Teks tersebut membahas tentang hubungan antara filsafat, ilmu, dan agama. Filsafat adalah ilmu tentang cara berpikir yang merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan. Filsafat memiliki sejarah panjang dan berkembang dari masa ke masa dengan berbagai tokoh pemikir. Agama adalah ajaran kebaikan yang menuntun manusia kepada Tuhan. Untuk mempercayai bukti adanya Tuhan diperlukan iman kepada ag
1. 1
FALSAFAH KESATUAN ILMU
HUBUNGAN FILSAFAT, ILMU, DAN AGAMA
DOSEN PEMBIMBING
Dr. H. Khoirul Anwar, M.Ag.
DISUSUN OLEH
ACINTYA NASYWA NUR ARISTA
NIM : 2205056070
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
MANAJEMEN
2022/2023
2. 2
Pendahuluan
Saat awal manusia dilahirkan, ia tidak mengetahui apapun yang ada disekitarnya. Seiring
berjalannya waktu dan bertumbuh, manusia mulai mengenal dirinya, dan mengenal lingkungan
sekitarnya karena sejatinya manusia adalah sesuatu yang berpikir. Maka ketika itu, ia mulai
berfikir dari mana asal sesuatu itu, bagaimana cara memperoleh sesuatu itu, dan untuk apa sesuatu
itu ada.
Dunia semua lahir dari pertanyaan dan rasa keingintahuan. Pertanyaan-pertanyaan filosofis
tentang asal-usul alam semesta melahirkan ilmu fisika. Pertanyaan tentang bagaimana cara
menjalankan negara yang baik melahirkan demokrasi dan Pancasila. Pertanyaan tentang cara
menjalankan pertandingan yang adil melahirkan peraturan sepak bola. Hingga pertanyaan tentang
bagaimana cara hidup yang baik dan benar melahirkan pemahaman dan keyakinan.
Rasa ingin tahu manusia akan pertanyaan-pertanyaan besar tentang hidup dan dunia
kemudian melahirkan logika yang menjadi matematika. Logika adalah ilmu yang mempelajari
hukum-hukum dan metode yang digunakan untuk membedakan penalaran yang benar dan yang
salah. Dengan kata lain, logika adalah ilmu untuk menggerakkan pikiran kepada jalan yang lurus
dalam memperoleh suatu kebenaran. Logika dan matematika adalah dua hal yang menyatu. Logika
matematika mengaplikasikan konsep penalaran deduktif ke dalam perhitungan untuk membantu
manusia berpikir secara sistematis, rasional, objektif, dan cermat untuk menghindari kesalahan
kesalahan dalam berpikir.
Matematika melahirkan ilmu sains yang kemudian digunakan untuk mencoba mengerti
kompleksnya makhluk hidup termasuk manusia. Tentang bagaimana tubuh dan otak seorang
manusia bisa bekerja dan berkembang. Hingga bagaimana jutaan manusia yang punya otaknya
masing-masing berinteraksi satu sama lain membentuk masyarakat yang lalu ditaati. Matematika
disebut sebagai bahasa universal atau kode tentang alam semesta untuk memahami dan
menjelaskan keindahan dunia. Aritmatika dan Teori tentang angka semakin berkembang di era
zaman Yunani Kuno. Para filsuf Yunani mengembangkan logika cara berpikir untuk mencapai
kesepakatan tentang kebenaran.
3. 3
Filsafat mengajarkan kita bahwa di dalam keraguan ada hal positif. Ragu diibaratkan
seperti lubang di antara dua anak tangga. Ragu adalah jembatan yang baik, tetapi bukan tempat
tinggal yang layak. Dari satu keyakinan ke keyakinan yang lebih baik, kita harus melewati
keraguan yang biasanya memantik pertanyaan. Lalu dianalisis untuk mencari jawabannya dan
akhirnya sampai pada kebenaran yang lebih tinggi untuk bisa diyakini.
4. 4
Pembahasan
A. Filsafat
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia dan philosophos. Philo berarti cinta,
mencari atau pencarian akan, sedangkan sophia atau sophos berarti pengetahuan atau
kebijaksanaan atau kebenaran. Sehingga secara bahasa, filsafat adalah cinta akan kebijaksanaan.
Filsafat adalah hasil proses berpikir rasional dalam mencari hakikat sesuatu secara sistematis,
menyeluruh (universal), dan mendasar (radikal). Filsafat adalah berpikir secara logis dan
spekulatif karena ilmu filsafat adalah ilmu yang tidak terlihat secara nyata namun itu ada. Filsafat
hadir mengubah pola pikir masyarakat dari irasional menjadi rasional.
Filsafat pada intinya adalah mencari kebenaran tentang segala sesuatu, baik yang ada atau
yang mungkin ada. Dari pandangan seperti itu muncul banyak pemikiran, pendapat, dan
tanggapan, yang akhirnya menjadi suatu kesepakatan untuk diketahui bersama dan berlaku di
lingkungannya. Ilmu filsafat begitu penting untuk kita pelajari karena ialah yang akan memberikan
kita pondasi kuat untuk belajar ilmu-ilmu pengetahuan lainnya, karena filsafat adalah ilmu tentang
cara berpikir yang merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan.
Terdapat ciri berpikir filsafat, yaitu rasional, sistematis, universal atau menyeluruh, dan
mendasar atau radikal. Rasional mengandung arti bahwa pemikiran pemikiran tersebut
berhubungan satu sama lain secara logis. Sistematis mengandung arti bahwa kegiatan berfilsafat
harus berdasarkan aturan-aturan penalaran atau logika. Dalam kegiatan berfilsafat pemikiran-
pemikiran itu harus menyeluruh atau universal. Artinya jika seorang filsuf dalam mencari
kebenaran atau hakikat segala sesuatu tidak boleh ada satu sisi pun yang tertinggal, tetapi harus
tercakup di dalamnya secara keseluruhan. Berfilsafat harus mendasar atau radikal karena ilmu
filsafat menjelajahi sesuatu hingga sampai ke dasar segala dasar sedangkan ilmu pengetahuan atau
sains hanya mampu memberi sebatas kenyataan empiris.
Filsafat memiliki cabang-cabang yaitu diantaranya ontologi epistemologi dan aksiologi.
Ontologi (al-Wujud) adalah teori tentang wujud dan hakikat segala sesuatu yang ada sehingga
melahirkan kebenaran ilmiah. Dengan kata lain, ontologi adalah ilmu yang mempelajari realitas
atau kenyataan konkret secara kritis. Ontologi mempunyai cabang yaitu fisika dan metafisika.
Fisika mempelajari tentang manusia alam semesta dan segala sesuatu yang ada di muka bumi baik
benda hidup maupun benda mati. Sedangkan metafisika membahas tentang Ketuhanan.
5. 5
Epistemologi (al-Ma'rifat) merupakan filsafat ilmu tentang bagaimana atau dengan cara apa
sesuatu diperoleh yang kemudian melahirkan metode dan paradigma. Aksiologi adalah tentang
etika dan estetika yang membahas 'untuk apa kegunaan sesuatu itu' yang kemudian melahirkan
sikap dan attitude.
Sejarah Ilmu Filsafat
Filsafat memiliki sejarah yang begitu panjang. Para filsuf pertama dunia mencoba
menjawab pertanyaan besar. Dari sanalah banyak cara berpikir yang kemudian disebarkan dalam
bentuk kepercayaan dan pengetahuan. Dari segi sejarah imu, filsafat terjadi karena perjumpaan
peradaban yang kemudian lebih di kembangkan. Dari masing masing masa mempunyai tokoh dan
pemikirannya masing masing yang menjadi awal pemicu perkembangan peradaban.
Masa Awal
Pada masa awal perkembangan filsafat (600-400 SM) ditandai dengan runtuhnya mite mite
dan dongeng-dongeng yang menjadi pembenaran terhadap setiap gejala alam, filsuf filsuf pada
masa ini yaitu :
1. Tales
mengungkapkan bahwa dunia berasal dari air karena ia hidup dan tinggal di pantai.
2. Anaximandros ia mengungkapkan bahwa asal mula segala sesuatu adalah aperion
atau sesuatu yang tidak terbatas.
3. Anaximenes mengungkapkan bahwa asal mula segala sesuatu adalah udara karena
menurutnya udara merupakan unsur vital kehidupan.
4. herakleitos mengungkapkan bahwa alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah
dan yang mendasar dalam semesta ini bukan bahannya melainkan penyebabnya
5. Parmenides ia menyatakan bahwa gerak dan perubahan tak mungkin terjadi realitas
merupakan keseluruhan yang bersatu tidak bergerak dan tidak berubah yang ada itu
ada itulah satu-satunya kebenaran
6. Demokritos
Ia menyatakan bahwa dunia ini tercipta oleh atom atau satuan yang tidak terbagi
pandangan democritus adalah cikal bakal ilmu fisika kimia dan biologi
6. 6
Periode Klasik
Pada periode klasik filsafat merubah pola pikir masyarakat Yunani dari pandangan
metasentris menjadi logosentris. Tokoh-tokohnya dikenal dengan 'The Gang of Three' yang
berpengaruh besar dalam membentuk pola pikir barat, yaitu :
1. Socrates
Socrates tidak pernah menuliskan ajaran filosofisnya, tetapi ia melakukannya
dengan perbuatan, dan cara hidup. Ia berpendapat bahwa kebenaran itu tetap dan
harus dicari. Socrates tidak mengajarkan filosofi, tapi ia mengajarkan bagaimana
hidup berfilosofi.
2. Plato
Plato berpendapat bahwa negara terbentuk atas dasar kepentingan yang bersifat
ekonomis atau saling membutuhkan. Filsafat Plato dipandang beraliran idealisme
yang realistis. Karena bagi Plato asal-usul segala sesuatu atau esensi segala sesuatu
itu berada pada level ide lalu melahirkan materi.
3. Aristoteles
Aristoteles dikenal memiliki pandangan materialisme. Aristoteles mengungkapkan
bahwa setiap gerakan dalam alam digerakkan oleh sesuatu yang tidak bergerak
yaitu Tuhan. Tuhan sebagai penggerak pertama dan sekaligus sebagai tujuan dari
gerak.
Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan terjadi kemunduran karena sangat dipengaruhi oleh perkembangan
agama Kristen sehingga jika ada orang baru yang berusaha mengembangkan ilmu pengetahuan
yang bersifat realistis dianggap menyimpang dari ajaran agama Kristen. Tokoh-tokohnya yaitu
Santo Agustinus dan Santo Thomas Aquinas. Santo Agustinus berupaya membuktikan keberadaan
surga dan neraka. Sedangkan Santo Thomas aquinas berupaya membuktikan keberadaan Tuhan.
7. 7
Renaissance
Renaissance adalah kelahiran kembali atau kebangkitan kembali. Masa renaissance adalah
masa di mana terjadi pergerakan masyarakat untuk menyatukan diri kembali hubungan politik,
budaya, hingga ilmu pengetahuan yang kemudian menginspirasi pesatnya kemajuan masa
setelahnya. Gerakan renaissance bertujuan untuk merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup
kristiani dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen.
Pada masa renaissance terjadi sekularisasi atau pemisahan antara agama dan ilmu. Awal
terjadinya sekularisasi adalah agama tidak menyediakan kebenaran yang rasional, sedangkan ilmu
pengetahuan menyediakan penelitian yang terbukti secara nyata. Para sarjana barat mengatakan
bahwa ilmu harus riil, empiris, dan terbukti secara ilmiah atau yang sering disebut kognitivisme.
Tokohnya yaitu machiavelli mulla sadra dan copernicus.
Masa Modern
Menurut filsafat zaman modern, pengetahuan tidak berasal dari kitab suci atau ajaran
agama tidak juga dari para penguasa, tetapi dari diri manusia itu sendiri. Ada dua hal yang
menandai sejarah filsafat pada masa Modern, yakni runtuhnya otoritas gereja dan menguatnya
otoritas sains. Ada beberapa pemikiran filsafat pada abad modern yaitu
a. Rasionalisme
Rasionalisme adalah paham filsafat yang mencari ilmu pengetahuan dan kebenaran menggunakan
akal dan logika untuk dapat berpikir secara logis. Sehingga jika ada penemuan yang logis maka
itu berarti benar, dan jika ada penemuan yang tidak logis maka itu salah.
b. Empirisme
Empirisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa sesuatu kebenaran harus dapat terbukti
secara empiris dan dapat dicerna secara logis. Pengetahuan dapat diperoleh dengan perantara
panca indra.
c. Kritisme
Kritisisme merupakan teori yang dihasilkan dari sintestesis antara rasionalisme dan empirisme.
Paham kritisisme mengatakan bahwa kebenaran tidak perlu diuji kebenarannya sebab sudah
memiliki batasan batasan tersendiri antara rasionalisme dan empirisme
8. 8
d. Idealisme
Idealisme adalah suatu paham filsafat yang mengatakan bahwa realitas dasar, pengetahuan dan
kebenaran tertinggi berhubungan erat dengan ide, fikiran atau jiwa.
e. Positivisme
Paham positivisme mengatakan bahwa ilmu adalah satu satunya pengetahuan yang valid, sehingga
fakta dapat menjadi objek pengetahuan. Paham positivisme menolak keberadaan segala kekuatan
atau subjek dibelakang fakta yang ada.
f. Materialisme
Materialisme pada intinya adalah sesuatu yang dapat disaksikan atau dirasakan oleh panca indra.
Materialisme tidak mempercayai sesuatu yang tidak berwujud. Materialisme tidak mempercayai
sesuatu yang tidak berwujud. Sehingga dalam paham materialisme, malaikat, jin, dan Tuhan bukan
sesuatu yang ada.
B. Agama
Agama adalah sebuah ajaran kebaikan yang menuntun manusia untuk kembali kepada
hakikat kemanusiaannya. Dengan kata lain, agama mengatur tata peribadatan manusia kepada
Tuhan serta kaidah yang berhubungan dengan budaya, dan pandangan dunia antara manusia
dengan kehidupannya. Emile Durkheim, yang merupakan seorang pakar sosiologi berpendapat
bahwa, agama merupakan suatu pengalaman yang didapat dari hal-hal yang sakral yang dipercayai
dan dihormati. Dalam Kitab suci Al-Qur'an dan hadits Nabi, kata 'Agama' mempunyai makna
antara lain: pahala dan balasan, ketaatan dan penghambaan, kekuasaan, syariat dan hukum, umat,
kepasrahan dan penyerahan mutlak, dll. Pengertian agama menurut pandangan agama islam, yaitu
ketentuan ketuhanan yang dijadikan panutan bagi pemeluknya dan dapat mengantarkan
pemeluknya menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Agar kita bisa mempercayai bukti adanya
Tuhan, kita harus percaya pada agama. Tetapi untuk percaya pada agama kita harus percaya bahwa
Tuhan itu ada terlebih dahulu.
9. 9
B. Ilmu Pengetahuan
Dalam Bahasa Indonesia, kata "Ilmu" seimbang artinya dengan "science" namun
dibedakan secara jelas dengan kata "pengetahuan". Artinya, ilmu dan pengetahuan mempunyai
pengertian yang berbeda secara mendasar. Pengetahuan (knowledge) adalah tersingkapnya suatu
kenyataan ke dalam jiwa hingga tidak ada keraguan terhadapnya. Pengetahuan sudah puas dengan
"menangkap tanpa ragu" suatu kenyataan, sedangkan Ilmu (science) menghendaki penjelasan
lebih lanjut dari sekedar apa yang dituntut oleh pengetahuan.
Sains adalah representasi dari alam objektif didalam pikiran manusia yang merupakan
suatu aspek saja dari otak manusia yang merupakan bagian dari alam. Sains menghubungkan alam
dengan manusia. Jika dimisalkan dalam bahasa metafora, sains ibarat bumi, subjek sains adalah
manusia dengan keseluruhan nilainya. Jika dimisalkan dengan struktur tubuh manusia, maka
kepala dari sains sebagai paradigmanya, tubuh sains adalah pengetahuan teoritis yang rasional,
kakinya adalah pengetahuan eksperimental yang bersifat empiris, kedua tangannya adalah dua
metode ilmiah yaitu matematika / logika yang deduktif dan statistika yang induktif.
Ilmu pengetahuan awalnya dibangun oleh argumen-argumen yang sebetulnya secara rasio
dan secara empiris tidak bisa dibuktikan kebenarannya dan hanya baru pada tataran opini atau
argumen. Para filsuf pertama dunia juga sering disebut sebagai para filsuf alam, karena pemikiran
mereka berupaya menafsirkan tentang alam juga berupaya membuat pemikiran mengenai
bagaimana alam atau semesta ini tercipta.
10. 10
C. Filsafat dan Agama
Ada banyak pertanyaan mendasar dari manusia tentang asal usul yang sebenarnya, makna
kebahagiaan, tanggungjawab dasar manusia, dan makna kehidupan yang tidak dapat dijawab oleh
filsafat. Sementara agama memiliki wahyu dari Tuhan yang didalamnya terdapat kalimat yang
sulit untuk bisa dipahami seratus persen benar oleh manusia. Maka perlu adanya proses berpikir
yang mendalam, yaitu melalui filsafat.
Filsafat adalah ilmu kemanusiaan yang dicapai oleh para filsuf dengan cara berpikir,
belajar, dan berusaha, sedangkan agama adalah ilmu ketuhanan yang bersumber dari wahyu yang
diberikan kepada para rasul. Agama (Al Quran) memiliki jawaban yang pasti, mutlak benar adanya
dan tidak memerlukan pemikiran. Jawaban filsafat menunjukkan ketidakpastian atau semu dan
masih memerlukan pemikiran dan perenungan. Filsafat dalam penerapannya bersumber dari akal
pikiran manusia, karena itu filsafat banyak kaitannya dengan berpikir menggunakan logika,
sedangkan agama dalam penerapannya bersumber dari wahyu tuhan yang banyak kaitannya
dengan pengalaman dan keimanan.
Menurut Prof. Dr. H. Rasyidi perbedaan filsafat dan agama bukan terletak pada bidangnya,
tetapi pada cara atau metode menyelidiki bidang bidang itu sendiri, yaitu :
1. Filsafat adalah tentang berpikir, sedangkan agama adalah tentang mengabdikan diri
kepada Tuhan.
2. Dalam penerapannya, agama banyak berhubungan dengan hati, sedangkan filsafat
banyak berhubungan dengan pemikiran.
3. Pokok dari agama bukan pengetahuan, tetapi hubungan manusia dengan Tuhannya.
4. Filsafat menuntut untuk dapat memahami, sedangkan agama menuntut untuk
mengabdi dan bertakwa kepada Tuhan.
5. Filsafat dimulai dari mencari argumen yang kemudian menjadi suatu keyakinan,
sedangkan agama berawal dari keyakinan yang memunculkan argumen.
6. Seorang ahli filsafat sanggup meninggalkan pendiriannya jika ternyata pendapat itu
salah, sedangkan ahli agama akan mempertahankan dan memperjuangkan agamanya
karena ia sudah mengikatkan diri sebagai pengabdian terhadap tuhan dan agamanya.
11. 11
Ketika Islam datang, filsafat dinilai selaras dengan kata hikmah di dalam Alquran yang
juga berarti kebijaksanaan. Seperti yang difirmankan dalam surat al-baqarah ayat 269 bahwa
Alquran menyebut hikmah sebagai anugerah kebaikan yang besar, maka filsafat berupaya
menggunakan Anugerah kebaikan yang besar itu dan melanjutkan misi kenabian yaitu dalam
rangka mencapai hikmah. Filsafat islam bukan hanya berasal dari orang Islam, tetapi banyak orang
orang Kristen ahli filsafat yang menjadi guru filsafat orang Islam. Filsafat tidak hanya berasal dari
Al Quran dan Hadist, tetapi juga berasal dari pemikiran pemikiran yang kemudian memunculkan
sebuah ilmu baru. Sehingga pada intinya adalah tentang ilmu yang diterima, bukan tentang siapa
yang menyampaikan ilmu tersebut.
Dalam filsafat Islam diajarkan bahwa ilmu itu bebas nilai, artinya tidak bisa dihukumi baik
atau buruknya. Jika sebuah pisau digunakan untuk memotong buah, maka ia menjadi halal. Namun
jika sebuah pisau digunakan untuk melukai seseorang, maka ia menjadi haram. Banyak orang
beranggapan bahwa mempelajari ilmu filsafat membuat kita menjadi tidak beragama dan kecil.
Argumen seperti ini sebenarnya tidak bisa dibenarkan, karena filsafat adalah mode of thinking
atau cara berpikir. Jadi tergantung bagaimana seseorang ingin menggunakan ilmu filsafat.
Seseorang bisa menggunakan filsafat untuk menyerang agama, tetapi seseorang juga bisa
menggunakan filsafat untuk memperkuat doktrin agama. Seperti pada masa Santo Thomas
Agustinus, dan Santo Thomas Aquinas yang berupaya membuktikan keberadaan Tuhan, dan
keberadaan surga dan neraka.
12. 12
E. Ilmu dan Agama
Masa kejayaan peradaban islam memberi contoh bahwa hubungan antara agama dan ilmu
pengetahuan atau sains berlangsung harmonis. Agama dan ilmu pengetahuan adalah dua entitas
yang berbeda, tetapi keduanya memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan. Agama dan
ilmu pengetahuan merupakan sumber kebenaran yang berangkat dari sudut pandang dan metode
yang berbeda. Jika ilmu pengetahuan adalah kebenaran yang didapatkan dari penelitian empiris
dan terbukti secara nyata, maka agama adalah kebenaran yang didasarkan pada kepercayaan atau
keimanan yang bersumber dari firman tuhan dan wahyu. Terdapat perbedaan mendasar antara ilmu
dan agama, yaitu :
1. Dalam dunia keilmuan, ketidakpercayaan (sebelum terbukti) adalah sebuah keutamaan,
sedangkan dalam dunia keagamaan, kepercayaanlah yang menjadi sebuah keutamaan.
2. Ilmu relatif lebih terbuka terhadap pandangan pandangan baru asalkan masuk akal dan
ditunjang bukti faktual yang memadai, sedangkan agama lebih cenderung defensif
terhadap pemahaman pemahaman baru sehingga agama sering terasa tertinggal jauh
jika dibandingkan dengan ilmu.
3. Bahasa agama-agama lebih berupa bahasa mitos penuh metafora ataupun retorika
sementara barisan ilmu adalah bahasa faktual lugas dan literal.
4. Ranah utama wacana agama adalah ranah misteri-misteri terdalam kehidupan beserta
makna-makna pengalaman yang sesungguhnya di luar wilayah atau di luar batas
jangkauan ilmu-ilmu empirik. Sedangkan ilmu bisa memperlihatkan fakta-fakta yang
memberi isyarat pada pemahaman Misteri terdalam itu tetapi sesungguhnya ikhwal
misteri dan makna eksistensial adalah di luar kewenangan ilmu.
Menurut Dr. H. Abdul Kholiq.M.Ag (Wakil Rektor Bidang administrasi umum
perencanaan dan keuangan UIN Walisongo) ia mengatakan bahwa “Tradisi keilmuan adalah
berdasarkan Wahdah Al-Ulum atau Unity of Sains yang artinya tidak ada perbedaan antara ilmu
agama dan ilmu pengetahuan. Spiritualisasi harus dikaitkan dengan ilmu pengetahuan”. Ia
menjelaskan bahwa ada 5 prinsip dalam Unity Of Sains yaitu integrasi, kolaborasi, dialektika,
prospektif, dan pluralistik.
13. 13
● Integrasi
Integrasi adalah suatu proses mengkombinasikan, menggabungkan, atau menyatupadukan
sesuatu dengan sesuatu komponen atau unsur lainnya menjadi sesuatu yang utuh atau
bentuk lain yang jauh lebih baik. Integrasi keilmuan lahir dari pemikiran tentang adanya
fakta pemisahan (dikotomi) antara ilmu ilmu agama dan ilmu umum.
● Kolaborasi
Kolaborasi adalah memadukan nilai universal antara agama dan ilmu pengetahuan yang
akan menambah khasanah. Kolaborasi antara agama dan ilmu pengetahuan berguna untuk
meningkatkan kualitas hidup dan peradaban manusia.
● Dialektika
Dialektika adalah mendialogkan ilmu islam dengan ilmu modern atau yang berkembang
dalam masyarakat secara baik agar nantinya tidak terjadi kesalahpahaman dalam kesatuan
ilmu dan agama.
● Prospektif
Prinsip prospektif meyakini bahwa ilmu pengetahuan akan menghasilkan ilmu ilmu baru
yang lebih etis dan humanis untuk pembangunan martabat, kualitas bangsa, dan kelestarian
alam.
● Pluralistik
Pluralistik adalah mengakui atau memajukan secara empiris dan meyakini adanya
pluralitas realitas, metode dan pendekatan semua aktivitas keilmuan.
Terdapat kemungkinan titik temu antara agama dan ilmu yaitu :
1. Kesadaran kritis dan sikap realistis yang dibentuk oleh ilmu sangatlah berguna untuk
mengelupaskan sisi-sisi illusoris agama untuk menemukan hal-hal yang lebih esensial dari
agama
2. Kemampuan logis dan kejadian mengambil kesimpulan yang dipupuk dalam dunia ilmiah
menjadikan seseorang mampu menilai secara kritis secara bentuk tafsir baru yang makin
membingungkan.
14. 14
3. Ilmu dapat merangsang agama untuk senantiasa tanggap memikirkan ulang keyakinan-
keyakinannya secara baru melewati temuan-temuan terbarunya agar agama itu terhindar
dari bahaya stagnasi dan pengaratan
4. Agama dapat membantu ilmu agar tetap manusiawi dan selalu menyadari persoalan-
persoalan konkret yang masih dihadapinya.
Mengintegrasikan antara ilmu dan agama sebenarnya merupakan kata lain dari interaksi
antar keduanya, karena mencampuradukkan keduanya akan menjadi sebuah kekonyolan, yaitu
empirisasi teologi atau teologisasi ilmu. Maka mengintegrasikan ilmu dan agama maksudnya
adalah terjadi interaksi antara agama dan ilmu. Interaksi itu bisa berubah menjadi saling
mengkritik tetapi semata-mata agar ilmu dan agama mampu untuk selalu mentransendensi dirinya
sendiri dengan cara mendobrak ketertutupan masing-masing.
Integrasi sains dan Agama dapat dilakukan dengan mengambil inti filosofis ilmu-ilmu
keagamaan fundamental Islam sebagai paradigma sains masa depan. Inti filosofis itu adalah
adanya hierarki epistemologi, aksiologi, kosmologi, dan teologi yang bersesuaian dengan hierarki
integralisme : Materi, energi, informasi, nilai-nilai, dan sumber. Proses integrasi ini dapat dianggap
sebagai Islamisasi sains sebagai bagian dari proses Islamisasi peradaban masa depan.
Namun mengintegrasikan atau menyatukan ilmu dan agama juga mempunyai sisi negatif.
Jika agama hanya bertumpu pada ilmu pengetahuan, maka dampaknya ketika ilmu pengetahuan
mendapatkan hasil penelitian yang baru, maka agama harus direvisi. Jika agama dan ilmu
mengalami pemisahan maka akan terjadi sekularisasi. Sekularisasi terjadi karena agama tidak
menyediakan kebenaran yang rasional, sedangkan ilmu pengetahuan menyediakan penelitian yang
terbukti secara nyata.
Ketika ilmu salah, maka agama juga akan menjadi salah. Agama akan mengalami revisi
jika ilmu pengetahuan mendapatkan hasil yang salah, tetapi yang akan mengalami revisi bukanlah
agamanya, tetapi tafsir yang membahas tentang agama itu sendiri. Karena kebenaran tafsir bersifat
relatif, dan kebenaran Al Quran adalah absolut.
15. 15
Kesimpulan
Para filsuf terdahulu memunculkan berbagai pertanyaan pertanyaan yang membuat
ketiganya dapat saling berhubungan. Banyak cara berpikir yang timbul sebagai akibat dari berbagai
pertanyaan dan keraguan para filsuf yang terwujud dalam ilmu pengetahuan dan agama. Keraguan
tersebut kemudian dibuktikan oleh penelitian penelitian empiris sehingga melahirkan ilmu sains
yang sudah tidak ada keraguan lagi di dalamnya. Namun beberapa pertanyaan diluar logika dan
akal manusia tidak dapat dibuktikan secara empiris oleh ilmu pengetahuan dan filsafat, tetapi ada
didalam agama.
Filsafat, Ilmu, dan Agama memiliki keterkaitan hubungan yang begitu erat. Ketiganya
memiliki metode, pandangan, dan cara yang berbeda untuk sama sama mencoba mencari lalu
menemukan kebenaran. Sehingga dapat dikatakan bahwa unsur yang menjembatani antara sains
dan agama adalah filsafat, karena filsafat memunculkan proses berpikir secara mendalam yang
bisa menginteraksikan antara sains dan agama.
Kesamaan antara sains, filsafat, dan agama adalah 'kebenaran'. Filsafat, Ilmu, dan Agama
memiliki keterkaitan hubungan yang begitu erat. Ketiganya memiliki metode, pandangan, dan cara
yang berbeda untuk sama sama mencoba mencari lalu menemukan kebenaran. Seperti yang
dikatakan oleh Bertrand Russel "sesungguhnya filsafat adalah lahan kosong yang diperebutkan
oleh ilmu pengetahuan maupun agama".
Ada tiga poin penting yang dapat disimpulkan mengenai filsafat, ilmu dan agama yaitu:
● Antara filsafat, ilmu, dan agama sama sama bertujuan untuk mencari kebenaran.
● Antara filsafat, ilmu, dan agama terdapat perbedaan dari aspek sumber, metode, dan hasil
yang ingin dicapai.
● Antara filsafat, ilmu, dan agama saling mengisi dalam menjawab setiap persoalan yang
diajukan oleh manusia. Ketiganya merupakan satu kesatuan bangunan piramida dalam
mencari dan menemukan suatu kebenaran.
16. 16
Daftar Pustaka
Abbas, P. (2010, April). Hubungan Filsafat Ilmu dan Agama. Media Akademika Volume 25, No.
2, April 2010, 25, 126-145.
Asir, A. (2014, Februari ). AGAMA DAN FUNGSINYA DALAM KEHIDUPAN UMAT
MANUSIA . Jurnal Penelitian dan Pemikiran Keislaman, Vol.1. No.1, 50-58.
Bagir, Z. A. (2005). Integrasi Ilmu dan Agama. Dalam Z. A. Bagir, & J. Wahyudi (Penyunt.),
Integrasi Ilmu dan Agama (1st ed.). Yogyakarta: PT Mizan Pustaka. Dipetik September
1, 2005
bisa?, k. (Sutradara). (2019). ❓FILSAFAT: Sebuah Ilmu Yang Melahirkan Ilmu [Gambar Hidup].
Diambil kembali dari https://youtu.be/oWnwhCDzv7E
Kompasiana. (2012, April 13). Pola Pemikiran Socrates, Plato dan Aristoteles. Diambil kembali
dari Kompasiana.com:
https://www.kompasiana.com/hariadideutsch/550fd9fba33311c739ba7d5c/pola-
pemikiran-socrates-plato-dan-aristoteles
Mundiri, D. H. (2011). LOGIKA. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sulaeman, A. (2010, Januari 1). PERGULATAN ANTARA FILSAFAT DAN AGAMA.
ISLAMADINA, Vol IX, No. 1, 83-103.
Zilfaroni. (2012, May 28). SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU. Diambil kembali dari
https://zilfaroni.dosen.iain-padangsidimpuan.ac.id/2012/05/sejarah-perkembangan-
filsafat-ilmu.html?m=1