1. Kelompok IV
Huswatun Hassanah
Iis Jamilah
Mirna Safitri
Nina Yulina
Ona Mayke Gosain
Rian Hermawan
Winda Irmayanti
2. Trauma kandung kemih terjadi dari praktur pelvis dan
trauma multifle atau dari dorongan abdomen bawah
ketika kandung kemih penuh.
Trauma pada saluran perkemihan adalah adanya
benturan pada saluran perkemihan (ginjal, ureter,
vesica urinaria, uretra) pada laki laki dapat pula
mengenai skrotum, testis, dan prostat. Pada trauma
system perkemihan mempunyai beberapa jenis di
antaranya trauma uretra, trauma kandung kemih dan
trauma ginjal.
3. • Mekanisme cedera yang dapat menyebabkan injuri pada
ginjal :
Trauma penetrasi
Trauma tumpul
Latrogenik
Introupenatif
• Trauma ginjal dapat di golongkan berdasarkan mekanisme
cidera (tumpul atau tembus), lokasi anatomis, keparahan
cidera
Trauma ginjal minor
Trauma ginjal mayor.
Trauma ginjal meliputi laserasi multiple yang parah pada
ginjal disertai cidera pada suplai dan ginjal.
4. Trauma tumpul merupakan penyebab utama
dari trauma ginjal.Trauma tumpul ginjal
dapat bersifat langsung maupun tidak
langsung. Trauma langsung biasanya
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, olah
raga, kerja atau perkelahian. Trauma ginjal
biasanya menyertai trauma berat yang juga
mengenai organ organ lain
5. Hematuria (adanya darah dalam urin)
Hematuria merupakan manisfestasi yang terjadi . oleh
karena itu, adanya darah dalam urin setelah suatu cidera
menunjukan kemungkinan cidera renal. Namun demikian,
hematuria mungkin tidak muncul atau terdeteksi hanya
melalui pemeriksaan mikroskopis.
Nyeri
Kolik renal (akibat bekuan darah atau fragmen dari sitem
duktus kolektivus yang terobtruksi.
Ekimosis
Laserasi (luka) di abdomen lateral danrongga panggul.
Tanda dan gejala syok hipopolemia akibat pendarahan.
6. Dilakukan uretrogram retrograde untuk
mengevaluasi cidera uretral. Pasien dilakukan
kateterasi setelah uretrogram untuk meminimalkan
resiko gangguan uretral dan komplikasi jangka
panjang yang luas, seperti striktur, inkontinensia
(tidak dapat menahan perkemih dan imponten.
7. Tujuan pada trauma ginjal adalah untuk :
Pengendalian perdarahan, mengurangi rasa nyeri dan
mencegah infeksi.
Mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal.
Mempertahankan pengeuaran urin.
8.
9. Pengkajian Identitas Klien
Riwayat Kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan keluarga
10. 1) Nyeri b.d aktivitas peristaltic otot polos
system kalises
2) Resiko tinggi infeksi b.d adanya luka
pascabedah
3) Kecemasan b.d prognosis
pembedahan,tindakan invasive diagnostik
11. Dx I “Nyeri b.d aktivitas peristaltic otot polos
system kalises
1. Kaji adanya nyeri baik lokasi,intensitas, frekuensi dan lama
nya nyeri
2. Beri posisi nyaman menurut klien
3. Palpasi kandung kemih setiap adanya distensi
4. Ajarkan teknik relaksasi
5. Berikan kompres hangat pada daerah yang nyeri
6. Anjurkan klien untuk minum sesuai indikasi
7. Kolaborasi dalam pemberian analgenik,anti spasmodic dan
penozopyridine(untuk meredakan iritasi saluran kemih)
12. Dx II “Resiko tinggi infeksi b.d adanya luka pasca
bedah”
1. Lakukan perwatan luka streril pada hari ke-3 operasi dan
diulang setiap 2hari sekali
2. Bersihkan luka dengan cairan antiseptic jenis iodine
providum dengan cara swabbling dari arah dalam ke luar.
3. Bersihkan bekas sisa iodine providum dengan alcohol 70%
atau normal saline dengana cara swibbling dari arah dalam
keluar
4. Tutup luka dengan kasa steril dan tutup dengan plester
adhesive yang menyeluruh menutupi kasa
13. Dx III “Kecemasan b.d prognosis
pembedahan,tindakan invasive diagnostik”
1. Berikan perhatian kepada pasien, ciptakan hubungan saling
percaya dengan pasien dan support person.
Berikan informasi tentang prosedur spesifik, kateterisasi,
2. Urine berdarah, iritasi bladder. Berikan informasi sesuai
kebutuhan pasien.
3. Informasikan sebelum melakukan prosedur dan pertahankan
privacy pasien
4. Anjurkan pasien dan keluarga mengungkapkan perasaannya
Deficit pengetahuan ( kebutuhan belajar ) tentang kondisi,
prognosis, dan pengobatan
14. Dx I “Nyeri b.d aktivitas peristaltic otot polosn system
kalises
1. Mengkaji adanya nyeri baik lokasi,intensitas, frekuensi dan
lama nya nyeri
2. Memberi posisi nyaman menurut klien
3. Palpasi kandung kemih setiap adanya distensi
4. Mengajarkan teknik relaksasi
5. Memberikan kompres hangat pada daerah yang nyeri
6. Menganjurkan klien untuk minum sesuai indikasi
7. Berkolaborasi dalam pemberian analgenik,anti spasmodic
dan penozopyridine(untuk meredakan iritasi saluran kemih)
15. Dx II “Resiko tinggi infeksi b.d adanya luka pasca
bedah”
1. Melakukan perwatan luka streril pada hari ke-3 operasi dan
diulang setiap 2hari sekali
2. Membersihkan luka dengan cairan antiseptic jenis iodine
providum dengan cara swabbling dari arah dalam ke luar.
3. Membersihkan bekas sisa iodine providum dengan alcohol
70% atau normal saline dengana cara swibbling dari arah
dalam keluar
4. Menutup luka dengan kasa steril dan tutup dengan plester
adhesive yang menyeluruh menutupi kassa.
16. Dx III “ Kecemasan b pembedahan,tindakan.d
prognosis invasive dianostik “
1. Memberikan perhatian kepada pasien, ciptakan hubungan saling percaya
dengan pasien dan support person.
2. Memberikan informasi tentang prosedur spesifik, kateterisasi,
3. urine berdarah, iritasi bladder. Berikan informasi sesuai kebutuhan
pasien.
4. Menginformasikan sebelum melakukan prosedur dan pertahankan
privacy pasien
5. Menganjurkan pasien dan keluarga mengungkapkan perasaannya
Deficit pengetahuan ( kebutuhan belajar ) tentang kondisi, prognosis, dan
pengobatan
17. Dx I ”Nyeri b.d aktivitas peristaltic otot polosn system
kalises
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
O : Pasien terlihat tenang
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
18. Dx II “Resiko tinggi infeksi b.d adanya luka pasca
bedah”
S : Tidak ada
O : Tidak terdapat tanda2 infeksi
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Dx III “Kecemasan b.d prognosis
pembedahan,tindakan invasive dianostik”
S : Pasien mengatakan sudah yakin dengan tindakan
pembedahan
O : Pasien tanpak tidak cemas
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi