SlideShare a Scribd company logo
1 of 77
JTR
(Jaringan Tegangan Rendah)
Suhenra Ramli
Muhammad Firajullah
Karimulsyah
Dayanti Dinda Prameswari
Pembimbing: Ir. Makmur Saini, MT, P.hD
1
Jaringan Tegangan Rendah
(JTR)
Sistem Distribusi Tegangan Rendah
merupakan bagian hilir dari suatu sistem
tenaga listrik pada tegangan distribusi
dibawah 1 Kilo Volt langsung kepada para
pelanggan tegangan rendah.
2
Jaringan Tegangan Rendah
(JTR)
• Susut tegangan yang diisyaratkan
• Luas penghantar jaringan
• Distribusi pelanggan sepanjang jalur
jaringan distribusi
• Sifat daerah pelayanan (desa, atau kota)
• Kelas pelanggan (pada beban rendah,
beban tinggi)
Umumnya radius pelayanan berkisar 350
meter. Di Indonesia (PLN) susut tegangan
diizinkan ± 5% - 10% dari tegangan operasi
3
GARDU DISTRIBUSI
Fungsi
Merupakan salah satu
Komponen dari suatu sistem
distribusi, yang berfungsi
untuk menghubungkan
jaringan ke Konsumen, atau
untuk mendistribusikan
tenaga listrik pada konsumen
atau pelanggan, baik itu
pelanggan tegangan
menengah maupun
pelanggan tegangan rendah.
Gardu Distribusi
• Menyalurkan/ meneruskan
tenaga listrik tegangan
menengah ke konsumen
tegangan rendah.
• Menurunkan tegangan menengah
menjadi tegangan rendah
selanjutnya disalurkan
kekonsumen tegangan rendah.
• Menyalurkan/ meneruskan
tenaga listrik tegangan
menengah ke gardu distribusi
lainnya dan ke gardu hubung.
A. Jenis Pemasangannya
 Gardu Pasangan Luar
 Gardu Pasangan Dalam
B. Jenis Konstruksinya
 Gardu Beton
 Gardu Tiang
 Gardu Kios
C. Jenis Penggunaannya
 Gardu Pelanggan Umum
 Gardu Pelanggan
Khusus
Gardu Beton Gardu Kios
Gardu Cantol Gardu Hubung
4
SISTEM TEGANGAN
A. Sistem tegangan
dibedakan menjadi 3
macam
• Sistem 3 fasa (Fasa
Tiga) : 380 v/ 220 v
• Sistem 2 fasa (Fasa
Dua) : 440 v/ 220,
220v/ ….
• Sistem 1 fasa (Fasa
satu) : 110 v, 220 v, 250
v
B. Sistem tegangan dipilih mengikuti konsep
teknis (Distribution System Engineering)
yang dianut satu sama lain dapat berbeda,
misalnya :
• Sistem Kontinental : 3 fasa – 3
kawat (Distribution Substation
Concept) 3 fasa – 4 kawat
• Sistem Amerika : 2 fasa – 3
netral (Multi Grounded)
• Sistem Kanada : 1 kawat (Swer)
5
TIANG
Pada umumnya tiang listrik yang sekarang digunakan pada SUTR terbuat
dari beton bertulang dan tiang besi. Tiang kayu sudah jarang digunakan karena
daya tahannya (umumnya) relatif pendek dan memerlukan pemeliharaan khusus.
Sedang tiang besi jarang digunakan karena harganya relative mahal dibanding
tiang beton,disamping itu juga memerlukan biaya pemeliharaan rutin. Dilihat dari
fungsinya,tiang listrik dibedakan menjadi dua yaitu tiang pemikul dan tiang tarik.
Tiang pemikul berfungsi untuk memikul konduktor dan isolator, sedang tiang tarik
fungsinya untuk menarik konduktor. Sedang fungsi lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan sesuai dengan posisi sudut tarikan konduktor nya. Bahan baku
pembuatan tiang beton untuk tiang tegangan menengah dan tegangan rendah
adalah sama, hanya dimensinya yang berbeda.
6
MENENTUKAN ATAU MEMILIH
PANJANG TIANG
Menentukan atau Memilih panjang Tiang
5.1Memilihpanjang
tiang
5.2 Jarak aman yang diperlukan untuk menentukan panjang tiang
Pada jaringan tegangan rendah yang
menggunakan tiang bersama dengan jaringan tegangan
menengah maka jarak gawang (Span) harus di jaga agar
tidak lebih dari 60 meter. Di dalam menentukan panjang
tiang beberapa faktor yang harus dipertimbangkan
adalah;
1. Jarak aman antara saluran tegangan menengah dan
tegangan rendah.
2. Posisi trafo tiang.
3. Tinggi rendahnya trafo dengan penyangga dua tiang.
Gambar 5.2 menunjukkan jarak aman yang diperlukan untuk
menentukan panjang tiang. Pada gambar tersebut diperlihatkan
bahwa panjang tiang minimum untuk tegangan menengah 11
meter (9,2 meter diatas tanah) dan untuk tegangan rendah 9
meter ( 7,5meter diatas tanah).
7
MENDIRIKAN/MENANAM TIANG
Mendirikan/Menanam Tiang
Bagian tiang yang harus ditanam dibawah permukaan tanah adalah 1/6
dari panjang tiang. Jadi kedalaman lubang tergantung panjang/tinggi tiang
yang akan dipasang. Pada tanah yang lembek, bagian bawah tiang harus
di pasang bantalan (beton blok) agar bagian tiang yang tertanam dalam
tanah tetap 1/6 panjang tiang.
Dari gambar 2 tampak bahwa ;
• untuk panjang tiang 13 meter, bagian yang berada diatas tanah adalah
10,2 meter.
• Untuk panjang tiang 11 meter, bagian yang berada diatas tanah adalah
9,2meter.
• Dan untuk panjang tiang 9 meter bagian yang berada diatas tanah
adalah 7,5meter.
Mendirikan tiang beton tegangan rendah (9 meter) dapat dilakukan dengan
dua cara ;
1. Secara manual (Konvensional)
2. Secara otomatis (mendirikan tiang dengan alat pengangkat)
7.1 Manual 7.2 Otomatis
Cara Mendirikan Tiang
8
PENGARUH KONDISI TANAH
• Kondisi tanah yang rawan/lunak dapat
menyebabkan robohnya tiang penyangga.
• Pada dasarnya perlu diperhitungkan kekuatan
tanah sehingga dapat diketahui jeni tanah lunak
atau tidak.
• Berdasarkan hitungan tersebut dapat ditentukan
perlu tidaknya memakai pondasi. Namun untuk
tiang-tiang awal/akhir, tetap diperlukan pondasi.
9
Gaya-Gaya Mekanis Pada Tiang
Penyangga
I. Tiang penyangga mengalami gaya-gaya mekanis terutama adalah gaya-
gaya
• Beban penghantar yang dipikul.
• Beban akibat tiupan angin pada penghantar dan pada tiang itu sendiri.
• Regangan (tensile stress) penghantar logam akibat perubahan suhu
lingkungan atau akibat adanya sambungan pelanggan.
• Beban akibat air hujan atau suhu didaerah dingin.
II. Beban tersebut mempengaruhi kekuatan tiang penyangga. Kekuatan tiang
didimensikan dalam satuan newton atau daN (0,98 kg)
III. Kekuatan tiang dihitung pada kondisi minimum, sehingga didapatkan
harga yang realistis.
contoh:
Kondisi tekanan angin maksimum.
Temperatur kerja maksimum penghantar (60⁰ C)
Angka keamanan 0,5 (50%)
Sehingga tiang dengan fungsi sebagai penyangga diujung (akhir jaringan), ditengah,
tiang sudut, akan mengalami total gaya mekanis yang berbeda.
10
Konstruksi Tiang Penyangga
Keterangan Gambar 10.1 :
1. Suspension Clamp Bracket
2. Suspension Clamp
3. Stainless Steel Strip 0,75 Meter
4. Stopping Buckle
5. Plastic Strap
6. Protektip Plastic Strap 0,5 Meter
Gambar 10.1 Konstruksi
tiang penyangga (TR1)
Keterangan Gambar 10.2:
1. Tension Bracket
2. Strain Clamp
3. Stainless Steel Strip 0,75 Meter
4. Stopping Buckle
5. Plastic Strap
6. Protektip Plastic Strap 0,5 Meter
Gambar 10.2 Konstruksi
tiang penegang/sudut(TR2)
Keterangan Gambar 10.3:
1. Tension Bracket
2. Strain Clamp
3. Stainless Steel Strip 0,75 Meter
4. Stopping Buckle
5. Plastic Strap
6. PVC 2” – 50 Cm
7. Link
8. Dead end tubes
9. Protektip Plastic Strap 0,5 Meter
Gambar 10.3 Konstruksi
tiang awal/akhir(TR3)
Keterangan Gambar 10.4:
1. Suspension Clamp Bracket
2. Suspension Clamp
3. Stainless Steel Strip 0,75 Meter
4. Stopping Buckle
5. Plastic Strap
6. Bundled Conductor, Connector
70-25/70-25
7. Protektip Plastic Strap 0,5 Meter
Gambar 10.4 Konstruksi
tiang penyangga silang(TR4)
Keterangan Gambar 10.5:
1. Tension Bracket
2. Strain Clamp
3. Stainless Steel Strip 0,75 Meter
4. Plastic Strap
5. Stopping Buckle
6. Bundled Conductor, Connector
70-25/70-25
7. Suspension Clamp Bracket
8. Suspension Clamp
9. Protektip Plastic Strap 0,5 Meter
Gambar 10.5 Konstruksi tiang
penyangga & sudut silang (TR4A)
Keterangan Gambar 10.6:
1. Tension Bracket
2. Strain Clamp
3. Stainless Steel Strip 0,75 Meter
4. Plastic Strap
5. Stopping Buckle
6. Bundled Conductor, Connector
70-25/70-25
7. Protektip Plastic Strap 0,5 Mete
Gambar 10.6 Konstruksi tiang
penyangga & sudut silang (TR4B)
11
Penggunaan Kawat Peregang
atau Tiang Penegang
• Kawat penegang dapat mengurangi beban mekanis tiang , demikian juga pemakaian
tiang penopang.
• Sehingga tiang dengan kekuatan mekanis yang kecil dapat dipergunakan untuk
menahan beban mekanis yang lebih besar.
• Konstruksi ini umum dipakai pada tiang-tiang akhir penghantar kecil dan tiang-tiang
sudut.
Keterangan Gambar :
1. Tension Bracket
2. Strain Clamp
3. Stainless Steel Strip 0,75
Meter
4. Stopping Buckle
5. Plastic Strap
6. Protektip Plastic Strap 0,50
Meter
Keterangan Gambar :
1. Tension Bracket
2. Strain Clamp
3. Stainless Steel Strip
0,75 Meter
4. Stopping Buckle
5. Plastic Strap
6. Bundled Conductor,
Connector
70-25/70-25
7. Protektip Plastic Strap
0,50 Meter
Gambar 11.1.Konstruksi
tiang penegang (TR5)
Gambar 11.2 Konstruksi
tiang penegang dengan
hantaran beda penampang
(TR5A)
12
Batasan Non Teknis
Memilih Kekuatan Tiang
• Masalah kekuatan mekanis penghantar besarnya beban pada
titik tumpu dapat menyebabkan penghantar retak/ putus
pada titik tersebut.
• Masalah lingkungan, terlalu panjangnya bentangan
penghantar menyulitkan penarikan penghantar baik dari sudut
konstruksi ataupun operasional atau dari segi kemanan
lingkungan dan estika.
• Pengaruh rute geografis jalur/ lintasan, tidak semua jalur
jaringan pada lintasan yang lurus.
Sehingga jarak gawang/ span hantar tiang penyangga di
standarisir 40 meter dengan titik terendah jaringan pada lalu lintas
berat dengan permukaan jalan minimum 6
meter pada temperatur menghantar 60º C.
13
Kekuatan Tiang
Ujung
• Kekuatan tarik pada tiang bertumpu pada jarak 10 cm dari ujung
atas tiang, beban kerjanya di standaarisasi 200 daN, 350 daN, 500
daN, 800 daN, 1200 daN
• Berdasarkan perhitungan mekanis gaya-gaya yang terjadi pada
tiang, maka batas maksimum rentangan/ gantang /span dengan
berbagai ukuran penghantar adalah
14
Kekuatan Tiang Sudut
• Lintasan jaringan tidak selalu lurus , namun pada sejumlah titik terjadi
pembelokan yang besar sudutnya berbeda-beda.
• Menghitung kekuatan tiang sudut dilaksanakan dengan rumus ilmu ukur
sudut, dengan memmperhatikan susdut antara dua tarikan pada tiang
sudut tersebut
• Dalam kasus ini atau dicontohkan menghitung kekuatan tiang sudut
dengan metoda polygon dimana jumlah semua gaya sama dengan nol.
Gaya Resultante adalah besarnya gaya rujukan untuk memilih kekuatan
tiang sudut
15
Pembumian Pada Jaringan
Distribusi Jaringan
Tegangan Rendah
Pembumian Pada Jaringan Distribusi Jaringan Tegangan Rendah
1. Ketentuan-ketentuan tentang Pembumian :
a) Menurut PUIL, semua bagian konduktif terbuka pada suatu instalasi harus dibumikan.
b) Menurut PUIL, apabila jalur yang sama dipasang SUTM dan SUTR, maka pada setiap 3 tiang harus dipasang
penghantar pembumian yang dihubungkan dengan penghantar netral.
c) Menurut PUIL, nilai resistansi pembumian setiap 200 meter lintasan ( 5 gawang) tidak boleh melebihi dari 10 Ohm.
d) Petunjuk praktis semua nilai resistansi pembumian maksimum sebesar 5 Ohm.
e) Berdasarkan kekuatan mekanis luas penampang minimum penghantar pembumian adalah sebesar 50 mm2 dan
terbuat dari tembaga.
f) Sambungan penghantar bumi dengan elektroda bumi harus kuat secara mekanis/ elektris dan mudah dibuka untuk
dilakukan pengujian resistansipembumian. Klem pada elektroda pipa harus memakai ukuran minimal 10 Ohm dan
dilindungi dari kemungkinan korosi
g) Penghantar bumi harus dilindungi secara mekanis kimiawi.
Catatan :
• Biasanya dimasukkan dalam pipa ½ inchi, seting.gi 2,5 mm2.
• Terminal klem ditanam 20 cm dibawah permukaan tanah.
h) Elektroda batang dimasukkan tegak lurus ke dalam tanah. Panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan dengan
memoerlihatkan resistansi tanah :
Untuk resistansi tanah P1 = 100 Ω meter
panjang 1 m 2 m 3 m 5 m
Nilai Ω 70. 40. 30. 20.
Untuk resistansi tanah P tidak sama dengan P, nilai pentanahan dikalikan P . P1
1 2 3 4 5 6 7
Jenis tanah Tanah rawa Tanah liat dan Tanah
ladang
Pasir
basah
Kerikil basah Pasir dan Kerikil kering Tanah berbatu
Resistansi
jenis
(Ω – m)
30 100 200 500 1000 3000
2. Jenis Tanah
Jenis tanah menurut PUIL 2000 dibagai atas :
1) Tanah rawa,
2) Tanah liat dan tanah ladang,
3) Pasir basah,
4) Krikil basah,
5) Pasir dan kerikil kering,
6) Tanah berbatu.
3. Tahanan Jenis Tanah
Masing-masing jenis tanah mempunyai nilai tahanan jenis tanah yang
berbeda-beda dan bergantung dari jenis tanahnya, dapat dilihat dalam
tabel dibawah ini, merupakan nilai tipikal
4. Tujuan Pembumian Peralatan
Pembumian peralatan adalah pembumian bagian dari peralatan yang pada
kerja normal, tidak dilalui arus. Tujuan pembumian peralatan adalah :
a. Untuk membatasi tegangan antara bagian-bagian peralatan yang tidak dilalui arus dan
antara bagian-bagian ini dengan bumi sampai pada suatu harga yang aman (tidak
membahayakan) untuk semua kondisi operasi normal.
b. Untuk memperoleh impedansi yang kecil/rendah dari jalan balik arus hubung singkat
ke tanah.
Kecelakaan pada personil, timbul pada saat hubung singkat ke tanah
terjadi. Jadi bila arus hubung singkat ke tanah itu dipaksanakan mengalir melalui
impedansi tanah yang tinggi, akan menimbulkan perbedaan potensial yang besar dan
berbahaya. Juga impedansi yang besar pada sambungan-sambungan pada
rangkaian pembumian dapat menimbulkan busur listrik dan pemanasan yang
besarnya cukup menyalakan material yang mudah terbakar.
Secara garis besar ada 3 macam system pentanahan netral dan
badan/peralatan instalasi, yaitu:
a. Sistem IT
b. Sistem TT
c. Sistem TN
Gambar 4-170 Sistem Pentanahan TR
a) IT b) TT c) TN
16
Jaringan Udara
Tegangan Rendah
I. Jenis Penghantar Udara
o Penghantar tidak berisolasi A3C, BCC, A2C , ACSR
o Pernghantar berisolasi (Jenis twisted cable yang umumnya
dipakai NYM-T, NYMZ, NFYM, NFY, NF2X,NFA2X, NFA2X,
NFA2XSEY-T (TWISTED CABLE).
II. Persilangan dengan Kabel Telekomunikasi
a) TWISTED CABLE : Berjajar 1 meter, Mersilang 0,3
meter
b) TAK BERISOLASI : Berjajar/Berisolasi 1 meter
III. Jarak antar Penghantar Telanjang
Jarak antara ini bergantung atas jarak antar titik tumpu jaringan (jaringan
gawang)
Jarak Gawang Jarak Antara
6 – 10 Meter 20 CM
10 – 40 Meter 25 CM
Jarak Lendutan (SAG) dengan permukaan tanah diukur dengan titik
terendah sekurang-kurangnya
Penghantar Tak
Berisolasi
Penghantar
Berisolasi
Jalan Umum 5 meter 4 meter
Halaman Rumah 5 meter 3 Meter
IV. Jarak Bebas
Jarak bebas (ruang bebas) penghantar tak berisolasi dengan benda lain (pohon, bangunan)
a) Pada dasarnya tidak boleh bersinggungan
b) Syarat 0,5 meter
Catatan :
Pada konstruksi saluran udara baik tak berisolasi ataupun berisolasi (twisted
cable). Umumnya mengikuti ketentuan Pemerintah Daerah setempat atau
ketentuan departemen yang memerlukan,
Contoh :
Sudut lintasan jalan raya maksimum 15º
SAG : Jalan Umum 6 meter
Jalan Kecil 5 meter
pekarangan 3 meter
sungai 6 meter
Jalan umum 6 m
Jalan pribadi 4 m
Wilayah Pribadi 3 m
Jarak keamanan H
Penghantar Berisolasi
17
Ketentuan Saluran
Kabel Tegangan
Rendah
1. Penanaman Kabel Tanah
Memperhatikan jenis dan macam isolasi dan isolasi pelindung kabel.
Contoh :
• Kabel tanpa pelindung pipa baja harus dilindungi secara mekanis.
• Kabel dengan pelindung netral jacket dapat ditanam langsung.
Memperhatikan kondisi kimiawi dan pengaruh gangguan mekanis, namun untuk perlindungan mekanis
dianggap cukup :
• Ditanam 0,8 meter dibawah jalan raya utama.
• Ditanam 0,6 meter dibawah jalan yang tidak dilalui kendaraan.
2. Konstruksi susunan penanaman kabel tanah :
• Ditanam diselimuti pasir dengan ketebalan 20 cm .
• Dipasang pelindung mekanis :Beton, bata, atau batu pelindung.
• Kabel tanah TR dipasang diatas kabel rumah TM dan dibawah kabel telekomunikasi/ lihat gambar.
3. Persilangan antar kabel tanah :
Harus dilakukan tindakan perlindungan, kecuali salah satu kabel telah dilindungi secara mekanis oleh sekat beton
atau bahan semacam dengan tebal dinding minimum 6 cm.
Tindakan Proteksi
• Kabel bagian bawah dipasang pelindung mekanis misalnya bata, pipa belah dari beton, minimum 1
meter panjangnya.
• Lebar tutup pelindung minimum 5 cm lebih lebar dari kabel yang dilindungi.
• Hal yang sama untuk kabel tanah dibagian atas (lihat gambar).
Bagian atas kabel tanah harus dilindungi dengan pipa beton belah atau plat beton dari bahan yang tidak
mudah terbakar.
• Untuk jarak kabel TR dengan kabel telkom
• d ≤ 0,3 meter diatas kabel tanah perlu ditambah plat beton minimum ukuran 1 x 1 meter
dengan tebal 2 cm.
• Jika kabel tanah TR sejajar dengan kabel telekomunikasi, harus diselubungi dengan
pipa plat atau pipa beton belah sekurang – kurangnya mempunyai panjang , minimum 1
meter.
4. Persilangan dengan kabel telekomunikasi
5. Persilangan dengan utilitas lain
• Rel Kereta Api dan fasiltasnya. Tidak diperbolehkan mendekati rel kereta api pada jarak 2 meter kecuali
persilangan.
• Contoh konstruksi persilangan pada standard konstruksi PLN Distribusi Jakarta :
Ditanam dengan pipa gas 2 meter dibawah rel kereta dengan kedua ujung pipa menjorok 2 meter
dari sisi rel
• Jika menyilang atau berdekatan dengan jarak lebih kecil dari 0,3 meter dengan kabel instalasi listrik.
• Perusahaan Kereta Api harus dilindungi dengan pipa yang tidak dapat terbakar atau PVC . Ujung pipa
dipanjangkan 0,5 dari sisi silang terujung.
6. Persilangan dengan jalan raya
• Kabel harus dilindungi dengan pipa atau selubung baja dan tahan getaran mekanis/ api serta dari bahan
tahan api dan ditambah 0,5 meter pada kiri kanan batas bahu jalan.
• Garis tengah pipa dipilih hingga kabel dapat dikeluarkan tanpa membongkar jalan (biasanya pipa 4 meter
atau diameter 10 cm) Contoh (lihat gambar), konstruksi perlintasan kabel pada standard PLN Distribusi
Jakarta.
7. Didaerah bangunan atau pekarangan.
• Kabel harus dilindungi dengan pipa atau pelindung mekanis.
• Pipa diberi tambahan 0.5 meter dari sisi terluar bangunan.
• Instalasi kabel pada dinding bangunan harus dilindungi dengan pelindung mekanis, jira
pelindung terbuat dari logam harus dibumikan.
8. Persilangan dan pendekatan dengan saluran air dan bangunan pengairan.
• Kabel tanah harus ditanam paling sedikit 1 meter dibawah saluran air dan ditanam dalam lapisan pasir.
• Pada lintasan dengan air laut kabel ditanam sedapat mungkin 2 meter dibawah dasar laut.
• Pada lintasan dekat kabel listrik milik pengairan.
 Berjarak 0,3 meter diatas atau dibawah kabel listrik.
 Diberi perlindugan mekanis dengan tambahan 0,5 meter dari sisi kabel yang silang.
 Jika jarak lebih kecil dari 0,3 m harus dimasukkan dalam pipa/ bahan anti terbakar
• Pada bangunan pengairan dibawah tanah, jarak minimum adalah 0,3 meter dan harus dilindungi dengan pipa
belah, plat atau pipa dan ditambahka0,5 meter dari kedua tempat pendekatan.
Catatan:
• Kabel tanah yang dipakai adalah dari jenis kabel tanah dengan perisai dan dilindungi dengan pipa belah.
• Kabel tanah tanpa perisai mekanis harus dimasukkan dalam pipa atau jalur kabel khusus.
• Pada kedua ujung kabel masuk dan keluar jaur ait harus diberi patok / tanda, agar dapat dilihat pengemudi
kendaraan air.
9. Pendekatan kabel tanah dengan instalasi listrik diatas tanah
• Kabel rumah tidak bole ditanam lebih dekat 0,3 meter dari instalasi listrik diatas tanah. Kurang dari o,8 meter
kabel tersebut harus dilindungi dengan pipa baja atau bahan kuta, tahan lama dan tahan api ditambah
minimum 0,5 meter dari kedua ujung tempat jaraknya kurang dari 0,8 meter.
• Kabel tanah yang keluar dari tanah harus dilindungi dengan pipa baja. Galvanis atau bahan lain yang cukup
kuat sampai diluar jangkauan tangan.
10. Pendekatan Kabel Tanah denga Pipa Gas dan Minyak
• Lintasan / jalur kabel tanah harus dihindari / dijauhkan dari lintasan pipa gas kota. Namun apabila tidak
terhindarkan harus berjarak minimum 0,5 meter dan dilindungi dengan pipa yang dilebihkan 0,5 meter pada
tiap ujung lintasan.
• Pada lintasan dengan pipa gas alam kabel tanah harus dikonstruksi khusus/ dibuatkan jembatan lintasan atau
melalui saluran udara. (lihat konstruksi SKTR , standard konstruksi PLN).
11. Perlengkapan Hubung Bagi Jaring Distribusi Tegangan Rendah Phb Tr
Pada jaringan distribusi kabel tegangan rendah, PHB-TR berfungsi sebagai titik pencabangan jaringan dan
sambungan pelayanan.
• Instalasi PHB – TR pasangan luar dan pasangan dalam harus memnuhi persyaratan keamanan dan keselematan
lingkungan dan persyaratan teknis baik elektris maupun mekanis.
• Instalasi PHB – TR tersebut juga harus dilindungi dari kemungkinan kerusakan mekanis.
• Pada setiap kotak PHB-TR harus mempunyai setidak-tidaknya
 Satu sakelar masuk sirkit masuk
 Satu proteksi arus pada sirkit keluar atau kombinasi proteksi dan sakelar (misalnya MCB/ MCCB).
• Arus minimum sakelar masuk minimal sama besar dengan arus nominal penghantar masuk atau arus maksimum
beban penuh.
• Jumlah maksimum pencabangan dari suatu PHB – TR adalah sirkit keluar.
• Besar arus yang mengalir pada rel harus diperhitungkan ssuai kemampuan rel menurut temperatur ruang dan
temperatur kerja tidak boleh melebihi 65º C.
• Pemasangan rel telanjang adalah sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan jarak 5 cm + 2/3 kilo
volt sistem tegangan nominal.
• Sakelar, pemisah, pengaman lebur dan pemutus.
12. Instrumen Ukur Indikator Dan Terminasi
• Perlengkapan Hubung Bagi jaringan kabel tegangan rendah, harus dipasang paling sedikit instrumen indikator
berupa lampu indikator dengan warna yang sesuai.
• Untuk panel PHB – TR utama pada Gardu Distribusi harus dipasangan instrumen ukur (Voltmeter,
Amperemeter).
• Instrumen indikator harus disambung pada sirkit masuk sebelum saklar masuk.
• Sambungan sirkit pada PHB harus memakai sepatu kabel yang sesuai dengan jenis metalnya dan ukuran
penghantar serta harus dijepit/ dipress pada penghantar. KHA terminal sepatu kabel harus minimum sama
dengan kemampuan sakelar dari sirkit yang bersangkutan rangkaian.
• Pemegang kabel harus dapat memikul gaya berat, gaya tekan dan gaya tarik, sehingga gaya tersebut tidak akan
langsung dipikul oleh gawai listrik lain.
13. Pemakaian Jenis Kabel Tanah Tegangan Rendah
• Tanda Pengenal Kabel Tegangan Rendah
 230/400 (300) V, 300/500(400)V, 400/690 (600)V, 400/750 (690)V 450/750 (690)V, 0,6/1 KV (1,2 KV)
 Nilai didalam kurung adalah nilai tegangan kerja tertinggi untuk perlengkapan yang diperbolehkan untuk
kabel.
• Penggunaan kabel tanah harus disesuaikan dengan jenis penggunaan utamanya. Untuk kabel tanah
jaringan distribusi tegangan rendah dipakai kabel dengan pelindung perisai baja.
Contoh : NYFGBY
Pemakaian kabel tanah tanpa perisai baja diperbolehkan namun harus dilindungi secara mekanis.
Contoh : NYY didalan pelindung pipa metal.
• Pemasangan/ perletakan kabel tanah harus mengikuti ketentuan yang berlaku (syarat konstruksi yang berlaku).
 Konstruksi tersebut mengatur jarak kabel satu sama lain dan faktor koreksi kita KHA yang terjadi. (Lihat
tabel PUIL -2000)
 Radius lengkungan kabel tanah dapat mengikuti ketentuan pabrikan (sesuai dengan jenis isolasi yang
dipakai). Jika terdapat
 kesulitan diambil radius lengkung adalah 15 kai diameter.
18
SAMBUNGAN PELAYANAN
(RUMAH TANGGA)
Sambungan Pelayanan (Rumah Tangga)
a. Ketentuan Umum Sambungan Pelayanan.
Ketentuan umum yang perlu diperhatikan dalam sambungan pelayanan
pelanggan, antara lain adalah jarak aman saluran kabel, jumlah pelanggan pada setiap
sambungan luar pelanggan (SLP). Batasan-batasan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Ketentuan umum sambungan pelanggan
Gambar. 6 Ketentuan umum sambungan luar pelanggan
Ketentuan-ketentuan Sambungan Pelayanan
1. Dari satu tiang boleh dipasang maksimum 5 SLP.
2. Dari SLP 1 boleh disambung berturut-turut (seri) maksimum 5 pelanggan dan tetap
memperhatikan beban dan susut tegangan.
3. Jarak sambungan dari tiang ke rumah atau dari rumah ke rumah maksimum 30
meter u/ SLP jenis twisted dan maksimum 45 meter u/ SLP jenis DX/QX.
4. Jarak sambungan dari tiang ke rumah terakhir maksimum 150 meter dan tetap
memperhatikan susut tegangan yang diijinkan.
5. Susut tegangan sepanjang SR yang diijinkan maksimum 2% bila SLP disambung
pada STR, maksimum 10% bila SLP disambung pada Gardu Trafo/Peti TR.
6. Pada satu tiang atap boleh dipasang maksimum 3 SLP.
Gambar. 7 Konstruksi SLP 1 phasa jenis DX/ 3 phasa jenis pada STR tanpa isolasi dan
berisolasi
Kode M a t e r i a l J U M L A H
SKA 11-C SKC 11-C SKA 11-C-T SKC 11-C-T
Vb
da
s
bn
Atp
psc
p
p-1
Pole band double rack Eye
nut 5/8”
Service swinging clevis
Spool insulator ansi 53-1
Clamp loop dead end
Armor tape
Plastic strap for clamping
Bare connector bimetal
Protective cap tap connector
1
1
1
1
1
0,5
1
2
-
1
1
1
1
1
0,5
1
4
-
1
1
1
1
1
0,5
1
-
2
1
1
1
1
1
0,5
1
-
4
b. Konstruksi Sambungan Luar Pelayanan (SLP)
Gambar. 8 Konstruksi SLP 1 phasa / 3 phasa jenis Twisted
pada STR tanpa isolasi dan STR berisolasi
Gambar. 9 Konstruksi SLP 1 phasa jenis DX/ 3
phasa jenis QX pada tiang atap
Gambar. 10 Konstruksi SLP 1 phasa jenis DX/ 3
phasa jenis QX pada titik tumpu dinding/tiang kayu
Gambar. 11 Konstruksi SLP 1 phasa jenis DX/ 3
phasa jenis QX pada titik tumpu dinding/tiang beton
19
Konstruksi
Sambungan Masuk
Pelanggan (SMP)
Konstruksi Sambungan Masuk Pelanggan (SMP)
Gambar berikut menunjukkan beberapa jenis Sambungan Masuk
Pelanggan (SMP) melalui kerangka tiang atap dan atau tidak melalui tiang atap.
Gambar 4-157Konstruksi
SMP dengan tiang atap
untuk SR 1 phasa/3 phasa
dengan SLP jenis DX/QX
dan SMP jenis NYM/NYY
di luar bangunan.
Gambar 4-158Konstruksi
SMP dengan tiang atap
untuk SR 1 phasa/3 phasa
dengan SLP jenis DX/QX
dan SMP jenis NYM/NYY
di luar plapon
.
Gambar 4-160Konstruksi SMP
dengan titik tumpu untuk SR 1
phasa/3 phasa dengan SLP jenis
DX/QX dan SMP jenis NYM/NYY
di luar bangunan.
Gambar 4-162Konstruksi
SMP dengan tiang atap
untuk SR 1 phasa/3 phasa
tanpa sambungan jenis
Twisted
Gambar 4-164Konstruksi
SMP dengan titik tumpu
untuk SR 1 phasa/3 phasa
tanpa sambungan jenis
Twisted.
20
Gangguan pada
Saluran Udara
Tegangan Rendah
Gangguan pada Saluran Udara Tegangan Rendah
a. Gangguan Hilang Pembangkit
Dalam beroperasi, pembangkit tenaga listrik tidak bisa dipisahkan
dari sub sistem tenaga listrik yang lain yaitu penyaluran (transmisi), distribusi
dan pelelangan, karena pembangkit tenaga listrik merupakan salah satu sub
sistem dari sistem tenaga listrik.
Suatu sistem tenaga listrik yang sangat luas cakupan areanya,
menyebabkan timbulnya gangguan tidak bisa dihindari. Salah satu sub
sistem yang kemungkinan mengalami gangguan, adalah pembangkit tenaga
listrik. Bentuk gangguan tersebut adalah hilangnya daya atau pasokan daya
pada pembangkit atau biasa disebut hilangnya pembangkit.
Secara garis besar, gangguan hilangnya pembangkit diakibatkan
oleh dua hal, yaitu yang bersifat internal dan gangguan yang bersifat
ekstemal.
 Gangguan internal yaitu yang diakibatkan oleh pembangkit itu sendiri,
misalnya: kerusakan/gangguan pada penggerak mula (prime over) dan
kerusakan/gangguan pada generator, atau komponen lain yang ada di
pembangkitan.
 Gangguan eksternal, yaitu gangguan yang berasal dan diakibatkan dari
luar pembangkitan, misalnya: gangguan hubung singkat pada jaringan.
Hal ini akan menyebabkan sistem proteksi (relai atau circuit breaker)
bekerja dan memisahkan suatu pembangkitan dari sistem yang lainnya.
Apabila tingkat kemampuan pembebanan pembangkitan yang hilang
atau terlepas dari sistem tersebut melampaui spinning reserve sistem,
maka terjadi penurunan frekuensi terus menerus. Hal ini harus segera
diatasi, karena akan menyebabkan trip pada unit pembangkitan yang
lain, sehingga berakibat lebih fatal, yaitu sistem akan mengalami padam
total (collapse).
b. Gangguan Beban Lebih
Dalam suatu sistem tenaga listrik, yang dimaksud gangguan
beban lebih adalah pelayanan kepada pelanggan listrik yang melebihi
kemampuan sistem tenaga listrik yang ada, misal: trafo distribusi dengan
kapasitas daya terpasang 100 KVA, akan tetapi melayani pelanggan lebih
besar dari kapasitasnya. Hal ini menyebabkan trafo bekerja pada kondisi
abnormal.
Beban lebih akan menyebabkan arus yang mengalir pada jaringan
listrik menjadi besar, selanjutnva menimbulkan panas yang berlebihan,
yang akhirnya akan menyebabkan umur hidup (life time) peralatan dan
material pada jaringan listrik menjadi pendek atau mempercepat proses
penuaan dan kerusakan.
c. Gangguan Hubung Singkat
Gangguan hubung singkat pada jaringan listrik, dapat terjadi antara
phasa dengan phasa (2 phasa atau 3 phasa) dan gangguan antara phasa ke
tanah. Timbulnya gangguan bisa bersifat temporer (non persistant) dan
gangguan yang bersifat permanent (persistant).
Gangguan yang bersifat temporer, timbulnya gangguan bersifat
sementara, sehingga tidak memerlukan tindakan. Gangguan tersebut akan
hilang dengan sendirinya dan jaringan listrik akan bekerja normal kembali. Jenis
gangguan ini ialah : timbulnya flashover antar penghantar dan tanah (tiang,
traverse atau kawat tanah) karena sambaran petir, flashover dengan pohon-
pohon, dan lain sebagainya.
Gangguan yang bersifat permanen (persistant), yaitu gangguan yang
bersifat tetap. Agar jaringan dapat berfungsi kembali, maka perlu dilaksanakan
perbaikan dengan cara menghilangkan gangguan tersebut. Gangguan ini akan
menyebabkan terjadinya pemadaman tetap pada jaringan listrik dan pada titik
gangguan akan terjadi kerusakan yang permanen. Contoh: menurunnya
kemampuan isolasi padat atau minyak trafo. Di sini akan menyebabkan
kerusakan permanen pada trafo, sehingga untuk dapat beroperasi kembali
harus dilakukan perbaikan.
d.Gangguan Tegangan Lebih
Yang dimaksud gangguan tegangan lebih ialah, besarnya tegangan yang ada pada
jaringan listrik melebihi tegangan nominal, yang diakibatkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
1. Adanya penurunan beban atau hilangnya beban pada jaringan, yang disebabkan oleh switching
karena gangguan atau disebabkan karena manuver.
2. Terjadinya gangguan pada pengatur tegangan otomatis/automatic voltage regulator (AVR) pada
generator atau pada on load tap chenger transformer.
3. Putaran yang sangat cepat (over speed) pada generator yang diakibatkan karena kehilangan
beban.
4. Terjadinya sambaran petir atau surja petir (lightning surge), yang mengakibatkan hubung singkat
dan tegangan lebih
5. Terjadinya surja hubung (switch surge), yaitu berupa hubung singkat akibat bekerjanya circuit
breaker, sehingga menimbulkan tegangan transient yang tinggi. Hal ini sering terjadi pada
system jaringan tegangan ekstra tinggi.
Gangguan tegangan lebih akan merusak isolasi, dan akibatnya akan merusak peralatan
karena insulation break down (hubung singkat) atau setidak-tidaknya akan mempercepat proses
penuaan peralatan dan memperpendek umur peralatan.
Sebenarnya kondisi abnormal ini kurang tepat jika disebut sebagai gangguan. Akan tetapi
kondisi abnormal ini jika berlangsung terus menerus akan menyebabkan peralatan cepat rusak, umur
peralatan pendek dan membahayakan sistem.
e. Gangguan Instabilitas
Yang dimaksud gangguan instabilitas adalah gangguan
ketidakstabilan pada sistem (jaringan) listrik. Gangguan ini diakibatkan
adanya hubung singkat dan kehilangan pembangkit, yang selanjutnya
akan menimbulkan ayunan daya (power swing).
Efek yang lebih besar akibat adanya ayunan daya ini adalah,
mengganggu sistem interkoneksi jaringan dan menyebabkan unit-unit
pembangkit lepas sinkron (out of synchronism), sehingga relai
pengaman salah kerja dan menyebabkan timbulnya gangguan yang
lebih luas.
Untuk mengantisipasi agar gangguan instabilitas tidak teijadi,
ada beberapa cara yaitu: konstruksi jaringan harus baik, sistem proteksi
harus andal, pengoperasian dan pemeliharaan harus baik dan benar,
dan sebagainya
f. Gangguan karena konstruksi jaringan yang kurang baik
Yang dimaksud sistem jaringan di sini adalah, mulai dari pembangkitan,
penyaluran, distribusi sampai dengan instalasi listrik pelanggan. Sedangkan yang dimaksud
gangguan konstruksi jaringan adalah, gangguan yang terjadi akibat kondisi jaringan yang
tidak memenuhi ketentuan dan standard teknik.
Di sini ingin ditekankan bahwa sistem jaringan sangat menentukan tingkat
keberhasilan dan keandalan sistem tenaga listrik. Beberapa hal yang mengakibatkan
gangguan sistem jaringan, adalah:
1. Perencanaan yang kurang baik misalnya: tidak mempertimbangkan keseimbangan
antara supply and demand (daya yang tersedia dan kebutuhan beban pelanggan),
design konstruksi yang kurang tepat, dan lain sebagainya.
2. Peralatan dan material yang dipasang mempunyai standard teknik yang rendah
(under quality).
3. Pemasangan yang kurang baik, yang diakibatkan kesadaran pelaksana pekerjaan yang
rendah dan pengawasan dari pihak Owner yang kurang ketat.
4. Pengoperasian dan pemeliharaan yang kurang baik, kegagalan kerja sistem proteksi
(peralatan) pengaman) dan penuaan pada, peralatan/material jaringan.
Hal tersebut di atas akan menyebabkan timbulnya berbagai gangguan pada jaringan listrik.
Hal ini bisa diatasi sedini mungkin, yaitu sejak tahap perencanaan, pelaksanaan pekerjaan,
pengawasan pelakpekerjaan, komisioning, pengoperasian dan pemeliharaan jaringan listrik,
harus mengikuti kaidah, ketentuan dan standard teknik yang telah ditentukan
21
MENGATASI GANGGUAN
PADA SISTEM TENAGA
LISTRIK
MENGATASI GANGGUAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK
1. Konstruksi jaringan listrik yang baik
Terjadinya gangguan pada sistem tenaga listrik, tidak mungkin dihilangkan dan
tidak dapat dihindari sama sekali. Upaya yang bisa kita tempuh adalah mengurangi terjadinya
gangguan tersebut.
Mengurangi terjadinya gangguan pada sistem tenaga listrik merupakan upaya yang
bersifat represif dan antisipasif, yaitu memasang dan mewujudkan adanya konstruksi
jaringan listrik yang baik
2. Sistem proteksi yang andal
Pemasangan peralatan pengaman (sistem proteksi) pada jaringan listrik, bertujuan
untuk mengurangi akibat terjadinya gangguan. Hal ini harus dilakukan, karena timbulnya
gangguan pada jaringan listrik tidak mungkin dicegah sama sekali.
i. Fungsi peralatan pengaman (proteksi).
Sistem proteksi merupakan kesatuan (gabungan) dari alat-alat (sub sistem) proteksi, berfungsi untuk:
a) Mendeteksi adanya gangguan (kondisi abnormal) pada sistem tenaga listrik yang diamankannya,
sehingga tidak menimbulkan kerusakan.
b) Melepaskan atau memisahkan (mengisolasi) bagian sistem yang terganggu sehingga, tidak
meluas ke bagian sistem yang tidak terganggudan bagian sistem lainnya dapat terus
beroperasi.
22
Pengaman terhadap
Tegangan Sentuh
Pengaman terhadap Tegangan Sentuh
Jika suatu obyek bertegangan tersentuh oleh tubuh manusia, maka
pada umumnya arus listrik mengalir ke dalam tubuh manusia tersebut. Tetapi
sebenarnya yang berbahaya bagi tubuh bukanlah tegangan itu sendiri, melainkan
arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh manusia, sedangkan tegangan barulah
berbahaya apabila akibat sentuhan dengan tegangan itu menyebabkan
mengalirnya arus listrik yang cukup besar di dalam tubuh. Jika tidak
menyebabkan mengalirnya arus maka tegangan itu tidak berbahaya
Gambar 4-169 Pembagian daerah pengaruh arus bolak-
balik (pada 50-60 hz) terhadap orang dewasa
Jika tegangan tersentuh ke suatu tubuh, dengan kaki menginjak ke tanah,
maka akan mengalirlah arus listrik di dalam tubuh yang besarnya tergantung dari
tahanan tubuh dan tahanan kontak pada kedua titik sentuhan. Meskipun yang
berbahaya bagi tubuh adalah arus sebagai dasar untuk menetapkan persyaratan
instalasi listrik adalah lebih praktis jika dinyatakan sebagai tegangan sentuh sebagai
fungsi dari waktu. Dalam Standar IEC Publication 364 4-41, 1977 (Amandemen 1)
dinyatakan bahwa tegangan sentuh sebagai fungsi dari waktu yang diijinkan (Tabel
4-9).
Lama Sentuhan
Maksimum (detik)
Besar tegangan sentuh
Arus bolak-balik (V) Arus Searah (V)
< 50 < 120
5 50 120
1 75 140
0,5 90 160
0,2 110 175
0,1 150 200
0,05 220 250
0,03 280 310
Tabel 4-9 Tegangan sentuh yang aman sebagai fungsi
dari waktu
1. Cara Pengamanan terhadap Tegangan Sentuh
A. Pengaman terhadap sentuhan langsung mencakup:
a. Pengamanan dengan isolasi pada bagian-bagian yang aktif (PUIL, pasal 310),
misalnya kabel, porselin, karet berisolasi dan sebagainya.
b. Pengamanan dengan selungkup atau sekat f (PUIL, pasal 310 B dan C), misalnya
kotak saklar, perlengkapan hubung bagi (PHB).
c. Pengamanan dengan penghalang (PUIL, pasal 213), misalnya sekedar dipagari agar
orang tidak bisa mendekat, atau meletakkannya dibelakang kisi-kisi.
d. Pengamanan dengan penempatan di luar jangkauan tangan, misalnya bagian yang
bertegangan ditempatkan 2,5 m di atas lantai.
e. Pengamanan tambahan dengan Saklar Pengaman Arus ke Tanah (SPAT, earth
leakage circuit breaker). Ini hanyalah merupakan pengamanan tambahan (extra) di
samping pengamananpengamanan lainnya, dimaksudkan untuk mengamankan
terhadap sentuhan langsung yang mungkin masih terjadi. Saklar ini bekerja
berdasarkan pada adanya arus bocor ke tanah yang disebut juga arus sisa (residual
current) yang timbul akibat sentuhan langsung karena arus bocor ke tanah sebagai
akibat sentuhan langsung ini sangat kecil, maka saklar inipun harus sangan sensitif,
yaitu arusbocor sebesar 30 mA sudah mampu menyebabkan trip-nya saklar.
B. Pengamanan terhadap sentuhan tak langsung, mencakup:
a) Pengamanan dengan pemutusan secara otomatis dari suplai, yang memerlukan
pengaman dan alat-alat pengaman seperti misalnya sekring dan saklar pengaman.
b) Pengamanan dengan isolasi pengaman (lihat PUIL, pasal 322A.I.a), yaitu dengan
cara memberi isolasi tambahan di samping isolasi utamanya (berisolasi ganda),
sehingga apabila terjadi kerusakan pada isolasi utamanya, badan peralatan yang
mungkin tersentuh tangan itu dengan bahan isolasi, memasang selungkup dari
bahan isolasi, atau dapat juga badan peralatan sendiri dari bukan bahan konduktif.
c) Pengamanan dengan alas isolasi (lihat PUIL, pasal 322A), yaitu memberikan
isolasi pada tempat kaki berpijak atau pada lantai dan benda-benda konduktif
lainnya yang berhubungan dengan tanah yang terjangkau tangan sedemikian
sehingga tercegahlah orang terkena tegangan sentuh yang berbahaya bila terjadi
kegagalan isolasi.
d) Pengamanan dengan hubungan alas kaki yang konduktif dengan badan atau
bagian peralatan yang terpegang dengan tangan sedemikian sehingga tidak ada
beda potensial antara alas kaki dan badan/bagian peralatan yang terpegang tangan
bila terjadi kegagalan isolasi.
e) Pengamanan dengan pemisah pengaman (electrical separation) (lihat PUIL pasal
329), yaitu dengan memakai generator motor set atau trafo pemisah. Trafo
pemisah adalah trafo yang belitan sekundernya terpisah dari belitan primernya
dan rangkaian sekundernya, di mana peralatan itu tersambung, tidak diketanahkan
sehingga bila terjadi kegagalan isolasi peralatan tercegahlah timbulnya tegangan
sentuh yang berbahaya.

More Related Content

What's hot

pemasangan-perangkat-hubung-bagi-tegangan-rendah
pemasangan-perangkat-hubung-bagi-tegangan-rendahpemasangan-perangkat-hubung-bagi-tegangan-rendah
pemasangan-perangkat-hubung-bagi-tegangan-rendahtesha saputra
 
Macam relay proteksi
Macam relay proteksiMacam relay proteksi
Macam relay proteksiRidwan Satria
 
Transmisi Daya Listrik
Transmisi Daya ListrikTransmisi Daya Listrik
Transmisi Daya ListrikMulia Damanik
 
konstruksi jaring jaringan tegangan menengah PLN Distribusi Jawa Timur
konstruksi jaring jaringan tegangan menengah PLN Distribusi Jawa Timurkonstruksi jaring jaringan tegangan menengah PLN Distribusi Jawa Timur
konstruksi jaring jaringan tegangan menengah PLN Distribusi Jawa TimurDANA KHOIRIL HUDA
 
Prosedur Penyelenggaraan Konstruksi Saluran Kabel Tegangan Menengah
Prosedur Penyelenggaraan Konstruksi Saluran Kabel Tegangan Menengah Prosedur Penyelenggaraan Konstruksi Saluran Kabel Tegangan Menengah
Prosedur Penyelenggaraan Konstruksi Saluran Kabel Tegangan Menengah Helma Fathurrochmah
 

What's hot (20)

JTR ( JARINGAN TEGANGAN RENDAH)
JTR ( JARINGAN TEGANGAN RENDAH)JTR ( JARINGAN TEGANGAN RENDAH)
JTR ( JARINGAN TEGANGAN RENDAH)
 
Jaringan distribusi tegangan rendah
Jaringan distribusi tegangan rendahJaringan distribusi tegangan rendah
Jaringan distribusi tegangan rendah
 
GARDU DISTRIBUSI
GARDU DISTRIBUSIGARDU DISTRIBUSI
GARDU DISTRIBUSI
 
pemasangan-perangkat-hubung-bagi-tegangan-rendah
pemasangan-perangkat-hubung-bagi-tegangan-rendahpemasangan-perangkat-hubung-bagi-tegangan-rendah
pemasangan-perangkat-hubung-bagi-tegangan-rendah
 
SALURAN TEGANGAN RENDAH 380/220 VOLT
SALURAN  TEGANGAN RENDAH 380/220 VOLTSALURAN  TEGANGAN RENDAH 380/220 VOLT
SALURAN TEGANGAN RENDAH 380/220 VOLT
 
GARDU DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
GARDU  DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK GARDU  DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
GARDU DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
 
JTM (JARINGAN TEGANGAN MENENGAH)
JTM (JARINGAN TEGANGAN MENENGAH)JTM (JARINGAN TEGANGAN MENENGAH)
JTM (JARINGAN TEGANGAN MENENGAH)
 
Macam relay proteksi
Macam relay proteksiMacam relay proteksi
Macam relay proteksi
 
Transmisi Daya Listrik
Transmisi Daya ListrikTransmisi Daya Listrik
Transmisi Daya Listrik
 
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH (JTM)
 
SALURAN TEGANGAN MENENGAH
SALURAN TEGANGAN MENENGAH SALURAN TEGANGAN MENENGAH
SALURAN TEGANGAN MENENGAH
 
Jaringan distribusi tenaga listrik
Jaringan distribusi tenaga listrikJaringan distribusi tenaga listrik
Jaringan distribusi tenaga listrik
 
konstruksi jaring jaringan tegangan menengah PLN Distribusi Jawa Timur
konstruksi jaring jaringan tegangan menengah PLN Distribusi Jawa Timurkonstruksi jaring jaringan tegangan menengah PLN Distribusi Jawa Timur
konstruksi jaring jaringan tegangan menengah PLN Distribusi Jawa Timur
 
Prosedur Penyelenggaraan Konstruksi Saluran Kabel Tegangan Menengah
Prosedur Penyelenggaraan Konstruksi Saluran Kabel Tegangan Menengah Prosedur Penyelenggaraan Konstruksi Saluran Kabel Tegangan Menengah
Prosedur Penyelenggaraan Konstruksi Saluran Kabel Tegangan Menengah
 
Sistem proteksi tenaga listrik
Sistem proteksi tenaga listrikSistem proteksi tenaga listrik
Sistem proteksi tenaga listrik
 
6 wiring diagram
6 wiring diagram6 wiring diagram
6 wiring diagram
 
GARDU INDUK TENAGA LISTRIK
GARDU INDUK TENAGA LISTRIK GARDU INDUK TENAGA LISTRIK
GARDU INDUK TENAGA LISTRIK
 
9 Sistem Pentanahan
9 Sistem Pentanahan9 Sistem Pentanahan
9 Sistem Pentanahan
 
Simbol simbol listrik1
Simbol   simbol listrik1Simbol   simbol listrik1
Simbol simbol listrik1
 
Transmisi Tenaga Listrik
 Transmisi Tenaga Listrik  Transmisi Tenaga Listrik
Transmisi Tenaga Listrik
 

Similar to JTR

jaringanteganganrendah-181219062232.pdf
jaringanteganganrendah-181219062232.pdfjaringanteganganrendah-181219062232.pdf
jaringanteganganrendah-181219062232.pdfPascal7hombing123
 
83138841 1-1-komponen-jtm
83138841 1-1-komponen-jtm83138841 1-1-komponen-jtm
83138841 1-1-komponen-jtmAgus Supriyanto
 
Jbptunikompp gdl-ferifirdia-21037-7-babivp-r
Jbptunikompp gdl-ferifirdia-21037-7-babivp-rJbptunikompp gdl-ferifirdia-21037-7-babivp-r
Jbptunikompp gdl-ferifirdia-21037-7-babivp-rAzis Nurrochma Wardana
 

Similar to JTR (20)

jaringanteganganrendah-181219062232.pdf
jaringanteganganrendah-181219062232.pdfjaringanteganganrendah-181219062232.pdf
jaringanteganganrendah-181219062232.pdf
 
JARINGAN TEGANGAN RENDAH SISTEM TENAGA LISTRIK
JARINGAN TEGANGAN RENDAH SISTEM TENAGA LISTRIKJARINGAN TEGANGAN RENDAH SISTEM TENAGA LISTRIK
JARINGAN TEGANGAN RENDAH SISTEM TENAGA LISTRIK
 
JARINGAN TEGANGAN RENDAH
JARINGAN TEGANGAN RENDAHJARINGAN TEGANGAN RENDAH
JARINGAN TEGANGAN RENDAH
 
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 KV
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 KVJARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 KV
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 KV
 
JARINGAN TEGANGAN RENDAH 380 / 220 VOLT
JARINGAN TEGANGAN RENDAH 380 / 220 VOLTJARINGAN TEGANGAN RENDAH 380 / 220 VOLT
JARINGAN TEGANGAN RENDAH 380 / 220 VOLT
 
Jaringan Tegangan Rendah
Jaringan Tegangan RendahJaringan Tegangan Rendah
Jaringan Tegangan Rendah
 
JARINGAN TEGANGAN RENDAH
JARINGAN TEGANGAN RENDAHJARINGAN TEGANGAN RENDAH
JARINGAN TEGANGAN RENDAH
 
Jaringan Tegangan Menengah
Jaringan Tegangan Menengah Jaringan Tegangan Menengah
Jaringan Tegangan Menengah
 
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH JARINGAN TEGANGAN MENENGAH
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH
 
JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER 20 KV
JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER 20 KVJARINGAN DISTRIBUSI PRIMER 20 KV
JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER 20 KV
 
JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER ( JTM) STL 20 kV
JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER ( JTM) STL 20 kVJARINGAN DISTRIBUSI PRIMER ( JTM) STL 20 kV
JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER ( JTM) STL 20 kV
 
Transmisi Tenaga Listrik
Transmisi Tenaga ListrikTransmisi Tenaga Listrik
Transmisi Tenaga Listrik
 
83138841 1-1-komponen-jtm
83138841 1-1-komponen-jtm83138841 1-1-komponen-jtm
83138841 1-1-komponen-jtm
 
83138841 1-1-komponen-jtm
83138841 1-1-komponen-jtm83138841 1-1-komponen-jtm
83138841 1-1-komponen-jtm
 
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 KV
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 KVJARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 KV
JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 KV
 
TRANSMISI TENAGA LISTRIK
TRANSMISI TENAGA LISTRIK TRANSMISI TENAGA LISTRIK
TRANSMISI TENAGA LISTRIK
 
Kelompok 3
Kelompok 3Kelompok 3
Kelompok 3
 
JARINGAN TRANSMISI LISTRIK
JARINGAN TRANSMISI  LISTRIK JARINGAN TRANSMISI  LISTRIK
JARINGAN TRANSMISI LISTRIK
 
SISTEM PENYALURAN (TRANSMIS) SISTEM TENAGA LISTRIK
SISTEM PENYALURAN (TRANSMIS) SISTEM TENAGA LISTRIKSISTEM PENYALURAN (TRANSMIS) SISTEM TENAGA LISTRIK
SISTEM PENYALURAN (TRANSMIS) SISTEM TENAGA LISTRIK
 
Jbptunikompp gdl-ferifirdia-21037-7-babivp-r
Jbptunikompp gdl-ferifirdia-21037-7-babivp-rJbptunikompp gdl-ferifirdia-21037-7-babivp-r
Jbptunikompp gdl-ferifirdia-21037-7-babivp-r
 

More from Politeknik Negeri Ujung Pandang

Materi Sistem Proteksi dan Distribusi Energi Listrik SAFIRA.pptx
Materi Sistem Proteksi dan Distribusi Energi Listrik SAFIRA.pptxMateri Sistem Proteksi dan Distribusi Energi Listrik SAFIRA.pptx
Materi Sistem Proteksi dan Distribusi Energi Listrik SAFIRA.pptxPoliteknik Negeri Ujung Pandang
 
JARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER (JTR) SISTEM TENAGA LISTRIK
JARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER  (JTR)  SISTEM TENAGA LISTRIKJARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER  (JTR)  SISTEM TENAGA LISTRIK
JARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER (JTR) SISTEM TENAGA LISTRIKPoliteknik Negeri Ujung Pandang
 
JARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER (JTR) SISTEM TENAGA LISTRIK
JARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER  (JTR) SISTEM TENAGA LISTRIKJARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER  (JTR) SISTEM TENAGA LISTRIK
JARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER (JTR) SISTEM TENAGA LISTRIKPoliteknik Negeri Ujung Pandang
 

More from Politeknik Negeri Ujung Pandang (20)

Materi Sistem Proteksi dan Distribusi Energi Listrik SAFIRA.pptx
Materi Sistem Proteksi dan Distribusi Energi Listrik SAFIRA.pptxMateri Sistem Proteksi dan Distribusi Energi Listrik SAFIRA.pptx
Materi Sistem Proteksi dan Distribusi Energi Listrik SAFIRA.pptx
 
SISTEM TRANSMISI ( PENYALURAN) TENAGA LISTRIK
SISTEM TRANSMISI ( PENYALURAN) TENAGA LISTRIKSISTEM TRANSMISI ( PENYALURAN) TENAGA LISTRIK
SISTEM TRANSMISI ( PENYALURAN) TENAGA LISTRIK
 
GARDU INDUK GIS SISTEM TENAGA LISTRIK 150 kV
GARDU INDUK GIS SISTEM TENAGA LISTRIK  150 kVGARDU INDUK GIS SISTEM TENAGA LISTRIK  150 kV
GARDU INDUK GIS SISTEM TENAGA LISTRIK 150 kV
 
GARDU INDUK KONVENSIONAL SISTEM TENAGA LISTRIK 150 kV
GARDU INDUK KONVENSIONAL SISTEM TENAGA LISTRIK 150 kVGARDU INDUK KONVENSIONAL SISTEM TENAGA LISTRIK 150 kV
GARDU INDUK KONVENSIONAL SISTEM TENAGA LISTRIK 150 kV
 
SISTEM OPERASI TENAGA LISTRIK (GRID CODE SULAWESI)
SISTEM OPERASI TENAGA LISTRIK (GRID CODE SULAWESI)SISTEM OPERASI TENAGA LISTRIK (GRID CODE SULAWESI)
SISTEM OPERASI TENAGA LISTRIK (GRID CODE SULAWESI)
 
SISTEM PROTEKSI (PENGAMAN) TENAGA LISTRIK
SISTEM PROTEKSI (PENGAMAN) TENAGA LISTRIKSISTEM PROTEKSI (PENGAMAN) TENAGA LISTRIK
SISTEM PROTEKSI (PENGAMAN) TENAGA LISTRIK
 
GARDU DISTRIBUSI SISTEM TENAGA LISTRIK 20 kv/380 V/220V
GARDU DISTRIBUSI SISTEM TENAGA LISTRIK  20 kv/380 V/220VGARDU DISTRIBUSI SISTEM TENAGA LISTRIK  20 kv/380 V/220V
GARDU DISTRIBUSI SISTEM TENAGA LISTRIK 20 kv/380 V/220V
 
JARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER (JTR) SISTEM TENAGA LISTRIK
JARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER  (JTR)  SISTEM TENAGA LISTRIKJARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER  (JTR)  SISTEM TENAGA LISTRIK
JARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER (JTR) SISTEM TENAGA LISTRIK
 
GARDU INDUK KONVENSIONAL SISTEM TENAGA LISTRIK
GARDU INDUK KONVENSIONAL SISTEM TENAGA LISTRIKGARDU INDUK KONVENSIONAL SISTEM TENAGA LISTRIK
GARDU INDUK KONVENSIONAL SISTEM TENAGA LISTRIK
 
GAS INSULATED SUSTATION SISTEM TENAGA LISTRIK
GAS INSULATED SUSTATION SISTEM TENAGA LISTRIKGAS INSULATED SUSTATION SISTEM TENAGA LISTRIK
GAS INSULATED SUSTATION SISTEM TENAGA LISTRIK
 
OPERASI SISTEM TENAGA (GRID CODE INDONESIA)
OPERASI SISTEM TENAGA (GRID CODE INDONESIA)OPERASI SISTEM TENAGA (GRID CODE INDONESIA)
OPERASI SISTEM TENAGA (GRID CODE INDONESIA)
 
SISTEM PENGAMAN ( PROTEKSI) TENAGA LISTRIK
SISTEM PENGAMAN ( PROTEKSI) TENAGA LISTRIKSISTEM PENGAMAN ( PROTEKSI) TENAGA LISTRIK
SISTEM PENGAMAN ( PROTEKSI) TENAGA LISTRIK
 
JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER (JTM ) SISTEM TENAGA LISTRIK
JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER (JTM ) SISTEM TENAGA LISTRIKJARINGAN DISTRIBUSI PRIMER (JTM ) SISTEM TENAGA LISTRIK
JARINGAN DISTRIBUSI PRIMER (JTM ) SISTEM TENAGA LISTRIK
 
GARDU DISTRIBUSI SISTEM TENAGA LISTRIK 20 KV/ 380 V
GARDU DISTRIBUSI SISTEM TENAGA LISTRIK 20 KV/ 380 VGARDU DISTRIBUSI SISTEM TENAGA LISTRIK 20 KV/ 380 V
GARDU DISTRIBUSI SISTEM TENAGA LISTRIK 20 KV/ 380 V
 
JARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER (JTR) SISTEM TENAGA LISTRIK
JARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER  (JTR) SISTEM TENAGA LISTRIKJARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER  (JTR) SISTEM TENAGA LISTRIK
JARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER (JTR) SISTEM TENAGA LISTRIK
 
GARDU INDUK KONVENSIONAL SISTEM TENAGA LISTRIK
GARDU INDUK KONVENSIONAL SISTEM TENAGA LISTRIKGARDU INDUK KONVENSIONAL SISTEM TENAGA LISTRIK
GARDU INDUK KONVENSIONAL SISTEM TENAGA LISTRIK
 
SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK INDONESIA
SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK INDONESIASISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK INDONESIA
SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK INDONESIA
 
GAS INSULATED SUSTATION SISTEM TENAGA LISTRIK
GAS INSULATED SUSTATION SISTEM TENAGA LISTRIKGAS INSULATED SUSTATION SISTEM TENAGA LISTRIK
GAS INSULATED SUSTATION SISTEM TENAGA LISTRIK
 
SISTEM OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK INDONESIA
SISTEM OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK INDONESIASISTEM OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK INDONESIA
SISTEM OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK INDONESIA
 
SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK INDONESIA
SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK INDONESIASISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK INDONESIA
SISTEM PROTEKSI TENAGA LISTRIK INDONESIA
 

JTR

  • 1. JTR (Jaringan Tegangan Rendah) Suhenra Ramli Muhammad Firajullah Karimulsyah Dayanti Dinda Prameswari Pembimbing: Ir. Makmur Saini, MT, P.hD
  • 3. Sistem Distribusi Tegangan Rendah merupakan bagian hilir dari suatu sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi dibawah 1 Kilo Volt langsung kepada para pelanggan tegangan rendah.
  • 5. • Susut tegangan yang diisyaratkan • Luas penghantar jaringan • Distribusi pelanggan sepanjang jalur jaringan distribusi • Sifat daerah pelayanan (desa, atau kota) • Kelas pelanggan (pada beban rendah, beban tinggi)
  • 6. Umumnya radius pelayanan berkisar 350 meter. Di Indonesia (PLN) susut tegangan diizinkan ± 5% - 10% dari tegangan operasi
  • 8. Fungsi Merupakan salah satu Komponen dari suatu sistem distribusi, yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke Konsumen, atau untuk mendistribusikan tenaga listrik pada konsumen atau pelanggan, baik itu pelanggan tegangan menengah maupun pelanggan tegangan rendah. Gardu Distribusi • Menyalurkan/ meneruskan tenaga listrik tegangan menengah ke konsumen tegangan rendah. • Menurunkan tegangan menengah menjadi tegangan rendah selanjutnya disalurkan kekonsumen tegangan rendah. • Menyalurkan/ meneruskan tenaga listrik tegangan menengah ke gardu distribusi lainnya dan ke gardu hubung.
  • 9. A. Jenis Pemasangannya  Gardu Pasangan Luar  Gardu Pasangan Dalam B. Jenis Konstruksinya  Gardu Beton  Gardu Tiang  Gardu Kios C. Jenis Penggunaannya  Gardu Pelanggan Umum  Gardu Pelanggan Khusus Gardu Beton Gardu Kios Gardu Cantol Gardu Hubung
  • 11. A. Sistem tegangan dibedakan menjadi 3 macam • Sistem 3 fasa (Fasa Tiga) : 380 v/ 220 v • Sistem 2 fasa (Fasa Dua) : 440 v/ 220, 220v/ …. • Sistem 1 fasa (Fasa satu) : 110 v, 220 v, 250 v B. Sistem tegangan dipilih mengikuti konsep teknis (Distribution System Engineering) yang dianut satu sama lain dapat berbeda, misalnya : • Sistem Kontinental : 3 fasa – 3 kawat (Distribution Substation Concept) 3 fasa – 4 kawat • Sistem Amerika : 2 fasa – 3 netral (Multi Grounded) • Sistem Kanada : 1 kawat (Swer)
  • 13. Pada umumnya tiang listrik yang sekarang digunakan pada SUTR terbuat dari beton bertulang dan tiang besi. Tiang kayu sudah jarang digunakan karena daya tahannya (umumnya) relatif pendek dan memerlukan pemeliharaan khusus. Sedang tiang besi jarang digunakan karena harganya relative mahal dibanding tiang beton,disamping itu juga memerlukan biaya pemeliharaan rutin. Dilihat dari fungsinya,tiang listrik dibedakan menjadi dua yaitu tiang pemikul dan tiang tarik. Tiang pemikul berfungsi untuk memikul konduktor dan isolator, sedang tiang tarik fungsinya untuk menarik konduktor. Sedang fungsi lainnya disesuaikan dengan kebutuhan sesuai dengan posisi sudut tarikan konduktor nya. Bahan baku pembuatan tiang beton untuk tiang tegangan menengah dan tegangan rendah adalah sama, hanya dimensinya yang berbeda.
  • 15. Menentukan atau Memilih panjang Tiang 5.1Memilihpanjang tiang 5.2 Jarak aman yang diperlukan untuk menentukan panjang tiang
  • 16. Pada jaringan tegangan rendah yang menggunakan tiang bersama dengan jaringan tegangan menengah maka jarak gawang (Span) harus di jaga agar tidak lebih dari 60 meter. Di dalam menentukan panjang tiang beberapa faktor yang harus dipertimbangkan adalah; 1. Jarak aman antara saluran tegangan menengah dan tegangan rendah. 2. Posisi trafo tiang. 3. Tinggi rendahnya trafo dengan penyangga dua tiang. Gambar 5.2 menunjukkan jarak aman yang diperlukan untuk menentukan panjang tiang. Pada gambar tersebut diperlihatkan bahwa panjang tiang minimum untuk tegangan menengah 11 meter (9,2 meter diatas tanah) dan untuk tegangan rendah 9 meter ( 7,5meter diatas tanah).
  • 18. Mendirikan/Menanam Tiang Bagian tiang yang harus ditanam dibawah permukaan tanah adalah 1/6 dari panjang tiang. Jadi kedalaman lubang tergantung panjang/tinggi tiang yang akan dipasang. Pada tanah yang lembek, bagian bawah tiang harus di pasang bantalan (beton blok) agar bagian tiang yang tertanam dalam tanah tetap 1/6 panjang tiang. Dari gambar 2 tampak bahwa ; • untuk panjang tiang 13 meter, bagian yang berada diatas tanah adalah 10,2 meter. • Untuk panjang tiang 11 meter, bagian yang berada diatas tanah adalah 9,2meter. • Dan untuk panjang tiang 9 meter bagian yang berada diatas tanah adalah 7,5meter. Mendirikan tiang beton tegangan rendah (9 meter) dapat dilakukan dengan dua cara ; 1. Secara manual (Konvensional) 2. Secara otomatis (mendirikan tiang dengan alat pengangkat)
  • 19. 7.1 Manual 7.2 Otomatis Cara Mendirikan Tiang
  • 21. • Kondisi tanah yang rawan/lunak dapat menyebabkan robohnya tiang penyangga. • Pada dasarnya perlu diperhitungkan kekuatan tanah sehingga dapat diketahui jeni tanah lunak atau tidak. • Berdasarkan hitungan tersebut dapat ditentukan perlu tidaknya memakai pondasi. Namun untuk tiang-tiang awal/akhir, tetap diperlukan pondasi.
  • 22. 9 Gaya-Gaya Mekanis Pada Tiang Penyangga
  • 23. I. Tiang penyangga mengalami gaya-gaya mekanis terutama adalah gaya- gaya • Beban penghantar yang dipikul. • Beban akibat tiupan angin pada penghantar dan pada tiang itu sendiri. • Regangan (tensile stress) penghantar logam akibat perubahan suhu lingkungan atau akibat adanya sambungan pelanggan. • Beban akibat air hujan atau suhu didaerah dingin. II. Beban tersebut mempengaruhi kekuatan tiang penyangga. Kekuatan tiang didimensikan dalam satuan newton atau daN (0,98 kg) III. Kekuatan tiang dihitung pada kondisi minimum, sehingga didapatkan harga yang realistis. contoh: Kondisi tekanan angin maksimum. Temperatur kerja maksimum penghantar (60⁰ C) Angka keamanan 0,5 (50%) Sehingga tiang dengan fungsi sebagai penyangga diujung (akhir jaringan), ditengah, tiang sudut, akan mengalami total gaya mekanis yang berbeda.
  • 25. Keterangan Gambar 10.1 : 1. Suspension Clamp Bracket 2. Suspension Clamp 3. Stainless Steel Strip 0,75 Meter 4. Stopping Buckle 5. Plastic Strap 6. Protektip Plastic Strap 0,5 Meter Gambar 10.1 Konstruksi tiang penyangga (TR1) Keterangan Gambar 10.2: 1. Tension Bracket 2. Strain Clamp 3. Stainless Steel Strip 0,75 Meter 4. Stopping Buckle 5. Plastic Strap 6. Protektip Plastic Strap 0,5 Meter Gambar 10.2 Konstruksi tiang penegang/sudut(TR2)
  • 26. Keterangan Gambar 10.3: 1. Tension Bracket 2. Strain Clamp 3. Stainless Steel Strip 0,75 Meter 4. Stopping Buckle 5. Plastic Strap 6. PVC 2” – 50 Cm 7. Link 8. Dead end tubes 9. Protektip Plastic Strap 0,5 Meter Gambar 10.3 Konstruksi tiang awal/akhir(TR3) Keterangan Gambar 10.4: 1. Suspension Clamp Bracket 2. Suspension Clamp 3. Stainless Steel Strip 0,75 Meter 4. Stopping Buckle 5. Plastic Strap 6. Bundled Conductor, Connector 70-25/70-25 7. Protektip Plastic Strap 0,5 Meter Gambar 10.4 Konstruksi tiang penyangga silang(TR4)
  • 27. Keterangan Gambar 10.5: 1. Tension Bracket 2. Strain Clamp 3. Stainless Steel Strip 0,75 Meter 4. Plastic Strap 5. Stopping Buckle 6. Bundled Conductor, Connector 70-25/70-25 7. Suspension Clamp Bracket 8. Suspension Clamp 9. Protektip Plastic Strap 0,5 Meter Gambar 10.5 Konstruksi tiang penyangga & sudut silang (TR4A) Keterangan Gambar 10.6: 1. Tension Bracket 2. Strain Clamp 3. Stainless Steel Strip 0,75 Meter 4. Plastic Strap 5. Stopping Buckle 6. Bundled Conductor, Connector 70-25/70-25 7. Protektip Plastic Strap 0,5 Mete Gambar 10.6 Konstruksi tiang penyangga & sudut silang (TR4B)
  • 29. • Kawat penegang dapat mengurangi beban mekanis tiang , demikian juga pemakaian tiang penopang. • Sehingga tiang dengan kekuatan mekanis yang kecil dapat dipergunakan untuk menahan beban mekanis yang lebih besar. • Konstruksi ini umum dipakai pada tiang-tiang akhir penghantar kecil dan tiang-tiang sudut. Keterangan Gambar : 1. Tension Bracket 2. Strain Clamp 3. Stainless Steel Strip 0,75 Meter 4. Stopping Buckle 5. Plastic Strap 6. Protektip Plastic Strap 0,50 Meter Keterangan Gambar : 1. Tension Bracket 2. Strain Clamp 3. Stainless Steel Strip 0,75 Meter 4. Stopping Buckle 5. Plastic Strap 6. Bundled Conductor, Connector 70-25/70-25 7. Protektip Plastic Strap 0,50 Meter Gambar 11.1.Konstruksi tiang penegang (TR5) Gambar 11.2 Konstruksi tiang penegang dengan hantaran beda penampang (TR5A)
  • 31. • Masalah kekuatan mekanis penghantar besarnya beban pada titik tumpu dapat menyebabkan penghantar retak/ putus pada titik tersebut. • Masalah lingkungan, terlalu panjangnya bentangan penghantar menyulitkan penarikan penghantar baik dari sudut konstruksi ataupun operasional atau dari segi kemanan lingkungan dan estika. • Pengaruh rute geografis jalur/ lintasan, tidak semua jalur jaringan pada lintasan yang lurus. Sehingga jarak gawang/ span hantar tiang penyangga di standarisir 40 meter dengan titik terendah jaringan pada lalu lintas berat dengan permukaan jalan minimum 6 meter pada temperatur menghantar 60º C.
  • 33. • Kekuatan tarik pada tiang bertumpu pada jarak 10 cm dari ujung atas tiang, beban kerjanya di standaarisasi 200 daN, 350 daN, 500 daN, 800 daN, 1200 daN • Berdasarkan perhitungan mekanis gaya-gaya yang terjadi pada tiang, maka batas maksimum rentangan/ gantang /span dengan berbagai ukuran penghantar adalah
  • 35. • Lintasan jaringan tidak selalu lurus , namun pada sejumlah titik terjadi pembelokan yang besar sudutnya berbeda-beda. • Menghitung kekuatan tiang sudut dilaksanakan dengan rumus ilmu ukur sudut, dengan memmperhatikan susdut antara dua tarikan pada tiang sudut tersebut • Dalam kasus ini atau dicontohkan menghitung kekuatan tiang sudut dengan metoda polygon dimana jumlah semua gaya sama dengan nol. Gaya Resultante adalah besarnya gaya rujukan untuk memilih kekuatan tiang sudut
  • 36. 15 Pembumian Pada Jaringan Distribusi Jaringan Tegangan Rendah
  • 37. Pembumian Pada Jaringan Distribusi Jaringan Tegangan Rendah 1. Ketentuan-ketentuan tentang Pembumian : a) Menurut PUIL, semua bagian konduktif terbuka pada suatu instalasi harus dibumikan. b) Menurut PUIL, apabila jalur yang sama dipasang SUTM dan SUTR, maka pada setiap 3 tiang harus dipasang penghantar pembumian yang dihubungkan dengan penghantar netral. c) Menurut PUIL, nilai resistansi pembumian setiap 200 meter lintasan ( 5 gawang) tidak boleh melebihi dari 10 Ohm. d) Petunjuk praktis semua nilai resistansi pembumian maksimum sebesar 5 Ohm. e) Berdasarkan kekuatan mekanis luas penampang minimum penghantar pembumian adalah sebesar 50 mm2 dan terbuat dari tembaga. f) Sambungan penghantar bumi dengan elektroda bumi harus kuat secara mekanis/ elektris dan mudah dibuka untuk dilakukan pengujian resistansipembumian. Klem pada elektroda pipa harus memakai ukuran minimal 10 Ohm dan dilindungi dari kemungkinan korosi g) Penghantar bumi harus dilindungi secara mekanis kimiawi. Catatan : • Biasanya dimasukkan dalam pipa ½ inchi, seting.gi 2,5 mm2. • Terminal klem ditanam 20 cm dibawah permukaan tanah. h) Elektroda batang dimasukkan tegak lurus ke dalam tanah. Panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan dengan memoerlihatkan resistansi tanah : Untuk resistansi tanah P1 = 100 Ω meter panjang 1 m 2 m 3 m 5 m Nilai Ω 70. 40. 30. 20. Untuk resistansi tanah P tidak sama dengan P, nilai pentanahan dikalikan P . P1
  • 38. 1 2 3 4 5 6 7 Jenis tanah Tanah rawa Tanah liat dan Tanah ladang Pasir basah Kerikil basah Pasir dan Kerikil kering Tanah berbatu Resistansi jenis (Ω – m) 30 100 200 500 1000 3000 2. Jenis Tanah Jenis tanah menurut PUIL 2000 dibagai atas : 1) Tanah rawa, 2) Tanah liat dan tanah ladang, 3) Pasir basah, 4) Krikil basah, 5) Pasir dan kerikil kering, 6) Tanah berbatu. 3. Tahanan Jenis Tanah Masing-masing jenis tanah mempunyai nilai tahanan jenis tanah yang berbeda-beda dan bergantung dari jenis tanahnya, dapat dilihat dalam tabel dibawah ini, merupakan nilai tipikal
  • 39. 4. Tujuan Pembumian Peralatan Pembumian peralatan adalah pembumian bagian dari peralatan yang pada kerja normal, tidak dilalui arus. Tujuan pembumian peralatan adalah : a. Untuk membatasi tegangan antara bagian-bagian peralatan yang tidak dilalui arus dan antara bagian-bagian ini dengan bumi sampai pada suatu harga yang aman (tidak membahayakan) untuk semua kondisi operasi normal. b. Untuk memperoleh impedansi yang kecil/rendah dari jalan balik arus hubung singkat ke tanah. Kecelakaan pada personil, timbul pada saat hubung singkat ke tanah terjadi. Jadi bila arus hubung singkat ke tanah itu dipaksanakan mengalir melalui impedansi tanah yang tinggi, akan menimbulkan perbedaan potensial yang besar dan berbahaya. Juga impedansi yang besar pada sambungan-sambungan pada rangkaian pembumian dapat menimbulkan busur listrik dan pemanasan yang besarnya cukup menyalakan material yang mudah terbakar.
  • 40. Secara garis besar ada 3 macam system pentanahan netral dan badan/peralatan instalasi, yaitu: a. Sistem IT b. Sistem TT c. Sistem TN Gambar 4-170 Sistem Pentanahan TR a) IT b) TT c) TN
  • 42. I. Jenis Penghantar Udara o Penghantar tidak berisolasi A3C, BCC, A2C , ACSR o Pernghantar berisolasi (Jenis twisted cable yang umumnya dipakai NYM-T, NYMZ, NFYM, NFY, NF2X,NFA2X, NFA2X, NFA2XSEY-T (TWISTED CABLE). II. Persilangan dengan Kabel Telekomunikasi a) TWISTED CABLE : Berjajar 1 meter, Mersilang 0,3 meter b) TAK BERISOLASI : Berjajar/Berisolasi 1 meter
  • 43.
  • 44. III. Jarak antar Penghantar Telanjang Jarak antara ini bergantung atas jarak antar titik tumpu jaringan (jaringan gawang) Jarak Gawang Jarak Antara 6 – 10 Meter 20 CM 10 – 40 Meter 25 CM Jarak Lendutan (SAG) dengan permukaan tanah diukur dengan titik terendah sekurang-kurangnya Penghantar Tak Berisolasi Penghantar Berisolasi Jalan Umum 5 meter 4 meter Halaman Rumah 5 meter 3 Meter
  • 45. IV. Jarak Bebas Jarak bebas (ruang bebas) penghantar tak berisolasi dengan benda lain (pohon, bangunan) a) Pada dasarnya tidak boleh bersinggungan b) Syarat 0,5 meter Catatan : Pada konstruksi saluran udara baik tak berisolasi ataupun berisolasi (twisted cable). Umumnya mengikuti ketentuan Pemerintah Daerah setempat atau ketentuan departemen yang memerlukan, Contoh : Sudut lintasan jalan raya maksimum 15º SAG : Jalan Umum 6 meter Jalan Kecil 5 meter pekarangan 3 meter sungai 6 meter
  • 46. Jalan umum 6 m Jalan pribadi 4 m Wilayah Pribadi 3 m Jarak keamanan H Penghantar Berisolasi
  • 48. 1. Penanaman Kabel Tanah Memperhatikan jenis dan macam isolasi dan isolasi pelindung kabel. Contoh : • Kabel tanpa pelindung pipa baja harus dilindungi secara mekanis. • Kabel dengan pelindung netral jacket dapat ditanam langsung. Memperhatikan kondisi kimiawi dan pengaruh gangguan mekanis, namun untuk perlindungan mekanis dianggap cukup : • Ditanam 0,8 meter dibawah jalan raya utama. • Ditanam 0,6 meter dibawah jalan yang tidak dilalui kendaraan. 2. Konstruksi susunan penanaman kabel tanah : • Ditanam diselimuti pasir dengan ketebalan 20 cm . • Dipasang pelindung mekanis :Beton, bata, atau batu pelindung. • Kabel tanah TR dipasang diatas kabel rumah TM dan dibawah kabel telekomunikasi/ lihat gambar. 3. Persilangan antar kabel tanah : Harus dilakukan tindakan perlindungan, kecuali salah satu kabel telah dilindungi secara mekanis oleh sekat beton atau bahan semacam dengan tebal dinding minimum 6 cm. Tindakan Proteksi • Kabel bagian bawah dipasang pelindung mekanis misalnya bata, pipa belah dari beton, minimum 1 meter panjangnya. • Lebar tutup pelindung minimum 5 cm lebih lebar dari kabel yang dilindungi. • Hal yang sama untuk kabel tanah dibagian atas (lihat gambar).
  • 49. Bagian atas kabel tanah harus dilindungi dengan pipa beton belah atau plat beton dari bahan yang tidak mudah terbakar. • Untuk jarak kabel TR dengan kabel telkom • d ≤ 0,3 meter diatas kabel tanah perlu ditambah plat beton minimum ukuran 1 x 1 meter dengan tebal 2 cm. • Jika kabel tanah TR sejajar dengan kabel telekomunikasi, harus diselubungi dengan pipa plat atau pipa beton belah sekurang – kurangnya mempunyai panjang , minimum 1 meter. 4. Persilangan dengan kabel telekomunikasi 5. Persilangan dengan utilitas lain • Rel Kereta Api dan fasiltasnya. Tidak diperbolehkan mendekati rel kereta api pada jarak 2 meter kecuali persilangan. • Contoh konstruksi persilangan pada standard konstruksi PLN Distribusi Jakarta : Ditanam dengan pipa gas 2 meter dibawah rel kereta dengan kedua ujung pipa menjorok 2 meter dari sisi rel • Jika menyilang atau berdekatan dengan jarak lebih kecil dari 0,3 meter dengan kabel instalasi listrik. • Perusahaan Kereta Api harus dilindungi dengan pipa yang tidak dapat terbakar atau PVC . Ujung pipa dipanjangkan 0,5 dari sisi silang terujung. 6. Persilangan dengan jalan raya • Kabel harus dilindungi dengan pipa atau selubung baja dan tahan getaran mekanis/ api serta dari bahan tahan api dan ditambah 0,5 meter pada kiri kanan batas bahu jalan. • Garis tengah pipa dipilih hingga kabel dapat dikeluarkan tanpa membongkar jalan (biasanya pipa 4 meter atau diameter 10 cm) Contoh (lihat gambar), konstruksi perlintasan kabel pada standard PLN Distribusi Jakarta.
  • 50. 7. Didaerah bangunan atau pekarangan. • Kabel harus dilindungi dengan pipa atau pelindung mekanis. • Pipa diberi tambahan 0.5 meter dari sisi terluar bangunan. • Instalasi kabel pada dinding bangunan harus dilindungi dengan pelindung mekanis, jira pelindung terbuat dari logam harus dibumikan. 8. Persilangan dan pendekatan dengan saluran air dan bangunan pengairan. • Kabel tanah harus ditanam paling sedikit 1 meter dibawah saluran air dan ditanam dalam lapisan pasir. • Pada lintasan dengan air laut kabel ditanam sedapat mungkin 2 meter dibawah dasar laut. • Pada lintasan dekat kabel listrik milik pengairan.  Berjarak 0,3 meter diatas atau dibawah kabel listrik.  Diberi perlindugan mekanis dengan tambahan 0,5 meter dari sisi kabel yang silang.  Jika jarak lebih kecil dari 0,3 m harus dimasukkan dalam pipa/ bahan anti terbakar • Pada bangunan pengairan dibawah tanah, jarak minimum adalah 0,3 meter dan harus dilindungi dengan pipa belah, plat atau pipa dan ditambahka0,5 meter dari kedua tempat pendekatan. Catatan: • Kabel tanah yang dipakai adalah dari jenis kabel tanah dengan perisai dan dilindungi dengan pipa belah. • Kabel tanah tanpa perisai mekanis harus dimasukkan dalam pipa atau jalur kabel khusus. • Pada kedua ujung kabel masuk dan keluar jaur ait harus diberi patok / tanda, agar dapat dilihat pengemudi kendaraan air. 9. Pendekatan kabel tanah dengan instalasi listrik diatas tanah • Kabel rumah tidak bole ditanam lebih dekat 0,3 meter dari instalasi listrik diatas tanah. Kurang dari o,8 meter kabel tersebut harus dilindungi dengan pipa baja atau bahan kuta, tahan lama dan tahan api ditambah minimum 0,5 meter dari kedua ujung tempat jaraknya kurang dari 0,8 meter. • Kabel tanah yang keluar dari tanah harus dilindungi dengan pipa baja. Galvanis atau bahan lain yang cukup kuat sampai diluar jangkauan tangan.
  • 51. 10. Pendekatan Kabel Tanah denga Pipa Gas dan Minyak • Lintasan / jalur kabel tanah harus dihindari / dijauhkan dari lintasan pipa gas kota. Namun apabila tidak terhindarkan harus berjarak minimum 0,5 meter dan dilindungi dengan pipa yang dilebihkan 0,5 meter pada tiap ujung lintasan. • Pada lintasan dengan pipa gas alam kabel tanah harus dikonstruksi khusus/ dibuatkan jembatan lintasan atau melalui saluran udara. (lihat konstruksi SKTR , standard konstruksi PLN). 11. Perlengkapan Hubung Bagi Jaring Distribusi Tegangan Rendah Phb Tr Pada jaringan distribusi kabel tegangan rendah, PHB-TR berfungsi sebagai titik pencabangan jaringan dan sambungan pelayanan. • Instalasi PHB – TR pasangan luar dan pasangan dalam harus memnuhi persyaratan keamanan dan keselematan lingkungan dan persyaratan teknis baik elektris maupun mekanis. • Instalasi PHB – TR tersebut juga harus dilindungi dari kemungkinan kerusakan mekanis. • Pada setiap kotak PHB-TR harus mempunyai setidak-tidaknya  Satu sakelar masuk sirkit masuk  Satu proteksi arus pada sirkit keluar atau kombinasi proteksi dan sakelar (misalnya MCB/ MCCB). • Arus minimum sakelar masuk minimal sama besar dengan arus nominal penghantar masuk atau arus maksimum beban penuh. • Jumlah maksimum pencabangan dari suatu PHB – TR adalah sirkit keluar. • Besar arus yang mengalir pada rel harus diperhitungkan ssuai kemampuan rel menurut temperatur ruang dan temperatur kerja tidak boleh melebihi 65º C. • Pemasangan rel telanjang adalah sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan jarak 5 cm + 2/3 kilo volt sistem tegangan nominal. • Sakelar, pemisah, pengaman lebur dan pemutus.
  • 52. 12. Instrumen Ukur Indikator Dan Terminasi • Perlengkapan Hubung Bagi jaringan kabel tegangan rendah, harus dipasang paling sedikit instrumen indikator berupa lampu indikator dengan warna yang sesuai. • Untuk panel PHB – TR utama pada Gardu Distribusi harus dipasangan instrumen ukur (Voltmeter, Amperemeter). • Instrumen indikator harus disambung pada sirkit masuk sebelum saklar masuk. • Sambungan sirkit pada PHB harus memakai sepatu kabel yang sesuai dengan jenis metalnya dan ukuran penghantar serta harus dijepit/ dipress pada penghantar. KHA terminal sepatu kabel harus minimum sama dengan kemampuan sakelar dari sirkit yang bersangkutan rangkaian. • Pemegang kabel harus dapat memikul gaya berat, gaya tekan dan gaya tarik, sehingga gaya tersebut tidak akan langsung dipikul oleh gawai listrik lain. 13. Pemakaian Jenis Kabel Tanah Tegangan Rendah • Tanda Pengenal Kabel Tegangan Rendah  230/400 (300) V, 300/500(400)V, 400/690 (600)V, 400/750 (690)V 450/750 (690)V, 0,6/1 KV (1,2 KV)  Nilai didalam kurung adalah nilai tegangan kerja tertinggi untuk perlengkapan yang diperbolehkan untuk kabel. • Penggunaan kabel tanah harus disesuaikan dengan jenis penggunaan utamanya. Untuk kabel tanah jaringan distribusi tegangan rendah dipakai kabel dengan pelindung perisai baja. Contoh : NYFGBY Pemakaian kabel tanah tanpa perisai baja diperbolehkan namun harus dilindungi secara mekanis. Contoh : NYY didalan pelindung pipa metal. • Pemasangan/ perletakan kabel tanah harus mengikuti ketentuan yang berlaku (syarat konstruksi yang berlaku).  Konstruksi tersebut mengatur jarak kabel satu sama lain dan faktor koreksi kita KHA yang terjadi. (Lihat tabel PUIL -2000)  Radius lengkungan kabel tanah dapat mengikuti ketentuan pabrikan (sesuai dengan jenis isolasi yang dipakai). Jika terdapat  kesulitan diambil radius lengkung adalah 15 kai diameter.
  • 54. Sambungan Pelayanan (Rumah Tangga) a. Ketentuan Umum Sambungan Pelayanan. Ketentuan umum yang perlu diperhatikan dalam sambungan pelayanan pelanggan, antara lain adalah jarak aman saluran kabel, jumlah pelanggan pada setiap sambungan luar pelanggan (SLP). Batasan-batasan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Ketentuan umum sambungan pelanggan
  • 55. Gambar. 6 Ketentuan umum sambungan luar pelanggan
  • 56. Ketentuan-ketentuan Sambungan Pelayanan 1. Dari satu tiang boleh dipasang maksimum 5 SLP. 2. Dari SLP 1 boleh disambung berturut-turut (seri) maksimum 5 pelanggan dan tetap memperhatikan beban dan susut tegangan. 3. Jarak sambungan dari tiang ke rumah atau dari rumah ke rumah maksimum 30 meter u/ SLP jenis twisted dan maksimum 45 meter u/ SLP jenis DX/QX. 4. Jarak sambungan dari tiang ke rumah terakhir maksimum 150 meter dan tetap memperhatikan susut tegangan yang diijinkan. 5. Susut tegangan sepanjang SR yang diijinkan maksimum 2% bila SLP disambung pada STR, maksimum 10% bila SLP disambung pada Gardu Trafo/Peti TR. 6. Pada satu tiang atap boleh dipasang maksimum 3 SLP.
  • 57. Gambar. 7 Konstruksi SLP 1 phasa jenis DX/ 3 phasa jenis pada STR tanpa isolasi dan berisolasi Kode M a t e r i a l J U M L A H SKA 11-C SKC 11-C SKA 11-C-T SKC 11-C-T Vb da s bn Atp psc p p-1 Pole band double rack Eye nut 5/8” Service swinging clevis Spool insulator ansi 53-1 Clamp loop dead end Armor tape Plastic strap for clamping Bare connector bimetal Protective cap tap connector 1 1 1 1 1 0,5 1 2 - 1 1 1 1 1 0,5 1 4 - 1 1 1 1 1 0,5 1 - 2 1 1 1 1 1 0,5 1 - 4 b. Konstruksi Sambungan Luar Pelayanan (SLP)
  • 58. Gambar. 8 Konstruksi SLP 1 phasa / 3 phasa jenis Twisted pada STR tanpa isolasi dan STR berisolasi Gambar. 9 Konstruksi SLP 1 phasa jenis DX/ 3 phasa jenis QX pada tiang atap
  • 59. Gambar. 10 Konstruksi SLP 1 phasa jenis DX/ 3 phasa jenis QX pada titik tumpu dinding/tiang kayu Gambar. 11 Konstruksi SLP 1 phasa jenis DX/ 3 phasa jenis QX pada titik tumpu dinding/tiang beton
  • 61. Konstruksi Sambungan Masuk Pelanggan (SMP) Gambar berikut menunjukkan beberapa jenis Sambungan Masuk Pelanggan (SMP) melalui kerangka tiang atap dan atau tidak melalui tiang atap. Gambar 4-157Konstruksi SMP dengan tiang atap untuk SR 1 phasa/3 phasa dengan SLP jenis DX/QX dan SMP jenis NYM/NYY di luar bangunan. Gambar 4-158Konstruksi SMP dengan tiang atap untuk SR 1 phasa/3 phasa dengan SLP jenis DX/QX dan SMP jenis NYM/NYY di luar plapon
  • 62. . Gambar 4-160Konstruksi SMP dengan titik tumpu untuk SR 1 phasa/3 phasa dengan SLP jenis DX/QX dan SMP jenis NYM/NYY di luar bangunan. Gambar 4-162Konstruksi SMP dengan tiang atap untuk SR 1 phasa/3 phasa tanpa sambungan jenis Twisted Gambar 4-164Konstruksi SMP dengan titik tumpu untuk SR 1 phasa/3 phasa tanpa sambungan jenis Twisted.
  • 64. Gangguan pada Saluran Udara Tegangan Rendah a. Gangguan Hilang Pembangkit Dalam beroperasi, pembangkit tenaga listrik tidak bisa dipisahkan dari sub sistem tenaga listrik yang lain yaitu penyaluran (transmisi), distribusi dan pelelangan, karena pembangkit tenaga listrik merupakan salah satu sub sistem dari sistem tenaga listrik. Suatu sistem tenaga listrik yang sangat luas cakupan areanya, menyebabkan timbulnya gangguan tidak bisa dihindari. Salah satu sub sistem yang kemungkinan mengalami gangguan, adalah pembangkit tenaga listrik. Bentuk gangguan tersebut adalah hilangnya daya atau pasokan daya pada pembangkit atau biasa disebut hilangnya pembangkit.
  • 65. Secara garis besar, gangguan hilangnya pembangkit diakibatkan oleh dua hal, yaitu yang bersifat internal dan gangguan yang bersifat ekstemal.  Gangguan internal yaitu yang diakibatkan oleh pembangkit itu sendiri, misalnya: kerusakan/gangguan pada penggerak mula (prime over) dan kerusakan/gangguan pada generator, atau komponen lain yang ada di pembangkitan.  Gangguan eksternal, yaitu gangguan yang berasal dan diakibatkan dari luar pembangkitan, misalnya: gangguan hubung singkat pada jaringan. Hal ini akan menyebabkan sistem proteksi (relai atau circuit breaker) bekerja dan memisahkan suatu pembangkitan dari sistem yang lainnya. Apabila tingkat kemampuan pembebanan pembangkitan yang hilang atau terlepas dari sistem tersebut melampaui spinning reserve sistem, maka terjadi penurunan frekuensi terus menerus. Hal ini harus segera diatasi, karena akan menyebabkan trip pada unit pembangkitan yang lain, sehingga berakibat lebih fatal, yaitu sistem akan mengalami padam total (collapse).
  • 66. b. Gangguan Beban Lebih Dalam suatu sistem tenaga listrik, yang dimaksud gangguan beban lebih adalah pelayanan kepada pelanggan listrik yang melebihi kemampuan sistem tenaga listrik yang ada, misal: trafo distribusi dengan kapasitas daya terpasang 100 KVA, akan tetapi melayani pelanggan lebih besar dari kapasitasnya. Hal ini menyebabkan trafo bekerja pada kondisi abnormal. Beban lebih akan menyebabkan arus yang mengalir pada jaringan listrik menjadi besar, selanjutnva menimbulkan panas yang berlebihan, yang akhirnya akan menyebabkan umur hidup (life time) peralatan dan material pada jaringan listrik menjadi pendek atau mempercepat proses penuaan dan kerusakan.
  • 67. c. Gangguan Hubung Singkat Gangguan hubung singkat pada jaringan listrik, dapat terjadi antara phasa dengan phasa (2 phasa atau 3 phasa) dan gangguan antara phasa ke tanah. Timbulnya gangguan bisa bersifat temporer (non persistant) dan gangguan yang bersifat permanent (persistant). Gangguan yang bersifat temporer, timbulnya gangguan bersifat sementara, sehingga tidak memerlukan tindakan. Gangguan tersebut akan hilang dengan sendirinya dan jaringan listrik akan bekerja normal kembali. Jenis gangguan ini ialah : timbulnya flashover antar penghantar dan tanah (tiang, traverse atau kawat tanah) karena sambaran petir, flashover dengan pohon- pohon, dan lain sebagainya. Gangguan yang bersifat permanen (persistant), yaitu gangguan yang bersifat tetap. Agar jaringan dapat berfungsi kembali, maka perlu dilaksanakan perbaikan dengan cara menghilangkan gangguan tersebut. Gangguan ini akan menyebabkan terjadinya pemadaman tetap pada jaringan listrik dan pada titik gangguan akan terjadi kerusakan yang permanen. Contoh: menurunnya kemampuan isolasi padat atau minyak trafo. Di sini akan menyebabkan kerusakan permanen pada trafo, sehingga untuk dapat beroperasi kembali harus dilakukan perbaikan.
  • 68. d.Gangguan Tegangan Lebih Yang dimaksud gangguan tegangan lebih ialah, besarnya tegangan yang ada pada jaringan listrik melebihi tegangan nominal, yang diakibatkan oleh beberapa hal sebagai berikut: 1. Adanya penurunan beban atau hilangnya beban pada jaringan, yang disebabkan oleh switching karena gangguan atau disebabkan karena manuver. 2. Terjadinya gangguan pada pengatur tegangan otomatis/automatic voltage regulator (AVR) pada generator atau pada on load tap chenger transformer. 3. Putaran yang sangat cepat (over speed) pada generator yang diakibatkan karena kehilangan beban. 4. Terjadinya sambaran petir atau surja petir (lightning surge), yang mengakibatkan hubung singkat dan tegangan lebih 5. Terjadinya surja hubung (switch surge), yaitu berupa hubung singkat akibat bekerjanya circuit breaker, sehingga menimbulkan tegangan transient yang tinggi. Hal ini sering terjadi pada system jaringan tegangan ekstra tinggi. Gangguan tegangan lebih akan merusak isolasi, dan akibatnya akan merusak peralatan karena insulation break down (hubung singkat) atau setidak-tidaknya akan mempercepat proses penuaan peralatan dan memperpendek umur peralatan. Sebenarnya kondisi abnormal ini kurang tepat jika disebut sebagai gangguan. Akan tetapi kondisi abnormal ini jika berlangsung terus menerus akan menyebabkan peralatan cepat rusak, umur peralatan pendek dan membahayakan sistem.
  • 69. e. Gangguan Instabilitas Yang dimaksud gangguan instabilitas adalah gangguan ketidakstabilan pada sistem (jaringan) listrik. Gangguan ini diakibatkan adanya hubung singkat dan kehilangan pembangkit, yang selanjutnya akan menimbulkan ayunan daya (power swing). Efek yang lebih besar akibat adanya ayunan daya ini adalah, mengganggu sistem interkoneksi jaringan dan menyebabkan unit-unit pembangkit lepas sinkron (out of synchronism), sehingga relai pengaman salah kerja dan menyebabkan timbulnya gangguan yang lebih luas. Untuk mengantisipasi agar gangguan instabilitas tidak teijadi, ada beberapa cara yaitu: konstruksi jaringan harus baik, sistem proteksi harus andal, pengoperasian dan pemeliharaan harus baik dan benar, dan sebagainya
  • 70. f. Gangguan karena konstruksi jaringan yang kurang baik Yang dimaksud sistem jaringan di sini adalah, mulai dari pembangkitan, penyaluran, distribusi sampai dengan instalasi listrik pelanggan. Sedangkan yang dimaksud gangguan konstruksi jaringan adalah, gangguan yang terjadi akibat kondisi jaringan yang tidak memenuhi ketentuan dan standard teknik. Di sini ingin ditekankan bahwa sistem jaringan sangat menentukan tingkat keberhasilan dan keandalan sistem tenaga listrik. Beberapa hal yang mengakibatkan gangguan sistem jaringan, adalah: 1. Perencanaan yang kurang baik misalnya: tidak mempertimbangkan keseimbangan antara supply and demand (daya yang tersedia dan kebutuhan beban pelanggan), design konstruksi yang kurang tepat, dan lain sebagainya. 2. Peralatan dan material yang dipasang mempunyai standard teknik yang rendah (under quality). 3. Pemasangan yang kurang baik, yang diakibatkan kesadaran pelaksana pekerjaan yang rendah dan pengawasan dari pihak Owner yang kurang ketat. 4. Pengoperasian dan pemeliharaan yang kurang baik, kegagalan kerja sistem proteksi (peralatan) pengaman) dan penuaan pada, peralatan/material jaringan. Hal tersebut di atas akan menyebabkan timbulnya berbagai gangguan pada jaringan listrik. Hal ini bisa diatasi sedini mungkin, yaitu sejak tahap perencanaan, pelaksanaan pekerjaan, pengawasan pelakpekerjaan, komisioning, pengoperasian dan pemeliharaan jaringan listrik, harus mengikuti kaidah, ketentuan dan standard teknik yang telah ditentukan
  • 72. MENGATASI GANGGUAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK 1. Konstruksi jaringan listrik yang baik Terjadinya gangguan pada sistem tenaga listrik, tidak mungkin dihilangkan dan tidak dapat dihindari sama sekali. Upaya yang bisa kita tempuh adalah mengurangi terjadinya gangguan tersebut. Mengurangi terjadinya gangguan pada sistem tenaga listrik merupakan upaya yang bersifat represif dan antisipasif, yaitu memasang dan mewujudkan adanya konstruksi jaringan listrik yang baik 2. Sistem proteksi yang andal Pemasangan peralatan pengaman (sistem proteksi) pada jaringan listrik, bertujuan untuk mengurangi akibat terjadinya gangguan. Hal ini harus dilakukan, karena timbulnya gangguan pada jaringan listrik tidak mungkin dicegah sama sekali. i. Fungsi peralatan pengaman (proteksi). Sistem proteksi merupakan kesatuan (gabungan) dari alat-alat (sub sistem) proteksi, berfungsi untuk: a) Mendeteksi adanya gangguan (kondisi abnormal) pada sistem tenaga listrik yang diamankannya, sehingga tidak menimbulkan kerusakan. b) Melepaskan atau memisahkan (mengisolasi) bagian sistem yang terganggu sehingga, tidak meluas ke bagian sistem yang tidak terganggudan bagian sistem lainnya dapat terus beroperasi.
  • 74. Pengaman terhadap Tegangan Sentuh Jika suatu obyek bertegangan tersentuh oleh tubuh manusia, maka pada umumnya arus listrik mengalir ke dalam tubuh manusia tersebut. Tetapi sebenarnya yang berbahaya bagi tubuh bukanlah tegangan itu sendiri, melainkan arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh manusia, sedangkan tegangan barulah berbahaya apabila akibat sentuhan dengan tegangan itu menyebabkan mengalirnya arus listrik yang cukup besar di dalam tubuh. Jika tidak menyebabkan mengalirnya arus maka tegangan itu tidak berbahaya Gambar 4-169 Pembagian daerah pengaruh arus bolak- balik (pada 50-60 hz) terhadap orang dewasa
  • 75. Jika tegangan tersentuh ke suatu tubuh, dengan kaki menginjak ke tanah, maka akan mengalirlah arus listrik di dalam tubuh yang besarnya tergantung dari tahanan tubuh dan tahanan kontak pada kedua titik sentuhan. Meskipun yang berbahaya bagi tubuh adalah arus sebagai dasar untuk menetapkan persyaratan instalasi listrik adalah lebih praktis jika dinyatakan sebagai tegangan sentuh sebagai fungsi dari waktu. Dalam Standar IEC Publication 364 4-41, 1977 (Amandemen 1) dinyatakan bahwa tegangan sentuh sebagai fungsi dari waktu yang diijinkan (Tabel 4-9). Lama Sentuhan Maksimum (detik) Besar tegangan sentuh Arus bolak-balik (V) Arus Searah (V) < 50 < 120 5 50 120 1 75 140 0,5 90 160 0,2 110 175 0,1 150 200 0,05 220 250 0,03 280 310 Tabel 4-9 Tegangan sentuh yang aman sebagai fungsi dari waktu
  • 76. 1. Cara Pengamanan terhadap Tegangan Sentuh A. Pengaman terhadap sentuhan langsung mencakup: a. Pengamanan dengan isolasi pada bagian-bagian yang aktif (PUIL, pasal 310), misalnya kabel, porselin, karet berisolasi dan sebagainya. b. Pengamanan dengan selungkup atau sekat f (PUIL, pasal 310 B dan C), misalnya kotak saklar, perlengkapan hubung bagi (PHB). c. Pengamanan dengan penghalang (PUIL, pasal 213), misalnya sekedar dipagari agar orang tidak bisa mendekat, atau meletakkannya dibelakang kisi-kisi. d. Pengamanan dengan penempatan di luar jangkauan tangan, misalnya bagian yang bertegangan ditempatkan 2,5 m di atas lantai. e. Pengamanan tambahan dengan Saklar Pengaman Arus ke Tanah (SPAT, earth leakage circuit breaker). Ini hanyalah merupakan pengamanan tambahan (extra) di samping pengamananpengamanan lainnya, dimaksudkan untuk mengamankan terhadap sentuhan langsung yang mungkin masih terjadi. Saklar ini bekerja berdasarkan pada adanya arus bocor ke tanah yang disebut juga arus sisa (residual current) yang timbul akibat sentuhan langsung karena arus bocor ke tanah sebagai akibat sentuhan langsung ini sangat kecil, maka saklar inipun harus sangan sensitif, yaitu arusbocor sebesar 30 mA sudah mampu menyebabkan trip-nya saklar.
  • 77. B. Pengamanan terhadap sentuhan tak langsung, mencakup: a) Pengamanan dengan pemutusan secara otomatis dari suplai, yang memerlukan pengaman dan alat-alat pengaman seperti misalnya sekring dan saklar pengaman. b) Pengamanan dengan isolasi pengaman (lihat PUIL, pasal 322A.I.a), yaitu dengan cara memberi isolasi tambahan di samping isolasi utamanya (berisolasi ganda), sehingga apabila terjadi kerusakan pada isolasi utamanya, badan peralatan yang mungkin tersentuh tangan itu dengan bahan isolasi, memasang selungkup dari bahan isolasi, atau dapat juga badan peralatan sendiri dari bukan bahan konduktif. c) Pengamanan dengan alas isolasi (lihat PUIL, pasal 322A), yaitu memberikan isolasi pada tempat kaki berpijak atau pada lantai dan benda-benda konduktif lainnya yang berhubungan dengan tanah yang terjangkau tangan sedemikian sehingga tercegahlah orang terkena tegangan sentuh yang berbahaya bila terjadi kegagalan isolasi. d) Pengamanan dengan hubungan alas kaki yang konduktif dengan badan atau bagian peralatan yang terpegang dengan tangan sedemikian sehingga tidak ada beda potensial antara alas kaki dan badan/bagian peralatan yang terpegang tangan bila terjadi kegagalan isolasi. e) Pengamanan dengan pemisah pengaman (electrical separation) (lihat PUIL pasal 329), yaitu dengan memakai generator motor set atau trafo pemisah. Trafo pemisah adalah trafo yang belitan sekundernya terpisah dari belitan primernya dan rangkaian sekundernya, di mana peralatan itu tersambung, tidak diketanahkan sehingga bila terjadi kegagalan isolasi peralatan tercegahlah timbulnya tegangan sentuh yang berbahaya.