Dokumen tersebut membahas tentang peranan sektor pertanian Indonesia, mulai dari kebijakan harga negatif dan positif, dampaknya terhadap petani, serta tantangan yang dihadapi seperti ketahanan pangan dan degradasi lingkungan.
Modul Ajar IPAS Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Tugas perekonomian indonesia peranan sektor pertanian
1. Nama : Muhamad Fajar Indra Jaya
Nim : 11140974
Kelas : 5X - MA
Judul : Peranan Sektor Pertanian
2. a. Kebijakan Harga Negatif
Masyarakat petani akan bersemangat menanam
padi bila beras harga beras tinggi karena akan
menaikan penghasilan mereka. Dengan kata lain
harga beras yang tinggi merupakan daya tarik atau
menanam lebih banyak lagi. Namun pada awal
pembangunan pertanian indonesia pemerintah
menganut kebijakan harga yang negatif artinya
harga itu tidak memberikan insentif tapi justru
bersifat disinsentif terhadap penanaman padi oleh
petani.
3. b. Kebijakan Harga Positif
kebijakan harga positif merupakan kebijakan harga yang
dapat merangsang petani untuk sudi menanam padi atau
jenis tanaman lainnya. untuk itu ditentukan harga beras
yang tinggi. Harga merupakan daya tarik bagi setiap orang
termasuk petani. Penentuan harga pangan yang tinggi
seperti untuk beras dipraktekan di negara-negara maju
seperti di Jepang dan Amerika Serikat, tetapi pemerintah
memberikan subsidi atau bantuan tambahan kepada
petani padi dengan harga yang memadai.
4. Diterapakan disektor pertanian, para pertanian di
Indonesia sudah dapat memberikan respons yang positif
terhadap harga produk yang dihasilkannya. Pada saat
harga jenis produk tanaman tertentu seperti cabe merah
misalnya, pada saat cabe merah meningkat, semua
meningkat, semua petani tergerak untuk menanam cabe
merah dengan harapan akan mendapatkan penghasilan
yang tinggi saat panen nanti. Setelah tiga bulan musim
panen cabe merah tiba, maka produksi cabe merah dalam
perekonomian meningkat dan dengan jumlah permintaan
yang tetap, maka harga cabe merah akan turun dan
merosot rendah.
5. Kesenjangan yang melebar selama 10 tahun terakhir
2004-2014 adalah buah dari sikap mengabaikan petanian
sebagai basis pembangunan. Kemunduran di sektor
tempat bernaung penduduk miskin tersebut berbanding
lurus dengan melebarnya kesenjangan ekonomi.
(Kompas, Rabu, 2 April 2014). Kesenjangan pendapatan
nasional 2013 tercermin pada rasio gini yang mencapai
0,413. Beberapa provinsi malah memiliki rasio gini di atas
angka nasional. Papua tercatat sebagai provinsi dengan
rasio gini tertinggi, yakni 0,442, disusul daerah istimewa
Yogyakarta (0,439), Gorontalo (0,437), dan DKI Jakarta
(0,433).
6. Indeks gini dikembangkan oleh ahli statistic Itali
bernama Corrado Gini. Indeks Gini populer untuk
mengukur ketimpangan, terutama ketimpangan
pendapatan. Indeks ini dihasilkan dengan mengukur area
antara kurva Lorenz yakni kurva yang memotret distribusi
pendapatan antara kelompok masyarakat dan garis
keseimbangan sempurna. Nilai indeks gini bervariasi mulai
dari 0 hingga 1 di mana nilai 0 menunjukan tidak ada
keseimbangan nama sekali dan angka 1 menunjukan
kondisi ketimpangan total. Misalnya disuatu wilayah hanya
satu orang yang menerima semua penghasilan,
sementara anggota masyarakat selebihnya tidak
mendapatkan pendapatan apapun.
7. Sebenarnya pembangunan pertanian secara
besar-besaran dilaksanakan pada awal
pemerintahan Orde Barudi bawah pimpinan
Presiden Soeharto. Pada awal pemerintahan Orde
Baru kondisi perekonomian sangat buruk dan
mengalami laju inflasi yang deras mencapai sekitar
600% per tahun. Saat itu Indonesia kekurangan
bahan makan, teruatama beras, sehingga harga
beras menjadi barometer ekonomi Indonesia. Bila
harga meningkat, maka laju inflasi juga meningkat.
Faktor psykologi memegang peranan penting
dalam laju inflasi.
8. 1. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di atas 6.5 persen per
tahun melalui percepatan investasi dan ekspor.
2. Pembenahan sektor riil untuk mampu menyerap
tambahan angkatan kerja dan menciptakan lapangan
kerja baru.
3. Revitalisasi pertanian dan perdesaan untuk berkontribusi
pada pengentasan kemiskinan.
Revitalisasi pertanian diartikan sebagai kesadaran untuk
menempatkan kembali arti penting sektor pertanian
secara proporsional dan kontekstual.
9. Dari hasil survey BPS mengenai rata-rata
tingkat penghasilan petani padi dan palawija,
ditemukan bahwa rumah tangga pertanan padi dan
palawija pada tahun 2013 mendapatkan
penghasilan sebesar Rp 2.200.000 per keluarga
per bulan atau Rp 550.000/kapita per bulan. Jadi
petani padi dan palawija sudah berada diatas garis
kemiskinan Rp 286.000/kapita/bulan. Angka
penghasilan yang Rp 6.600.000/kapita per tahun itu
ternyata tidak hanya berasal dari kegiatan
pertanian lainnya seperti budidaya ikan, budidaya
ternak dan sebagainya.
10. Ketahanan pangan msih merupakan isu yang penting
bagi bangsa Indonesia walaupun indonesia telah berhasil
mencapai swasembada beras pada tahun 2007. Pangan
merupakan kebutuhan pokok manusia di mana jumlah
penduduk Indonesia terus meningkat, sehingga cadangan
pangan harus meningkat juga. Di sisi lain, kapasitas
menyediakan bahan pangan justru menghadapi sejumlah
tantangan seperti perubahan iklim global, kompetisi
pemanfaatan sumber daya lahan dan air untuk kegiatan
pertanian dan non pertanian, sera degradasi lingkungan
yang menurunkan kapasitas produk pangan nasional,
serta eksodus para petani dari sektor pertanian.
11. Goultom, Miranda, Essay in
Macroeconomic Policies: The Indonesian
Exprience, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Publisher, Jakarta, 2007
Halim, Abdul dan Ibnu Mujib, Problem
Desentralisasi dan Perimbangan Keuangan
Pemerintahan Pusat-Daerah, Sekolah Pasca
Sarjana, UGM, 2009.