SlideShare a Scribd company logo
1 of 122
Download to read offline
LAPORAN AKHIR
ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH
BERDASARKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL
BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOMBANA
Kerjasama
Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kabupaten Bombana
Dengan
Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM)
Universitas Halu Oleo
ii
RINGKASAN
Kabupaten Bombana merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi
Tenggara yang memberikan pengaruh terbesar terhadap pembangunan
Sulawesi Tenggara. Hal ini disebabkan karena Kabupaten Bombana memiliki
sumberdaya alam yang beragam seperti sumberdaya air, lahan dan sumberdaya
manusia yang meliputi ketersediaan tenaga kerja yang melimpah dan
berkualitas.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bombana dengan menggunakan data
tahun 2011 sampai tahun 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi sektor yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Bombana,
menganalisis dampak pengganda pendapatan dari kegiatan sektor ekonomi yang
menjadi sektor unggulan di Kabupaten Bombana, menganalisis sektor ekonomi
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bombana.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian Deskriptif
kuantitatif, dengan menggunakan indikator yang menggambarkan seluruh
kegiatan ekonomi yang telah dilaksanakan melalui indikator PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto) yang diuraikan melalui pertumbuhan PDRB. Penelitian
menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Pemerintah Daerah setempat
dan instansi-instansi terkait lainnya, kemudian dianalisis dengan menggunakan
metode analisis Location Quetiont, dan Analisis Shift Share.
Hasil analisis Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa sektor yang
menjadi sektor basis atau unggulan di Kabupaten Bombana yaitu (1) Sektor
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, (2) Sektor Pertambangan dan
Penggalian dan (3) Sektor Perdagangan Besar Dan Eceran, Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor periode 2011-2015. Sub Sektor unggulan sektor Pertanian,
Kehutanan dan Perikanan yang memberikan kontribusi adalah Sub Sektor
tanaman pangan, tanaman hortikultura, perkebunan dan peternakan. Sub
Sektor unggulan sektor pertambangan dan galian adalah Sub Sektor
pertambangan biji logam dan pertambangan dan penggalian lainnya. Dan
Sub Sektor unggulan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan
sepeda motor adalah perdagangan besar dan eceran bukan mobil dan
sepeda motor.
Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa ketiga sektor tersebut
memiliki pertumbuhan dan daya saing yang berbeda-beda. Sektor pertanian,
kehutanan dan perikanan merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan yang
cepat namun memiliki daya saing yang kurang baik. Selanjutnya sektor
pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan
yang lambat namun memiliki daya saing yang baik. Sektor yang memiliki hamper
semuang keunggulan adalah Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil
dan Sepeda Motor.
iii
SUMMARY
Bombana regency is one of the districts in Southeast Sulawesi that gives
the greatest influence to the development of Southeast Sulawesi. This is because
Bombana District has diverse natural resources such as water resources, land
and human resources covering the availability of abundant and quality labor.
This study was conducted in Bombana District using data from 2011 to
2015. The purpose of this study was to identify the sektor that became the
leading sektor in Bombana District, to analyze the impact of income multiplier
from the activities of the sektor of economy that became the leading sektor in
Bombana Regency, to analyze the economic performance of the region based on
Identification of economic sektors in Bombana District and to analyze the
linkages and implications that will be generated from the development of the
basic economic sektor on regional development.
The research method used is descriptive quantitative research method,
using indicators that describe all economic activities that have been implemented
through indicators of GRDP (Gross Regional Product) described through the
growth of GRDP. The study used secondary data obtained from the local
government and other relevant agencies, then analyzed using Location Quetiont,
Revenue Multiplier and Shift Share analysis methods.
The result of Location Quotient (LQ) analysis shows that the sectors that
are the basic or superior sectors in Bombana Regency are (1) Agricultural,
Forestry and Fishery Sector, (2) Mining and Quarrying Sector and (3) Large and
Retail Trade Sector, Car Repair and Motorcycles period 2011-2015. The leading
sub-sectors of agriculture, forestry and fishery sector which contributed are food
crops, horticulture, plantation and livestock. The leading subsector of the mining
and quarrying sector is the mining subsector of metal ore and mining and other
excavations. And the flagship subsector of the big and retail trade sector, car and
motorcycle repair is the big and retail trade not the cars and motorcycles.
The result of Shift Share analysis shows that the three sectors have
different growth and competitiveness. The agriculture, forestry and fishery sectors
are the fastest growing sectors but have poor competitiveness. Furthermore, the
mining and quarrying sector is a slow growing sector but has good
competitiveness. Sectors that have almost the advantages are Large and Retail
Trade, Car Repair and Motorcycle.
iv
PRAKATA
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan
Karunia-NYA sehingga penyusunan “Analisis Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Bombana” dapat
diselesaikan. Kajian strategis ini dapat terwujud atas kerjasama Bada Penelitian
dan Pengembangan Kabupaten Bombana dengan Lemabga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Halu Oleo (LPPM) Kendari.
Kegiatan penyusunan Analisis Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Produk
Domestik Regional Brutio (PDRB) Kabupaten Bombana disusun dengan maksud
untuk menganalisis pertumbuhan Ekonomi berdasarkan PDRB dan langkah-
langkah yang tepat oleh Pemerintah Daerah dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Bombana.
Dengan selesainya kajian Analisis Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Bombana dapat
menjadi pedomana dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Bombana.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya
kepada kita dalam menunaikan tugas dan pengabdian kita masing-masing Amiin.
Wabilahi Taufik Wal Hidayah. Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Rumbia, April 2017
KEPALA BADAN PENELITIAN
DAN PENGEMBANGAN,
HUSRIFNAH RAHIM, ST. M.Si.
PEMBINA Tk. I. IV/b
NIP. 19710607 200604 1 004
v
KATA PENGANTAR
Patut kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang
Maha Esa, atas limpahan Rahmat dan Ridho-Nya jugalah sehingga penyusunan
laporan penelitian tentang analisis Pertumbuhan Ekonomi Daerah Berdasarkan
Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb) Kabupaten Bombana dapat diselesaikan
dengan baik.
Publikasi ini menyajikan tinjauan perkembangan perekonomian Bombana
secara deskriptif. Dalam buku ini juga ditampilkan tabel-tabel dan gambar
tentang analisis sektor-sektor ekonomi PDRB tahun 2011-2015 atas dasar harga
berlaku dan harga konstan 2010 dalam bentuk nilai nominal dan persentase.
Hasil paparan pertumbuhan ekonomi menurut sektor-sektor dalam PDRB,
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
tujuan untuk mengetahui sektor unggulan atau basis dan sejauh mana
perkembangan dari sektor unggulan tersebut.
Dengan tersusunnya laporan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan
manfaat, untuk menjadi informasi dan bahan dalam perumusan program dan
kebijakan pembangunan ekonomi khususnya yang berkaitan dengan
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bombana.
Meskipun dalam penyusunan analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan
sektor PDRB ini, telah dipersiapkan sebaik-baiknya, namun disadari masih
banyak kekurangan dan kesalahan yang mungkin terjadi. Untuk perbaikannya,
tanggapan dan saran dari pembaca sangat diharapkan.
Rumbia, April 2017
KETUA TIM PENELITI
Dr. Muhammad Nur Afiat, SE. M.Si.
NIP. 19831013 200812 1003
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK……………………………………………………………………. i
ABSTRACT………………………………………………………………….. ii
PRAKATA……………………………………………………………………. iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. iv
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. vi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………. viii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………. ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………….……. 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………….….. 4
1.3 Maksud danTujuan…………………………………….…. 5
1.4 Ruang Lingkup………………………………………….… 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………….…..
2.1. Keadaan Geografis dan Iklim………………………….... 6
2.2. Gambaran Umum Kesejahtraan Masyarakat……….…. 8
2.2.1. Kependudukan dan ketenagakerjaan…………… 8
2.2.2. Pendidikan dan Keesehatan……………………… 9
2.2.3. Tingkat Partisipasi Sekolah………………………. 10
2.2.4. Angka Melek Huruf (AMH)………………………… 12
2.2.5. Rata-Rata Lama Sekolah………………….……… 13
2.2.6. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)………….. 14
2.2.7. Status Kesehatan Masyarakat…………………… 16
2.2.8. Akses Pelayanan Kesehatan…………………….. 17
2.3. LandasanTeori……………………………………………… 18
2.3.1. Teori Pembanguanan Ekonomi………………….. 18
2.3.2. Teori Pembangunan Ekonomi Daerah………….. 20
2.3.3. Teori pertumbuhan ekonomi……………………… 20
2.3.4. Teori pertumbuhan ekonomi wilayah……………. 22
2.3.5. Produk domestic regional bruto (PDRB)………… 30
2.4. KerangkaPemikiran……………………………………….. 32
BAB III METODE PENELITIAN…...........................................................
3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian…………………………….. 34
3.2. Metode Pengumpulan Data………………………………. 34
3.3. Jenis Dan Sumber Data………………………………….. 34
3.4. Metode analisis data………………………………………. 35
3.4.1. Analisis LQ…………………………………………. 35
vii
3.4.2. Analisis Shift Share……………………………….. 35
BAB IV ANALISIS DATA………………………………………………….. 39
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Struktur PDRB Kabupaten Bombana……………………. 39
5.2. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektor PDRB
ADH 2010…………………………………………………… 63
5.3. Analisis PDRB Kabupaten Bombana Dan PDRB Sulawesi
Tenggara 2011- 2015……………………………………… 82
5.4. Rasio PDRB Kabupaten Bombana Dan PDRB Sulawesi
Tenggara 2011-215………………………………………… 84
5.5. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten
Bombana 2011-2015 86
5.6. Pergeseran Bersih Dan Profil Pertumbuhan Sektor- Sektor
Perekonomian Di Kabupaten Bombana…………………….. 89
5.7. Analisis Sektor Basis/Unggulan Kabupaten Bombana
2011-2015……………………………………………………… 90
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan……………………………………………………. 100
6.2. Saran…………………………………………………………… 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Luas, Jumlah Pulau dan Rata-Rata Curah Hujan
Kabupaten Bombana 7
Tabel 2.1. Jumlah Kecamatan, Desa, UPT, Kelurahan, Dusun dan
Lingkungan 7
Tabel 2.3. Indikator Kependudukan Kabupaten Bombana 2013-2015 9
Tabel 5.1. Laju Pertumbuhan RiilPDRB Menurut Lapangan Usaha
(persen), 2011─2015 65
Tabel 5.2. Kontribusi Komponen Sub Sektor Pengadaan Listrik
dan Gas Kabupaten Bombana 2011-2015 71
Tabel 5.3. Kontribusi Komponen Sub Sektor Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Kabupaten
Bombana 2011-2015 74
Tabel 5.3. Kontribusi Komponen Sub Sektor Transportasi dan
Pergudangan Kabupaten Bombana 2011- 2015 75
Tabel 5.4. Kontribusi Komponen Sub Sektor Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum Kabupaten Bombana 2011-2015 76
Tabel 5.5. Kontribusi Komponen Sub Sektor Penyediaan Akomodasi
dan Makan Minum Kabupaten Bombana 2011-2015 78
Tabel 5.6. Laju Pertumbuhan EkonomiKabupaten Bombana Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2011- 2015 82
Tabel 5.7. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011- 2015 83
Tabel 5.8. Rasio PDRB Kabupaten Bombana dan PDRB Propinsi
Sulawesi Tenggara (Nilai Ra, Ri, dan ri) 85
Tabel 5.9. Perhitungan National Share (Ns) Kabupaten Bombana
tahun 2011-2015 86
Tabel 5.10. Analisis Propotional Share Kabupaten Bombana ADH 2010
Tahun 2011-2015 88
Tabel 5.11. Analisis Differential Share Kabupaten Bombana ADH 2010
Tahun 2011-2015 89
Tabel 5.12. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian di Kabupaten
BombanaTahun 2011- 2015 90
Tabel 5.13. PDRB Kabupaten Bombana ADH 2010 Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2011- 2015 93
Tabel 5.14. PDRB Sulawesi Tenggara ADH 2010 Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2011-2015 94
Tabel 5.15 Hasil Analisis Location Quation (LQ) Kabupaten Bombana
Tahun 2011-2015 94
Tabel 5.16 Hasil Analisis LQ Sub Sektor Pertanian, Kehutanan
dan Perikanan Kabupaten Bombana Tahun 2011-2015 97
Tabel 5.17 Hasil Analisis LQ Sub Sektor Pertambangan dan Penggalian
Kabupaten Bombana Tahun 2011-2015 98
Tabel 5.18 Hasil Analisis LQ Sub Sektor Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Kabupaten Bombana
ix
Tahun 2011-2015 99
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Peta Kabupaten Bombana………………………………… 7
Gambar 2.2 Piramida Penduduk Kabupaten Bombana……………….. 8
Gambar 2.3 Tingkat Partisipasi Sekolah Kabupaten Bombana
2013-2015………………………………………………… 11
Gambar 2.4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerjadan Pengangguran
Terbuka Kabupaten Bombana 2013-2015……………….. 15
Gambar 2.5 Bagan Kerangka Pemikiran Analisis Pertumbuhan
Ekonomi…………………………………………………… 33
Gambar 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bombana 2011-2015… 64
Gambar 5.2. Kontribusi Sub sektor Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana 2011-2015……… 67
Gambar 5.3. Kontribusi Komponen Sub sektor Pertanian Terhadap PDRB
Kabupaten Bomabana 2011- 2015………………………….. 67
Gambar 5.4. Kontribusi Komponen Sub sektor Pertambangan dan
Penggalian Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana
2011-2015…………………………………………………… 68
Gambar 5.5. Kontribusi Komponen Sub sektor Industri Pengolahan…….
Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana 2011- 2015……….. 69
Gambar 5.6. Kontribusi Komponen Sub sektor Industri Pengolahan
Lainnya, jasa reparasi dan pemasangan mesin dan perlatan
Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana 2011-2015………… 70
Gambar5.7. Kontribusi Komponen Sub Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang Terhadap PDRB
Kabupaten Bomabana 2011- 2015………………………….. 72
Gambar 5.8. Kontribusi Komponen Sub Sektor Konstruksi Terhadap PDRB
Kabupaten Bomabana 2011- 2015………………………….. 73
Gambar 5.9. Kontribusi Komponen Sub Sektor Informasi dan Komunikasi
Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana 2011- 2015………… 77
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. PDRB Kabupaten Bombana ADH 2010
Tahun 2011-2015……………………………………….. 111
Lampiran 2. PDRB Kabupaten Bombana ADH 2010
Tahun 2011-2015……………………………………….. 113
Lampiran 3. Hasil Analisis Shif Share……………………………….. 114
Lampiran 4. Hasil Analisis LQ………………………………………. 116
Halaman 1 of 122
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi jangka panjang.
Di setiap periode suatu masyarakat akan menambah kemampuan untuk
memproduksikan barang dan jasa. Ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor
produksi yang berlaku. Dalam setiap periode jumlah tenaga kerja bertambah
karena ada golongan penduduk yang akan memasuki angkatan kerja. Investasi
masa lalu akan menambah barang-barang modal dan kapasitas memproduksi
dimasa kini (Sukirno, 2000:13). Suatu perekonomian dapat dikatakan
berkembang apabila pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung
naik. Namun bukan berarti bahwa pendapatan perkapita akan selalu mengalami
kenaikan. Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan rakyat.
Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat
sebagai wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata.
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana Pemerintah Daerah
dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu
pola kemitraan antara Pemerintah Daerah dengan sektor swasta untuk
menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan
pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut.
Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk
meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam
upaya untuk mencapai tujuan tersebut, Pemerintah Daerah dan masyarakatnya
harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh
karena itu, Pemerintah Daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan
menggunakan sumber daya-sumber daya yang ada harus mampu menaksir
potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun
perekonomian daerah. Seperti diketahui bersama, krisis yang melanda Indonesia
sejak periode 1997, membawa dampak negatif ke dunia perekonomian nasional
umumnya, dan perekonomian regional khususnya.
Halaman 2 of 122
Krisis ini menyebabkan terjadinya perubahan dari nilai tambah sektor-sektor
yang ada di wilayah nasional juga di wilayah daerah. Sehingga Pemerintah Pusat
mengeluarkan kebijakan otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya dua
produk Undang-Undang, yaitu Undang-Undang. No.22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah yang menimbang : a). bahwa sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang Dasar 1945 memberikan
keleluasaan kepada Daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah; b).
bahwa dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah, dipandang perlu untuk lebih
menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran-serta masyarakat,
pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman
Daerah dan Undang-Undang 32 tahun 2004 tentang Pemerintah yang
menimbang : a). bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan
daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan
antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan
keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan
memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan
pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam
kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara; b). bahwa Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah tidak sesuai
dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan
otonomi daerah sehingga perlu diganti. Lahirnya tersebut dapat merangsang
adanya upaya untuk menghilangkan praktik-praktik sentralistik yang pada satu
sisi dianggap kurang menguntungkan bagi daerah dan penduduk lokal.
Era otonomi telah memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah, baik
provinsi maupun kabupaten/kota untuk mengembangkan sendiri potensi daerah
yang dimiliknya. Dengan kata lain, daerah diberi wewenang untuk mengelola
sendiri keuangannya sekaligus menentukan arah pembangunan yang akan
dilaksanakan demi tercapainya kemakmuran penduduk di wilayahnya, dengan
mempertimbangkan segenap potensi, sumber daya serta faktor-faktor lainnya,
baik faktor pendukung maupun faktor penghambat. Dengan demikian suatu
daerah sangat memerlukan beragam data yang dapat dijadikan sebagai dasar
acuan, baik dalam penyusunan evaluasi pembangunan ekonomi di daerah.
Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah, maka pembangunan daerah Kabupaten bombana merupakan bagian
Halaman 3 of 122
integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara terus-menerus untuk
menuju ke arah perubahan yang lebih baik. Adanya perubahan paradigma dalam
penyelenggaraan pemerintahan menuntut pihak Pemerintah Daerah untuk lebih
mengutamakan prinsip-prinsip penyelenggaraan otonomi daerah yang
memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi daerah.
Pada era otonomi daerah paradigma baru dalam pembangunan daerah,
keberhasilan pembangunan tidak lagi hanya diukur dari kemajuan fisik yang
diperoleh atau berapa besar Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dapat diterima.
Keberhasilan pembangunan harus dapat diukur dengan parameter yang lebih
luas dan lebih strategis yang meliputi semua aspek kehidupan baik materil dan
non materil. Untuk mengetahui potensi pertumbuhan ekonomi wilayah
Kabupaten bombana diperlukan suatu metode yang berguna untuk mengkaji dan
memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk selanjutnya dapat digunakan
sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil
untuk mempercepat laju pertumbuhan yang ada. Teori basis ekonomi
mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah
ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Kegiatan
ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis dan kegiatan non basis.
Kegiatan basis adalah semua kegiatan baik penghasil produk maupun
penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah. Lapangan kerja dan
pendapatan di sektor basis adalah fungsi permintan yang bersifat exogenous
(tidak tergantung pada kekuatan intern/permintaan lokal). Sedangkan kegiatan
non basis adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal, karena itu
permintaan sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kenaikan pendapatan
masyarakat setempat. Dengan demikian sektor ini terikat terhadap kondisi
ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi
wilayah. Atas dasar anggapan dtersebut mengindikasikan bahwa satu-satunya
sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan
alamiah adalah sektor basis. Oleh karena itu analisis basis sangat berguna untuk
mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah. Penggunaan
pendekatan model basis ekonomi pada umumnya didasarkan atas nilai tambah
maupun lapangan kerja. Namun menggunakan data pendapatan (nilai tambah)
adalah lebih tepat dibandingkan menggunakan data lapangan kerja. Hal ini
Halaman 4 of 122
dikarenakan lapangan kerja memiliki bobot yang berbeda antara yang satu
dengan yang lainnya.
Salah satu indikator ekonomi yang sangat diperlukan untuk mengukur kinerja
pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Dilihat dari sisi pengeluaran PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran
untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung,
konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok
dan ekspor netto di suatu wilayah dan Dilihat dari sisi produksi PDRB adalah
jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit
produksi (di suatu region) pada suatu jangka waktu tertentu (setahun).
Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini disebut juga penghitungan melalui
pendekatan nilai tambah (value added). Perhitungan PDRB melalui pendekatan
ini dilakukan dengan bertitik tolak dari penggunaan akhir barang dan jasa yang
dihasilkan di wilayah domestik (BPS, 2008). PDRB merupakan indikator penting
di suatu wilayah yang dapat mengindikasikan totalitas produksi neto barang/jasa
yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan evaluasi
pembangunan wilayah.
Kabupaten bombana sebagai salah satu daerah baru yang merupakan
daerah pemekaran juga mengharapkan mampu memiliki pertumbuhan ekonomi
yang optimal. Hal ini menjadi suatu hal yang harus diperhatikan bagi Pemerintah
Daerah. Sejalan dengan pembahasan diatas bahwa indikator yang menjadi
acuan dalam pertumbuhan ekonomi ialah mengenai produk domestik regional
bruto. Untuk itu dalam hal ini pemerintah bombana memerlukan informasi
mengenai faktor-faktor apa saja yang memberikan pengaruh terhadap
peningkatan produk domestik regional bruto.
1.2 . Rumusan Masalah
Dengan melakukan penelitian terhadap analisis pertumbuhan ekonomi
daerah berdasarkan produk domestik regional bruto di kabupaten bombana,
maka akan diketahui pola pertumbuhan ekonomi, pergeseran-pergeseran pada
sektor-sektor ekonomi dan mengetahui sektor-sektor potensial serta faktor yang
mempengaruhi sehingga Pemerintah Daerah Kabupaten Bombana dapat
memprioritaskan perencanaan pembangunan struktur perekonomian di
Halaman 5 of 122
Kabupatenbombana. Berdasarkan permasalahan di atas muncul beberapa
pertanyaan :
1. Bagaimana Pertumbuhan Ekonomi berdasrkan PDRB selama 5 tahun (tahun
2011-2015) di Kabupaten bombana ?.
2. Sektor basis ekonomi apa yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi
wilayah Kabupaten bombana ?
1.3. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis Pertumbuhan Ekonomi berdasarkan PDRB selama 5 tahun
(tahun 2011-2015) di Kabupaten bombana.
2. Menganalisis sektor basis ekonomi yang dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi wilayah Kabupaten bombana.
1.4. Ruang Lingkup
Untuk lebih terarahnya penelitian ini, difokuskan pada bagaimana
pertumbuhan ekonomi berdasarkan PDRB selama 5 tahun (tahun 2011-2015) di
kabupaten Bombana dan menganalisis sektor basis ekonomi yang dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Bombana
Halaman 6 of 122
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keadaan Geografis dan Iklim
Kabupaten Bombana sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi
Tengara letaknya di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Letak astronomisnya
antara 4°22'59,4” dan 5°28'26,7” Lintang Selatan dan antara 121°27'46,7”
dan 122°10'9,4” Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Bombana sebesar 8,01
persen dari total luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Gambar 2.1. Peta Kabupaten Bombana
Luas wilayah Kabupaten Bombana sebesar 3.316,16 km2, terdiri atas
wilayah daratan dan perairan. Kecamatan yang memiliki wilayah terluas
adalah Kecamatan Mata Usu (456,17 km2) serta Kecamatan dengan luas terkecil
adalah Kepulauan Masaloka Raya (2,66 km2).
Halaman 7 of 122
Uraian 2014 2015
Luas (km2) 3316.16 3316.16
Pulau (buah) 27 27
Rata-Rata Curah Hujan (mm) 924,8 797.72
Rata-Rata Hari Hujan (hari) 109 75
Tabel 2.1. Luas, Jumlah Pulau dan Rata-Rata Curah Hujan Kabupaten Bombana
Curah hujan tertinggi tercatat 1.232,30 mm dan hari hujan sebanyak 104
hari. Daerah dengan curah hujan tinggi terutama terdapat di Kecamatan
Kabaena Utara dan sekitarnya, serta di Kecamatan Poleang dengan catatan
curah hujan sebesar 1.014,00 mm. Daerah dengan curah hujan rendah dan
terjadi kekeringan di musim kemarau berada di daerah Kecamatan Kabaena
Timur dan sekitarnya serta di Kecamatan Poleang Timur Sebagian besar desa di
Kabupaten Bombana merupakan desa bukan pesisir yang jumlahnya mencapai
76 desa dengan topografi wilayah sebagian besar merupakan desa yang terletak
di dataran, sedangkan lainnya merupakan desa pesisir yakni 68 desa.
Tabel 2.1. Jumlah Kecamatan, Desa, UPT, Kelurahan, Dusun dan Lingkungan
Sampai dengan tahun 2015, wilayah Pemerintahan Kabupaten Bombana
telah secara resmi menjadi 22 Kecamatan dari sebelumnya 6 Kecamatan pada
tahun 2003. Sejak resmi berdiri sebagai Daerah Otonom yang terpisah dari
wilayah pemerintahan Kabupaten Buton di tahun 2003, di Kabupaten Bombana
telah terbentuk 121 desa, 2 UPT, dan 22 Kelurahan. Pada Satuan Lingkungan
dibawah Desa/Kelurahan terdapat peningkatan dari tahun 2013 yang hanya
terdapat 413 dusun dan 87 lingkungan, menjadi 430 dusun dan 89 lingkungan
tahun 2015.
Wilayah Administrasi 2013 2014 2015
Kecamatan 22 22 22
Desa 116 116 121
UPT 2 2 2
Kelurahan 22 22 22
Dusun 413 428 430
Lingkungan 87 87 89
Halaman 8 of 122
2.2. Gambaran Umum Kesejateraan Masyarakat
2.2.1. Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Komposisi penduduk Kabupaten Bombana didominasi oleh penduduk
muda/dewasa. Hal menarik yang dapat diamati pada piramida penduduk adalah
adanya perubahan arah perkembangan penduduk yang ditandai dengan
penduduk usia 0-4 tahun yang jumlahnya lebih besar dari kelompok penduduk
usia yang lebih tua yaitu 5-9 tahun. Jika pemerintah berhasil mempertahankan
tingkat pertumbuhan yang rendah atau lebih rendah dibanding sebelumnya,
maka seharusnya jumlah penduduk usia 0-4 tahun lebih rendah dibandingkan
penduduk usia 5-9 tahun. Hal ini seharusnya dapat menjadi perhatian
pemerintah dalam mengambil langkah-langkah kebijakan di bidang
kependudukan ke depan.
Gambar 2.2. Piramida Penduduk Kabupaten Bombana
Jumlah penduduk Kabupaten Bombana pada tahun 2013 mencapai
150.186 jiwa. Angka ini terus meningkat dan pada tahun 2015 yang mencapai
164.809 jiwa. Tingkat pertumbuhan penduduk mengalami fluktuasi dari tahun ke
tahun. Selama periode 2013-2014 tingkat pertumbuhan penduduk tercatat
meningkat dari 2,82 persen menjadi 6,35 persen. Sedangkan pada tahun 2015
tingkat pertumbuhan penduduk menjadi 3,19 persen.
Halaman 9 of 122
Tabel 2.3. Indikator Kependudukan Kabupaten Bombana 2013-2015
Pertumbuhan yang signifikan ini dikarenakan tingginya angka kelahiran
bayi, untuk tahun 2015 tercatat sebanyak 3.257 kelahiran yang dibantu oleh
tenaga kesehatan
, sedangkan tahun 2014 tercatat sebanyak 3.255 kelahiran.
2.2.2. Pendidikan dan Kesehatan
Pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan diharapkan akan
mampu menjadikan warga negara Indonesia memiliki kecakapan hidup sehingga
mendorong tegaknya pembangunan manusia seutuhnya serta masyarakat
madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila, sebagaimana yang telah
diamanatkan dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, yang UU No 20 tahun 2003
tersebut juga menjelaskan posisi pemerintah dalam dunia pendidikan.
Pemerintah berkewajiban “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pemerintah harus
mengusahakan segala yang terkait dengan pendidikan. Baik dari sisi
penyelenggaraan, sarana, ketersediaan pengajar. UUD 1945 juga telah
mengamanatkan bahwa pemerintah Negara Republik Indonesia (sekaligus
Pemerintah Daerah) wajib mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem
yang mengatur pendidikan nasional yang mampu menjamin tiap-tiapn warga
Negara memperoleh pemerataan kesempatan dan mutu pendidikan.
Upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, maka Pemerintah
Pusat dan daerah harus memfasilitasi hak pendidikan bagi tiap warganya.
Melalui sekolah yang terjangkau dari sisi pembiayaan, bermutu dari segi layanan
dan berkualitas dari sisi pembelajaran. Selain pembiayaan pendidikan yang
Indikator Kependudukan 2013 2014 2015
Jumlah Penduduk (jiwa) 150,186 159,718 164,809
Pertumbuhan Penduduk (%) 2.82 6.35 3.19
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 45.00 48.16 49.70
Rasio Jenis Kelamin 102.00 101.91 101.93
Jumlah Rumah Tangga (Ruta) 33,634 36,128 37,286
Rata-Rata ART (jiwa/Ruta) 4 4 4
% Penduduk Menuruta Kelompok Umur
0-14 34.38 34.38 34.38
15-64 61.37 61.37 61.87
> 64 3.75 3.76 3.76
Halaman 10 of 122
harus ditanggung pemerintah, sarana dan prasarana, kurikulum, dan sumber
belajar dan daya dukung lainnya perlu diupayakan pemerintah.
Mengacu pada pembahasan di atas, hal-hal yang menyangkut dunia
pendidikan akan dibahas dalam bab ini. Beberapa indikator yang akan disajikan
di dalam publikasi ini, diantaranya Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka
Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Melek Huruf
(AMH) serta Rata-rata Lama Sekolah. Indikatorindikator tersebut diolah dari hasil
Survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan BPS.
2.2.3. Tingkat Partisipasi Sekolah
Tingkat partisipasi sekolah merupakan salah satu indikator yang dapat
mengukur partipasi masyarakat dalam mengikuti pendidikan dari berbagai
jenjang pendidikan dan kelompok umur. Tingkat partisipasi sekolah yang dapat
diukur diantaranya yaitu Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi
Kasar (APK) dan Angka Partsipasi Murni (APM).
Pemerintah berharap agar ketiga indikator tersebut selalu menunjukkan
peningkatan setiap tahunnya pada setiap jenjang pendidikan. Hal ini dapat
menunjukkan bahwa semakin banyak masyarakat memperoleh layanan
pendidikan dasar dan menengah yang bermutu dan berkesetaraan.
Angka Partisipasi Sekolah (APS) mengukur proporsi anak yang masih
bersekolah pada suatu kelompok umur sekolah pada jenjang pendidikan tertentu.
Angka ini memberikan gambaran secara umum tentang banyaknya anak
kelompok umur tertentu yang sedang bersekolah, tanpa memperhatikan jenjang
pendidikan yang diikuti. Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) di
Kabupaten Bombana dalam kurun waktu tiga tahun terakhir terlihat pada Grafik
di bawah ini.
Secara umum partisipasi sekolah penduduk Bombana cenderung menurun
terhadap kelompok umurnya. Pada tahun 2015 misalnya, penduduk 7-12 tahun
yang bersekolah sebesar 99,21 persen, sedangkan pada kelompok umur 19-24
tahun hanya sekitar 10,16 persen yang bersekolah. Berdasarkan Tabel 4.1,
terlihat bahwa hampir semua anak usia 7-12 tahun sedang bersekolah pada
jenjang pendidikan tertentu (99,21 persen) atau hanya sekitar 0,79 persen yang
tidak sekolah. Hal ini berarti rata-rata 99 dari 100 anak usia tersebut sedang
bersekolah.
Halaman 11 of 122
Gambar 2.3. Tingkat Partisipasi Sekolah Kabupaten Bombana 2013-2015
Pada periode 2013-2015 cenderung berfluktuatif untuk angka partisipasi
sekolah usia 7-12 tahun. Tahun 2014 sempat mengalami penurunan dari 97,88
persen menjadi 97,67 persen, namun tahun 2015 angka partisipasi sekolah naik
menjadi 99,21 persen. Tingginya angka partisipasi sekolah pada kelompok umur
ini diduga dipengaruhi oleh perluasan kesempatan sekolah melalui program
pendidikan gratis.
Pada kelompok umur 13-15 tahun, APS-nya meningkat dari 85,5 persen
(2013) menjadi 91,86 persen (2015). Artinya setiap 100 anak usia 12-15 tahun,
rata-rata 91 orang diantaranya sedang sekolah. Berarti pula pada tahun 2015,
sekitar 8,14 persen penduduk usia tersebut tidak bersekolah. Diharapkan APS
terus menunjukkan perbaikan dari tahun ke tahun dan anak usia sekolah dapat
memperoleh hak pendidikannya.
Selanjutnya pada usia 16-18 tahun, APS cenderung mengalami
penurunan. Hal ini terlihat pada tahun 2013 APS sebesar 54,93 persen,
kemudian menurun menjadi 52,36 persen pada tahun 2015 dan sempat
mengalami peningkatan menjadi 59,93 persen pada tahun 2014. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap 100 anak usia 16-18 tahun, hanya 52 orang
diantaranya sedang sekolah, sisanya tidak bersekolah. Hal ini perlu mendapat
perhatian dari pemerintah karena rendahnya APS pada kelompok usia tersebut.
Sedangkan pada kelompok umur 19-24, APS cenderung mengalami peningkatan
yang cukup signifikan. Pada tahun 2013 APS pada kelompok umur tersebut
Halaman 12 of 122
sebesar 6,25 persen, kemudian meningkat menjadi 10,16 persen pada tahun
2015. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya partisipasi masyarakat
dalam menyekolahkan anak-anak mereka.
2.2.4. Angka Melek Huruf (AMH)
Seseorang dikatakan melek huruf apabila paling tidak orang tersebut dapat
menggunakan kemampuan baca dan tulis dengan huruf latin dan berhitung
dengan angka arab dalam kegiatannya yang memerlukan kecakapan tersebut
dan juga memungkinkannya untuk melanjutkan pemanfaatan kecakapan
membaca, menulis dan berhitung untuk pengembangan diri dan masyarakat.
Melek huruf sangat berkaitan erat dengan buta huruf. Semakin meningkatnya
angka melek huruf menunjukkan semakin menurunnya angka buta huruf. Baik
angka melek huruf maupun angka buta huruf dapat digunakan untuk melihat
pencapaian keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf.
Kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan minimum
yang dibutuhkan oleh penduduk untuk menuju hidup sejahtera. Kemampuan
baca tulis tercermin dari Angka Melek Huruf (AMH), dalam hal ini didefinisikan
sebagai persentase penduduk 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan
menulis huruf latin, huruf arab dan huruf lainnya. Indikator ini menggambarkan
mutu sumber daya manusia yang diukur dari aspek pendidikan. Semakin tinggi
nilai indikator ini semakin tinggi pula mutu sumber daya manusia suatu
masyarakat.,Perkembangan Angka Melek Huruf di Kabupaten Bombana dalam
periode dua tahun terakhir terlihat pada Grafik di bawah ini.
Gambar 2.3. Angka Melek Huruf Kabupaten Bombana 2014-2015
Halaman 13 of 122
Angka melek huruf penduduk Bombana pada tahun 2015 sebesar 90,98
persen. Hal ini berarti setiap 100 orang, rata-rata 90 orang diantaranya sudah
mampu membaca dan menulis. Terjadi penurunan AMH jika dibandingkan tahun
2014 yaitu sebesar 4,31 persen. Walaupun program pemberantasan buta aksara
secara nasional telah menunjukkan adanya keberhasilan, program ini harus terus
dilakukan sehingga angka buta aksara masyarakat dapat terus ditekan dan
semakin menurun tiap tahunnya.
Jika ditinjau menurut jenis kelamin, maka persentase penduduk melek
huruf laki-laki pada tahun 2015 lebih besar dibandingkan perempuan. Persentase
melek huruf penduduk laki-laki mencapai 93,32 persen sedangkan perempuan
hanya sebesar 88,66 persen. Atau dengan kata lain penduduk perempuan lebih
banyak yang buta huruf dibandingkan penduduk laki-laki.
2.2.5. Rata-Rata Lama Sekolah
Secara umum tingkat pendidikan penduduk dewasa dapat dilihat dari rata-
rata lama sekolah (tahun). Indikator ini dapat menunjukkan sampai pada jenjang
pendidikan apa, tingkat pendidikan penduduk dewasa. Indikator ini lebih
memadai untuk digunakan dalam berbagai analisis karena merupakan data
rasio. Oleh karena itu, indikator ini dapat pula digunakan dalam menilai
keberhasilan pembangunan sektor pendidikan antar daerah. Angka rata-rata
lama sekolah penduduk di Kabupaten Bombana terlihat pada Grafik di bawah ini.
Gambar 2.3. Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk
Kabupaten Bombana 2012-2014
Halaman 14 of 122
Rata-rata lama sekolah penduduk Bombana terus menunjukkan
peningkatan dalam 3 tahun terakhir. Pada tahun 2012 rata-rata lama sekolah
sebesar 6,98 tahun sedangkan tahun 2013 dan 2014 rata-rata lama sekolah
penduduk Bombana meningkat menjadi 7,21 tahun dan 7,5 tahun. Artinya rata-
rata penduduk telah sekolah sampai kelas 2 SMP. Peningkatan ini bias
memberikan sinyal positif bagi perbaikan kesempatan sekolah bagi masyarakat.
Peningkatan rata-rata lama sekolah tidak menunjukkan kenaikan yang cukup
signifikan. Namun demikian, peningkatannya yang berkelanjutan menunjukkan
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pendidikan, serta selain
keberhasilan program pemerintah bidang pendidikan.
2.2.6. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) merupakan indikator ketenagakerjaan yang penting yang digunakan untuk
menganalisa dan mengukur capaian hasil pembangunan. TPAK digunakan untuk
mengukur besarnya jumlah angkatan kerja,indikator ini merupakan rasio antara
jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja (usia produktif 15
tahun ke atas). Selain TPAK, dalam analisis angkatan kerja juga dikenal indikator
yang biasa digunakan untuk mengukur pengangguran yaitu Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT).
Pengangguran terbuka didefinisikan sebagai orang yang sedang mencari
pekerjaan atau yang sedang mempersiapkan usaha atau juga yang tidak
mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin lagi mendapatkan pekerjaan,
termasuk juga mereka yang baru mendapat kerja tetapi belum mulai bekerja.
Pengangguran terbuka tidak termasuk orang yang masih sekolah atau mengurus
rumah tangga, sehingga hanya orang yang termasuk angkatan kerja saja yang
merupakan pengangguran terbuka. TPT dapat mencerminkan besarnya jumlah
penduduk dalam kategori usia kerja yang termasuk dalam pengangguran.
Gambaran Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Penganguran Terbuka
di Kabupaten Bombana Terlihat Pada Grafik Di bawah ini.
Halaman 15 of 122
Gambar 2.4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka
Kabupaten Bombana 2013-2015
Jumlah angkatan kerja di Bombana pada Agustus 2015 mencapai 70.747
orang, bertambah 2.486 orang dibanding Agustus 2014. Jumlah penduduk yang
bekerja di Bombana pada Agustus 2015 mencapai 69.409 orang, bertambah
2.400 orang dibanding keadaan Agustus 2014. Dari jumlah angkatan kerja
tersebut TPAK bergerak naik dari tahun 2013 hingga tahun 2015. TPAK tahun
2013 sebesar 63,52 persen terus mengalami kenaikan hingga 63,89 persen pada
tahun 2015. Jika ditinjau menurut jenis kelamin, maka TPAK laki-laki lebih besar
disbanding perempuan, yaitu 83,87 persen berbanding 43,68 persen pada tahun
2015.
Sementara itu TPT mengalami kenaikan dalam tiga tahun terakhir.
Peningkatan TPAK yang tidak diiringi dengan perluasan lapangan kerja
meningakibatkan bertambahnya jumlah pengangguran. Pada tahun 2014 TPT
mencapai 1,83 persen dan pada tahun 2015 naik menjadi 1,89 persen.
Peningkatan TPT berarti jumlah penduduk yang enganggur semakin bertambah.
2.2.7. Status Kesehatan Masyarakat
Status kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh pola hidup masyarakat
terutama dalam upaya preventif. Pola hidup tersebut juga sangat bergantung
pada perilaku dan pendapatan masyarakat. Pola hidup mengalami perubahan
jika pendapatan cenderung tetap atau mengalami penurunan, di sisi lain
pemenuhan kebutuhan semakin sulit dengan kenaikan harga secara terus
Halaman 16 of 122
menerus. Sulitnya memenuhi kebutuhan seharihari dapat menyebabkan terjadi
pergeseran pola makan yang secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap
kesehatan. Salah satu indikator derajat kesehatan terlihat dari keluhan
kesehatan dan tenggang waktu penduduk mengalami keluhan kesehatan.
Pada tahun 2015 jumlah penduduk yang mengalami keluhan kesehatan
seperti panas, pilek, diare, sakit kepala, maupun penyakit kronis atau keluhan
lainnya adalah sebesar 20,62 persen. Jika ditinjau dari daerah tempat tinggal,
ternyata penduduk perkotaan sering mengalami keluhan kesehatan yaitu
sebesar 39,21 persen penduduk pernah mengalami keluhan kesehatan sebulan
terakhir. Sementara penduduk perdesaan hanya sebesar 18 persen yang
mengalami keluhan kesehatan. Jika ditinjau berdasarkan jenis kelamin, jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan yang mengalami keluhan kesehatan tidak
jauh berbeda yaitu 20,98 persen penduduk laki-laki dan 20,27 persen penduduk
perempuan.
Selain mengalami keluhan kesehatan ada pula penduduk yang sakit
selama sebulan terakhir sebanyak 11,09 persen yang mengakibatkan
terganggunya aktivitas sehari-hari. Rata-rata lama sakit berlangsung selama 7
sampai 8 hari. Dari hasil pencacahan Susenas Maret 2015 diketahui bahwa
penduduk perkotaan lebih banyak penduduk yang sakit dibandingkan penduduk
perdesaan. Penduduk perkotaan yang sakit sebanyak 15,79 persen sementara
penduduk perdesaan hanya 10,43 persen yang sakit. Sehingga diperlukan
kebijakan yang berbeda dalam menangani masalah kesehatan.
2.2.8. Akses Pelayanan Kesehatan
Pembangunan di bidang kesehatan mencakup peningkatan penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Tujuan penyediaan fasilitas kesehatan
adalah tersedianya fasilitas kesehatan yang mudah diakses dan murah bagi
lapisan masyarakat. Indikator akses pelayanan kesehatan dapat di dilihat dari
persentase penduduk berobat jalan menurut tempat berobat jalan. Beberapa
faktor yang menjadi pertimbangan penduduk adalah jarak tempat tinggal dengan
letak sarana pelayanan kesehatan, kualitas pelayanan, sosial ekonomi penduduk
yaitu kemampuan penduduk untuk membiayai pengobatannya serta jenis
pelayanan kesehatan.
Halaman 17 of 122
Pada umumnya pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh penduduk sangat
erat terkait dengan kondisi sosial ekonomi penduduk dan kondisi wilayah tempat
tinggal mereka berada. Tampak perbedaan kualitas kesehatan yang nyata antara
penduduk di perdesaan dengan penduduk perkotaan ini dapat disebabkan oleh
perbedaan ketersediaan dan jarak menuju ke fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut, ditambah lagi perilaku penduduk itu sendiri. Tingginya persentase
penduduk di daerah perkotaan yang memanfaatkan berobat ke rumah sakit
(22,89 persen) dan praktek dokter/klinik (54,98 persen) disebabkan karena akses
yang lebih mudah, di samping itu kualitas pelayanannya jauh lebih baik
dibandingkan dengan di daerah perdesaan. Sebagai dampaknya, akan terlihat
berbagai keluhan dan masalah kesehatan segera tertangani lebih cepat dan
lebih baik.
Berdasarkan hasil Susenas 2015, jumlah penduduk yang sakit yang
melakukan berobat jalan hanya sebesar 30,35 persen. Fasilitas kesehatan yang
relatif banyak dimanfaatkan penduduk untuk berobat jalan adalah praktek
dokter/bidan yaitu sebesar 39,31 persen, kemudian puskesmas/pustu sebesar
37,11 persen dan rumah sakit pemerintah sebesar 10,10 persen. Jadi bisa
disimpulkan bahwa kesadaran masyarakat untuk berobat di fasilitas kesehatan
semakin membaik. Namun di lain pihak masih ada penduduk sakit yang tidak
berobat jalan yaitu sebesar 69,65 persen.
Adapun alasan penduduk yang tidak berobat jalan sebagian besar karena
cenderung untuk mengobati sendiri dalam upaya pemulihan kesehatannya yaitu
sebesar 73,6 persen. Mengobati sendiri ini bisa berupa pembelian obat sendiri
tanpa resep dari tenaga kesehatan ataupun menggunakan obat-obatan
tradisional. Selain itu alasan tidak berobat jalan disebabkan karena tidak punya
biaya berobat (14,69 persen), merasa tidak perlu untuk berobat (10,88 persen)
dan tidak ada biaya transport (0,82 persen).
2.3. Landasan Teori
Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah dua konsep yang tidak
dapat dipisahkan. Pembangunan menentukan usaha pembangunan yang
berkelanjutan dan tidak memusnahkan sumberdaya asli, manakala teori dan
model pertumbuhan yang dihasilkan dijadikan panduan dasar negara. Konsep
pembangunan ini dikupas dalam teori pertumbuhan dan pembangunan dan coba
Halaman 18 of 122
menganalisis secara kritikal dengan melihat kesesuaiannya dalam konteks
negara. Walaupun tidak semua teori atau model dapat digunakan, namun
perbincangan mengenai peranan faktor pengeluaran termasuk buruh, tanah,
modal dan pengusaha boleh menjelaskan sebab-sebab berlakunya ketiadaan
pembangunan dalam sebuah negara. Pembangunan berwawasan lingkungan
melihat kepada aspek kebajikan generasi akan datang melalui kehendak masa
kini.
2.3.1 Teori Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi didefinisikan dalam beberapa pengertian sebagai
berikut :
a. Menurut Adam Smith pembangunan ekonomi merupakan proses perpaduan
antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi (Suryana, 2000).
b. Menurut Schumpeter pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang
harmonis atau gradual, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan tidak
terputus-putus. Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama
dalam lapangan industri dan perdagangan (Suryana, 2000).
c. Sadono Sukirno (1985) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai
suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu
masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi tersebut mengandung
pengertian bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan yang
terjadi secara terus-menerus melalui serangkaian kombinasi proses demi
mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu adanya peningkatan pendapatan per
kapita yang terus menerus berlangsung dalam jangka panjang.
d. Todaro (dalam Lepi T. Tarmidi, 1992) mengartikan pembangunan sebagai
suatu proses multidimensional yang menyangkut perubahan-perubahan
besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, kelembagaan nasional
maupun percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan
dan penghapusan dari kemiskinan mutlak. Gambaran secara luas tentang
teori pembangunan ekonomi membahas tentang hal-hal, seperti moneter,
fiskal perpajakan, import dan eksport, tahap-tahap pertumbuhan, dan
berbabagai kebijakan makro lainnya. Dalam hal ini objek dari pembangunan
ekonomi, mencangkup seluruh wilayah dari suatu negara sehingga ruang
gerak dari pembangunan ekonomi dibatasi oleh wilayah satu negara. Dalam
Halaman 19 of 122
ilmu ekonomi pembangunan dapat menjelaskan daerah maju dengan daerah
terbelakang atau hubungan antar kota dengan daerah belakangnya. Akan
tetapi, sifat analisisnya bersifat general, artinya berlaku umum tidak seluruh
hubungan, tidak peduli di mana tempat (negara) hubungan itu terjadi
(Tarigan, 2005).
Pembangunan ekonomi juga berkaitan dengan pendapatan per kapita dan
pendapatan nasional. Pendapatan per Kapita yaitu pendapatan rata-rata
penduduk suatu daerah sedangkan pendapatan Nasional merupakan nilai
produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu
perekonomian di dalam masa satu tahun. Pertambahan pendapatan Nasional
dan pendapatan per kapita dari masa ke masa dapat digunakan untuk
mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dan juga perkembangan tingkat
kesejahteraan masyarakat suatu Daerah. Dalam penelitian ini pengertian
pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman adalah sebagai suatu proses
yang menyebabkan Pendapatan per Kapita penduduk suatu masyarakat
meningkat dalam jangka panjang.
2.3.1.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang
melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif,
perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk yang
lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, dan transformasi pengetahuan
(Adisasmita, 2005:19). Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses
dimana Pemerintah Daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-
sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara Pemerintah
Daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan
merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam
wilayah tersebut (Arsyad, 1999)
2.3.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai penjelasan
mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output perkapita dalam
jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut
sehingga terjadi proses proses pertumbuhan (Boediono 1999). Sehingga
Halaman 20 of 122
persentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari persentase
pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang
bahwa pertumbuhan itu akan terus berlanjut. Beberapa pakar ekonomi
membedakan pengertian antara pembangunan ekonomi dengan pertumbuhan
ekonomi. Para pakar ekonomi yang membedakan kedua pengertian tersebut
mengartikan istilah pembangunan ekonomi sebagai :
1. Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat yaitu tingkat pertumbuhan
Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto pada suatu tahun tertentu
dibagi dengan tingkat pertumbuhan penduduk,
2. Perkembangan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto yang terjadi
dalam suatu negara dibarengi oleh perombakan dan modernisasi struktur
ekonominya (transformasi struktural). Sedangkan pertumbuhan ekonomi
diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto
tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari
tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perluasan struktur ekonomi
terjadi atau tidak (Arsyad, 1999).
Menurut Simon Kuznets dalam M.L Jhingan (2002) pertumbuhan ekonomi
adalah peningkatan kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan
barang-barang ekonomi bagi penduduknya, yang terwujud dengan adanya
kenaikan output nasional secara terus-menerus yang disertai dengan kemajuan
teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideologi yang
dibutuhkannya. Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan
PDRB pada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB tahun sebelumnya
(PDRB t-1) Laju Pertumbuhan Ekonomi = x 100% Pertumbuhan ekonomi
dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor penting sebagai berikut (Arsyad, 1999):
a) Akumulasi Modal
Akumulasi modal adalah termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah
(lahan), peralatan fiskal dan sumberdaya manusia (human resources), akan
terjadi jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang ditabung dan kemudian
diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan datang.
Akumulasi modal akan menambah sumberdaya-sumberdaya yang baru dan
akan meningkatkan sumberdaya-sumberdaya yang telah ada.
Halaman 21 of 122
b) Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan
jumlah angkatan kerja (labor force) dianggap sebagai faktor yang positif dalam
merangsang pertumbuhan ekonomi, namun kemampuan merangsang
pertumbuhan ekonomi bergantung pada kemampuan sistem ekonomi yang
berlaku dalam menyerap dan mempekerjakan tenaga kerja yang ada secara
produktif.
c) Kemajuan Teknologi
Menurut para ekonom, kemajuan teknologi merupakan faktor yang paling
penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana,
kemajuan teknologi disebabkan oleh cara-cara baru dan cara-cara lama yang
diperbaiki dalam melakukan pekerjaan tradisional.
Profesor Kuznets (dalam Todaro, 2000) juga mengemukakan enam
karakteristik atau ciri proses pertumbuhan ekonomi sebagai berikut:
a) Tingkat pertambahan Output per Kapita dan pertambahan penduduk yang
tinggi.
b) Tingkat kenaikan total produktivitas faktor yang tinggi, khususnya produktivitas
tenaga kerja.
c) Tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi.
d) Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi.
e) Adanya kecenderungan daerah yang mulai atau sudah maju
perekonomiannya untuk berusaha menambah bagian-bagian daerah lainnya
sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan baku.
f) Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai
sepertiga bagian penduduk dunia.
2.3.2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan
masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah
(added value) yang terjadi di wilayah tersebut (Tarigan, 2005). Terdapat
beberapa teori pertumbuhan ekonomi daerah/wilayah sebagai berikut :
1). Teori Pertumbuhan Klasik
Adam Smith adalah orang pertama yang membahas pertumbuhan ekonomi
secara sistematis. Inti ajaran Smith adalah agar masyarakat diberi kebebasan
Halaman 22 of 122
yang seluas-luasnya dalam menentukan kegiatan ekonomi yang terbaik untuk
dilakukan. Menurut Smith sistem ekonomi pasar bebas akan menciptakan
efisiensi, membawa ekonomi kepada kondisi full employment dan menjamin
pertumbuhan ekonomi sampai tercapai posisi stationer (stationary state).
Pemerintah tidak perlu terlalu dalam mencampuri urusan perekonomian.
Tugas pemerintah adalah menciptakan kondisi dan menyediakan fasilitas
yang mendorong pihak swasta berperan optiml dalam perekonomian.
Pemerintah tidak perlu terjun langsung dalam kegiatan produksi dan jasa.
Sementara peranan pemerintah adalah menjamin keamanan dan ketertiban
serta memberi kepastian hukum dan keadilan bagi para pelaku ekonomi. John
Maynard Keynes mengoreksi pandangan Smith dengan mangatakan bahwa
untuk menjamin pertumbuhan yang stabil pemerintah perlu menerapkan
kebijaksanaan fiskal, kebijaksanaan moneter, dan pengawasan langsung.
Adam Smith dan John Maynard Keyneys tetap mengandalkan mekanisme
pasar. Perbedaanya adalah ada yang menginginkan peran pemerintah yang
cukup besar tetapi ada pula yang menginginkan peran pemerintah haruslah
sekecil mungkin.
2). Teori Harrod-Domar dalam sistem regional
Teori pertumbuhan ekonomi harrod-domar, secara jelas menyatakan bahwa
tingkat pertumbuhan GDP (ΔY / Y) ditentukan secara bersama-sama oleh
rasio tabungan nasional (s) serta rasio modal-output nasional. Secara lebih
spesifik, persamaan itu menyatakan bahwa tanpa adanya intervensi
pemerintah, tingkat pertumbuhan pendapatan nasional akan secara langsung
atau secara positif berbanding lurus dengan rasio tabungan (yakni, semakin
banyak bagian baguan GDP yang ditabung dan di investasikan, maka akan
lebih besar lagi pertumbuhan GDP yang dihasilkannya) dan secara negatif
atau berbanding terbalik terhadap rasio modal-output dari suatu
perekonomian (yakni semakin besar rasio modal out-put nasional atau k,
maka tingkat pertumbuhan GDP akan semakin rendah).(michael p.todaro,
stephen c smith. 2003).Teori ini dikembangkan pada waktu yang hampir
bersamaan oleh Roy F. Harrod (1948) di Inggris dan Evsey D. Domar (1957)
di Amerika Serikat. Teori ini didasarkan atas asumsi : (a). Perekonomian
bersifat tertutup, (b). Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan, (c). Proses
produksi memiliki koefisien yang tetap, serta (d). Tingkat pertumbuhan
Halaman 23 of 122
angkatan kerja (n) adalah konstan dan sama dengan tingkat pertumbuhan
penduduk. Atas dasar asumsi-asumsi tersebut, Harrod-Domar membuat
analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap
(seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai
apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut : g = k= n,
Dimana : g = growth (tingkat pertumbuhan output) k = capital (tingkat
pertumbuhan modal) n = tingkat pertumbuhan angkatan kerja Dalam Model
ini, kelebihan atau kekurangan tabungan dan dengan tenaga kerja dapat
dinetralisir oleh arus keluar atau arus masuk. Pertumbuhan yang mantap
tergantung pada apakah arus modal dan tenaga kerja interregional bersifat
menyeimbangkan atau tidak. Pada model ini arus modal dan tenaga kerja
searah karena pertumbuhan membutuhkan keduanya secara seimbang
(Robinson Tarigan, 2004). 3). Teori 3. Pertumbuhan Neo-Klasik
3) Teori pertumbuhan neo klasik dikembangkan oleh Robert M. Solow (1970) dari
Amerika Serikat dan TW. Swan (1956) dari Australia.
Menurut teori ini tingkat pertumbuhan berasal dari 3 sumber yaitu akumulasi
modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja dan peningkatan teknologi.
Teori neo klasik sebagai penerus dari teori klasik menganjurkan agar kondisi
selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar
sempurna perekonomian bisa tumbuh maksimal. Analisis lanjutan dari paham
neo klasik menunjukkan bahwa terciptanya suatu pertumbuhan yang mantap
(steady growth), diperlukan suatu tingkat s (saving) yang pas dan seluruh
keuntungan pengusaha diinvestasikan kembali di wilayah itu. Dalam ekonomi
model ekonomi klasik, kebijakan yang perlu ditempuh adalah meniadakan
hambatan dalam perdagangan termasuk perpindahan orang, barang dan
modal. Harus dijamin kelancaran arus barang, modal, tenaga kerja dan dan
perlunya penyebarluasan informasi pasar. Harus diusahakannya terciptanya
prasarana perhubungan yang baik dan terjaminnya keamanan, ketertiban, dan
kestabilan politik (Tarigan, 2005).
4). Teori Pertumbuhan Jalur Cepat yang Disinergikan
Teori Pertumbuhan Jalur Cepat (Turnpike) diperkenalkan oleh Samuelson
(2001). Setiap negara/wilayah perlu melihat sektor/komoditi apa yang memiliki
potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi
Halaman 24 of 122
alam maupun karena sektor itu memiliki competitive advantage untuk
dikembangkan. Artinya dengan kebutuhan modal yang sama sektor tersebut
dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat berproduksi dalam
waktu relatif singkat dan volume sumbangan untuk perekonomian yang cukup
besar. Agar pasarnya terjamin, produk tersebut harus dapat menembus dan
mampu bersaing pada pasar yang lebih luas. Perkembangan struktur tersebut
akan mendorong sektor lain untuk turut berkembang sehingga perekonomian
secara keseluruhan akan tumbuh. Mensinergikan sektor-sektor adalah
membuat sektor sektor saling terkait dan saling mendukung sehingga
pertumbuhan sektor yang satu mendorong pertumbuhan sektor yang lain,
begitu juga sebaliknya. Menggabungkan kebijakan jalur cepat dan
mensinergikannya dengan sektor lain yang terkait akan mampu membuat
perekonomian tumbuh cepat.
5). Teori Basis Ekonomi Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali
oleh Tiebout.
Teori ini membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di
dalam satu wilayah atas sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis
adalah kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak terikat pada kondisi
internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong
tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan non basis adalah
kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Daerah itu sendiri.
Analisis basis ekonomi adalah berkenaan dengan identifikasi
pendapatan basis (Richardson, 1991). Bertambah banyaknya kegiatan basis
dalam suatu wilayah akan menambah arus pendapatan ke dalam wilayah
yang bersangkutan, yang selanjutnya menambah permintaan terhadap barang
atau jasa di dalam wilayah tersebut, sehingga pada akhirnya akan
menimbulkan kenaikan volume kegiatan non basis. Sebaliknya berkurangnya
aktivitas basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir
ke dalam suatu wilayah, sehingga akan menyebabkan turunnya permintaan
produk dari aktivitas non basis. Teori basis ekonomi mendasarkan
pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan
oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut.
Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal,
termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan
Halaman 25 of 122
kekayaan Daerah dan penciptaan peluang kerja (Arsyad, 1999). Asumsi ini
memberikan pengertian bahwa suatu Daerah akan mempunyai sektor
unggulan apabila Daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada
sektor yang sama dengan Daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor.
Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang
lazim digunakan adalah kuosien lokasi (Location Quotient, LQ). Location
Quotient digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi
sektor-sektor basis atau unggulan (leading sektors). Dalam teknik LQ
berbagai peubah (faktor) dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan
wilayah, misalnya kesempatan kerja (tenaga kerja) dan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah.
6) Model Pertumbuhan Interregional (perluasan dari teori basis)
Model pertumbuhan ini adalah perluasan dari teori basis ekspor, yaitu dengan
menambah faktor-faktor yang bersifat eksogen. Selain itu model basis ekspor
hanya membahas Daerah itu sendiri tanpa memperhatikan dampak dari
Daerah tetangga. Model ini memasukkan dampak dari Daerah tetangga, itulah
sebabnya maka dinamakan model interregional. Dalam model ini di
asumsikan bahwa selain ekspor pengeluaran pemerintah dan investasi juga
bersifat eksogen dan Daerah itu terikat kepada suatu sistem yang terdiri dari
beberapa Daerah yang berhubungan erat (Tarigan, 2004). Dalam penelitian
ini digunakan teori basis ekonomi karena teori ini adalah bentuk model
pendapatan yang paling sederhana dan dapat bermanfaat sebagai sarana
untuk memperjelas struktur Daerah yang bersangkutan, teori ini juga
memberikan landasan yang kuat bagi studi pendapatan regional dan juga
dapat digunakan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang dapat mendorong
pertumbuhan wilayah (Adisasmita, 2005).
Terdapat beberapa alat analisis yang digunakan untuk menentukan
potensi relatif perekonomian suatu wilayah, sebagai berikut:
(a). Analisis Shift Share
Analisis Shift Share merupakan teknik yang sangat berguna dalam
menganalisis perubahan struktur ekonomi Daerah dibandingkan dengan
perekonomian nasional. Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja
atau produktivitas kerja perekonomian Daerah dengan membandingannya
dengan Daerah yang lebih besar (regional/nasional). Analisis ini memberikan
Halaman 26 of 122
data tentang kinerja perkonomian. Dalam 3 bidang yang berhubungan satu
sama lain yaitu : (1). Pertumbuhan ekonomi Daerah diukur dengan cara
menganalisis perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan
dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan
acuan. (2). Pergeseran proporsional mengukur perubahan relatif,
pertumbuhan atau penurunan pada Daerah dibandingkan dengan
perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini dapat
mengetahui apakah perekonomian Daerah terkonsentrasi pada industri-
industri yang tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan
acuan. (3). Pergeseran diferensial menentukan seberapa jauh daya saing
industri Daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan.
(b). Location Quotients
Dalam analisis ini kegiatan ekonomi suatu Daerah dibagi menjadi 2
golongan, yaitu : (1). Sektor Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani
pasar di Daerah itu sendiri maupun di luar Daerah yang bersangkutan. (2).
Sektor Non Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di Daerah
itu sendiri. Metode LQ digunakan untuk mengidentifikasikan komoditas
unggulan diakomodasi dari Miller dan Wright (1991), Isserman (1997), dan
Ron Hood (1998). Menurut Hood (1998), Location Quostient adalah suatu
alat pengembangan ekonomi yang lebih sederhana dengan segala kelebihan
dan keterbatasannya.
Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan
dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor
kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi
relatif atau derajat spesialisasi kegiatan ekonomi melalui pendekatan
perbandingan. Inti dari model ekonomi basis menerangkan bahwa arah dan
pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh eksport wilayah. Eksport itu
sendiri tidak terbatas pada bentuk barang-barang dan jasa, akan tetapi dapat
juga berupa pengeluaran orang asing yang berada di wilayah tersebut
terhadap barang-barang tidak bergerak (Budiharsono,2001).
Teknik LQ banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian,
mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau
mengukur konsentrasi relatif kegiatan ekonomi untuk mendapatkan
gambaran dalam penetapan sektor unggulan sebagai leading sektor suatu
Halaman 27 of 122
kegiatan ekonomi (industri). Dasar pembahasannya sering difokuskan pada
aspek tenaga kerja dan pendapatan. Berdasarkan pemahaman terhadap
teori ekonomi basis, teknik LQ relevan digunakan sebagai metode dalam
menentukan komoditas unggulan khususnya dari sisi penawaran (produksi
atau populasi). Untuk komoditas yang berbasis lahan seperti tanaman
pangan ,holtikultura dan perkebunan, perhitungannya didasarkan pada lahan
pertanian ( area tanam atau area panen ), produksi atau produktivitas.
Sedangkan untuk komoditas pertanian yang tidak berbasis lahan seperti
usaha ternak, dasar perhitungannya digunakan jumlah populasi (ekor).
Setiap Metode analisis memiliki kelebihan dan keterbatasan demikian halnya
dengan menggunakan metode LQ (Rachmat Hendayana, 2003) :
a).Kelebihan metode LQ dalam mengidentifikasikan komoditas unggulan
antara lain penerapannya sederhana tidak memerlukan program pengolahan
data yang rumit. Penyelesaian analisis cukup dengan spreed sheet dari
Excel atau program lotus serta alat perhtungan lainnya. b). Keterbatasannya
adalah karena demikian sederhananya pendekatan LQ ini, maka yang
dituntut adalah akurasi data. Sebaik apapun hasil olahan LQ tidakakan
banyak memanfaatkannya jika data yang digunakannnya tidak valid. Oleh
karena itu sebelum memutuskan menggunakan alat analisis ini maka
validitas data sangat diperlukan. Disamping itu untuk menghindari bias
musiman dan tahunan diperlukan bila rata-rata kurang dari 5 tahun.
Sementara itu di lapangan, mengumpulkan data yang panjang ini sering
mengalami hambatan.
Keterbatasan lainnya dalam mendefinisikan wilayah kajian. Untuk
menetapkan batasan wilayah yang dikaji dalam ruang lingkup aktivitas,
acuannya sering tidak jelas. Akibatnya hasil hitungan LQ terkadang aneh,
tidak sama dengan apa yang kita duga. Misalnya suatu wilayah provinsi
yang diduga memiliki keunggulan disektor non pangan, yang muncul malah
pangan dan sebalikya. Oleh karena itu data yang dijadikan sumber bahasan
sebelum digunakan perlu diklarifikasikan terlebih dahulu dengan sumber
data lainnya., sehingga mendapat gambaran tingkat konsistensi data yag
mantap dan akurat.
Dasar pemikiran analisis ini adalah teori economic base yang intinya
adalah karena industri basis menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa
Halaman 28 of 122
untuk pasar di Daerah maupun diluar Daerah yang bersangkutan, maka
penjualan keluar Daerah akan menghasilkan pendapatan bagi Daerah
tersebut. Terjadinya arus pendapatan dari luar Daerah ini menyebabkan
terjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di Daerah tersebut, dan pada
gilirannya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja
baru. Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya menaikkan permintaan
terhadap sektor basis, tetapi juga menaikan permintaan akan sektor non
basis. Kenaikan permintaan ini akan mendorong kenaikan investasi pada
sektor yang bersangkutan sehingga investasi modal dalam sektor non basis
merupakan investasi yang didorong sebagai akibat dari kenaikan sektor
basis.
(c) Angka Pengganda
Pengerjaan Angka penggandaan pengerjaan dimaksudkan untuk mengukur
pengaruh suatu kegiatan ekonomi baru terhadap penciptaan jumlah
pekerjaan. Rumus untuk menghitung angka pengganda pengerjaan ini
adalah sebagai berikut (Prasetyo Soepono, 1993) : Pengerjaan Total
Angka Pengganda Pengerjaan = Pengerjaan Sektor Ekspor
(d). Analisis Input-Output
Analisis input-output adalah suatu teknik pengukuran ekonomi Daerah.
Analisis ini digunakan dalam upaya untuk melihat keterkaitan antar industri
dalam upaya untuk memehami kompleksitas perekonomian serta kondisi
yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan antara penawaran
dan permintaan. Dalam penelitian ini digunakan Analisis Location Quotient
karena memiliki kebaikan berupa alat analisis yang sederhana yang dapat
menunjukkan struktur perekonomian suatu Daerah dan industri subtitusi
impor potensial atau produk-produk yang bisa dikembangkan untuk ekspor
dan menunjukkan industri-industri potensial untuk dianalisis lebih lanjut.
Analisis Location Quotient merupakan suatu alat yang dapat digunakan
dengan mudah, cepat dan tepat. Karena kesederhanaannya, teknik Location
Quotient dapat dihitung berulang kali dengan menggunakan berbagai
perubah acuan dan periode waktu. Analisis Location Quotient dimaksudkan
untuk mengidentifikasi dan merumuskan komposisi dan pergeseran sektor-
sektor basis suatu wilayah dengan menggunakan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) sebagai indikator pertumbuhan wilayah (Adisasmita, 2005).
Halaman 29 of 122
Selain itu juga menggunakan Analisis Shift-Share, karena analisis ini.
memiliki beberapa keunggulan antara lain (Prasetyo Soepono, 1993).: 1.
Memberikan gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi
walau analisis Shift Share tergolong sederhana. 2. Memungkinkan seorang
pemula mempelajari struktur perekonomian dengan cepat. 3. Memberikan
gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur dengan cukup
akurat.
(e). Analisis Tipologi Klassen
Pendekatan Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran
tentang pola dan pertumbuhan ekonomi tiap-tiap Daerah (Bank Indonesia,
2006). Pendekatan Tipologi Klassen pada dasarnya membagi Daerah
berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi Daerah dan
pendapatan per kapita Daerah. Pendekatan ini akan menghasilkan empat
karakteristik pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu: 1.
Daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income), 2.
Daerah maju, tetapi tertekan (high income but low growth), 3. Daerah
berkembang cepat (high growth but low income), 4. Daerah relatif tertinggal
(low growth and low income).
2.3.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2004:8) yaitu jumlah
nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah
atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Penghitungan PDRB dapat dilakukan
dengan menggunakan dua metode yaitu langsung dan tidak langsung (alokasi).
1. Metode Langsung Penghitungan metode langsung ini dapat dilakukan melalui
tiga pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan
pendekatan pengeluaran. Walaupun mempunyai tiga pendekatan yang berbeda
namun akan memberikan hasil penghitungan yang sama (BPS, 2008). Seperti
dikatakan di atas, penghitungan PDRB secara langsung dapat dilakukan melalui
tiga pendekatan sebagai berikut : a). PDRB Menurut Pendekatan Produksi
(Production Approach)
PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh berbagai unit produksi (di suatu region) pada suatu jangka waktu tertentu
Halaman 30 of 122
(setahun). Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini disebut juga penghitungan
melalui pendekatan nilai tambah (value added). Pendekatan produksi adalah
penghitungan nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu
kegiatan/sektor ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari total
produksi bruto sektor atau sub sektor tersebut.
Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi dan nilai biaya
antara. Biaya antara adalah nilai barang dan jasa yang digunakan sebagai input
antara dalam proses produksi. Barang dan jasa yang termasuk input antara
adalah bahan baku atau bahan penolong yang biasanya habis dalam sekali
proses produksi atau mempunyai umur penggunaan kurang dari satu tahun,
sementara itu pengeluaran atas balas jasa faktor produksi seperti upah dan gaji,
sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan yang diterima perusahaan bukan
termasuk biaya antara. Begitu juga dengan penyusutan dan pajak tidak langsung
neto bukan merupakan biaya antara (Tarigan, 2005).
Pendekatan produksi banyak digunakan untuk memperkirakan nilai
tambah dari sektor yang produksinya berbentuk fisik/barang. PDRB menurut
pendekatan produksi terbagi atas 9 lapangan usaha (sektor) yaitu : pertanian ,
industri , Pertambangan, listrik dan air minum, bangunan dan konstruksi,
perdagangan, angkutan , lembaga keuangan ; jasa-jasa. Oleh karena itu
penelitian ini menggunakan PDRB menurut pendekatan produksi (Suryana,
2000). b). PDRB Menurut Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi
yang ikut dalam proses produksi di suatu wilayah pada jangka waktu tertentu
(setahun). Penghitungan PDRB melalui pendekatan ini diperoleh dengan
menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor produksi yang
komponennya terdiri dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan
keuntungan ditambah dengan penyusutan dan pajak tidak langsung neto (BPS,
2008). c). PDRB Menurut Pendekatan Pengeluaran (Expend. Approach). PDRB
adalah jumlah seluruh pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga
swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal
tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto di suatu wilayah.
Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini dilakukan dengan bertitik tolak dari
penggunaan akhir barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah domestik (BPS,
2008). 2. Metode Tidak Langsung atau Metode Alokasi Dalam metode ini PDRB
Halaman 31 of 122
suatu wilayah diperoleh dengan menghitung PDRB wilayah tersebut melalui
alokasi PDRB wilayah yang lebih luas.Untuk melakukan alokasi PDRB wilayah
ini. digunakan beberapa alokator antara lain: Nilai produksi bruto atau netto
setiap sektor/Sub Sektor pada wilayah yang dialokasikan ; jumlah produksi fisik;
tenaga kerja; penduduk, dan alokator tidak langsung lainnya. Dengan
menggunakan salah satu atau beberapa alokator dapat diperhitungkan
persentase bagian masing-masing propinsi terhadap nilai tambah setiap sektor
dan Sub Sektor . Cara penyajian PDRB adalah sebagai berikut :
a) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas
dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat menilai
produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen PDRB. PDRB atas
dasar harga berlaku menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang
dihasilkan oleh suatu Daerah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan
sumberdaya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya. b) PDRB Atas Dasar
Harga Konstan, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga tetap, maka
perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena
perkembangan produksi riil bukan karena kenaikan harga atau inflasi. PDRB atas
dasar harga konstan menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.
2.4. Kerangka Pemikiran
Peningkatan pertumbuhan ekonomi Daerah merupakan serangkaian
usaha kebijaksanaan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja, meratakan
distribusi pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi antara wilayah di dalam
region, yang lebih menguntungkan didukung dengan strategi peningkatan
sumber daya manusia Kabupaten bombana.
Sementara nilai tingginya pertumbuhan masyarakat di suatu Daerah
semakin meningkat, inilah yang menyebabkan aktivitas perekonomian suatu
Daerah berkembang. Pertumbuhan Daerah berdasarkan pendekatan wilayah
yang sangat umum dikenal adalah teori pertumbuhan berbasis ekspor. Teori
pertumbuhan berbasis ekspor didasarkan atas pemikiran bahwa suatu wilayah
harus meningkatkan arus atau aliran langsung dari luar wilayah agar bisa tumbuh
secara efektif yaitu dengan cara meningkatkan ekspor. Teori pertumbuhan
Halaman 32 of 122
berbasis ekspor memisahkan kegiatan ekonomi dalam dua sektor yang terpisah,
yaitu sektor basis dan sektor non basis.
Gambar 2.5 Bagan Kerangka Pemikiran
Analisis Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan
PDRB Kabupaten bombana
Diferential
Shift
(Dr) > 0,
Sektor
tumbuh lebih
cepat
dari propinsi.
Diferential
Shift
Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten bombanaa
Analisis Shift Share
(PDRB)
Laju Pertumbuhan
Ekonomi kabupaten
bombana
Faktor –Faktor yang
mempengaruhi PDRB
Proportional
Shift (Pr )> 0,
Sektor di
propinsi
tumbuh
cepat.
Proportional
Shift (Pr) < 0,
Sektor di
LQ > 1
Sektor Basis
Analisis Location
Quotient (PDRB)
LQ < 1
Sektor Non
Basis
Halaman 33 of 122
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan diKabupaten Bombana dan waktu Pelaksanaan
penelitian selama 3 (Tiga) Bulan dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 3.1. skedul Pelaksanaan Penelitian
.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Keberhasilan dalam pengumpulan data merupakan syarat bagi
keberhasilan suatu penelitian. Sedangkan keberhasilan dalam pengumpulan
data tergantung pada metode yang digunakan. Berkaitan dengan hal tersebut
maka pengumpulan data diperlukan guna mendapatkan data-data yang obyektif
dan lengkap sesuai dengan permasalahan yang diambil.
Metode pengumpulan data merupakan suatu cara untuk memperoleh
kenyataan yang mengungkapkan data-data yang diperlukan dalam suatu
penelitian. Dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini
digunakan metode dokumentasi, yaitu suatu cara memperoleh data atau
informasi tentang hal-hal yang ada kaitannya dengan penelitian dengan jalan
melihat kembali laporan tertulis yang lalu baik berupa angka maupun keterangan
(Arikunto 1998). Untuk kepentingan penelitian ini digunakan data sekunder
melalui metode dokumentasi berupa data PDRB Kabupaten bombana dan PDRB
1 Pembahasan Proposal
2 Pengumpulan Data
3 Pengolahan Data
4 Analisis Data
5 Penyusunan Laporan Penelitian
6 Seminar Akhir
7 Penggandaan Laporan
No Jenis Kegiatan
1 2 3
Bulan Ke -
Halaman 34 of 122
Propinsi sulawesi tenggara atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga
konstan yang bersumber dari dokumentasi BPS.
3.2.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yang
diperoleh melalui studi kepustakaan dan mencatat teori-teori dari buku-buku
literatur, bacaan-bacaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Sumber data Instansi-instansi pemerintahan seperti BPS (Badan Pusat Statistik)
Kabupaten bombana, Badan Perencanaan Pembangunan Derah (BAPPEDA)
Kabupaten bombana serta instansi-instansi lain yang terkait.
3.3. Metode Analisis Data
3.3.1 Analisis LQ
Teknik ini membandingkan tentang besarnya peranan suatu sektor disuatu
Daerah terhadap besarnya peranan sektor tersebut ditingkat nasional. Teknik ini
digunakan untuk mengidentifikasi potensi internal yang dimiliki Daerah tersebut
yaitu sektor basis dan yang merupakan sektor basis (non basis). Perhitungan LQ
menggunakan rumus sebagai berikut (Warpani, 1984) :
Q =
Keterangan :
LQ : Nilai Location Quotient
Si : PDRB Sektor i di Kabupaten bombana
S : PDRB total di Kabupaten bombana
Ni : PDRB Sektor i di Provinsi sulawesi tenggara
N : PDRB total di Provinsi sulawesi tenggara
3.3.2 Analisis Shift Share
Analisis ini pada dasarnya membahas hubungan antara pertumbuhan wilayah
dan struktur ekonomi wilayah. Dengan pendekatan analisis ini dapat ditentukan
kinerja atau produktifitas kerja perekonomian serta untuk mengidentifikasikan
Halaman 35 of 122
sektor unggul Daerah dengan membandingkannya dengan Daerah yang lebih
besar (Regional atau Nasional), menurut Prasetyo soepono (1993) analisis ini
dapat juga digunakan untuk menunjukan sektor yang berkembang disuatu
wilayah jika dibanding dengan perekonomian nasional, selain itu alat ini juga
digunakan pula untuk melihat pertumbuhan PDRB dari sektor-sektor yang dimiliki
baik pengaruh dari internal (faktor lokasisonal) maupun pengaruh eksternal
(struktur industri) dan alat analisis ini juga digunakan untuk melengkapi analisis
LQ yang telah dilakukan. Rumus yang digunakan (Tarigan Robinson, 2005) :
ΔE r = E r,t – E r, t-n
Ns r,i,t = E r,i,t-n (E N,t / E N,t-n) – E r,i,t-n
(P+D) r,i,t = E r,t - ( E N,t / E N,t-n ) E r,t-n
= (ΔE-N)r
P r,i,t = {(E N,i,t / E N,i,t-n)-( E N,t / E N,t-n) E r,i,t-n}
D r,i,t = {( E r,i,t -( E N,i,t / E N,i,t-n ) E r,i,t-n }
Dimana :
ΔEr = Komponen Pertumbuhan PDRB Kabupaten bombana
Nr = Komponen national share di Kabupaten bombana
(P+D)r,i,t = Komponen net Shift di Kabupaten bombana
Pr = Komponen proportional shift di Kabupaten bombana
Dr = Komponen differential Shift di Kabupaten bombana
r = PDRB total Kabupaten bombana
N = PDRB total Provinsi Sulawesi tenggara
i = Sektor
t-n = Tahun Awal
t = Tahun Akhir
E = Banyaknya PDRB
Halaman 36 of 122
BAB IV
ANALISIS DATA
Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitafi, yaitu
dengan menggunakan análisis Indeks Loqation Quation (LQ) dan análisis Shift
Share. Sebelum dilakukan análisis data untuk menjawab persamalahan yang
telah dirumuskan pada Bab Pertama, maka terlebih dahulu data diolah
menggunakan langkah-langkah : sortir data, tabulasi data dan intepretasi data.
Untuk menjawab permasalah pertama, digunakan analisis shift share.
Analisis ini pada dasarnya membahas hubungan antara pertumbuhan wilayah
dan struktur ekonomi wilayah. Dengan pendekatan analisis ini dapat ditentukan
kinerja atau produktifitas kerja perekonomian serta untuk mengidentifikasikan
sektor unggul Daerah dengan membandingkannya dengan Daerah yang lebih
besar (Regional atau Nasional). Pada dasarnya ada tiga kompenen utama dalam
analisis ini, yaitu National Share (Ns), Proportional Share (PS) dan Diffrential
Shift (DS). Komponen National Share (Ns) dihitung untuk mengetahui sejauh
mana perubahan kebijakan ekonomi nasional mempengaruhi kebijakan ekonomi
Kabupaten Bomabana dalam periode 2011-2015.
Proportional Share (PS) dihitung untuk mengetahui sejauh mana
pertumbuhan sektor-sektor ekonomi pembentuk pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Bombana. Jika nilai Proportional Share lebih kecil nol, maka
pertumbuhan sektor ekonomi termasuk dalam kategori lambat, sebaliknya jika
nilai Proportional Share (PS) lebih besar dari nol, maka sektor ekonomi
mengalami pertumbuhan yang cepat. Selanjutnya Diffrential Shift (DS) dihitung
untuk mengetahui sejauh mana masing-masing sektor ekonomi PDRB
Kabupaten Bombana mampu bersaing dengan sektor ekonomi yang wilayahnya
lebih luas. Jika nilai Diffrential Shift (DS) lebih besar nol, maka sektor ekonomi
dapat bersaing dengan sektor ekonomi Sulawesi Tenggara, sebaliknya jika nilai
Diffrential Shift (DS) lebih kecil dari nol, maka sektor ekonomi tidak mampu
bersaing dengan sektor ekonomi Sulawesi Tenggara.
Evaluasi profil pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bombana dilakukan
dengan memplot komponen Proprtional Share (PS) dengan Differential Shift (DS)
dalam diagram XY untuk mengetahui apakah profit pertumbuhan ekonomi
Halaman 37 of 122
Kabupaten Bombana berada dalam kuadran I, II, III atau IV. Kuadran I
menunjukkan bahwa sektor-sektor di wilayah yang bersangkutan memiliki
pertumbuhan yang cepat, demikian juga daya saing wilayah untuk sektor-sektor
tersebut baik apabila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa sektor/wilayah yang bersangkutan merupakan wilayah
progresif (maju). Kuadran II menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang
ada di wilayah yang bersangkutan pertumbuhannya cepat, tetapi daya saing
wilayah untuk sektor-sektor tersebut dibandingkan dengan wilayah lainnya tidak
baik. Kuadran III menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang
bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat dengan daya saing yang
kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain. Hal ini menunjukkan bahwa
sektor/wilayah yang bersangkutan merupakan wilayah lamban. Kuadran IV
menunjukkan bahwa sektor ekonomi pada wilayah yang bersangkutan
pertumbuhannya lambat (PS<0), tetapi daya saingnya baik jika dibandingkan
wilayah lain (DS>0).
Analisis LQ digunakan untuk mengetahui sektor-sektor yang mana yang
bias dijadikan basis atau unggulan di Kabupaten Bombana 2011-2015 dengan
membandingkan dengan wilayah yang lebih luas (Sulawesi Tenggara). Jika LQ >
1, artinya sektor yang ada di Daerah tersebut merupakan sektor
basis yang mampu mengekspor hasil industrinya ke Daerah lain
Jika LQ < 1, artinya sektor yang ada di Daerah tersebut merupakan sektor
non basis cenderung mengimpor hasil industrinya dari Daerah lain
Jika LQ = 1, artinya produk domestik yang dimiliki Daerah tersebut habis
dikonsumsi oleh Daerah tersebut.
Halaman 38 of 122
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, maka
analisis dan pembahasan diawali dengan mendeskripsikan pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Bomaban dalam periode 2011-2015. Hasil deskripsi
pertumbuhan ekonomi tersebut kemudian dilakukan analisis struktur ekonomi
untuk menentukan sektor ekonomi yang dapat dijadikan penggerak
perekonomian Kabupaten Bombana. Analisis peentuan sektor unggulan atau
basis dianalisis dengan menggunakan analisis Location Quition (LQ). Kemudian
untuk menentukan unggulan/basis yang menunkang pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Bombana dianalisis dengan menggunakan analisis Shift Share (SS).
Adapun rangkaian analisis yang telah dikemukakan tersebut dijabarkan sebagai
berikut:
5.1. Struktur PDRB Kabupaten Bombana
A. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Sektor ini mencakup pertanian tanaman pangan, tanaman hortikultura,
tanaman perkebunan, peternakan, serta jasa pertanian dan perburuan hewan
yang ditujukan untuk dijual.
1. Pertanian
a. Pertanian Tanaman Pangan
Meliputi semua kegiatan ekonomi yang menghasilkan komoditas bahan
pangan. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman pangan meliputi padi,
palawija (jagung, kedele, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar, ubi kayu, palawija
lainnya, seperti talas, ganyong, irut, gembili, dll), serta tanaman serelia lainnya
(sorgum/cantel, jawawut, jelai, gandum, dll). Keseluruhan komoditas di atas
masuk ke dalam golongan tanaman semusim, dengan wujud produksi pada saat
panen atau wujud produksi baku lainnya yang masih termasuk dalam lingkup
kategori pertanian.
Halaman 39 of 122
Tanaman Hortikultura
Tanaman hortikultura terdiri dari tanaman hortikultura semusim dan
tanaman hortikultura tahunan. Tanaman hortikultura semusim meliputi tanaman
hortikultura yang umumnya berumur pendek (kurang dari satu tahun) dan
panennya dilakukan satu atau beberapa kali masa panen untuk satu kali
penanaman. Sedangkan tanaman hortikultura tahunan meliputi tanaman
hortikultura yang umumnya berumur lebih dari satu tahun dan dan pemungutan
hasilnya dilakukan lebih dari satu kali masa panen untuk satu kali penanaman.
Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman hortikultura meliputi kelompok
komoditi sayuran, buah-buahan, tanaman biofarmaka, dan tanaman hias.
Tanaman Perkebunan
Tanaman Perkebunan terdiri dari tanaman perkebunan semusim dan
tanaman perkebunan tahunan, baik yang diusahakan oleh rakyat maupun
oleh perusahaan perkebunan (negara maupun swasta). Cakupan usaha
perkebunan mulai dari pengolahan lahan, penyemaian, pembibitan, penanaman,
pemeliharaan dan pemanenan yang menjadi satu kesatuan kegiatan. Komoditas
yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman perkebunan diantaranya adalah tebu,
tembakau, nilam, jarak, wijen, tanaman berserat (kapas, rosela, rami, yute,
agave, abaca, kenaf, dan-lain-lain), kelapa, kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao,
lada, pala, kayu manis, cengkeh, jambu mete, dsb.
Jasa Pertanian dan PerburuanHewan untuk Dijual
Kegiatan jasa pertanian dan perburuan meliputi kegiatan jasa pertanian,
perburuan dan penangkapan satwa liar, serta penangkaran satwa liar. Kegiatan
jasa pertanian adalah kegiatan yang dilakukan baik oleh perorangan maupun
badan usaha atas dasar balas jasa atau kontrak yang khusus yang diberikan
untuk menunjang kegiatan pertanian (tanaman pangan, tanaman hortikultura,
tanaman perkebunan, dan peternakan). Dicakup juga dalam kegiatan jasa
pertanian adalah penyewaan alat pertanian/hewan bersama operatornya dan
risiko kegiatan jasa tersebut ditanggung oleh yang memberikan jasa.
Halaman 40 of 122
2. Kehutanan dan Penebangan Kayu
Sub Kategori ini meliputi kegiatan penebangan segala jenis kayu serta
pengambilan daun- daunan, getah-getahan, dan akar-akaran, termasuk di sini
adalah jasa yang menunjang kegiatan kehutanan berdasarkan sistem balas
jasa/kontrak. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan kehutanan meliputi
kayu gelondongan (baik yang berasal dari hutan rimba maupun hutan budidaya),
kayu bakar, rotan, bambu, dan hasil hutan lainnya. Dicakup juga dalam kegiatan
kehutanan ini adalah jasa yang menunjang kegiatan kehutanan atas dasar balas
jasa (fee) atau kontrak, termasuk kegiatan reboisasi hutan yang dilakukan atas
dasar kontrak.
3. Peternakan
Peternakan mencakup semua usaha peternakan yang menyelenggarakan
pembibitan serta budidaya segala jenis ternak dan unggas dengan tujuan untuk
dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong, dan diambil hasilnya, baik yang
dilakukan rakyat maupun oleh perusahaan peternakan. Sub Kategori ini juga
mencakup pembudidayaan ternak maupun unggas yang menghasilkan produk
berulang, misalnya untuk menghasilkan susu dan telur. Komoditas yang
dihasilkan oleh kegiatan peternakan adalah sapi potong, kerbau, kambing,
domba, babi, kuda, ayam bukan ras (buras), ayam ras pedaging, ayam ras
petelur, itik manila, itik, telur ayam ras, telur ayam bukan ras, telur itik, susu
segar, dsb..
4. Sub Sektor Perikanan
Sub Kategori ini meliputi semua kegiatan penangkapan, pembenihan, dan
budidaya segala jenis ikan dan biota air lainnya, baik yang berada di air tawar, air
payau maupun di laut. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan perikanan
meliputi segala jenis ikan, crustacea, mollusca, rumput laut, dan biota air lainnya
yang diperoleh dari penangkapan (di laut dan perairan umum) dan budidaya
(laut, tambak, karamba, jaring apung, kolam, dan sawah). Dicakup juga dalam
kegiatan perikanan ini adalah jasa yang menunjang kegiatan perikanan atas
dasar balas jasa (fee) atau kontrak.
Halaman 41 of 122
B. Kontribusi Pertambangan Dan Penggalian
Seluruh jenis komoditi yang dicakup dalam Kategori Pertambangan dan
Penggalian, dikelompokkan dalam empat golongan pokok, yaitu: pertambangan
minyak dan gas bumi (migas), pertambangan batubara dan lignit, pertambangan
bijih logam serta pertambangan dan penggalian lainnya.
1. Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi
Sub kategori Pertambangan migas dan panas bumi meliputi kegiatan
produksi minyak bumi mentah, pertambangan dan pengambilan minyak
dari serpihan minyak dan pasir minyak dan produksi gas alam serta
pencarian cairan hidrokarbon. Golongan pokok ini juga mencakup kegiatan
operasi dan/atau pengembangan lokasi penambangan minyak, gas alam,
dan panas bumi.
2. Pertambangan Batubara dan Lignit
Pertambangan Batubara mencakup usaha operasi penambangan,
pengeboran berbagai kualitas batubara seperti antrasit, bituminous dan
subbituminous baik pertambangan di permukaan tanah atau bawah tanah,
termasuk pertambangan dengan cara pencarian (liquefaction). Operasi
pertambangan tersebut meliputi penggalian, penghancuran, pencucian,
penyarinagan dan pencampuran serta pemadatan meningkatkan kualitas
atau memudahkan pengangkutan dan penyimpanan/penampungan.
Termasuk pencarian batubara dari kumpulan tepung bara. Pertambangan
Lignit mencakup penambangan di permukaan tanah termasuk penambangan
dengan metode pencairan dan kegiatan lain untuk meningkatkan kualitas
dan memudahkan pengangkutan dan penyimpanan.
3. Pertambangan Bijih Logam
Sub kategori ini mencakup pertambangan dan pengolahan bijih
logam yang tidak mengandung besi, seperti bijih thorium dan uranium,
aluminium, tembaga, timah, seng, timah hitam, mangan, krom, nikel kobalt
dan lain. Termasuk bijih logam mulia lainnya. Kelompok bijih logam mulia
lainya mencakup pembersihan dan pemurnian yang tidak dapat dipisahkan
secara administratif dari usaha pertambangan bijih logam lainnya. Beberapa
jenis produknya, antara lain: pertambangan pasir besi dan bijih besi
dan peningkatan mutu dan proses aglomerasi bijih besi, pertambangan dan
pengolahan bijih logam yang tidak mengandung besi, seperti bijih thorium
Halaman 42 of 122
dan uranium, alumunium (bauksit), tembaga, timah, seng, timah hitam,
mangaan, krom, nikel kobalt dan lain-lain; serta pertambangan bijih logam
mulia, seperti emas, platina, perak dan logam mulia lainnya.
4. Pertambangan dan Penggalian Lainnya
Sub kategori ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang
galian seperti batu-batuan, pasir dan tanah yang pada umumnya berada
pada permukaan bumi. Hasil dari kegiatan ini adalah batu gunung, batu kali,
batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir untuk bahan
bangunan, pasir silika, pasir kwarsa, kaolin, tanah liat, dan komoditi
penggalian selain tersebut di atas.
C. Kontribusi Industri Pengolahan
Kategori Industri Pengolahan meliputi kegiatan ekonomi di bidang
perubahan secara kimia atau fisik dari bahan, unsur atau komponen menjadi
produk baru. Bahan baku industri pengolahan berasal dari produk pertanian,
kehutanan, perikanan, pertambangan atau penggalian seperti produk dari
kegiatan industri pengolahan lainnya.
1. Industri Pengolahan Batubara dan Pengilangan Minyak dan Gas Bumi
Mencakup kegiatan perubahan minyak, gas bumi dan batubara menjadi
produk yang bermanfaat seperti: pengilangan minyak dan gas bumi, di mana
meliputi pemisahan minyak bumi menjadi produk komponen melalui teknis
seperti pemecahan dan penyulingan. Produk khas yang dihasilkan: kokas,
butane, propane, petrol, gas hidrokarbon dan metan, gasoline, minyak tanah,
gas etane, propane dan butane sebagai produk penyulingan
minyak. Termasuk disini adalah pengoperasian tungku batubara,
produksi batubara dan semi batubara, gas batubara, ter, lignit dan kokas.
2. Industri Makanan dan Minuman
Industri Makanan dan Minuman merupakan gabungan dari dua
golongan pokok, yaitu Industri Makanan dan Industri Minuman. Industri
makanan mencakup pengolahan produk pertanian, perkebunan dan
perikanan menjadi makanan dan juga mencakup produk setengah jadi yang
tidak secara langsung menjadi produk makanan. Industri minuman
mencakup pembuatan minuman baik minuman beralkohol maupun tidak
beralkohol, air minum mineral, bir dan anggur. dan pembuatan minuman
Halaman 43 of 122
beralkohol yang disuling. Kegiatan ini tidak mencakup pembuatan jus buah-
buahan dan sayur-sayuran, minuman dengan bahan baku susu, dan
pembuatan produk teh, kopi dan produk the dengan kadar kafein yang tinggi.
3. Industri Pengolahan Tembakau
Pengolahan tembakau atau produk pengganti tembakau, rokok, cerutu,
cangklong, snuff, chewing dan pemotongan serta pengeringan tembakau
tetapi tidak mencakup penanaman atau pengolahan awal tembakau.
Beberapa produk yang dihasilkan rokok dan cerutu, tembakau pipa,
tembakau sedot (snuff), rokok kretek, rokok putih dan lain-lain.
4. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi
Sub kategori ini merupakan gabungan dari dua golongan pokok yaitu Industri
Tekstil dan Industri Pakaian Jadi. Industri tekstil mencakup
pengolahan, pemintalan, penenunan dan penyelesaian tekstil dan bahan
pakaian, pembuatan barang-barang tekstil bukan pakaian (seperti: sprei,
taplak meja, gordein, selimut, permadani, tali temali, dan lain-lain). Industri
pakaian jadi mencakup semua pekerjaan menjahit dari semua bahan dan
semua jenis pakaian dan aksesoris, tidak ada perbedaan dalam pembuatan
antara baju anak-anak dan orang dewasa, atau pakaian tradisional dan
modern. Golongan pokok ini juga mencakup pembuatan industri bulu
binatang (pakaian dari bulu binatang dan kulit yang berbulu). Contoh produk
yang dihasilkan: kain tenun ikat, benang, kain, batik, rajutan, pakaian jadi,
pakaian sesuai pesanan, dan lain-lain.
5. Industri Kulit, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki
Golongan pokok ini mencakup pengolahan dan pencelupan kulit berbulu dan
proses perubahan dari kulit jangat menjadi kulit dengan proses penyamakan
atau proses pengawetan dan pengeringan serta pengolahan kulit menjadi
produk yang siap pakai, pembuatan koper, tas tangan dan sejenisnya,
pakaian kuda dan peralatan kuda yang terbuat dari kulit, dan pembuatan
alas kaki. Golongan pokok ini juga mencakup pembuatan produk sejenisnya
dari bahan lain (kulit imitasi atau kulit tiruan), seperti alas kaki dari bahan
karet, koper dari tekstil, dan lain-lain.
6. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus, dan Barang Anyaman
Golongan pokok ini mencakup pembuatan barang-barang dari kayu.
Kebanyakan digunakan untuk konstruksi dan juga mencakup berbagai
Halaman 44 of 122
proses pengerjaan dari penggergajian sampai pembentukan dan perakitan
barang-barang dari kayu, dan dari perakitan sampai produk jadi seperti
kontainer kayu. Terkecuali penggergajian, golongan pokok ini terbagi lagi
sebagian besar didasarkan pada produk spesifik yang dihasilkan. Golongan
pokok ini tidak mencakup pembuatan mebeler, atau perakitan/pemasangan
perabot kayu dan sejenisnya. Contohnya: pemotongan kayu gelondongan
menjadi balok, kaso, papan, pengolahan rotan, kayu lapis, barang-
barang bangunan dari kayu, kerajinan dari kayu, alat dapur dari kayu, rotan
dan bambu.
7. Industri Kertas & Barang dari Kertas, Percetakan, dan Reproduksi Media
Rekam
Sub Sektor ini merupakan gabungan dari dua golongan pokok yaitu Industri
Kertas dan Barang dari Kertas, dan Industri Pencetakan dan Reproduksi
Media Rekaman. Industri Kertas dan Barang dari Kertas mencakup
pembuatan bubur kayu, kertas, dan produk kertas olahan Pembuatan dari
produk- produk tersebut merupakan satu rangkaian dengan tiga kegiatan
utama. Kegiatan pertama pembuatan bubur kertas, lalu yang kedua
pembuatan kertas yang menjadi lembaran-lembaran dan yang ketiga barang
dari kertas dengan berbagai tehnik pemotongan dan pembentukan,
termasuk kegiatan pelapisan dan laminasi. Barang kertas dapat merupakan
barang cetakan selagi pencetakan bukanlah merupakan hal yang utama.
Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman mencakup
pencetakan barang-barang dan kegiatan pendukung yang berkaitan dan
tidak terpisahkan dengan Industri Pencetakan; proses pencetakan
termasuk bermacam-macam metode/cara untuk memindahkan suatu image
dari piringan atau layar monitor ke suatu media melalui/dengan berbagai
teknologi pencetakan.
8. Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisonal
Golongan pokok ini terdiri dari dua industri yaitu Industri Kimia dan Industri
Farmasi dan Obat Tradisional. Industri Kimia mencakup perubahan bahan
organik dan non organik mentah dengan proses kimia dan pembentukan
produk. Ciri produk kimia dasar yaitu yang membentuk kelompok industri
pertama dari hasil produk antara dan produk akhir yang dihasilkan melalui
pengolahan lebih lanjut dari kimia dasar yang merupakan kelompok-
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana
Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana

More Related Content

What's hot

Teori Lokasi dan Analisis Pola Ruang
Teori Lokasi dan Analisis Pola RuangTeori Lokasi dan Analisis Pola Ruang
Teori Lokasi dan Analisis Pola RuangSally Indah N
 
Beberapa analisis dalam ekonomi regional
Beberapa analisis dalam ekonomi regionalBeberapa analisis dalam ekonomi regional
Beberapa analisis dalam ekonomi regionalSugeng Budiharsono
 
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serang
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serangAnalisis pusat pelayanan di kabupaten serang
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serangArief Budiman
 
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraTubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraLaras Kun Rahmanti Putri
 
Materi perencanaan regional
Materi perencanaan regionalMateri perencanaan regional
Materi perencanaan regionalLocal Government
 
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahIsu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Peran Statistik Dalam Pembangunan oleh Dr. Suryamin, M.Sc.
Peran Statistik Dalam Pembangunan oleh Dr. Suryamin, M.Sc.Peran Statistik Dalam Pembangunan oleh Dr. Suryamin, M.Sc.
Peran Statistik Dalam Pembangunan oleh Dr. Suryamin, M.Sc.Hari Susanto
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SurabayaRencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SurabayaPenataan Ruang
 
Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah  Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah Hafida Siti
 
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanBeberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanYuca Siahaan
 
Laporan praktikum analisis trendline (peramalan jumlah wisatawan yang datang ...
Laporan praktikum analisis trendline (peramalan jumlah wisatawan yang datang ...Laporan praktikum analisis trendline (peramalan jumlah wisatawan yang datang ...
Laporan praktikum analisis trendline (peramalan jumlah wisatawan yang datang ...Sally Indah N
 
pentiingnya data & informasi bagi perencanaan pembangunan di Provinsi Papua, ...
pentiingnya data & informasi bagi perencanaan pembangunan di Provinsi Papua, ...pentiingnya data & informasi bagi perencanaan pembangunan di Provinsi Papua, ...
pentiingnya data & informasi bagi perencanaan pembangunan di Provinsi Papua, ...Jonh Boekorsjom
 
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNANMakalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNANMutiara Shifa
 
Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD
Penyusunan  RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD  Penyusunan  RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD
Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD Dadang Solihin
 

What's hot (20)

Teori Lokasi dan Analisis Pola Ruang
Teori Lokasi dan Analisis Pola RuangTeori Lokasi dan Analisis Pola Ruang
Teori Lokasi dan Analisis Pola Ruang
 
Beberapa analisis dalam ekonomi regional
Beberapa analisis dalam ekonomi regionalBeberapa analisis dalam ekonomi regional
Beberapa analisis dalam ekonomi regional
 
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serang
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serangAnalisis pusat pelayanan di kabupaten serang
Analisis pusat pelayanan di kabupaten serang
 
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraTubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
 
Proyeksi penduduk
Proyeksi pendudukProyeksi penduduk
Proyeksi penduduk
 
Klaster industri dan aglomerasi
Klaster industri dan aglomerasiKlaster industri dan aglomerasi
Klaster industri dan aglomerasi
 
Materi perencanaan regional
Materi perencanaan regionalMateri perencanaan regional
Materi perencanaan regional
 
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan DaerahIsu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
Isu dan Masalah Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Peran Statistik Dalam Pembangunan oleh Dr. Suryamin, M.Sc.
Peran Statistik Dalam Pembangunan oleh Dr. Suryamin, M.Sc.Peran Statistik Dalam Pembangunan oleh Dr. Suryamin, M.Sc.
Peran Statistik Dalam Pembangunan oleh Dr. Suryamin, M.Sc.
 
analisis input output
 analisis input output analisis input output
analisis input output
 
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota SurabayaRencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya
 
Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah  Isu pengembangan wilayah
Isu pengembangan wilayah
 
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunanBeberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
Beberapa pertanyaan dalam perencanaan pembangunan
 
Morfologi wilayah kota
Morfologi wilayah kotaMorfologi wilayah kota
Morfologi wilayah kota
 
Metode Baru dalam Pengitungan IPM
Metode Baru dalam Pengitungan IPM Metode Baru dalam Pengitungan IPM
Metode Baru dalam Pengitungan IPM
 
Laporan praktikum analisis trendline (peramalan jumlah wisatawan yang datang ...
Laporan praktikum analisis trendline (peramalan jumlah wisatawan yang datang ...Laporan praktikum analisis trendline (peramalan jumlah wisatawan yang datang ...
Laporan praktikum analisis trendline (peramalan jumlah wisatawan yang datang ...
 
pentiingnya data & informasi bagi perencanaan pembangunan di Provinsi Papua, ...
pentiingnya data & informasi bagi perencanaan pembangunan di Provinsi Papua, ...pentiingnya data & informasi bagi perencanaan pembangunan di Provinsi Papua, ...
pentiingnya data & informasi bagi perencanaan pembangunan di Provinsi Papua, ...
 
Analisis crosstab
Analisis crosstabAnalisis crosstab
Analisis crosstab
 
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNANMakalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Makalah PERENCANAAN PEMBANGUNAN
 
Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD
Penyusunan  RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD  Penyusunan  RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD
Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD dan Renja SKPD
 

Similar to Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana

Kelompok 1 kelas e analisis pdrb kota bandarlampung
Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampungKelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung
Kelompok 1 kelas e analisis pdrb kota bandarlampungAula Nurul Ma'rifah
 
Proposal bakesbang
Proposal bakesbangProposal bakesbang
Proposal bakesbangUmmi1211
 
Model analisis simultan, nanik istianingsih
Model analisis simultan, nanik istianingsihModel analisis simultan, nanik istianingsih
Model analisis simultan, nanik istianingsihNanikIstianingsih
 
Pwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosir
Pwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosirPwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosir
Pwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosirSariRamadani2
 
Pedum agro 2011 jatim
Pedum agro 2011 jatimPedum agro 2011 jatim
Pedum agro 2011 jatimzenoz
 
Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa
Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa  Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa
Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa Dodi Yudiardi
 
Pdrb kota kediri 2013
Pdrb kota kediri 2013Pdrb kota kediri 2013
Pdrb kota kediri 2013fionarazqa
 
Majalah telisik edisi konawe
Majalah telisik edisi konaweMajalah telisik edisi konawe
Majalah telisik edisi konaweTELISIKID
 
7.pembangunan ekonomi daerah
7.pembangunan ekonomi daerah7.pembangunan ekonomi daerah
7.pembangunan ekonomi daerahsitiaisah12140250
 
ANALISIS PENENTUAN SEKTOR PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN P...
ANALISIS PENENTUAN SEKTOR PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN P...ANALISIS PENENTUAN SEKTOR PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN P...
ANALISIS PENENTUAN SEKTOR PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN P...Indah Ariastuti
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahEKPD
 
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...bramantiyo marjuki
 
Analisis Aspek Ekonomi.docx
Analisis Aspek Ekonomi.docxAnalisis Aspek Ekonomi.docx
Analisis Aspek Ekonomi.docxhustinahalimah
 
Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014
Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014
Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014Mellianae Merkusi
 
Pemantauan Kinerja Pemerintah Daerah di NTB Menyelesaikan Rekomendasi BPK RI ...
Pemantauan Kinerja Pemerintah Daerah di NTB Menyelesaikan Rekomendasi BPK RI ...Pemantauan Kinerja Pemerintah Daerah di NTB Menyelesaikan Rekomendasi BPK RI ...
Pemantauan Kinerja Pemerintah Daerah di NTB Menyelesaikan Rekomendasi BPK RI ...Fitra Ntb
 
Tugas 1 Ekonomi Wilayah Kota_Balqis, Tari, Faid.pptx
Tugas 1 Ekonomi Wilayah Kota_Balqis, Tari, Faid.pptxTugas 1 Ekonomi Wilayah Kota_Balqis, Tari, Faid.pptx
Tugas 1 Ekonomi Wilayah Kota_Balqis, Tari, Faid.pptxtariberta
 

Similar to Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana (20)

Kelompok 1 kelas e analisis pdrb kota bandarlampung
Kelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampungKelompok 1 kelas e   analisis pdrb kota bandarlampung
Kelompok 1 kelas e analisis pdrb kota bandarlampung
 
Proposal bakesbang
Proposal bakesbangProposal bakesbang
Proposal bakesbang
 
Model analisis simultan, nanik istianingsih
Model analisis simultan, nanik istianingsihModel analisis simultan, nanik istianingsih
Model analisis simultan, nanik istianingsih
 
Pwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosir
Pwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosirPwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosir
Pwdpengembangan kawasan agropolitan di kab.toba samosir
 
Saila rahmah
Saila rahmah Saila rahmah
Saila rahmah
 
Pedum agro 2011 jatim
Pedum agro 2011 jatimPedum agro 2011 jatim
Pedum agro 2011 jatim
 
Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa
Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa  Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa
Analisis kesehatan kinerja keuangan badan usaha milik desa
 
Rencana pengembangan industri
Rencana pengembangan industriRencana pengembangan industri
Rencana pengembangan industri
 
Pdrb kota kediri 2013
Pdrb kota kediri 2013Pdrb kota kediri 2013
Pdrb kota kediri 2013
 
Majalah telisik edisi konawe
Majalah telisik edisi konaweMajalah telisik edisi konawe
Majalah telisik edisi konawe
 
7.pembangunan ekonomi daerah
7.pembangunan ekonomi daerah7.pembangunan ekonomi daerah
7.pembangunan ekonomi daerah
 
ANALISIS PENENTUAN SEKTOR PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN P...
ANALISIS PENENTUAN SEKTOR PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN P...ANALISIS PENENTUAN SEKTOR PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN P...
ANALISIS PENENTUAN SEKTOR PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN P...
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa TengahLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Jawa Tengah
 
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
 
Analisis Aspek Ekonomi.docx
Analisis Aspek Ekonomi.docxAnalisis Aspek Ekonomi.docx
Analisis Aspek Ekonomi.docx
 
Lakin BPTP Sumsel 2017
Lakin BPTP Sumsel 2017 Lakin BPTP Sumsel 2017
Lakin BPTP Sumsel 2017
 
Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014
Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014
Profil Perekonomian Kota Palangka Raya Tahun 2014
 
Anpotwil
AnpotwilAnpotwil
Anpotwil
 
Pemantauan Kinerja Pemerintah Daerah di NTB Menyelesaikan Rekomendasi BPK RI ...
Pemantauan Kinerja Pemerintah Daerah di NTB Menyelesaikan Rekomendasi BPK RI ...Pemantauan Kinerja Pemerintah Daerah di NTB Menyelesaikan Rekomendasi BPK RI ...
Pemantauan Kinerja Pemerintah Daerah di NTB Menyelesaikan Rekomendasi BPK RI ...
 
Tugas 1 Ekonomi Wilayah Kota_Balqis, Tari, Faid.pptx
Tugas 1 Ekonomi Wilayah Kota_Balqis, Tari, Faid.pptxTugas 1 Ekonomi Wilayah Kota_Balqis, Tari, Faid.pptx
Tugas 1 Ekonomi Wilayah Kota_Balqis, Tari, Faid.pptx
 

Recently uploaded

Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaWahyuKamilatulFauzia
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxRito Doank
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaarmanamo012
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptSalsabillaPutriAyu
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...OknaRyana1
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptwxmnxfm57w
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptatiakirana1
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISHakamNiazi
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 

Recently uploaded (19)

Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 

Analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan pdrb kab bombana

  • 1. LAPORAN AKHIR ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH BERDASARKAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOMBANA Kerjasama Badan Penelitian Dan Pengembangan Kabupaten Bombana Dengan Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Halu Oleo
  • 2. ii RINGKASAN Kabupaten Bombana merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Tenggara yang memberikan pengaruh terbesar terhadap pembangunan Sulawesi Tenggara. Hal ini disebabkan karena Kabupaten Bombana memiliki sumberdaya alam yang beragam seperti sumberdaya air, lahan dan sumberdaya manusia yang meliputi ketersediaan tenaga kerja yang melimpah dan berkualitas. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bombana dengan menggunakan data tahun 2011 sampai tahun 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sektor yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Bombana, menganalisis dampak pengganda pendapatan dari kegiatan sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Bombana, menganalisis sektor ekonomi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bombana. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian Deskriptif kuantitatif, dengan menggunakan indikator yang menggambarkan seluruh kegiatan ekonomi yang telah dilaksanakan melalui indikator PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang diuraikan melalui pertumbuhan PDRB. Penelitian menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Pemerintah Daerah setempat dan instansi-instansi terkait lainnya, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis Location Quetiont, dan Analisis Shift Share. Hasil analisis Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa sektor yang menjadi sektor basis atau unggulan di Kabupaten Bombana yaitu (1) Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, (2) Sektor Pertambangan dan Penggalian dan (3) Sektor Perdagangan Besar Dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor periode 2011-2015. Sub Sektor unggulan sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang memberikan kontribusi adalah Sub Sektor tanaman pangan, tanaman hortikultura, perkebunan dan peternakan. Sub Sektor unggulan sektor pertambangan dan galian adalah Sub Sektor pertambangan biji logam dan pertambangan dan penggalian lainnya. Dan Sub Sektor unggulan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor adalah perdagangan besar dan eceran bukan mobil dan sepeda motor. Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa ketiga sektor tersebut memiliki pertumbuhan dan daya saing yang berbeda-beda. Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan yang cepat namun memiliki daya saing yang kurang baik. Selanjutnya sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor yang mengalami pertumbuhan yang lambat namun memiliki daya saing yang baik. Sektor yang memiliki hamper semuang keunggulan adalah Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor.
  • 3. iii SUMMARY Bombana regency is one of the districts in Southeast Sulawesi that gives the greatest influence to the development of Southeast Sulawesi. This is because Bombana District has diverse natural resources such as water resources, land and human resources covering the availability of abundant and quality labor. This study was conducted in Bombana District using data from 2011 to 2015. The purpose of this study was to identify the sektor that became the leading sektor in Bombana District, to analyze the impact of income multiplier from the activities of the sektor of economy that became the leading sektor in Bombana Regency, to analyze the economic performance of the region based on Identification of economic sektors in Bombana District and to analyze the linkages and implications that will be generated from the development of the basic economic sektor on regional development. The research method used is descriptive quantitative research method, using indicators that describe all economic activities that have been implemented through indicators of GRDP (Gross Regional Product) described through the growth of GRDP. The study used secondary data obtained from the local government and other relevant agencies, then analyzed using Location Quetiont, Revenue Multiplier and Shift Share analysis methods. The result of Location Quotient (LQ) analysis shows that the sectors that are the basic or superior sectors in Bombana Regency are (1) Agricultural, Forestry and Fishery Sector, (2) Mining and Quarrying Sector and (3) Large and Retail Trade Sector, Car Repair and Motorcycles period 2011-2015. The leading sub-sectors of agriculture, forestry and fishery sector which contributed are food crops, horticulture, plantation and livestock. The leading subsector of the mining and quarrying sector is the mining subsector of metal ore and mining and other excavations. And the flagship subsector of the big and retail trade sector, car and motorcycle repair is the big and retail trade not the cars and motorcycles. The result of Shift Share analysis shows that the three sectors have different growth and competitiveness. The agriculture, forestry and fishery sectors are the fastest growing sectors but have poor competitiveness. Furthermore, the mining and quarrying sector is a slow growing sector but has good competitiveness. Sectors that have almost the advantages are Large and Retail Trade, Car Repair and Motorcycle.
  • 4. iv PRAKATA Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Karunia-NYA sehingga penyusunan “Analisis Pertumbuhan Ekonomi Daerah Berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Bombana” dapat diselesaikan. Kajian strategis ini dapat terwujud atas kerjasama Bada Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Bombana dengan Lemabga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Halu Oleo (LPPM) Kendari. Kegiatan penyusunan Analisis Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Produk Domestik Regional Brutio (PDRB) Kabupaten Bombana disusun dengan maksud untuk menganalisis pertumbuhan Ekonomi berdasarkan PDRB dan langkah- langkah yang tepat oleh Pemerintah Daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bombana. Dengan selesainya kajian Analisis Pertumbuhan Ekonomi Daerah Berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDRB) Kabupaten Bombana dapat menjadi pedomana dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Bombana. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita dalam menunaikan tugas dan pengabdian kita masing-masing Amiin. Wabilahi Taufik Wal Hidayah. Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Rumbia, April 2017 KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN, HUSRIFNAH RAHIM, ST. M.Si. PEMBINA Tk. I. IV/b NIP. 19710607 200604 1 004
  • 5. v KATA PENGANTAR Patut kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan Rahmat dan Ridho-Nya jugalah sehingga penyusunan laporan penelitian tentang analisis Pertumbuhan Ekonomi Daerah Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (Pdrb) Kabupaten Bombana dapat diselesaikan dengan baik. Publikasi ini menyajikan tinjauan perkembangan perekonomian Bombana secara deskriptif. Dalam buku ini juga ditampilkan tabel-tabel dan gambar tentang analisis sektor-sektor ekonomi PDRB tahun 2011-2015 atas dasar harga berlaku dan harga konstan 2010 dalam bentuk nilai nominal dan persentase. Hasil paparan pertumbuhan ekonomi menurut sektor-sektor dalam PDRB, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui sektor unggulan atau basis dan sejauh mana perkembangan dari sektor unggulan tersebut. Dengan tersusunnya laporan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat, untuk menjadi informasi dan bahan dalam perumusan program dan kebijakan pembangunan ekonomi khususnya yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bombana. Meskipun dalam penyusunan analisis pertumbuhan ekonomi berdasarkan sektor PDRB ini, telah dipersiapkan sebaik-baiknya, namun disadari masih banyak kekurangan dan kesalahan yang mungkin terjadi. Untuk perbaikannya, tanggapan dan saran dari pembaca sangat diharapkan. Rumbia, April 2017 KETUA TIM PENELITI Dr. Muhammad Nur Afiat, SE. M.Si. NIP. 19831013 200812 1003
  • 6. vi DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK……………………………………………………………………. i ABSTRACT………………………………………………………………….. ii PRAKATA……………………………………………………………………. iii KATA PENGANTAR……………………………………………………….. iv DAFTAR ISI…………………………………………………………………. vi DAFTAR TABEL……………………………………………………………. viii DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………. ix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……………………………………….……. 1 1.2 Rumusan Masalah…………………………………….….. 4 1.3 Maksud danTujuan…………………………………….…. 5 1.4 Ruang Lingkup………………………………………….… 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………….….. 2.1. Keadaan Geografis dan Iklim………………………….... 6 2.2. Gambaran Umum Kesejahtraan Masyarakat……….…. 8 2.2.1. Kependudukan dan ketenagakerjaan…………… 8 2.2.2. Pendidikan dan Keesehatan……………………… 9 2.2.3. Tingkat Partisipasi Sekolah………………………. 10 2.2.4. Angka Melek Huruf (AMH)………………………… 12 2.2.5. Rata-Rata Lama Sekolah………………….……… 13 2.2.6. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)………….. 14 2.2.7. Status Kesehatan Masyarakat…………………… 16 2.2.8. Akses Pelayanan Kesehatan…………………….. 17 2.3. LandasanTeori……………………………………………… 18 2.3.1. Teori Pembanguanan Ekonomi………………….. 18 2.3.2. Teori Pembangunan Ekonomi Daerah………….. 20 2.3.3. Teori pertumbuhan ekonomi……………………… 20 2.3.4. Teori pertumbuhan ekonomi wilayah……………. 22 2.3.5. Produk domestic regional bruto (PDRB)………… 30 2.4. KerangkaPemikiran……………………………………….. 32 BAB III METODE PENELITIAN…........................................................... 3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian…………………………….. 34 3.2. Metode Pengumpulan Data………………………………. 34 3.3. Jenis Dan Sumber Data………………………………….. 34 3.4. Metode analisis data………………………………………. 35 3.4.1. Analisis LQ…………………………………………. 35
  • 7. vii 3.4.2. Analisis Shift Share……………………………….. 35 BAB IV ANALISIS DATA………………………………………………….. 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Struktur PDRB Kabupaten Bombana……………………. 39 5.2. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Menurut Sektor PDRB ADH 2010…………………………………………………… 63 5.3. Analisis PDRB Kabupaten Bombana Dan PDRB Sulawesi Tenggara 2011- 2015……………………………………… 82 5.4. Rasio PDRB Kabupaten Bombana Dan PDRB Sulawesi Tenggara 2011-215………………………………………… 84 5.5. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Bombana 2011-2015 86 5.6. Pergeseran Bersih Dan Profil Pertumbuhan Sektor- Sektor Perekonomian Di Kabupaten Bombana…………………….. 89 5.7. Analisis Sektor Basis/Unggulan Kabupaten Bombana 2011-2015……………………………………………………… 90 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan……………………………………………………. 100 6.2. Saran…………………………………………………………… 100 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
  • 8. viii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Luas, Jumlah Pulau dan Rata-Rata Curah Hujan Kabupaten Bombana 7 Tabel 2.1. Jumlah Kecamatan, Desa, UPT, Kelurahan, Dusun dan Lingkungan 7 Tabel 2.3. Indikator Kependudukan Kabupaten Bombana 2013-2015 9 Tabel 5.1. Laju Pertumbuhan RiilPDRB Menurut Lapangan Usaha (persen), 2011─2015 65 Tabel 5.2. Kontribusi Komponen Sub Sektor Pengadaan Listrik dan Gas Kabupaten Bombana 2011-2015 71 Tabel 5.3. Kontribusi Komponen Sub Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Kabupaten Bombana 2011-2015 74 Tabel 5.3. Kontribusi Komponen Sub Sektor Transportasi dan Pergudangan Kabupaten Bombana 2011- 2015 75 Tabel 5.4. Kontribusi Komponen Sub Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Kabupaten Bombana 2011-2015 76 Tabel 5.5. Kontribusi Komponen Sub Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Kabupaten Bombana 2011-2015 78 Tabel 5.6. Laju Pertumbuhan EkonomiKabupaten Bombana Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011- 2015 82 Tabel 5.7. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011- 2015 83 Tabel 5.8. Rasio PDRB Kabupaten Bombana dan PDRB Propinsi Sulawesi Tenggara (Nilai Ra, Ri, dan ri) 85 Tabel 5.9. Perhitungan National Share (Ns) Kabupaten Bombana tahun 2011-2015 86 Tabel 5.10. Analisis Propotional Share Kabupaten Bombana ADH 2010 Tahun 2011-2015 88 Tabel 5.11. Analisis Differential Share Kabupaten Bombana ADH 2010 Tahun 2011-2015 89 Tabel 5.12. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian di Kabupaten BombanaTahun 2011- 2015 90 Tabel 5.13. PDRB Kabupaten Bombana ADH 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011- 2015 93 Tabel 5.14. PDRB Sulawesi Tenggara ADH 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2015 94 Tabel 5.15 Hasil Analisis Location Quation (LQ) Kabupaten Bombana Tahun 2011-2015 94 Tabel 5.16 Hasil Analisis LQ Sub Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Kabupaten Bombana Tahun 2011-2015 97 Tabel 5.17 Hasil Analisis LQ Sub Sektor Pertambangan dan Penggalian Kabupaten Bombana Tahun 2011-2015 98 Tabel 5.18 Hasil Analisis LQ Sub Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Kabupaten Bombana
  • 9. ix Tahun 2011-2015 99 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Peta Kabupaten Bombana………………………………… 7 Gambar 2.2 Piramida Penduduk Kabupaten Bombana……………….. 8 Gambar 2.3 Tingkat Partisipasi Sekolah Kabupaten Bombana 2013-2015………………………………………………… 11 Gambar 2.4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerjadan Pengangguran Terbuka Kabupaten Bombana 2013-2015……………….. 15 Gambar 2.5 Bagan Kerangka Pemikiran Analisis Pertumbuhan Ekonomi…………………………………………………… 33 Gambar 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bombana 2011-2015… 64 Gambar 5.2. Kontribusi Sub sektor Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana 2011-2015……… 67 Gambar 5.3. Kontribusi Komponen Sub sektor Pertanian Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana 2011- 2015………………………….. 67 Gambar 5.4. Kontribusi Komponen Sub sektor Pertambangan dan Penggalian Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana 2011-2015…………………………………………………… 68 Gambar 5.5. Kontribusi Komponen Sub sektor Industri Pengolahan……. Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana 2011- 2015……….. 69 Gambar 5.6. Kontribusi Komponen Sub sektor Industri Pengolahan Lainnya, jasa reparasi dan pemasangan mesin dan perlatan Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana 2011-2015………… 70 Gambar5.7. Kontribusi Komponen Sub Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana 2011- 2015………………………….. 72 Gambar 5.8. Kontribusi Komponen Sub Sektor Konstruksi Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana 2011- 2015………………………….. 73 Gambar 5.9. Kontribusi Komponen Sub Sektor Informasi dan Komunikasi Terhadap PDRB Kabupaten Bomabana 2011- 2015………… 77
  • 10. x DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. PDRB Kabupaten Bombana ADH 2010 Tahun 2011-2015……………………………………….. 111 Lampiran 2. PDRB Kabupaten Bombana ADH 2010 Tahun 2011-2015……………………………………….. 113 Lampiran 3. Hasil Analisis Shif Share……………………………….. 114 Lampiran 4. Hasil Analisis LQ………………………………………. 116
  • 11. Halaman 1 of 122 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi jangka panjang. Di setiap periode suatu masyarakat akan menambah kemampuan untuk memproduksikan barang dan jasa. Ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor produksi yang berlaku. Dalam setiap periode jumlah tenaga kerja bertambah karena ada golongan penduduk yang akan memasuki angkatan kerja. Investasi masa lalu akan menambah barang-barang modal dan kapasitas memproduksi dimasa kini (Sukirno, 2000:13). Suatu perekonomian dapat dikatakan berkembang apabila pendapatan perkapita dalam jangka panjang cenderung naik. Namun bukan berarti bahwa pendapatan perkapita akan selalu mengalami kenaikan. Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat sebagai wujud peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana Pemerintah Daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara Pemerintah Daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, Pemerintah Daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber daya-sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. Seperti diketahui bersama, krisis yang melanda Indonesia sejak periode 1997, membawa dampak negatif ke dunia perekonomian nasional umumnya, dan perekonomian regional khususnya.
  • 12. Halaman 2 of 122 Krisis ini menyebabkan terjadinya perubahan dari nilai tambah sektor-sektor yang ada di wilayah nasional juga di wilayah daerah. Sehingga Pemerintah Pusat mengeluarkan kebijakan otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya dua produk Undang-Undang, yaitu Undang-Undang. No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang menimbang : a). bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang Dasar 1945 memberikan keleluasaan kepada Daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah; b). bahwa dalam penyelenggaraan Otonomi Daerah, dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi, peran-serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman Daerah dan Undang-Undang 32 tahun 2004 tentang Pemerintah yang menimbang : a). bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara; b). bahwa Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah sehingga perlu diganti. Lahirnya tersebut dapat merangsang adanya upaya untuk menghilangkan praktik-praktik sentralistik yang pada satu sisi dianggap kurang menguntungkan bagi daerah dan penduduk lokal. Era otonomi telah memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota untuk mengembangkan sendiri potensi daerah yang dimiliknya. Dengan kata lain, daerah diberi wewenang untuk mengelola sendiri keuangannya sekaligus menentukan arah pembangunan yang akan dilaksanakan demi tercapainya kemakmuran penduduk di wilayahnya, dengan mempertimbangkan segenap potensi, sumber daya serta faktor-faktor lainnya, baik faktor pendukung maupun faktor penghambat. Dengan demikian suatu daerah sangat memerlukan beragam data yang dapat dijadikan sebagai dasar acuan, baik dalam penyusunan evaluasi pembangunan ekonomi di daerah. Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka pembangunan daerah Kabupaten bombana merupakan bagian
  • 13. Halaman 3 of 122 integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara terus-menerus untuk menuju ke arah perubahan yang lebih baik. Adanya perubahan paradigma dalam penyelenggaraan pemerintahan menuntut pihak Pemerintah Daerah untuk lebih mengutamakan prinsip-prinsip penyelenggaraan otonomi daerah yang memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan serta potensi daerah. Pada era otonomi daerah paradigma baru dalam pembangunan daerah, keberhasilan pembangunan tidak lagi hanya diukur dari kemajuan fisik yang diperoleh atau berapa besar Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dapat diterima. Keberhasilan pembangunan harus dapat diukur dengan parameter yang lebih luas dan lebih strategis yang meliputi semua aspek kehidupan baik materil dan non materil. Untuk mengetahui potensi pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten bombana diperlukan suatu metode yang berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil untuk mempercepat laju pertumbuhan yang ada. Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis dan kegiatan non basis. Kegiatan basis adalah semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi permintan yang bersifat exogenous (tidak tergantung pada kekuatan intern/permintaan lokal). Sedangkan kegiatan non basis adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal, karena itu permintaan sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kenaikan pendapatan masyarakat setempat. Dengan demikian sektor ini terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. Atas dasar anggapan dtersebut mengindikasikan bahwa satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiah adalah sektor basis. Oleh karena itu analisis basis sangat berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah. Penggunaan pendekatan model basis ekonomi pada umumnya didasarkan atas nilai tambah maupun lapangan kerja. Namun menggunakan data pendapatan (nilai tambah) adalah lebih tepat dibandingkan menggunakan data lapangan kerja. Hal ini
  • 14. Halaman 4 of 122 dikarenakan lapangan kerja memiliki bobot yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Salah satu indikator ekonomi yang sangat diperlukan untuk mengukur kinerja pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dilihat dari sisi pengeluaran PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto di suatu wilayah dan Dilihat dari sisi produksi PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi (di suatu region) pada suatu jangka waktu tertentu (setahun). Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini disebut juga penghitungan melalui pendekatan nilai tambah (value added). Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini dilakukan dengan bertitik tolak dari penggunaan akhir barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah domestik (BPS, 2008). PDRB merupakan indikator penting di suatu wilayah yang dapat mengindikasikan totalitas produksi neto barang/jasa yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan wilayah. Kabupaten bombana sebagai salah satu daerah baru yang merupakan daerah pemekaran juga mengharapkan mampu memiliki pertumbuhan ekonomi yang optimal. Hal ini menjadi suatu hal yang harus diperhatikan bagi Pemerintah Daerah. Sejalan dengan pembahasan diatas bahwa indikator yang menjadi acuan dalam pertumbuhan ekonomi ialah mengenai produk domestik regional bruto. Untuk itu dalam hal ini pemerintah bombana memerlukan informasi mengenai faktor-faktor apa saja yang memberikan pengaruh terhadap peningkatan produk domestik regional bruto. 1.2 . Rumusan Masalah Dengan melakukan penelitian terhadap analisis pertumbuhan ekonomi daerah berdasarkan produk domestik regional bruto di kabupaten bombana, maka akan diketahui pola pertumbuhan ekonomi, pergeseran-pergeseran pada sektor-sektor ekonomi dan mengetahui sektor-sektor potensial serta faktor yang mempengaruhi sehingga Pemerintah Daerah Kabupaten Bombana dapat memprioritaskan perencanaan pembangunan struktur perekonomian di
  • 15. Halaman 5 of 122 Kabupatenbombana. Berdasarkan permasalahan di atas muncul beberapa pertanyaan : 1. Bagaimana Pertumbuhan Ekonomi berdasrkan PDRB selama 5 tahun (tahun 2011-2015) di Kabupaten bombana ?. 2. Sektor basis ekonomi apa yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten bombana ? 1.3. Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis Pertumbuhan Ekonomi berdasarkan PDRB selama 5 tahun (tahun 2011-2015) di Kabupaten bombana. 2. Menganalisis sektor basis ekonomi yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten bombana. 1.4. Ruang Lingkup Untuk lebih terarahnya penelitian ini, difokuskan pada bagaimana pertumbuhan ekonomi berdasarkan PDRB selama 5 tahun (tahun 2011-2015) di kabupaten Bombana dan menganalisis sektor basis ekonomi yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Bombana
  • 16. Halaman 6 of 122 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keadaan Geografis dan Iklim Kabupaten Bombana sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengara letaknya di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Letak astronomisnya antara 4°22'59,4” dan 5°28'26,7” Lintang Selatan dan antara 121°27'46,7” dan 122°10'9,4” Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Bombana sebesar 8,01 persen dari total luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara. Gambar 2.1. Peta Kabupaten Bombana Luas wilayah Kabupaten Bombana sebesar 3.316,16 km2, terdiri atas wilayah daratan dan perairan. Kecamatan yang memiliki wilayah terluas adalah Kecamatan Mata Usu (456,17 km2) serta Kecamatan dengan luas terkecil adalah Kepulauan Masaloka Raya (2,66 km2).
  • 17. Halaman 7 of 122 Uraian 2014 2015 Luas (km2) 3316.16 3316.16 Pulau (buah) 27 27 Rata-Rata Curah Hujan (mm) 924,8 797.72 Rata-Rata Hari Hujan (hari) 109 75 Tabel 2.1. Luas, Jumlah Pulau dan Rata-Rata Curah Hujan Kabupaten Bombana Curah hujan tertinggi tercatat 1.232,30 mm dan hari hujan sebanyak 104 hari. Daerah dengan curah hujan tinggi terutama terdapat di Kecamatan Kabaena Utara dan sekitarnya, serta di Kecamatan Poleang dengan catatan curah hujan sebesar 1.014,00 mm. Daerah dengan curah hujan rendah dan terjadi kekeringan di musim kemarau berada di daerah Kecamatan Kabaena Timur dan sekitarnya serta di Kecamatan Poleang Timur Sebagian besar desa di Kabupaten Bombana merupakan desa bukan pesisir yang jumlahnya mencapai 76 desa dengan topografi wilayah sebagian besar merupakan desa yang terletak di dataran, sedangkan lainnya merupakan desa pesisir yakni 68 desa. Tabel 2.1. Jumlah Kecamatan, Desa, UPT, Kelurahan, Dusun dan Lingkungan Sampai dengan tahun 2015, wilayah Pemerintahan Kabupaten Bombana telah secara resmi menjadi 22 Kecamatan dari sebelumnya 6 Kecamatan pada tahun 2003. Sejak resmi berdiri sebagai Daerah Otonom yang terpisah dari wilayah pemerintahan Kabupaten Buton di tahun 2003, di Kabupaten Bombana telah terbentuk 121 desa, 2 UPT, dan 22 Kelurahan. Pada Satuan Lingkungan dibawah Desa/Kelurahan terdapat peningkatan dari tahun 2013 yang hanya terdapat 413 dusun dan 87 lingkungan, menjadi 430 dusun dan 89 lingkungan tahun 2015. Wilayah Administrasi 2013 2014 2015 Kecamatan 22 22 22 Desa 116 116 121 UPT 2 2 2 Kelurahan 22 22 22 Dusun 413 428 430 Lingkungan 87 87 89
  • 18. Halaman 8 of 122 2.2. Gambaran Umum Kesejateraan Masyarakat 2.2.1. Kependudukan dan Ketenagakerjaan Komposisi penduduk Kabupaten Bombana didominasi oleh penduduk muda/dewasa. Hal menarik yang dapat diamati pada piramida penduduk adalah adanya perubahan arah perkembangan penduduk yang ditandai dengan penduduk usia 0-4 tahun yang jumlahnya lebih besar dari kelompok penduduk usia yang lebih tua yaitu 5-9 tahun. Jika pemerintah berhasil mempertahankan tingkat pertumbuhan yang rendah atau lebih rendah dibanding sebelumnya, maka seharusnya jumlah penduduk usia 0-4 tahun lebih rendah dibandingkan penduduk usia 5-9 tahun. Hal ini seharusnya dapat menjadi perhatian pemerintah dalam mengambil langkah-langkah kebijakan di bidang kependudukan ke depan. Gambar 2.2. Piramida Penduduk Kabupaten Bombana Jumlah penduduk Kabupaten Bombana pada tahun 2013 mencapai 150.186 jiwa. Angka ini terus meningkat dan pada tahun 2015 yang mencapai 164.809 jiwa. Tingkat pertumbuhan penduduk mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Selama periode 2013-2014 tingkat pertumbuhan penduduk tercatat meningkat dari 2,82 persen menjadi 6,35 persen. Sedangkan pada tahun 2015 tingkat pertumbuhan penduduk menjadi 3,19 persen.
  • 19. Halaman 9 of 122 Tabel 2.3. Indikator Kependudukan Kabupaten Bombana 2013-2015 Pertumbuhan yang signifikan ini dikarenakan tingginya angka kelahiran bayi, untuk tahun 2015 tercatat sebanyak 3.257 kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan , sedangkan tahun 2014 tercatat sebanyak 3.255 kelahiran. 2.2.2. Pendidikan dan Kesehatan Pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan diharapkan akan mampu menjadikan warga negara Indonesia memiliki kecakapan hidup sehingga mendorong tegaknya pembangunan manusia seutuhnya serta masyarakat madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila, sebagaimana yang telah diamanatkan dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, yang UU No 20 tahun 2003 tersebut juga menjelaskan posisi pemerintah dalam dunia pendidikan. Pemerintah berkewajiban “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Pemerintah harus mengusahakan segala yang terkait dengan pendidikan. Baik dari sisi penyelenggaraan, sarana, ketersediaan pengajar. UUD 1945 juga telah mengamanatkan bahwa pemerintah Negara Republik Indonesia (sekaligus Pemerintah Daerah) wajib mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem yang mengatur pendidikan nasional yang mampu menjamin tiap-tiapn warga Negara memperoleh pemerataan kesempatan dan mutu pendidikan. Upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, maka Pemerintah Pusat dan daerah harus memfasilitasi hak pendidikan bagi tiap warganya. Melalui sekolah yang terjangkau dari sisi pembiayaan, bermutu dari segi layanan dan berkualitas dari sisi pembelajaran. Selain pembiayaan pendidikan yang Indikator Kependudukan 2013 2014 2015 Jumlah Penduduk (jiwa) 150,186 159,718 164,809 Pertumbuhan Penduduk (%) 2.82 6.35 3.19 Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) 45.00 48.16 49.70 Rasio Jenis Kelamin 102.00 101.91 101.93 Jumlah Rumah Tangga (Ruta) 33,634 36,128 37,286 Rata-Rata ART (jiwa/Ruta) 4 4 4 % Penduduk Menuruta Kelompok Umur 0-14 34.38 34.38 34.38 15-64 61.37 61.37 61.87 > 64 3.75 3.76 3.76
  • 20. Halaman 10 of 122 harus ditanggung pemerintah, sarana dan prasarana, kurikulum, dan sumber belajar dan daya dukung lainnya perlu diupayakan pemerintah. Mengacu pada pembahasan di atas, hal-hal yang menyangkut dunia pendidikan akan dibahas dalam bab ini. Beberapa indikator yang akan disajikan di dalam publikasi ini, diantaranya Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Melek Huruf (AMH) serta Rata-rata Lama Sekolah. Indikatorindikator tersebut diolah dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan BPS. 2.2.3. Tingkat Partisipasi Sekolah Tingkat partisipasi sekolah merupakan salah satu indikator yang dapat mengukur partipasi masyarakat dalam mengikuti pendidikan dari berbagai jenjang pendidikan dan kelompok umur. Tingkat partisipasi sekolah yang dapat diukur diantaranya yaitu Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partsipasi Murni (APM). Pemerintah berharap agar ketiga indikator tersebut selalu menunjukkan peningkatan setiap tahunnya pada setiap jenjang pendidikan. Hal ini dapat menunjukkan bahwa semakin banyak masyarakat memperoleh layanan pendidikan dasar dan menengah yang bermutu dan berkesetaraan. Angka Partisipasi Sekolah (APS) mengukur proporsi anak yang masih bersekolah pada suatu kelompok umur sekolah pada jenjang pendidikan tertentu. Angka ini memberikan gambaran secara umum tentang banyaknya anak kelompok umur tertentu yang sedang bersekolah, tanpa memperhatikan jenjang pendidikan yang diikuti. Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kabupaten Bombana dalam kurun waktu tiga tahun terakhir terlihat pada Grafik di bawah ini. Secara umum partisipasi sekolah penduduk Bombana cenderung menurun terhadap kelompok umurnya. Pada tahun 2015 misalnya, penduduk 7-12 tahun yang bersekolah sebesar 99,21 persen, sedangkan pada kelompok umur 19-24 tahun hanya sekitar 10,16 persen yang bersekolah. Berdasarkan Tabel 4.1, terlihat bahwa hampir semua anak usia 7-12 tahun sedang bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu (99,21 persen) atau hanya sekitar 0,79 persen yang tidak sekolah. Hal ini berarti rata-rata 99 dari 100 anak usia tersebut sedang bersekolah.
  • 21. Halaman 11 of 122 Gambar 2.3. Tingkat Partisipasi Sekolah Kabupaten Bombana 2013-2015 Pada periode 2013-2015 cenderung berfluktuatif untuk angka partisipasi sekolah usia 7-12 tahun. Tahun 2014 sempat mengalami penurunan dari 97,88 persen menjadi 97,67 persen, namun tahun 2015 angka partisipasi sekolah naik menjadi 99,21 persen. Tingginya angka partisipasi sekolah pada kelompok umur ini diduga dipengaruhi oleh perluasan kesempatan sekolah melalui program pendidikan gratis. Pada kelompok umur 13-15 tahun, APS-nya meningkat dari 85,5 persen (2013) menjadi 91,86 persen (2015). Artinya setiap 100 anak usia 12-15 tahun, rata-rata 91 orang diantaranya sedang sekolah. Berarti pula pada tahun 2015, sekitar 8,14 persen penduduk usia tersebut tidak bersekolah. Diharapkan APS terus menunjukkan perbaikan dari tahun ke tahun dan anak usia sekolah dapat memperoleh hak pendidikannya. Selanjutnya pada usia 16-18 tahun, APS cenderung mengalami penurunan. Hal ini terlihat pada tahun 2013 APS sebesar 54,93 persen, kemudian menurun menjadi 52,36 persen pada tahun 2015 dan sempat mengalami peningkatan menjadi 59,93 persen pada tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa setiap 100 anak usia 16-18 tahun, hanya 52 orang diantaranya sedang sekolah, sisanya tidak bersekolah. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah karena rendahnya APS pada kelompok usia tersebut. Sedangkan pada kelompok umur 19-24, APS cenderung mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun 2013 APS pada kelompok umur tersebut
  • 22. Halaman 12 of 122 sebesar 6,25 persen, kemudian meningkat menjadi 10,16 persen pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya partisipasi masyarakat dalam menyekolahkan anak-anak mereka. 2.2.4. Angka Melek Huruf (AMH) Seseorang dikatakan melek huruf apabila paling tidak orang tersebut dapat menggunakan kemampuan baca dan tulis dengan huruf latin dan berhitung dengan angka arab dalam kegiatannya yang memerlukan kecakapan tersebut dan juga memungkinkannya untuk melanjutkan pemanfaatan kecakapan membaca, menulis dan berhitung untuk pengembangan diri dan masyarakat. Melek huruf sangat berkaitan erat dengan buta huruf. Semakin meningkatnya angka melek huruf menunjukkan semakin menurunnya angka buta huruf. Baik angka melek huruf maupun angka buta huruf dapat digunakan untuk melihat pencapaian keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf. Kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan minimum yang dibutuhkan oleh penduduk untuk menuju hidup sejahtera. Kemampuan baca tulis tercermin dari Angka Melek Huruf (AMH), dalam hal ini didefinisikan sebagai persentase penduduk 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin, huruf arab dan huruf lainnya. Indikator ini menggambarkan mutu sumber daya manusia yang diukur dari aspek pendidikan. Semakin tinggi nilai indikator ini semakin tinggi pula mutu sumber daya manusia suatu masyarakat.,Perkembangan Angka Melek Huruf di Kabupaten Bombana dalam periode dua tahun terakhir terlihat pada Grafik di bawah ini. Gambar 2.3. Angka Melek Huruf Kabupaten Bombana 2014-2015
  • 23. Halaman 13 of 122 Angka melek huruf penduduk Bombana pada tahun 2015 sebesar 90,98 persen. Hal ini berarti setiap 100 orang, rata-rata 90 orang diantaranya sudah mampu membaca dan menulis. Terjadi penurunan AMH jika dibandingkan tahun 2014 yaitu sebesar 4,31 persen. Walaupun program pemberantasan buta aksara secara nasional telah menunjukkan adanya keberhasilan, program ini harus terus dilakukan sehingga angka buta aksara masyarakat dapat terus ditekan dan semakin menurun tiap tahunnya. Jika ditinjau menurut jenis kelamin, maka persentase penduduk melek huruf laki-laki pada tahun 2015 lebih besar dibandingkan perempuan. Persentase melek huruf penduduk laki-laki mencapai 93,32 persen sedangkan perempuan hanya sebesar 88,66 persen. Atau dengan kata lain penduduk perempuan lebih banyak yang buta huruf dibandingkan penduduk laki-laki. 2.2.5. Rata-Rata Lama Sekolah Secara umum tingkat pendidikan penduduk dewasa dapat dilihat dari rata- rata lama sekolah (tahun). Indikator ini dapat menunjukkan sampai pada jenjang pendidikan apa, tingkat pendidikan penduduk dewasa. Indikator ini lebih memadai untuk digunakan dalam berbagai analisis karena merupakan data rasio. Oleh karena itu, indikator ini dapat pula digunakan dalam menilai keberhasilan pembangunan sektor pendidikan antar daerah. Angka rata-rata lama sekolah penduduk di Kabupaten Bombana terlihat pada Grafik di bawah ini. Gambar 2.3. Rata-Rata Lama Sekolah Penduduk Kabupaten Bombana 2012-2014
  • 24. Halaman 14 of 122 Rata-rata lama sekolah penduduk Bombana terus menunjukkan peningkatan dalam 3 tahun terakhir. Pada tahun 2012 rata-rata lama sekolah sebesar 6,98 tahun sedangkan tahun 2013 dan 2014 rata-rata lama sekolah penduduk Bombana meningkat menjadi 7,21 tahun dan 7,5 tahun. Artinya rata- rata penduduk telah sekolah sampai kelas 2 SMP. Peningkatan ini bias memberikan sinyal positif bagi perbaikan kesempatan sekolah bagi masyarakat. Peningkatan rata-rata lama sekolah tidak menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan. Namun demikian, peningkatannya yang berkelanjutan menunjukkan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pendidikan, serta selain keberhasilan program pemerintah bidang pendidikan. 2.2.6. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan indikator ketenagakerjaan yang penting yang digunakan untuk menganalisa dan mengukur capaian hasil pembangunan. TPAK digunakan untuk mengukur besarnya jumlah angkatan kerja,indikator ini merupakan rasio antara jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja (usia produktif 15 tahun ke atas). Selain TPAK, dalam analisis angkatan kerja juga dikenal indikator yang biasa digunakan untuk mengukur pengangguran yaitu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Pengangguran terbuka didefinisikan sebagai orang yang sedang mencari pekerjaan atau yang sedang mempersiapkan usaha atau juga yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin lagi mendapatkan pekerjaan, termasuk juga mereka yang baru mendapat kerja tetapi belum mulai bekerja. Pengangguran terbuka tidak termasuk orang yang masih sekolah atau mengurus rumah tangga, sehingga hanya orang yang termasuk angkatan kerja saja yang merupakan pengangguran terbuka. TPT dapat mencerminkan besarnya jumlah penduduk dalam kategori usia kerja yang termasuk dalam pengangguran. Gambaran Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Penganguran Terbuka di Kabupaten Bombana Terlihat Pada Grafik Di bawah ini.
  • 25. Halaman 15 of 122 Gambar 2.4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Pengangguran Terbuka Kabupaten Bombana 2013-2015 Jumlah angkatan kerja di Bombana pada Agustus 2015 mencapai 70.747 orang, bertambah 2.486 orang dibanding Agustus 2014. Jumlah penduduk yang bekerja di Bombana pada Agustus 2015 mencapai 69.409 orang, bertambah 2.400 orang dibanding keadaan Agustus 2014. Dari jumlah angkatan kerja tersebut TPAK bergerak naik dari tahun 2013 hingga tahun 2015. TPAK tahun 2013 sebesar 63,52 persen terus mengalami kenaikan hingga 63,89 persen pada tahun 2015. Jika ditinjau menurut jenis kelamin, maka TPAK laki-laki lebih besar disbanding perempuan, yaitu 83,87 persen berbanding 43,68 persen pada tahun 2015. Sementara itu TPT mengalami kenaikan dalam tiga tahun terakhir. Peningkatan TPAK yang tidak diiringi dengan perluasan lapangan kerja meningakibatkan bertambahnya jumlah pengangguran. Pada tahun 2014 TPT mencapai 1,83 persen dan pada tahun 2015 naik menjadi 1,89 persen. Peningkatan TPT berarti jumlah penduduk yang enganggur semakin bertambah. 2.2.7. Status Kesehatan Masyarakat Status kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh pola hidup masyarakat terutama dalam upaya preventif. Pola hidup tersebut juga sangat bergantung pada perilaku dan pendapatan masyarakat. Pola hidup mengalami perubahan jika pendapatan cenderung tetap atau mengalami penurunan, di sisi lain pemenuhan kebutuhan semakin sulit dengan kenaikan harga secara terus
  • 26. Halaman 16 of 122 menerus. Sulitnya memenuhi kebutuhan seharihari dapat menyebabkan terjadi pergeseran pola makan yang secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Salah satu indikator derajat kesehatan terlihat dari keluhan kesehatan dan tenggang waktu penduduk mengalami keluhan kesehatan. Pada tahun 2015 jumlah penduduk yang mengalami keluhan kesehatan seperti panas, pilek, diare, sakit kepala, maupun penyakit kronis atau keluhan lainnya adalah sebesar 20,62 persen. Jika ditinjau dari daerah tempat tinggal, ternyata penduduk perkotaan sering mengalami keluhan kesehatan yaitu sebesar 39,21 persen penduduk pernah mengalami keluhan kesehatan sebulan terakhir. Sementara penduduk perdesaan hanya sebesar 18 persen yang mengalami keluhan kesehatan. Jika ditinjau berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang mengalami keluhan kesehatan tidak jauh berbeda yaitu 20,98 persen penduduk laki-laki dan 20,27 persen penduduk perempuan. Selain mengalami keluhan kesehatan ada pula penduduk yang sakit selama sebulan terakhir sebanyak 11,09 persen yang mengakibatkan terganggunya aktivitas sehari-hari. Rata-rata lama sakit berlangsung selama 7 sampai 8 hari. Dari hasil pencacahan Susenas Maret 2015 diketahui bahwa penduduk perkotaan lebih banyak penduduk yang sakit dibandingkan penduduk perdesaan. Penduduk perkotaan yang sakit sebanyak 15,79 persen sementara penduduk perdesaan hanya 10,43 persen yang sakit. Sehingga diperlukan kebijakan yang berbeda dalam menangani masalah kesehatan. 2.2.8. Akses Pelayanan Kesehatan Pembangunan di bidang kesehatan mencakup peningkatan penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Tujuan penyediaan fasilitas kesehatan adalah tersedianya fasilitas kesehatan yang mudah diakses dan murah bagi lapisan masyarakat. Indikator akses pelayanan kesehatan dapat di dilihat dari persentase penduduk berobat jalan menurut tempat berobat jalan. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan penduduk adalah jarak tempat tinggal dengan letak sarana pelayanan kesehatan, kualitas pelayanan, sosial ekonomi penduduk yaitu kemampuan penduduk untuk membiayai pengobatannya serta jenis pelayanan kesehatan.
  • 27. Halaman 17 of 122 Pada umumnya pemanfaatan fasilitas kesehatan oleh penduduk sangat erat terkait dengan kondisi sosial ekonomi penduduk dan kondisi wilayah tempat tinggal mereka berada. Tampak perbedaan kualitas kesehatan yang nyata antara penduduk di perdesaan dengan penduduk perkotaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan ketersediaan dan jarak menuju ke fasilitas pelayanan kesehatan tersebut, ditambah lagi perilaku penduduk itu sendiri. Tingginya persentase penduduk di daerah perkotaan yang memanfaatkan berobat ke rumah sakit (22,89 persen) dan praktek dokter/klinik (54,98 persen) disebabkan karena akses yang lebih mudah, di samping itu kualitas pelayanannya jauh lebih baik dibandingkan dengan di daerah perdesaan. Sebagai dampaknya, akan terlihat berbagai keluhan dan masalah kesehatan segera tertangani lebih cepat dan lebih baik. Berdasarkan hasil Susenas 2015, jumlah penduduk yang sakit yang melakukan berobat jalan hanya sebesar 30,35 persen. Fasilitas kesehatan yang relatif banyak dimanfaatkan penduduk untuk berobat jalan adalah praktek dokter/bidan yaitu sebesar 39,31 persen, kemudian puskesmas/pustu sebesar 37,11 persen dan rumah sakit pemerintah sebesar 10,10 persen. Jadi bisa disimpulkan bahwa kesadaran masyarakat untuk berobat di fasilitas kesehatan semakin membaik. Namun di lain pihak masih ada penduduk sakit yang tidak berobat jalan yaitu sebesar 69,65 persen. Adapun alasan penduduk yang tidak berobat jalan sebagian besar karena cenderung untuk mengobati sendiri dalam upaya pemulihan kesehatannya yaitu sebesar 73,6 persen. Mengobati sendiri ini bisa berupa pembelian obat sendiri tanpa resep dari tenaga kesehatan ataupun menggunakan obat-obatan tradisional. Selain itu alasan tidak berobat jalan disebabkan karena tidak punya biaya berobat (14,69 persen), merasa tidak perlu untuk berobat (10,88 persen) dan tidak ada biaya transport (0,82 persen). 2.3. Landasan Teori Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Pembangunan menentukan usaha pembangunan yang berkelanjutan dan tidak memusnahkan sumberdaya asli, manakala teori dan model pertumbuhan yang dihasilkan dijadikan panduan dasar negara. Konsep pembangunan ini dikupas dalam teori pertumbuhan dan pembangunan dan coba
  • 28. Halaman 18 of 122 menganalisis secara kritikal dengan melihat kesesuaiannya dalam konteks negara. Walaupun tidak semua teori atau model dapat digunakan, namun perbincangan mengenai peranan faktor pengeluaran termasuk buruh, tanah, modal dan pengusaha boleh menjelaskan sebab-sebab berlakunya ketiadaan pembangunan dalam sebuah negara. Pembangunan berwawasan lingkungan melihat kepada aspek kebajikan generasi akan datang melalui kehendak masa kini. 2.3.1 Teori Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi didefinisikan dalam beberapa pengertian sebagai berikut : a. Menurut Adam Smith pembangunan ekonomi merupakan proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi (Suryana, 2000). b. Menurut Schumpeter pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis atau gradual, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan tidak terputus-putus. Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan (Suryana, 2000). c. Sadono Sukirno (1985) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi tersebut mengandung pengertian bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan yang terjadi secara terus-menerus melalui serangkaian kombinasi proses demi mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu adanya peningkatan pendapatan per kapita yang terus menerus berlangsung dalam jangka panjang. d. Todaro (dalam Lepi T. Tarmidi, 1992) mengartikan pembangunan sebagai suatu proses multidimensional yang menyangkut perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat, kelembagaan nasional maupun percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidakmerataan dan penghapusan dari kemiskinan mutlak. Gambaran secara luas tentang teori pembangunan ekonomi membahas tentang hal-hal, seperti moneter, fiskal perpajakan, import dan eksport, tahap-tahap pertumbuhan, dan berbabagai kebijakan makro lainnya. Dalam hal ini objek dari pembangunan ekonomi, mencangkup seluruh wilayah dari suatu negara sehingga ruang gerak dari pembangunan ekonomi dibatasi oleh wilayah satu negara. Dalam
  • 29. Halaman 19 of 122 ilmu ekonomi pembangunan dapat menjelaskan daerah maju dengan daerah terbelakang atau hubungan antar kota dengan daerah belakangnya. Akan tetapi, sifat analisisnya bersifat general, artinya berlaku umum tidak seluruh hubungan, tidak peduli di mana tempat (negara) hubungan itu terjadi (Tarigan, 2005). Pembangunan ekonomi juga berkaitan dengan pendapatan per kapita dan pendapatan nasional. Pendapatan per Kapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah sedangkan pendapatan Nasional merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam masa satu tahun. Pertambahan pendapatan Nasional dan pendapatan per kapita dari masa ke masa dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi dan juga perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu Daerah. Dalam penelitian ini pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman adalah sebagai suatu proses yang menyebabkan Pendapatan per Kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. 2.3.1.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, dan transformasi pengetahuan (Adisasmita, 2005:19). Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana Pemerintah Daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya- sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara Pemerintah Daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999) 2.3.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Teori pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai penjelasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut sehingga terjadi proses proses pertumbuhan (Boediono 1999). Sehingga
  • 30. Halaman 20 of 122 persentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan terus berlanjut. Beberapa pakar ekonomi membedakan pengertian antara pembangunan ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi. Para pakar ekonomi yang membedakan kedua pengertian tersebut mengartikan istilah pembangunan ekonomi sebagai : 1. Peningkatan pendapatan perkapita masyarakat yaitu tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto pada suatu tahun tertentu dibagi dengan tingkat pertumbuhan penduduk, 2. Perkembangan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto yang terjadi dalam suatu negara dibarengi oleh perombakan dan modernisasi struktur ekonominya (transformasi struktural). Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perluasan struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999). Menurut Simon Kuznets dalam M.L Jhingan (2002) pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan barang-barang ekonomi bagi penduduknya, yang terwujud dengan adanya kenaikan output nasional secara terus-menerus yang disertai dengan kemajuan teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideologi yang dibutuhkannya. Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRB pada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB tahun sebelumnya (PDRB t-1) Laju Pertumbuhan Ekonomi = x 100% Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor penting sebagai berikut (Arsyad, 1999): a) Akumulasi Modal Akumulasi modal adalah termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal dan sumberdaya manusia (human resources), akan terjadi jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang ditabung dan kemudian diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan datang. Akumulasi modal akan menambah sumberdaya-sumberdaya yang baru dan akan meningkatkan sumberdaya-sumberdaya yang telah ada.
  • 31. Halaman 21 of 122 b) Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (labor force) dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi, namun kemampuan merangsang pertumbuhan ekonomi bergantung pada kemampuan sistem ekonomi yang berlaku dalam menyerap dan mempekerjakan tenaga kerja yang ada secara produktif. c) Kemajuan Teknologi Menurut para ekonom, kemajuan teknologi merupakan faktor yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan teknologi disebabkan oleh cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan tradisional. Profesor Kuznets (dalam Todaro, 2000) juga mengemukakan enam karakteristik atau ciri proses pertumbuhan ekonomi sebagai berikut: a) Tingkat pertambahan Output per Kapita dan pertambahan penduduk yang tinggi. b) Tingkat kenaikan total produktivitas faktor yang tinggi, khususnya produktivitas tenaga kerja. c) Tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi. d) Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi. e) Adanya kecenderungan daerah yang mulai atau sudah maju perekonomiannya untuk berusaha menambah bagian-bagian daerah lainnya sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan baku. f) Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sepertiga bagian penduduk dunia. 2.3.2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu wilayah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi di wilayah tersebut (Tarigan, 2005). Terdapat beberapa teori pertumbuhan ekonomi daerah/wilayah sebagai berikut : 1). Teori Pertumbuhan Klasik Adam Smith adalah orang pertama yang membahas pertumbuhan ekonomi secara sistematis. Inti ajaran Smith adalah agar masyarakat diberi kebebasan
  • 32. Halaman 22 of 122 yang seluas-luasnya dalam menentukan kegiatan ekonomi yang terbaik untuk dilakukan. Menurut Smith sistem ekonomi pasar bebas akan menciptakan efisiensi, membawa ekonomi kepada kondisi full employment dan menjamin pertumbuhan ekonomi sampai tercapai posisi stationer (stationary state). Pemerintah tidak perlu terlalu dalam mencampuri urusan perekonomian. Tugas pemerintah adalah menciptakan kondisi dan menyediakan fasilitas yang mendorong pihak swasta berperan optiml dalam perekonomian. Pemerintah tidak perlu terjun langsung dalam kegiatan produksi dan jasa. Sementara peranan pemerintah adalah menjamin keamanan dan ketertiban serta memberi kepastian hukum dan keadilan bagi para pelaku ekonomi. John Maynard Keynes mengoreksi pandangan Smith dengan mangatakan bahwa untuk menjamin pertumbuhan yang stabil pemerintah perlu menerapkan kebijaksanaan fiskal, kebijaksanaan moneter, dan pengawasan langsung. Adam Smith dan John Maynard Keyneys tetap mengandalkan mekanisme pasar. Perbedaanya adalah ada yang menginginkan peran pemerintah yang cukup besar tetapi ada pula yang menginginkan peran pemerintah haruslah sekecil mungkin. 2). Teori Harrod-Domar dalam sistem regional Teori pertumbuhan ekonomi harrod-domar, secara jelas menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan GDP (ΔY / Y) ditentukan secara bersama-sama oleh rasio tabungan nasional (s) serta rasio modal-output nasional. Secara lebih spesifik, persamaan itu menyatakan bahwa tanpa adanya intervensi pemerintah, tingkat pertumbuhan pendapatan nasional akan secara langsung atau secara positif berbanding lurus dengan rasio tabungan (yakni, semakin banyak bagian baguan GDP yang ditabung dan di investasikan, maka akan lebih besar lagi pertumbuhan GDP yang dihasilkannya) dan secara negatif atau berbanding terbalik terhadap rasio modal-output dari suatu perekonomian (yakni semakin besar rasio modal out-put nasional atau k, maka tingkat pertumbuhan GDP akan semakin rendah).(michael p.todaro, stephen c smith. 2003).Teori ini dikembangkan pada waktu yang hampir bersamaan oleh Roy F. Harrod (1948) di Inggris dan Evsey D. Domar (1957) di Amerika Serikat. Teori ini didasarkan atas asumsi : (a). Perekonomian bersifat tertutup, (b). Hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan, (c). Proses produksi memiliki koefisien yang tetap, serta (d). Tingkat pertumbuhan
  • 33. Halaman 23 of 122 angkatan kerja (n) adalah konstan dan sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk. Atas dasar asumsi-asumsi tersebut, Harrod-Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap (seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut : g = k= n, Dimana : g = growth (tingkat pertumbuhan output) k = capital (tingkat pertumbuhan modal) n = tingkat pertumbuhan angkatan kerja Dalam Model ini, kelebihan atau kekurangan tabungan dan dengan tenaga kerja dapat dinetralisir oleh arus keluar atau arus masuk. Pertumbuhan yang mantap tergantung pada apakah arus modal dan tenaga kerja interregional bersifat menyeimbangkan atau tidak. Pada model ini arus modal dan tenaga kerja searah karena pertumbuhan membutuhkan keduanya secara seimbang (Robinson Tarigan, 2004). 3). Teori 3. Pertumbuhan Neo-Klasik 3) Teori pertumbuhan neo klasik dikembangkan oleh Robert M. Solow (1970) dari Amerika Serikat dan TW. Swan (1956) dari Australia. Menurut teori ini tingkat pertumbuhan berasal dari 3 sumber yaitu akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja dan peningkatan teknologi. Teori neo klasik sebagai penerus dari teori klasik menganjurkan agar kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna perekonomian bisa tumbuh maksimal. Analisis lanjutan dari paham neo klasik menunjukkan bahwa terciptanya suatu pertumbuhan yang mantap (steady growth), diperlukan suatu tingkat s (saving) yang pas dan seluruh keuntungan pengusaha diinvestasikan kembali di wilayah itu. Dalam ekonomi model ekonomi klasik, kebijakan yang perlu ditempuh adalah meniadakan hambatan dalam perdagangan termasuk perpindahan orang, barang dan modal. Harus dijamin kelancaran arus barang, modal, tenaga kerja dan dan perlunya penyebarluasan informasi pasar. Harus diusahakannya terciptanya prasarana perhubungan yang baik dan terjaminnya keamanan, ketertiban, dan kestabilan politik (Tarigan, 2005). 4). Teori Pertumbuhan Jalur Cepat yang Disinergikan Teori Pertumbuhan Jalur Cepat (Turnpike) diperkenalkan oleh Samuelson (2001). Setiap negara/wilayah perlu melihat sektor/komoditi apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi
  • 34. Halaman 24 of 122 alam maupun karena sektor itu memiliki competitive advantage untuk dikembangkan. Artinya dengan kebutuhan modal yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat berproduksi dalam waktu relatif singkat dan volume sumbangan untuk perekonomian yang cukup besar. Agar pasarnya terjamin, produk tersebut harus dapat menembus dan mampu bersaing pada pasar yang lebih luas. Perkembangan struktur tersebut akan mendorong sektor lain untuk turut berkembang sehingga perekonomian secara keseluruhan akan tumbuh. Mensinergikan sektor-sektor adalah membuat sektor sektor saling terkait dan saling mendukung sehingga pertumbuhan sektor yang satu mendorong pertumbuhan sektor yang lain, begitu juga sebaliknya. Menggabungkan kebijakan jalur cepat dan mensinergikannya dengan sektor lain yang terkait akan mampu membuat perekonomian tumbuh cepat. 5). Teori Basis Ekonomi Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Daerah itu sendiri. Analisis basis ekonomi adalah berkenaan dengan identifikasi pendapatan basis (Richardson, 1991). Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam suatu wilayah akan menambah arus pendapatan ke dalam wilayah yang bersangkutan, yang selanjutnya menambah permintaan terhadap barang atau jasa di dalam wilayah tersebut, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan non basis. Sebaliknya berkurangnya aktivitas basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir ke dalam suatu wilayah, sehingga akan menyebabkan turunnya permintaan produk dari aktivitas non basis. Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan
  • 35. Halaman 25 of 122 kekayaan Daerah dan penciptaan peluang kerja (Arsyad, 1999). Asumsi ini memberikan pengertian bahwa suatu Daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila Daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan Daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor. Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim digunakan adalah kuosien lokasi (Location Quotient, LQ). Location Quotient digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan (leading sektors). Dalam teknik LQ berbagai peubah (faktor) dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan wilayah, misalnya kesempatan kerja (tenaga kerja) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah. 6) Model Pertumbuhan Interregional (perluasan dari teori basis) Model pertumbuhan ini adalah perluasan dari teori basis ekspor, yaitu dengan menambah faktor-faktor yang bersifat eksogen. Selain itu model basis ekspor hanya membahas Daerah itu sendiri tanpa memperhatikan dampak dari Daerah tetangga. Model ini memasukkan dampak dari Daerah tetangga, itulah sebabnya maka dinamakan model interregional. Dalam model ini di asumsikan bahwa selain ekspor pengeluaran pemerintah dan investasi juga bersifat eksogen dan Daerah itu terikat kepada suatu sistem yang terdiri dari beberapa Daerah yang berhubungan erat (Tarigan, 2004). Dalam penelitian ini digunakan teori basis ekonomi karena teori ini adalah bentuk model pendapatan yang paling sederhana dan dapat bermanfaat sebagai sarana untuk memperjelas struktur Daerah yang bersangkutan, teori ini juga memberikan landasan yang kuat bagi studi pendapatan regional dan juga dapat digunakan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang dapat mendorong pertumbuhan wilayah (Adisasmita, 2005). Terdapat beberapa alat analisis yang digunakan untuk menentukan potensi relatif perekonomian suatu wilayah, sebagai berikut: (a). Analisis Shift Share Analisis Shift Share merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi Daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian Daerah dengan membandingannya dengan Daerah yang lebih besar (regional/nasional). Analisis ini memberikan
  • 36. Halaman 26 of 122 data tentang kinerja perkonomian. Dalam 3 bidang yang berhubungan satu sama lain yaitu : (1). Pertumbuhan ekonomi Daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan. (2). Pergeseran proporsional mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan pada Daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini dapat mengetahui apakah perekonomian Daerah terkonsentrasi pada industri- industri yang tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan acuan. (3). Pergeseran diferensial menentukan seberapa jauh daya saing industri Daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan. (b). Location Quotients Dalam analisis ini kegiatan ekonomi suatu Daerah dibagi menjadi 2 golongan, yaitu : (1). Sektor Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di Daerah itu sendiri maupun di luar Daerah yang bersangkutan. (2). Sektor Non Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di Daerah itu sendiri. Metode LQ digunakan untuk mengidentifikasikan komoditas unggulan diakomodasi dari Miller dan Wright (1991), Isserman (1997), dan Ron Hood (1998). Menurut Hood (1998), Location Quostient adalah suatu alat pengembangan ekonomi yang lebih sederhana dengan segala kelebihan dan keterbatasannya. Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi relatif atau derajat spesialisasi kegiatan ekonomi melalui pendekatan perbandingan. Inti dari model ekonomi basis menerangkan bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh eksport wilayah. Eksport itu sendiri tidak terbatas pada bentuk barang-barang dan jasa, akan tetapi dapat juga berupa pengeluaran orang asing yang berada di wilayah tersebut terhadap barang-barang tidak bergerak (Budiharsono,2001). Teknik LQ banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur konsentrasi relatif kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sektor unggulan sebagai leading sektor suatu
  • 37. Halaman 27 of 122 kegiatan ekonomi (industri). Dasar pembahasannya sering difokuskan pada aspek tenaga kerja dan pendapatan. Berdasarkan pemahaman terhadap teori ekonomi basis, teknik LQ relevan digunakan sebagai metode dalam menentukan komoditas unggulan khususnya dari sisi penawaran (produksi atau populasi). Untuk komoditas yang berbasis lahan seperti tanaman pangan ,holtikultura dan perkebunan, perhitungannya didasarkan pada lahan pertanian ( area tanam atau area panen ), produksi atau produktivitas. Sedangkan untuk komoditas pertanian yang tidak berbasis lahan seperti usaha ternak, dasar perhitungannya digunakan jumlah populasi (ekor). Setiap Metode analisis memiliki kelebihan dan keterbatasan demikian halnya dengan menggunakan metode LQ (Rachmat Hendayana, 2003) : a).Kelebihan metode LQ dalam mengidentifikasikan komoditas unggulan antara lain penerapannya sederhana tidak memerlukan program pengolahan data yang rumit. Penyelesaian analisis cukup dengan spreed sheet dari Excel atau program lotus serta alat perhtungan lainnya. b). Keterbatasannya adalah karena demikian sederhananya pendekatan LQ ini, maka yang dituntut adalah akurasi data. Sebaik apapun hasil olahan LQ tidakakan banyak memanfaatkannya jika data yang digunakannnya tidak valid. Oleh karena itu sebelum memutuskan menggunakan alat analisis ini maka validitas data sangat diperlukan. Disamping itu untuk menghindari bias musiman dan tahunan diperlukan bila rata-rata kurang dari 5 tahun. Sementara itu di lapangan, mengumpulkan data yang panjang ini sering mengalami hambatan. Keterbatasan lainnya dalam mendefinisikan wilayah kajian. Untuk menetapkan batasan wilayah yang dikaji dalam ruang lingkup aktivitas, acuannya sering tidak jelas. Akibatnya hasil hitungan LQ terkadang aneh, tidak sama dengan apa yang kita duga. Misalnya suatu wilayah provinsi yang diduga memiliki keunggulan disektor non pangan, yang muncul malah pangan dan sebalikya. Oleh karena itu data yang dijadikan sumber bahasan sebelum digunakan perlu diklarifikasikan terlebih dahulu dengan sumber data lainnya., sehingga mendapat gambaran tingkat konsistensi data yag mantap dan akurat. Dasar pemikiran analisis ini adalah teori economic base yang intinya adalah karena industri basis menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa
  • 38. Halaman 28 of 122 untuk pasar di Daerah maupun diluar Daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar Daerah akan menghasilkan pendapatan bagi Daerah tersebut. Terjadinya arus pendapatan dari luar Daerah ini menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di Daerah tersebut, dan pada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru. Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya menaikkan permintaan terhadap sektor basis, tetapi juga menaikan permintaan akan sektor non basis. Kenaikan permintaan ini akan mendorong kenaikan investasi pada sektor yang bersangkutan sehingga investasi modal dalam sektor non basis merupakan investasi yang didorong sebagai akibat dari kenaikan sektor basis. (c) Angka Pengganda Pengerjaan Angka penggandaan pengerjaan dimaksudkan untuk mengukur pengaruh suatu kegiatan ekonomi baru terhadap penciptaan jumlah pekerjaan. Rumus untuk menghitung angka pengganda pengerjaan ini adalah sebagai berikut (Prasetyo Soepono, 1993) : Pengerjaan Total Angka Pengganda Pengerjaan = Pengerjaan Sektor Ekspor (d). Analisis Input-Output Analisis input-output adalah suatu teknik pengukuran ekonomi Daerah. Analisis ini digunakan dalam upaya untuk melihat keterkaitan antar industri dalam upaya untuk memehami kompleksitas perekonomian serta kondisi yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Dalam penelitian ini digunakan Analisis Location Quotient karena memiliki kebaikan berupa alat analisis yang sederhana yang dapat menunjukkan struktur perekonomian suatu Daerah dan industri subtitusi impor potensial atau produk-produk yang bisa dikembangkan untuk ekspor dan menunjukkan industri-industri potensial untuk dianalisis lebih lanjut. Analisis Location Quotient merupakan suatu alat yang dapat digunakan dengan mudah, cepat dan tepat. Karena kesederhanaannya, teknik Location Quotient dapat dihitung berulang kali dengan menggunakan berbagai perubah acuan dan periode waktu. Analisis Location Quotient dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan merumuskan komposisi dan pergeseran sektor- sektor basis suatu wilayah dengan menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai indikator pertumbuhan wilayah (Adisasmita, 2005).
  • 39. Halaman 29 of 122 Selain itu juga menggunakan Analisis Shift-Share, karena analisis ini. memiliki beberapa keunggulan antara lain (Prasetyo Soepono, 1993).: 1. Memberikan gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi walau analisis Shift Share tergolong sederhana. 2. Memungkinkan seorang pemula mempelajari struktur perekonomian dengan cepat. 3. Memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur dengan cukup akurat. (e). Analisis Tipologi Klassen Pendekatan Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan pertumbuhan ekonomi tiap-tiap Daerah (Bank Indonesia, 2006). Pendekatan Tipologi Klassen pada dasarnya membagi Daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi Daerah dan pendapatan per kapita Daerah. Pendekatan ini akan menghasilkan empat karakteristik pola dan struktur pertumbuhan ekonomi yang berbeda, yaitu: 1. Daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income), 2. Daerah maju, tetapi tertekan (high income but low growth), 3. Daerah berkembang cepat (high growth but low income), 4. Daerah relatif tertinggal (low growth and low income). 2.3.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2004:8) yaitu jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu langsung dan tidak langsung (alokasi). 1. Metode Langsung Penghitungan metode langsung ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran. Walaupun mempunyai tiga pendekatan yang berbeda namun akan memberikan hasil penghitungan yang sama (BPS, 2008). Seperti dikatakan di atas, penghitungan PDRB secara langsung dapat dilakukan melalui tiga pendekatan sebagai berikut : a). PDRB Menurut Pendekatan Produksi (Production Approach) PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi (di suatu region) pada suatu jangka waktu tertentu
  • 40. Halaman 30 of 122 (setahun). Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini disebut juga penghitungan melalui pendekatan nilai tambah (value added). Pendekatan produksi adalah penghitungan nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan/sektor ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari total produksi bruto sektor atau sub sektor tersebut. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi dan nilai biaya antara. Biaya antara adalah nilai barang dan jasa yang digunakan sebagai input antara dalam proses produksi. Barang dan jasa yang termasuk input antara adalah bahan baku atau bahan penolong yang biasanya habis dalam sekali proses produksi atau mempunyai umur penggunaan kurang dari satu tahun, sementara itu pengeluaran atas balas jasa faktor produksi seperti upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan yang diterima perusahaan bukan termasuk biaya antara. Begitu juga dengan penyusutan dan pajak tidak langsung neto bukan merupakan biaya antara (Tarigan, 2005). Pendekatan produksi banyak digunakan untuk memperkirakan nilai tambah dari sektor yang produksinya berbentuk fisik/barang. PDRB menurut pendekatan produksi terbagi atas 9 lapangan usaha (sektor) yaitu : pertanian , industri , Pertambangan, listrik dan air minum, bangunan dan konstruksi, perdagangan, angkutan , lembaga keuangan ; jasa-jasa. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan PDRB menurut pendekatan produksi (Suryana, 2000). b). PDRB Menurut Pendekatan Pendapatan (Income Approach) PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut dalam proses produksi di suatu wilayah pada jangka waktu tertentu (setahun). Penghitungan PDRB melalui pendekatan ini diperoleh dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor produksi yang komponennya terdiri dari upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan ditambah dengan penyusutan dan pajak tidak langsung neto (BPS, 2008). c). PDRB Menurut Pendekatan Pengeluaran (Expend. Approach). PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto di suatu wilayah. Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini dilakukan dengan bertitik tolak dari penggunaan akhir barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah domestik (BPS, 2008). 2. Metode Tidak Langsung atau Metode Alokasi Dalam metode ini PDRB
  • 41. Halaman 31 of 122 suatu wilayah diperoleh dengan menghitung PDRB wilayah tersebut melalui alokasi PDRB wilayah yang lebih luas.Untuk melakukan alokasi PDRB wilayah ini. digunakan beberapa alokator antara lain: Nilai produksi bruto atau netto setiap sektor/Sub Sektor pada wilayah yang dialokasikan ; jumlah produksi fisik; tenaga kerja; penduduk, dan alokator tidak langsung lainnya. Dengan menggunakan salah satu atau beberapa alokator dapat diperhitungkan persentase bagian masing-masing propinsi terhadap nilai tambah setiap sektor dan Sub Sektor . Cara penyajian PDRB adalah sebagai berikut : a) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen PDRB. PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu Daerah. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumberdaya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya. b) PDRB Atas Dasar Harga Konstan, semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga tetap, maka perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil bukan karena kenaikan harga atau inflasi. PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun. 2.4. Kerangka Pemikiran Peningkatan pertumbuhan ekonomi Daerah merupakan serangkaian usaha kebijaksanaan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja, meratakan distribusi pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi antara wilayah di dalam region, yang lebih menguntungkan didukung dengan strategi peningkatan sumber daya manusia Kabupaten bombana. Sementara nilai tingginya pertumbuhan masyarakat di suatu Daerah semakin meningkat, inilah yang menyebabkan aktivitas perekonomian suatu Daerah berkembang. Pertumbuhan Daerah berdasarkan pendekatan wilayah yang sangat umum dikenal adalah teori pertumbuhan berbasis ekspor. Teori pertumbuhan berbasis ekspor didasarkan atas pemikiran bahwa suatu wilayah harus meningkatkan arus atau aliran langsung dari luar wilayah agar bisa tumbuh secara efektif yaitu dengan cara meningkatkan ekspor. Teori pertumbuhan
  • 42. Halaman 32 of 122 berbasis ekspor memisahkan kegiatan ekonomi dalam dua sektor yang terpisah, yaitu sektor basis dan sektor non basis. Gambar 2.5 Bagan Kerangka Pemikiran Analisis Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan PDRB Kabupaten bombana Diferential Shift (Dr) > 0, Sektor tumbuh lebih cepat dari propinsi. Diferential Shift Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten bombanaa Analisis Shift Share (PDRB) Laju Pertumbuhan Ekonomi kabupaten bombana Faktor –Faktor yang mempengaruhi PDRB Proportional Shift (Pr )> 0, Sektor di propinsi tumbuh cepat. Proportional Shift (Pr) < 0, Sektor di LQ > 1 Sektor Basis Analisis Location Quotient (PDRB) LQ < 1 Sektor Non Basis
  • 43. Halaman 33 of 122 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan diKabupaten Bombana dan waktu Pelaksanaan penelitian selama 3 (Tiga) Bulan dengan jadwal sebagai berikut: Tabel 3.1. skedul Pelaksanaan Penelitian . 3.2. Metode Pengumpulan Data Keberhasilan dalam pengumpulan data merupakan syarat bagi keberhasilan suatu penelitian. Sedangkan keberhasilan dalam pengumpulan data tergantung pada metode yang digunakan. Berkaitan dengan hal tersebut maka pengumpulan data diperlukan guna mendapatkan data-data yang obyektif dan lengkap sesuai dengan permasalahan yang diambil. Metode pengumpulan data merupakan suatu cara untuk memperoleh kenyataan yang mengungkapkan data-data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan metode dokumentasi, yaitu suatu cara memperoleh data atau informasi tentang hal-hal yang ada kaitannya dengan penelitian dengan jalan melihat kembali laporan tertulis yang lalu baik berupa angka maupun keterangan (Arikunto 1998). Untuk kepentingan penelitian ini digunakan data sekunder melalui metode dokumentasi berupa data PDRB Kabupaten bombana dan PDRB 1 Pembahasan Proposal 2 Pengumpulan Data 3 Pengolahan Data 4 Analisis Data 5 Penyusunan Laporan Penelitian 6 Seminar Akhir 7 Penggandaan Laporan No Jenis Kegiatan 1 2 3 Bulan Ke -
  • 44. Halaman 34 of 122 Propinsi sulawesi tenggara atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan yang bersumber dari dokumentasi BPS. 3.2.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan mencatat teori-teori dari buku-buku literatur, bacaan-bacaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Sumber data Instansi-instansi pemerintahan seperti BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten bombana, Badan Perencanaan Pembangunan Derah (BAPPEDA) Kabupaten bombana serta instansi-instansi lain yang terkait. 3.3. Metode Analisis Data 3.3.1 Analisis LQ Teknik ini membandingkan tentang besarnya peranan suatu sektor disuatu Daerah terhadap besarnya peranan sektor tersebut ditingkat nasional. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi potensi internal yang dimiliki Daerah tersebut yaitu sektor basis dan yang merupakan sektor basis (non basis). Perhitungan LQ menggunakan rumus sebagai berikut (Warpani, 1984) : Q = Keterangan : LQ : Nilai Location Quotient Si : PDRB Sektor i di Kabupaten bombana S : PDRB total di Kabupaten bombana Ni : PDRB Sektor i di Provinsi sulawesi tenggara N : PDRB total di Provinsi sulawesi tenggara 3.3.2 Analisis Shift Share Analisis ini pada dasarnya membahas hubungan antara pertumbuhan wilayah dan struktur ekonomi wilayah. Dengan pendekatan analisis ini dapat ditentukan kinerja atau produktifitas kerja perekonomian serta untuk mengidentifikasikan
  • 45. Halaman 35 of 122 sektor unggul Daerah dengan membandingkannya dengan Daerah yang lebih besar (Regional atau Nasional), menurut Prasetyo soepono (1993) analisis ini dapat juga digunakan untuk menunjukan sektor yang berkembang disuatu wilayah jika dibanding dengan perekonomian nasional, selain itu alat ini juga digunakan pula untuk melihat pertumbuhan PDRB dari sektor-sektor yang dimiliki baik pengaruh dari internal (faktor lokasisonal) maupun pengaruh eksternal (struktur industri) dan alat analisis ini juga digunakan untuk melengkapi analisis LQ yang telah dilakukan. Rumus yang digunakan (Tarigan Robinson, 2005) : ΔE r = E r,t – E r, t-n Ns r,i,t = E r,i,t-n (E N,t / E N,t-n) – E r,i,t-n (P+D) r,i,t = E r,t - ( E N,t / E N,t-n ) E r,t-n = (ΔE-N)r P r,i,t = {(E N,i,t / E N,i,t-n)-( E N,t / E N,t-n) E r,i,t-n} D r,i,t = {( E r,i,t -( E N,i,t / E N,i,t-n ) E r,i,t-n } Dimana : ΔEr = Komponen Pertumbuhan PDRB Kabupaten bombana Nr = Komponen national share di Kabupaten bombana (P+D)r,i,t = Komponen net Shift di Kabupaten bombana Pr = Komponen proportional shift di Kabupaten bombana Dr = Komponen differential Shift di Kabupaten bombana r = PDRB total Kabupaten bombana N = PDRB total Provinsi Sulawesi tenggara i = Sektor t-n = Tahun Awal t = Tahun Akhir E = Banyaknya PDRB
  • 46. Halaman 36 of 122 BAB IV ANALISIS DATA Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitafi, yaitu dengan menggunakan análisis Indeks Loqation Quation (LQ) dan análisis Shift Share. Sebelum dilakukan análisis data untuk menjawab persamalahan yang telah dirumuskan pada Bab Pertama, maka terlebih dahulu data diolah menggunakan langkah-langkah : sortir data, tabulasi data dan intepretasi data. Untuk menjawab permasalah pertama, digunakan analisis shift share. Analisis ini pada dasarnya membahas hubungan antara pertumbuhan wilayah dan struktur ekonomi wilayah. Dengan pendekatan analisis ini dapat ditentukan kinerja atau produktifitas kerja perekonomian serta untuk mengidentifikasikan sektor unggul Daerah dengan membandingkannya dengan Daerah yang lebih besar (Regional atau Nasional). Pada dasarnya ada tiga kompenen utama dalam analisis ini, yaitu National Share (Ns), Proportional Share (PS) dan Diffrential Shift (DS). Komponen National Share (Ns) dihitung untuk mengetahui sejauh mana perubahan kebijakan ekonomi nasional mempengaruhi kebijakan ekonomi Kabupaten Bomabana dalam periode 2011-2015. Proportional Share (PS) dihitung untuk mengetahui sejauh mana pertumbuhan sektor-sektor ekonomi pembentuk pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bombana. Jika nilai Proportional Share lebih kecil nol, maka pertumbuhan sektor ekonomi termasuk dalam kategori lambat, sebaliknya jika nilai Proportional Share (PS) lebih besar dari nol, maka sektor ekonomi mengalami pertumbuhan yang cepat. Selanjutnya Diffrential Shift (DS) dihitung untuk mengetahui sejauh mana masing-masing sektor ekonomi PDRB Kabupaten Bombana mampu bersaing dengan sektor ekonomi yang wilayahnya lebih luas. Jika nilai Diffrential Shift (DS) lebih besar nol, maka sektor ekonomi dapat bersaing dengan sektor ekonomi Sulawesi Tenggara, sebaliknya jika nilai Diffrential Shift (DS) lebih kecil dari nol, maka sektor ekonomi tidak mampu bersaing dengan sektor ekonomi Sulawesi Tenggara. Evaluasi profil pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bombana dilakukan dengan memplot komponen Proprtional Share (PS) dengan Differential Shift (DS) dalam diagram XY untuk mengetahui apakah profit pertumbuhan ekonomi
  • 47. Halaman 37 of 122 Kabupaten Bombana berada dalam kuadran I, II, III atau IV. Kuadran I menunjukkan bahwa sektor-sektor di wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang cepat, demikian juga daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut baik apabila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor/wilayah yang bersangkutan merupakan wilayah progresif (maju). Kuadran II menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang ada di wilayah yang bersangkutan pertumbuhannya cepat, tetapi daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut dibandingkan dengan wilayah lainnya tidak baik. Kuadran III menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat dengan daya saing yang kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain. Hal ini menunjukkan bahwa sektor/wilayah yang bersangkutan merupakan wilayah lamban. Kuadran IV menunjukkan bahwa sektor ekonomi pada wilayah yang bersangkutan pertumbuhannya lambat (PS<0), tetapi daya saingnya baik jika dibandingkan wilayah lain (DS>0). Analisis LQ digunakan untuk mengetahui sektor-sektor yang mana yang bias dijadikan basis atau unggulan di Kabupaten Bombana 2011-2015 dengan membandingkan dengan wilayah yang lebih luas (Sulawesi Tenggara). Jika LQ > 1, artinya sektor yang ada di Daerah tersebut merupakan sektor basis yang mampu mengekspor hasil industrinya ke Daerah lain Jika LQ < 1, artinya sektor yang ada di Daerah tersebut merupakan sektor non basis cenderung mengimpor hasil industrinya dari Daerah lain Jika LQ = 1, artinya produk domestik yang dimiliki Daerah tersebut habis dikonsumsi oleh Daerah tersebut.
  • 48. Halaman 38 of 122 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, maka analisis dan pembahasan diawali dengan mendeskripsikan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bomaban dalam periode 2011-2015. Hasil deskripsi pertumbuhan ekonomi tersebut kemudian dilakukan analisis struktur ekonomi untuk menentukan sektor ekonomi yang dapat dijadikan penggerak perekonomian Kabupaten Bombana. Analisis peentuan sektor unggulan atau basis dianalisis dengan menggunakan analisis Location Quition (LQ). Kemudian untuk menentukan unggulan/basis yang menunkang pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bombana dianalisis dengan menggunakan analisis Shift Share (SS). Adapun rangkaian analisis yang telah dikemukakan tersebut dijabarkan sebagai berikut: 5.1. Struktur PDRB Kabupaten Bombana A. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Sektor ini mencakup pertanian tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, serta jasa pertanian dan perburuan hewan yang ditujukan untuk dijual. 1. Pertanian a. Pertanian Tanaman Pangan Meliputi semua kegiatan ekonomi yang menghasilkan komoditas bahan pangan. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman pangan meliputi padi, palawija (jagung, kedele, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar, ubi kayu, palawija lainnya, seperti talas, ganyong, irut, gembili, dll), serta tanaman serelia lainnya (sorgum/cantel, jawawut, jelai, gandum, dll). Keseluruhan komoditas di atas masuk ke dalam golongan tanaman semusim, dengan wujud produksi pada saat panen atau wujud produksi baku lainnya yang masih termasuk dalam lingkup kategori pertanian.
  • 49. Halaman 39 of 122 Tanaman Hortikultura Tanaman hortikultura terdiri dari tanaman hortikultura semusim dan tanaman hortikultura tahunan. Tanaman hortikultura semusim meliputi tanaman hortikultura yang umumnya berumur pendek (kurang dari satu tahun) dan panennya dilakukan satu atau beberapa kali masa panen untuk satu kali penanaman. Sedangkan tanaman hortikultura tahunan meliputi tanaman hortikultura yang umumnya berumur lebih dari satu tahun dan dan pemungutan hasilnya dilakukan lebih dari satu kali masa panen untuk satu kali penanaman. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman hortikultura meliputi kelompok komoditi sayuran, buah-buahan, tanaman biofarmaka, dan tanaman hias. Tanaman Perkebunan Tanaman Perkebunan terdiri dari tanaman perkebunan semusim dan tanaman perkebunan tahunan, baik yang diusahakan oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan (negara maupun swasta). Cakupan usaha perkebunan mulai dari pengolahan lahan, penyemaian, pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan yang menjadi satu kesatuan kegiatan. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan tanaman perkebunan diantaranya adalah tebu, tembakau, nilam, jarak, wijen, tanaman berserat (kapas, rosela, rami, yute, agave, abaca, kenaf, dan-lain-lain), kelapa, kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, lada, pala, kayu manis, cengkeh, jambu mete, dsb. Jasa Pertanian dan PerburuanHewan untuk Dijual Kegiatan jasa pertanian dan perburuan meliputi kegiatan jasa pertanian, perburuan dan penangkapan satwa liar, serta penangkaran satwa liar. Kegiatan jasa pertanian adalah kegiatan yang dilakukan baik oleh perorangan maupun badan usaha atas dasar balas jasa atau kontrak yang khusus yang diberikan untuk menunjang kegiatan pertanian (tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, dan peternakan). Dicakup juga dalam kegiatan jasa pertanian adalah penyewaan alat pertanian/hewan bersama operatornya dan risiko kegiatan jasa tersebut ditanggung oleh yang memberikan jasa.
  • 50. Halaman 40 of 122 2. Kehutanan dan Penebangan Kayu Sub Kategori ini meliputi kegiatan penebangan segala jenis kayu serta pengambilan daun- daunan, getah-getahan, dan akar-akaran, termasuk di sini adalah jasa yang menunjang kegiatan kehutanan berdasarkan sistem balas jasa/kontrak. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan kehutanan meliputi kayu gelondongan (baik yang berasal dari hutan rimba maupun hutan budidaya), kayu bakar, rotan, bambu, dan hasil hutan lainnya. Dicakup juga dalam kegiatan kehutanan ini adalah jasa yang menunjang kegiatan kehutanan atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak, termasuk kegiatan reboisasi hutan yang dilakukan atas dasar kontrak. 3. Peternakan Peternakan mencakup semua usaha peternakan yang menyelenggarakan pembibitan serta budidaya segala jenis ternak dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong, dan diambil hasilnya, baik yang dilakukan rakyat maupun oleh perusahaan peternakan. Sub Kategori ini juga mencakup pembudidayaan ternak maupun unggas yang menghasilkan produk berulang, misalnya untuk menghasilkan susu dan telur. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan peternakan adalah sapi potong, kerbau, kambing, domba, babi, kuda, ayam bukan ras (buras), ayam ras pedaging, ayam ras petelur, itik manila, itik, telur ayam ras, telur ayam bukan ras, telur itik, susu segar, dsb.. 4. Sub Sektor Perikanan Sub Kategori ini meliputi semua kegiatan penangkapan, pembenihan, dan budidaya segala jenis ikan dan biota air lainnya, baik yang berada di air tawar, air payau maupun di laut. Komoditas yang dihasilkan oleh kegiatan perikanan meliputi segala jenis ikan, crustacea, mollusca, rumput laut, dan biota air lainnya yang diperoleh dari penangkapan (di laut dan perairan umum) dan budidaya (laut, tambak, karamba, jaring apung, kolam, dan sawah). Dicakup juga dalam kegiatan perikanan ini adalah jasa yang menunjang kegiatan perikanan atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak.
  • 51. Halaman 41 of 122 B. Kontribusi Pertambangan Dan Penggalian Seluruh jenis komoditi yang dicakup dalam Kategori Pertambangan dan Penggalian, dikelompokkan dalam empat golongan pokok, yaitu: pertambangan minyak dan gas bumi (migas), pertambangan batubara dan lignit, pertambangan bijih logam serta pertambangan dan penggalian lainnya. 1. Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi Sub kategori Pertambangan migas dan panas bumi meliputi kegiatan produksi minyak bumi mentah, pertambangan dan pengambilan minyak dari serpihan minyak dan pasir minyak dan produksi gas alam serta pencarian cairan hidrokarbon. Golongan pokok ini juga mencakup kegiatan operasi dan/atau pengembangan lokasi penambangan minyak, gas alam, dan panas bumi. 2. Pertambangan Batubara dan Lignit Pertambangan Batubara mencakup usaha operasi penambangan, pengeboran berbagai kualitas batubara seperti antrasit, bituminous dan subbituminous baik pertambangan di permukaan tanah atau bawah tanah, termasuk pertambangan dengan cara pencarian (liquefaction). Operasi pertambangan tersebut meliputi penggalian, penghancuran, pencucian, penyarinagan dan pencampuran serta pemadatan meningkatkan kualitas atau memudahkan pengangkutan dan penyimpanan/penampungan. Termasuk pencarian batubara dari kumpulan tepung bara. Pertambangan Lignit mencakup penambangan di permukaan tanah termasuk penambangan dengan metode pencairan dan kegiatan lain untuk meningkatkan kualitas dan memudahkan pengangkutan dan penyimpanan. 3. Pertambangan Bijih Logam Sub kategori ini mencakup pertambangan dan pengolahan bijih logam yang tidak mengandung besi, seperti bijih thorium dan uranium, aluminium, tembaga, timah, seng, timah hitam, mangan, krom, nikel kobalt dan lain. Termasuk bijih logam mulia lainnya. Kelompok bijih logam mulia lainya mencakup pembersihan dan pemurnian yang tidak dapat dipisahkan secara administratif dari usaha pertambangan bijih logam lainnya. Beberapa jenis produknya, antara lain: pertambangan pasir besi dan bijih besi dan peningkatan mutu dan proses aglomerasi bijih besi, pertambangan dan pengolahan bijih logam yang tidak mengandung besi, seperti bijih thorium
  • 52. Halaman 42 of 122 dan uranium, alumunium (bauksit), tembaga, timah, seng, timah hitam, mangaan, krom, nikel kobalt dan lain-lain; serta pertambangan bijih logam mulia, seperti emas, platina, perak dan logam mulia lainnya. 4. Pertambangan dan Penggalian Lainnya Sub kategori ini mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian seperti batu-batuan, pasir dan tanah yang pada umumnya berada pada permukaan bumi. Hasil dari kegiatan ini adalah batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, batu karang, batu marmer, pasir untuk bahan bangunan, pasir silika, pasir kwarsa, kaolin, tanah liat, dan komoditi penggalian selain tersebut di atas. C. Kontribusi Industri Pengolahan Kategori Industri Pengolahan meliputi kegiatan ekonomi di bidang perubahan secara kimia atau fisik dari bahan, unsur atau komponen menjadi produk baru. Bahan baku industri pengolahan berasal dari produk pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan atau penggalian seperti produk dari kegiatan industri pengolahan lainnya. 1. Industri Pengolahan Batubara dan Pengilangan Minyak dan Gas Bumi Mencakup kegiatan perubahan minyak, gas bumi dan batubara menjadi produk yang bermanfaat seperti: pengilangan minyak dan gas bumi, di mana meliputi pemisahan minyak bumi menjadi produk komponen melalui teknis seperti pemecahan dan penyulingan. Produk khas yang dihasilkan: kokas, butane, propane, petrol, gas hidrokarbon dan metan, gasoline, minyak tanah, gas etane, propane dan butane sebagai produk penyulingan minyak. Termasuk disini adalah pengoperasian tungku batubara, produksi batubara dan semi batubara, gas batubara, ter, lignit dan kokas. 2. Industri Makanan dan Minuman Industri Makanan dan Minuman merupakan gabungan dari dua golongan pokok, yaitu Industri Makanan dan Industri Minuman. Industri makanan mencakup pengolahan produk pertanian, perkebunan dan perikanan menjadi makanan dan juga mencakup produk setengah jadi yang tidak secara langsung menjadi produk makanan. Industri minuman mencakup pembuatan minuman baik minuman beralkohol maupun tidak beralkohol, air minum mineral, bir dan anggur. dan pembuatan minuman
  • 53. Halaman 43 of 122 beralkohol yang disuling. Kegiatan ini tidak mencakup pembuatan jus buah- buahan dan sayur-sayuran, minuman dengan bahan baku susu, dan pembuatan produk teh, kopi dan produk the dengan kadar kafein yang tinggi. 3. Industri Pengolahan Tembakau Pengolahan tembakau atau produk pengganti tembakau, rokok, cerutu, cangklong, snuff, chewing dan pemotongan serta pengeringan tembakau tetapi tidak mencakup penanaman atau pengolahan awal tembakau. Beberapa produk yang dihasilkan rokok dan cerutu, tembakau pipa, tembakau sedot (snuff), rokok kretek, rokok putih dan lain-lain. 4. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi Sub kategori ini merupakan gabungan dari dua golongan pokok yaitu Industri Tekstil dan Industri Pakaian Jadi. Industri tekstil mencakup pengolahan, pemintalan, penenunan dan penyelesaian tekstil dan bahan pakaian, pembuatan barang-barang tekstil bukan pakaian (seperti: sprei, taplak meja, gordein, selimut, permadani, tali temali, dan lain-lain). Industri pakaian jadi mencakup semua pekerjaan menjahit dari semua bahan dan semua jenis pakaian dan aksesoris, tidak ada perbedaan dalam pembuatan antara baju anak-anak dan orang dewasa, atau pakaian tradisional dan modern. Golongan pokok ini juga mencakup pembuatan industri bulu binatang (pakaian dari bulu binatang dan kulit yang berbulu). Contoh produk yang dihasilkan: kain tenun ikat, benang, kain, batik, rajutan, pakaian jadi, pakaian sesuai pesanan, dan lain-lain. 5. Industri Kulit, Barang dari Kulit, dan Alas Kaki Golongan pokok ini mencakup pengolahan dan pencelupan kulit berbulu dan proses perubahan dari kulit jangat menjadi kulit dengan proses penyamakan atau proses pengawetan dan pengeringan serta pengolahan kulit menjadi produk yang siap pakai, pembuatan koper, tas tangan dan sejenisnya, pakaian kuda dan peralatan kuda yang terbuat dari kulit, dan pembuatan alas kaki. Golongan pokok ini juga mencakup pembuatan produk sejenisnya dari bahan lain (kulit imitasi atau kulit tiruan), seperti alas kaki dari bahan karet, koper dari tekstil, dan lain-lain. 6. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus, dan Barang Anyaman Golongan pokok ini mencakup pembuatan barang-barang dari kayu. Kebanyakan digunakan untuk konstruksi dan juga mencakup berbagai
  • 54. Halaman 44 of 122 proses pengerjaan dari penggergajian sampai pembentukan dan perakitan barang-barang dari kayu, dan dari perakitan sampai produk jadi seperti kontainer kayu. Terkecuali penggergajian, golongan pokok ini terbagi lagi sebagian besar didasarkan pada produk spesifik yang dihasilkan. Golongan pokok ini tidak mencakup pembuatan mebeler, atau perakitan/pemasangan perabot kayu dan sejenisnya. Contohnya: pemotongan kayu gelondongan menjadi balok, kaso, papan, pengolahan rotan, kayu lapis, barang- barang bangunan dari kayu, kerajinan dari kayu, alat dapur dari kayu, rotan dan bambu. 7. Industri Kertas & Barang dari Kertas, Percetakan, dan Reproduksi Media Rekam Sub Sektor ini merupakan gabungan dari dua golongan pokok yaitu Industri Kertas dan Barang dari Kertas, dan Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman. Industri Kertas dan Barang dari Kertas mencakup pembuatan bubur kayu, kertas, dan produk kertas olahan Pembuatan dari produk- produk tersebut merupakan satu rangkaian dengan tiga kegiatan utama. Kegiatan pertama pembuatan bubur kertas, lalu yang kedua pembuatan kertas yang menjadi lembaran-lembaran dan yang ketiga barang dari kertas dengan berbagai tehnik pemotongan dan pembentukan, termasuk kegiatan pelapisan dan laminasi. Barang kertas dapat merupakan barang cetakan selagi pencetakan bukanlah merupakan hal yang utama. Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman mencakup pencetakan barang-barang dan kegiatan pendukung yang berkaitan dan tidak terpisahkan dengan Industri Pencetakan; proses pencetakan termasuk bermacam-macam metode/cara untuk memindahkan suatu image dari piringan atau layar monitor ke suatu media melalui/dengan berbagai teknologi pencetakan. 8. Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisonal Golongan pokok ini terdiri dari dua industri yaitu Industri Kimia dan Industri Farmasi dan Obat Tradisional. Industri Kimia mencakup perubahan bahan organik dan non organik mentah dengan proses kimia dan pembentukan produk. Ciri produk kimia dasar yaitu yang membentuk kelompok industri pertama dari hasil produk antara dan produk akhir yang dihasilkan melalui pengolahan lebih lanjut dari kimia dasar yang merupakan kelompok-