SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SIDOARJO
FAKULTAS EKONOMI
PROGAM STUDI MANAJEMEN
http://www.unusida.ac.id
Berfikir dan Menulis Ilmiah
BERPIKIR KRITIS:SEBUAH PENGANTAR
Senin 20 Maret 2017
syahrudinm888@gmail.com
Oleh:
M. Syahruddin
1. Apa itu berpikir kritis? Bagaimana kita mengasahnya
Berpkir kritis ini diajarkan dan penerapannya secara langsung emplisit. Hal ini
dilakukan untuk meumbuhkan kesadaran siswa tentang berpikir kritis bukan hanya
dalam penerapan tidak langsung implisit seperti sistem belajar yang lampau.
Beberapa tokoh juga mendefinisikan pendapat mereka yang berbeda-beda
mengenai berpikir kritis seperti John Dewey,Edward Gleser,Robert Ennis,Richard
Paul,Michael Scriven .
Menurut John Dewey:
Pertimbangan yang aktif, persistent (terus-menerus) dan teliti mengenai sebuah
keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut
alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan yang menjadi
kecenderungannya.
Menurut Edward Gleser:
Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal
yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang. Pengetahuan tentang
metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis dan semacam suatu
keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berpikir kritis menuntut
upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif
berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang
diakibatkannya.
Menurut Robert Ennis:
Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif untuk memutuskan apa
yang mesti dipercaya atau dilakukan.
Menurut Richard Paul:
Berpikir kritis adalah mode berpikir mengenai hal, substansi atau masalah apa saja
dimana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara
terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-
standar inteektual padanya.
Menurut Michael Scriven:
Berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap
observasi dan komunikasi, informasi dan argumantasi.
Dalam berpikir kritis ini jelas menuntut interpretasi dan evaluasi terhadap komunikasi,
observasi dan sumber-sumber lainnya. Perlu juga adanya ketrampilan dalam
memikirkan asumsi-asumsi, manganalisa arguman dan gagasan dalam mengajukan
pertanyaan dan medebatkan isu-isu secara terus-menerus.
2. Mengidentifikasi Alasan dan Kesimpulan:Bahasa Penalaran
Dalam sebuah kasus yang akan disampaikan atau orang lain
sampaikan, ada kalanya jika argumen yang akan disampaikan duberi
alasa untuk diterima dan ini dinamakan mengargumatasikan sebuah
kasus atau menyajikan sebuah argumen. Namun, dalam penyampaian
arguman ini tidaklah semua oarang bisa paham akan maksud yang
akan anda bicarakan dan sebaliknya adapula yang akan mengerti dan
paham mengenai argumen yang telah dikemukakan.
 Bahasa Penalaran I  Ada kata-kata dan frase –frase tertentu yang
orang pakai secara khusus untuk menunjukkan bahwa mereka
mengemukakan alasan-alasan untuk sebuah kesimpulan kata yang
begitu jelas orang pakai dalam konteks ini adalah kata ‘oleh karena
itu’. adapula contoh kata-kata sebagai berikut : sehingga...,
karenanya..., jadi..., sebagaikonsekuensinya..., yang membuktikan
/ memperlihatkan bahwa...., saya menyimpulkan bahwa...,
berdasarkan hal itu..., dan banyak frase lainnya. Kata-kata ini
semuanya digunakan untuk memperlihatkan pendapat yang
ditunjukkan lewat tanda titik-titik merupakan kesimpulan untuk
alasan-alasan yang dikemukakan. Pemakaian frasae ini disebut
juga indikator-indikator alasan dan indikator-indikator itu mencakup
kata-kata seperti: karena...., berdasarkan fakta bahwa..., alasan-
alasannya adalah..., pertama..., kedua..., dan banyak frasae lain
sepertiitu (di mana titik-titik menujukkan tempatterdapatnya alasan
yang diberikan) ketika ingin merujuk ke indikatro-indikator
kesimpulan.
 Bahasa Penalaran II  Setelah menyadari peran penting ‘oleh
karena itu’, ‘sehingga’ dan ‘karena’ memiliki peran khusus untuk
memberi petunjuk terhadap apa yang ingin kita sampaikan
mengenai argumentasi sebuah kasus. Maka, ada hal lain yang juga
memerankan fungsi penting dalam penalaran. Contoh:
a. Kadang-kadang kita mengakui kita membuat asumsi-asumsi
dengan mengatakan ‘saya berasumsi bahwa....dikatakan /
diandaikan bahwa....
b. Ketika penalaran kita berbicara tentang penjelasan sebab-akibat
dengan mengatakan ‘.....menjelaskan mengapa...’ ‘itulah
sebabnya...’
Dan sebagainnya.
Dengan menyisipkan kata-kata diatas dapat membantu supaya tulisan
atau pembicaraan kita masuk akal.
3. Berbagai Pola Penalaran
 Kasus yang paling sederhana
Contoh: kerusakan pada lapisan ozon merupakan masalah
internasional1
sehingga2
masalah itu hanya bisa diselesaikan melalui persetujuan
internasioanl.
Ada satu alasan yang diajukan untuk mendukung sebuah
kesimpulan
<alasan>1
dan <kesimpulan>2
 Memberi alasan berdampingan
Contoh: tentu saja jarang sekali orang beriman mendasarkan imannya
pada pertimbangan rasional mengenai pandangan-pandangan dunia
alternatif. Hampir semua penganut agama mengikuti agama dari
orang-orang yang hidup diantara mereka, apakah itu Kristen, Hindu,
Muslim atau apa saja. Dan tambah lagi, hanya ada sedikit butki
yang meyainkan untuk mendukung keyakinan mereka
mendukung hal-halgaib.1&2
Ada dua alasan untuk sebuah kesimpulan
<alasan>1
dan <kesimpulan>2
saling berdampingan
 Rantai Penalaran
Contoh: menanam tanaman pangan yang dimodifikasi secara genetis
akan memampukan para petani untuk memakai bahan pembasmi
rumput liar yang lebih kuat, sehingga1
akan terjadi pengurangan yang
cukup besar pada jumlah dan kepadatan benih rumput liar di ladang
pertanian. Jadi2
, mungkin kebanyakan burung di daerah pertanian
yang bergantung pada benih-behin ini untuk bertahan selama musim
dingin akan smakin berkurang lagi.
Ada dua kesimpulan
<alasan 1> sehingga [kesimpulan 1] jadi [kesimpulan 2]
 Hipotesis dan Kalimat Lain yang Kompleks
Contoh: entah kepala sekolah A atau sekretaris B yang mencuri uang
itu.
Kalimat seperti ini ‘entah’, kadang-kadang dikatakan sebagai kalimat
disjungsi atau pemisahan, dan hal penting yang perlu diingat ketika
menganallisa sebuah argumen ke dalam alasan-alasan dan
kesimpulan-kesimpulan ialah bahwa pemisahan-pemisahan itu tidak
bolehdipisahkan ketika mneganalisis argumen, hal penting yang harus
dilakukan adalah hipotesis-hipotesis tidak boleh dipisahkan seolah-
olah mereka meyajikan alasan dan kesimpulan
4. Penalaran Mengenai : asumsi, konteks, dan peta berpikir.
a. Asumsi
Dalam erpendapat atau berargumen ada beberapahal yang dianggap
benar dan bisa diterima atau bisa meyakinkan tentang pendapat.
Namu, bebrapadari kita tidak dapat menyampaikannya dan dalam arti
tertentu disebut diasumsikan. Biasanya, dalam hal ini menggunakan
kata ‘asumsi’ inilah yang dimaksud asumsi adalah keyakinan yang
secara jelas diterima oleh pembicara atau penulis tetapi mereka tidak
menyatakannya.
b. Konteks
Argumen, penjelasan, dan sebagainya selalu dikemukakan dalam
suatu konteks dan konteks itu mengandung segalamacam asumsi,pra
anggapan, latar belakang keyakinan, fakta yang relevan untuk
menafsir apa yang dimaksudkan, aturan, tingkah laku dan lain-lain.
Konteks klaim dapat membantu menafsir makna. Konteks historis
membantudalam mengintrepretasidan mengevaluasi.Secara singkat,
konteks argumen dapat mempengaruhi interpretasi dan evaluasinya,
terutama karena konteks tersebut menyediakan asumsi, pra-asumsi,
dan latar belakang infromasi lain.
c. Peta Berpikir untuk Memahami dan Mengevaluasi Pemikiran
Meskipun dalam hal ini memahani dan mengambil kesimpulan utama
bukanlah hal yang diharuskan tetapi hal ini yang membantu utnuk
mengenali apa yang akan disampaikan. Berpikir kritis juga
mengajarkan kita dan menuntut untuk mempertimbangkan setiap
gagasan yang relevan lain yang dapat membantu untuk menuju
pemikiran sampai pada penilaian yang baik terhadap hal itu
sepenuhnya. Oleh sebab itu, ketika mempertimbangan setiap isu di
mana penilaian kita bermakna, kita mesti memperhatikan semua
gagasan yang relevan semampukita. Hal ini menyatakan secara tidak
langsung bahwa seseorang yang memiliki banyak pengetahuan
tentang isu-isu terkait, dan begitu imajinatif tentang kemungkinan-
kemungkinan, cenderung mengambil keputusan berdasarkan alasan
yang baik dan logis ketimbang seorang yang memiliki sedikit
pengetahuan dan imajinatif.
5. Mengklarifikasi & menginterpretasi pernyataan dan gagasan
Berbagai isu , berita dan konflik sehari-hari tentu harus mempunyai bukti
yang jelas dan sebagaiproses nerpikirkritis hal ini sangat diperlukan. Ada
perlunya proses penalaran dalam menagnggapi hal ini. Proses penaaran
sering kali memerlukan klarifikasi. Makna istilah-istilah yang digunakan,
atau klaim-klaim yang dibuat, tidak jelas, kabur, tidak tepat dan bermakna
ganda. Agar dapat menilai argumen secarakritis pertama-tama kita harus
memahaminya. Hal ini berarti bahwa tidak hanya memahamidengan jelas
alasa-alasan, kesimpulan-kesimpulan, dan asumsi-asumsi yang
dipresentasikan, tetapi juga memahami dengan jelas maksud semuanya
ini. Pahami dahulu frasee yang digunakan bila perlu gunakan kamus
besar bahasa indonesia sebagaiacuan untuk mengetahui kata apa yang
belum dimengertidan pahamilah artinya utnuk petunjuk untuk memahami
sebuah isu atau berita dan lainnya. Hal lain yang diperhatikan adalah:
o Apa masalahnya (kekaburan, ambiguitas, kebutuhan akan
contoh, atau apa)
o Pahamilah audiensnya (latar belakang pengetahuan dan
keyakinan audiens yang dapat diasumsikan)
o Berdasarkan audiensnya, apakah yang akan memberikan
cukup klarifikasi untuk tujuan terkini
o Berapa banyak detail yang dibutuhkan audiens dalam
situasi ini
o Masalah yang menuntut klarifikasi dalam penalaran
o Maksud
6. Akseptabilitas alasan: termasuk kreadibilitasnya
Sebelumnya telah dibahas mengenai hal penalaran dan sekarang
pembahasanmengenaievaluasi penalaran. Kalau seseorang memberi
alasan-alasan yang bertujuan untuk meyakinkan akan suatu titik
pandang (kesimpulan, penjelasan, rekomendasi,interpretasi, atau apa
saja), tidak hanya akan memahami saja, tetapi juga mengmbil posisi
mengevaluasi utnuk menentukan apaka itu penalaran yang baik,
apakah kita seharusnya diyakinakan oleh penalaran itu.
a. Akseptabilitas pertanyaan disesuaikan konteks
Jika terjadi komunikasi dan perdebatan mengenai suatu isu dan ada
beberapa orang yang mengatakan kesimpulannya seperti ini.
Kebanyakan pendengarhanya akan mengikutinya tanpa menganalisis
terlebih dahulu. Hal ini biasanya terjadi ketika dalam konteks
percakapan informal. Namun, jika ingin memperoleh kebenaran
mengenai isu-isu penting, maka harus lebih sistematik. Proses yang
lebih sistematik dan pendekatan yang lebih terampil dalam
mengevaluasi argumen.
b. Akseptabilitas Klaim
Pertanyaan tentang akseptabilitas sering kali merupakan pertanyaan
tentang kreadibilitas, di mana kita akan segerakembali ke pertanyaan.
Maksudnya, alasan-alasan yang diberikan utnuk beberapakesimpulan
dituntut pengetahuan dan menganalisis pertanyaan. Dalam
menganalisis akseptabilitas klaim ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
 Seberapapastikah klaim itu
 Apakah konteks klaim itu mempengaruhiakseptabilitasnya
 Apakah kalim itu membutuhkan keahlian/penelitian untuk
menentukan
 Apakah kalim itu secara luas dikenal atau diyakini
 Seberapa baiknya klaim itu cocok dengan keyakinan kita
lainnya
 Apakah klaim itu dari sumberyang dapat dipercaya

More Related Content

What's hot

FILSAFAT ILMU Bab Kebenaran Kel 9
FILSAFAT ILMU Bab Kebenaran Kel 9FILSAFAT ILMU Bab Kebenaran Kel 9
FILSAFAT ILMU Bab Kebenaran Kel 9Rinda Fn
 
Rangkuman buku berpikir kritis
Rangkuman buku berpikir kritisRangkuman buku berpikir kritis
Rangkuman buku berpikir kritisiin masfiyatus
 
Indah permata sari
Indah permata sariIndah permata sari
Indah permata saritaufiq99
 
20140418084847 sbfs1103 topik 2 penyelidikan mengenai pemikiran dan penyelesa...
20140418084847 sbfs1103 topik 2 penyelidikan mengenai pemikiran dan penyelesa...20140418084847 sbfs1103 topik 2 penyelidikan mengenai pemikiran dan penyelesa...
20140418084847 sbfs1103 topik 2 penyelidikan mengenai pemikiran dan penyelesa...Semut Hitam
 
Pengertian/Konsep/Term Logika
Pengertian/Konsep/Term LogikaPengertian/Konsep/Term Logika
Pengertian/Konsep/Term LogikaSiti Hardiyanti
 
Komponen-komponen Logika
Komponen-komponen LogikaKomponen-komponen Logika
Komponen-komponen LogikaSiti Hardiyanti
 
Teori dan Jenis Pemikiran- Kemahiran Komunikasi
Teori dan Jenis Pemikiran- Kemahiran KomunikasiTeori dan Jenis Pemikiran- Kemahiran Komunikasi
Teori dan Jenis Pemikiran- Kemahiran KomunikasiAwatif Atif
 

What's hot (9)

FILSAFAT ILMU Bab Kebenaran Kel 9
FILSAFAT ILMU Bab Kebenaran Kel 9FILSAFAT ILMU Bab Kebenaran Kel 9
FILSAFAT ILMU Bab Kebenaran Kel 9
 
Rangkuman buku berpikir kritis
Rangkuman buku berpikir kritisRangkuman buku berpikir kritis
Rangkuman buku berpikir kritis
 
Indah permata sari
Indah permata sariIndah permata sari
Indah permata sari
 
Berfikir kritiss
Berfikir kritissBerfikir kritiss
Berfikir kritiss
 
Tugasan p.kritis
Tugasan p.kritisTugasan p.kritis
Tugasan p.kritis
 
20140418084847 sbfs1103 topik 2 penyelidikan mengenai pemikiran dan penyelesa...
20140418084847 sbfs1103 topik 2 penyelidikan mengenai pemikiran dan penyelesa...20140418084847 sbfs1103 topik 2 penyelidikan mengenai pemikiran dan penyelesa...
20140418084847 sbfs1103 topik 2 penyelidikan mengenai pemikiran dan penyelesa...
 
Pengertian/Konsep/Term Logika
Pengertian/Konsep/Term LogikaPengertian/Konsep/Term Logika
Pengertian/Konsep/Term Logika
 
Komponen-komponen Logika
Komponen-komponen LogikaKomponen-komponen Logika
Komponen-komponen Logika
 
Teori dan Jenis Pemikiran- Kemahiran Komunikasi
Teori dan Jenis Pemikiran- Kemahiran KomunikasiTeori dan Jenis Pemikiran- Kemahiran Komunikasi
Teori dan Jenis Pemikiran- Kemahiran Komunikasi
 

Viewers also liked

Alcance y secuencia de contenidos subnivel bàsico medio termionado
Alcance y secuencia de contenidos   subnivel bàsico medio termionadoAlcance y secuencia de contenidos   subnivel bàsico medio termionado
Alcance y secuencia de contenidos subnivel bàsico medio termionadoFelix Gabriel Ojeda Ojeda Carranza
 
บทที่3เทคนิคการส่งข้อมูลดิจิตอล
บทที่3เทคนิคการส่งข้อมูลดิจิตอลบทที่3เทคนิคการส่งข้อมูลดิจิตอล
บทที่3เทคนิคการส่งข้อมูลดิจิตอลkamolphan_sri
 
Pembangunan mapan dalam islam
Pembangunan mapan dalam islamPembangunan mapan dalam islam
Pembangunan mapan dalam islamzahidahzuhud
 
Narrative techniques
Narrative techniquesNarrative techniques
Narrative techniquesKaty Arundell
 
презентація
презентаціяпрезентація
презентаціяcit-cit
 
Beard growing mistakes or faux pas you must know!
Beard growing mistakes or faux pas you must know!Beard growing mistakes or faux pas you must know!
Beard growing mistakes or faux pas you must know!Beard.org.in
 
F1000 overview f1000 specialists
F1000 overview   f1000 specialistsF1000 overview   f1000 specialists
F1000 overview f1000 specialistsNeeraj Dangi
 

Viewers also liked (10)

Alcance y secuencia de contenidos subnivel bàsico medio termionado
Alcance y secuencia de contenidos   subnivel bàsico medio termionadoAlcance y secuencia de contenidos   subnivel bàsico medio termionado
Alcance y secuencia de contenidos subnivel bàsico medio termionado
 
บทที่3เทคนิคการส่งข้อมูลดิจิตอล
บทที่3เทคนิคการส่งข้อมูลดิจิตอลบทที่3เทคนิคการส่งข้อมูลดิจิตอล
บทที่3เทคนิคการส่งข้อมูลดิจิตอล
 
บทที่ 3 พลังงานทดแทน
บทที่  3 พลังงานทดแทนบทที่  3 พลังงานทดแทน
บทที่ 3 พลังงานทดแทน
 
Pembangunan mapan dalam islam
Pembangunan mapan dalam islamPembangunan mapan dalam islam
Pembangunan mapan dalam islam
 
NFQ Agency
NFQ AgencyNFQ Agency
NFQ Agency
 
Narrative techniques
Narrative techniquesNarrative techniques
Narrative techniques
 
презентація
презентаціяпрезентація
презентація
 
Beard growing mistakes or faux pas you must know!
Beard growing mistakes or faux pas you must know!Beard growing mistakes or faux pas you must know!
Beard growing mistakes or faux pas you must know!
 
F1000 overview f1000 specialists
F1000 overview   f1000 specialistsF1000 overview   f1000 specialists
F1000 overview f1000 specialists
 
Pems 2017 présentation date 18 fev
Pems 2017 présentation date 18 fevPems 2017 présentation date 18 fev
Pems 2017 présentation date 18 fev
 

Similar to BERPIKIR KRITIS

Bab 2 pemikiran kritis, penyelesaian masalah, dan pemikiran saintifik
Bab 2  pemikiran kritis, penyelesaian masalah, dan pemikiran saintifikBab 2  pemikiran kritis, penyelesaian masalah, dan pemikiran saintifik
Bab 2 pemikiran kritis, penyelesaian masalah, dan pemikiran saintifikPak Teh Naim
 
Rangkuman buku berpikir kritis
Rangkuman buku berpikir kritisRangkuman buku berpikir kritis
Rangkuman buku berpikir kritisiin masfiyatus
 
KONSEP DASAR BERFIKIR KRITIS DAN MASALAH DALAM KEBIDANAN
KONSEP DASAR BERFIKIR KRITIS DAN MASALAH DALAM KEBIDANANKONSEP DASAR BERFIKIR KRITIS DAN MASALAH DALAM KEBIDANAN
KONSEP DASAR BERFIKIR KRITIS DAN MASALAH DALAM KEBIDANANzenyusup
 
Makalah berpikir Kritis
Makalah berpikir KritisMakalah berpikir Kritis
Makalah berpikir KritisGoogle
 
Kelompok 5 filsafat ilmu ( a )
Kelompok 5 filsafat ilmu ( a )Kelompok 5 filsafat ilmu ( a )
Kelompok 5 filsafat ilmu ( a )DebbyAmmarAlfaruq
 
PROSES - PROSES KOGNITIF KOMPLEKS
PROSES - PROSES KOGNITIF KOMPLEKSPROSES - PROSES KOGNITIF KOMPLEKS
PROSES - PROSES KOGNITIF KOMPLEKSHusna Sholihah
 
Makalah berpikir ilmiah(1)
Makalah berpikir ilmiah(1)Makalah berpikir ilmiah(1)
Makalah berpikir ilmiah(1)Nur Aqwamah
 
RPL 1 LEMBAR berpikir kritis dan logis
RPL 1 LEMBAR berpikir kritis dan logisRPL 1 LEMBAR berpikir kritis dan logis
RPL 1 LEMBAR berpikir kritis dan logisNur Arifaizal Basri
 
Bab 2 Pemikiran Komunikasi
Bab 2 Pemikiran KomunikasiBab 2 Pemikiran Komunikasi
Bab 2 Pemikiran Komunikasiyewpohhuat01
 

Similar to BERPIKIR KRITIS (20)

Tugas berpikir kritis
Tugas berpikir kritisTugas berpikir kritis
Tugas berpikir kritis
 
Rangkuman berpikir kritis
Rangkuman berpikir kritisRangkuman berpikir kritis
Rangkuman berpikir kritis
 
Bab 2 pemikiran kritis, penyelesaian masalah, dan pemikiran saintifik
Bab 2  pemikiran kritis, penyelesaian masalah, dan pemikiran saintifikBab 2  pemikiran kritis, penyelesaian masalah, dan pemikiran saintifik
Bab 2 pemikiran kritis, penyelesaian masalah, dan pemikiran saintifik
 
Bab 2 pd
Bab 2 pdBab 2 pd
Bab 2 pd
 
BERNALAR KRITIS.pptx
BERNALAR KRITIS.pptxBERNALAR KRITIS.pptx
BERNALAR KRITIS.pptx
 
Rangkuman buku berpikir kritis
Rangkuman buku berpikir kritisRangkuman buku berpikir kritis
Rangkuman buku berpikir kritis
 
D i s k u r s u s
D i s k u r s u sD i s k u r s u s
D i s k u r s u s
 
4. rangkuman buku
4. rangkuman buku4. rangkuman buku
4. rangkuman buku
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 
KONSEP DASAR BERFIKIR KRITIS DAN MASALAH DALAM KEBIDANAN
KONSEP DASAR BERFIKIR KRITIS DAN MASALAH DALAM KEBIDANANKONSEP DASAR BERFIKIR KRITIS DAN MASALAH DALAM KEBIDANAN
KONSEP DASAR BERFIKIR KRITIS DAN MASALAH DALAM KEBIDANAN
 
Argumentasi
ArgumentasiArgumentasi
Argumentasi
 
Makalah berpikir Kritis
Makalah berpikir KritisMakalah berpikir Kritis
Makalah berpikir Kritis
 
Kelompok 5 filsafat ilmu ( a )
Kelompok 5 filsafat ilmu ( a )Kelompok 5 filsafat ilmu ( a )
Kelompok 5 filsafat ilmu ( a )
 
PROSES - PROSES KOGNITIF KOMPLEKS
PROSES - PROSES KOGNITIF KOMPLEKSPROSES - PROSES KOGNITIF KOMPLEKS
PROSES - PROSES KOGNITIF KOMPLEKS
 
Bab2
Bab2Bab2
Bab2
 
Makalah berpikir ilmiah(1)
Makalah berpikir ilmiah(1)Makalah berpikir ilmiah(1)
Makalah berpikir ilmiah(1)
 
Pb 9. proses berpikir dan pm
Pb 9. proses berpikir dan pmPb 9. proses berpikir dan pm
Pb 9. proses berpikir dan pm
 
Pb 9. proses berpikir dan pm
Pb 9. proses berpikir dan pmPb 9. proses berpikir dan pm
Pb 9. proses berpikir dan pm
 
RPL 1 LEMBAR berpikir kritis dan logis
RPL 1 LEMBAR berpikir kritis dan logisRPL 1 LEMBAR berpikir kritis dan logis
RPL 1 LEMBAR berpikir kritis dan logis
 
Bab 2 Pemikiran Komunikasi
Bab 2 Pemikiran KomunikasiBab 2 Pemikiran Komunikasi
Bab 2 Pemikiran Komunikasi
 

Recently uploaded

aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 

Recently uploaded (20)

aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 

BERPIKIR KRITIS

  • 1. UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SIDOARJO FAKULTAS EKONOMI PROGAM STUDI MANAJEMEN http://www.unusida.ac.id Berfikir dan Menulis Ilmiah BERPIKIR KRITIS:SEBUAH PENGANTAR Senin 20 Maret 2017 syahrudinm888@gmail.com Oleh: M. Syahruddin
  • 2. 1. Apa itu berpikir kritis? Bagaimana kita mengasahnya Berpkir kritis ini diajarkan dan penerapannya secara langsung emplisit. Hal ini dilakukan untuk meumbuhkan kesadaran siswa tentang berpikir kritis bukan hanya dalam penerapan tidak langsung implisit seperti sistem belajar yang lampau. Beberapa tokoh juga mendefinisikan pendapat mereka yang berbeda-beda mengenai berpikir kritis seperti John Dewey,Edward Gleser,Robert Ennis,Richard Paul,Michael Scriven . Menurut John Dewey: Pertimbangan yang aktif, persistent (terus-menerus) dan teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja dipandang dari sudut alasan-alasan yang mendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan yang menjadi kecenderungannya. Menurut Edward Gleser: Suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan pengalaman seseorang. Pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis dan semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut. Berpikir kritis menuntut upaya keras untuk memeriksa setiap keyakinan atau pengetahuan asumtif berdasarkan bukti pendukungnya dan kesimpulan-kesimpulan lanjutan yang diakibatkannya. Menurut Robert Ennis: Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan. Menurut Richard Paul: Berpikir kritis adalah mode berpikir mengenai hal, substansi atau masalah apa saja dimana si pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan menangani secara terampil struktur-struktur yang melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar- standar inteektual padanya. Menurut Michael Scriven: Berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumantasi. Dalam berpikir kritis ini jelas menuntut interpretasi dan evaluasi terhadap komunikasi, observasi dan sumber-sumber lainnya. Perlu juga adanya ketrampilan dalam memikirkan asumsi-asumsi, manganalisa arguman dan gagasan dalam mengajukan pertanyaan dan medebatkan isu-isu secara terus-menerus. 2. Mengidentifikasi Alasan dan Kesimpulan:Bahasa Penalaran
  • 3. Dalam sebuah kasus yang akan disampaikan atau orang lain sampaikan, ada kalanya jika argumen yang akan disampaikan duberi alasa untuk diterima dan ini dinamakan mengargumatasikan sebuah kasus atau menyajikan sebuah argumen. Namun, dalam penyampaian arguman ini tidaklah semua oarang bisa paham akan maksud yang akan anda bicarakan dan sebaliknya adapula yang akan mengerti dan paham mengenai argumen yang telah dikemukakan.  Bahasa Penalaran I  Ada kata-kata dan frase –frase tertentu yang orang pakai secara khusus untuk menunjukkan bahwa mereka mengemukakan alasan-alasan untuk sebuah kesimpulan kata yang begitu jelas orang pakai dalam konteks ini adalah kata ‘oleh karena itu’. adapula contoh kata-kata sebagai berikut : sehingga..., karenanya..., jadi..., sebagaikonsekuensinya..., yang membuktikan / memperlihatkan bahwa...., saya menyimpulkan bahwa..., berdasarkan hal itu..., dan banyak frase lainnya. Kata-kata ini semuanya digunakan untuk memperlihatkan pendapat yang ditunjukkan lewat tanda titik-titik merupakan kesimpulan untuk alasan-alasan yang dikemukakan. Pemakaian frasae ini disebut juga indikator-indikator alasan dan indikator-indikator itu mencakup kata-kata seperti: karena...., berdasarkan fakta bahwa..., alasan- alasannya adalah..., pertama..., kedua..., dan banyak frasae lain sepertiitu (di mana titik-titik menujukkan tempatterdapatnya alasan yang diberikan) ketika ingin merujuk ke indikatro-indikator kesimpulan.  Bahasa Penalaran II  Setelah menyadari peran penting ‘oleh karena itu’, ‘sehingga’ dan ‘karena’ memiliki peran khusus untuk memberi petunjuk terhadap apa yang ingin kita sampaikan mengenai argumentasi sebuah kasus. Maka, ada hal lain yang juga memerankan fungsi penting dalam penalaran. Contoh: a. Kadang-kadang kita mengakui kita membuat asumsi-asumsi dengan mengatakan ‘saya berasumsi bahwa....dikatakan / diandaikan bahwa.... b. Ketika penalaran kita berbicara tentang penjelasan sebab-akibat dengan mengatakan ‘.....menjelaskan mengapa...’ ‘itulah sebabnya...’ Dan sebagainnya. Dengan menyisipkan kata-kata diatas dapat membantu supaya tulisan atau pembicaraan kita masuk akal.
  • 4. 3. Berbagai Pola Penalaran  Kasus yang paling sederhana Contoh: kerusakan pada lapisan ozon merupakan masalah internasional1 sehingga2 masalah itu hanya bisa diselesaikan melalui persetujuan internasioanl. Ada satu alasan yang diajukan untuk mendukung sebuah kesimpulan <alasan>1 dan <kesimpulan>2  Memberi alasan berdampingan Contoh: tentu saja jarang sekali orang beriman mendasarkan imannya pada pertimbangan rasional mengenai pandangan-pandangan dunia alternatif. Hampir semua penganut agama mengikuti agama dari orang-orang yang hidup diantara mereka, apakah itu Kristen, Hindu, Muslim atau apa saja. Dan tambah lagi, hanya ada sedikit butki yang meyainkan untuk mendukung keyakinan mereka mendukung hal-halgaib.1&2 Ada dua alasan untuk sebuah kesimpulan <alasan>1 dan <kesimpulan>2 saling berdampingan  Rantai Penalaran Contoh: menanam tanaman pangan yang dimodifikasi secara genetis akan memampukan para petani untuk memakai bahan pembasmi rumput liar yang lebih kuat, sehingga1 akan terjadi pengurangan yang cukup besar pada jumlah dan kepadatan benih rumput liar di ladang pertanian. Jadi2 , mungkin kebanyakan burung di daerah pertanian yang bergantung pada benih-behin ini untuk bertahan selama musim dingin akan smakin berkurang lagi. Ada dua kesimpulan <alasan 1> sehingga [kesimpulan 1] jadi [kesimpulan 2]  Hipotesis dan Kalimat Lain yang Kompleks
  • 5. Contoh: entah kepala sekolah A atau sekretaris B yang mencuri uang itu. Kalimat seperti ini ‘entah’, kadang-kadang dikatakan sebagai kalimat disjungsi atau pemisahan, dan hal penting yang perlu diingat ketika menganallisa sebuah argumen ke dalam alasan-alasan dan kesimpulan-kesimpulan ialah bahwa pemisahan-pemisahan itu tidak bolehdipisahkan ketika mneganalisis argumen, hal penting yang harus dilakukan adalah hipotesis-hipotesis tidak boleh dipisahkan seolah- olah mereka meyajikan alasan dan kesimpulan 4. Penalaran Mengenai : asumsi, konteks, dan peta berpikir. a. Asumsi Dalam erpendapat atau berargumen ada beberapahal yang dianggap benar dan bisa diterima atau bisa meyakinkan tentang pendapat. Namu, bebrapadari kita tidak dapat menyampaikannya dan dalam arti tertentu disebut diasumsikan. Biasanya, dalam hal ini menggunakan kata ‘asumsi’ inilah yang dimaksud asumsi adalah keyakinan yang secara jelas diterima oleh pembicara atau penulis tetapi mereka tidak menyatakannya. b. Konteks Argumen, penjelasan, dan sebagainya selalu dikemukakan dalam suatu konteks dan konteks itu mengandung segalamacam asumsi,pra anggapan, latar belakang keyakinan, fakta yang relevan untuk menafsir apa yang dimaksudkan, aturan, tingkah laku dan lain-lain. Konteks klaim dapat membantu menafsir makna. Konteks historis membantudalam mengintrepretasidan mengevaluasi.Secara singkat, konteks argumen dapat mempengaruhi interpretasi dan evaluasinya, terutama karena konteks tersebut menyediakan asumsi, pra-asumsi, dan latar belakang infromasi lain. c. Peta Berpikir untuk Memahami dan Mengevaluasi Pemikiran Meskipun dalam hal ini memahani dan mengambil kesimpulan utama bukanlah hal yang diharuskan tetapi hal ini yang membantu utnuk mengenali apa yang akan disampaikan. Berpikir kritis juga mengajarkan kita dan menuntut untuk mempertimbangkan setiap gagasan yang relevan lain yang dapat membantu untuk menuju pemikiran sampai pada penilaian yang baik terhadap hal itu sepenuhnya. Oleh sebab itu, ketika mempertimbangan setiap isu di mana penilaian kita bermakna, kita mesti memperhatikan semua
  • 6. gagasan yang relevan semampukita. Hal ini menyatakan secara tidak langsung bahwa seseorang yang memiliki banyak pengetahuan tentang isu-isu terkait, dan begitu imajinatif tentang kemungkinan- kemungkinan, cenderung mengambil keputusan berdasarkan alasan yang baik dan logis ketimbang seorang yang memiliki sedikit pengetahuan dan imajinatif. 5. Mengklarifikasi & menginterpretasi pernyataan dan gagasan Berbagai isu , berita dan konflik sehari-hari tentu harus mempunyai bukti yang jelas dan sebagaiproses nerpikirkritis hal ini sangat diperlukan. Ada perlunya proses penalaran dalam menagnggapi hal ini. Proses penaaran sering kali memerlukan klarifikasi. Makna istilah-istilah yang digunakan, atau klaim-klaim yang dibuat, tidak jelas, kabur, tidak tepat dan bermakna ganda. Agar dapat menilai argumen secarakritis pertama-tama kita harus memahaminya. Hal ini berarti bahwa tidak hanya memahamidengan jelas alasa-alasan, kesimpulan-kesimpulan, dan asumsi-asumsi yang dipresentasikan, tetapi juga memahami dengan jelas maksud semuanya ini. Pahami dahulu frasee yang digunakan bila perlu gunakan kamus besar bahasa indonesia sebagaiacuan untuk mengetahui kata apa yang belum dimengertidan pahamilah artinya utnuk petunjuk untuk memahami sebuah isu atau berita dan lainnya. Hal lain yang diperhatikan adalah: o Apa masalahnya (kekaburan, ambiguitas, kebutuhan akan contoh, atau apa) o Pahamilah audiensnya (latar belakang pengetahuan dan keyakinan audiens yang dapat diasumsikan) o Berdasarkan audiensnya, apakah yang akan memberikan cukup klarifikasi untuk tujuan terkini o Berapa banyak detail yang dibutuhkan audiens dalam situasi ini o Masalah yang menuntut klarifikasi dalam penalaran o Maksud 6. Akseptabilitas alasan: termasuk kreadibilitasnya Sebelumnya telah dibahas mengenai hal penalaran dan sekarang pembahasanmengenaievaluasi penalaran. Kalau seseorang memberi alasan-alasan yang bertujuan untuk meyakinkan akan suatu titik pandang (kesimpulan, penjelasan, rekomendasi,interpretasi, atau apa
  • 7. saja), tidak hanya akan memahami saja, tetapi juga mengmbil posisi mengevaluasi utnuk menentukan apaka itu penalaran yang baik, apakah kita seharusnya diyakinakan oleh penalaran itu. a. Akseptabilitas pertanyaan disesuaikan konteks Jika terjadi komunikasi dan perdebatan mengenai suatu isu dan ada beberapa orang yang mengatakan kesimpulannya seperti ini. Kebanyakan pendengarhanya akan mengikutinya tanpa menganalisis terlebih dahulu. Hal ini biasanya terjadi ketika dalam konteks percakapan informal. Namun, jika ingin memperoleh kebenaran mengenai isu-isu penting, maka harus lebih sistematik. Proses yang lebih sistematik dan pendekatan yang lebih terampil dalam mengevaluasi argumen. b. Akseptabilitas Klaim Pertanyaan tentang akseptabilitas sering kali merupakan pertanyaan tentang kreadibilitas, di mana kita akan segerakembali ke pertanyaan. Maksudnya, alasan-alasan yang diberikan utnuk beberapakesimpulan dituntut pengetahuan dan menganalisis pertanyaan. Dalam menganalisis akseptabilitas klaim ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:  Seberapapastikah klaim itu  Apakah konteks klaim itu mempengaruhiakseptabilitasnya  Apakah kalim itu membutuhkan keahlian/penelitian untuk menentukan  Apakah kalim itu secara luas dikenal atau diyakini  Seberapa baiknya klaim itu cocok dengan keyakinan kita lainnya  Apakah klaim itu dari sumberyang dapat dipercaya