku pembunuhan, akan membuat anggota masyarakat enggan untuk
membunuh sehingga nyawa manusia di tengah masyarakat akan dapat terjamin
dengan baik. Allah SWT berfirman :
‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫ق‬َّ‫ت‬‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ل‬‫ع‬‫ل‬ ِ‫ب‬‫ا‬‫ب‬ْ‫ل‬ ْ‫اّل‬ ‫ى‬ِ‫ل‬‫و‬ُ‫ا‬ّٰٰٓ‫ي‬ ‫وة‬َٰ‫ي‬‫ح‬ ِ‫اص‬‫ص‬ِ‫ق‬ْ‫ال‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ل‬‫و‬
“Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang
berakal, supaya kamu bertakwa.” (QS al-Baqarah [2] : 179)
Sedang sifat jawabir, artinya sistem pidana Islam akan dapat menggugurkan dosa
seorang muslim di akhirat nanti. Dalam peristiwa Baiat Aqabah II, Rasulullah SAW
menerangkan bahwa barangsiapa yang melakukan suatu kejahatan, seperti berzina,
mencuri, dan berdusta, lalu ia dijatuhi hukuman atas perbuatannya itu, maka sanksi
itu akan menjadi kaffarah (penebus dosa) baginya (HR. Bukhari, dari Ubadah bin
Shamit RA) (M. Husain Abdullah, Dirasat fi al-Fikr al-Islami, hal. 64).
Maka, dalam sistem pidana Islam, kalau orang mencuri lalu dihukum potong tangan,
di akhirat Allah tidak akan menyiksanya lagi akibat pencurian yang dilakukannya di
dunia. Hukum potong tangan sudah menebus dosanya itu. Tapi dalam sistem pidana
sekuler, sifat jawabir ini tidak ada. Nihil. Jadi kalau seseorang mencuri dan dipenjara
(bukan dipotong tangan), di akhirat nanti masih akan diazab oleh Allah karena
pencurian yang dilakukannya di dunia. Jadi, dengan sistem pidana sekuler, orang
akan menderita secara double, di dunia sekaligus di akhirat. Mengerikan, bukan?
Nauzhu billah….
Keempat, Dalam sistem pidana Islam, peluang permainan hukum dan peradilan
sangat kecil. Ini terutama karena, sistem pidana Islam itu bersifat spiritual, yakni
menjalankannya berarti bertakwa kepada Allah. Selain itu, hakim yang curang dalam
menjatuhkan hukuman, atau menerima suap dalam mengadili, diancam hukuman
yang berat oleh Allah, yaitu masuk neraka atau malah bisa menjadi kafir (murtad).
Rasulullah SAW bersabda : “Akhdhul amiiri suhtun wa qabuulul qaadhiy ar-risywata
kufrun.” (Hadiah yang diterima oleh seorang penguasa adalah suht (haram) dan suap
yang diterima oleh hakim adalah kufur) (HR. Ahmad).
Berdasar hadits itu, seorang ulama dari kalangan tabi’in, yakni Abu Wa`il bin Salamah
berkata,”Seorang qadhi (hakim) yang menerima hadiah, ia makan barang haram dan
jika menerima suap, ia telah sampai pada kekufuran.” (Al-Baghdadi, Serial Hukum
Islam, hal. 62)
Kelima, Dalam sistem pidana Islam, seorang qadhi memiliki independensi
tinggi, yaitu vonis yang dijatuhkannya tak bisa dibatalkan, kecuali jika vonis itu
menyalahi syariat Islam. Kaidah fiqih menyebutkan, ”al-ijtihad laa yunqadhdhu bi-
mitslihi.” (Ijtihad tidak dapat dibatalkan dengan ijtihad yang semisalnya). (Zallum,
Nizham al-Hukm fi al-Islam, hal. 193). Artinya, vonis yang dijatuhkan seorang hakim
sebagai hasil ijtihadnya, tidak dapat dibatalkan oleh ijtihad yang dihasilkan oleh hakim
lainnya.
Maka dalam peradilan Islam tidak dikenal sistem “banding” yakni mengajukan
peninjauan vonis pada tingkat peradilan yang lebih tinggi, sebagaimana dalam sistem
peradilan sekuler. Sebab sekali vonis dijatuhkan, ia berlaku secara mengikat dan
langsung dijalankan. Kecuali jika vonis itu salah, maka wajib dibatalkan. Misalnya
seorang yang dijatuhi vonis hukuman mati (qishash) atas dasar pengakuan, lalu
terbukti pengakuannya tidak benar karena ada saksi-saksi yang membatalkan
kesaksiannya itu.
Keunggulan Praktis (Empiris)
Secara empiris, keunggulan sistem pidana Islam pun masih dapat dibuktikan hingga
sekarang, meski negara Khilafah sebagai institusi penegaknya sudah hancur sejak
tahun 1924.
Negara Arab Saudi, walaupun belum Islami seratus persen --karena masih
menggunakan sistem monarki (bukan Khilafah)-- tapi sistem pidana Islam yang
diterapkannya menunjukkan keunggulan signifikan bila dibandingkan sistem pidana
sekuler yang dijalankan di negara-negara Arab lainnya, yaitu di Suriah, Sudan, Mesir,
Irak, Libanon, dan Kuwait. Rata-rata angka pembunuhan di Saudi (dalam 100.000
penduduk) dalam periode 1970-1979 yang besarnya 53, ternyata hanya 1/6 dari
angka pembunuhan Mesir dan Kuwait, 1/7 dari angka pembunuhan Suriah, 1/9 dari
angka pembunuhan Sudan, 1/16 dari angka pembunuhan Irak, dan hanya 1/25 dari
angka pembunuhan Libanon. (Topo Santoso, 2003: 138-143).
Jika Saudi dibandingkan dengan negara Barat, seperti Amerika Serikat, angkanya
akan lebih signifikan dan dramatis. Bayangkan, angka pembunuhan Saudi selama 1
tahun sama dengan angka pembunuhan AS dalam sehari! Sebab rata-rata angka
pembunuhan Saudi selama 10 tahun (1970-1979) hanya ada 53 kasus pembunuhan
per tahun. Di AS (sepanjang 1992 saja) terjadi 20.000 kasus pembunuhan, atau 54
orang terbunuh per hari (al-Basyr, 1995:45).
Bayangkan pula, angka perkosaan di Saudi selama 1 bulan sama dengan angka
perkosaan AS dalam sehari! Sebab rata-rata angka perkosaan Saudi selama 10 tahun
(1970-1979) hanya ada 352 kasus perkosaan per tahun. Jadi per bulan di Saudi terjadi
sekitar 29 perkosaan. Di AS (sepanjang 1992 saja) terjadi 10.000 kasus perkosaan,
atau sekitar 27 perempuan diperkosa per hari. Ini kurang lebih setara dengan angka
perkosaan Saudi selama 1 bulan (Qonita, 2001:53-54). Subhanallah!
Penutup
Dari uraian keunggulan konseptual dan praktikal di atas, nampak jelas sistem pidana
Islam jauh lebih unggul jika dibandingkan sistem pidana sekuler yang diterapkan saat
ini. Sudah saatnya sistem pidana sekuler warisan penjajah yang kafir itu dihapuskan
sekarang juga, sebab ia bertentangan secara total dengan Islam dan hanya
menimbulkan dosa dan kerusakan di dunia dan akhirat. [ ]
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Husain. 1990. Dirasat fi al-Fikr al-Islami. Beirut : Darul Bayariq.
Audah, Abdul Qadir. 1992. at-Tasyri’ al-Jina`i al-Islami. Beirut : Mu`assah ar- Risalah.
al-Baghdadi, Abdurrahman. 1987. Serial Hukum Islam (Penyewaan Tanah Lahan,
Kekayaan Gelap, Ukuran Panjang, Luas, Takaran, dan Timbangan). Bandung : PT.
Alma’arif.
al-Basyr, M. bin Saud. 1995. Amerika di Ambang Keruntuhan (As-Suquth min al-
Dakhil). Penerjemah Mustholah Maufur. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.
Ghalayaini, Syaikh Musthofa. Jami’ al-Durus al-‘Arabiyah. 1994. Beirut : al-Maktabah
al-‘Ashriyah.
al-Maliki, Abdurrahman. 1990. Nizham al-Uqubat fi al-Islam. Beirut : Darul Ummah
Moeljatno. 2001. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Cetakan kedua puluh
satu. Jakarta : Bumi Aksara.
Santoso, Topo. 2003. Membumikan Hukum Pidana Islam. Jakarta : Gema Insani
Press.
as-Suyuthi & al-Mahalli. 1991. Tafsir Al-Jalalain. Cetakan Pertama. Beirut : Darul Fikr.
Qonita, Arina. 2001. Jilbab dan Hijab. Jakarta : Bina Mitra Press.
Zallum, Abdul Qadim. 2002. Nizham al-Hukm fi al-Islam. Beirut : Darul Ummah.

More Related Content

What's hot (20)

Islam Jalan Hidup Sempurna
Islam Jalan Hidup SempurnaIslam Jalan Hidup Sempurna
Islam Jalan Hidup Sempurna
 
Dustur
DusturDustur
Dustur
 
Problematika Umat
Problematika UmatProblematika Umat
Problematika Umat
 
Dakwah Khilafah (Materi Dauroh)
Dakwah Khilafah (Materi Dauroh)Dakwah Khilafah (Materi Dauroh)
Dakwah Khilafah (Materi Dauroh)
 
Materi khilafah dan dakwah
Materi khilafah dan dakwahMateri khilafah dan dakwah
Materi khilafah dan dakwah
 
01.4 MURABAHAH BANK SYARIAH
01.4 MURABAHAH BANK SYARIAH01.4 MURABAHAH BANK SYARIAH
01.4 MURABAHAH BANK SYARIAH
 
05 - Potensi Akal Manusia
05 - Potensi Akal Manusia05 - Potensi Akal Manusia
05 - Potensi Akal Manusia
 
Kewajiban Dakwah
Kewajiban DakwahKewajiban Dakwah
Kewajiban Dakwah
 
Jalan menuju iman
Jalan menuju iman Jalan menuju iman
Jalan menuju iman
 
16 kewajiban dakwah berjamaah
16 kewajiban dakwah berjamaah16 kewajiban dakwah berjamaah
16 kewajiban dakwah berjamaah
 
Hukum syara
Hukum syaraHukum syara
Hukum syara
 
Keterikatan terhadap hukum syara
Keterikatan terhadap hukum syara Keterikatan terhadap hukum syara
Keterikatan terhadap hukum syara
 
02.2 AKIBAT HARTA HARAM
02.2 AKIBAT HARTA HARAM02.2 AKIBAT HARTA HARAM
02.2 AKIBAT HARTA HARAM
 
Sesi 2, Jalan Menuju Iman
Sesi 2, Jalan Menuju ImanSesi 2, Jalan Menuju Iman
Sesi 2, Jalan Menuju Iman
 
Thariqul iman
Thariqul imanThariqul iman
Thariqul iman
 
05.1 RINGKASAN HUKUM JUAL BELI
05.1 RINGKASAN HUKUM JUAL BELI05.1 RINGKASAN HUKUM JUAL BELI
05.1 RINGKASAN HUKUM JUAL BELI
 
Fiqih Zakat Fitrah Dan Zakat Uang
Fiqih Zakat Fitrah Dan Zakat UangFiqih Zakat Fitrah Dan Zakat Uang
Fiqih Zakat Fitrah Dan Zakat Uang
 
Macam Riba dan Contoh-contohnya - Titok Priastomo
Macam Riba dan Contoh-contohnya - Titok PriastomoMacam Riba dan Contoh-contohnya - Titok Priastomo
Macam Riba dan Contoh-contohnya - Titok Priastomo
 
Hijab syar'iku
Hijab syar'ikuHijab syar'iku
Hijab syar'iku
 
4. ISLAM aqidah siyasiyyah Dan Aqidah Ruhiyah
4. ISLAM aqidah siyasiyyah Dan Aqidah Ruhiyah4. ISLAM aqidah siyasiyyah Dan Aqidah Ruhiyah
4. ISLAM aqidah siyasiyyah Dan Aqidah Ruhiyah
 

Similar to Sistem Pidana Islam

13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
Jarimah Hudud.doc.docx
Jarimah Hudud.doc.docxJarimah Hudud.doc.docx
Jarimah Hudud.doc.docxsodre muhamad
 
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
Istimewanya sistem perundangan islam
Istimewanya sistem perundangan islamIstimewanya sistem perundangan islam
Istimewanya sistem perundangan islamKhosenulhan Ab Rahman
 
Pembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islam
Pembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islamPembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islam
Pembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islamRamdan Galau
 
Nota mudah memahami hukum hudud
Nota mudah memahami hukum hududNota mudah memahami hukum hudud
Nota mudah memahami hukum hududkatsumaru
 
Memahami syariat islam kelompok 4
Memahami syariat islam kelompok 4Memahami syariat islam kelompok 4
Memahami syariat islam kelompok 4NaufalArdiana
 
pengertian syariah dalam islam dalam pembelajaran.pptx
pengertian syariah dalam islam dalam pembelajaran.pptxpengertian syariah dalam islam dalam pembelajaran.pptx
pengertian syariah dalam islam dalam pembelajaran.pptxKhiyaroh1
 
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
03 hukum syariat
03 hukum syariat03 hukum syariat
03 hukum syariatdodorokanda
 
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islammakalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at IslamKartika Dwi Rachmawati
 
Ilf 5-akprind-SISTEM PERADILAN iSLAM
Ilf 5-akprind-SISTEM PERADILAN iSLAMIlf 5-akprind-SISTEM PERADILAN iSLAM
Ilf 5-akprind-SISTEM PERADILAN iSLAMAMIR HAMZAH
 
4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf
4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf
4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
Bahan makalah tujuan dan fungsi hukum islam
Bahan makalah tujuan dan fungsi hukum islamBahan makalah tujuan dan fungsi hukum islam
Bahan makalah tujuan dan fungsi hukum islamSholehKhuddin
 
islam agama yang rasional
islam agama yang rasionalislam agama yang rasional
islam agama yang rasionalYanwar Annow
 

Similar to Sistem Pidana Islam (20)

13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
 
Jarimah Hudud.doc.docx
Jarimah Hudud.doc.docxJarimah Hudud.doc.docx
Jarimah Hudud.doc.docx
 
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
 
Istimewanya sistem perundangan islam
Istimewanya sistem perundangan islamIstimewanya sistem perundangan islam
Istimewanya sistem perundangan islam
 
Pembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islam
Pembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islamPembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islam
Pembunuhan dengan daya paksa ( overmach ) menurut islam
 
Nota mudah memahami hukum hudud
Nota mudah memahami hukum hududNota mudah memahami hukum hudud
Nota mudah memahami hukum hudud
 
Memahami syariat islam kelompok 4
Memahami syariat islam kelompok 4Memahami syariat islam kelompok 4
Memahami syariat islam kelompok 4
 
Karakteristik hukum islam
Karakteristik hukum islamKarakteristik hukum islam
Karakteristik hukum islam
 
pengertian syariah dalam islam dalam pembelajaran.pptx
pengertian syariah dalam islam dalam pembelajaran.pptxpengertian syariah dalam islam dalam pembelajaran.pptx
pengertian syariah dalam islam dalam pembelajaran.pptx
 
Karakteristik hukum islam
Karakteristik hukum islamKarakteristik hukum islam
Karakteristik hukum islam
 
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
 
03 hukum syariat
03 hukum syariat03 hukum syariat
03 hukum syariat
 
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islammakalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
 
Ilf 5-akprind-SISTEM PERADILAN iSLAM
Ilf 5-akprind-SISTEM PERADILAN iSLAMIlf 5-akprind-SISTEM PERADILAN iSLAM
Ilf 5-akprind-SISTEM PERADILAN iSLAM
 
4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf
4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf
4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf
 
Makalah hukum islam
Makalah hukum islamMakalah hukum islam
Makalah hukum islam
 
Bahan makalah tujuan dan fungsi hukum islam
Bahan makalah tujuan dan fungsi hukum islamBahan makalah tujuan dan fungsi hukum islam
Bahan makalah tujuan dan fungsi hukum islam
 
islam agama yang rasional
islam agama yang rasionalislam agama yang rasional
islam agama yang rasional
 
Syariat islam
Syariat islamSyariat islam
Syariat islam
 
Syariat islam
Syariat islamSyariat islam
Syariat islam
 

More from Anas Wibowo

Booklet penjelasan Politik Partai .PDF
Booklet penjelasan Politik Partai .PDFBooklet penjelasan Politik Partai .PDF
Booklet penjelasan Politik Partai .PDFAnas Wibowo
 
Kritik atas Aqidah Sekularisme - expo rajab [pdf]
Kritik atas Aqidah Sekularisme - expo rajab [pdf]Kritik atas Aqidah Sekularisme - expo rajab [pdf]
Kritik atas Aqidah Sekularisme - expo rajab [pdf]Anas Wibowo
 
Depresi Ibu Rumah Tangga Bagaimana Solusi Islam [pdf]
Depresi Ibu Rumah Tangga Bagaimana Solusi Islam [pdf]Depresi Ibu Rumah Tangga Bagaimana Solusi Islam [pdf]
Depresi Ibu Rumah Tangga Bagaimana Solusi Islam [pdf]Anas Wibowo
 
Menyoal Penceramah Radikal [pptx]
Menyoal Penceramah Radikal [pptx]Menyoal Penceramah Radikal [pptx]
Menyoal Penceramah Radikal [pptx]Anas Wibowo
 
Muslim Pelaksana Syariat Islam
Muslim Pelaksana Syariat IslamMuslim Pelaksana Syariat Islam
Muslim Pelaksana Syariat IslamAnas Wibowo
 
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]Anas Wibowo
 
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPT
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPTMenutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPT
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPTAnas Wibowo
 
Hijrah: Kemerdekaan Hakiki
Hijrah: Kemerdekaan HakikiHijrah: Kemerdekaan Hakiki
Hijrah: Kemerdekaan HakikiAnas Wibowo
 
Uang-Uang Haram dalam Demokrasi [PDF]
Uang-Uang Haram dalam Demokrasi [PDF]Uang-Uang Haram dalam Demokrasi [PDF]
Uang-Uang Haram dalam Demokrasi [PDF]Anas Wibowo
 
RUU HIP Mengandung Bahaya Besar
RUU HIP Mengandung Bahaya BesarRUU HIP Mengandung Bahaya Besar
RUU HIP Mengandung Bahaya BesarAnas Wibowo
 
Komunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan Umat
Komunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan UmatKomunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan Umat
Komunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan UmatAnas Wibowo
 
Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020
Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020
Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020Anas Wibowo
 
Hukum Meng-Qadha` Puasa Bagi Wanita Hamil Dan Menyusui
Hukum Meng-Qadha` Puasa Bagi Wanita Hamil Dan MenyusuiHukum Meng-Qadha` Puasa Bagi Wanita Hamil Dan Menyusui
Hukum Meng-Qadha` Puasa Bagi Wanita Hamil Dan MenyusuiAnas Wibowo
 
Hukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPT
Hukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPTHukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPT
Hukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPTAnas Wibowo
 
Fiqih Ramadhan - syariat berkaitan dengan bulan Ramadhan
Fiqih Ramadhan - syariat berkaitan dengan bulan RamadhanFiqih Ramadhan - syariat berkaitan dengan bulan Ramadhan
Fiqih Ramadhan - syariat berkaitan dengan bulan RamadhanAnas Wibowo
 
Solusi Syariah Untuk Bisnis Saat Wabah
Solusi Syariah Untuk Bisnis Saat WabahSolusi Syariah Untuk Bisnis Saat Wabah
Solusi Syariah Untuk Bisnis Saat WabahAnas Wibowo
 
Hukum Ihtikar (Menimbun Barang Dagangan)
Hukum Ihtikar (Menimbun Barang Dagangan)Hukum Ihtikar (Menimbun Barang Dagangan)
Hukum Ihtikar (Menimbun Barang Dagangan)Anas Wibowo
 
Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)
Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)
Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)Anas Wibowo
 
kitab Nizhom ul Hukmi fil Islam PDF Arab
kitab Nizhom ul Hukmi fil Islam PDF Arabkitab Nizhom ul Hukmi fil Islam PDF Arab
kitab Nizhom ul Hukmi fil Islam PDF ArabAnas Wibowo
 
Doa Para Nabi Dalam al-Qur'an .PDF
Doa Para Nabi Dalam al-Qur'an .PDFDoa Para Nabi Dalam al-Qur'an .PDF
Doa Para Nabi Dalam al-Qur'an .PDFAnas Wibowo
 

More from Anas Wibowo (20)

Booklet penjelasan Politik Partai .PDF
Booklet penjelasan Politik Partai .PDFBooklet penjelasan Politik Partai .PDF
Booklet penjelasan Politik Partai .PDF
 
Kritik atas Aqidah Sekularisme - expo rajab [pdf]
Kritik atas Aqidah Sekularisme - expo rajab [pdf]Kritik atas Aqidah Sekularisme - expo rajab [pdf]
Kritik atas Aqidah Sekularisme - expo rajab [pdf]
 
Depresi Ibu Rumah Tangga Bagaimana Solusi Islam [pdf]
Depresi Ibu Rumah Tangga Bagaimana Solusi Islam [pdf]Depresi Ibu Rumah Tangga Bagaimana Solusi Islam [pdf]
Depresi Ibu Rumah Tangga Bagaimana Solusi Islam [pdf]
 
Menyoal Penceramah Radikal [pptx]
Menyoal Penceramah Radikal [pptx]Menyoal Penceramah Radikal [pptx]
Menyoal Penceramah Radikal [pptx]
 
Muslim Pelaksana Syariat Islam
Muslim Pelaksana Syariat IslamMuslim Pelaksana Syariat Islam
Muslim Pelaksana Syariat Islam
 
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
Riba - Dosanya NgeRIBAnget [PPT]
 
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPT
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPTMenutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPT
Menutup Aurat yang Benar - Sesuai Syariah .PPT
 
Hijrah: Kemerdekaan Hakiki
Hijrah: Kemerdekaan HakikiHijrah: Kemerdekaan Hakiki
Hijrah: Kemerdekaan Hakiki
 
Uang-Uang Haram dalam Demokrasi [PDF]
Uang-Uang Haram dalam Demokrasi [PDF]Uang-Uang Haram dalam Demokrasi [PDF]
Uang-Uang Haram dalam Demokrasi [PDF]
 
RUU HIP Mengandung Bahaya Besar
RUU HIP Mengandung Bahaya BesarRUU HIP Mengandung Bahaya Besar
RUU HIP Mengandung Bahaya Besar
 
Komunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan Umat
Komunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan UmatKomunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan Umat
Komunisme VS Dakwah Menuju Kebangkitan Umat
 
Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020
Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020
Bahaya Komunisme by Shiddiq al-Jawi 27 juni 2020
 
Hukum Meng-Qadha` Puasa Bagi Wanita Hamil Dan Menyusui
Hukum Meng-Qadha` Puasa Bagi Wanita Hamil Dan MenyusuiHukum Meng-Qadha` Puasa Bagi Wanita Hamil Dan Menyusui
Hukum Meng-Qadha` Puasa Bagi Wanita Hamil Dan Menyusui
 
Hukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPT
Hukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPTHukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPT
Hukum Utang (ad-Dain) dan Pinjaman (al-Qardh) .PPT
 
Fiqih Ramadhan - syariat berkaitan dengan bulan Ramadhan
Fiqih Ramadhan - syariat berkaitan dengan bulan RamadhanFiqih Ramadhan - syariat berkaitan dengan bulan Ramadhan
Fiqih Ramadhan - syariat berkaitan dengan bulan Ramadhan
 
Solusi Syariah Untuk Bisnis Saat Wabah
Solusi Syariah Untuk Bisnis Saat WabahSolusi Syariah Untuk Bisnis Saat Wabah
Solusi Syariah Untuk Bisnis Saat Wabah
 
Hukum Ihtikar (Menimbun Barang Dagangan)
Hukum Ihtikar (Menimbun Barang Dagangan)Hukum Ihtikar (Menimbun Barang Dagangan)
Hukum Ihtikar (Menimbun Barang Dagangan)
 
Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)
Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)
Hukum Tas’iir (Kebijakan Penetapan Harga)
 
kitab Nizhom ul Hukmi fil Islam PDF Arab
kitab Nizhom ul Hukmi fil Islam PDF Arabkitab Nizhom ul Hukmi fil Islam PDF Arab
kitab Nizhom ul Hukmi fil Islam PDF Arab
 
Doa Para Nabi Dalam al-Qur'an .PDF
Doa Para Nabi Dalam al-Qur'an .PDFDoa Para Nabi Dalam al-Qur'an .PDF
Doa Para Nabi Dalam al-Qur'an .PDF
 

Sistem Pidana Islam

  • 1. Keunggulan Sistem Pidana Islam Oleh : KH. M. Shiddiq al-Jawi Pengantar Sistem pidana Islam dalam media massa atau buku-buku karya para orientalis kafir dan pengikutnya –yakni kaum liberal— selalu diopinikan kejam dan tidak manusiawi. Hukuman potong tangan untuk pencuri atau hukuman mati untuk orang murtad, misalnya, sering dituduh terlalu kejam dan sadis. Ujung-ujungnya, ide yang mereka tawarkan adalah mencari “substansi” sistem pidana Islam, yaitu yang penting memberikan hukuman bagi yang bersalah, apa pun bentuk hukumannya. Pencuri cukup dipenjara, misalnya, bukan dipotong tangannya. Pada akhirnya, sistem pidana kafir warisan penjajah tetap bisa bercokol terus di negeri Islam ini. Pandangan sinis terhadap sistem pidana Islam itu lahir bukan karena sistem pidana Islamnya yang batil, melainkan lahir karena 2 (dua) alasan utama. Pertama, secara konseptual, sistem pidana Islam dianggap bertentangan dengan pola pikir kaum sekuler/liberal. Misalnya, hukuman mati untuk orang murtad, dianggap kejam dan salah bukan karena Islamnya yang salah, tapi karena bertentangan dengan prinsip kebebasan beragama yang dianut secara fanatik oleh kaum sekuler. Kedua, secara praktikal, sistem pidana yang sedang diterapkan memang bukan sistem pidana Islam. Hukum potong tangan untuk pencuri dipandang salah dan sadis bukan karena Islamnya yang salah, melainkan karena bertentangan dengan sistem pidana kafir warisan penjajah, yaitu pasal 362 KUHP. Dalam pasal ini, pencuri diancam pidana penjara paling lama lima tahun. Patut diketahui KUHP ini adalah pidana warisan penjajah Belanda yang dikenal dengan nama Wetboek van Strafrecht yang berlaku di negeri muslim ini sejak 1946 (Muljatno, KUHP, 2001:128). Padahal, studi mendalam dan objektif terhadap sistem pidana Islam telah menunjukkan berbagai keunggulannya bila dibandingkan dengan sistem pidana sekuler yang tengah diterapkan. Tulisan ini mencoba mengungkap segi-segi keunggulan sistem pidana Islam tersebut, baik keunggulan secara konseptual (teoretis), maupun keunggulan praktikal (empiris). Keunggulan Konseptual Secara konsektual (teoretis), paling tidak ada 5 (lima) keunggulan sistem pidana Islam. Pertama, sistem pidana Islam berasal dari Allah, Dzat yang Maha Mengetahui perihal manusia secara sempurna termasuk gerak-gerik hati dan kecenderungan naluriah manusia.
  • 2. Ini tentu sangat berbeda dengan sistem pidana sekuler yang dibuat oleh manusia yang sok tahu dan sok pinter tentang manusia, padahal sebenarnya ia lemah dan serba terbatas jangkauan pandangannya. Allah SWT berfirman : ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫ن‬ِ‫ق‬ ْ‫ُّو‬‫ي‬ ‫م‬ ْ‫و‬‫ق‬ِِّ‫ل‬ ‫ا‬ً‫م‬ْ‫ك‬ُ‫ح‬ ِ ٰ‫ّللا‬ ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ن‬‫س‬ْ‫ح‬‫ا‬ ْ‫ن‬‫م‬‫و‬ ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫غ‬ْ‫ب‬‫ي‬ ِ‫ة‬َّ‫ي‬ِ‫ل‬ِ‫ه‬‫ا‬‫ج‬ْ‫ال‬ ‫م‬ْ‫ك‬ُ‫ح‬‫ف‬‫ا‬ “Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al-Maa`idah [5] : 50) Ayat di atas maknanya adalah tidak ada hukum siapapun yang lebih baik daripada hukum Allah. (Imam as-Suyuthi, Tafsir Al-Jalalain, hal. 91). Jadi, meski redaksinya berupa pertanyaan (“siapakah”), tapi yang dimaksud adalah menafikan atau mengingkari sesuatu (“tidak ada siapa pun”). (Ghayalaini, Jami’ al- Durus al-‘Arabiyah, I/139). Sumber sistem pidana Islam yang berasal dari wahyu Allah ini selanjutnya melahirkan keunggulan-keunggulan lain sebagai implikasinya. Antara lain, penerapan sistem pidana Islam akan dianggap sebagai wujud ketakwaan individu kepada Allah. Sebaliknya, penerapan sistem pidana sekuler dengan sendirinya sama sekali akan kosong dari unsur ketakwaan, karena ia tidak bersumber dari wahyu Allah. Ketika hukum potong tangan diterapkan, ia adalah wujud ketakwaan kepada Allah. Sebab hukuman itu diperintahkan oleh Allah dalam Al-Qur`an (lihat QS Al-Maidah [5] : 38). Tapi ketika manusia menerapkan hukum pidana penjara untuk pencuri, yaitu menerapkan pasal 362 KUHP, berarti ia tidak bertakwa kepada Allah, karena ia tidak menjalankan sanksi ketetapan Allah, tapi sekedar sanksi bikinan manusia sesamanya. Kalau hakim muslim merasa bertakwa kepada Allah dengan menjalankan pasal 362 KUHP, jelas ia sedang berkhayal atau bermimpi kosong. Dengan kata lain, menjalankan sistem pidana Islam tak ubahnya dengan melaksanakan sholat, puasa, haji, dan ibadah ritual lainnya. Jadi sistem pidana Islam bersifat spiritual (ruhiyah). Sebab semuanya adalah hukum yang berasal dari Allah SWT yang merupakan ketakwaan jika dilaksanakan dengan benar oleh seorang muslim. Kedua, sebagai implikasi dari keunggulan pertama, maka keunggulan berikutnya adalah, sistem pidana Islam bersifat tetap (dawam), konsisten, dan tidak berubah-ubah mengikuti situasi, kondisi, waktu dan tempat. (Audah, at- Tasyri’ al-Jina`i al-Islami, I/24-25). Allah SWT berfirman : ُ‫م‬‫ي‬ِ‫ل‬‫ع‬ْ‫ٱل‬ ُ‫ع‬‫ي‬ِ‫م‬َّ‫س‬‫ٱل‬ ‫و‬ُ‫ه‬‫و‬ ۚ ‫ۦ‬ِ‫ه‬ِ‫ت‬ َٰ‫م‬ِ‫ل‬‫ك‬ِ‫ل‬ ‫ِل‬ِّ‫د‬‫ب‬ُ‫م‬ َّ‫ّل‬ ۚ ً‫ّل‬ْ‫د‬‫ع‬‫و‬ ‫ا‬ً‫ق‬ْ‫د‬ ِ‫ص‬ ‫ك‬ِِّ‫ب‬‫ر‬ ُ‫ت‬‫م‬ِ‫ل‬‫ك‬ ْ‫ت‬َّ‫م‬‫ت‬‫و‬
  • 3. “Telah sempurna kalimat Tuhanmu, sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-An’aam [6] : 115) Sebaliknya sistem pidana sekuler tidak memiliki sifat konsisten ini, karena ia akan selalu berubah dan berbeda-beda mengikuti kehendak manusia sesuai situasi, kondisi, waktu dan tempat. Penyebab hal ini tiada lain karena sumbernya bukan dari wahyu Allah, tapi dari manusia itu sendiri, sehingga berpotensi sangat tinggi untuk berubah, berbeda, dan berganti. Dalam sistem pidana Islam, meminum minuman keras (khamr) adalah haram dan merupakan kejahatan (jarimah/jinayah) untuk siapapun di mana pun dan kapan pun (al-Maliki, Nizham al-Uqubat, hal. 49). Minum khamr hukumnya haram di negeri Arab yang panas, sebagaimana ia haram untuk muslim yang tinggal di Rusia yang dingin. Ini beda sekali dengan sistem pidana sekuler. Dulu pada tahun 1920-an Amerika Serikat pernah melarang minuman keras. Tapi dasar bangsa Amerika adalah bangsa pemabok, akhirnya mereka tidak tahan dan minuman keras lalu dibolehkan lagi tahun 1930-an untuk ditenggak oleh masyarakat Amerika yang kafir. Memang dalam sistem pidana Islam ada jenis hukuman ta’zir yang memungkinkan adanya perbedaan sanksi hukuman yang penetapannya diserahkan kepada qadhi (hakim). Misalnya pengguna narkoba, dapat dipenjara sampai 15 tahun atau dikenakan denda yang besarnya diserahkan kepada qadhi (al-Maliki, Nizham al-Uqubat, hal.189). Ini berarti bisa saja sanksi penjaranya bisa kurang dari 15 tahun, dan besarnya denda bisa berbeda-beda. Tetapi ini bukan berarti hukum bisa berubah mengikuti waktu dan tempat, sebab hukumnya tidak berubah, yaitu hukum mengkonsumsi narkoba itu tetap haram. Yang berbeda hanyalah kadar sanksinya, bukan boleh tidaknya mengkonsumsi narkoba. Ini beda sekali dengan kejadian di AS, dimana yang berubah justru boleh tidaknya minum khamr. Ketiga, sanksi dalam pidana Islam bersifat zawajir (membuat jera di dunia) dan jawabir (menghapus dosa di akhirat). Jadi sistem pidana Islam itu berdimensi dunia dan akhirat. Sedang sistem pidana sekuler jelas hanya berdimensi dunia saja. Sistem sekuler memang sangat cetek (dangkal) dan picik wawasan dan dimensinya. Sifat zawajir itu, artinya sistem pidana Islam akan membuat jera manusia sehingga tidak akan melakukan kejahatan serupa. Misalnya dengan menyaksikan hukuman qishash bagi pelaku pembunuhan, akan membuat anggota masyarakat enggan untuk membunuh sehingga nyawa manusia di tengah masyarakat akan dapat terjamin dengan baik. Allah SWT berfirman :
  • 4. ‫ن‬ ْ‫و‬ُ‫ق‬َّ‫ت‬‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ل‬‫ع‬‫ل‬ ِ‫ب‬‫ا‬‫ب‬ْ‫ل‬ ْ‫اّل‬ ‫ى‬ِ‫ل‬‫و‬ُ‫ا‬ّٰٰٓ‫ي‬ ‫وة‬َٰ‫ي‬‫ح‬ ِ‫اص‬‫ص‬ِ‫ق‬ْ‫ال‬ ‫ى‬ِ‫ف‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ل‬‫و‬ “Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang berakal, supaya kamu bertakwa.” (QS al-Baqarah [2] : 179) Sedang sifat jawabir, artinya sistem pidana Islam akan dapat menggugurkan dosa seorang muslim di akhirat nanti. Dalam peristiwa Baiat Aqabah II, Rasulullah SAW menerangkan bahwa barangsiapa yang melakukan suatu kejahatan, seperti berzina, mencuri, dan berdusta, lalu ia dijatuhi hukuman atas perbuatannya itu, maka sanksi itu akan menjadi kaffarah (penebus dosa) baginya (HR. Bukhari, dari Ubadah bin Shamit RA) (M. Husain Abdullah, Dirasat fi al-Fikr al-Islami, hal. 64). Maka, dalam sistem pidana Islam, kalau orang mencuri lalu dihukum potong tangan, di akhirat Allah tidak akan menyiksanya lagi akibat pencurian yang dilakukannya di dunia. Hukum potong tangan sudah menebus dosanya itu. Tapi dalam sistem pidana sekuler, sifat jawabir ini tidak ada. Nihil. Jadi kalau seseorang mencuri dan dipenjara (bukan dipotong tangan), di akhirat nanti masih akan diazab oleh Allah karena pencurian yang dilakukannya di dunia. Jadi, dengan sistem pidana sekuler, orang akan menderita secara double, di dunia sekaligus di akhirat. Mengerikan, bukan? Nauzhu billah…. Keempat, Dalam sistem pidana Islam, peluang permainan hukum dan peradilan sangat kecil. Ini terutama karena, sistem pidana Islam itu bersifat spiritual, yakni menjalankannya berarti bertakwa kepada Allah. Selain itu, hakim yang curang dalam menjatuhkan hukuman, atau menerima suap dalam mengadili, diancam hukuman yang berat oleh Allah, yaitu masuk neraka atau malah bisa menjadi kafir (murtad). Rasulullah SAW bersabda : “Akhdhul amiiri suhtun wa qabuulul qaadhiy ar-risywata kufrun.” (Hadiah yang diterima oleh seorang penguasa adalah suht (haram) dan suap yang diterima oleh hakim adalah kufur) (HR. Ahmad). Berdasar hadits itu, seorang ulama dari kalangan tabi’in, yakni Abu Wa`il bin Salamah berkata,”Seorang qadhi (hakim) yang menerima hadiah, ia makan barang haram dan jika menerima suap, ia telah sampai pada kekufuran.” (Al-Baghdadi, Serial Hukum Islam, hal. 62) Kelima, Dalam sistem pidana Islam, seorang qadhi memiliki independensi tinggi, yaitu vonis yang dijatuhkannya tak bisa dibatalkan, kecuali jika vonis itu menyalahi syariat Islam. Kaidah fiqih menyebutkan, ”al-ijtihad laa yunqadhdhu bi- mitslihi.” (Ijtihad tidak dapat dibatalkan dengan ijtihad yang semisalnya). (Zallum, Nizham al-Hukm fi al-Islam, hal. 193). Artinya, vonis yang dijatuhkan seorang hakim sebagai hasil ijtihadnya, tidak dapat dibatalkan oleh ijtihad yang dihasilkan oleh hakim lainnya. Maka dalam peradilan Islam tidak dikenal sistem “banding” yakni mengajukan peninjauan vonis pada tingkat peradilan yang lebih tinggi, sebagaimana dalam sistem peradilan sekuler. Sebab sekali vonis dijatuhkan, ia berlaku secara mengikat dan
  • 5. langsung dijalankan. Kecuali jika vonis itu salah, maka wajib dibatalkan. Misalnya seorang yang dijatuhi vonis hukuman mati (qishash) atas dasar pengakuan, lalu terbukti pengakuannya tidak benar karena ada saksi-saksi yang membatalkan kesaksiannya itu. Keunggulan Praktis (Empiris) Secara empiris, keunggulan sistem pidana Islam pun masih dapat dibuktikan hingga sekarang, meski negara Khilafah sebagai institusi penegaknya sudah hancur sejak tahun 1924. Negara Arab Saudi, walaupun belum Islami seratus persen --karena masih menggunakan sistem monarki (bukan Khilafah)-- tapi sistem pidana Islam yang diterapkannya menunjukkan keunggulan signifikan bila dibandingkan sistem pidana sekuler yang dijalankan di negara-negara Arab lainnya, yaitu di Suriah, Sudan, Mesir, Irak, Libanon, dan Kuwait. Rata-rata angka pembunuhan di Saudi (dalam 100.000 penduduk) dalam periode 1970-1979 yang besarnya 53, ternyata hanya 1/6 dari angka pembunuhan Mesir dan Kuwait, 1/7 dari angka pembunuhan Suriah, 1/9 dari angka pembunuhan Sudan, 1/16 dari angka pembunuhan Irak, dan hanya 1/25 dari angka pembunuhan Libanon. (Topo Santoso, 2003: 138-143). Jika Saudi dibandingkan dengan negara Barat, seperti Amerika Serikat, angkanya akan lebih signifikan dan dramatis. Bayangkan, angka pembunuhan Saudi selama 1 tahun sama dengan angka pembunuhan AS dalam sehari! Sebab rata-rata angka pembunuhan Saudi selama 10 tahun (1970-1979) hanya ada 53 kasus pembunuhan per tahun. Di AS (sepanjang 1992 saja) terjadi 20.000 kasus pembunuhan, atau 54 orang terbunuh per hari (al-Basyr, 1995:45). Bayangkan pula, angka perkosaan di Saudi selama 1 bulan sama dengan angka perkosaan AS dalam sehari! Sebab rata-rata angka perkosaan Saudi selama 10 tahun (1970-1979) hanya ada 352 kasus perkosaan per tahun. Jadi per bulan di Saudi terjadi sekitar 29 perkosaan. Di AS (sepanjang 1992 saja) terjadi 10.000 kasus perkosaan, atau sekitar 27 perempuan diperkosa per hari. Ini kurang lebih setara dengan angka perkosaan Saudi selama 1 bulan (Qonita, 2001:53-54). Subhanallah! Penutup Dari uraian keunggulan konseptual dan praktikal di atas, nampak jelas sistem pidana Islam jauh lebih unggul jika dibandingkan sistem pidana sekuler yang diterapkan saat ini. Sudah saatnya sistem pidana sekuler warisan penjajah yang kafir itu dihapuskan sekarang juga, sebab ia bertentangan secara total dengan Islam dan hanya menimbulkan dosa dan kerusakan di dunia dan akhirat. [ ] DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M. Husain. 1990. Dirasat fi al-Fikr al-Islami. Beirut : Darul Bayariq. Audah, Abdul Qadir. 1992. at-Tasyri’ al-Jina`i al-Islami. Beirut : Mu`assah ar- Risalah.
  • 6. al-Baghdadi, Abdurrahman. 1987. Serial Hukum Islam (Penyewaan Tanah Lahan, Kekayaan Gelap, Ukuran Panjang, Luas, Takaran, dan Timbangan). Bandung : PT. Alma’arif. al-Basyr, M. bin Saud. 1995. Amerika di Ambang Keruntuhan (As-Suquth min al- Dakhil). Penerjemah Mustholah Maufur. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar. Ghalayaini, Syaikh Musthofa. Jami’ al-Durus al-‘Arabiyah. 1994. Beirut : al-Maktabah al-‘Ashriyah. al-Maliki, Abdurrahman. 1990. Nizham al-Uqubat fi al-Islam. Beirut : Darul Ummah Moeljatno. 2001. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Cetakan kedua puluh satu. Jakarta : Bumi Aksara. Santoso, Topo. 2003. Membumikan Hukum Pidana Islam. Jakarta : Gema Insani Press. as-Suyuthi & al-Mahalli. 1991. Tafsir Al-Jalalain. Cetakan Pertama. Beirut : Darul Fikr. Qonita, Arina. 2001. Jilbab dan Hijab. Jakarta : Bina Mitra Press. Zallum, Abdul Qadim. 2002. Nizham al-Hukm fi al-Islam. Beirut : Darul Ummah.