SlideShare a Scribd company logo
1 of 63
FILSAFAT
A. Pengertian Filsafat
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab ,
yang juga diambil dari bahasa Yunani; philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan
kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia =
“kebijaksanaan”). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau
“ilmu”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk
terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami
bidang falsafah disebut “filsuf”.
Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling
tidak bisa dikatakan bahwa “filsafat” adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena
kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis. Ini didalami tidak dengan melakukan
eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan problem
secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk
solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses
dialektik. Dialektik ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk dialog. Untuk
studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat.
Hal itu membuat filsafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di
samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, dan couriousity ‘ketertarikan’.
Manusia Yunani pertama-tama mencoba menerangkan dunia dengan kejadian-kejadian yang
menyertainya secara mitologis dan lepas dari kontrol rasio. Selanjutnya semuanya itu
kemudian diterangkan dan disusun secara sistematis karena dengan mencari suatu
keseluruhan yang sistematis, mereka mampu mengerti hubungan antara mite itu dan
menyingkirkan mite yang tak dapat dicocokkan dengan mite yang lain.
Pemikiran mitologis tersebut dikaitkan dengan pemikiran keagamaan. Alasan mereka adalah,
‘karena makhluk-nakhluk merupakan dasar alam, maka makhluk-makhluk itu perlu dipuja
dan disembah. Akibat dari berkembangnya kesusasteraan Yunani dan masuknya ilmu
pengetahuan serta semakin hilangnya kepercayaan akan kebenaran yang diberikan oleh
pemikiran keagamaan, peran mitologi kemudian secara perlahan-lahan digantikan oleh logos
(rasio/ ilmu).
Pada saat inilah, para filsofof kemudian mencoba memandang dunia dengan cara yang lain
yang belum pernah dipraktekkan sebelumnya, yaitu berpikir secara ilmiah. Dalam mencari
keterangan tentang alam semesta, mereka melepaskan diri dari hal-hal mitis yang secara
turun-temurun diwariskan oleh tradisi. Dan selanjutnya mereka mulai berpikir sendiri. Di
balik aneka kejadian yang diamati secara umum, mereka mulai mencari suatu keterangan
yang memungkinkan mereka mampu mengerti kejadian-kejadian itu. Dalam artian inilah,
mulai ada kesadaran untuk mendekati problem dan kejadian alam semesta secara logis dan
rasional. Sebab hanya dengan cara semacam ini, terbukalah kemungkinan bagi pertanyaan-
pertanyaan lain dan penilaian serta kritik dalam memahami alam semesta. Semangat inilah
yang memunculkan filosof-filosof pada jaman Yunani. Filsafat dan ilmu menjadi satu.
Dalam tradisi filsafat Barat, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut
tema tertentu. Tema-tema itu adalah: ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
· Tema pertama adalah ontologi. Ontologi membahas tentang masalah “keberadaan”
sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris (kasat mata), misalnya tentang
keberadaan alam semesta, makhluk hidup, atau tata surya.
· Tema kedua adalah epistemologi. Epistemologi adalah tema yang mengkaji tentang
pengetahuan (episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas
berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan.
· Tema ketiga adalah aksiolgi. Aksiologi yaitu tema yang membahas tentang masalah
nilai atau norma sosial yang berlaku pada kehidupan manusia. Nilai sosial .
B. Munculnya Filsafat
Filsafat, terutama Filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M..
Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan keadaan alam,
dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi
untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak yang bertanya-tanya mengapa
filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia,
Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-
lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.
Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta, sekarang di
pesisir barat Turki. Tetapi filsuf-filsuf Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Sokrates, Plato
dan Aristoteles. Sokrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato.
Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “Komentar-
komentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada
sejarah filsafat.
C. Klasifikasi filsafat
Dalam membangun tradisi filsafat banyak orang mengajukan pertanyaan yang sama ,
menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan latar belakang
budaya, bahasa, bahkan agama tempat tradisi filsafat itu dibangun. Oleh karena itu, filsafat
biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis dan latar belakang budayanya. Dewasa ini
filsafat biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurut wilayah dan menurut latar belakang
agama. Menurut wilayah bisa dibagi menjadi: “Filsafat Barat”, “Filsafat Timur”, dan
“Filsafat Timur Tengah”. Sementara latar belakang agama dibagi menjadi: “Filsafat Islam”,
“Filsafat Budha”, “Filsafat Hindu”, dan “Filsafat Kristen”.
· Filsafat Barat
‘‘‘Filsafat Barat’’’ adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-
universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi
falsafi orang Yunani kuno. Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas,
Réne Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx,
Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre.
· Filsafat Timur
‘‘‘Filsafat Timur’’’ adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di
India, Tiongkok dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri
khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang
lebih juga bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia
Barat filsafat ’an sich’ masih lebih menonjol daripada agama. Nama-nama beberapa filsuf
Timur, antara lain Siddharta Gautama/Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang
Zi dan juga Mao Zedong.
· Filsafat Timur Tengah
‘‘‘Filsafat Timur Tengah’’’ ini sebenarnya mengambil tempat yang istimewa. Sebab dilihat
dari sejarah, para filsuf dari tradisi ini sebenarnya bisa dikatakan juga merupakan ahli waris
tradisi Filsafat Barat. Sebab para filsuf Timur Tengah yang pertama-tama adalah orang-orang
Arab atau orang-orang Islam (dan juga beberapa orang Yahudi!), yang menaklukkan daerah-
daerah di sekitar Laut Tengah dan menjumpai kebudayaan Yunani dengan tradisi falsafi
mereka. Lalu mereka menterjemahkan dan memberikan komentar terhadap karya-karya
Yunani. Bahkan ketika Eropa setalah runtuhnya Kekaisaran Romawi masuk ke Abad
Pertengahan dan melupakan karya-karya klasik Yunani, para filsuf Timur Tengah ini
mempelajari karya-karya yang sama dan bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh
orang-orang Eropa. Nama-nama beberapa filsuf Timur Tengah: Avicenna(Ibnu Sina), Ibnu
Tufail, Kahlil Gibran (aliran romantisme; kalau boleh disebut bergitu)dan Averroes.
· Filsafat Islam
‘‘‘Filsafat Islam’’’ bukanlah filsafat Timur Tengah. Bila memang disebut ada beberapa nama
Yahudi dan Nasrani dalam filsafat Timur Tengah, dalam filsafat Islam tentu seluruhnya
adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain.
Pertama, meski semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani
terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam.
Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih ‘mencari Tuhan’,
dalam filsafat Islam justru Tuhan ‘sudah ditemukan.’
D. Cabang-cabang Filsafat
Jika kita mengamati karya-karya besar filsuf, seperti aristoteles (384-322 SM) dan
Imanuel Kant (1724-1804), ada tiga tema besar yang menjadi fokus kajian dalam karya-karya
mereka, yakni kenyataan, nilai, dan pengetahuan. Ketiga tema besar tersebut masing-masing
dikaji dalam tiga cabang besar filsafat. Kenyataan merupakan bidang kajian metafisika, nilai
adalah bidang kajian aksiologi, dan pengetahuan merupakan bidang kajian epistimologi[5].
Namun ada juga yang membagi cabang filsafat berdasarkan karakteristik objeknya.
Berdasarkan karakteristik objeknya filsafat dibagi dua, yaitu :
1. filsafat umum/murni
a. Metafisika, objeknya adalah hakikat tentang segala sesuatu yang ada.
b. Epistemologi. Objeknya adalah pengetahuan/ kenyataan
c. Logika. Merupakan studi penyusunan argumen-argumen dan penarikan kesimpulan
yang valid. Namun ada juga yang memasukkan Logika ke dalam kajian epistimologi.
d. Aksiologi. Objek kajiannya adalah hakikat menilai kenyataan.
2. Filsafat Khusus/Terapan, yang lebih mengkaji pada salah satu aspek kehidupan. Seperti
misalnya filsafat hukum, filsafat pendidikan, filsafat bahasa, dan lain sebagai.
Pembagian cabang-cabang filsafat di atas tidak kaku. Seorang filsuf yang mengklaim bahwa
pemikiran filsafatnya berupa kajian ontologis sering kali pula membahas masalah-masalah
eksistensi manusia, kebudayaan, kondisi masyarakat, bahkan etika. Ini misalnya tampak dari
filsafat Heidegger. Dalam bukunya yang terkenal, Being and Time (1979), dia menulis bahwa
filsafatnya dimaksudkan untuk mencari dan memahami “ada”. Akan tetapi dia mengakui
bahwa “ada” hanya dapat ditemukan pada eksistensi manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh sebab itu, dalam bukunya itu dia membahas mengenai keotentikan, kecemasan, dan
pengalamn-pengalaman manusia dalam kehidupan sehari-hari
· Metafisika
Koestenbaum (1968) mendefinisikan metafisika sebagai studi mengenai karakteristik-
karakteristik yang sangat umum dan paling dasar dari kenyataan yang sebenarnya (ultimate
reality). Metafisika menguji aspek-aspek kenyataan seperti ruang dan waktu, kesadaran, jiwa
dan materi, ada (being), eksistensi, perubahan, substansi dan sifat, aktual dan potensial, dan
lain sebagainya.
Metafisika pada asasnya meneliti perbedaan antara penampakan (appearance) dan kenyataan
(reality). Ada sejumlah aliran yang mencoba mengungkap hakikat kenyataan di balik
penampakan tersebut. Misalnya aliran naturalism dan materialism percaya bahwa kenyataan
paling dasar pada prinsipnya sama dengan peristiwa material dan natural. Sejak zaman
Yunani kuno sebagian besar filsafat diwarnai oleh pemikiran-pemikiran metafisik, kendati
cukup banyak juga filsuf yang meragukan dan menolak metafisika. Para filsuf yang menolak
metafisika beralasan bahwa metafisika tidak mungkin karena melampaui batas-batas
kemampuan indera untuk membuktikan kebenaran-kebenarannya. Kebenaran-kebenaran
yang dikemukakan oleh metafisika terlalu luas dan spekulatif, sehingga tidak dapat
dibuktikan dan diukur kebenarannya[9]. Dalam perkembangannya, metafisika kemudian
dibagi lagi menjadi tiga sub cabanga, yaitu :
a. Ontology, mengkaji persoalan-persoalan tentang ada (dan tiada)
b. Kosmologi, mengkaji persoalan-persoalan tentang alam semesta, asal-usul, dan unsur-
unsur yang membentuk alam semesta
c. Humanologi, mengkaji persoalan-persoalan tentang hakikat manusia, hubungan antara
jiwa dan tubuh, kebebasan dan keterbatasan manusia
d. Teologi, mengkaji persoalan-persoalan tentang Tuhan/agama
· Epistemologi dan Logika
Istilah epistemology berasal dari bahasa Yunani, yakni episteme yang berarti pengetahuan dan
logos yang berarti teori.dengan demikian epistemology adalah suatu kajian atau teori filsafat
mengenai esensi pengetahuan.
Menurut Koestenbaum (1968), secara umum epistemology berusaha untuk mencari jawaban
atas pertanyaan “apakah pengetahuan?”. Tetapi secara spesifik epistemology berusaha
menguji masalah-masalah yang kompleks, seperti hubungan antara pengetahuan dan
kepercayaan pribadi, status pengetahuan yang melampaui panca indera, status ontology dari
teori-teori ilmiah, hubungan antara konsep-konsep atau kata-kata yang bersifat umum dengan
objek-objek yang ditunjuk oleh konsep-konsep atau kata-kata tersebut, dan analisis atas
tindakan mengetahui itu sendiri.
Menurut J.F. Ferrier, epistemology pada dasarnya berkenaan dengan pengujian filsafati
terhadap batas-batas, sumber-sumber, struktur-struktur, metode-metode dan validitas
pengetahuan.
Logika sebagai salah satu cabang filsafat pada dasarnya adalah cara untuk menarik
kesimpulan yang valid. Secara luas logika dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk
berfikir secara sahih. Ada banyak cara menarik kesimpulan. Namun secara garis besar,
semua itu didigolongkan menjadi dua cara yaitu logika induktif dan logika deduktif.
Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual
nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan logika deduktif berhubungan
dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus yang umum menjadi kesimpulan yang bersifat
khusus atau individual. Baik logika induktif maupun logika deduktif, dalam proses
penalarannya mempergunakan premis-premis yang berupa pengetahuan yang dianggap benar.
Ketepatan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal, yakni kebenaran premis mayor,
kebenaran premis minor dan keabsahan pengambilan keputusan. Sekiranya salah satu dari
ketiga unsur tersebut tidak terpenuhi maka kesimpulan yang ditariknya akan salah.
· Aksiologi
Aksiologi merupakan kajian filsafat mengenai nilai. Nilai sendiri adalah suatu kualitas yang
kita berikan kepada sesuatu objek sehingga sesuatu itu dianggap bernilai atau tidak bernilai.
Pada masa kini objeknya lebih banyak berupa sains dan teknologi. Peradaban manusia masa
kini sangat bergantung pada ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi. Berkat kemajuan pada
kedua bidang ini pemenuhan kebutuhan manusia dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.
Banyak sekali penemuan-penemuan baru yang amat membantu kehidupan manusia, seperti
misalnya penemuan dalam bidang kedokteran dan kesehatan.
Namun di pihak lain, perkembangan-perkembangan tersebut mengesampingkan factor
manusia. Di mana bukan lagi teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan
kebutuhan manusia, namun sering kali kini yang terjadi adalah sebaliknya. Manusialah yang
akhirnya harus menyesuaikan diri dengan teknologi. Teknologi tidak lagi berfungsi sebagai
sarana yang memberikan kemudahan bagi manusia, melainkan dia ada bertujuan untuk
eksistensinya sendiri. Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada di ambang kemajuan yang
mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri.
Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan
yang ada. Masalah nilai moral tidak bisa terlepas dari tekat manusia untuk menemukan
kebenaran. Sebab untuk menemukan kebenaran dan kemudian terutama untuk
mempertahankannya, diperlukan keberanian moral.
Dihadapkan dengan masalah moral dalam menghadapi ekses ilmu dan teknologi yang
bersifat merusak ini, para ilmuwan terbagi menjadi dua golongan pendapat.
Golongan pertama menginginkan bahwa ilmu harus bersikap netral terhadap nilai-nilai, bik
itu secara ontologis, mau pun aksiologis. Dalam hal ini tugas ilmuwan adalah menemukan
pengetahuan dan terserah kepada orang lain dalam mempergunakannya, apakah untuk
kebaikan atau untuk keburukan.
Golongan kedua sebaliknya berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah
terbatas pada metafisik keilmuan. Sedangkan dalam penggunaannya bahkan pemilihan obyek
penelitian, kegiatan keilmuan harus berlandaskan asas-asas moral[12].
Nilai yang menjadi kajian aksiologi ada dua, itu sebabnya aksiologi dibagi menjadi dua sub
cabang yaitu :
a. Etika. Kajian filsafat mengenai baik dan buruk, lebih kepada bagaimana seharusnya
manusia bersikap dan bertingkah laku, apa makna etika atau moralitas dalam kehidupan
manusia
b. Estetika. Nilai yang berhubungan dengan keindahan (indah dan buruk). Mengkaji
mengenai keindahan, kesenian, kesenangan yang disebabkan oleh keindahan.
E. Pengertian Filsafat Sejarah
Sebelum kita melangkah lebih jauh membahas mengenai apa itu filsafat sejarah, ada baiknya
pemakalah mengklasifikasikan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan filsafat dan apa itu
itu sejarah.
· Pengertian filsafat
Filsafat , berasal dari kata yunani ‘’Philos dan Shopia’’. Philos artinya, senang, cinta, gemar
dan Shopia artinya hikmat atau kebenaran, kebijaksanaan. Philoshopia artinya cinta atau
gemar, senang pada kebenaran, atau hikmat serta kebijaksanaan.
Filsafat adalah” induk pengetahuan’’, Istilah filsafat telah dikenal manusia sejak 2.000 tahun
yang lalu, pada masa yunani kuno. Di Meletos, Asia Kecil, tempat perantauan orang
yunani,di sanalah awal mulanya muncul filsafat. Mula-mula jejak awal filsafat ini, ditandai
oleh munculnya tokoh-tokoh pemikir besar pada zaman itu sepaerti Thales, Anaximandros
dan Anaximenes. Thales lah orang pertama yang mempersoalkan; substansi terdalam dari
segala sesuatu.’’ Dan dari situlah munculnya pengartian-pengertian kebenaran yang hakiki.
Mengenai filsafat, banyak Ilmuan-ilmuan dari Timur Tengah. Mengenai pengertian filsafat
Al-farabi mengatakan: “Nama filsafat berasal dari bahasa Yunani, masuk kedalam bahasa
Arab. Orang-orang Yunani menguapkannya filasufia yang berari mengutamakan hikmah.
Kata tersebut alam bahasa mereka berasal dari dua kata: fila dan sufia. Fila berarti
mengutamakan dan sufia berarti hikmah, kata filosof diambil dari kata asal filsafat dalam
bahasa Yunani disebut filosofus. Perubahan suara pengucapan dari akar kata seperti itu sering
terjadi dalam bahasa Yunani. Kata filosofus bermakna orang yang mengutamakan hikmah.
Ini artinya bahwa semua ilmu bertujuan untuk mencari kebenaran agar manusia dapat
bertindak secara bijaksana. Bijaksana atau arif merupakan panduan pengalaman dan
pengetahuan plus kekuatan untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan. Penerapannya
berupa sikap adil, propesional, lapang dada, tetapi juga tegas dalam membela prinsip yang
telah di sepakati. Karna itu di perguruan tinggi negara-negara barat, posisi akademik tertinggi
di sebut Ph.d (doctor of philosophy) apapun di siplin ilmunya. Dengan memberikan bobot
philosophy kepada gelar tertinggi yang telah di raih oleh seseorang diharapkan pemegangnya
mampu mengembangkan kearifan dalam mengatur dunia ini karna seorang filosof pencinta
wisdom. Gagasan awal itu sangat ideal, sekalipun dalam perkembangannya akhir-akhir ini
dunia semakin sekuler. Pemegang Ph.d boleh jadi hanyalah seorang tukang tin gkat tinggi
minus kearifan. Hal ini tarjadi sebagai akibat dari proses spesialisasi yang melupakan induk
ilmu itu sendiri. Ilmuan yang hanya terpukau dan terpakau oleh kajian khususnya tanpa
menghubungkannya dengan panaroma kehidupan yang luas terbentang, sama artinya dengan
orang yang sengaja mengurung diri dalam sebuah sangkar kecil, mungkin cantik, tetapi
apalah maknanya bagi kepentingan kehidupan yang luas tak bertepi ini.
Filsafat sebagai induk dari semua ilmu harus menjadi titik kembali bagi semua di siplin ilmu
agar tidak ingin kehilangan misi ilmu yang sebenarnya, mencari kebenaran dan dengannya
manusia menjadi arif. Mengingat filsafat merumuskan kebenaran didasarkan pada hasil
perenungan mendalam manusia secara logis maka kebenaranya bersifat utopia (idealitas),
sehingga belum tentu dapat di temui dalam kehidupan nyata . agar dapat di ketahui sejauh
manakah realita itu mendekatkan realitas. Upaya penerapan idealitas harus selalu
mempertimbangkan realita yang ada. Kita harus mengetahui kebaikan-kebaikan dan juga
kelemahan-kelemahan dari realita yang sedang kita hadapi; lalu kita merumuskan langkah-
langkah yang di perlukan bagi upaya perbaikan tersebut dengan mengingat pada sumber daya
yang di miliki dan tantangan-tantangan yang di hadapi. Tantangan-tantangan itu harus di
perhitungkan secara masak-masak agar usaha menegakkan kebenaran itu tidak menimbulkan
gejolak yang tidak terkendali dengan dampak pecahnya kekerasan yang bertolak belakang
dengan misi kebenaran: damai, sejahtera, adil, dan bebas.
· Pengertian Sejarah
Pengertian Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu syajara berarti terjadi, syajarah berarti
pohon, syajarah an-nasab berarti pohon silsilah; bahasa inggris history, bahasa Lstin dan
Yunani historia, dari bahasa Yunani histor atau istor berarti orang pandai.
Menurut Hegel, sejarah adalah perkrmbangan Roh dalam Waktu, sedangkan Alam adalah
perkembangan Ide dalam Ruang. Sistem menyeluruh Hegel dibangun diatas di atas tiga
unsure ( the great triad): Ide-Alam-Roh. Ide dalam dirinya sendiri adalah sesuatu yang terus
berkmbang, dinamika realitas dari dan yang berdiri di balik layar-atau sebelum-dunia.
Antitesis dari Ide yang berada dari luar dirinya, yaitu Ruang, adalah Alam. Alam terus
berkembang, setelah mengalami taraf perkembangan kehidupan mineral dan tumbuhan
kedalam diri manusia. Dan dalam diri manusia terdapat kesadaran yang membuat Ide menjadi
sadar akan dirinya sendiri.
Hemat saya, seperti yang dijelaskan oleh Hegel diatas bahwa Roh adalah kesadaran-diri,
sadangkan antitesis Ide dan Alam dan perkembangan dari kesadaran inilan yang disebut
sejarah. Filsafat sejarah adalah ilmu filsafat yang ingin memberi jawaban atas sebab dan
alasan segala peristiwa sejarah. Jelasnya, filsafat sejarah adalah salah satu bagian filsafat
yang ingin menyelidiki sebab- sebab terakhir dari suatu peristiwa, serta ingin memberikan
jawaban atas sebab dan alasan segala peristiwa sejarah. Filsafat sejarah mencari penjelasan
serta berusaha masuk kedalam pikiran dan cita-cita manusia dan memberikan keterangan
tentang bagaimana munculnya suatu negara, bagaimana proses perkembangan budayanya
sampai mencapai puncak kejayaanya dan akhirnya mengalami kemunduran seperti pernah di
alami oleh negara-negara atas pada zaman yang lalu peran pemimpin-pemimpin terkenal
sebagai subyek pembuat sejarah pada zamannya.
F. Aliran-Aliran dalam Filsafat
Aliran Rasionalisme.
Aliran Rasionalisme berpendapat bahwa semua pengetahuan bersember pada akal pikiran
atau rasio. Tokoh-tokohnya antara lain sebagai berikut: Rene Descartes (1596-1650), ia
membedakan adanya tiga ide yaitu: Innate ideas (ide bawaan), yaitu sejak manusia lahir,
atventituus ideas, yaitu ide-ide yang berasal dari luar manusia dan ide yang di hasilkan
manusia itu sendiri, yaitu disebut factitious ideas. Tokoh rasinalisme yang lain adalah
Spinoza (1632-1677) dam Leibniz (1646-17160. Sehubungan dengan itu, yang paling penting
Filsafat adalah ‘’dinamisme’’nya Leibniz ian bependapat bahwa sesuatu pada hakikatnya
merupakan ‘’energi’’, ‘’kehendak’’, dan ‘’kekuatan’’ atau (dinamis).
Aliran Empirisme
Empirisme adalah aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan diperoleh melalui
pengalaman indra. Indra memperoleh pengalaman (kesan-kesan) dari alam empiris,
selanjutnya kesan-kesan tersebut terkumpul dalam diri manusia sehingga menjadi
pengalaman. Tokoh-tokohnya adalah: John Locke (1632-1704); dibedakan menjadi dua
macam yaitu: (a) pengalaman luar (sensation), yaitu pengalaman yang diperoleh dari luar,
dan (b) pengalaman dalam (batin) (Reflexion). Kedua pengalaman tersebut merupakan ide-
ide yang sederhana, yang kemudian dengan proses asosiasi membentuk ide yang kompleks.
Aliran Kritisime
Kritisme yang menyatakan bahwa akal menerima bahan-bahan pengetahuan dari empiris
(yang meliputi indra dan pengalaman). Kemudiam akal menempatkan, mengatur, dan
menerbitkan dalam bentuk-bentuk pengamatn yakni ruang dan waktu. Pengamatan
merupakan permulaan pengetahuan sedangkan pengolahan akal merupakan pembentukannya.
Tokoh-tokohnya adalah Immanuel Khant (1724-1804). Aliran kritisme kant tampaknya
mensintesiskan antara rasionalisme dan empirisme.
Aliran Skeptisme
Skeptisme, yang menyatakan bahwa penserapan indra adalah bersifat menipu atau
menyasatkan. Namun pada zaman modern berkembang menjadi skeptisme metodis
(sistematis) yang mensyaratkan adanya bukti sebelum sesuatu pengetahuan diakui benar.
Tokoh-yokohnya adalah Rane Descartes (1596-1650).
Aliran Idealisme
Aliran idealisme ialah suatu aliran filsafat metafisika yang berpendapat, bahwa hakikat dunia
atau kenyataan itu ialah ide, yang sifatnya rohani atau inteligasi. Dunia yang tampak saat ini
hanya ‘’maya’’ bayangan /impian belaka. Filosof besar Plato sbagai pelopor aliran ini
berpendapat, bahwa dunia hakiki ialah dunia ide, dan dunia gejala itu hanyalah bayangan saja
dari dunia hakiki itu. Dunia hakiki menurut Plato adalah dunia yang sempurna, dunia yang
ideal, dimana terdapat mahluk-makhluk prototipe yang ideal (seperti kekudaan), sedangkan
dunia duniawi itu adalah dunia yang tidak sempurna, karna hanya perwujudan dari dunia
hakiki, seperti contohnya banyak kuda yang tidak sama.
Aliran Realisme.
Aliran realisme berpendapat, bahwa di luar kesadaran kita yang mengetahui segala benda
memang ada sesuatu sungguh-sungguh nyata, ada (real), yang dapat di amati oleh pikiran kita
melalui alat indra. Dalam sejarah filsafat, Aristoteles termasuk pelopor aliran filsafat realis
yang klasik, yang mengatakan, bahwa dia mengakui kenyataan dunia, yang terdiri atas benda-
benda individual, serta terdiri atas zat benda, atau materi dan bentuk, sehingga zat itu
mempunyai bentuk dan rupa yang dapat kita amati.
Aliran Materialisme dan Nuturalisme
Aliran materialisme berpendapat, bahwa hakikat dunia ialah materi. Domokritos seorang ahli
filsafat Yunani kuno telah menciptakan teori atom (yang artinya tidak dapat di belah). Atom
di anggap zat-benda yang paling kecil, yang mengisi segala-galanya, yang kosong. Tidak ada
apa-apanya disebut Vaccum, dan yang penuh di sebut Plenum. Aedangkan naturalisme
menganggap bahwa, satu-satunya yang ada ialah alam atu natur, yang terdiri atas benda-
benda yang ber zat, menempati ruang dan mengalami perubahan dalam waktu. Ilmu
pengetahuan IPA mempelajari hukum-hukum yang menguasai alam atau benda ini, di
antaranya dengan ilmu fisika dan ilmu kimia.
Aliran Pragmatisme
Istilah pragmatisme sering di hubungkan dengan dua tokoh dari Amerika Serikat yaitu,
William James (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952). Kaum pragmatisme mengakui
terus terang bahwa, mereka tidak dapat mengetahui dengan pasti hakikat dunia atau alam,
seperti yang di kem ukakan oleh kaum materelistis, kaum idealis, dan kaum realis.
Pragmatisme menganggap, bahwa manusia dengan segala keterbatasan peralatanya, tedak
akan mampu mengetahui hakikat alam semesta,karna alam sering berubah oleh hukum
waktu. Pragmatisme menyadari sekali, bahwa pengetahuan kijtra selalu memerlukan revisi,
bahwa pengetahuan kita selalu memerlukian revisi dan rekonstruksi untuk menyesuaikan
dengn perubahan zaman. Tetapi di sisi lain pragmatisme juga menyadari bahwa pengetahuan
sangat diperlukan untuk memperbaiki khidupan manusia.
G. Tujuan filsafat sejarah
Filsafat sejarah bertujuan sebagai berikut:
a. Untuk mnyelidiki sebab-sebab terakhir peristiwa sejarah agar dapat di ungkapkan
hakikat dan makna yang terdalam tentang peristiwa sejarah.
b. Memberikan pertanyaan atas jawaban “kemanakah arah sejarah’’ serta menyelidiki
semua sebab timbulnya semuaa perkembangan segala sesuatu yang ada.
c. Melali studi mendalam tentang filsafat sejarah, dapat membentuk seseorang memiliki
vision atau wawasan dan pandangan yang luas.
d. Studi filsafat sjarah dapat menjadikanseseorang berfikir analitis-kronologis serta arif-
bijaksana atau wisdom.
e. Filsafat sejarah bertujuan membentuk dan menyusun isi, hakikat serta memberi makna
dari pada sejarah menyusun suatu pandangan dunia untuk filsafat sejarah serta pandangan
berwawasan nasional untuk Filsafat Sejarah Nasional Indonesia.
Selain penjelasan diatas tentang tujuan filsafat sejarah, pemakalah juga mengajak teman-
teman pembaca untuk lebih kritis dalam menilai dan menimbang setiap sejarah dari abad-
abad sebelumnya, mampu merinci setiap kejadian dalam sejarah itu sendiri. Saya
berpendapat bahwa memahami filsafat sejarah agar lebih bisa membedakan apa yang disebut
sejarah subjektif dan mana yang objektif, tanpa membedakan kedudukan subjek dalam
masyarakat. Filsafat juga mekankan tiga unsur kegunaan dalam sejarah, yaitu:
pertama:kegunaan edukatif ialah menuntut setiap orang menjadi lebih arif dan bijaksana
dalam hidup. Kedua:kegunaan Inspiratif ialah dorongan inspirasi yang didalamnya sarat
dengan nilai berupa ide, konsep, semangat, motivasi perjuangan, dan untuk menghindari dari
apa yang menjadi faktor kehancuran peradaban sebagaimana banyak dipertontonkan oleh
sejarah masa silam. Ketiga: kegunaan Instruktif ialahsejarah dapat digunakan sebagai bahan
pengajaran sehinggaterkait erat dengan pendidikan formal. Terutama sekali dalam menunjang
pengembangan bidang-bidang lain khususnya berkaitan dengan keterampilan dan kejuruan.
H. Ruang Lingkup Kajian Filsafat Sejarah
Pada hakikatnya filsafat sejarah berusaha mencari penjelasan tentang perbuatan manusia yang
sudah terjadi. Filsafat sejarah juga mencoba memberikan jawaban atas sebab-sebab dan
alasan segala peristiwa sejarah yang sudah terjadi. Filsafat sejarah berusaha masuk ke dalam
pikiran dan cita-cita manusia dan memberikan tantang maju dan mundurnaya bangsa-bangsa,
tentang maju dan mundurnya perkembangan kebudayaan.
Oleh karena peristiwa dan kejadian-kejadian itu tidak terletak di depan muka manusia seperti
halnya dengan bahan –bahan untuk menguji formulu-formula kimia.kejadian dan peristiwa
sejarah terdiri atas beberapa phenomena dan phenombena-phenomena tersebut di anggap dan
diartikan oleh manusia secra berbeda-beda; walaupun pada akhirnya manusia dengan
menggunakan akal pikiranya akan senantiasa berusaha untuk memperoleh hasil yang
maksimal secara objektif terhadap phenomena-phenomena sejarah yang akan menghasilkan
suaatu rangkain peristiwa sejarah.
Filsafat sejarah sebagai salah satu cabang fisafat mengandung 2 (dua) aspek kajian yaitu:
Pertama; filsafat sejarah berusaha untuk mengetahui dengan pasti faktor-faktor apa yang
menyebabkan serta menguasai semua kejadian peristiwa jalannya sejarah. Usaha ini telah di
kgembangkan dan berlangsung sejak beberapa abad yang lampau.
Kedua; filsafat sejarah berusaha untuk menguju kemampuan beberapa metode ilmu sejarah
serta memberi penilaian tentang hasil analisis dan kesimpulan-kesimpulan terhadap suatu
karya sejarah. Usaha ini belum terlalu lama di kembangkan oleh para ahli filsafat.
(bandingkan dengan W.J. Van der Meulen SJ, 1987:12)
I. Tokoh-tokoh Pelopor Filsafat Sejarah
Sungguhpun filsafat sejarah sudah berkembang lama sebelum terdapat penelitian ilmiah
mengenai fakta-fakta sejarah, di lingkungan dunia barat, baru terjadi sungguh hbar sejak abd
ke 19, teritama di jerman dengan Herder, Emmanuael Kant, Hegel, Karl Marx, Fichte dan
sejumlah ‘’ dewa’’ filsuf sejarah lainnya. Para ahli ini menjalankan semacam ‘’analisi
sejarah’’ berdasarkan sistem pemikiran mereka dan berdasarkan sejumlah ‘’gejala’’ dan
phenomena-phenomena sejauh yang di pilih, yang belum pernah di pelajari dengan
mendalam. Memang gejala tersebut hanya di hargai sebagai bahan untuk memupuk ilham
mereka, namun di susun secara rapi. Kebanyakan mereka kurang sependapat dengan
penyelidikan sejarah, yang baru mulai berkembang di bawah pimpinan Niebuhr dan Ranke.
Setelah hasil-hail sejarah mulai tampak, kewibawan para filusuf mulai menjadi semakin
suram. Syukurlah mereka di tolong oleh ahli-ahli sejarah sendiri, terutama pengikut Renke
dan juga ahli-ahli sejarah dari luar jerman yang sudah melupakan kebijaksanaan guru mereka.
Mabuk oleh sukses-sukses tadi, mereka di timpa kesombongan dan mengambil alih ‘’selimut
kenabian’’ dari para filsuf, mereka mulai ‘’berupacara’’ sendiri sebagai ‘’penjaga harta’’
zaman lampau serta menjadi peramal dari depan. Demikianlah filsafat telah ‘’diperalat’’ oleh
ahli-ahli sendiri sehingga muncul ‘’historisme’’ dan sampai sekarang terus ada pengikutnya.
Namun salah satu akar ilmu yang baru berkembang ini, yaitu usaha menetapkan ‘’wie-es-
eigentlich-gewesen-ist’’, sejak semula telah menghadapi tantangan berat. Dilthey dan Crose
menggarisbawahi perbedaan yang mereka anggap penting sekali antara pokok persoalan ilmu
dan pokok persoalan sejarah. Dalam istilah-istilah yang kasar, perbedaan ini mungkin dapat
digambarkan/ diwakili oleh dikotomi terkenal antara “jiwa” dan “alam”.
Kajian filsafat yang kedua, yaitu menguji metode dan kepastian ilmu sejarah, mulai
berkembang di wilayah pimpinan Dilthey, Rickert, Croce, Collingwood, dan lain-lain
walupun dalam lapangan filsafat ini belum di capai suatu kesepakatan bersama, harus kita
akui, usaha mereka merupakan sumbangan yang penting ke arah pengertian yang lebih baik
akan hakikat dan kemungkinan-kemungkinan pengembangan ilmu sejarah.
Usaha mereka dapat kita harapkan akan bemanfaat selama penyelidikan itu tidak bersifat
amatir, tetapi sungguh-sungguh dilakukan oleh para ahli filsafat. Lebih baik lagi kalau
penyelidik di samping ahli filsafat, juga ahli sejarah, atau sekurang-kurangnya orang yang
pernah menjalankan penyelidikan historis berdasarkan sumber-sumber yang asli, sehingga dia
sungguh-sungguh mengenal obyek yang di selidiki, ialah cara bekerja ilmu sejarah.
J. Sejarah Perkembangan Filsafat Sejarah
Filsafat Sejarah pada Zaman Pertengahan
Perkembangan filsafat sejarah pada zaman pertengahan pada pokoknya menunjukkan sifat-
sifat yang religius. Segala kejadian di terangkan dalam cahaya kekal, segala-galanya kepada
tuhan sebagai pencipta, penyelamatf dan hakim seluruh umat manusia. Isi dan seluruh hidup
ialah kerajaan tuhan. Dari pandangan itu terjadi bahwa kajian sejarah di zaman pertengahan
bukan sebab-bebab dan alasan-alasan terhadap kajian sejarah, melainkan tentang tujuan
(arahteleologis). Pada umumnya perkembangan filsafat sejarah, seperti pandangan St.
Agustinus seakan-akan mewakili pandangan yang tetap dan utama untuk selruh zaman
pertengahan tersebut. Juga percobaan dari Otto Van Freishing atas pandangan tersebut itu.
Otto Van Freishing mengalami perselisihan antara grreja dengan negara mencoba menyusun
suatu sejarah berkat pikiran-pikiran filsuf. Dalam segala hal yang sudah di tulisnya ia
berusaha memberikan yang benar. Otto sudah mengerti ada hukum atau aliran yang gtertentu
di dalam sejarah bergerak tak berhentinya dan gerakan dari perjuangan dan kemenangan.
Akan tetapi kejadian yang kurang baik (Kummervollen Greschehniscen) di pandangnya
sebagai metode pendidikan dari tuhan yang mau berkata pada manusia bahwa tidak ada yang
tertentu dan pasti di dunia ini. Dan akhirnya menurut pendapatnya segala pengetahuan ilmu
pengetahuan bergerak dari timur ke barat
Filsafat Sejarah pada Zaman Renaissance
Memasuki masa Rennaisance, otoritas Aritoteles tersisihkan oleh metode dan pandangan baru
terhadap alam yang biasa disebut Copernican Revolution yang dipelopori oleh sekelompok
sanitis antara lain Copernicus (1473-1543), Galileo Galilei (1564-1542) dan Issac Newton
(1642-1727) yang mengadakan pengamatan ilmiah serta metode-metode eksperimen atas
dasar yang kukuh.
Selanjutnya pada Abad 17, pembicaraan tentang filsafat ilmu, yang ditandi dengan
munculnya Roger Bacon (1561-1626).Bacon lahir di ambang masuknya zaman modern yang
ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan.
Bacon menanggapi Aristoteles bahwa ilmu sempurna tidak boleh mencari untung namun
harus bersifat kontemplatif.Menurutnya Ilmu harus mencari untung artinya dipakai untuk
memperkuat kemampuan manusia di bumi, dan bahwa dalam rangka itulah ilmu-ilmu
berkembang dan menjadi nyata dalam kehidupan manusia.Pengetahuan manusia hanya
berarti jika nampak dalam kekuasaan mansia; human knowledge adalah human power.
Perkembangan ilmu pengetahuan modern yang berdasar pada metode eksperimental dana
matematis memasuki abad 16 mengakibatkan pandangan Aritotelian yang menguasai seluruh
abad pertengahan akhirnya ditinggalkan secara defenitif. Roger Bacon adalah peletak dasar
filosofis untuk perkembangan ilmu pengetahuan.Bacon mengarang Novum Organon dengan
maksud menggantikan teori Aristoteles tentang ilmu pengetahuan dengan teori
baru.Karyanya tersebut sangat mempengaruhi filsafat di Inggris pada masa
sesudahnya.Novum Organon atau New Instrumen berisi suatu pengukuihan penerimaan teori
empiris tentang penyelidikan dan tidak perlu bertumpu sepenuhnya kepada logika
deduktifnya Aritoteles sebab dia pandang absurd.
Hart mengaggap Bacon sebagai filosof pertama yang bahwa ilmu pengetahuan dan filsafat
dapat mengubah dunia dan dengan sangat efektif menganjurkan penyelidikan
ilmiah.Beliaulah peletak dasar-dasar metode induksi modern dan menjadi pelopor usaha
untuk mensistimatisir secara logis prosedur ilmiah.Seluruh asas filsafatnya bersifat praktis
yaitu menjadikan untuk manusia menguasai kekuasaan alam melalui penemauan ilmiah
Menurut Bacon, jiwa manusia yang berakal mempunyai kemamapuan triganda, yaitu ingatan
(memoria), daya khayal (imaginatio) dan akal (ratio).Ketiga aspek tersebut merupakan dasar
segala pengetahuan. Ingatan menyangkut apa yang sudah diperiksa dan diselidiki (historia),
daya khayal menyangkut keindahan dan akal menyangkut filsafat (philosophia) sebagai hasil
kerja akal.
Aliran Positivisme dan Sejarahnya
Aguste Comte dilahirkan pada tahun 1798 di kota Monpellir Perancis Selatan, ayah dan
ibunya menjadi pegawai kerajaan dan merupakan penganut Agama Katolik yang cukup
tekun. Ia menikah dengan seorang pelacur bernama Caroline Massin yang kemudian dia
menyesali perkawinan itu. Dia pernah mengatakan bahwa perkawinan itu adalah satu-satunya
kesalahan terbesar dalam hidupnya. Dari kecil pemikiran-pemikiran Comte sudah mulai
kelihatan, kemudian setelah ia menyelesaikan sekolahnya jurusan politeknik di Paris 1814-
1816, dia diangkat menjadi sekretaris oleh Saint Simon yaitu seorang pemikir yang dalam
merespon dampak negatif reinaisance menolak untuk kembali pada abad pertengahan akan
tetapi harus direspon dengan menggunakan basis intelektual baru, yaitu dengan brfikir
empirik dalam mengkaji persoalan-persoalan realitas sosial. Dalam membangun teori
sosiologi Comte lebih memilih unit analisa makro (obyektif) dan bukan individu, dalam hal
ini entits yang lebih besar seperti keluarga, struktur sosial dan perubahan sosial. Ia
menganjurkan untuk keluar dari pemikiran abstrak dan melakukan riset dengan melakukan
eksperimentasi dan analisis perbandingan sejarah. Comte pada intinya berargumentasi bahwa
gagasan terdahulu yang mendasari pengembangan struktur masyarakat maupun negara, atas
dasar pemikiran spekulatif, sudah tidak releven dengan adanya teori positivistik. Dalam
logika Comte sejarah manusia adalah perkembangan bertahap dari cara berfikir manusia itu
sendiri. Dengan berargumen bahwa dengan pemikiran empirik rasional dan positiv maka
manusia akan mampu menelaskan realitas kehidupan tidak secara spekulatif melainkan secara
konkrit, pasti bahkan mutlak kebenaranya.
K. Perkembangan filsafat
Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti semesta dalam hal makna (hakikat) dan
nilai-nilainya (esensi) yang tidak cukup dijangkau hanya dengan panca indera manusia
sekalipun.Bidang filsafat sangatlah luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat
dijangkau oleh pikiran. Filsafat berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal
mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang merupakan tujuan
hidupnya. Tujuannya adalah pemahaman dan kebijaksanaan.Karena itulah filsafat merupakan
pendekatan yang menyeluruh terhadap kehidupan dan dunia.Suatu bidang yang berhubungan
erat dengan bidang-bidang pokok pengalaman manusia.
· Munculnya Filsafat
Akibat dari berkembangnya kesusasteraan Yunani dan masuknya ilmu pengetahuan serta
semakin hilangnya kepercayaan akan kebenaran yang diberikan oleh pemikiran keagamaan,
peran mitologi yang sebelumnya mengikat segala aspek pemikiran kemudian secara perlahan-
lahan digantikan oleh logos (rasio/ ilmu).
Pada saat inilah, para filsofof kemudian mencoba memandang dunia dengan cara yang lain
yang belum pernah dipraktekkan sebelumnya, yaitu berpikir secara ilmiah. Dalam mencari
keterangan tentang alam semesta, mereka melepaskan diri dari hal-hal mistis yang secara
turun-temurun diwariskan oleh tradisi.Dan selanjutnya mereka mulai berpikir sendiri.Di balik
aneka kejadian yang diamati secara umum, mereka mulai mencari suatu keterangan yang
memungkinkan mereka mampu mengerti kejadian-kejadian itu.Dalam artian inilah, mulai ada
kesadaran untuk mendekati problem dan kejadian alam semesta secara logis dan rasional.
Sebab hanya dengan cara semacam ini, terbukalah kemungkinan bagi pertanyaan-pertanyaan
lain dan penilaian serta kritik dalam memahami alam semesta. Semangat inilah yang
memunculkan filosof-filosof pada jaman Yunani.Filsafat dan ilmu menjadi satu. Filsafat,
terutama Filsafat Barat, muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat
muncul ketika orang-orang mulai berfikir-fikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan
lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama pada saat itu
yang dianggap sebagai “tirai besi keilmuan” lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan ini.
Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang
berberadaban lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya
sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga
secara intelektual orang lebih bebas.
L. Sejarah Perkembangan Awal Filsafat Dunia
Dalam buku History and Philosophy of Science karangan L.W.H. Hull (1950), menulis
setidaknya sejarah filsafat dan ilmu dapat dibagi dalam beberapa periode, termasuk di
dalamnya tokoh-tokoh yang terkenal pada periode itu.
1. Masa Yunani Kuno
Pada tahap awal kelahirannya filsafat menampakkan diri sebagi suatu bentuk mitologi, serta
dongeng-dongeng yang dipercayai oleh Bangsa Yunani, baru sesudah Thales (624-548 S.M)
mengemukakan pertanyaan aneh pada waktu itu, filsafat berubah menjadi suatu bentuk
pemikiran rasional (logos). Pertanyaan Thales yang menggambarkan rasa keingintahuan
bukanlah pertanyaan biasa seperti apa rasa kopi ?, atau pada tahun keberapa tanaman kopi
berbuah ?, pertanyaan Thales yang merupakan pertanyaan filsafat, karena mempunyai bobot
yang dalam sesuatu yang ultimate (bermakna dalam) yang mempertanyakan tentang Apa
sebenarnya bahan alam semesta ini (What is the nature of the world stuff ?), atas pertanyaan
ini indra tidak bisa menjawabnya, sains juga terdiam, namun Filsuf berusaha menjawabnya.
Thales menjawab Air (Water is the basic principle of the universe), dalam pandangan Thales
air merupakan prinsip dasar alam semesta, karena air dapat berubah menjadi berbagai wujud
Pada perkembangan selanjutnya, disamping pemikiran tentang Alam, para akhli fikir Yunani
pun banyak yang berupaya memikirkan tentang hidup kita (manusia) di Dunia.Dalam sejarah
Filsafat Yunani, terdapat seorang filsuf yang sangat legendaris yaitu Aristoteles (384-322
S.M), seorang yang pernah belajar di Akademia Plato di Athena. Setelah Plato meninggal
Aristoteles menjadi guru pribadinya Alexander Agung selama dua tahun, sesudah itu dia
kembali lagi ke Athena dan mendirikan Lykeion, dia sangat mengagumi pemikiran-pemikiran
Plato meskipun dalam filsafat, Aristoteles mengambil jalan yang berbeda (Aristoteles pernah
mengatakan-ada juga yang berpendapat bahwa ini bukan ucapan Aristoteles- Amicus Plato,
magis amica veritas – Plato memang sahabatku, tapi kebenaran lebih akrab bagiku –
ungkapan ini terkadang diterjemahkan bebas menjadi “Saya mencintai Plato, tapi saya lebih
mencintai kebenaran”)
2. Abad Pertengahan
Semenjak meninggalnya Aristoteles, filsafat terus berkembang dan mendapat kedudukan
yang tetap penting dalam kehidupan pemikiran manusia meskipun dengan corak dan titik
tekan yang berbeda.Periode sejak meninggalnya Aristoteles (atau sesudah meninggalnya
Alexander Agung (323 S.M) sampai menjelang lahirnya Agama Kristen oleh Droysen
(Ahmad Tafsir. 1992) disebut periode Hellenistik (Hellenisme adalah istilah yang
menunjukan kebudayaan gabungan antara budaya Yunani dan Asia Kecil, Siria,
Mesopotamia, dan Mesir Kuno). Dalam masa ini Filsafat ditandai antara lain dengan
perhatian pada hal yang lebih aplikatif, serta kurang memperhatikan Metafisika, dengan
semangat yang Eklektik (mensintesiskan pendapat yang berlawanan) dan bercorak Mistik.
Pada masa ini filsafat cenderung kehilangan otonominya, pemikiran filsafat abad
pertengahan bercirikan Teosentris (kebenaran berpusat pada wahyu Tuhan), hal ini tidak
mengherankan mengingat pada masa ini pengaruh Agama Kristen sangat besar dalam
kehidupan manusia, termasuk dalam bidang pemikiran.
Filsafat abad pertengahan sering juga disebut filsafat scholastik, yakni filsafat yang
mempunyai corak semata-mata bersifat keagamaan, dan mengabdi pada teologi.Pada masa ini
memang terdapat upaya-upaya para filsuf untuk memadukan antara pemikiran Rasional
(terutama pemikiran-pemikiran Aristoteles) dengan Wahyu Tuhan sehingga dapat dipandang
sebagai upaya sintesa antara kepercayaan dan akal.Keadaan ini pun terjadi dikalangan umat
Islam yang mencoba melihat ajaran Islam dengan sudut pandang Filsafat (rasional), hal ini
dimungkinkan mengingat begitu kuatnya pengaruh pemikiran-pemikiran ahli filsafat
Yunani/hellenisme dalam dunia pemikiran saat itu, sehingga keyakinan Agama perlu
dicarikan landasan filosofisnya agar menjadi suatu keyakinan yang rasional.
3. Masa Modern
Pada masa ini pemikiran filosofis seperti dilahirkan kembali dimana sebelumnya dominasi
gereja sangat dominan yang berakibat pada upaya mensinkronkan antara ajaran gereja dengan
pemikiran filsafat.Kebangkitan kembali rasio mewarnai zaman modern dengan salah seorang
pelopornya adalah Descartes, dia berjasa dalam merehabilitasi, mengotonomisasi kembali
rasio yang sebelumnya hanya menjadi budak keimanan.
Pandangan empirisme semakin kuat pengaruhnya dalam cabang ilmu pengetahuan setelah
munculnya pandangan August Comte (1798-1857) tentang Positivisme. Salah satu buah
pikirannya yang sangat penting dan berpengaruh adalah tentang tiga tahapan/tingkatan cara
berpikir manusia dalam berhadapan dengan alam semesta yaitu : tingkatan Teologi, tingkatan
Metafisik, dan tingkatan Positif
Pemikiran-pemikiran yang mencoba melihat Agama dari perspektif filosofis terjadi baik di
dunia Islam maupun Kristen, sehingga para ahli mengelompokan filsafat skolastik ke dalam
filsafat skolastik Islam dan filsafat skolastik Kristen.
4. Masa Islam
Di dunia Islam (Umat Islam) lahir filsuf-filsuf terkenal seperti Al Kindi (801-865 M), Al
Farabi (870-950 M), Ibnu Sina (980-1037 M), Al Ghazali (1058-1111 M), dan Ibnu Rusyd
(1126-1198), sementara itu di dunia Kristen lahir Filsuf-filsuf antara lain seperti Peter
Abelardus (1079-1180), Albertus Magnus (1203-1280 M), dan Thomas Aquinas (1225-
1274). Mereka ini disamping sebagai Filsuf juga orang-orang yang mendalami ajaran
agamanya masing-masing, sehingga corak pemikirannya mengacu pada upaya
mempertahankan keyakinan agama dengan jalan filosofis, meskipun dalam banyak hal
terkadang ajaran Agama dijadikan Hakim untuk memfonis benar tidaknya suatu hasil
pemikiran Filsafat (Pemikiran Rasional).
Pada masa ini dunia Kristen Eropa mengalami abad kegelapan, ada juga yang menyatakan
periode ini sebagai periode pertengahan.Masa keemasan atau kebangkitan Islam ditandai
dengan banyaknya ilmuan-ilmuan Islam yang ahli dibidang masing-masing, berbagai buku
inilah diterbitkan dan ditulis. Di antara tokoh-tokoh tersebut adalah Hanafi, Maliki, Syafii,
dan Hanbali yang ahli dalam hokum Islam, Al-farabi ahli astronomi dan matematika, Ibnu
Sina ahli kedokteran dengan buku terkenalnya yaitu The Canon of Medicine. Al-kindi ahli
filsafat, Al-ghazali intelek yang meramu berbagai ilmu sehingga menjadi kesatuan dan
kesinambungan dan mensintesis antara agama, filsafat, mistik dan sufisme .Ibnu Khaldun
ahali sosiologi, filsafat sejarah, politik, ekonomi, social dan kenegaraan.Anzahel ahli dan
penemu teori peredaran planet.Tetapi setelah perang salib terjadi umat Islam mengalami
kemundurran, umat Islam dalam keadaan porak-poranda oleh berbagai peperangan.
Sebagaimana telah diketahui, orang yang pertama kali belajar dan mengajarkan filsafat dari
orang-orang sophia atau sophists (500 – 400 SM) adalah Socrates (469 – 399 SM), kemudian
diteruskan oleh Plato (427 – 457 SM). Setelah itu diteruskan oleh muridnya yang bernama
Aristoteles (384 – 322 SM).Setelah zaman Aristoteles, sejarah tidak mencatat lagi generasi
penerus hingga munculnya Al-Kindi pada tahun 801 M. Al-Kindi banyak belajar dari kitab-
kitab filsafat karangan Plato dan Aristoteles.Oleh Raja Al-Makmun dan Raja Harun Al-
Rasyid pada Zaman Abbasiyah, Al-Kindi diperintahkan untuk menyalin karya Plato dan
Aristoteles tersebut ke dalam Bahasa Arab.
Sepeninggal Al-Kindi, muncul filosof-filosof Islam kenamaan yang terus mengembangkan
filsafat. Filosof-filosof itu diantaranya adalah : Al-Farabi, Ibnu Sina, Jamaluddin Al-Afghani,
Muhammad Abduh, Muhamad Iqbal, dan Ibnu Rushd.
Berbeda dengan filosof-filosof Islam pendahulunya yang lahir dan besar di Timur, Ibnu
Rushd dilahirkan di Barat (Spanyol).Filosof Islam lainnya yang lahir di barat adalah Ibnu
Baja (Avempace) dan Ibnu Tufail (Abubacer).
M. Pemikiran Filfasat Masa Yunani Kuno
Pemikiran Filsafat Yunani periode awal acapakali disebut sebagai flsafat
alam.Penyebutan tersebut didasarkan pada munculnya banyak ahli pikir alam yang arah dan
perhatian pemikirannya lebih cenderung apa yang diamati di sekitarnya,yakni alam semesta.
Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta
dengan penghuninya,akantetapi ketrerangan-keterangan ini berdasarkan kepercayaaan.Ahli-
ahli pikir tidak puas akan keterangan-keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan
melalui budinya.Mereka menanyakan dan mencari jawabnya:apakah sebetulnya alam
ini.Apakah intisari nya?.Mungkin yang beraneka warna dalam alam ini dapat di pulangkan
kepada yang satu atau yang tidak banyak itu.Mereka mencari inti alam,denag istilah
mereka:mereka mencari arche alam.(Arche dalam bahasa Yunani berarti:mula,asal).
Tokoh-tokoh Filsuf pada masa Yunani kuno,antara lain:
1) Thales (624-546 SM)
Orang Miletus itu digelari “Bapak Filsafat” karena dia adalah orang yang mula-mula
berfilsafat.Gelar itu diberikan karena ia mengajukan pertanyaan yang amat mendasar,yang
jarang diperhatikan orang,juga orang zaman sekarang:”What is the nature of the world stuff
?”(Mayer,1950:18) Apa sebenarnya bahn alam semesta ini?. Terlepas dari apapun
jawabannya,pertanyaan ini saja telah dapat mengangkat namanya menjadi filosof pertama.Ia
sendiri mefnjawab air.Jawaban ini sebenarnya amat sederhana dan belum tuntas karena
memunculkan pertanyaan baru yaitu dari apa air itu?,Thales mengambil air sebagi asal alam
semesta barang kali karena ia melihatnya sebagai sesuatu yang sangat diperlukan dalam
kehidupan,dan menurut pendapatnya buymi ini terapung diatas air (Mayer,1950:18).
Dari pernyataan Thales tersebut maka dapat diketahui bahwa sesuatu yang sederhana pun
dapat menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang sangat kompleks.
2) Anaximander (610-546 SM)
Theophrastus menggambarkannya sebagai penerus dan murid Thales. Seperti Thales,
Anaximender tampaknya juga campuran antara ahli astrologi, geologi, matematika, fisika dan
filosof. Menurut Agathemerus, orang pertama yang berani menggambar dunia yang tak
berpenghuni diatas tablet. Salah satu fragmen buku yang dikatakan telah (mengenai alam).
Anaximander berpendapat bahwa benda pembentuk dunia yang asli adalah apeiron, suatu
substansi yang tidak memiliki batas atau definisi. Ia menjelaskan apeiron sebagai sesuatu
yang mengelilingi segala sesuatu secara tak terbatas dan juga sebagai sesuatu makhluk dari
mana semua langit dan dunia didalamnya maujud:bumi, udara, api, dan air bagaimanapun
juga digerakkan oleh substansi yang tak terbatas.
Anaximander percaya bahwa bumi bentuknya bulat silinder, kedalamannya sepertiga dari
lebarnya sehingga bumi seperti drum. Menurut Anaximender bumi tidak ditopang oleh apa-
apa, tetapi tetap berada pada jarak yang sama dari smua benda. Ia juga berpendapat bahwa
makhluk pertama yang hidup dilahirkan dalam kelembaban yang melekat pada kulit kayu
yang berduri dan kemudian mengalami perkembangan kehidupan organik.
3) Anaximenes (585-528 SM)
Adalah yang ketiga dari trio filosof yang dikenal dengan milesian. Ia diperkirakan berkibar
sekitar 540 SM dan dia adalah murid dari Anaximander.
Seperti Anaximander, Anaximanes berpendapat bahwa prinsip pertama dari segala benda
adalah tak terbatas. Ia menyatakan bahwa prinsip pertama tersebut adalah udara karena
udaralah yang meliputi seluruh alam dan menjadika dasar hidup bagi manusia yang sangat
diperlukan oleh nafasnya.
Anaximenes mengajarkan bahwa bumi datar dan melayang diudara, bahwa bintang-bintang
ditanam seperti paku dalam kristal dan benda-benda langit bergerak mengitari bumi seakan-
akan seperti topi yang mengitari kepala kita. Ia juga menjelaskan bahwa terjadinya gempa
bumi merujuk pada pilihan pertukaran bumi antara keadaan kering dan basah. Aetius
menyatakan bahwa ia telah mengatakan matahari adalah datar seperti daun dan smua benda
langit seperti api tetapi mempunyai benda-benda bumi diantara benda-benda tersebut.
4) Pythagoras (571-496 SM)
Ia adalah ahli matematika dan mistik, lahir di Samos, sebuah pulau dekat pantai Ionia, tetapi
menghabiskan sebagian besar hidupnya di Croton (sebelah selatan Italia). Aristoteles
mengatakan bahwa pythagoras percaya bahwa angka bukan unsur seperti udara dan air
merupakan prinsip semua benda : modifikasi angka sedemikian rupa menjadi keadilan , yang
lain menjadi jiwa dan nalar, yang lain lagi menjadi kesempatan dan sama halnya hampir
semua benda yang lain secara angka bisa dijelaskan.
Angka, bagi pythagoras adalah materi dan makna cosmos. Ia berpendapat bahwa genap dan
ganjil secara bersama-sama menghasilkan kesatuan dan kesatuan itu menghasilkan angka
yang merupakan sumber semua benda.
5) Heraclitus (544-484 SM )
Menurut Diogenes Laertius mengatakan bahwa Heraclitus sangat sombong dan angkuh
hingga akhirnya menjadi manusia pembenci yang hidup di pegunungan dan memakan
rerumputan serta tanam-tanaman.
Heraclitus menyatakan bahwa “You can not step twice into the same river; for the fresh
waters are ever flowing upon you” (Engkau tidak dapat terjun ke sungai yang samadua kali
karena air sungai itu mengalir).(Warner, 1961:26)
Menurut Heraclitus, alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah, sesuatu yang dingin
berubah menjadi panas, begitupun sebaliknya. Itu berarti bila kita hendak memahami
kehidupan kosmos, kita mesti menyadari bahwa kosmos itu selalu bergerak dan gerakan itu
menghasilkan perlawanan perlawanan-perlawanan. Pernyataan itu mengandung pengertian
bahwa kebenaran selalu berubah.
6) Parmanides (501-492 SM)
Adalah salah seorang tokoh relativisme yang penting, yang lahir pada akhir abad 16 SM. Ia
adalah warga negara Elea sebelah selatan Italia. Ia dikatakan sebagai logi kawan pertama
dalam segala segala filsafat, bahkan disebut filosof pertama dalam pengertian modern.
Sistemnya secara keseluruhan didasarkan pada deduksi logis, tidak seperti Heraclitus,
misalnya, menggunakan metode intuisi.
Dalam the way of truth Parmanides bertanya : Apa standar kebenaran dan apa ukuran
realitas? Bagaimana hal itu dapat dipahami? Ia menjawab : ukurannya ialah logika yang
konsisten.
Parmanides mengakui adanya pengetahuan yang tidak tetap dan berubah-ubah serta
pengetahuan mengenai yang tetap yaitu pengetahuan indra dan budi. Menurut Permanides
pengetahuan budi itu sangat utama karena ia beranggapan bahwa pengetahuan indra
dianggapnya keliru belaka, tidak mampu mencapai kebenaran.
7) Zeno
Menurut Plato ia lahir pada tahun 490 SM. Zeno dikenal karena paradoknya, ia adalah murid
dan pengikut Parmanides, Eleatik yang paling terkemuka, yang berpendapat bahwa relitas
adalah satu, tidak berubah dan tidak bergerak, dan realitas dipahami dengan benar oleh nalar
bukan indra.
Zeno dari Elea berusaha menunjukkan bahwa gerak hanya khayal belaka. Penalarannya yang
paling terkenal dalam hal ini menyatakan bahwa Achilles tak akan pernah dapat mengejar
kura-kura. Ini disebabkan kura-kura tadi akan selalu berada di depan Achilles pada saat ia
mencapai titik tempat kura-kura itu semula. Mellisus memperbaiki pendirian Permanides
dengan mengatakan bahwa ada, tidak hanya tak terhingga dalam waktu, melainkan dalam
ruang. Dengan demikian pendapatnya ini menyimpang dari tradisi Yunani yang memandang
ruang bersifat berhingga.
N. Perkembangan filsafat pada zaman Yunani kuno
Dilihat dari pendekatan historis,ilmu filsafat dipahami melalui sejarah perkembangan
pemikiran filsafat.Menurut catata sejarah,filsafat barat bermula di Yunani.Bangsa Yunani
mulai mempergunakan akal ketika mempertanyakan mitos yang berkembang di masyarakat
sekitar abad VI SM.
Perkembangan pemikiran ini menandai bahwa suatu usaha pemikiran manusia untuk
mempergunakan akal dalam memahami segala sesuatu.Pemikiran Yunani sebagai embrio
filsafat barat berkembang menjadi titik tolak pemikiran barat abad pertengahan,modern dan
masa berikutnnya.[15]
Pemahaman filsafat tidak dapat dilepaskan dari perjalanan panjang sejarah pemikiran
manusia itu sendiri.Sebagiman pemikiran manusia pada awalnya masih diliputi dengan corak
berpikir mitilogis.Corak pemikiran ini diwarnai dengan pertimbangan-pertimbangan magis
dan animistik terkait dengan corak kehidupannya sehari-hari.Dalam perkembangan
selanjutnya manusia mulai berpikir yang lebih rasional dengan disertai argumentasi-
argumentasi logis.Dari sinilah fase awal dari berpikir secar filsafati,manusia mulai
merumuskan pernyataan-pernyataan logis dan sistematis terkait dengan persoalan-persoalan
yang tengah di hadapinya. Filsafat Yunani muncul dari pengaruh
mitologi,mistisisme,matematika dan persepsi yang kental sehingga segalanya nyaris tidak
jelas dan seakan mengacaukan pandangan dunia.Kebudayaan mereka kaya dan kreatif namun
dikelilingi oleh orang-orang yang sportif dan kompetitif.Dari perkembangan pemikiran inilah
muncul beberapa pemikiran filosofis pada masa Yunani kuno antara lain
parmanides,Xenophanes,Thales,Aristoteles,Herklitus dan Pythagoras.[16]
Secar umum karakteristik filsafat Yunani kuno adalah rasionalisme,yaitu suatu
pemahamn tentang sebuah pengetahuan yang lebih mengutamakn akal(logika).Rasionalisme
Yunani itu mencapai puncaknya pada orang-orang sofis.
O. Tujuan, fungsi dan manfaat filsafat
Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha memahami alam semesta, maknanya
dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni adalah kreativitas,
kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah
pengertian dan kebijaksanaan (understanding and wisdom).
Dr Oemar A. Hoesin mengatakan: Ilmu memberi kepada kita pengatahuan, dan filsafat
memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan
pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran. S. Takdir Alisyahbana menulis
dalam bukunya: filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan hati,
sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya
kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang lain.
Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang
tertinggi dan satu-satunya.
Bagi manusia, berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya
dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam-
dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran. Radhakrishnan dalam bukunya, History of
Philosophy, menyebutkan: Tugasfilsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa
ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif,
menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru.
Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menompang dunia baru,
mencetak manusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan
'nation', ras, dan keyakinan keagamaan mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan.
Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya
maupun dalam semangatnya. Studi filsafat harus membantu orang-orang untuk membangun
keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual.Filsafat dapat mendukung
kepercayaan keagamaan seseorang, asal saja kepercayaan tersebut tidak bergantung pada
konsepsi prailmiah yang usang, yang sempit dan yang dogmatis. Urusan (concerns) utama
agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan,
dan Tuhan.
Berbeda dengan pendapat Soemadi Soerjabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk
mempertajamkan pikiran, maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup
diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam hidup sehari-sehari. Orang mengharapkan bahwa
filsafat akan memberikan kepadanya dasar-dasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup
secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup secara baik. Filsafat
harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi manusia yang baik
dan bahagia. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari
hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku),
maupun metafisik (hakikat keaslian).
P. Aliran-aliran dalam filsafat
Aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat sangat banyak dan kompleks. Di bawah ini akan
kita bicarakan aliran metafisika, aliran etika, dan aliran-aliran teori pengetahuan.
a. Aliran-aliran metafisika
Menurut Prof. S. Takdir Alisyahbana, metafisika ini dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu
(1) yang mengenai kuantitas (jumlah) dan (2) yang mengenai kualitas (sifat).Yang mengenai
kuantitas terdiri atas (a)monisme, (b) dualisme, dan (c) pluralisme. Monisme adalah aliran
yang mengemukakan bahwa unsur pokok segala yang ada ini adalah esa (satu). Menurut
Thales: air menurut Anaximandros: 'apeiron' menurut Anaximenes: udara. Dualisme adalah
aliran yang berpendirian bahwa unsure pokok sarwa yang ada ini ada dua, yaitu roh dan
benda.Pluralisme adalah aliran yang berpendapat bahwa unsur pokok hakikat kenyataan ini
banyak. Menurut Empedokles: udara, api, air dan tanah. Yang mengenai kualitas dibagi juga
menjadi dua bagian besar, yakni (a) yang melihat hakikat kenyataan itu tetap, dan (b) yang
melihat hakikat kenyataan itu sebagai kejadian.
Yang termasuk golongan pertama (tetap) ialah: " Spiritualisme, yakni aliran yang
berpendapat bahwa hakikat itu bersifat roh. " Materialisme, yakni aliran yang berpendapat
bahwa hakikat itu bersifat materi. Yang termasuk golongan kedua (kejadian) ialah: "
Mekanisme, yakni aliran yang berkeyakinan bahwa kejadian di dunia ini berlaku dengan
sendirinya menurut hukum sebab-akibat. " Aliran teleologi, yakni aliran yang berkeyakinan
bahwa kejadian yang satu berhubungan dengan kejadian yang lain, bukan oleh hukum sebab-
akibat, melainkan semata-mata oleh tujuan yang sama. " Determinisme, yaitu aliran yang
mengajarkan bahwa kemauan manusia itu tidak merdeka dalam mengambil putusan-putusan
yang penting, tetapi sudah terpasti lebih dahulu.
" Indeterminisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa kemauan manusia itu bebas dalam
arti yang seluas-luasnya.
b. Aliran-aliran etika
Aliran-aliran penting dalam etika banyak sekali, diantaranya ialah:
1) Aliran etika nuturalisme, yaitu aliran yang beranggapan bahwa kebahagiaan manusia itu
diperoleh dengan menurutkan panggilan natural (fitrah) kejadian manusia sekali.
2) Aliran etika hedonisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa perbuatan susila itu ialah
perbuatan yang menimbulkan 'hedone' (kenikmatan dan kelazatan).
3) Aliran etika utilitarianisme, yaitu aliran yang menilai baik dan buruknya perbuatan
manusia ditinjau dari kecil dan besarnya manfaat bagi manusia (utility = manfaat).
4) Aliran etika idealisme, yaitu aliran yang menilai baik buruknya perbuatan manusia
janganlah terikat pada sebab-musabab lahir, tetapi haruslah didasarkan atas prinsip
kerohanian (idea) yang lebih tinggi.
5) Aliran etika vitalisme, yaitu aliran yang menilai baik-buruknya perbuatan manusia itu
sebagai ukuran ada atau tidak adanya daya hidup (vital) yang maksimum mengendalikan
perbuatan itu.
6) Aliran etika theologis, yaitu aliran yang berkeyakinan bahwa ukuran baik dan buruknya
perbuatan manusia itu dinilai dengan sesuai atau tidak sesuainya dengan perintah Tuhan
(Theos = Tuhan).
c. Aliran-aliran teori pengetahuan
Aliran ini mencoba menjawab pertanyaan, bagaimana manusia mendapat pengetahuannya
sehingga pengetahuan itu benar dan berlaku. Pertama, golongan yang mengemukakan asal
atau sumber pengetahuan. Termasuk ke dalamnya:
" Rationalisme, yaitu aliran yang mengemukakan bahwa sumber pengetahuan manusia ialah
pikiran, rasio dan jiwa manusia.
" Empirisme, yaitu aliran yang mengatakan bahwa pengetahuan manusia itu berasal dari
pengalaman manusia, dari dunia luar yang ditangkap pancainderanya.
" Kritisisme (transendentalisme), yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan manusia
itu berasal dari luar maupun dari jiwa manusia itu sendiri.
" Kedua, golongan yang mengemukakan hakikat pengetahuan manusia. Termasuk ke
dalamnya:
" Realisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambar
yang baik dan tepat dari kebenaran dalam pengetahuan yang baik tergambarkan kebenaran
seperti sungguh-sungguhnya ada.
" Idealisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain daripada
kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu sekaliannya
terletak di luarnya.
d. Aliran-aliran lainnya dalam filsafat
Di samping aliran-aliran di atas, masih banyak aliran yang lain dalam filsafat. Aliran-aliran
itu antara lain ialah:
1) Eksistensialisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa filsafat harus bertitik tolak pada
manusia yang kongkret, yaitu manusia sebagai eksistensi, dan sehubungan dengan titik tolak
ini. maka bagi manusia eksistensi itu mendahului esensi.
2) Pragmatisme, yaitu aliran yang beranggapan bahwa benar dan tidaknya sesuatu ucapan,
dalil, atau teori, semata-mata bergantung pada berfaedah atau tidaknya ucapan, dalil atau
teori tersebut bagi manusia untuk bertindak di dalam kehidupannya.
3) Fenomenologi, yaitu aliran yang berpendapat bahwa hasrat yang kuat untuk mengerti yang
sebenarnya dan keyakinan bahwa pengertian itu dapat dicapai jika kita mengamati fenomena
atau pertemuan kita dengan realitas.
4) Positivisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa filsafat hendaknya semata-mata
berpangkal pada peristiwa yang positif, artinya peristiwa-peristiwa yang dialami manusia.
5) Aliran filsafat hidup, yaitu aliran yang berpendapat bahwa berfilsafat barulah mungkin jika
rasio dipadukan dengan seluruh kepribadian sehingga filsafat itu tidak hanya hal yang
mengenai berpikir saja, tetapi juga mengenai ada, yang mengikutkan kehendak, hati, dan
iman, pendeknya seluruh hidup.
ILMU
A. Definisi Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab : ‘alima, ya’lamu,‘ilman, dengan wazan fa ‘ila, yaf’alu,
yang berarti: mengerti, memahami benar-benar. Sinonim yang paling dekat dengan bahasa
Yunani adalah episteme. Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamusBahasa Indonesia adalah
pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode
tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) itu.
Menurut “ensiklopedia Indonesia” ilmu adalah suatu sistem dari berbagai pengetahuan
yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaaan-pemeriksaan yang dilakukan
secara teliti dengan menggunakan metode-metode tertentu. Ilmu pengetahuan prinsipnya
merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematiskan common sense, suatu
pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari,
namun dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan
berbagai metode.
Ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa inggris science , yang berasal dari bahasa
latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui. Ilmu
pengetahuan adalah suatu proses pemikiran dan analisis yang rasional, sistematik, logis, dan
konsisten.
B. Sejarah Perkembangan Ilmu
Sejarah ilmu pada dasarnya merupakan sejarah pikiran umat manusia terlepas dari asal usul
kebangsaan maupun asal mula negara, dan pembagian lintasan sejarah ilmu yang paling tepat
adalah menurut urutan waktu dan bukan berdasarkan pembagian negara, lintasan sejarah ilmu
terbaik mengikuti pembagian kurun waktu dari satu zaman yang terdahulu ke zaman
berikutnya, zaman tertua dari pertumbuhan ilmu adalah zaman kuno yang merentang antara
tahun kurang lebih 4000 SM-400M. Zaman kuno ini dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. ± 4000- 6000 s.M : Masa Mesir dan Babilon
2. 600-30 s.M : Masa Yunani Kuno
3. 30 SM-400 M : Masa Romawi
Di mesir mulai tumbuh berbagai gagasan ilmiah dari pengetahuan arsitektur, ilmu gaya, ilmu
hitung, ilmu ukur. Semua ilmu ini penting untuk keperluan membangun berbagai kuil, istana,
dan piramid. Ilmu bedah dan ilmu kedokteran juga mulai dikembangkan di Mesir, di
Babilonia dikembangkan berbagai gagasan ilmiah dari ilmu bintang dan ilmu pasti. Suatu hal
lain yang perlu diketahui bahwa masih melekat pada pertumbuan ilmu pada masa yang
pertama ini adalah adanya penjelasan penjelasan yang persifat gaib. Pada masa berikutnya di
Yunani Kuno antara tahun 600-30 S.M mengenal siapa para pengembang ilmu serta tempat
dan tahun kelahirannya.
Ada dua jenis ilmu yang dipelajari yang pada waktu itu mendekati kematangannya,
pertama, ilmu kedokteran, praktek yang setidaknya mencoba menerapkan metode yang
berdisiplin dalam pengamatan dan penarikan kesimpulan, dan
kedua, geometri, yang sedang mengumpulkan setumpukan hasil di seputar hubungan-
hubungan antara ilmu hitung yang disusun secara khusus dan sedang mendekati masalah-
masalah struktur logis serta masalah-masalah definisi.
Imuwan-ilmuwan yang terkemuka pada waktu itu di antaranya adalah Thales (±525-654
s.M.) merupakan ilmuwan yang pertama di dunia karena ia memplopori tumbuhnya Ilmu
Bintang, Ilmu Cuaca, Ilmu Pelayaran, dan Ilmu Ukur dengan berbagai ciptaaan dan
penemuan penting.
Ilmuwan Yunani Kuno kedua adalah Pythagoras (578?-510 s.M.) merupakan ahli Ilmu Pasti.
Ilmuwan Yunani Kuno yang ketiga adalah Democritus (±470-±400 s.M.), gagasan ilmiahnya
yang terkenal ialah tentang atom.
Perkembangan ilmu pada Masa berikutnya adalah Masa Romawi yang merupakan masa
terakhir dari pertumbahan ilmu pada Zaman Kuno dan merupakan masa yang paling sedikit
memberikan sumbangsih pada sejarah ilmu dalam Zaman Kuno. Namun bangsa Romawi
memiliki kemahiran dalam kemampuan keinsinyuran dan keterampilan ketatalaksanaan serta
mengatuur hukum dan pemerintahan. Bangsa ini tidak menekankan soal-soal praktis dan
mengabaikan teori ilmiah, sehingga pada masa ini tidak muncul ilmuwan yang terkemukan.
Perkembangan berikutnya pada zaman pertengahan, ribuan naskah pengetahuan dari Zaman
Yunani Kuno yang terselamatkan dan diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh cendekiawan
Muslim dan sebagian ditambahi catatan ulasan, abad VII dan VIII Kaum Muslim meguasai
wilayah-wilayah Asia Kecil sampai Mesir dan Spanyol. Kota-kota yang merupakan pusat-
pusat kebudayaannya ialah Bagdad, Damaskus, Kairo, Kordoba, dan Toledo.
Ilmuwan-ilmuwan Muslim yang terkenal seperti Al-Razi (865-925) dan Ibnu Sina (980-1037)
adalah ahli ilmu Kedokteran, Jabir ibn Hayyan (±721-±815) dalam Pengetahuan Kimia dan
obat-obatan, serta dalam Ilmu Penglihatan oleh Ibn al-Haytham (965-1038).
Pada abad XI bangsa-bangsa Eropa Utara berangsur-angsur mengetahui perkembangan
pengetahuan ilmiah yang berlagsung di daerah Muslim. Dan dengan sebab itu Abad XIV-
XVI dikenal Zaman Pencerahan (renaissance) di Eropa, ditandai dengan kelahiran kembali
semua ilmiah maupun pengetahuan kemanusiaan dari Masa Yunani Kuno.
Ilmuwan yang terkemuka saat itu ialah Nicolaus Copernicus (1473-1543) seorang peletak
dasar Ilmu Bintang Modern. Lainnya adalah Andreas Vesailus (1514-1564) ahli Ilmu Urai
Tubuh Modern. Dengan berakhirnya Zaman Pencerahan dunia memasuki Zaman Modern
mulai Abad XVII, pengertian ilmu yang modern dan berlainan dengan ilmu lama atau klasik
mulai berkembang dalm abad ini. Perkembangan ini terjadi karena perkembangan 3 hal, yaitu
perubahan alam pikiran orang, kemajuan teknologi, dan lahirnya tata cara ilmiah.
Pada Zaman ini banyak melahirkan ilmuwan dengan teori baru di bidang ilmu pengetahuan
yang beragam. Misal, Isaac Newton (1642-1727) penemu Kaidah Gaya Berat dan Teori Butir
Cahaya, Thomas Robert Malthus (1766-1834) Teori Kependudukan. Setelah memasuki Abad
XX pertumbuhan ilmu di dunia mengalami ledakan, karena boleh dikatakan setiap tahun
puluhan penemuan hasil penelitian para ilmuwan muncul.
C. Ciri-ciri Utama Ilmu
· Menurut terminology
1. ilmu adalah sebagai pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur dan
dapat dibuktikan.
2. berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidakpernah mengartikan kepingan pengetahuan satu
putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yangmengacu ke objek
(atau alam objek)yang samadan saling berkait secara logis.
3. ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran
perorangan, sebab ilmu dapat memuat didalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan
teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapkan.
4. berkaitan dengan konsep ilmu(pengetahuan ilmiah) adalah ide bahwa metode-metode
yang berhasil dan hasil-hasi lyang terbukti pada dasarnya harus terbuka kepada semua
pencari ilmu.
5. metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak
teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan dan ide yang terpisah-pisah.Sebaliknya ilmu
menuntut pengamatan danberpikir metodis, tertata rapi.
6. kesatuan setiap ilmu bersumber di dalamkesatuan objeknya.
. D. Cabang-cabang ilmu
Ilmu berkembang pesat, demikian juga dengan cabang-cabangnya. Pada dasarnya cabang-
cabang ilmu tersebut berkembang dari dua cabang utama yakni, filsafat alam yang kemudian
menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the natural science) dan filsafat moral yang kemudian
berkembang kedalam cabang-cabang ilmu sosial (the social science).
Ilmu alam membagi diri menjadi dua kelompok lagi yakni ilmu alam (the physical science)
dan ilmu hayat (the biologycal sciences). Ilmu alam bertujuan mempelajari zat yang
membentuk alam semesta sedangkan alam kemudian bercabang lagi menjadi Fisika
(mempelajari massa dan energi), Kimia (mempelajari subtansi zat), Astronomi (mempelajari
benda-benda langit), dan Ilmu bumi atau the earth science (mempelajari bumi kita ini).
Pada ilmu sosial berkembang agak lambat dibandingkan ilmu alam. Pada intinya ilmu sosial
meliputi Antropologi (mempelajari manusia dalam perspektif waktu dan tempat), Psikologi
(mempelajari proses mental dan kelakuan manusia), Ekonomi (mempelajari manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya lewat proses pertukaran), Sosiologi (mempelajari struktur
organisasi sosial manusia), Ilmu politik (mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan
manusia berpemerintahan dan bernegara).
Disamping ilmu alam dan ilmu sosial pengetahuan mencakup humaniora dan matematika.
Humaniora terdiri dari seni, filsafat, agama, sejarah, dan bahasa. Matematika mencakup
tentang aritmatika, geometri, teori bilangan, aljabar, trigonometri, geometri analitik,
persamaan difensial, kalkulus, topologi, geometri non euclid, teori fungsi, probabilitas dan
statik logika dan logika matematis.
. E.Macam-macam Ilmu
Pembagian ilmu pengetahuan tergantung kepada cara dan tempat para ahli itu
meninjaunya. Pada Zaman Purba dan Abad Pertengahan pembagian ilmu pengetahuan
berdasarkan kesenian yang merdeka, yang tediri dari dua bagian yaitu:
1. Trivium
2. Qudrivium
Ø Trivium atau tiga bagian ialah:
1. Gramatika, bertujuan agar manusia dapat menyusunpembicaraan dengan baik
2. Dialektika, bertujuan agar manusia dapat berpikir dengan baik, formal, dan logis.
3. Retorika, bertujuan agar manusia dapat berbicara dengan baik.
Ø Qudrivium atau empat bagian terdiri dari:
1. Aritmatika, adalah ilmu hitung
2. Geometrika, adalah ilmu ukur
3. Musika, adalah ilmu musik
4. Astronomia, adalah ilmu perbintangan
F. Klasifikasi Ilmu
Klasifikasi atau penggolongan ilmu mengalami perkembangan atau perubahan sesuai
dengan semangat zaman. Terdapat banyak pandangan yang terkait dengan klasifikasi ilmu
yang dapat kita temui. Pada saat ini kami akan mengklasifikasikan ilmu pengetahuan menurut
subyeknya dan obyeknya.
Menurut subyeknya:
1)Teoritis
a.Nomotetis: ilmu yang menetapkan hukum-hukum yang universal berlaku, mempelajari
obyeknya dalam keabstrakannya dan mencoba menemukan unsur-unsur yang selalu terdapat
kembali dalam segala pernyataannya yang konkrit bilamana dan di mana saja, misalnya
adalah ilmu alam, ilmu kimia, sosiologi, ilmu hayat dan sebagianya.
b.Ideografis (ide: cita-cita, grafis: lukisan), ilmu yang mempelajari obyeknya dalam konkrit
menurut tempat dan waktu tertentu, dengan sifat-sifatnya yang menyendiri (unik). Misalnya
ilmu sejarah, etnografi (ilmu bangsa-bangsa), sosiologi dan sebagainnya.
2)Praktis (applied science/ ilmu terapan)
Adalah ilmu yang langsung ditujukan kepada pemakaian atau pengalaman pengetahuan
itu, jadi menentukan bagaimanakah orang harus berbuat sesuatu, maka ini pun diperinci lebih
lanjut yaitu:
a.Normatif, ilmu yang memesankan bagaimanakah kita harus berbuat, membebankan
kewajiban-kewajiban dan larangan-laramgan misalnya: etika (filsafat kesusilaan/filsafat
moral)
b.Positif, (applied dalam arti sempit) yaitu ilmuyang mengatakan bagaimanakah orang harus
berbuat sesuatu , mencapai hasil tertentu. Misalnya adalah ilmu pertanian, ilmu teknik, ilmu
kedokteran dan sebagainnya.
Kedua macam ilmu ini saling melengkapi, jadi walaupun dibedakan tetap tidak boleh
dipisahkan. Kebanyakan ilmu pengetahuan mempunyai bagian teoritis disamping bagian
praktis, sehingga sering sulit diterapkan dimana suatu ilmu harus dimasukkan dalam
pembagian ini, ilmu teoritis, biasannya dapat berdiri sendiri terlepas dari ilmu praktis,akan
tetapi ilmu praktis selalu mempunyai dasar yang teoritis.
Menurut Obyeknya (terutama obyek formalnya atau sudut pandangnya)
1)Universal/umum: meliputi keseluruhan yang ada,seluruh hidup manusia, misalnnya:
teologi/agama dan filsafat.
2)Khusus: hanya mengenai salah satu lapangan tertentu dan kehidupan manusia, jadi
obyeknya terbatas, hanya ini saja atau itu saja.inilah yang biasannya disebut” ilmu
pengetahuan”.
Ini diperinci lagi atas:
a.Ilmu-ilmu alam (natural scienses, natuurwetenschappen)
Ilmu yang mempelajari barang-barang menurut keadaanya di alam kodrat saja, terlepas
dari pengaruh manusia dan mencari hukum-hukum yang mengatur apa yang terjasi di dalam
alam, jadi terperinci lagi menurut obyeknya. Termasuk di dalamnya adalah: ilmu alam, ailmu
fisika, ilmu kimia, ilmu hayat dan sebainnya.
b.Ilmu pasti (mathematics)
Ilmu yang memandang barang-barang, terlepas dari isinya hanya menurut besarnya. Jadi
mengadakan abstaraksi barang-barang itu. Ilmunya dijabarkan secara logis berpangkal pada
beberapa asas-asas dasar (axioma). Termasuk di dalamnya adalah: ilmu pasti, ilmu ukur, ilmu
hitung, ilmu aljabar dan sebagainnya.
c.Ilmu-ilmu kerohanian / kebudayaan (geisteswisssen-schaften/social-sciences)
Ilmu yang mempelahari hal-hal dimana jiwa manusia memegang peranan yang
menentukan. Yang dipandang bukan barang-barang seperti di alam dunia, terlepas dari
manusia, melainkan justru sekadar mengalami pengaruh dari manusia. Termasuk misalnnya:
ilmu sejarah, ilmu mendidik, ilmu hukum , ilmu ekonomi, ilmu sosiologi, ilmu bahasa dan
sebagainnya.
Ketiga macam ilmu pengetahuan ini juga dibeda-bedakan tetapi jangan sampai dipisah-
pisahkan, kerna memang berhubungan satu sama lain dan saling mempengaruhi dan
melengkapi.
Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Para Filsuf
Dalam sub ini, kami mengambil beberapa contoh klasifikasi ilmu pengetahuan menurut para
filsuf, antara lain:
1)Cristian Wolff
Cristian Wolff mengklasifikasikan ilmu pengetahuan ke dalam tiga kelompok besar ,
yakni ilmu pengetahuan empiris, matematika, dan filsafat. Klasifikasi ilmu pengetahuan
menurut Cristian Wolff dapat diskemakan sebagai berikut :
a.Ilmu pengetahuan empiris
1.Kosmologis empiris
2.Psikologis empiris
b.Matematika
1.Murni : aritmatika, geometri, aljabar
2.Campuran : mekanika, dan lain-lain
c.Filsafat
1.Spekulatif (metafisika)
a.umum:ontologi
b.khusus: psikologi, kosmologi, theology
2.Praktis
a.intelek: logika
b.kehendak; ekonomi, etika, politik.
c.pekerjaan fisik: tekhnologi
2)Auguste Comte
Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dikemukakan Auguste Comte
sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala-gejala
dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu. Kemudian disusul
dengan gejala pengetahuan yang semakin lama semakin rumit atau kompleks dan semakin
kongkret. Karena dalam mengemukakan penggolongan ilmu pengetahuan, Auguste Comte
memulai dengan mengamati gejala-gejala yang paling sederhana, yaitu gejala yang letaknya
paling jauh dari suasana kehidupan sehari-hari. Urutan dalam penggolongan ilmu
pengetahuan Auguste Comte sebagai berikut:
1.Ilmu pasti (matematika)
2.Ilmu perbintangan (astronomi)
3.Ilmu alam (fisika)
4.Ilmu kimia
5.Ilmu hayat (fisiologi atau biologi)
6.Fisika sosial (sosiologi)
Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Auguste Comte secara garis besar dapat
diklasifikasikan sebagi berikut:
1.Ilmu pengetahuan
a.Logika (matematika murni)
b.Ilmu pengetahuan empiris (astronomi, fisika, biologi, sosiologi)
2.Filsafat
a.Metafisika
b.Filsafat ilmu pengetahuan
G. Hakikat Ilmu Pengetahuan
Secara pendekatan sitematika, hakikat ilmu masuk dalam bahasan Epistimologi, yaitu
satu cabang dalam filsafat yang mengkaji hakikat ilmu pengetahuan dari empat segi, sumber
pengetahuan, batas pengetahuan, struktur pengetahuan dan keabsahan pengetahuan. Atau
dengan kata lain, epistimologi adalah cabang filsafat yang menjelaskan cara bagaimana
menyusun pengetahuan yang benar Beberapah tokoh filsafat mendasari bahwa pengetahuan
yang benar haruslah diperoleh lewat cara atau metode yang benar atau disebut dengan metode
ilmiah.
Epistimologi dan filsafat ilmu merupakan dua cabang filsafat yang mengkaji seputar
pengetahuan. Keduanya merupakan wilayah filsafat yang muncul lantaran Kant bertanya:
“apa yang dapat saya ketahui?” untuk membedakan keduanya bisa dilihat melalui objek
pengetahuannya, jika Epistimologi mencakup segala pengetahuan termasuk pengetahuan
sehari-hari sedangkan filsafat ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang diperoleh melalui
metode ilmiah.
v 1. Sumber Pengetahuan
Pada dasarnya manusia menggunakan dua cara dalam memperoleh pengetahuan yang
benar, pertama melalui rasio dan kedua melalui pengalaman. Paham yang pertama disebut
sebagai rasionalisme sedangkan paham yang kedua disebut dengan empirisme.
Rasionalisme adalah sebuah paham yang menekankan pikiran sebagai sumber utama
pengetahuan dan pemegang otoritas terakhir bagi penentu kebenaran. Adapun cara kerja rasio
adalah melalui berfikir deduktif, menurutnya bahwa manusia awalnya mengetahui segala
sesatu itu bersifat apriori, yang prinsip-prinsipnya sudah ada sebelum manusia berusaha
memikirkannya, karenanya bukanlah ciptaan pikiran manusia. Sedangkan indrawi selalu
dicurigai karena selalu berubah-ubah tidak dapat menjadi landasan yang kokoh bagi ilmu
pengetahuan.
Juga sebenarnya sama yang dihadapi oleh rasio, di mana bebas dari pengalaman dan tidak
dapat dievaluasi menjadikan rasionalisme dapat menyimpulkan bermacam-macam
pengetahuan dari satu objek dan sulit untuk mendapat konsensus kebenaran dari semua pihak,
dalam hal ini Jujun S Suriasumantri menyebut bahwa rasionalisme cenderung bersifat
solipsistik dan subyektif.
Sedangkan empirisme adalah paham yang mengatakan bahwa pengalaman indrawi adalah
satu-satunya sumber dan penjamin kepastian kebenaran. Adapun metode yang digunkan
adalah pengamatan induktif. Seperti besi jika dipanaskan akan memuai, demikian seterusnya
dimana pengamatan kita akan membuahkan pengetahuan. Namun empirisme hanya akan
memunculkan fakta-fakta tanpa sebenarnya dipikirkan bahwa gejala-gejala itu tidak berifat
konsisten atau belum tentu berlaku umum karena mungkin saja terdapat hal-hal lain yang
bersifat kontradiktif.
Selain dua hal di atas ada sumber pengetahuan lain yaitu Intuisi dan wahyu. Intuisi adalah
kekuatan yang menurut Bargson merupakan evolusi pengalaman tertinggi manusia di mana
menitik beratkan pada pengetahuan yang langusung yang mutlak dan bukan pengetahuan
yang nisbi. Sedangkan wahyu adalah pengetahuan yang diterima para utusan Tuhan tanpa
upaya dan usaha yang payah. Pengetahuan mereka atas kehendak Tuhan, Tuhan mensucikan
jiwa mereka untuk memperoleh kebenaran.
v 2. Batas pengetahuan
Persoalan pengetahuan tidak sebatas yang dikaji oleh epistimologi dan ilmu pengetahuan.
Ada dua cabang filsafat lainnya yang masih berada di wilayah pengetahuan dalam sistematika
filsafat, yakni logika dan metodologi.
Logika merupakan cabang filsafat yang memusatkan kajiannya pada problema formal
spesifik keteraturan penalaran. Logika hanya berurusan pada pengetahuan formal apriori
yaitu hal yang tidak perlu penalaran panjang. Hubungan logika dengan filsafat pengetahuan
terletak pada konteks penemuan ilmu pengetahuan dan konteks pembuktian kebenaran ilmu
pengetahuan. Keduanya memerlukan ketertiban penalaran untuk mendapatkan kebenaran
ilmiah, dan logika yang digunkan adalah logika induksi dan deduksi.
Sedangkan metodologi mempunyai kajian berupa langkah-langkah untuk memperoleh
pengetahuan ilmiah. Cabang ini muncul karena kompleksitas problematika seputar metode
memerlukan penelaahan filosofis, kritis dan mendalam. Logika mengatur tertib nalar dalam
mendapatkan pengetahuan yang ilmiah sedangkan metodologi berurusan dengan langkah-
langkah untuk memperoleh pengetahuan ilmiah.
Ilmu membatasi penjelajahannya pada pengalaman manusia, karenanya ilmu memulai
pada penjelajahan pada pengalaman manusia dan berhenti pada pengalaman manusia, dan itu
lah batas ilmu. Diluar itu maka bukan dari batasan ilmu. Juga ilmu hanya berwenang dalam
menetukan benar dan salahnya sesuatu, tentang baik dan buruk, indah dan jelek semua
kembali pada sumber moral dan estetika.
v 3. Struktur Pengetahuan
Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang
memenuhi syarat-syarat pengetahuan yang kemudian disebut pengetahuan atau ilmu. Ilmu
pada dasarnya merupakan kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelasakan berbagai gejala
alam yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala
tersebut berdasarkan penjelasan yang ada. Penjelasan kemudian membedakan antara ilmu-
ilmu fisik atau alam dengan ilmu-ilmu selainya seperti ilmu sosial dan seni. Penerapan
sebagai sebuah ilmu yang dapat dijelaskan melalui misalnya teori dan serangkainya
pengujian ilmiah. Oleh karenanaya struktur pengtahuan hanya membatasi dalam ranah
pengetahuan yang bisa mampu duiterapkan dalam seuah teroi yang utuh dan umum.
v 4. Keabsahan Pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan dan epistimologi tidak bisa dilepasakan satu sama lain. Filsafat
pengetahuan mendasarkan dirinya pada epistimologi, khususnya pada persoalan keabsahan
pengetahuan. Keabsahan pengetahuan dibagi menjadi tiga teori kebenaran yakni
korespondensi, koherensi dan pragmatis. Korespondensi mensyaratkan adanya keselarasan
antara ide dengan semesta luar, kebenaranya bersifat empirik-induktif. Koherensi
mensyaratkan antara pernyataan logis, kebenaranya bersifat formal-deduktif. Sedangkan
pragmatis mensyaratkan adanya kriteria instrumental atau kebermanfaatan, kebenaranya
bersifat fungsioal. Korespondensi menghasilkan ilmu-ilmu empiris seperti: fisika, kimia,
biologi, sosiologi. Koherensi menghasilkan ilmu-ilmu absatrak seperti matematik dan logika.
Sedangkan pragmatis menghasilkan ilmu-ilmu terapan seperti ilmu kedokteran.
H. Kebenaran Ilmiah
a. Definisi kebenaran
Kebenaran merupakan satu nilai utama di dalam kehidupan manusia. Tentang kebenaran
ini, Plato pernah berkata: “Apakah kebenaran itu? lalu pada waktu yang tak bersamaan,
bahkan jauh belakangan Bradley menjawab; “Kebenaran itu adalah kenyataan”, tetapi
bukanlah kenyataan (dos sollen) itu tidak selalu yang seharusnya (dos sein) terjadi.
Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk ketidakbenaran (keburukan). Jadi ada 2
pengertian kebenaran, yaitu kebenaran yang berarti nyata-nyata terjadi di satu pihak, dan
kebenaran dalam arti lawan dari keburukan (ketidakbenaran).
Dalam bahasan ini, makna “kebenaran” dibatasi pada kekhususan makna “kebenaran
keilmuan (ilmiah)”. Poedjawiyatna mengatakan bahwa persesuaian antara pengatahuan dan
obyeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya pengetahuan itu harus dengan aspek obyek
yang diketahui, jadi pengetahuan benar adalah pengetahuan obyektif. Meskipun demikian,
apa yang dewasa ini kita pegang sebagai kebenaran mungkin suatu saat akan hanya
pendekatan kasar saja dari suatu kebenaran yang lebih jati lagi dan demikian seterusnya. Hal
ini tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan manusia yang transenden,dengan kata lain,
keresahan ilmu bertalian dengan hasrat yang terdapat dalam diri manusia. Dari sini terdapat
petunjuk mengenai kebenaran.
Kebenaran dapat dibagi dalam tiga jenis menurut telaah dalam filsafat ilmu, yaitu :
1. Kebenaran Epistemologikal, adalah kebenaran dalam hubungannya dengan
pengetahuan manusia,
2. Kebenaran Ontologikal, adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada
segala sesuatu yang ada maupun diadakan.
3. Kebenaran Semantikal, adalah kebenaran yang terdapat serta melekat di dalam tutur
kata dan bahasa.
b. Teori-teori kebenaran
Perbincangan tentang kebenaran dalam perkembangan pemikiran filsafat sebenarnya sudah
dimulai sejak Plato melalui metode dialog membangun teori pengetahuan yang cukup
lengkap sebagai teori pengetahuan yang paling awal.
Kemudian dilanjutkan oleh Aristoteles hingga saat ini, dimana teori pengetahuan berkembang
terus untuk mendapatkan penyempurnaan. Untuk mengetahui ilmu pengetahuan mempunyai
nilai kebenaran atau tidak sangat berhubungan erat dengan sikap dan cara memperoleh
pengetahuan.
Berikut secara tradisional teori-teori kebenaran itu antara lain sebagai berikut:
1. Teori Kebenaran korespondensi
Adalah suatu pengetahuan mempunyai nilai benar apabila pengetahuan itu mempunyai saling
kesesuaian dengan kenyataan yang diketahui.
2. Teori Kebenaran koherensi (saling berhubungan)
Adalah suatu proposisi atau makna pernyataan dari suatu pengetahuan bernilai benar bila
proposisi itu mempunyai hubungan dengan ide-ide dari proposisi yang terdahulu yang
bernilai benar.
3. Teori Kebenaran pragmatis
Adalah sesuatu itu benar, jika mengmbalikan pribadi manusia di dalam keseimbangan dalam
keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya
manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan
penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan.
I. Aksiologi dalam Filsafat Ilmu
A. Pengertian Aksiologi.
Istilah aksiologi berasal dari kata axios (yunani) yang berarti nilai, dan logos yang berarti
Ilmu atau teori.Jadi Aksiologi adalah “teori tentang nilai”. Yang dimaksud dengan Nilai yaitu
sesuatu yang dimiliki oleh manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa
yang dinilai. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana
manusia menggunakan ilmunya.
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri.Jadi
Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari
pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa
memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang baik
pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu
dimanfaatkan di jalan yang tidak benar.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu.Ilmu tidak bebas
nilai.Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai
budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan
oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya
malahan menimbulkan bencana.
B. Objek Aksiologi
Dalam Aksiologi memuat pemikiran tentang masalah nilai-nilai,diantaranya Nilai tinggi dari
Tuhan, Nilai Moral, Nilai Agama, Nilai Keindahan (estetika).Didalam Aksiologi tersebut
mengandung pengertian yang lebih luas daripada estika.
Aksiologi memberikan jawaban atas beberapa pertanyaan , Untuk apa pengetahuan yang
berupa ilmu itu di pergunakan?bagaimana kaitannya antara cara penggunaan dengan kaedah-
kaedah moral?
Dalam aksiologi, ada dua penilaian yang umum digunakan yaitu;
1. Etika
Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah
moral. Kajian etika lebih fokus pada prilaku,norma dan adat istiadat manusia.Etika
merupakan salah-satu cabang filsafat tertua.Setidaknya ia telah menjadi pembahasan menarik
sejak masa Sokrates dan para kaum shopis.Di situ dipersoalkan mengenai masalah kebaikan,
keutamaan, keadilan dan sebagianya.Etika sendiri dalam buku Etika Dasar yang ditulis oleh
Franz Magnis Suseno diartikan sebagai pemikiran kritis,sistematis dan mendasar tentang
ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Isi dari pandangan-pandangan moral ini
sebagaimana telah dijelaskan di atas adalah norma-norma,adat,wejangan dan adat istiadat
manusia.Berbeda dengan norma itu sendiri,etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau
perintah dan larangan, melainkan sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar.Tujuan dari
etika adalah agar manusia mengetahi dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia
lakukan.
Didalam etika,nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan.Maksudnya
adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggung jawab,baik tanggung jawab terhadap diri
sendiri,masyarakat,alam maupun terhadap tuhan sebagai sang pencipta.
Dalam perkembangan sejarah etika ada empat teori etika sebagai sistem filsafat moral yaitu,
hedonisme, eudemonisme, utiliterisme dan deontologi. Hedoisme adalah padangan moral
yang menyamakan baik menurut pandangan moral dengan kesenangan. Eudemonisme
menegaskan setiap kegiatan manusia mengejar tujuan. Dan adapun tujuan dari manusia itu
sendiri adalah kebahagiaan.
2. Estetika
Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai
keindahan.Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-
unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh
menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras
serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian.
Sebenarnya keindahan bukanlah merupakan suatu kualitas objek, melainkan sesuatu yang
senantiasa bersangkutan dengan perasaan.Misalnya kita bengun pagi, matahari memancarkan
sinarnya kita merasa sehat dan secara umum kita merasaakan kenikmatan.Meskipun
sesungguhnya pagi itu sendiri tidak indah tetapi kita mengalaminya dengan perasaan nikmat.
Dalam hal ini orang cenderung mengalihkan perasaan tadi menjadi sifat objek itu, artinya
memandang keindahan sebagai sifat objek yang kita serap. Padahal sebenarnya tetap
merupakan perasaan.
Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu
digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal,yaitu:
1. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran.
Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang
membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem
ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah
kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu.
2. Filsafat sebagai pandangan hidup.
Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenaranya dan
dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk
petunjuk dalam menjalani kehidupan.
3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah.
Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batui didepan pintu, setiap keluar
dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih
enak bila masalah masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah,
mulai dari cara yang sederhana sampai yang paling rumit. Bila cara yang digunakan amat
sederhana maka biasanya masalah tidak terselesaikan secara tuntas.penyelesaian yang detail
itu biasanya dapat mengungkap semua masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia.
Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif.Dikatakan objektif jika nilai-
nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan
berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan penilaian. Kebenaran tidak
tergantung pada kebenaran pada pendapat individu melainkan pada objektivitas fakta.
Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam memberi penilaian;
kesadaran manusia menjadi tolak ukur penilaian.Dengan demikian nilai subjektif selalu
memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang
akan mengasah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang.
Bagaimana dengan objektivitas ilmu? Sudah menjadi ketentuan umum dan diterima oleh
berbagai kalangan bahwa ilmu harus bersifat objektif. Salah satu faktor yang membedakan
antara peryataan ilmiah dengan anggapan umum ialah terletak pada objektifitasnya. Seorang
ilmuan harus melihat realitas empiris dengan mengesampingkan kesadaran yang bersifat
idiologis, agama dan budaya. Seorang ilmuan haruslah bebas dalam menentukan topik
penelitiannya, bebas melakukan eksperimen-eksperimen. Ketika seorang ilmuan bekerja dia
hanya tertuju kepada proses kerja ilmiah dan tujuannya agar penelitiannya berhasil dengan
baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terikat pada nilai
subjektif.
J. Fungsi Filsafat Ilmu dalam Merealisasikan Permasalahan Pendidikan
Jujun S Suriasumantri menjelaskan bahwa salah satu sifat filsafat adalah berani berterus
terang, dan mengetahui apa yang kita tahu dan belum tahu. Sedangkan ilmu adalah segala
pengetahuan yang telah kita ketahui sejak lama. Berfilsafat ilmu berarti bertanya kembali
tentang diri kita, apakah yang sebenarnya yang kita ketahui tentang ilmu? Apakah ciri-cirinya
yang hakiki yang membedakan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu?
FILSAFAT
FILSAFAT
FILSAFAT
FILSAFAT
FILSAFAT
FILSAFAT
FILSAFAT
FILSAFAT
FILSAFAT
FILSAFAT
FILSAFAT
FILSAFAT
FILSAFAT
FILSAFAT
FILSAFAT
FILSAFAT
FILSAFAT
FILSAFAT
FILSAFAT
FILSAFAT
FILSAFAT

More Related Content

What's hot

What's hot (15)

Filsafat
FilsafatFilsafat
Filsafat
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
 
Ruang lingkup filsafat
Ruang lingkup filsafatRuang lingkup filsafat
Ruang lingkup filsafat
 
Makalah filsafat
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafat
 
Minggu 3 25 sept
Minggu 3 25 septMinggu 3 25 sept
Minggu 3 25 sept
 
Filsafat
FilsafatFilsafat
Filsafat
 
Filsafat administrasi
Filsafat administrasiFilsafat administrasi
Filsafat administrasi
 
Soal soal filsafat
Soal soal filsafatSoal soal filsafat
Soal soal filsafat
 
Makalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikanMakalah filsafat pendidikan
Makalah filsafat pendidikan
 
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astutiMakalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
Makalah hubungan filsafat dengan ilmu fitri diana astuti
 
Cabang kajian ilmu filsafat administrasi
Cabang kajian ilmu filsafat administrasiCabang kajian ilmu filsafat administrasi
Cabang kajian ilmu filsafat administrasi
 
Filsafat administrasi 2013
Filsafat administrasi 2013Filsafat administrasi 2013
Filsafat administrasi 2013
 
Filsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuanFilsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan
 
Preview tentang Filsafat
Preview tentang FilsafatPreview tentang Filsafat
Preview tentang Filsafat
 
Filsafat ilmu 1
Filsafat ilmu 1Filsafat ilmu 1
Filsafat ilmu 1
 

Similar to FILSAFAT

Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPAFilsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPAChristian Lokas
 
Powerpoint chie noth
Powerpoint chie nothPowerpoint chie noth
Powerpoint chie nothChie NoTh
 
Powerpoint chie noth
Powerpoint chie nothPowerpoint chie noth
Powerpoint chie nothChie NoTh
 
[Indonesia] Filsafat IPA
[Indonesia] Filsafat IPA[Indonesia] Filsafat IPA
[Indonesia] Filsafat IPAIrma Fitriani
 
Intro To Philosophy
Intro To PhilosophyIntro To Philosophy
Intro To Philosophygueste97040
 
Introtophilosophy 100104004216-phpapp01
Introtophilosophy 100104004216-phpapp01Introtophilosophy 100104004216-phpapp01
Introtophilosophy 100104004216-phpapp01Shelly Azahra
 
Sejarah Perkembangan Ilmu pada Zaman Yunani
Sejarah Perkembangan Ilmu pada Zaman YunaniSejarah Perkembangan Ilmu pada Zaman Yunani
Sejarah Perkembangan Ilmu pada Zaman YunaniSuya Yahya
 
Firman nur wahyudi (19060484001) ikor2019 a
Firman nur wahyudi (19060484001) ikor2019 aFirman nur wahyudi (19060484001) ikor2019 a
Firman nur wahyudi (19060484001) ikor2019 aFirmanNurWahyudi
 
Pengertian filsafat
Pengertian filsafatPengertian filsafat
Pengertian filsafatAdrian Hulu
 
Bab iii pembahasan
Bab iii pembahasanBab iii pembahasan
Bab iii pembahasanCindar Tyas
 
SEJARAH FILSAFAT BARAT
SEJARAH FILSAFAT BARATSEJARAH FILSAFAT BARAT
SEJARAH FILSAFAT BARATRevaSyahputra2
 
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1Grunge Cobain
 
Filsafat ppt resa sevia putri
Filsafat ppt resa sevia putriFilsafat ppt resa sevia putri
Filsafat ppt resa sevia putriResaSevia
 
Bahan ajar dr valen lumowa
Bahan ajar dr valen lumowaBahan ajar dr valen lumowa
Bahan ajar dr valen lumowaRain Sualang
 
Pengantar dasar2 filsafat
Pengantar dasar2 filsafatPengantar dasar2 filsafat
Pengantar dasar2 filsafatmonalisaibrahim
 
Filsafat-Hukum-baru.pptx
Filsafat-Hukum-baru.pptxFilsafat-Hukum-baru.pptx
Filsafat-Hukum-baru.pptxdikyermiza
 

Similar to FILSAFAT (20)

Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPAFilsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA
Filsafat dan Sejarah Keilmuan MIPA
 
Powerpoint chie noth
Powerpoint chie nothPowerpoint chie noth
Powerpoint chie noth
 
Powerpoint chie noth
Powerpoint chie nothPowerpoint chie noth
Powerpoint chie noth
 
[Indonesia] Filsafat IPA
[Indonesia] Filsafat IPA[Indonesia] Filsafat IPA
[Indonesia] Filsafat IPA
 
Filsafat pendidikan
Filsafat pendidikanFilsafat pendidikan
Filsafat pendidikan
 
Intro To Philosophy
Intro To PhilosophyIntro To Philosophy
Intro To Philosophy
 
Introtophilosophy 100104004216-phpapp01
Introtophilosophy 100104004216-phpapp01Introtophilosophy 100104004216-phpapp01
Introtophilosophy 100104004216-phpapp01
 
Sejarah Perkembangan Ilmu pada Zaman Yunani
Sejarah Perkembangan Ilmu pada Zaman YunaniSejarah Perkembangan Ilmu pada Zaman Yunani
Sejarah Perkembangan Ilmu pada Zaman Yunani
 
Firman nur wahyudi (19060484001) ikor2019 a
Firman nur wahyudi (19060484001) ikor2019 aFirman nur wahyudi (19060484001) ikor2019 a
Firman nur wahyudi (19060484001) ikor2019 a
 
Pengertian filsafat
Pengertian filsafatPengertian filsafat
Pengertian filsafat
 
Bab iii pembahasan
Bab iii pembahasanBab iii pembahasan
Bab iii pembahasan
 
SEJARAH FILSAFAT BARAT
SEJARAH FILSAFAT BARATSEJARAH FILSAFAT BARAT
SEJARAH FILSAFAT BARAT
 
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
 
Filsafat ppt resa sevia putri
Filsafat ppt resa sevia putriFilsafat ppt resa sevia putri
Filsafat ppt resa sevia putri
 
Filsafat islam
Filsafat islamFilsafat islam
Filsafat islam
 
Bahan ajar dr valen lumowa
Bahan ajar dr valen lumowaBahan ajar dr valen lumowa
Bahan ajar dr valen lumowa
 
Pengantar dasar2 filsafat
Pengantar dasar2 filsafatPengantar dasar2 filsafat
Pengantar dasar2 filsafat
 
Tugas filsafat ilmu
Tugas filsafat ilmu Tugas filsafat ilmu
Tugas filsafat ilmu
 
Filsafat-Hukum-baru.pptx
Filsafat-Hukum-baru.pptxFilsafat-Hukum-baru.pptx
Filsafat-Hukum-baru.pptx
 
Kul fil 01_fpk
Kul fil 01_fpkKul fil 01_fpk
Kul fil 01_fpk
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Recently uploaded

2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studiossuser52d6bf
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxmuhammadrizky331164
 
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfssuser40d8e3
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptxMuhararAhmad
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptxAnnisaNurHasanah27
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.pptSonyGobang1
 

Recently uploaded (9)

2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
2021 - 10 - 03 PAPARAN PENDAHULUAN LEGGER JALAN.pptx
 
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open StudioSlide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
Slide Transformasi dan Load Data Menggunakan Talend Open Studio
 
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptxPembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kelompok 1.pptx
 
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdfrekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
rekayasa struktur beton prategang - 2_compressed (1).pdf
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
001. Ringkasan Lampiran Juknis DAK 2024_PAUD.pptx
 
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
2021 - 12 - 10 PAPARAN AKHIR LEGGER JALAN.pptx
 
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
05 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.ppt
 

FILSAFAT

  • 1. FILSAFAT A. Pengertian Filsafat Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab , yang juga diambil dari bahasa Yunani; philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = “kebijaksanaan”). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”. Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problem falsafi pula. Tetapi, paling tidak bisa dikatakan bahwa “filsafat” adalah studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis. Ini didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektik. Dialektik ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk dialog. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filsafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, dan couriousity ‘ketertarikan’. Manusia Yunani pertama-tama mencoba menerangkan dunia dengan kejadian-kejadian yang menyertainya secara mitologis dan lepas dari kontrol rasio. Selanjutnya semuanya itu kemudian diterangkan dan disusun secara sistematis karena dengan mencari suatu keseluruhan yang sistematis, mereka mampu mengerti hubungan antara mite itu dan menyingkirkan mite yang tak dapat dicocokkan dengan mite yang lain. Pemikiran mitologis tersebut dikaitkan dengan pemikiran keagamaan. Alasan mereka adalah, ‘karena makhluk-nakhluk merupakan dasar alam, maka makhluk-makhluk itu perlu dipuja dan disembah. Akibat dari berkembangnya kesusasteraan Yunani dan masuknya ilmu pengetahuan serta semakin hilangnya kepercayaan akan kebenaran yang diberikan oleh pemikiran keagamaan, peran mitologi kemudian secara perlahan-lahan digantikan oleh logos (rasio/ ilmu). Pada saat inilah, para filsofof kemudian mencoba memandang dunia dengan cara yang lain yang belum pernah dipraktekkan sebelumnya, yaitu berpikir secara ilmiah. Dalam mencari
  • 2. keterangan tentang alam semesta, mereka melepaskan diri dari hal-hal mitis yang secara turun-temurun diwariskan oleh tradisi. Dan selanjutnya mereka mulai berpikir sendiri. Di balik aneka kejadian yang diamati secara umum, mereka mulai mencari suatu keterangan yang memungkinkan mereka mampu mengerti kejadian-kejadian itu. Dalam artian inilah, mulai ada kesadaran untuk mendekati problem dan kejadian alam semesta secara logis dan rasional. Sebab hanya dengan cara semacam ini, terbukalah kemungkinan bagi pertanyaan- pertanyaan lain dan penilaian serta kritik dalam memahami alam semesta. Semangat inilah yang memunculkan filosof-filosof pada jaman Yunani. Filsafat dan ilmu menjadi satu. Dalam tradisi filsafat Barat, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu. Tema-tema itu adalah: ontologi, epistemologi, dan aksiologi. · Tema pertama adalah ontologi. Ontologi membahas tentang masalah “keberadaan” sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris (kasat mata), misalnya tentang keberadaan alam semesta, makhluk hidup, atau tata surya. · Tema kedua adalah epistemologi. Epistemologi adalah tema yang mengkaji tentang pengetahuan (episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan. · Tema ketiga adalah aksiolgi. Aksiologi yaitu tema yang membahas tentang masalah nilai atau norma sosial yang berlaku pada kehidupan manusia. Nilai sosial . B. Munculnya Filsafat Filsafat, terutama Filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain- lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas. Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta, sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi filsuf-filsuf Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Sokrates, Plato dan Aristoteles. Sokrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “Komentar- komentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat. C. Klasifikasi filsafat
  • 3. Dalam membangun tradisi filsafat banyak orang mengajukan pertanyaan yang sama , menanggapi, dan meneruskan karya-karya pendahulunya sesuai dengan latar belakang budaya, bahasa, bahkan agama tempat tradisi filsafat itu dibangun. Oleh karena itu, filsafat biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis dan latar belakang budayanya. Dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi dua kategori besar menurut wilayah dan menurut latar belakang agama. Menurut wilayah bisa dibagi menjadi: “Filsafat Barat”, “Filsafat Timur”, dan “Filsafat Timur Tengah”. Sementara latar belakang agama dibagi menjadi: “Filsafat Islam”, “Filsafat Budha”, “Filsafat Hindu”, dan “Filsafat Kristen”. · Filsafat Barat ‘‘‘Filsafat Barat’’’ adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas- universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. Tokoh utama filsafat Barat antara lain Plato, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre. · Filsafat Timur ‘‘‘Filsafat Timur’’’ adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di India, Tiongkok dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ’an sich’ masih lebih menonjol daripada agama. Nama-nama beberapa filsuf Timur, antara lain Siddharta Gautama/Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi dan juga Mao Zedong. · Filsafat Timur Tengah ‘‘‘Filsafat Timur Tengah’’’ ini sebenarnya mengambil tempat yang istimewa. Sebab dilihat dari sejarah, para filsuf dari tradisi ini sebenarnya bisa dikatakan juga merupakan ahli waris tradisi Filsafat Barat. Sebab para filsuf Timur Tengah yang pertama-tama adalah orang-orang Arab atau orang-orang Islam (dan juga beberapa orang Yahudi!), yang menaklukkan daerah- daerah di sekitar Laut Tengah dan menjumpai kebudayaan Yunani dengan tradisi falsafi mereka. Lalu mereka menterjemahkan dan memberikan komentar terhadap karya-karya Yunani. Bahkan ketika Eropa setalah runtuhnya Kekaisaran Romawi masuk ke Abad Pertengahan dan melupakan karya-karya klasik Yunani, para filsuf Timur Tengah ini mempelajari karya-karya yang sama dan bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh orang-orang Eropa. Nama-nama beberapa filsuf Timur Tengah: Avicenna(Ibnu Sina), Ibnu Tufail, Kahlil Gibran (aliran romantisme; kalau boleh disebut bergitu)dan Averroes.
  • 4. · Filsafat Islam ‘‘‘Filsafat Islam’’’ bukanlah filsafat Timur Tengah. Bila memang disebut ada beberapa nama Yahudi dan Nasrani dalam filsafat Timur Tengah, dalam filsafat Islam tentu seluruhnya adalah muslim. Ada sejumlah perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih ‘mencari Tuhan’, dalam filsafat Islam justru Tuhan ‘sudah ditemukan.’ D. Cabang-cabang Filsafat Jika kita mengamati karya-karya besar filsuf, seperti aristoteles (384-322 SM) dan Imanuel Kant (1724-1804), ada tiga tema besar yang menjadi fokus kajian dalam karya-karya mereka, yakni kenyataan, nilai, dan pengetahuan. Ketiga tema besar tersebut masing-masing dikaji dalam tiga cabang besar filsafat. Kenyataan merupakan bidang kajian metafisika, nilai adalah bidang kajian aksiologi, dan pengetahuan merupakan bidang kajian epistimologi[5]. Namun ada juga yang membagi cabang filsafat berdasarkan karakteristik objeknya. Berdasarkan karakteristik objeknya filsafat dibagi dua, yaitu : 1. filsafat umum/murni a. Metafisika, objeknya adalah hakikat tentang segala sesuatu yang ada. b. Epistemologi. Objeknya adalah pengetahuan/ kenyataan c. Logika. Merupakan studi penyusunan argumen-argumen dan penarikan kesimpulan yang valid. Namun ada juga yang memasukkan Logika ke dalam kajian epistimologi. d. Aksiologi. Objek kajiannya adalah hakikat menilai kenyataan. 2. Filsafat Khusus/Terapan, yang lebih mengkaji pada salah satu aspek kehidupan. Seperti misalnya filsafat hukum, filsafat pendidikan, filsafat bahasa, dan lain sebagai. Pembagian cabang-cabang filsafat di atas tidak kaku. Seorang filsuf yang mengklaim bahwa pemikiran filsafatnya berupa kajian ontologis sering kali pula membahas masalah-masalah eksistensi manusia, kebudayaan, kondisi masyarakat, bahkan etika. Ini misalnya tampak dari filsafat Heidegger. Dalam bukunya yang terkenal, Being and Time (1979), dia menulis bahwa filsafatnya dimaksudkan untuk mencari dan memahami “ada”. Akan tetapi dia mengakui bahwa “ada” hanya dapat ditemukan pada eksistensi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, dalam bukunya itu dia membahas mengenai keotentikan, kecemasan, dan pengalamn-pengalaman manusia dalam kehidupan sehari-hari · Metafisika
  • 5. Koestenbaum (1968) mendefinisikan metafisika sebagai studi mengenai karakteristik- karakteristik yang sangat umum dan paling dasar dari kenyataan yang sebenarnya (ultimate reality). Metafisika menguji aspek-aspek kenyataan seperti ruang dan waktu, kesadaran, jiwa dan materi, ada (being), eksistensi, perubahan, substansi dan sifat, aktual dan potensial, dan lain sebagainya. Metafisika pada asasnya meneliti perbedaan antara penampakan (appearance) dan kenyataan (reality). Ada sejumlah aliran yang mencoba mengungkap hakikat kenyataan di balik penampakan tersebut. Misalnya aliran naturalism dan materialism percaya bahwa kenyataan paling dasar pada prinsipnya sama dengan peristiwa material dan natural. Sejak zaman Yunani kuno sebagian besar filsafat diwarnai oleh pemikiran-pemikiran metafisik, kendati cukup banyak juga filsuf yang meragukan dan menolak metafisika. Para filsuf yang menolak metafisika beralasan bahwa metafisika tidak mungkin karena melampaui batas-batas kemampuan indera untuk membuktikan kebenaran-kebenarannya. Kebenaran-kebenaran yang dikemukakan oleh metafisika terlalu luas dan spekulatif, sehingga tidak dapat dibuktikan dan diukur kebenarannya[9]. Dalam perkembangannya, metafisika kemudian dibagi lagi menjadi tiga sub cabanga, yaitu : a. Ontology, mengkaji persoalan-persoalan tentang ada (dan tiada) b. Kosmologi, mengkaji persoalan-persoalan tentang alam semesta, asal-usul, dan unsur- unsur yang membentuk alam semesta c. Humanologi, mengkaji persoalan-persoalan tentang hakikat manusia, hubungan antara jiwa dan tubuh, kebebasan dan keterbatasan manusia d. Teologi, mengkaji persoalan-persoalan tentang Tuhan/agama · Epistemologi dan Logika Istilah epistemology berasal dari bahasa Yunani, yakni episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti teori.dengan demikian epistemology adalah suatu kajian atau teori filsafat mengenai esensi pengetahuan. Menurut Koestenbaum (1968), secara umum epistemology berusaha untuk mencari jawaban atas pertanyaan “apakah pengetahuan?”. Tetapi secara spesifik epistemology berusaha menguji masalah-masalah yang kompleks, seperti hubungan antara pengetahuan dan kepercayaan pribadi, status pengetahuan yang melampaui panca indera, status ontology dari teori-teori ilmiah, hubungan antara konsep-konsep atau kata-kata yang bersifat umum dengan objek-objek yang ditunjuk oleh konsep-konsep atau kata-kata tersebut, dan analisis atas tindakan mengetahui itu sendiri.
  • 6. Menurut J.F. Ferrier, epistemology pada dasarnya berkenaan dengan pengujian filsafati terhadap batas-batas, sumber-sumber, struktur-struktur, metode-metode dan validitas pengetahuan. Logika sebagai salah satu cabang filsafat pada dasarnya adalah cara untuk menarik kesimpulan yang valid. Secara luas logika dapat didefinisikan sebagai pengkajian untuk berfikir secara sahih. Ada banyak cara menarik kesimpulan. Namun secara garis besar, semua itu didigolongkan menjadi dua cara yaitu logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Sedangkan logika deduktif berhubungan dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus yang umum menjadi kesimpulan yang bersifat khusus atau individual. Baik logika induktif maupun logika deduktif, dalam proses penalarannya mempergunakan premis-premis yang berupa pengetahuan yang dianggap benar. Ketepatan penarikan kesimpulan tergantung dari tiga hal, yakni kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor dan keabsahan pengambilan keputusan. Sekiranya salah satu dari ketiga unsur tersebut tidak terpenuhi maka kesimpulan yang ditariknya akan salah. · Aksiologi Aksiologi merupakan kajian filsafat mengenai nilai. Nilai sendiri adalah suatu kualitas yang kita berikan kepada sesuatu objek sehingga sesuatu itu dianggap bernilai atau tidak bernilai. Pada masa kini objeknya lebih banyak berupa sains dan teknologi. Peradaban manusia masa kini sangat bergantung pada ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi. Berkat kemajuan pada kedua bidang ini pemenuhan kebutuhan manusia dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Banyak sekali penemuan-penemuan baru yang amat membantu kehidupan manusia, seperti misalnya penemuan dalam bidang kedokteran dan kesehatan. Namun di pihak lain, perkembangan-perkembangan tersebut mengesampingkan factor manusia. Di mana bukan lagi teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan kebutuhan manusia, namun sering kali kini yang terjadi adalah sebaliknya. Manusialah yang akhirnya harus menyesuaikan diri dengan teknologi. Teknologi tidak lagi berfungsi sebagai sarana yang memberikan kemudahan bagi manusia, melainkan dia ada bertujuan untuk eksistensinya sendiri. Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada di ambang kemajuan yang mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri. Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang ada. Masalah nilai moral tidak bisa terlepas dari tekat manusia untuk menemukan kebenaran. Sebab untuk menemukan kebenaran dan kemudian terutama untuk mempertahankannya, diperlukan keberanian moral.
  • 7. Dihadapkan dengan masalah moral dalam menghadapi ekses ilmu dan teknologi yang bersifat merusak ini, para ilmuwan terbagi menjadi dua golongan pendapat. Golongan pertama menginginkan bahwa ilmu harus bersikap netral terhadap nilai-nilai, bik itu secara ontologis, mau pun aksiologis. Dalam hal ini tugas ilmuwan adalah menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain dalam mempergunakannya, apakah untuk kebaikan atau untuk keburukan. Golongan kedua sebaliknya berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan. Sedangkan dalam penggunaannya bahkan pemilihan obyek penelitian, kegiatan keilmuan harus berlandaskan asas-asas moral[12]. Nilai yang menjadi kajian aksiologi ada dua, itu sebabnya aksiologi dibagi menjadi dua sub cabang yaitu : a. Etika. Kajian filsafat mengenai baik dan buruk, lebih kepada bagaimana seharusnya manusia bersikap dan bertingkah laku, apa makna etika atau moralitas dalam kehidupan manusia b. Estetika. Nilai yang berhubungan dengan keindahan (indah dan buruk). Mengkaji mengenai keindahan, kesenian, kesenangan yang disebabkan oleh keindahan. E. Pengertian Filsafat Sejarah Sebelum kita melangkah lebih jauh membahas mengenai apa itu filsafat sejarah, ada baiknya pemakalah mengklasifikasikan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan filsafat dan apa itu itu sejarah. · Pengertian filsafat Filsafat , berasal dari kata yunani ‘’Philos dan Shopia’’. Philos artinya, senang, cinta, gemar dan Shopia artinya hikmat atau kebenaran, kebijaksanaan. Philoshopia artinya cinta atau gemar, senang pada kebenaran, atau hikmat serta kebijaksanaan. Filsafat adalah” induk pengetahuan’’, Istilah filsafat telah dikenal manusia sejak 2.000 tahun yang lalu, pada masa yunani kuno. Di Meletos, Asia Kecil, tempat perantauan orang yunani,di sanalah awal mulanya muncul filsafat. Mula-mula jejak awal filsafat ini, ditandai oleh munculnya tokoh-tokoh pemikir besar pada zaman itu sepaerti Thales, Anaximandros dan Anaximenes. Thales lah orang pertama yang mempersoalkan; substansi terdalam dari segala sesuatu.’’ Dan dari situlah munculnya pengartian-pengertian kebenaran yang hakiki.
  • 8. Mengenai filsafat, banyak Ilmuan-ilmuan dari Timur Tengah. Mengenai pengertian filsafat Al-farabi mengatakan: “Nama filsafat berasal dari bahasa Yunani, masuk kedalam bahasa Arab. Orang-orang Yunani menguapkannya filasufia yang berari mengutamakan hikmah. Kata tersebut alam bahasa mereka berasal dari dua kata: fila dan sufia. Fila berarti mengutamakan dan sufia berarti hikmah, kata filosof diambil dari kata asal filsafat dalam bahasa Yunani disebut filosofus. Perubahan suara pengucapan dari akar kata seperti itu sering terjadi dalam bahasa Yunani. Kata filosofus bermakna orang yang mengutamakan hikmah. Ini artinya bahwa semua ilmu bertujuan untuk mencari kebenaran agar manusia dapat bertindak secara bijaksana. Bijaksana atau arif merupakan panduan pengalaman dan pengetahuan plus kekuatan untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan. Penerapannya berupa sikap adil, propesional, lapang dada, tetapi juga tegas dalam membela prinsip yang telah di sepakati. Karna itu di perguruan tinggi negara-negara barat, posisi akademik tertinggi di sebut Ph.d (doctor of philosophy) apapun di siplin ilmunya. Dengan memberikan bobot philosophy kepada gelar tertinggi yang telah di raih oleh seseorang diharapkan pemegangnya mampu mengembangkan kearifan dalam mengatur dunia ini karna seorang filosof pencinta wisdom. Gagasan awal itu sangat ideal, sekalipun dalam perkembangannya akhir-akhir ini dunia semakin sekuler. Pemegang Ph.d boleh jadi hanyalah seorang tukang tin gkat tinggi minus kearifan. Hal ini tarjadi sebagai akibat dari proses spesialisasi yang melupakan induk ilmu itu sendiri. Ilmuan yang hanya terpukau dan terpakau oleh kajian khususnya tanpa menghubungkannya dengan panaroma kehidupan yang luas terbentang, sama artinya dengan orang yang sengaja mengurung diri dalam sebuah sangkar kecil, mungkin cantik, tetapi apalah maknanya bagi kepentingan kehidupan yang luas tak bertepi ini. Filsafat sebagai induk dari semua ilmu harus menjadi titik kembali bagi semua di siplin ilmu agar tidak ingin kehilangan misi ilmu yang sebenarnya, mencari kebenaran dan dengannya manusia menjadi arif. Mengingat filsafat merumuskan kebenaran didasarkan pada hasil perenungan mendalam manusia secara logis maka kebenaranya bersifat utopia (idealitas), sehingga belum tentu dapat di temui dalam kehidupan nyata . agar dapat di ketahui sejauh manakah realita itu mendekatkan realitas. Upaya penerapan idealitas harus selalu mempertimbangkan realita yang ada. Kita harus mengetahui kebaikan-kebaikan dan juga kelemahan-kelemahan dari realita yang sedang kita hadapi; lalu kita merumuskan langkah- langkah yang di perlukan bagi upaya perbaikan tersebut dengan mengingat pada sumber daya yang di miliki dan tantangan-tantangan yang di hadapi. Tantangan-tantangan itu harus di perhitungkan secara masak-masak agar usaha menegakkan kebenaran itu tidak menimbulkan
  • 9. gejolak yang tidak terkendali dengan dampak pecahnya kekerasan yang bertolak belakang dengan misi kebenaran: damai, sejahtera, adil, dan bebas. · Pengertian Sejarah Pengertian Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu syajara berarti terjadi, syajarah berarti pohon, syajarah an-nasab berarti pohon silsilah; bahasa inggris history, bahasa Lstin dan Yunani historia, dari bahasa Yunani histor atau istor berarti orang pandai. Menurut Hegel, sejarah adalah perkrmbangan Roh dalam Waktu, sedangkan Alam adalah perkembangan Ide dalam Ruang. Sistem menyeluruh Hegel dibangun diatas di atas tiga unsure ( the great triad): Ide-Alam-Roh. Ide dalam dirinya sendiri adalah sesuatu yang terus berkmbang, dinamika realitas dari dan yang berdiri di balik layar-atau sebelum-dunia. Antitesis dari Ide yang berada dari luar dirinya, yaitu Ruang, adalah Alam. Alam terus berkembang, setelah mengalami taraf perkembangan kehidupan mineral dan tumbuhan kedalam diri manusia. Dan dalam diri manusia terdapat kesadaran yang membuat Ide menjadi sadar akan dirinya sendiri. Hemat saya, seperti yang dijelaskan oleh Hegel diatas bahwa Roh adalah kesadaran-diri, sadangkan antitesis Ide dan Alam dan perkembangan dari kesadaran inilan yang disebut sejarah. Filsafat sejarah adalah ilmu filsafat yang ingin memberi jawaban atas sebab dan alasan segala peristiwa sejarah. Jelasnya, filsafat sejarah adalah salah satu bagian filsafat yang ingin menyelidiki sebab- sebab terakhir dari suatu peristiwa, serta ingin memberikan jawaban atas sebab dan alasan segala peristiwa sejarah. Filsafat sejarah mencari penjelasan serta berusaha masuk kedalam pikiran dan cita-cita manusia dan memberikan keterangan tentang bagaimana munculnya suatu negara, bagaimana proses perkembangan budayanya sampai mencapai puncak kejayaanya dan akhirnya mengalami kemunduran seperti pernah di alami oleh negara-negara atas pada zaman yang lalu peran pemimpin-pemimpin terkenal sebagai subyek pembuat sejarah pada zamannya. F. Aliran-Aliran dalam Filsafat Aliran Rasionalisme. Aliran Rasionalisme berpendapat bahwa semua pengetahuan bersember pada akal pikiran atau rasio. Tokoh-tokohnya antara lain sebagai berikut: Rene Descartes (1596-1650), ia membedakan adanya tiga ide yaitu: Innate ideas (ide bawaan), yaitu sejak manusia lahir, atventituus ideas, yaitu ide-ide yang berasal dari luar manusia dan ide yang di hasilkan manusia itu sendiri, yaitu disebut factitious ideas. Tokoh rasinalisme yang lain adalah Spinoza (1632-1677) dam Leibniz (1646-17160. Sehubungan dengan itu, yang paling penting
  • 10. Filsafat adalah ‘’dinamisme’’nya Leibniz ian bependapat bahwa sesuatu pada hakikatnya merupakan ‘’energi’’, ‘’kehendak’’, dan ‘’kekuatan’’ atau (dinamis). Aliran Empirisme Empirisme adalah aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan diperoleh melalui pengalaman indra. Indra memperoleh pengalaman (kesan-kesan) dari alam empiris, selanjutnya kesan-kesan tersebut terkumpul dalam diri manusia sehingga menjadi pengalaman. Tokoh-tokohnya adalah: John Locke (1632-1704); dibedakan menjadi dua macam yaitu: (a) pengalaman luar (sensation), yaitu pengalaman yang diperoleh dari luar, dan (b) pengalaman dalam (batin) (Reflexion). Kedua pengalaman tersebut merupakan ide- ide yang sederhana, yang kemudian dengan proses asosiasi membentuk ide yang kompleks. Aliran Kritisime Kritisme yang menyatakan bahwa akal menerima bahan-bahan pengetahuan dari empiris (yang meliputi indra dan pengalaman). Kemudiam akal menempatkan, mengatur, dan menerbitkan dalam bentuk-bentuk pengamatn yakni ruang dan waktu. Pengamatan merupakan permulaan pengetahuan sedangkan pengolahan akal merupakan pembentukannya. Tokoh-tokohnya adalah Immanuel Khant (1724-1804). Aliran kritisme kant tampaknya mensintesiskan antara rasionalisme dan empirisme. Aliran Skeptisme Skeptisme, yang menyatakan bahwa penserapan indra adalah bersifat menipu atau menyasatkan. Namun pada zaman modern berkembang menjadi skeptisme metodis (sistematis) yang mensyaratkan adanya bukti sebelum sesuatu pengetahuan diakui benar. Tokoh-yokohnya adalah Rane Descartes (1596-1650). Aliran Idealisme Aliran idealisme ialah suatu aliran filsafat metafisika yang berpendapat, bahwa hakikat dunia atau kenyataan itu ialah ide, yang sifatnya rohani atau inteligasi. Dunia yang tampak saat ini hanya ‘’maya’’ bayangan /impian belaka. Filosof besar Plato sbagai pelopor aliran ini berpendapat, bahwa dunia hakiki ialah dunia ide, dan dunia gejala itu hanyalah bayangan saja dari dunia hakiki itu. Dunia hakiki menurut Plato adalah dunia yang sempurna, dunia yang ideal, dimana terdapat mahluk-makhluk prototipe yang ideal (seperti kekudaan), sedangkan dunia duniawi itu adalah dunia yang tidak sempurna, karna hanya perwujudan dari dunia hakiki, seperti contohnya banyak kuda yang tidak sama. Aliran Realisme.
  • 11. Aliran realisme berpendapat, bahwa di luar kesadaran kita yang mengetahui segala benda memang ada sesuatu sungguh-sungguh nyata, ada (real), yang dapat di amati oleh pikiran kita melalui alat indra. Dalam sejarah filsafat, Aristoteles termasuk pelopor aliran filsafat realis yang klasik, yang mengatakan, bahwa dia mengakui kenyataan dunia, yang terdiri atas benda- benda individual, serta terdiri atas zat benda, atau materi dan bentuk, sehingga zat itu mempunyai bentuk dan rupa yang dapat kita amati. Aliran Materialisme dan Nuturalisme Aliran materialisme berpendapat, bahwa hakikat dunia ialah materi. Domokritos seorang ahli filsafat Yunani kuno telah menciptakan teori atom (yang artinya tidak dapat di belah). Atom di anggap zat-benda yang paling kecil, yang mengisi segala-galanya, yang kosong. Tidak ada apa-apanya disebut Vaccum, dan yang penuh di sebut Plenum. Aedangkan naturalisme menganggap bahwa, satu-satunya yang ada ialah alam atu natur, yang terdiri atas benda- benda yang ber zat, menempati ruang dan mengalami perubahan dalam waktu. Ilmu pengetahuan IPA mempelajari hukum-hukum yang menguasai alam atau benda ini, di antaranya dengan ilmu fisika dan ilmu kimia. Aliran Pragmatisme Istilah pragmatisme sering di hubungkan dengan dua tokoh dari Amerika Serikat yaitu, William James (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952). Kaum pragmatisme mengakui terus terang bahwa, mereka tidak dapat mengetahui dengan pasti hakikat dunia atau alam, seperti yang di kem ukakan oleh kaum materelistis, kaum idealis, dan kaum realis. Pragmatisme menganggap, bahwa manusia dengan segala keterbatasan peralatanya, tedak akan mampu mengetahui hakikat alam semesta,karna alam sering berubah oleh hukum waktu. Pragmatisme menyadari sekali, bahwa pengetahuan kijtra selalu memerlukan revisi, bahwa pengetahuan kita selalu memerlukian revisi dan rekonstruksi untuk menyesuaikan dengn perubahan zaman. Tetapi di sisi lain pragmatisme juga menyadari bahwa pengetahuan sangat diperlukan untuk memperbaiki khidupan manusia. G. Tujuan filsafat sejarah Filsafat sejarah bertujuan sebagai berikut: a. Untuk mnyelidiki sebab-sebab terakhir peristiwa sejarah agar dapat di ungkapkan hakikat dan makna yang terdalam tentang peristiwa sejarah. b. Memberikan pertanyaan atas jawaban “kemanakah arah sejarah’’ serta menyelidiki semua sebab timbulnya semuaa perkembangan segala sesuatu yang ada.
  • 12. c. Melali studi mendalam tentang filsafat sejarah, dapat membentuk seseorang memiliki vision atau wawasan dan pandangan yang luas. d. Studi filsafat sjarah dapat menjadikanseseorang berfikir analitis-kronologis serta arif- bijaksana atau wisdom. e. Filsafat sejarah bertujuan membentuk dan menyusun isi, hakikat serta memberi makna dari pada sejarah menyusun suatu pandangan dunia untuk filsafat sejarah serta pandangan berwawasan nasional untuk Filsafat Sejarah Nasional Indonesia. Selain penjelasan diatas tentang tujuan filsafat sejarah, pemakalah juga mengajak teman- teman pembaca untuk lebih kritis dalam menilai dan menimbang setiap sejarah dari abad- abad sebelumnya, mampu merinci setiap kejadian dalam sejarah itu sendiri. Saya berpendapat bahwa memahami filsafat sejarah agar lebih bisa membedakan apa yang disebut sejarah subjektif dan mana yang objektif, tanpa membedakan kedudukan subjek dalam masyarakat. Filsafat juga mekankan tiga unsur kegunaan dalam sejarah, yaitu: pertama:kegunaan edukatif ialah menuntut setiap orang menjadi lebih arif dan bijaksana dalam hidup. Kedua:kegunaan Inspiratif ialah dorongan inspirasi yang didalamnya sarat dengan nilai berupa ide, konsep, semangat, motivasi perjuangan, dan untuk menghindari dari apa yang menjadi faktor kehancuran peradaban sebagaimana banyak dipertontonkan oleh sejarah masa silam. Ketiga: kegunaan Instruktif ialahsejarah dapat digunakan sebagai bahan pengajaran sehinggaterkait erat dengan pendidikan formal. Terutama sekali dalam menunjang pengembangan bidang-bidang lain khususnya berkaitan dengan keterampilan dan kejuruan. H. Ruang Lingkup Kajian Filsafat Sejarah Pada hakikatnya filsafat sejarah berusaha mencari penjelasan tentang perbuatan manusia yang sudah terjadi. Filsafat sejarah juga mencoba memberikan jawaban atas sebab-sebab dan alasan segala peristiwa sejarah yang sudah terjadi. Filsafat sejarah berusaha masuk ke dalam pikiran dan cita-cita manusia dan memberikan tantang maju dan mundurnaya bangsa-bangsa, tentang maju dan mundurnya perkembangan kebudayaan. Oleh karena peristiwa dan kejadian-kejadian itu tidak terletak di depan muka manusia seperti halnya dengan bahan –bahan untuk menguji formulu-formula kimia.kejadian dan peristiwa sejarah terdiri atas beberapa phenomena dan phenombena-phenomena tersebut di anggap dan diartikan oleh manusia secra berbeda-beda; walaupun pada akhirnya manusia dengan menggunakan akal pikiranya akan senantiasa berusaha untuk memperoleh hasil yang
  • 13. maksimal secara objektif terhadap phenomena-phenomena sejarah yang akan menghasilkan suaatu rangkain peristiwa sejarah. Filsafat sejarah sebagai salah satu cabang fisafat mengandung 2 (dua) aspek kajian yaitu: Pertama; filsafat sejarah berusaha untuk mengetahui dengan pasti faktor-faktor apa yang menyebabkan serta menguasai semua kejadian peristiwa jalannya sejarah. Usaha ini telah di kgembangkan dan berlangsung sejak beberapa abad yang lampau. Kedua; filsafat sejarah berusaha untuk menguju kemampuan beberapa metode ilmu sejarah serta memberi penilaian tentang hasil analisis dan kesimpulan-kesimpulan terhadap suatu karya sejarah. Usaha ini belum terlalu lama di kembangkan oleh para ahli filsafat. (bandingkan dengan W.J. Van der Meulen SJ, 1987:12) I. Tokoh-tokoh Pelopor Filsafat Sejarah Sungguhpun filsafat sejarah sudah berkembang lama sebelum terdapat penelitian ilmiah mengenai fakta-fakta sejarah, di lingkungan dunia barat, baru terjadi sungguh hbar sejak abd ke 19, teritama di jerman dengan Herder, Emmanuael Kant, Hegel, Karl Marx, Fichte dan sejumlah ‘’ dewa’’ filsuf sejarah lainnya. Para ahli ini menjalankan semacam ‘’analisi sejarah’’ berdasarkan sistem pemikiran mereka dan berdasarkan sejumlah ‘’gejala’’ dan phenomena-phenomena sejauh yang di pilih, yang belum pernah di pelajari dengan mendalam. Memang gejala tersebut hanya di hargai sebagai bahan untuk memupuk ilham mereka, namun di susun secara rapi. Kebanyakan mereka kurang sependapat dengan penyelidikan sejarah, yang baru mulai berkembang di bawah pimpinan Niebuhr dan Ranke. Setelah hasil-hail sejarah mulai tampak, kewibawan para filusuf mulai menjadi semakin suram. Syukurlah mereka di tolong oleh ahli-ahli sejarah sendiri, terutama pengikut Renke dan juga ahli-ahli sejarah dari luar jerman yang sudah melupakan kebijaksanaan guru mereka. Mabuk oleh sukses-sukses tadi, mereka di timpa kesombongan dan mengambil alih ‘’selimut kenabian’’ dari para filsuf, mereka mulai ‘’berupacara’’ sendiri sebagai ‘’penjaga harta’’ zaman lampau serta menjadi peramal dari depan. Demikianlah filsafat telah ‘’diperalat’’ oleh ahli-ahli sendiri sehingga muncul ‘’historisme’’ dan sampai sekarang terus ada pengikutnya. Namun salah satu akar ilmu yang baru berkembang ini, yaitu usaha menetapkan ‘’wie-es- eigentlich-gewesen-ist’’, sejak semula telah menghadapi tantangan berat. Dilthey dan Crose menggarisbawahi perbedaan yang mereka anggap penting sekali antara pokok persoalan ilmu dan pokok persoalan sejarah. Dalam istilah-istilah yang kasar, perbedaan ini mungkin dapat digambarkan/ diwakili oleh dikotomi terkenal antara “jiwa” dan “alam”.
  • 14. Kajian filsafat yang kedua, yaitu menguji metode dan kepastian ilmu sejarah, mulai berkembang di wilayah pimpinan Dilthey, Rickert, Croce, Collingwood, dan lain-lain walupun dalam lapangan filsafat ini belum di capai suatu kesepakatan bersama, harus kita akui, usaha mereka merupakan sumbangan yang penting ke arah pengertian yang lebih baik akan hakikat dan kemungkinan-kemungkinan pengembangan ilmu sejarah. Usaha mereka dapat kita harapkan akan bemanfaat selama penyelidikan itu tidak bersifat amatir, tetapi sungguh-sungguh dilakukan oleh para ahli filsafat. Lebih baik lagi kalau penyelidik di samping ahli filsafat, juga ahli sejarah, atau sekurang-kurangnya orang yang pernah menjalankan penyelidikan historis berdasarkan sumber-sumber yang asli, sehingga dia sungguh-sungguh mengenal obyek yang di selidiki, ialah cara bekerja ilmu sejarah. J. Sejarah Perkembangan Filsafat Sejarah Filsafat Sejarah pada Zaman Pertengahan Perkembangan filsafat sejarah pada zaman pertengahan pada pokoknya menunjukkan sifat- sifat yang religius. Segala kejadian di terangkan dalam cahaya kekal, segala-galanya kepada tuhan sebagai pencipta, penyelamatf dan hakim seluruh umat manusia. Isi dan seluruh hidup ialah kerajaan tuhan. Dari pandangan itu terjadi bahwa kajian sejarah di zaman pertengahan bukan sebab-bebab dan alasan-alasan terhadap kajian sejarah, melainkan tentang tujuan (arahteleologis). Pada umumnya perkembangan filsafat sejarah, seperti pandangan St. Agustinus seakan-akan mewakili pandangan yang tetap dan utama untuk selruh zaman pertengahan tersebut. Juga percobaan dari Otto Van Freishing atas pandangan tersebut itu. Otto Van Freishing mengalami perselisihan antara grreja dengan negara mencoba menyusun suatu sejarah berkat pikiran-pikiran filsuf. Dalam segala hal yang sudah di tulisnya ia berusaha memberikan yang benar. Otto sudah mengerti ada hukum atau aliran yang gtertentu di dalam sejarah bergerak tak berhentinya dan gerakan dari perjuangan dan kemenangan. Akan tetapi kejadian yang kurang baik (Kummervollen Greschehniscen) di pandangnya sebagai metode pendidikan dari tuhan yang mau berkata pada manusia bahwa tidak ada yang tertentu dan pasti di dunia ini. Dan akhirnya menurut pendapatnya segala pengetahuan ilmu pengetahuan bergerak dari timur ke barat Filsafat Sejarah pada Zaman Renaissance Memasuki masa Rennaisance, otoritas Aritoteles tersisihkan oleh metode dan pandangan baru terhadap alam yang biasa disebut Copernican Revolution yang dipelopori oleh sekelompok sanitis antara lain Copernicus (1473-1543), Galileo Galilei (1564-1542) dan Issac Newton
  • 15. (1642-1727) yang mengadakan pengamatan ilmiah serta metode-metode eksperimen atas dasar yang kukuh. Selanjutnya pada Abad 17, pembicaraan tentang filsafat ilmu, yang ditandi dengan munculnya Roger Bacon (1561-1626).Bacon lahir di ambang masuknya zaman modern yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Bacon menanggapi Aristoteles bahwa ilmu sempurna tidak boleh mencari untung namun harus bersifat kontemplatif.Menurutnya Ilmu harus mencari untung artinya dipakai untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi, dan bahwa dalam rangka itulah ilmu-ilmu berkembang dan menjadi nyata dalam kehidupan manusia.Pengetahuan manusia hanya berarti jika nampak dalam kekuasaan mansia; human knowledge adalah human power. Perkembangan ilmu pengetahuan modern yang berdasar pada metode eksperimental dana matematis memasuki abad 16 mengakibatkan pandangan Aritotelian yang menguasai seluruh abad pertengahan akhirnya ditinggalkan secara defenitif. Roger Bacon adalah peletak dasar filosofis untuk perkembangan ilmu pengetahuan.Bacon mengarang Novum Organon dengan maksud menggantikan teori Aristoteles tentang ilmu pengetahuan dengan teori baru.Karyanya tersebut sangat mempengaruhi filsafat di Inggris pada masa sesudahnya.Novum Organon atau New Instrumen berisi suatu pengukuihan penerimaan teori empiris tentang penyelidikan dan tidak perlu bertumpu sepenuhnya kepada logika deduktifnya Aritoteles sebab dia pandang absurd. Hart mengaggap Bacon sebagai filosof pertama yang bahwa ilmu pengetahuan dan filsafat dapat mengubah dunia dan dengan sangat efektif menganjurkan penyelidikan ilmiah.Beliaulah peletak dasar-dasar metode induksi modern dan menjadi pelopor usaha untuk mensistimatisir secara logis prosedur ilmiah.Seluruh asas filsafatnya bersifat praktis yaitu menjadikan untuk manusia menguasai kekuasaan alam melalui penemauan ilmiah Menurut Bacon, jiwa manusia yang berakal mempunyai kemamapuan triganda, yaitu ingatan (memoria), daya khayal (imaginatio) dan akal (ratio).Ketiga aspek tersebut merupakan dasar segala pengetahuan. Ingatan menyangkut apa yang sudah diperiksa dan diselidiki (historia), daya khayal menyangkut keindahan dan akal menyangkut filsafat (philosophia) sebagai hasil kerja akal. Aliran Positivisme dan Sejarahnya Aguste Comte dilahirkan pada tahun 1798 di kota Monpellir Perancis Selatan, ayah dan ibunya menjadi pegawai kerajaan dan merupakan penganut Agama Katolik yang cukup tekun. Ia menikah dengan seorang pelacur bernama Caroline Massin yang kemudian dia menyesali perkawinan itu. Dia pernah mengatakan bahwa perkawinan itu adalah satu-satunya
  • 16. kesalahan terbesar dalam hidupnya. Dari kecil pemikiran-pemikiran Comte sudah mulai kelihatan, kemudian setelah ia menyelesaikan sekolahnya jurusan politeknik di Paris 1814- 1816, dia diangkat menjadi sekretaris oleh Saint Simon yaitu seorang pemikir yang dalam merespon dampak negatif reinaisance menolak untuk kembali pada abad pertengahan akan tetapi harus direspon dengan menggunakan basis intelektual baru, yaitu dengan brfikir empirik dalam mengkaji persoalan-persoalan realitas sosial. Dalam membangun teori sosiologi Comte lebih memilih unit analisa makro (obyektif) dan bukan individu, dalam hal ini entits yang lebih besar seperti keluarga, struktur sosial dan perubahan sosial. Ia menganjurkan untuk keluar dari pemikiran abstrak dan melakukan riset dengan melakukan eksperimentasi dan analisis perbandingan sejarah. Comte pada intinya berargumentasi bahwa gagasan terdahulu yang mendasari pengembangan struktur masyarakat maupun negara, atas dasar pemikiran spekulatif, sudah tidak releven dengan adanya teori positivistik. Dalam logika Comte sejarah manusia adalah perkembangan bertahap dari cara berfikir manusia itu sendiri. Dengan berargumen bahwa dengan pemikiran empirik rasional dan positiv maka manusia akan mampu menelaskan realitas kehidupan tidak secara spekulatif melainkan secara konkrit, pasti bahkan mutlak kebenaranya. K. Perkembangan filsafat Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti semesta dalam hal makna (hakikat) dan nilai-nilainya (esensi) yang tidak cukup dijangkau hanya dengan panca indera manusia sekalipun.Bidang filsafat sangatlah luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat dijangkau oleh pikiran. Filsafat berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang merupakan tujuan hidupnya. Tujuannya adalah pemahaman dan kebijaksanaan.Karena itulah filsafat merupakan pendekatan yang menyeluruh terhadap kehidupan dan dunia.Suatu bidang yang berhubungan erat dengan bidang-bidang pokok pengalaman manusia. · Munculnya Filsafat Akibat dari berkembangnya kesusasteraan Yunani dan masuknya ilmu pengetahuan serta semakin hilangnya kepercayaan akan kebenaran yang diberikan oleh pemikiran keagamaan, peran mitologi yang sebelumnya mengikat segala aspek pemikiran kemudian secara perlahan- lahan digantikan oleh logos (rasio/ ilmu). Pada saat inilah, para filsofof kemudian mencoba memandang dunia dengan cara yang lain yang belum pernah dipraktekkan sebelumnya, yaitu berpikir secara ilmiah. Dalam mencari keterangan tentang alam semesta, mereka melepaskan diri dari hal-hal mistis yang secara
  • 17. turun-temurun diwariskan oleh tradisi.Dan selanjutnya mereka mulai berpikir sendiri.Di balik aneka kejadian yang diamati secara umum, mereka mulai mencari suatu keterangan yang memungkinkan mereka mampu mengerti kejadian-kejadian itu.Dalam artian inilah, mulai ada kesadaran untuk mendekati problem dan kejadian alam semesta secara logis dan rasional. Sebab hanya dengan cara semacam ini, terbukalah kemungkinan bagi pertanyaan-pertanyaan lain dan penilaian serta kritik dalam memahami alam semesta. Semangat inilah yang memunculkan filosof-filosof pada jaman Yunani.Filsafat dan ilmu menjadi satu. Filsafat, terutama Filsafat Barat, muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berfikir-fikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama pada saat itu yang dianggap sebagai “tirai besi keilmuan” lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan- pertanyaan ini. Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang berberadaban lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas. L. Sejarah Perkembangan Awal Filsafat Dunia Dalam buku History and Philosophy of Science karangan L.W.H. Hull (1950), menulis setidaknya sejarah filsafat dan ilmu dapat dibagi dalam beberapa periode, termasuk di dalamnya tokoh-tokoh yang terkenal pada periode itu. 1. Masa Yunani Kuno Pada tahap awal kelahirannya filsafat menampakkan diri sebagi suatu bentuk mitologi, serta dongeng-dongeng yang dipercayai oleh Bangsa Yunani, baru sesudah Thales (624-548 S.M) mengemukakan pertanyaan aneh pada waktu itu, filsafat berubah menjadi suatu bentuk pemikiran rasional (logos). Pertanyaan Thales yang menggambarkan rasa keingintahuan bukanlah pertanyaan biasa seperti apa rasa kopi ?, atau pada tahun keberapa tanaman kopi berbuah ?, pertanyaan Thales yang merupakan pertanyaan filsafat, karena mempunyai bobot yang dalam sesuatu yang ultimate (bermakna dalam) yang mempertanyakan tentang Apa sebenarnya bahan alam semesta ini (What is the nature of the world stuff ?), atas pertanyaan ini indra tidak bisa menjawabnya, sains juga terdiam, namun Filsuf berusaha menjawabnya. Thales menjawab Air (Water is the basic principle of the universe), dalam pandangan Thales air merupakan prinsip dasar alam semesta, karena air dapat berubah menjadi berbagai wujud Pada perkembangan selanjutnya, disamping pemikiran tentang Alam, para akhli fikir Yunani pun banyak yang berupaya memikirkan tentang hidup kita (manusia) di Dunia.Dalam sejarah
  • 18. Filsafat Yunani, terdapat seorang filsuf yang sangat legendaris yaitu Aristoteles (384-322 S.M), seorang yang pernah belajar di Akademia Plato di Athena. Setelah Plato meninggal Aristoteles menjadi guru pribadinya Alexander Agung selama dua tahun, sesudah itu dia kembali lagi ke Athena dan mendirikan Lykeion, dia sangat mengagumi pemikiran-pemikiran Plato meskipun dalam filsafat, Aristoteles mengambil jalan yang berbeda (Aristoteles pernah mengatakan-ada juga yang berpendapat bahwa ini bukan ucapan Aristoteles- Amicus Plato, magis amica veritas – Plato memang sahabatku, tapi kebenaran lebih akrab bagiku – ungkapan ini terkadang diterjemahkan bebas menjadi “Saya mencintai Plato, tapi saya lebih mencintai kebenaran”) 2. Abad Pertengahan Semenjak meninggalnya Aristoteles, filsafat terus berkembang dan mendapat kedudukan yang tetap penting dalam kehidupan pemikiran manusia meskipun dengan corak dan titik tekan yang berbeda.Periode sejak meninggalnya Aristoteles (atau sesudah meninggalnya Alexander Agung (323 S.M) sampai menjelang lahirnya Agama Kristen oleh Droysen (Ahmad Tafsir. 1992) disebut periode Hellenistik (Hellenisme adalah istilah yang menunjukan kebudayaan gabungan antara budaya Yunani dan Asia Kecil, Siria, Mesopotamia, dan Mesir Kuno). Dalam masa ini Filsafat ditandai antara lain dengan perhatian pada hal yang lebih aplikatif, serta kurang memperhatikan Metafisika, dengan semangat yang Eklektik (mensintesiskan pendapat yang berlawanan) dan bercorak Mistik. Pada masa ini filsafat cenderung kehilangan otonominya, pemikiran filsafat abad pertengahan bercirikan Teosentris (kebenaran berpusat pada wahyu Tuhan), hal ini tidak mengherankan mengingat pada masa ini pengaruh Agama Kristen sangat besar dalam kehidupan manusia, termasuk dalam bidang pemikiran. Filsafat abad pertengahan sering juga disebut filsafat scholastik, yakni filsafat yang mempunyai corak semata-mata bersifat keagamaan, dan mengabdi pada teologi.Pada masa ini memang terdapat upaya-upaya para filsuf untuk memadukan antara pemikiran Rasional (terutama pemikiran-pemikiran Aristoteles) dengan Wahyu Tuhan sehingga dapat dipandang sebagai upaya sintesa antara kepercayaan dan akal.Keadaan ini pun terjadi dikalangan umat Islam yang mencoba melihat ajaran Islam dengan sudut pandang Filsafat (rasional), hal ini dimungkinkan mengingat begitu kuatnya pengaruh pemikiran-pemikiran ahli filsafat Yunani/hellenisme dalam dunia pemikiran saat itu, sehingga keyakinan Agama perlu dicarikan landasan filosofisnya agar menjadi suatu keyakinan yang rasional. 3. Masa Modern
  • 19. Pada masa ini pemikiran filosofis seperti dilahirkan kembali dimana sebelumnya dominasi gereja sangat dominan yang berakibat pada upaya mensinkronkan antara ajaran gereja dengan pemikiran filsafat.Kebangkitan kembali rasio mewarnai zaman modern dengan salah seorang pelopornya adalah Descartes, dia berjasa dalam merehabilitasi, mengotonomisasi kembali rasio yang sebelumnya hanya menjadi budak keimanan. Pandangan empirisme semakin kuat pengaruhnya dalam cabang ilmu pengetahuan setelah munculnya pandangan August Comte (1798-1857) tentang Positivisme. Salah satu buah pikirannya yang sangat penting dan berpengaruh adalah tentang tiga tahapan/tingkatan cara berpikir manusia dalam berhadapan dengan alam semesta yaitu : tingkatan Teologi, tingkatan Metafisik, dan tingkatan Positif Pemikiran-pemikiran yang mencoba melihat Agama dari perspektif filosofis terjadi baik di dunia Islam maupun Kristen, sehingga para ahli mengelompokan filsafat skolastik ke dalam filsafat skolastik Islam dan filsafat skolastik Kristen. 4. Masa Islam Di dunia Islam (Umat Islam) lahir filsuf-filsuf terkenal seperti Al Kindi (801-865 M), Al Farabi (870-950 M), Ibnu Sina (980-1037 M), Al Ghazali (1058-1111 M), dan Ibnu Rusyd (1126-1198), sementara itu di dunia Kristen lahir Filsuf-filsuf antara lain seperti Peter Abelardus (1079-1180), Albertus Magnus (1203-1280 M), dan Thomas Aquinas (1225- 1274). Mereka ini disamping sebagai Filsuf juga orang-orang yang mendalami ajaran agamanya masing-masing, sehingga corak pemikirannya mengacu pada upaya mempertahankan keyakinan agama dengan jalan filosofis, meskipun dalam banyak hal terkadang ajaran Agama dijadikan Hakim untuk memfonis benar tidaknya suatu hasil pemikiran Filsafat (Pemikiran Rasional). Pada masa ini dunia Kristen Eropa mengalami abad kegelapan, ada juga yang menyatakan periode ini sebagai periode pertengahan.Masa keemasan atau kebangkitan Islam ditandai dengan banyaknya ilmuan-ilmuan Islam yang ahli dibidang masing-masing, berbagai buku inilah diterbitkan dan ditulis. Di antara tokoh-tokoh tersebut adalah Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali yang ahli dalam hokum Islam, Al-farabi ahli astronomi dan matematika, Ibnu Sina ahli kedokteran dengan buku terkenalnya yaitu The Canon of Medicine. Al-kindi ahli filsafat, Al-ghazali intelek yang meramu berbagai ilmu sehingga menjadi kesatuan dan kesinambungan dan mensintesis antara agama, filsafat, mistik dan sufisme .Ibnu Khaldun ahali sosiologi, filsafat sejarah, politik, ekonomi, social dan kenegaraan.Anzahel ahli dan penemu teori peredaran planet.Tetapi setelah perang salib terjadi umat Islam mengalami kemundurran, umat Islam dalam keadaan porak-poranda oleh berbagai peperangan.
  • 20. Sebagaimana telah diketahui, orang yang pertama kali belajar dan mengajarkan filsafat dari orang-orang sophia atau sophists (500 – 400 SM) adalah Socrates (469 – 399 SM), kemudian diteruskan oleh Plato (427 – 457 SM). Setelah itu diteruskan oleh muridnya yang bernama Aristoteles (384 – 322 SM).Setelah zaman Aristoteles, sejarah tidak mencatat lagi generasi penerus hingga munculnya Al-Kindi pada tahun 801 M. Al-Kindi banyak belajar dari kitab- kitab filsafat karangan Plato dan Aristoteles.Oleh Raja Al-Makmun dan Raja Harun Al- Rasyid pada Zaman Abbasiyah, Al-Kindi diperintahkan untuk menyalin karya Plato dan Aristoteles tersebut ke dalam Bahasa Arab. Sepeninggal Al-Kindi, muncul filosof-filosof Islam kenamaan yang terus mengembangkan filsafat. Filosof-filosof itu diantaranya adalah : Al-Farabi, Ibnu Sina, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, Muhamad Iqbal, dan Ibnu Rushd. Berbeda dengan filosof-filosof Islam pendahulunya yang lahir dan besar di Timur, Ibnu Rushd dilahirkan di Barat (Spanyol).Filosof Islam lainnya yang lahir di barat adalah Ibnu Baja (Avempace) dan Ibnu Tufail (Abubacer). M. Pemikiran Filfasat Masa Yunani Kuno Pemikiran Filsafat Yunani periode awal acapakali disebut sebagai flsafat alam.Penyebutan tersebut didasarkan pada munculnya banyak ahli pikir alam yang arah dan perhatian pemikirannya lebih cenderung apa yang diamati di sekitarnya,yakni alam semesta. Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya,akantetapi ketrerangan-keterangan ini berdasarkan kepercayaaan.Ahli- ahli pikir tidak puas akan keterangan-keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya.Mereka menanyakan dan mencari jawabnya:apakah sebetulnya alam ini.Apakah intisari nya?.Mungkin yang beraneka warna dalam alam ini dapat di pulangkan kepada yang satu atau yang tidak banyak itu.Mereka mencari inti alam,denag istilah mereka:mereka mencari arche alam.(Arche dalam bahasa Yunani berarti:mula,asal). Tokoh-tokoh Filsuf pada masa Yunani kuno,antara lain: 1) Thales (624-546 SM) Orang Miletus itu digelari “Bapak Filsafat” karena dia adalah orang yang mula-mula berfilsafat.Gelar itu diberikan karena ia mengajukan pertanyaan yang amat mendasar,yang jarang diperhatikan orang,juga orang zaman sekarang:”What is the nature of the world stuff ?”(Mayer,1950:18) Apa sebenarnya bahn alam semesta ini?. Terlepas dari apapun jawabannya,pertanyaan ini saja telah dapat mengangkat namanya menjadi filosof pertama.Ia sendiri mefnjawab air.Jawaban ini sebenarnya amat sederhana dan belum tuntas karena
  • 21. memunculkan pertanyaan baru yaitu dari apa air itu?,Thales mengambil air sebagi asal alam semesta barang kali karena ia melihatnya sebagai sesuatu yang sangat diperlukan dalam kehidupan,dan menurut pendapatnya buymi ini terapung diatas air (Mayer,1950:18). Dari pernyataan Thales tersebut maka dapat diketahui bahwa sesuatu yang sederhana pun dapat menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang sangat kompleks. 2) Anaximander (610-546 SM) Theophrastus menggambarkannya sebagai penerus dan murid Thales. Seperti Thales, Anaximender tampaknya juga campuran antara ahli astrologi, geologi, matematika, fisika dan filosof. Menurut Agathemerus, orang pertama yang berani menggambar dunia yang tak berpenghuni diatas tablet. Salah satu fragmen buku yang dikatakan telah (mengenai alam). Anaximander berpendapat bahwa benda pembentuk dunia yang asli adalah apeiron, suatu substansi yang tidak memiliki batas atau definisi. Ia menjelaskan apeiron sebagai sesuatu yang mengelilingi segala sesuatu secara tak terbatas dan juga sebagai sesuatu makhluk dari mana semua langit dan dunia didalamnya maujud:bumi, udara, api, dan air bagaimanapun juga digerakkan oleh substansi yang tak terbatas. Anaximander percaya bahwa bumi bentuknya bulat silinder, kedalamannya sepertiga dari lebarnya sehingga bumi seperti drum. Menurut Anaximender bumi tidak ditopang oleh apa- apa, tetapi tetap berada pada jarak yang sama dari smua benda. Ia juga berpendapat bahwa makhluk pertama yang hidup dilahirkan dalam kelembaban yang melekat pada kulit kayu yang berduri dan kemudian mengalami perkembangan kehidupan organik. 3) Anaximenes (585-528 SM) Adalah yang ketiga dari trio filosof yang dikenal dengan milesian. Ia diperkirakan berkibar sekitar 540 SM dan dia adalah murid dari Anaximander. Seperti Anaximander, Anaximanes berpendapat bahwa prinsip pertama dari segala benda adalah tak terbatas. Ia menyatakan bahwa prinsip pertama tersebut adalah udara karena udaralah yang meliputi seluruh alam dan menjadika dasar hidup bagi manusia yang sangat diperlukan oleh nafasnya. Anaximenes mengajarkan bahwa bumi datar dan melayang diudara, bahwa bintang-bintang ditanam seperti paku dalam kristal dan benda-benda langit bergerak mengitari bumi seakan- akan seperti topi yang mengitari kepala kita. Ia juga menjelaskan bahwa terjadinya gempa bumi merujuk pada pilihan pertukaran bumi antara keadaan kering dan basah. Aetius menyatakan bahwa ia telah mengatakan matahari adalah datar seperti daun dan smua benda langit seperti api tetapi mempunyai benda-benda bumi diantara benda-benda tersebut.
  • 22. 4) Pythagoras (571-496 SM) Ia adalah ahli matematika dan mistik, lahir di Samos, sebuah pulau dekat pantai Ionia, tetapi menghabiskan sebagian besar hidupnya di Croton (sebelah selatan Italia). Aristoteles mengatakan bahwa pythagoras percaya bahwa angka bukan unsur seperti udara dan air merupakan prinsip semua benda : modifikasi angka sedemikian rupa menjadi keadilan , yang lain menjadi jiwa dan nalar, yang lain lagi menjadi kesempatan dan sama halnya hampir semua benda yang lain secara angka bisa dijelaskan. Angka, bagi pythagoras adalah materi dan makna cosmos. Ia berpendapat bahwa genap dan ganjil secara bersama-sama menghasilkan kesatuan dan kesatuan itu menghasilkan angka yang merupakan sumber semua benda. 5) Heraclitus (544-484 SM ) Menurut Diogenes Laertius mengatakan bahwa Heraclitus sangat sombong dan angkuh hingga akhirnya menjadi manusia pembenci yang hidup di pegunungan dan memakan rerumputan serta tanam-tanaman. Heraclitus menyatakan bahwa “You can not step twice into the same river; for the fresh waters are ever flowing upon you” (Engkau tidak dapat terjun ke sungai yang samadua kali karena air sungai itu mengalir).(Warner, 1961:26) Menurut Heraclitus, alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah, sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, begitupun sebaliknya. Itu berarti bila kita hendak memahami kehidupan kosmos, kita mesti menyadari bahwa kosmos itu selalu bergerak dan gerakan itu menghasilkan perlawanan perlawanan-perlawanan. Pernyataan itu mengandung pengertian bahwa kebenaran selalu berubah. 6) Parmanides (501-492 SM) Adalah salah seorang tokoh relativisme yang penting, yang lahir pada akhir abad 16 SM. Ia adalah warga negara Elea sebelah selatan Italia. Ia dikatakan sebagai logi kawan pertama dalam segala segala filsafat, bahkan disebut filosof pertama dalam pengertian modern. Sistemnya secara keseluruhan didasarkan pada deduksi logis, tidak seperti Heraclitus, misalnya, menggunakan metode intuisi. Dalam the way of truth Parmanides bertanya : Apa standar kebenaran dan apa ukuran realitas? Bagaimana hal itu dapat dipahami? Ia menjawab : ukurannya ialah logika yang konsisten. Parmanides mengakui adanya pengetahuan yang tidak tetap dan berubah-ubah serta pengetahuan mengenai yang tetap yaitu pengetahuan indra dan budi. Menurut Permanides
  • 23. pengetahuan budi itu sangat utama karena ia beranggapan bahwa pengetahuan indra dianggapnya keliru belaka, tidak mampu mencapai kebenaran. 7) Zeno Menurut Plato ia lahir pada tahun 490 SM. Zeno dikenal karena paradoknya, ia adalah murid dan pengikut Parmanides, Eleatik yang paling terkemuka, yang berpendapat bahwa relitas adalah satu, tidak berubah dan tidak bergerak, dan realitas dipahami dengan benar oleh nalar bukan indra. Zeno dari Elea berusaha menunjukkan bahwa gerak hanya khayal belaka. Penalarannya yang paling terkenal dalam hal ini menyatakan bahwa Achilles tak akan pernah dapat mengejar kura-kura. Ini disebabkan kura-kura tadi akan selalu berada di depan Achilles pada saat ia mencapai titik tempat kura-kura itu semula. Mellisus memperbaiki pendirian Permanides dengan mengatakan bahwa ada, tidak hanya tak terhingga dalam waktu, melainkan dalam ruang. Dengan demikian pendapatnya ini menyimpang dari tradisi Yunani yang memandang ruang bersifat berhingga. N. Perkembangan filsafat pada zaman Yunani kuno Dilihat dari pendekatan historis,ilmu filsafat dipahami melalui sejarah perkembangan pemikiran filsafat.Menurut catata sejarah,filsafat barat bermula di Yunani.Bangsa Yunani mulai mempergunakan akal ketika mempertanyakan mitos yang berkembang di masyarakat sekitar abad VI SM. Perkembangan pemikiran ini menandai bahwa suatu usaha pemikiran manusia untuk mempergunakan akal dalam memahami segala sesuatu.Pemikiran Yunani sebagai embrio filsafat barat berkembang menjadi titik tolak pemikiran barat abad pertengahan,modern dan masa berikutnnya.[15] Pemahaman filsafat tidak dapat dilepaskan dari perjalanan panjang sejarah pemikiran manusia itu sendiri.Sebagiman pemikiran manusia pada awalnya masih diliputi dengan corak berpikir mitilogis.Corak pemikiran ini diwarnai dengan pertimbangan-pertimbangan magis dan animistik terkait dengan corak kehidupannya sehari-hari.Dalam perkembangan selanjutnya manusia mulai berpikir yang lebih rasional dengan disertai argumentasi- argumentasi logis.Dari sinilah fase awal dari berpikir secar filsafati,manusia mulai merumuskan pernyataan-pernyataan logis dan sistematis terkait dengan persoalan-persoalan yang tengah di hadapinya. Filsafat Yunani muncul dari pengaruh mitologi,mistisisme,matematika dan persepsi yang kental sehingga segalanya nyaris tidak jelas dan seakan mengacaukan pandangan dunia.Kebudayaan mereka kaya dan kreatif namun
  • 24. dikelilingi oleh orang-orang yang sportif dan kompetitif.Dari perkembangan pemikiran inilah muncul beberapa pemikiran filosofis pada masa Yunani kuno antara lain parmanides,Xenophanes,Thales,Aristoteles,Herklitus dan Pythagoras.[16] Secar umum karakteristik filsafat Yunani kuno adalah rasionalisme,yaitu suatu pemahamn tentang sebuah pengetahuan yang lebih mengutamakn akal(logika).Rasionalisme Yunani itu mencapai puncaknya pada orang-orang sofis. O. Tujuan, fungsi dan manfaat filsafat Menurut Harold H. Titus, filsafat adalah suatu usaha memahami alam semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian dan kebijaksanaan (understanding and wisdom). Dr Oemar A. Hoesin mengatakan: Ilmu memberi kepada kita pengatahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib, akan kebenaran. S. Takdir Alisyahbana menulis dalam bukunya: filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran) itulah letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya. Bagi manusia, berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang sedalam- dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran. Radhakrishnan dalam bukunya, History of Philosophy, menyebutkan: Tugasfilsafat bukanlah sekadar mencerminkan semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah kreatif, menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru. Filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk menompang dunia baru, mencetak manusia-manusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan 'nation', ras, dan keyakinan keagamaan mengabdi kepada cita mulia kemanusiaan. Filsafat tidak ada artinya sama sekali apabila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya maupun dalam semangatnya. Studi filsafat harus membantu orang-orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual.Filsafat dapat mendukung kepercayaan keagamaan seseorang, asal saja kepercayaan tersebut tidak bergantung pada konsepsi prailmiah yang usang, yang sempit dan yang dogmatis. Urusan (concerns) utama
  • 25. agama ialah harmoni, pengaturan, ikatan, pengabdian, perdamaian, kejujuran, pembebasan, dan Tuhan. Berbeda dengan pendapat Soemadi Soerjabrata, yaitu mempelajari filsafat adalah untuk mempertajamkan pikiran, maka H. De Vos berpendapat bahwa filsafat tidak hanya cukup diketahui, tetapi harus dipraktekkan dalam hidup sehari-sehari. Orang mengharapkan bahwa filsafat akan memberikan kepadanya dasar-dasar pengetahuan, yang dibutuhkan untuk hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup secara baik. Filsafat harus mengajar manusia, bagaimana ia harus hidup agar dapat menjadi manusia yang baik dan bahagia. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisik (hakikat keaslian). P. Aliran-aliran dalam filsafat Aliran-aliran yang terdapat dalam filsafat sangat banyak dan kompleks. Di bawah ini akan kita bicarakan aliran metafisika, aliran etika, dan aliran-aliran teori pengetahuan. a. Aliran-aliran metafisika Menurut Prof. S. Takdir Alisyahbana, metafisika ini dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu (1) yang mengenai kuantitas (jumlah) dan (2) yang mengenai kualitas (sifat).Yang mengenai kuantitas terdiri atas (a)monisme, (b) dualisme, dan (c) pluralisme. Monisme adalah aliran yang mengemukakan bahwa unsur pokok segala yang ada ini adalah esa (satu). Menurut Thales: air menurut Anaximandros: 'apeiron' menurut Anaximenes: udara. Dualisme adalah aliran yang berpendirian bahwa unsure pokok sarwa yang ada ini ada dua, yaitu roh dan benda.Pluralisme adalah aliran yang berpendapat bahwa unsur pokok hakikat kenyataan ini banyak. Menurut Empedokles: udara, api, air dan tanah. Yang mengenai kualitas dibagi juga menjadi dua bagian besar, yakni (a) yang melihat hakikat kenyataan itu tetap, dan (b) yang melihat hakikat kenyataan itu sebagai kejadian. Yang termasuk golongan pertama (tetap) ialah: " Spiritualisme, yakni aliran yang berpendapat bahwa hakikat itu bersifat roh. " Materialisme, yakni aliran yang berpendapat bahwa hakikat itu bersifat materi. Yang termasuk golongan kedua (kejadian) ialah: " Mekanisme, yakni aliran yang berkeyakinan bahwa kejadian di dunia ini berlaku dengan sendirinya menurut hukum sebab-akibat. " Aliran teleologi, yakni aliran yang berkeyakinan bahwa kejadian yang satu berhubungan dengan kejadian yang lain, bukan oleh hukum sebab- akibat, melainkan semata-mata oleh tujuan yang sama. " Determinisme, yaitu aliran yang mengajarkan bahwa kemauan manusia itu tidak merdeka dalam mengambil putusan-putusan yang penting, tetapi sudah terpasti lebih dahulu.
  • 26. " Indeterminisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa kemauan manusia itu bebas dalam arti yang seluas-luasnya. b. Aliran-aliran etika Aliran-aliran penting dalam etika banyak sekali, diantaranya ialah: 1) Aliran etika nuturalisme, yaitu aliran yang beranggapan bahwa kebahagiaan manusia itu diperoleh dengan menurutkan panggilan natural (fitrah) kejadian manusia sekali. 2) Aliran etika hedonisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa perbuatan susila itu ialah perbuatan yang menimbulkan 'hedone' (kenikmatan dan kelazatan). 3) Aliran etika utilitarianisme, yaitu aliran yang menilai baik dan buruknya perbuatan manusia ditinjau dari kecil dan besarnya manfaat bagi manusia (utility = manfaat). 4) Aliran etika idealisme, yaitu aliran yang menilai baik buruknya perbuatan manusia janganlah terikat pada sebab-musabab lahir, tetapi haruslah didasarkan atas prinsip kerohanian (idea) yang lebih tinggi. 5) Aliran etika vitalisme, yaitu aliran yang menilai baik-buruknya perbuatan manusia itu sebagai ukuran ada atau tidak adanya daya hidup (vital) yang maksimum mengendalikan perbuatan itu. 6) Aliran etika theologis, yaitu aliran yang berkeyakinan bahwa ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia itu dinilai dengan sesuai atau tidak sesuainya dengan perintah Tuhan (Theos = Tuhan). c. Aliran-aliran teori pengetahuan Aliran ini mencoba menjawab pertanyaan, bagaimana manusia mendapat pengetahuannya sehingga pengetahuan itu benar dan berlaku. Pertama, golongan yang mengemukakan asal atau sumber pengetahuan. Termasuk ke dalamnya: " Rationalisme, yaitu aliran yang mengemukakan bahwa sumber pengetahuan manusia ialah pikiran, rasio dan jiwa manusia. " Empirisme, yaitu aliran yang mengatakan bahwa pengetahuan manusia itu berasal dari pengalaman manusia, dari dunia luar yang ditangkap pancainderanya. " Kritisisme (transendentalisme), yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu berasal dari luar maupun dari jiwa manusia itu sendiri. " Kedua, golongan yang mengemukakan hakikat pengetahuan manusia. Termasuk ke dalamnya: " Realisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambar yang baik dan tepat dari kebenaran dalam pengetahuan yang baik tergambarkan kebenaran seperti sungguh-sungguhnya ada.
  • 27. " Idealisme, yaitu aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain daripada kejadian dalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu sekaliannya terletak di luarnya. d. Aliran-aliran lainnya dalam filsafat Di samping aliran-aliran di atas, masih banyak aliran yang lain dalam filsafat. Aliran-aliran itu antara lain ialah: 1) Eksistensialisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa filsafat harus bertitik tolak pada manusia yang kongkret, yaitu manusia sebagai eksistensi, dan sehubungan dengan titik tolak ini. maka bagi manusia eksistensi itu mendahului esensi. 2) Pragmatisme, yaitu aliran yang beranggapan bahwa benar dan tidaknya sesuatu ucapan, dalil, atau teori, semata-mata bergantung pada berfaedah atau tidaknya ucapan, dalil atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak di dalam kehidupannya. 3) Fenomenologi, yaitu aliran yang berpendapat bahwa hasrat yang kuat untuk mengerti yang sebenarnya dan keyakinan bahwa pengertian itu dapat dicapai jika kita mengamati fenomena atau pertemuan kita dengan realitas. 4) Positivisme, yaitu aliran yang berpendirian bahwa filsafat hendaknya semata-mata berpangkal pada peristiwa yang positif, artinya peristiwa-peristiwa yang dialami manusia. 5) Aliran filsafat hidup, yaitu aliran yang berpendapat bahwa berfilsafat barulah mungkin jika rasio dipadukan dengan seluruh kepribadian sehingga filsafat itu tidak hanya hal yang mengenai berpikir saja, tetapi juga mengenai ada, yang mengikutkan kehendak, hati, dan iman, pendeknya seluruh hidup.
  • 28. ILMU A. Definisi Ilmu Ilmu berasal dari bahasa Arab : ‘alima, ya’lamu,‘ilman, dengan wazan fa ‘ila, yaf’alu, yang berarti: mengerti, memahami benar-benar. Sinonim yang paling dekat dengan bahasa Yunani adalah episteme. Pengertian ilmu yang terdapat dalam kamusBahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu. Menurut “ensiklopedia Indonesia” ilmu adalah suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan menggunakan metode-metode tertentu. Ilmu pengetahuan prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematiskan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, namun dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode. Ilmu pengetahuan diambil dari kata bahasa inggris science , yang berasal dari bahasa latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui. Ilmu pengetahuan adalah suatu proses pemikiran dan analisis yang rasional, sistematik, logis, dan konsisten. B. Sejarah Perkembangan Ilmu Sejarah ilmu pada dasarnya merupakan sejarah pikiran umat manusia terlepas dari asal usul kebangsaan maupun asal mula negara, dan pembagian lintasan sejarah ilmu yang paling tepat adalah menurut urutan waktu dan bukan berdasarkan pembagian negara, lintasan sejarah ilmu terbaik mengikuti pembagian kurun waktu dari satu zaman yang terdahulu ke zaman berikutnya, zaman tertua dari pertumbuhan ilmu adalah zaman kuno yang merentang antara tahun kurang lebih 4000 SM-400M. Zaman kuno ini dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu: 1. ± 4000- 6000 s.M : Masa Mesir dan Babilon 2. 600-30 s.M : Masa Yunani Kuno 3. 30 SM-400 M : Masa Romawi
  • 29. Di mesir mulai tumbuh berbagai gagasan ilmiah dari pengetahuan arsitektur, ilmu gaya, ilmu hitung, ilmu ukur. Semua ilmu ini penting untuk keperluan membangun berbagai kuil, istana, dan piramid. Ilmu bedah dan ilmu kedokteran juga mulai dikembangkan di Mesir, di Babilonia dikembangkan berbagai gagasan ilmiah dari ilmu bintang dan ilmu pasti. Suatu hal lain yang perlu diketahui bahwa masih melekat pada pertumbuan ilmu pada masa yang pertama ini adalah adanya penjelasan penjelasan yang persifat gaib. Pada masa berikutnya di Yunani Kuno antara tahun 600-30 S.M mengenal siapa para pengembang ilmu serta tempat dan tahun kelahirannya. Ada dua jenis ilmu yang dipelajari yang pada waktu itu mendekati kematangannya, pertama, ilmu kedokteran, praktek yang setidaknya mencoba menerapkan metode yang berdisiplin dalam pengamatan dan penarikan kesimpulan, dan kedua, geometri, yang sedang mengumpulkan setumpukan hasil di seputar hubungan- hubungan antara ilmu hitung yang disusun secara khusus dan sedang mendekati masalah- masalah struktur logis serta masalah-masalah definisi. Imuwan-ilmuwan yang terkemuka pada waktu itu di antaranya adalah Thales (±525-654 s.M.) merupakan ilmuwan yang pertama di dunia karena ia memplopori tumbuhnya Ilmu Bintang, Ilmu Cuaca, Ilmu Pelayaran, dan Ilmu Ukur dengan berbagai ciptaaan dan penemuan penting. Ilmuwan Yunani Kuno kedua adalah Pythagoras (578?-510 s.M.) merupakan ahli Ilmu Pasti. Ilmuwan Yunani Kuno yang ketiga adalah Democritus (±470-±400 s.M.), gagasan ilmiahnya yang terkenal ialah tentang atom. Perkembangan ilmu pada Masa berikutnya adalah Masa Romawi yang merupakan masa terakhir dari pertumbahan ilmu pada Zaman Kuno dan merupakan masa yang paling sedikit memberikan sumbangsih pada sejarah ilmu dalam Zaman Kuno. Namun bangsa Romawi memiliki kemahiran dalam kemampuan keinsinyuran dan keterampilan ketatalaksanaan serta mengatuur hukum dan pemerintahan. Bangsa ini tidak menekankan soal-soal praktis dan mengabaikan teori ilmiah, sehingga pada masa ini tidak muncul ilmuwan yang terkemukan. Perkembangan berikutnya pada zaman pertengahan, ribuan naskah pengetahuan dari Zaman Yunani Kuno yang terselamatkan dan diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh cendekiawan Muslim dan sebagian ditambahi catatan ulasan, abad VII dan VIII Kaum Muslim meguasai wilayah-wilayah Asia Kecil sampai Mesir dan Spanyol. Kota-kota yang merupakan pusat- pusat kebudayaannya ialah Bagdad, Damaskus, Kairo, Kordoba, dan Toledo.
  • 30. Ilmuwan-ilmuwan Muslim yang terkenal seperti Al-Razi (865-925) dan Ibnu Sina (980-1037) adalah ahli ilmu Kedokteran, Jabir ibn Hayyan (±721-±815) dalam Pengetahuan Kimia dan obat-obatan, serta dalam Ilmu Penglihatan oleh Ibn al-Haytham (965-1038). Pada abad XI bangsa-bangsa Eropa Utara berangsur-angsur mengetahui perkembangan pengetahuan ilmiah yang berlagsung di daerah Muslim. Dan dengan sebab itu Abad XIV- XVI dikenal Zaman Pencerahan (renaissance) di Eropa, ditandai dengan kelahiran kembali semua ilmiah maupun pengetahuan kemanusiaan dari Masa Yunani Kuno. Ilmuwan yang terkemuka saat itu ialah Nicolaus Copernicus (1473-1543) seorang peletak dasar Ilmu Bintang Modern. Lainnya adalah Andreas Vesailus (1514-1564) ahli Ilmu Urai Tubuh Modern. Dengan berakhirnya Zaman Pencerahan dunia memasuki Zaman Modern mulai Abad XVII, pengertian ilmu yang modern dan berlainan dengan ilmu lama atau klasik mulai berkembang dalm abad ini. Perkembangan ini terjadi karena perkembangan 3 hal, yaitu perubahan alam pikiran orang, kemajuan teknologi, dan lahirnya tata cara ilmiah. Pada Zaman ini banyak melahirkan ilmuwan dengan teori baru di bidang ilmu pengetahuan yang beragam. Misal, Isaac Newton (1642-1727) penemu Kaidah Gaya Berat dan Teori Butir Cahaya, Thomas Robert Malthus (1766-1834) Teori Kependudukan. Setelah memasuki Abad XX pertumbuhan ilmu di dunia mengalami ledakan, karena boleh dikatakan setiap tahun puluhan penemuan hasil penelitian para ilmuwan muncul. C. Ciri-ciri Utama Ilmu · Menurut terminology 1. ilmu adalah sebagai pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur dan dapat dibuktikan. 2. berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidakpernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yangmengacu ke objek (atau alam objek)yang samadan saling berkait secara logis. 3. ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat didalamnya dirinya sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapkan. 4. berkaitan dengan konsep ilmu(pengetahuan ilmiah) adalah ide bahwa metode-metode yang berhasil dan hasil-hasi lyang terbukti pada dasarnya harus terbuka kepada semua pencari ilmu.
  • 31. 5. metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan dan ide yang terpisah-pisah.Sebaliknya ilmu menuntut pengamatan danberpikir metodis, tertata rapi. 6. kesatuan setiap ilmu bersumber di dalamkesatuan objeknya. . D. Cabang-cabang ilmu Ilmu berkembang pesat, demikian juga dengan cabang-cabangnya. Pada dasarnya cabang- cabang ilmu tersebut berkembang dari dua cabang utama yakni, filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the natural science) dan filsafat moral yang kemudian berkembang kedalam cabang-cabang ilmu sosial (the social science). Ilmu alam membagi diri menjadi dua kelompok lagi yakni ilmu alam (the physical science) dan ilmu hayat (the biologycal sciences). Ilmu alam bertujuan mempelajari zat yang membentuk alam semesta sedangkan alam kemudian bercabang lagi menjadi Fisika (mempelajari massa dan energi), Kimia (mempelajari subtansi zat), Astronomi (mempelajari benda-benda langit), dan Ilmu bumi atau the earth science (mempelajari bumi kita ini). Pada ilmu sosial berkembang agak lambat dibandingkan ilmu alam. Pada intinya ilmu sosial meliputi Antropologi (mempelajari manusia dalam perspektif waktu dan tempat), Psikologi (mempelajari proses mental dan kelakuan manusia), Ekonomi (mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya lewat proses pertukaran), Sosiologi (mempelajari struktur organisasi sosial manusia), Ilmu politik (mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan manusia berpemerintahan dan bernegara). Disamping ilmu alam dan ilmu sosial pengetahuan mencakup humaniora dan matematika. Humaniora terdiri dari seni, filsafat, agama, sejarah, dan bahasa. Matematika mencakup tentang aritmatika, geometri, teori bilangan, aljabar, trigonometri, geometri analitik, persamaan difensial, kalkulus, topologi, geometri non euclid, teori fungsi, probabilitas dan statik logika dan logika matematis. . E.Macam-macam Ilmu Pembagian ilmu pengetahuan tergantung kepada cara dan tempat para ahli itu meninjaunya. Pada Zaman Purba dan Abad Pertengahan pembagian ilmu pengetahuan berdasarkan kesenian yang merdeka, yang tediri dari dua bagian yaitu: 1. Trivium 2. Qudrivium Ø Trivium atau tiga bagian ialah:
  • 32. 1. Gramatika, bertujuan agar manusia dapat menyusunpembicaraan dengan baik 2. Dialektika, bertujuan agar manusia dapat berpikir dengan baik, formal, dan logis. 3. Retorika, bertujuan agar manusia dapat berbicara dengan baik. Ø Qudrivium atau empat bagian terdiri dari: 1. Aritmatika, adalah ilmu hitung 2. Geometrika, adalah ilmu ukur 3. Musika, adalah ilmu musik 4. Astronomia, adalah ilmu perbintangan F. Klasifikasi Ilmu Klasifikasi atau penggolongan ilmu mengalami perkembangan atau perubahan sesuai dengan semangat zaman. Terdapat banyak pandangan yang terkait dengan klasifikasi ilmu yang dapat kita temui. Pada saat ini kami akan mengklasifikasikan ilmu pengetahuan menurut subyeknya dan obyeknya. Menurut subyeknya: 1)Teoritis a.Nomotetis: ilmu yang menetapkan hukum-hukum yang universal berlaku, mempelajari obyeknya dalam keabstrakannya dan mencoba menemukan unsur-unsur yang selalu terdapat kembali dalam segala pernyataannya yang konkrit bilamana dan di mana saja, misalnya adalah ilmu alam, ilmu kimia, sosiologi, ilmu hayat dan sebagianya. b.Ideografis (ide: cita-cita, grafis: lukisan), ilmu yang mempelajari obyeknya dalam konkrit menurut tempat dan waktu tertentu, dengan sifat-sifatnya yang menyendiri (unik). Misalnya ilmu sejarah, etnografi (ilmu bangsa-bangsa), sosiologi dan sebagainnya. 2)Praktis (applied science/ ilmu terapan) Adalah ilmu yang langsung ditujukan kepada pemakaian atau pengalaman pengetahuan itu, jadi menentukan bagaimanakah orang harus berbuat sesuatu, maka ini pun diperinci lebih lanjut yaitu: a.Normatif, ilmu yang memesankan bagaimanakah kita harus berbuat, membebankan kewajiban-kewajiban dan larangan-laramgan misalnya: etika (filsafat kesusilaan/filsafat moral)
  • 33. b.Positif, (applied dalam arti sempit) yaitu ilmuyang mengatakan bagaimanakah orang harus berbuat sesuatu , mencapai hasil tertentu. Misalnya adalah ilmu pertanian, ilmu teknik, ilmu kedokteran dan sebagainnya. Kedua macam ilmu ini saling melengkapi, jadi walaupun dibedakan tetap tidak boleh dipisahkan. Kebanyakan ilmu pengetahuan mempunyai bagian teoritis disamping bagian praktis, sehingga sering sulit diterapkan dimana suatu ilmu harus dimasukkan dalam pembagian ini, ilmu teoritis, biasannya dapat berdiri sendiri terlepas dari ilmu praktis,akan tetapi ilmu praktis selalu mempunyai dasar yang teoritis. Menurut Obyeknya (terutama obyek formalnya atau sudut pandangnya) 1)Universal/umum: meliputi keseluruhan yang ada,seluruh hidup manusia, misalnnya: teologi/agama dan filsafat. 2)Khusus: hanya mengenai salah satu lapangan tertentu dan kehidupan manusia, jadi obyeknya terbatas, hanya ini saja atau itu saja.inilah yang biasannya disebut” ilmu pengetahuan”. Ini diperinci lagi atas: a.Ilmu-ilmu alam (natural scienses, natuurwetenschappen) Ilmu yang mempelajari barang-barang menurut keadaanya di alam kodrat saja, terlepas dari pengaruh manusia dan mencari hukum-hukum yang mengatur apa yang terjasi di dalam alam, jadi terperinci lagi menurut obyeknya. Termasuk di dalamnya adalah: ilmu alam, ailmu fisika, ilmu kimia, ilmu hayat dan sebainnya. b.Ilmu pasti (mathematics) Ilmu yang memandang barang-barang, terlepas dari isinya hanya menurut besarnya. Jadi mengadakan abstaraksi barang-barang itu. Ilmunya dijabarkan secara logis berpangkal pada beberapa asas-asas dasar (axioma). Termasuk di dalamnya adalah: ilmu pasti, ilmu ukur, ilmu hitung, ilmu aljabar dan sebagainnya. c.Ilmu-ilmu kerohanian / kebudayaan (geisteswisssen-schaften/social-sciences) Ilmu yang mempelahari hal-hal dimana jiwa manusia memegang peranan yang menentukan. Yang dipandang bukan barang-barang seperti di alam dunia, terlepas dari manusia, melainkan justru sekadar mengalami pengaruh dari manusia. Termasuk misalnnya: ilmu sejarah, ilmu mendidik, ilmu hukum , ilmu ekonomi, ilmu sosiologi, ilmu bahasa dan sebagainnya.
  • 34. Ketiga macam ilmu pengetahuan ini juga dibeda-bedakan tetapi jangan sampai dipisah- pisahkan, kerna memang berhubungan satu sama lain dan saling mempengaruhi dan melengkapi. Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Para Filsuf Dalam sub ini, kami mengambil beberapa contoh klasifikasi ilmu pengetahuan menurut para filsuf, antara lain: 1)Cristian Wolff Cristian Wolff mengklasifikasikan ilmu pengetahuan ke dalam tiga kelompok besar , yakni ilmu pengetahuan empiris, matematika, dan filsafat. Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Cristian Wolff dapat diskemakan sebagai berikut : a.Ilmu pengetahuan empiris 1.Kosmologis empiris 2.Psikologis empiris b.Matematika 1.Murni : aritmatika, geometri, aljabar 2.Campuran : mekanika, dan lain-lain c.Filsafat 1.Spekulatif (metafisika) a.umum:ontologi b.khusus: psikologi, kosmologi, theology 2.Praktis a.intelek: logika b.kehendak; ekonomi, etika, politik. c.pekerjaan fisik: tekhnologi 2)Auguste Comte Pada dasarnya penggolongan ilmu pengetahuan yang dikemukakan Auguste Comte sejalan dengan sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala-gejala dalam ilmu pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu. Kemudian disusul dengan gejala pengetahuan yang semakin lama semakin rumit atau kompleks dan semakin kongkret. Karena dalam mengemukakan penggolongan ilmu pengetahuan, Auguste Comte memulai dengan mengamati gejala-gejala yang paling sederhana, yaitu gejala yang letaknya
  • 35. paling jauh dari suasana kehidupan sehari-hari. Urutan dalam penggolongan ilmu pengetahuan Auguste Comte sebagai berikut: 1.Ilmu pasti (matematika) 2.Ilmu perbintangan (astronomi) 3.Ilmu alam (fisika) 4.Ilmu kimia 5.Ilmu hayat (fisiologi atau biologi) 6.Fisika sosial (sosiologi) Klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Auguste Comte secara garis besar dapat diklasifikasikan sebagi berikut: 1.Ilmu pengetahuan a.Logika (matematika murni) b.Ilmu pengetahuan empiris (astronomi, fisika, biologi, sosiologi) 2.Filsafat a.Metafisika b.Filsafat ilmu pengetahuan G. Hakikat Ilmu Pengetahuan Secara pendekatan sitematika, hakikat ilmu masuk dalam bahasan Epistimologi, yaitu satu cabang dalam filsafat yang mengkaji hakikat ilmu pengetahuan dari empat segi, sumber pengetahuan, batas pengetahuan, struktur pengetahuan dan keabsahan pengetahuan. Atau dengan kata lain, epistimologi adalah cabang filsafat yang menjelaskan cara bagaimana menyusun pengetahuan yang benar Beberapah tokoh filsafat mendasari bahwa pengetahuan yang benar haruslah diperoleh lewat cara atau metode yang benar atau disebut dengan metode ilmiah. Epistimologi dan filsafat ilmu merupakan dua cabang filsafat yang mengkaji seputar pengetahuan. Keduanya merupakan wilayah filsafat yang muncul lantaran Kant bertanya: “apa yang dapat saya ketahui?” untuk membedakan keduanya bisa dilihat melalui objek pengetahuannya, jika Epistimologi mencakup segala pengetahuan termasuk pengetahuan sehari-hari sedangkan filsafat ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah. v 1. Sumber Pengetahuan
  • 36. Pada dasarnya manusia menggunakan dua cara dalam memperoleh pengetahuan yang benar, pertama melalui rasio dan kedua melalui pengalaman. Paham yang pertama disebut sebagai rasionalisme sedangkan paham yang kedua disebut dengan empirisme. Rasionalisme adalah sebuah paham yang menekankan pikiran sebagai sumber utama pengetahuan dan pemegang otoritas terakhir bagi penentu kebenaran. Adapun cara kerja rasio adalah melalui berfikir deduktif, menurutnya bahwa manusia awalnya mengetahui segala sesatu itu bersifat apriori, yang prinsip-prinsipnya sudah ada sebelum manusia berusaha memikirkannya, karenanya bukanlah ciptaan pikiran manusia. Sedangkan indrawi selalu dicurigai karena selalu berubah-ubah tidak dapat menjadi landasan yang kokoh bagi ilmu pengetahuan. Juga sebenarnya sama yang dihadapi oleh rasio, di mana bebas dari pengalaman dan tidak dapat dievaluasi menjadikan rasionalisme dapat menyimpulkan bermacam-macam pengetahuan dari satu objek dan sulit untuk mendapat konsensus kebenaran dari semua pihak, dalam hal ini Jujun S Suriasumantri menyebut bahwa rasionalisme cenderung bersifat solipsistik dan subyektif. Sedangkan empirisme adalah paham yang mengatakan bahwa pengalaman indrawi adalah satu-satunya sumber dan penjamin kepastian kebenaran. Adapun metode yang digunkan adalah pengamatan induktif. Seperti besi jika dipanaskan akan memuai, demikian seterusnya dimana pengamatan kita akan membuahkan pengetahuan. Namun empirisme hanya akan memunculkan fakta-fakta tanpa sebenarnya dipikirkan bahwa gejala-gejala itu tidak berifat konsisten atau belum tentu berlaku umum karena mungkin saja terdapat hal-hal lain yang bersifat kontradiktif. Selain dua hal di atas ada sumber pengetahuan lain yaitu Intuisi dan wahyu. Intuisi adalah kekuatan yang menurut Bargson merupakan evolusi pengalaman tertinggi manusia di mana menitik beratkan pada pengetahuan yang langusung yang mutlak dan bukan pengetahuan yang nisbi. Sedangkan wahyu adalah pengetahuan yang diterima para utusan Tuhan tanpa upaya dan usaha yang payah. Pengetahuan mereka atas kehendak Tuhan, Tuhan mensucikan jiwa mereka untuk memperoleh kebenaran. v 2. Batas pengetahuan Persoalan pengetahuan tidak sebatas yang dikaji oleh epistimologi dan ilmu pengetahuan. Ada dua cabang filsafat lainnya yang masih berada di wilayah pengetahuan dalam sistematika filsafat, yakni logika dan metodologi. Logika merupakan cabang filsafat yang memusatkan kajiannya pada problema formal spesifik keteraturan penalaran. Logika hanya berurusan pada pengetahuan formal apriori
  • 37. yaitu hal yang tidak perlu penalaran panjang. Hubungan logika dengan filsafat pengetahuan terletak pada konteks penemuan ilmu pengetahuan dan konteks pembuktian kebenaran ilmu pengetahuan. Keduanya memerlukan ketertiban penalaran untuk mendapatkan kebenaran ilmiah, dan logika yang digunkan adalah logika induksi dan deduksi. Sedangkan metodologi mempunyai kajian berupa langkah-langkah untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Cabang ini muncul karena kompleksitas problematika seputar metode memerlukan penelaahan filosofis, kritis dan mendalam. Logika mengatur tertib nalar dalam mendapatkan pengetahuan yang ilmiah sedangkan metodologi berurusan dengan langkah- langkah untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Ilmu membatasi penjelajahannya pada pengalaman manusia, karenanya ilmu memulai pada penjelajahan pada pengalaman manusia dan berhenti pada pengalaman manusia, dan itu lah batas ilmu. Diluar itu maka bukan dari batasan ilmu. Juga ilmu hanya berwenang dalam menetukan benar dan salahnya sesuatu, tentang baik dan buruk, indah dan jelek semua kembali pada sumber moral dan estetika. v 3. Struktur Pengetahuan Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat pengetahuan yang kemudian disebut pengetahuan atau ilmu. Ilmu pada dasarnya merupakan kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelasakan berbagai gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk menguasai gejala tersebut berdasarkan penjelasan yang ada. Penjelasan kemudian membedakan antara ilmu- ilmu fisik atau alam dengan ilmu-ilmu selainya seperti ilmu sosial dan seni. Penerapan sebagai sebuah ilmu yang dapat dijelaskan melalui misalnya teori dan serangkainya pengujian ilmiah. Oleh karenanaya struktur pengtahuan hanya membatasi dalam ranah pengetahuan yang bisa mampu duiterapkan dalam seuah teroi yang utuh dan umum. v 4. Keabsahan Pengetahuan Filsafat ilmu pengetahuan dan epistimologi tidak bisa dilepasakan satu sama lain. Filsafat pengetahuan mendasarkan dirinya pada epistimologi, khususnya pada persoalan keabsahan pengetahuan. Keabsahan pengetahuan dibagi menjadi tiga teori kebenaran yakni korespondensi, koherensi dan pragmatis. Korespondensi mensyaratkan adanya keselarasan antara ide dengan semesta luar, kebenaranya bersifat empirik-induktif. Koherensi mensyaratkan antara pernyataan logis, kebenaranya bersifat formal-deduktif. Sedangkan pragmatis mensyaratkan adanya kriteria instrumental atau kebermanfaatan, kebenaranya bersifat fungsioal. Korespondensi menghasilkan ilmu-ilmu empiris seperti: fisika, kimia,
  • 38. biologi, sosiologi. Koherensi menghasilkan ilmu-ilmu absatrak seperti matematik dan logika. Sedangkan pragmatis menghasilkan ilmu-ilmu terapan seperti ilmu kedokteran. H. Kebenaran Ilmiah a. Definisi kebenaran Kebenaran merupakan satu nilai utama di dalam kehidupan manusia. Tentang kebenaran ini, Plato pernah berkata: “Apakah kebenaran itu? lalu pada waktu yang tak bersamaan, bahkan jauh belakangan Bradley menjawab; “Kebenaran itu adalah kenyataan”, tetapi bukanlah kenyataan (dos sollen) itu tidak selalu yang seharusnya (dos sein) terjadi. Kenyataan yang terjadi bisa saja berbentuk ketidakbenaran (keburukan). Jadi ada 2 pengertian kebenaran, yaitu kebenaran yang berarti nyata-nyata terjadi di satu pihak, dan kebenaran dalam arti lawan dari keburukan (ketidakbenaran). Dalam bahasan ini, makna “kebenaran” dibatasi pada kekhususan makna “kebenaran keilmuan (ilmiah)”. Poedjawiyatna mengatakan bahwa persesuaian antara pengatahuan dan obyeknya itulah yang disebut kebenaran. Artinya pengetahuan itu harus dengan aspek obyek yang diketahui, jadi pengetahuan benar adalah pengetahuan obyektif. Meskipun demikian, apa yang dewasa ini kita pegang sebagai kebenaran mungkin suatu saat akan hanya pendekatan kasar saja dari suatu kebenaran yang lebih jati lagi dan demikian seterusnya. Hal ini tidak bisa dilepaskan dengan keberadaan manusia yang transenden,dengan kata lain, keresahan ilmu bertalian dengan hasrat yang terdapat dalam diri manusia. Dari sini terdapat petunjuk mengenai kebenaran. Kebenaran dapat dibagi dalam tiga jenis menurut telaah dalam filsafat ilmu, yaitu : 1. Kebenaran Epistemologikal, adalah kebenaran dalam hubungannya dengan pengetahuan manusia, 2. Kebenaran Ontologikal, adalah kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat kepada segala sesuatu yang ada maupun diadakan. 3. Kebenaran Semantikal, adalah kebenaran yang terdapat serta melekat di dalam tutur kata dan bahasa. b. Teori-teori kebenaran Perbincangan tentang kebenaran dalam perkembangan pemikiran filsafat sebenarnya sudah dimulai sejak Plato melalui metode dialog membangun teori pengetahuan yang cukup lengkap sebagai teori pengetahuan yang paling awal. Kemudian dilanjutkan oleh Aristoteles hingga saat ini, dimana teori pengetahuan berkembang terus untuk mendapatkan penyempurnaan. Untuk mengetahui ilmu pengetahuan mempunyai
  • 39. nilai kebenaran atau tidak sangat berhubungan erat dengan sikap dan cara memperoleh pengetahuan. Berikut secara tradisional teori-teori kebenaran itu antara lain sebagai berikut: 1. Teori Kebenaran korespondensi Adalah suatu pengetahuan mempunyai nilai benar apabila pengetahuan itu mempunyai saling kesesuaian dengan kenyataan yang diketahui. 2. Teori Kebenaran koherensi (saling berhubungan) Adalah suatu proposisi atau makna pernyataan dari suatu pengetahuan bernilai benar bila proposisi itu mempunyai hubungan dengan ide-ide dari proposisi yang terdahulu yang bernilai benar. 3. Teori Kebenaran pragmatis Adalah sesuatu itu benar, jika mengmbalikan pribadi manusia di dalam keseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan lingkungan. I. Aksiologi dalam Filsafat Ilmu A. Pengertian Aksiologi. Istilah aksiologi berasal dari kata axios (yunani) yang berarti nilai, dan logos yang berarti Ilmu atau teori.Jadi Aksiologi adalah “teori tentang nilai”. Yang dimaksud dengan Nilai yaitu sesuatu yang dimiliki oleh manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri.Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang baik pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan di jalan yang tidak benar.
  • 40. Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu.Ilmu tidak bebas nilai.Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana. B. Objek Aksiologi Dalam Aksiologi memuat pemikiran tentang masalah nilai-nilai,diantaranya Nilai tinggi dari Tuhan, Nilai Moral, Nilai Agama, Nilai Keindahan (estetika).Didalam Aksiologi tersebut mengandung pengertian yang lebih luas daripada estika. Aksiologi memberikan jawaban atas beberapa pertanyaan , Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan?bagaimana kaitannya antara cara penggunaan dengan kaedah- kaedah moral? Dalam aksiologi, ada dua penilaian yang umum digunakan yaitu; 1. Etika Etika adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral. Kajian etika lebih fokus pada prilaku,norma dan adat istiadat manusia.Etika merupakan salah-satu cabang filsafat tertua.Setidaknya ia telah menjadi pembahasan menarik sejak masa Sokrates dan para kaum shopis.Di situ dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan, keadilan dan sebagianya.Etika sendiri dalam buku Etika Dasar yang ditulis oleh Franz Magnis Suseno diartikan sebagai pemikiran kritis,sistematis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Isi dari pandangan-pandangan moral ini sebagaimana telah dijelaskan di atas adalah norma-norma,adat,wejangan dan adat istiadat manusia.Berbeda dengan norma itu sendiri,etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar.Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahi dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
  • 41. Didalam etika,nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan.Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggung jawab,baik tanggung jawab terhadap diri sendiri,masyarakat,alam maupun terhadap tuhan sebagai sang pencipta. Dalam perkembangan sejarah etika ada empat teori etika sebagai sistem filsafat moral yaitu, hedonisme, eudemonisme, utiliterisme dan deontologi. Hedoisme adalah padangan moral yang menyamakan baik menurut pandangan moral dengan kesenangan. Eudemonisme menegaskan setiap kegiatan manusia mengejar tujuan. Dan adapun tujuan dari manusia itu sendiri adalah kebahagiaan. 2. Estetika Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan.Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat unsur- unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian. Sebenarnya keindahan bukanlah merupakan suatu kualitas objek, melainkan sesuatu yang senantiasa bersangkutan dengan perasaan.Misalnya kita bengun pagi, matahari memancarkan sinarnya kita merasa sehat dan secara umum kita merasaakan kenikmatan.Meskipun sesungguhnya pagi itu sendiri tidak indah tetapi kita mengalaminya dengan perasaan nikmat. Dalam hal ini orang cenderung mengalihkan perasaan tadi menjadi sifat objek itu, artinya memandang keindahan sebagai sifat objek yang kita serap. Padahal sebenarnya tetap merupakan perasaan. Nilai kegunaan ilmu, untuk mengetahui kegunaan filsafat ilmu atau untuk apa filsafat ilmu itu digunakan, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal,yaitu: 1. Filsafat sebagai kumpulan teori digunakan memahami dan mereaksi dunia pemikiran. Jika seseorang hendak ikut membentuk dunia atau ikut mendukung suatu ide yang membentuk suatu dunia, atau hendak menentang suatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi, atau sistem politik, maka sebaiknya mempelajari teori-teori filsafatnya. Inilah kegunaan mempelajari teori-teori filsafat ilmu. 2. Filsafat sebagai pandangan hidup.
  • 42. Filsafat dalam posisi yang kedua ini semua teori ajarannya diterima kebenaranya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Filsafat ilmu sebagai pandangan hidup gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan. 3. Filsafat sebagai metodologi dalam memecahkan masalah. Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Bila ada batui didepan pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah masalah itu dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah, mulai dari cara yang sederhana sampai yang paling rumit. Bila cara yang digunakan amat sederhana maka biasanya masalah tidak terselesaikan secara tuntas.penyelesaian yang detail itu biasanya dapat mengungkap semua masalah yang berkembang dalam kehidupan manusia. Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif.Dikatakan objektif jika nilai- nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapat individu melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi subjektif, apabila subjek berperan dalam memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi tolak ukur penilaian.Dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak suka, senang atau tidak senang. Bagaimana dengan objektivitas ilmu? Sudah menjadi ketentuan umum dan diterima oleh berbagai kalangan bahwa ilmu harus bersifat objektif. Salah satu faktor yang membedakan antara peryataan ilmiah dengan anggapan umum ialah terletak pada objektifitasnya. Seorang ilmuan harus melihat realitas empiris dengan mengesampingkan kesadaran yang bersifat idiologis, agama dan budaya. Seorang ilmuan haruslah bebas dalam menentukan topik penelitiannya, bebas melakukan eksperimen-eksperimen. Ketika seorang ilmuan bekerja dia hanya tertuju kepada proses kerja ilmiah dan tujuannya agar penelitiannya berhasil dengan baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau terikat pada nilai subjektif. J. Fungsi Filsafat Ilmu dalam Merealisasikan Permasalahan Pendidikan Jujun S Suriasumantri menjelaskan bahwa salah satu sifat filsafat adalah berani berterus terang, dan mengetahui apa yang kita tahu dan belum tahu. Sedangkan ilmu adalah segala pengetahuan yang telah kita ketahui sejak lama. Berfilsafat ilmu berarti bertanya kembali tentang diri kita, apakah yang sebenarnya yang kita ketahui tentang ilmu? Apakah ciri-cirinya yang hakiki yang membedakan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu?