Dokumen tersebut membahas tentang pencegahan kecelakaan kerja, terutama pada pekerjaan berisiko tinggi. Beberapa poin pentingnya adalah penggunaan alat pelindung diri, menghindari tindakan dan kondisi yang tidak aman, serta pentingnya pelaporan insiden near miss untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang lebih serius.
2. Pencegahan Kecelakaan Kerja pada
Pekerjaan yang Beresiko Tinggi
• Kecelakaan kerja ialah satu peristiwa yang tidak
diharapkan / tidak diinginkan.yang bisa memunculkan
bermacam rugi ,baik rugi harta benda (rusaknya
perlengkapan ) atau kehilangan jiwa manusia.
Kecelakaan kerja tidak selamanya diukur dari ada korban
manusia cedera atau mati.
• Usaha pencegahan kecelakaan kerja diperuntukkan
untuk jamin kesatuan dan kesempurnaan baik jasmani
atau rohani tiap tenaga kerja pada terutamanya dan
manusia biasanya, hasil kreasi dan budaya, untuk
tingkatkan kesejahteraan tenaga kerja.
5. Jenis Tindakan Tidak Aman:
1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang, lupa mengamankan, lupa memberi
tanda/ peringatan.
2. Bekerja dengan kecepatan berbahaya.
3. Membuat alat pengaman tidak berfungsi (melepaskan, mengubah, dan lain-
lain).
4. Memakai peralatan yang tidak aman, tanpa peralatan.
5. Memuat, membongkar, menempatkan, mencampur, menggabungkan dan
sebagainya dengan tidak aman (proses produksi).
6. Mengambil posisi atau sikap tubuh tidak aman (ergonomi).
7. Bekerja pada objek yang berputar atau berbahaya ( misalnya membersihkan,
mengatur, memberi pelumas, dan lain-lain).
8. Mengalihkan perhatian, mengganggu, sembrono/ dakar, mengagetkan, dan
lain-lain).
9. Melalaikan penggunaan alat pelindung diri yang ditentukan.
10. Dan Lain-lain
6. Bekerja pada ketinggian tanpa perlindungan yang
sesuai
Praktek kerja seperti ini sering terjadi dengan berbagai
alasan klasik seperti: lupa memakai APD, pekerjaan harus
cepat selesai, tidak ada pengawasan/kontrol.
7. Mengoperasikan mesin berputar tidak memakai
APD sarung tangan
Praktek kerja seperti ini sering terjadi dengan berbagai
alasan klasik seperti: lupa memakai APD, pekerjaan harus
cepat selesai, tidak ada pengawasan/kontrol
8. Angkat angkut dengan crane tanpa mempehatikan
radius aman
Praktek kerja seperti ini sering terjadi dengan berbagai
alasan klasik seperti: lupa memakai APD, pekerjaan harus
cepat selesai, tidak ada pengawasan/kontrol
9. Melakukan pekerjaan pengelasan/ welding tanpa
Alat Pelindung Diri
Praktek kerja seperti ini sering terjadi dengan berbagai
alasan klasik seperti: lupa memakai APD, pekerjaan harus
cepat selesai, tidak ada pengawasan/kontrol
10. UNSAFE CONDITION
• Anda Bekerja Pada Tempat Kerja Dengan Kondisi
Tidak Aman?
• Suatu keberuntungan jika pekerjaan lancar tidak
terjadi kecelakaan, tetapi bila terjadi kecelakaan
jangan berkata itu nasib
11.
12. Jenis Kondisi Berbahaya:
1. Pengamanan yang tidak sempurna (sumber kecelakaan tanpa alat
pengaman, atau dengan alat pengaman yang tidak mencukupi atau
rusak atau tidak berfungsi, dan lain-lain).
2. Peralatan/bahan yang tidak seharusnya (mesin, pesawat, peralatan
atau bahan yang tidak sesuai atau berbeda dari keharusan, faktor
lainnya dan lain-lain).
3. Kecacatan, ketidaksempurnaan (kondisi atau keadaan yang tidak
semestinya, misalnya: kasar, licin, tajam, timpang, aus, retak, rapuh,
dan lain-lain).
4. Pengaturan prosedur yang tidak aman (pengaturan prosedur yang
tidak aman pada atau sekitar sumber kecelakaan, misalnya:
penyimpanan, peletakan yang tidak aman, di luar batas kemampuan,
pembebanan lebih, faktor psikososial, dan lain-lain).
13. Jenis Kondisi Berbahaya:
5. Ventilasi tidak sempurna (pergantian udara segar yang kurang, sumber
udara segar yang kurang, dan lain-lain).
6. Iklim kerja yang tidak aman (suhu udara yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah, kelembaban udara yang berbahaya, faktor biologi, dan lain-
lain).
7. Tekanan udara yang tidak aman (tekanan udara yang tinggi dan yang
rendah, dan lain-lain).
8. Getaran yang berbahaya (getaran frekuensi rendah, dan lain-
lain).Bising (suara yang intensitasnya melebihi nilai ambang batas).
9. Kejadian berbahaya lainnya (bergerak atau berputar terlalu lambat,
peluncuran benda, ketel melendung, konstruksi retak, korosi, dan lain-
lain).
14. Gudang oli banyak ceceran/ tumpahan
Tempat kerja seperti ini terdapat potensi bahaya
terpeleset, dan juga terdapat risiko kebakaran.
Apa yang Anda lakukan jika melihat kondisi tempat kerja
seperti ini?
15. Penempatan material tidak tertata rapi
Kondisi tempat kerja seperti ini terdeapat potensi bahaya
tersandung dan berisiko terjadi luka.
Bisakah Anda mengkoordinasi rekan kerja untuk
merapikan?
16. Motor/mesin berputar tidak ada cover
Jika anggota tubuh kontak dengan mesin berputar akan
terjadi kecelakaan fatal.
Segera lakukantindakan perbaikan kondisi mesin seperti
ini
17. Yang sering terjadi colokan listrik tidak standar
Jangan anggap remeh kondsi seperti ini, akan berisiko
tersetrum bahkan bisa terjadi kebakaran.
Segera mungkin lakukan perbaikan
19. Terhadap pegawai :
a. Luka ringan, cedera berat, cacat atau bahkan
juga meninggal
b. Penderitaan dan duka cita
c. Beban di masa depan
20. Terhadap perusahaan :
a. Kehilangan jam kerja
b. Timbulnya ongkos penyembuhan
c. Kerusakan instalasi
d. Merusak nama baik perusahaan
e. Kelambatan produksi
21. Terhadap warga :
a. Kerusakan lingkungan
b. Kerusakan harta benda
c. Kehilangan jiwa
23. Kecelakaan yang terjadi pada perusahaan bisa
berbentuk :
a. Near miss (kejadian hampir celaka)
b. Kecelakaan kerja (ringan, berat)
c. Kerusakan harta dan rugi proses
d. Musibah (bencana alam) dan kehilangan
e. Penyakit akibat kerja (PAK)
25. Berdasarkan Undang-Undang Keselamatan Kerja
No: 1 tahun 1970 pasal 12, maka hak dan kewajiban
setiap tenaga kerja adalah sebagai berikut :
1. Memberikan keterangan yang benar tentang K3, bila diminta oleh
pengawas / Ahli K3
2. Memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan
3. Mematuhi dan mentaati semua syarat K3
4. Minta kepada pengurus agar dilaksanakan semua syarat K3 yang di
wajibkan
5. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat K3 dan
alat pelindung diri yang diwajibkan diragukan olehnya, kecuali
dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pengawas dalam batas-
batas yang masih dapat di pertanggung jawabkan
26. 6. Memberikan keterangan yang bener tentang K3, bila diminta
oleh pengawas / Ahli K3
7. Memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan
8. Mematuhi dan mentaati semua syarat K3
9. Minta kepada pengurus agar dilaksanakan semua syarat K3 yang
di wajibkan
10. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat K3
dan alat pelindung diri yang diwajibkan diragukan olehnya,
kecuali dalam hal-hal khusus yang ditentukan oleh pengawas
dalam batas-batas yang masih dapat di pertanggung jawabkan.
27. PRINSIP PENCEGAHAN KECELAKAAN
Penjagaan Kecelakaan bisa dilaksanakan dengan
implementasi Safety Engineering, yakni ;
1. Penerepan ” safety engineering ” di saat rencana dan penerapan
2. Penerapan safety engineering di saat berjalannya proses produksi
3. Penjagaan Kecelakaan ditujukan pada ;
4. Lingkungan kerja
5. Instalasi, Msin, Pralatan kerja dan Mterial
6. Tenaga Kerja
7. Cara kerja
28. Filosopi Landasan
• Filosofi Landasan dalam mengurus aktivitas K3
dimisalkan sama orang naik sepeda di jalan tanjakan, jika
stop mengayuh karena itu sepeda akan jatuh.
• Harus ada selalu aktivitas K3 supaya tidak ada
kecelakaan kerja. K3 harus mengikutsertakan semua
elemen yang ada diperusahaan tanpa terkecuali (Safety
By All)
29. Tujuan Undang-Undang Keselamatan Kerja
Undang – undang keselamatan kerja No 1 tahun 1970
diberlakukan untuk setiap tempat kerja yang di dalamnya
terdapat tiga unsur , yaitu :
1. Adanya suatu usaha, baik usaha yang bersifat ekonomi
maupun sosial
2. Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya, baik
secara terus menerus atau hanya sewaktu-waktu
3. Adanya sumber bahaya
30. Tujuan Undang-Undang Keselamatan Kerja
Tujuan / sasaran dari Undang – undang No 1 tahun 1970
adalah;
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang lain yang berada
ditempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
2. Agar sumber – sumber produksi dapat dipakai dan
digunakan secara aman dan efisien
3. Agar proses produksi dapat berjalan secara aman dan
efisien
31. DOKTRIN K3
Penjagaan Kecelakaan atau Perawatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja bertitik tolak dari “Ide Pengaturan Rugi
Lengkap”,di mana langkah mengatasi kecelakaan kerja
bisa dilaksanakan dengan ;
• Meniadakan elemen pemicu kecelakaan dan atau
• Mengadakan pemantauan yang ketat.
33. 1. Peranan Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri berperan untuk kurangi karena / risiko
dari satu kecelakaan. Alat Pelindung Diri tidak untuk
menahan kecelakaan.
Penggunaan APD tidak jamin penggunanya bebas dari
kecelakaan, karena :
1. Kecelakaan ada penyebabnya, penjagaan kecelakaan
cuman dapat dikerjakan bila sebab-sebab kecelakaan di
hilangkan
2. Adanya pergerakan tidak sadar / reflek dari
penggunanya
3. APD memiliki batasan kekuatan
34. 2. Tipe – Tipe Alat Pelindung Diri
Terbagi dalam ;
• Alat Pelindung kepala
• Alat pelindung mata dan muka
• Alat pelindung telinga
• Alat pelindung pernapasan
• Alat pelindung tangan
• Alat pelindung kaki
• Alat pelindung tubuh
• Alat pelindung jatuh
• Alat pelindung ternggelam
35. 3. Kendala dalam penggunaan APD
Dalam praktik satu hari – hari di tempat kerja ada banyak
kendala dalam penggunaan APD. Kendala – kendala itu
bisa digolongkan menjadi;
• Hambatan dari Manajemen
• Hambatan perilaku / sikap tenaga kerja
• Hambatan dalam pengadaan
36.
37.
38.
39.
40. NEARMISS
▪ Insiden near miss atau nyaris celaka
seringkali mendahului peristiwa yang
lebih serius yang menyebabkan
kerugian, tetapi di kebanyakan kasus,
near miss ini banyak diabaikan, tidak
ada tindakan lanjut untuk perbaikan
hal ini dimungkinkan karena pada
kejadian near miss tidak ada korban
yang cidera, tidak ada kerusakan,
ataupun kerugian. 40
41. NEARMISS
▪ Banyak Perusahaan yang
mungkin masih belum
memiliki sistem untuk
pelaporan near miss/ nyaris
celaka di mana karyawan
diharuskan untuk
melaporkan semua kasus
atau kejadian near miss.
41
42. NEARMISS
▪ Kondisi ini dapat menyebakan
hilangnya banyak kesempatan bagi
perusahaan tersebut untuk mencegah
terjadinya insiden yang lebih serius di
masa depan karena tidak pernah
ada perbaikan atas kejadian near
miss yang terjadi sehingga potensi
terjadi kembali sangatlah besar
dengan kemungkinan adanya
kerugian yang sangat besar bagi
perusahaan. 42
43. SISTEM PELAPORAN NEARMISS
▪ Pimpinan Perusahaan harus
membangun budaya pelaporan
semua kejadian near miss dan
menekankan kepada seluruh
karyawan untuk dapat
mengidentifikasi dan
mengendalikan bahaya serta
mengurangi resiko dan
mencegah insiden melalui
pelaporan near miss 43
44. ▪ Pengusaha Melakukan investigasi terhadap semua insiden
near miss untuk mengidentifikasi faktor penyebabnya dan
mengetahui kelemahan dalam sistem yang ada sehingga
menimbulkan keadaan yang menyebabkan near miss
44
SISTEM PELAPORAN NEARMISS
45. ▪ Pengusaha Melakukan perbaikan, gunakan hasil
investigasi untuk meningkatkan sistem keselamatan,
pengendalian potensi bahaya, pengurangan resiko
dan sebagai pembelajaran.
▪ Menjadikan semua ini sebagai peluang untuk
pelatihan bagi semua pihak, umpan balik tentang
kinerja perusahaan dan komitmen untuk perbaikan
berkelanjutan
45
SISTEM PELAPORAN NEARMISS
46. ▪ Melakukan edukasi kepada
karyawan tentang alasan
mengapa pelaporan near miss
adalah suatu keharusan, apa
perananan mereka didalam
proses pelaporan dan bagaimana
proses pelaporan dilakukan.
▪ Memastikan bahwa proses
pelaporan mudah dipahami dan
dijalankan. 46
PERAN PERUSAHAAN
47. ▪ Terus berkomunikasi tentang pentingnya pelaporan
near miss dan mendorong semua karyawan untuk
berpartisipasi.
▪ Menggunakan pelaporan near miss sebagai salah
satu indikator utama kinerja perusahaan dan
melaporkan kembali kepada manajemen perusahaan
tentang langkah-langkah perbaikan yang telah
diambil untuk meningkatkan keselamatan di tempat
kerja. 47
PERAN PERUSAHAAN