Makalah ini membahas tentang pelayaran dan aktivitas kenelayanan. Pelayaran adalah bagian dari transportasi laut yang menghubungkan pulau-pulau di Indonesia, sedangkan kenelayanan adalah aktivitas penangkapan ikan yang dilakukan nelayan. Makalah ini menjelaskan pengertian, jenis, dan hak yang terkait dengan pelayaran dan aktivitas nelayan.
1. MAKALAH
WAWASAN KEMARITIMAN
“PELAYARAN DAN AKTIVITAS PELAYARAN”
OLEH:
KELOMPOK 10
WILDA CLAUDIA ( A1G121155 )
YUSNIATI ( A1G121157 )
SARTIA ( A1G121133 )
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esaberkat limpahan karunia-
Nya lah makalah yang berjudul “Pelayaran dan Aktivitas Kenelayanan “ dapat trrselesaikan
dengan baik. Makalah inisaya buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas mata
kuliahWawasan Kemaritiman.Melalui kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih
kepadasemua pihak yang telah membantu hingga makalah ini dapatterselesaikan. Saya
mengharapkan semoga makalah ini dapat bergunabagi saya khususnya dan pembaca pada
umumnya.Dalam penulisan makalah ini saya menyadari bahwa masihbanyak kekeliruan dan
masih sangat sederhana, karena pengetahuanyang masih kurang. Untuk itu dengan adanya
kekurangan – kekurangantersebut, saya sangat berharap saran dan kritik yang bersifat
membangunyang bisa digunakan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Kendari, 12 Maret 2022
Penulis
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..……………
DAFTAR ISI…………………………………….……………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………….…………………………………………………...…………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………………..………………
C. Tujuan……………………………………………………….…………………………….
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Dari Pelayaran………………………………………………………………
B.Jenis-Jenis Pelayaran…………………………..…………………………………………
C.Hak-Hak Dalam Pelayaran………………………………………………………………
D.Pengertian Dari Kenelayanan……………………………….…………………….……..
E.Jenis Aktivitas Nelayan………………………………….………………………………..
F.Hak Kenelayanan Diberbagai Zona Maritim……..…………………………………….
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……..…………………………………………………………………………
B. Saran…………………………………………………………………………….………...
DAFTAR PUSTAKA………………………………...……………………………………….
4. BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pulau-pulau di Indonesia hanya bisa tersambung melaluilaut-laut di antara pulau-
pulaunya. Laut bukan pemisah, tetapipemersatu berbagai pulau, daerah dan kawasan
Indonesia. Hanyamelalui perhubungan antar pulau , antar pantai, kesatuan Indonesiadapat
terwujud. Pelayaran yang menghubungkan pulau-pulau, adalahurat nadi kehidupan sekaligus
pemersatu bangsa dan NegaraIndonesia.Karena nyaris seluruh komoditi untuk
perdaganganinternasional diangkut dengan menggunakan sarana dan prasaranatransportasi
maritim, dan menyeimbangkan pembangunan kawasan(antara kawasan timur Indonesia dan
barat) demi kesatuan Indonesia,karena daerah terpencil dan kurang berkembang (yang
mayoritasberada dikawasan Indonesia timur yang kaya sumber daya alam)membutuhkan
akses ke pasar dan mendapat layanan, yang seringkalihanya bisa dilakukan dengan
transportasi maritim.Indonesia, dikenal sebagai negeri maritim. Tak kurang dari17.842.000
Pulau menghiasi wilayah perairan Indonesia. Total luasperairan laut Indonesia berada di
angka luasan ±8.800.000 Km2.
Dengan luasan wilayah laut yang menghampar jutaan kilometer persegi itu, Indonesia
memiliki garis pantai terluar terpanjang ke-2 didunia setelah Kanada, dengan panjang garis
pantai jika ditotalmencapai 95.181 km.Negara Indonesia sebagai negara kepulauan dalam
rangkamencapai tujuan cita-citanya seperti yang ditetapkan dalam konsepwawasan nusantara
memerlukan sarana transportasi yang mantap.Salah satu sarana transportasi yang memegang
peranan pentingadalah angkutan laut.
B.Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat diambil rumusanmasalah sebagai berikut :
1.Apa pengertian dari pelayaran ?
2.Sebutkan jenis-jenis pelayaran ?
3.Sebutkan hak-hak dalam pelayaran ?
4.Apa pengertian dari kenelayanan ?
5.Apa saja jenis aktivitas nelayan ?
6.Apa saja hak kenelayanan diberbagai zona maritim ?
C.Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari makalah ini adalah:
1.Mengetahui pengertian dari pelayaran
2.Mengetahui jenis-jenis pelayaran
3.Mengetahui hak-hak dalam pelayaran
4.Mengetahui pengertian dari kenelayanan
5.Mengetahui jenis aktivitas nelayan
6.Mengetahui hak kenelayanan diberbagai zona maritim
5. BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Pelayaran
Pelayaran merupakan bagian dari sarana transportasi lautsebagaimana amanat Undang-
Undang No.17 Tahun 2008 menjadi suatuyang sangat strategis bagi wawasan nasional serta
menjadi sarana vitalyang menunjang tujuan persatuan dan kesatuan nasional.Pelayaran atau
angkutan laut merupakan bagian daritransportasi yang tidak dapat dipisahkan dengan bagian
dari saranatransportasi lainnya dengan kemampuan untuk menghadapi perubahan kedepan,
mempunyai karakteristik karena mampu melakukan pengangkutansecara massal. Dapat
menghubungkan dan menjangkau wilayah satudengan yang lainnya melalui perairan,
sehingga mempunyai potensi kuatuntuk dikembangkan dan peranannya baik nasional
maupun internasionalsehingga mampu mendorong dan menunjang pembangunan
nasionaldemi meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan mandatPancasila serta
Undang-Undang Dasar 1945.Pelayaran merupakan sarana yang penting untuk
menjagakeselamatan berlayar bagi berbagai macam kapal.
Di bidangekonomi,pelayaran masih diperlakukan sebagai industri penunjang. Tak
adaperlakuan khusus, sebagaimana diterapkan oleh negara-negara maju.Kemudian, bentuk-
bentuk conference yang dicoba diterapkan dilingkungan pelayaran masih ditafsirkan
sekalangan ekonom Indonesiasebagai bentuk kartel atau monopoli ekonomi.Jadi, Pelayaran
adalah sesuatu yang berkaitan denganangkutan perairan meliputi aspek kenavigasian,
kepelabuhanan, danperkapalan beserta aspek keamanan dan keselamatannya.
B.Jenis – Jenis Pelayaran
Menurut Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun1969, jenis-jenis pelayaran dibagi
dalam 3 kelompok, antara lain:
1.Pelayaran dalam negeri
a.Pelayaran nusantara, yaitu pelayaran antar pulau antar pelabuhan Indonesia tanpa
memandang jurusan.
b.Pelayaran lokal atau pelayaran jurusan tetap, yaitu bertugasmenunjang kegiatan pelayaran
nusantara dan pelayaran luar negeri, dengan menggunakan kapal-kapal di bawah
tonase175BRT.
c.Pelayaran rakyat, yaitu pelayaran nusantara denganmenggunakan perahu layar
tradisional.d.Pelayaran penundaan laut, yaitu pelayaran nusantara denganmenggunakan
tongkang-tongkang yang ditarik oleh kapal- kapaltunda (tugboat).
2.Pelayaran luar negeri
a. Pelayaran samudra dekat, yaitu pelayaran ke pelabuhan-pelabuhan negara tetangga yang
tidak lebih dari 3000 mil lautdari pelabuhan terluar Indonesia (tanpa memandang jurusan).
b.Pelayaran samudra, yaitu pelayaran dari
dan ke luar negeri yangbukan pelayaran samudra dekat
3.Pelayaran khusus,yaitu merupakan pelayaran dalam dan luar negeridengan
menggunakan kapal-kapal pengangkut khusus untukpengangkutan hasil
6. industri,pertambangan dan hasil- hasil usahalainnya yang bersifat khusus. Misalnya: minyak
bumi, batu bara.
C.Hak-Hak dalam Pelayaran
1.Berdasarkan Pasal 25A UU Dasar 1945 amandemen ke-IV
Dapat melakukan transportasi pelayaran dalam melayanikebutuhan masyaraka karena laut
merupakan penghubung antar pulau sebab negara kita terdiri dari pulau-pulau yang disatukan
olehlaut.
2.Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang RencanaPembangunan Jangka Panjang
Nasional 2005 – 2025.Dapat melakukan pengembangan industri kelautan secarasinergi,
optimal, dan berkelanjutan yang meliputi : perhubungan laut,industri maritim, perikanan,
wisata bahari, energi dan sumberdayamineral, bangunan laut, dan jasa kelautan.Untuk
mewujudkanIndonesia Menjadi Negara Kepulauan Yang Mandiri, Maju, Kuat
DanBerbasiskan Kepentingan Nasional.
3.Undangs-undang Nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran.Berhak mendapatkan
pelayanan dari pemerintah ketikamendapat masalah ketika berlayar baik di perairan
indonesiamaupun ketika berlayar di luar perairan indonesia.
4.Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2005 tentang PemberdayaanIndustri Pelayaran
Nasional.Dapat melakukan peneapan asas cabotage untukpeningkatan Industri pelayaran
Indonesia.
D.Pengertian Kenelayanan
Kenelayanan merupakan aktivitas yang dilakukan olehseseorang yang disebut nelayan
adalah orang yang mata pencahariannyamelakukan penangkapan ikan. Dalam perstatistikan
perikanan perairanumum, nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan
operasipenangkapan ikan di perairan umum. Nelayan dibedakan menjadi tigakelompok, yaitu
nelayan buruh, nelayan juragan dan nelayan perorangan.Nelayan buruh adalah nelayan yang
bekerja dengan alat tangkap milikorang lain. Sebaliknya nelayan juragan adalah nelayan yang
memiliki alattangkap yang dioperasikan oleh orang lain. Sedangkan nelayanperorangan
adalah nelayan yang memiliki peralatan tangkap sendiri, dandalam pengoperasiannya tidak
melibatkan orang lain.
E. Jenis Aktifitas Nelayan
Sejak dari dahulu sampai sekarang, pekerjaan nelayan merupakan pekerjaan turun
temurun dan umumnya tidak banyak mengalami perubahan yang berarti. Dalam masyarakat
nelayan ditemukan adanya kelas pemilik dan kelas pekerja. Kelas pemilik yang dapat
dinyatakan sebagai juragan, kesejahteraannya relatif lebih baik karena menguasai faktor
produksi seperti kapal, mesin alat tangkap maupun faktor pendukungnya seperti es, garam
dan lainnya. Kelas pekerja atau penerima upah dari pemilik merupakan mayoritas, dan
kalaupun mereka berusaha memiliki sendiri alat produksi, umumnya masih sangat
konvensional, sehingga produktivitasnya kurang berkembang, “...kelompok inilah yang terus
berhadapan dan digeluti oleh kemiskinan”. (Ninda, 2009).
7. Menurut data, jumlah nelayan di Sumut sekitar 321.000 orang yang tersebar di 13
kabupaten dan kota, dan dari jumlah tersebut, nelayantradisional mencapai 70 persen, nelayan
menengah 20 persen dannelayan skala besar 10 persen. Berarti, nelayan yang
termarginalkanadalah sekitar 70 persen dari jumlah nelayan (sekitar 224 ribu lebih) nelayan
masih berada di bawah garis kemiskinan. Waktu bekerja nelayanharus mengikuti siklus bulan
yaitu dalam 30 hari satu bulan namunsayangnya yang dapat dimanfaatkan untuk melaut
hanya 20 hari, sisanyamereka relatif menganggur.Nampaknya masyarakat nelayan sulit
dilepaskan dari jebakankemiskinan, karena mereka sering dihadapkan pada musim paceklik,
danuntuk mengatasi masalah di musim paceklik ini, berbagai usaha dilakukannelayan,
contohnya adalah mereka menjual perhiasan istri demimenyambung hidup keluargnya
ataupun meminjam pada rentenir (Solihin,2004).
Potret kehidupan nelayan kecil di pesisir memang belum terlepas dari jerat rentenir,
bahkan kian hari jerat itu dirasakan semakin melilit.Utang ke rentenir telah membuat nelayan
terjebak dalam kemiskinanterstruktur, sehingga kehidupan nelayan tak kunjung sejahtera.
Lebih parah lagi, ”pulang melaut umumnya para nelayan hanya cukup membeliberas
sebanyak dua liter”, karena tersangkut pinjaman rentenir denganbunga yang ditetapkan
mereka. (Sinar Indonesia Baru, 27 Maret 2008)Umumnya, nelayan bisa bertahan hanya dan
hanya jika didorong semangat hidup yang kuat dengan motto kerja keras agar kehidupan
mereka menjadi lebih baik. Nelayan tradisional berjuang keras melawan terpaan gelombang
laut yang dahsyat pada saat pasang naikuntuk mendapatkan ikan. Dengan hanya
mengandalkan kemampuan mesin dompeng misalnya, nelayan dapat berada pada radius 500
M dari pinggir pantai dan dengan cara seperti ini nelayan akan mendapatkan lebih banyak
dibandingkan dengan bila menangkap ikan di bibir (tepipantai) pada radius 200 M, yang
ikannya sudah langka.Pekerjaan menangkap ikan dikerjakan oleh lelaki karena merupakan
pekerjaan yang penuh resiko, sehingga keluarga yang laintidak dapat membantu secara
penuh. Kalaupun nelayan pekerja memilikialat produksi sendiri ternyata alat tangkap ikan
yang dimiliki tersebut belum dilengkapi dengan alat teknologi tangkap ikan, dan modal
usaha,sehingga penghasilannya tidak seperti bila mereka menggunakan alatteknologi tangkap
ikan yang baik. Bagi para nelayan memang tidak adapilihan lain, karena pekerjaan yang
berhadapan dengan ancaman gelombang laut, ombak, cuaca, dan kemungkinan terjadi karam
saat akan melaut ke tengah lautan untuk menangkap ikan adalah pekerjaan turun temurun
tanpa pernah belajar sebagai nelayan yang modern.
Dengan demikian sangat diharapkan sekali walaupun harapan tersebut bagaikan kerakap
tumbuh di batu, bahwa mereka perlu modal usaha untuk perbaikan dan peningkatan
kesejahteraan hidup.(Pangeman, Adrian P dkk. 2002). Kenyataannya, pada usia meningkat
remaja anak nelayan mulai diajak berlayar dan ikut melaut, sehingga merka jarang yang
sekolah. Kini harus dipahami bahwa kehidupan nelayan memerlukan perhatian yang multi
dimensi. Tantangan yang terbesar adalah bagaimana membangun kehidupan nelayan menjadi
meningkat kesejahterannya.Besar kemungkinannya hal ini dapat dicapai melalui pendidikan
yang akanmengangkat harkat dan martabat kehidupan masyarakat nelayan
maupunmasyarakat lainnya yang terkait dengan sumber daya kelautan danpesisir.
Dengan demikian, masalah sosial budaya yang terdapat pada kehidupan nelayan antara
lain adalah:
a)Rendahnya tingkat pendidikan
b)Miskin pengetahuan dan teknologi untuk menunjang pekerjaannya
c)Kurangnya tersedia wadah pekerjaan informal
8. d)Kurangnya daya kreativitas
e)Belum adanya perlindungan terhadap nelayan dari jeratan paratengkulak.
Melihat kondisi kehidupan nelayan yang tidak memungkin kananak nelayan memasuki
sekolah formal karena keberadaan anak nelayan dimaksudkan untuk membantu ayahnya
mencari ikan ke laut. Kini dipertanyakan bagaimanakah model pendidikan bagi anak
nelayan,apakah pendidikan anak nelayan memerlukan pendidikan khusus sebagaimana
halnya juga dengan anak petani miskin yang membantu orang tuanya di sawah? Melihat
kehadiran anak nelayan di sekolah formal lebih banyak absennya karena ikut melaut
membantu orang tuanya,apakah anak nelayan perlu mendapat pendidikan khusus di sekolah
formal? Ataukah anak nelayan diberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan membantu
orang tua kelaut?Pemberdayaan anak nelayan ternyata tidak bisa diseragamkan,tetapi harus
disesuaikan dengan kondisi aktual masyarakat setempat. Misalnya saja pendidikan
manajemen keuangan yang diharapkan memungkinkan mereka terbebas dari jeratan
tengkulak, harus diberikan dengan memperhatikan budaya dan kondisi psikologis mereka.
Jika ini tidak diperhatikan, dipastikan program pemberdayaan pendidikan akan gagal karena
pemberdayaan pendidikan anak nelayan tidak terlepas dari pemberdayaan masyarakat pesisir.
Persoalan yang dihadapi adalah,sebagian masyarakat pesisir masih beranggapan bahwa
pendidikan itu tidak penting. Yang perlu dilakukan adalah membalik paradigma nelayan
selama ini, dengan menyatakan bahwa pendidikan itu penting.
F.Hak Kenelayanan Diberbagai Zona Maritim
Hak tersebut yaitu Hak Penangkapan Ikan Tradisional(Tradisional Fishing Right)
berdasarkan hukum kebiasaan internasional,semua negara memiliki hak tradisional
(traditionalright to fish) untuk melakukan penangkapan ikan di laut lepas. Konsep hak
tradisional untuk melaksanakan penangkapan ikan di laut lepas didasarkan kepada kebebasan
menangkap ikan di laut lepas. hak ini dapat dilaksanakan dengan tetap memerhatikan
kelestarian sumber daya ikan pada laut lepas.Hak Penangkapan Ikan Tradisional atau
(Traditional FishingRight) sebagai hak penangkapan ikan tradisional dan ada pula yang
menginterpretasikannya dengan hak tradisional atas perikanan.
Hak penangkapan ikan tradisional di ZEE yaitu sebagai hak penangkapan ikanyang
didasarkan kepada hak sejarah, yang berlaku bagi nelayan-nelayan negara tetangga yang
berdekatan. Untuk memberikan pemahaman tentang hak penangkapan ikan tradisional maka
terdapat kualifikasi darihak penangkapan ikan tradisional, yaitu:a.The actual existence of
sufficiently long fishing activities mustbe established ( Keberadaan sebenarnya ikan
cukuplama Kegiatan ini harus ditetapkan).b.The area visited by the fishermen , that is ,the
fishing groundvisited should be relatively constant (Daerah yangdikunjungi oleh para
nelayan, yaitu, fishingground dikunjungi harus relatif konstan).c.Fishermen themselves, in
the sense that the right shall begranted only to the same fishermen who have visited the
areatradisionally (Nelayan sendiri, dalam arti bahwahak tersebut hanya diberikan kepada para
nelayan yangsama yang telah mengunjungi daerah secara tradisional).d.To equipment and
vessel used as well as the amount of catch,in the sense that to qualify under the maening of
tradisionalfishing right the vessel use should be relatively traditional(Untuk peralatan dan
kapal yang diguna-kan serta jumlah tangkapan, dalam arti bahwa untuk memenuh isyarat
dibawah maening memancing tradisional tepat penggunaan kapal harus relatif tradisional).
9. BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembahasan di atas adalah Pelayaran atau
angkutan laut merupakan bagian dari transportasi yang tidak dapat dipisahkan dengan bagian
dari sarana transportasi lainnya dengan kemampuan untuk menghadapi perubahan ke depan,
mempunyai karakteristik karena mampu melakukan pengangkutan secara massal. dapat
menghubungkan dan menjangkau wilayah satu dengan yang lainnya melalui perairan,
sehingga mempunyai potensi kuat untuk dikembangkan dan peranannya baik nasional
maupun internasional sehingga mampu mendorong dan menunjang pembangunan nasional
demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan mandat Pancasila serta Undang-
Undang Dasar 1945.
B.Saran
Laut merupakan tempat yang berpotensi untukmenghasilkan tambahan devisa Negara
melalui sumber dayalautnya selama dikelola dengan baik dan benar.Untuk itu laut
harusdidukung dalam pelestariannya dan pengembangan peningkatansumber daya lautnya
untuk masa depan.