Modul ini membahas tentang anti monopoli dan persaingan bisnis tidak sehat. Definisi monopoli adalah penguasaan produksi dan pemasaran suatu barang oleh satu pelaku usaha. Persaingan tidak sehat adalah persaingan dengan cara tidak jujur. Terdapat tiga cara terjadinya monopoli menurut Sherman Act: karena keahlian, pemberian negara, atau kecelakaan sejarah. Contoh kasusnya adalah Indofood yang secara de facto memiliki monopoli di pas
Aksi Nyata Menyebarkan (Pemahaman Mengapa Kurikulum Perlu Berubah) Oleh Nur A...
Hbl, nadya silva calestin, hapzi ali, anti monopoli dan persainagn bisnis tidak sehat, universitas mercu buana, 2018
1. MODUL PERKULIAHAN
HUKUM BISNIS DAN LINGKUNGAN
Anti Monopoli dan Persainagn Bisnis Tidak sehat
Fakultas
Program
Studi
Tatap
Muka
Kode MK Disusun Oleh
Dosen
pengampu
Ekonomi dan
Bisnis
Akuntansi
10
F041700009 Nadya Silva Calestin Prof. Dr.
Hapzi Ali,
CMA
2. 2 Hukum Bisnis & Lingkungan Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA http://www.mercubuana.ac.id
Resume
n Pengertian Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Menurut UU No. 5 Tahun 1999, monopoli adalah suatu bentuk penguasaan atas produksi dan atau
pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu
kelompok pelaku usaha.
Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan
kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur
atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.
Menurut Sherman Act, ada beberapa hal yan berhubungan dengan proses terjadinya monopoli
secara ilmiah, yaitu:
1. Monopoli terjadi akibat dari suatu superrior skill, yang salah satunya dapat terwujud dari
pemberian hak paten secara eksklusif oleh negara, berdasarkan pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku kepada pelaku usaha tertentu atas hasil riset dan pengembangan atas
teknologi tertentu. Selain itu ada juga yang dikenal dengan istilah Trade Secret (rahasia dagang),
yang meskipun tidak memperoleh eksklusivitas pengakuan oleh negara, namun dengan rahasia
dagangnya mampu membuat produk yang superior.
2. Monopoli terjadi karena pemberian negara (Ketentuan pasal 33 (2) dan 33 (3) UUD 1945 yang
dikutip kembali dalam pasal 51 UU No. 5 Tahun 1999)
3. Monopoli yang terjadi akibat adanya historical accident, yaitu monopoli yang terjadi karena
tidak disengaja, dan berlangsung karena proses alamiah, yang ditentukan oleh berbagai faktor terkait
dimana monopoli tersebut terjadi. Dalam hal ini penilaian mengenai pasar bersangkutan yang
memungkinkan terjadinya monopoli menjadi sangat relevan.
Terdapat dua teori yang terdapat dalam hukum anti monopoli, yaitu:
1. Teori Perse, teori yang melarang monopoli an sich, tanpa melihat apakah ada ekses
negatifnya. Beberapa bentuk kartel, monopoli dan persaingan usaha tidak sehat harus dianggap
dengan sendirinya bertentangan dengan hukum. Titik beratnya adalah unsur formal dari perbuatan
tersebut.
2. Teori Rule of Reason, teori ini melarang kartel dan monopoli jika dapat dibuktikan bahwa ada
ekses negatifnya.
Dalam UU No. 5 Tahun 1999 dijelaskan bahwa selama suatu pemusatan kekuatan ekonomi tidak
menyebabkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat, maka hal itu tidak dapat dikatakan telah
terjadi suatu praktek monopoli, yang melanggar atau bertentangan dengan undang-undang ini,
meskipun monopoli itu sendiri secara nyata terjadi (dalam bentuk penguasaan produksi dan/ atau
pemasaran barang dan/ atau jasa tertentu). Jadi, sebenarnya monopoli tidak dilarang, yang dilarang
adalah praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa salah satu prasyarat pokok dapat dikatakan telah
terjadi suatu pemusatan ekonomi adalah terjadinya penguasaan nyata dari suatu pasar bersangkutan
sehingga harga dari barang atu jasa yang diperdagangkan tidak lagi menggikuti hukum ekonomi
mengenai permintaan dan penjualan, melainkan semata-mata ditentukan oleh satu atau lebih pelaku
ekonomi yang menguasai pasar tersebut.
3. 3 Hukum Bisnis & Lingkungan Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA http://www.mercubuana.ac.id
Contoh Kasus :
Kasus Monopoli PT. Indofood Sukses Makmur
PT. Indofood Sukses Makmur adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan
makanan yang hampir seluruh produknya menguasai pasar di Indonesia. Produk yang dihasilkan
termasuk mie instan (Indomie, Sarimi, Supermi, Cup Noodles, Pop Mie, Intermie, Sakura). Indofood
merupakan produsen mie instan terbesar dengan kapasitas produksi 13 miliar bungkus per tahun.
Selain itu Indofood juga mempunyai jaringan distribusi terbesar di Indonesia. Posisi dominan Indofood
pada pasar mi instan tidak diragukan lagi, dengan menguasai pangsa pasar lebih dari 80%. Secara
teoretis suatu pelaku usaha yang menguasai pangsa pasar 80% tidak saja dapat dikatakan
mempunyai posisi dominan, tetapi juga telah memonopoli pasar yang bersangkutan.
PT Indofood Sukses Makmur telah memonopoli sektor mi instan semasa Orde Baru. Artinya sebelum
adanya UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU
Antimonopoli), Indofood telah menguasai pangsa pasar 90% disektor mi instan dan 90% tepung
terigu nasional melalui Bogasari Flour Mills. Penguasaan mie instan oleh Indofood diawali dengan
penguasaan tepung terigu. Penguasaan tepung terigu adalah karena Bulog menunjuk Bogasari Flour
Mills untuk mengolah biji gandum. Untuk jasa pengolahan tersebut Bulog membayar kepada Bogasari
biaya produksi dan margin keuntungan. Tetapi di dalam pelaksanaannya, Bulog tidak terlibat
langsung dalam proses pengoalahan biji gandum tersebut, sehingga Bulog tidak mempunyai cukup
informasi mengenai struktur biaya. Akhirnya kebijakan harga gandum yang ditetapkan oleh Bulog
tergantung kepada informasi yang diberikan oleh Bogasari.
Namun demikian monopoli tepung terigu tersebut belum dapat meningkatkan keuntungan yang
maksimal. Untuk itu Indofood melakukan diversifikasi usaha ke hilir yaitu memproduksi makanan
instan yang menggunakan bahan baku tepung terigu. Didirikanlah pabrik industri makanan seperti
Indofood Jaya Raya, Sarimi Asli Jaya, Sanmaru Food Manufacturing, dan Arya Andalan Agung. Jadi,
pada masa itu Indofood menguasai pasar hulu dan hilir tepung terigu. Saat ini Indofood mempunyai
80% pangsa pasar mi instan, pesaingnya PT Sayap Utama dari Groups Wing dengan Mie Sedaap
menguasai pangsa pasar antara 10% sampai 15%, dan sisanya pesaing yang lain. Dari struktur pasar
yang demikian dapat disimpulkan Indofood mempunyai posisi dominan, apalagi didukung
kemampuan keuangan yang kuat, dan dapat menyesuaikan pasokan atau permintaan mi instan
dipasar yang bersangkutan.
Menurut teori SCP (Structure-Conduct-Performance) kita mengetahui bahwa struktur dan tingkah laku
(conduct) sebuah perusahaan memiliki hubungan dua arah. Di satu sisi sebuah perusahaan yang
struktur pasarnya monopoli akan berkelakuan sebagai monopolis, sedangkan di sisi yang lain,
sebuah perusahaan akan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar memiliki struktur pasar
monopoli. Tujuannya jelas, untuk mendapatkan monopoly’s rent. Sedangkan sebuah perusahaan
monopoli akan berusaha mempertahankan struktur pasarnya itu.
Begitu juga yang dialami oleh Indofood. Pada tahun 2003 Monopoly Watch menemukan indikasi PT
Indofood Sukses Makmur (ISM) melakukan praktek jual rugi. Dari berbagai jenis kemasan mie instant
yang diproduksi PT ISM, Tbk, ditemukan beberapa kemasan yang justru mengalami kerugian setelah
dihitung melalui komponen-komponen produksinya. Sebagai contoh Mie Sakura memiliki harga pokok
penjualan Rp 385 sedangkan harga jual pabrik hanya Rp 254. Untuk Mie Sayap harga pokok
penjualannya adalah Rp 585 tetapi harga pabriknya hanya Rp 560. Belum lagi ditambah pemberian
bonus mangkok atau piring.
Kenapa Indofood melakukan hal ini jelas karena ingin mempertahankan struktur monopoli pasarnya
untuk tetap mendapatkan monopoly’s rent. Monopoly’s rent yang dimaksud indikasinya juga
ditemukan oleh Monopoly Watch berupa biaya produksi yang tidak efisien dari PT ISM. Terdapat lima
perusahaan yang sudah ditunjuk ISM, berperan sebagai perusahaan penghubung bisnis (brokerage)
kepada PT ISM sehingga para pemasok bahan baku seperti cabe, garam, dan lainnya tidak dapat
melakukan transaksi langsung dengan PT ISM. Akibatnya harga bahan baku tersebut menjadi lebih
mahal dan harga produksi mie instant pun meningkat. Kelima perusahaan itu adalah PT Sugih Multi
Bersama, PT Prima Sari Nuansa Indah, PT Teguh Nusa Griya, PT Fajar Cipta Murni, dan PT
Lembayung Lambang Lestari.
4. 4 Hukum Bisnis & Lingkungan Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA http://www.mercubuana.ac.id
Indofood Vs Wingsfood: Matinya Produsen Kecil
Persaingan antara Indofood dan Wingsfood dinilai berpotensi menghancurkan industri mie instan.
Kedua produsen mi itu sama-sama menurunkan harga sebesar 20-25 persen. Wings melakukan itu
untuk merebut pangsa pasar mi instan, sedangkan Indofood untuk mempertahankan pangsa
pasarnya. Padahal, tanpa persaingan harga yang dilakukan oleh Indofood, produsen yang lain sudah
tertekan akibat harga bahan baku, termasuk harga pokok gandum yang sudah naik hingga empat kali
lipat dibanding sebelum krisis. Harga pokok gandum paralel dengan nilai tukar rupiah terhadap dolar
AS. Sedangkan kenaikan harga mi instan dalam periode yang sama hanya dua kali lipat. Akhirnya
harga yang dikeluarkan Indofood--sebagai pemimpin pasar (market leader) mie instan di Indonesia--
menjadi patokan harga untuk produsen mie instan lainnya. Sedangkan produsen yang struktur
biayanya belum seefisien indofood pastinya tidak bisa mengikuti tren harga yang turun seperti itu.
Akibatnya pengusaha mie instan lain yang tidak kuat akan gulung tikar seperti yang dialami oleh
Salam mie.
5. 5 Hukum Bisnis & Lingkungan Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA http://www.mercubuana.ac.id
Dafar Pustaka
http://rachmad-satriotomo.blogspot.co.id/2010/04/monopoli-indofood-dalam-persaingan_371.html