Dokumen tersebut merangkum sejarah perkembangan filsafat, dimulai dari zaman Pra-Sokrates yang berfokus pada alam semesta, zaman keemasan Yunani dengan Sokrates, Plato, dan Aristoteles, abad pertengahan yang didominasi filsafat Kristen, zaman modern dengan Descartes, Locke, Kant, dan berbagai aliran seperti rasionalisme dan empirisme, serta perkembangan filsafat kontemporer.
2. 1. Pra Socrates
Pada masa awal ini sering di sebut dengan filsafat
alam. Penyebutan tersebut didasarkan pada munculnya
banyak pemikir/filosof yang memfokuskan
pemikirannya pada apa yang diamati di sekitarnya, yakni
alam semesta. Mereka memikirkan alam- mencari unsur
induk yang dianggap asal dari segala sesuatu.
Pandangan para filosof ini melahirkan monisme, yaitu
aliran yang menyatakan bahwa hanya ada satu
kenyataan fundamental. Kenyataan tersebut dapat
berupa jiwa, materi, Tuhan atau sebutansi lainnya yang
tidak dapat di ketahui.
3. 2. Zaman Keemasan
Jika pada masa Pra Socrates para pemikir masih berkutat
pada wilayah kemenjadian, maka pada masa keemasan sudah
masuk pada pemikiran dan keutamaan moral. Pada masa
keemasan kajian sudah mengarah kepada manusia sebagai objek
pemikiran. Pada masa ini juga sudah mulai berkembang dialektis-
kritis untuk menunjukkan kebenaran.
Socrates (470 – 399 SM) merupakan generasi pertama dari tiga
filsafat besar dari Yunani. Pemikiran Socrates sangat dipengaruhi
oleh kondisi kaum “sophis”
Socrates adalah seorang yang meyakini bahwa menegakkan moral
merupakan tugas filosof, yang berdasarkan ide-ide rasional dan
keahlian dalam pengetahuan. Menurut Socrates ada kebenaran
objektif yang tidak tergantung pada saya atau kita. Setiap orang
bisa berpendapat benar dan salah tergantung pada pengujian
rasionya.
Socrates memiliki pandangan atau gagasan tunggal dan
transenden yang ada di balik pergerakan ini. Sampai dia di suruh
bunuh diri meminum racun karena pandangannya dianggap
meracuni kepercayaan umum yang saat itu masyarakat
mempercayai kuil dan dewa-dewa.
4. Pada zaman ini dikenal sebagai Abad Pertengahan (400-1500 ). Filsafat
pada abad ini dikuasai dengan pemikiran keagamaan (Kristiani). Puncak filsafat
Kristiani ini adalah Patristik (Bapa-bapa Gereja) dan Skolastik Patristik sendiri
dibagi atas Patristik Yunani (atau Patristik Timur) dan Patristik Latin (atau
Patristik Barat).
Tokoh-tokoh Patristik Yunani ini anatara lain Clemens dari Alexandria (150-215),
Origenes (185-254), Gregorius dari Naziane (330-390), Basilius (330-379).
Tokohtokoh dari Patristik Latin antara lain Hilarius (315-367), Ambrosius (339-
397), Hieronymus (347-420) dan Augustinus (354-430). Ajaran-ajaran dari para
Bapa Gereja ini adalah falsafi-teologis, yang pada intinya ajaran ini ingin
memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran paling dalam dari
manusia. Ajaran-ajaran ini banyak pengaruh dari Plotinos. Pada masa ini dapat
dikatakan era filsafat yang berlandaskan akal-budi diabdikan untuk dogma
agama.
Zaman Skolastik (sekitar tahun 1000), pengaruh Plotinus diambil alih
oleh Aristoteles. Pemikiran-pemikiran Ariestoteles kembali dikenal dalam karya
beberapa filsuf Yahudi maupun Islam, terutama melalui Avicena (Ibn. Sina, 980-
1037), Averroes (Ibn. Rushd, 1126-1198) dan Maimonides (1135-1204). Pengaruh
Aristoteles demikian besar sehingga ia (Aristoteles) disebut sebagai Sang Filsuf
sedangkan Averroes yang banyak membahas karya Aristoteles dijuluki sebagai
Sang Komentator. Pertemuan pemikiran Aristoteles dengan iman.
Pada masa ini filsafat mulai ambil jarak dengan agama, dengan melihat
sebagai suatu kesetaraan antara satu dengan yang lain (Agama dengan Filsafat)
bukan yang satu mengabdi terhadap yang lain atau sebaliknya.
5. Mengenai siapa “ founding fathers” Zaman Modern ini, beberapa
ahli berpendapat adalah Rene Descartes dengan pikiran rasionalitas, John
Locke dengan pemikiran empirisnya, Immanuel Kant dengan kritis
melihat ketidak sempurnaan. Baik pada Descartes, Locke maupun Kant
mengatakan bahwa, “pengamatan tanpa konsep adalah buta, sedangkan
tanggapan tanpa penglihatan adalah hampa.” Ia berpendapat, bahwa
pengetahuan itu dasarnya adalah pengamatan dan pemikiran.
Untuk melihat lebih mudah, maka filsafat modern dibagi
menjadi beberapa kelompok, yaitu: (1) rasionalisme, empirisme, dan
kritisisme. (2) dialektika idealisme dan dialektika materialisme,
(3)fenomenologi dan eksistensialime, serta (4) filsafat kontemporer dan
pasca-modernisme.
Dialektika idealism merupakan hasil dari pemikiran Georg
Wilhelm Friedrich Hegel (1770 – 1831) yang sangat berorientasi pada ilmu
sejarah, alam, dan hukum. Hegel menyatakan bahwa segenap realitas
bersifat rasional, dan yang rasional bersifat nyata. Ia sangat
mementingkan rasio, tetapi bukan hanya rasio pada
perseorangan,melainkan rasio pada subjek absolute. Kemudian
dealektika Hegel adalah pemikiran yang berusaha mendamaikan,
mengkromomikan daua pandangan atau lebih atau keadaan yag
bertentangan menjadi satu keatuan. Hegel berpendpat bahwa
pertentangan adalah “bapak”segala hal.
6. positivisme ialah Paradigma ilmu pengetahuanyang paling awal
muncul dalam dunia ilmu pengetahuan, fenomenologi yakni hanyalah
suatu gaya berfikir, bukan suatu mazhab filsafat. Pendapat lain
fenomenologi merupakan suatu metode dalam mengamati, memahami,
mengartikan dan memaknakan sesuatu sebagai pendirian atau suatu
aliran filsafat.
Aliran lainnya ada namanya marxisme, eksistensialisme,
pragmatisme, neokantianisme, neo-tomisme, sedangkan dalam aliran
filsafat pendidikan ada namanya Progresivisme (fleksibel artinya lentur
tidak kaku, toleran, terbuka maksudnya ingin mengetahuai dan
menyelidiki demi pengembangan ilmu),
esensialisme yakni kembali ke kebudayaan lama karena banyak
melakukan kebaikan bagi manusia, perennialisme memiliki arti kekal
tiada akhir, dan konstruksionalisme yakni berusaha membina suatu
consensus untuk tujuan utama dan tertinggi dalam kehidupan manusia.
Bisa dipahami, karena pada masa itu ilmu-ilmu alam ( Natural
sciences ) sudah lebih mantap dan mapan, sehingga banyak pendekatan
dan metode-metode ilmu-ilmu alam yang diambil-oper oleh ilmu-ilmu
sosial ( Social sciences ) yang berkembang sesudahnya.