IIP Pengalaman Umat Islam dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan
1. Kelompok 8
Pengalaman Umat Islam dalam
Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Muhammad Fachril 11200440000051
Tsabita Baby Violeta 11200440000068
Dewi Nurhasanah 11200440000086
Ergi Ahmad Fahrezi 11200440000087
2. A. Peran Islam dalam Perkembangan Ilmu
Pengetahuan
Perkembangan ilmu pengetahuan membawa dampak positif, yaitu dapat meningkatkan
kualitas hidup manusia. Namun, perkembangan ilmu pengetahuan juga membawa dampak
negatif, yaitu semakin banyak ilmu pengetahuan yang bertentangan dengan Al-Qur'an dan
Hadits. Padahal, Al-Qur'an dan Hadits merupakan standar ilmu pengetahuan. Maka dari itu,
Islam berperan dalam pembentukan karakter masyarakat yang berlandaskan aqidah.
Selain aqidah, Islam memiliki peran lain dalam ilmu pengetahuan, yakni syari'ah. Hukum-
hukum Islam wajib dijadikan standar atau tolak ukur manusia dalam proses penerapan
perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa apabila aqidah dan
syari’ah dapat diterapkan dalam ilmu pengetahuan, akan meningkatkan kualitas hidup
manusia yang diridhoi Allah swt.
3. B. Periode Awal Pengembangan Ilmu
Pengetahuan
Dalam sejarah, umat Islam memiliki peran yang besar dalam pengembangan ilmu
pengetahuan. Saat ini umat Islam sudah mulai mengkaji dan mencapai kemajuan dalam ilmu
pengetahuan namun sebagian besar masih tertinggal.
Perkembangan ini terbagi dalam tiga masa, yaitu:
1. Masa Rasulullah (610 – 632 M)
2. Masa Khulafaur Rasyidin (632 – 661 M) dan Bani Umayyah (661 – 750 M)
3. Masa Bani Abbasiyah (750 – 1258 M)
5. Pada masa Rasul, pengembangan ilmu pengetahuan masih sangat sederhana. Namun,
perhatian pada ilmu pengetahuan telah timbul dengan cara menyelenggarakan pendidikan
dengan metode dakwah. Dalam masa dakwah sekitar 22 tahun yang terbagi dalam periode
Makkah dan periode Madinah.
Pada periode Makkah (12 tahun)
Konsep pembelajaran masih sangat rahasia dan dalam pengembangannya pun belum
menghasilkan ilmu pengetahuan.
Pada periode Madinah (10 tahun)
Melakukan pengajaran di emperan masjid dengan bahan ajar Al-Qur’an dan Hadits.
Pada masa itu ilmu pengetahuan masih belum berkembang. Al-Qur’an dan Hadits masih
dalam proses diturunkan, belum tersusun dalam mushaf.
7. Pada masa Khulafaur Rasyidin, ilmu pengetahuan masih belum berkembang. Akan tetapi pada
masa Abu Bakar dan Utsman bin Affan tercatat kegiatan pengumpulan dan
penulisan/pembukuan Al-Qur’an. Alat tulis yang digunakan hanya dari bahan-bahan alami
seperti daun lontar dan kulit binatang. Meskipun ada keterbatasan, penghimpunan dan
penulisan Al-Qur’an bisa dilakukan dengan sempurna karena didukung oleh banyaknya
sahabat nabi yang hafidz Al-Qur’an.
Pada masa Bani Umayyah, khalifah ke-7 Sulaiman bin Abdul Malik hingga khalifah ke-8 Umar
bin Abdul Aziz mengalami kemajuan. Perhatian dalam ilmu pengetahuan khususnya bidang
agama (qiraat, nahwu, balaghah, tafsir, sejarah dan geografi) sudah ada pada masa ini
terutama dalam penulisan Hadits. Selain itu, keberhasilan yang dicapai oleh Bani Umayyah
antara lain; pendirian pusat kegiatan ilmiah, perkembangan ilmu pengetahuan, sastra dan
seni, gerakan penerjemahan dan arabisasi.
8. Perkembangan Pada Masa Bani Umayyah
Ilmu Tafsir Ilmu Hadits Ilmu Qira’at
Ilmu Nahwu
Disusun oleh Abu Aswad
Ad Dualy
Tarikh & Geografi
Kitab sejarah ditulis lebih
dari 1300 judul
Balaghoh
Bashra dan Kuffah menjadi
pusat perkembangan ilmu
dan sastra
Bentuk lisan dan
belum dibukukan
Dibukukan oleh Ibn
Az-Zuhri
Muncul karena perbedaan
dalam membaca
Al-Qur’an
10. Pada masa Khalifah Harun Ar-Rasyid (786 – 809 M) dan Al-Makmun (198 – 218 H) perhatian
pada ilmu pengetahuan dan filsafat mencapai puncaknya. Buku-buku ilmu pengetahuan dan
filsafat didatangkan dari Byzantium dalam bahasa Yunani dan diterjemahkan kedalam
Bahasa Arab oleh Hunain bin Ishaq selama satu abad.
Harun Ar-Rasyid kemudian mendirikan perpustakaan Baitul Hikmah sebagai pusat
perkembangan ilmu pengetahuan. Sedangkan dibawah kepemimpinan Al-Makmun,
didirikannya Daarul Hikmah sebagai pusat kajian keilmuan.
11. Faktor Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Penerjemahan
selama satu
abad
Kontak
dengan
peradaban
Yunani
Heterogenitas
Etos keilmuan
para Khalifah
Abbasiyah
Berkurangnya
ekspansi dan
tidak ada
pemberontakan
12. C. Periode Pertengahan Pengembangan Ilmu
Pengetahuan
Perkembangan ilmu pengetahuan pada periode pertengahan ditandai dengan munculnya
para ahli teologi. Semua aktivitas ilmiah yang terjadi pada periode ini terkait dengan aktivitas
keagamaan. Hal tersebut disebabkan karena banyaknya ilmuwan-ilmuwan pada periode ini
adalah para teolog.
Terjadi kemajuan ilmu pengetahuan pada periode pertengahan ini. Seperti dalam ilmu sejarah,
astronomi, kedokteran, matematika, dan ilmu-ilmu agama. Terdapat pula cendikiawan muslim
seperti An Nuwairy, Ibnu Fadlullah, dan Jalaluddin As-Suyuti yang berhasil menulis buku yang
berjudul Mausu’at yang berisi tentang kumpulan berbagai ilmu pengetahuan.
13. D. Periode Modern Pengembangan Ilmu
Pengetahuan
Moderenisasi di barat memiliki banyak keunggulan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
tetapi Kaum muslim menganggap bahwa moderenisasi adalah produk orang-orang barat dan
masih memiliki pandangan dengan mengikuti peradaban di barat akan menimbulkan
sekularisasi yang dapat menyampingkan agama.
Sejarah islam mencatat permulaan periode modern dimulai pada penghujung ke 18. Timbul
sebuah kultur moderenitas di dalam Islam. Di mesir muncul tokoh pemikir awal pembaharuan
Islam yaitu Jamaluddin Al-Afghani. Ia memiliki pandangan bahwa pentingnya bertindak secara
rasional dan menerima gagasan yang dihasilkan oleh akal.
14. Tokoh Pembaharu Islam di Mesir
Muhammad Ali Pasya
a) Politik luar negeri
b) Kekuatan militer
c) Bidang pemerintahan
d) Ekonomi
e) Pendidikan
Rif’ah Badawi At-Tathawi
a) Pemimpin bermusyawarah dengan
ulama, kaum terpelajar, dokter dan
ekonom
b) Syariah disesuaikan dengan
perkembangan zaman
c) Pendidikan bersifat universal
d) Umat Islam harus dinamis
15. Tokoh Pembaharu Islam di Mesir
Jamaluddin Al-Afghani
Menurutnya umat islam sangat tepat
dijadikan sebagai landasan bagi sebuah
masyarakat modern. Al-Afghani berdalih
bahwa Al-Qur’an harus ditafsirkan
dengan akal
Muhammad Abduh
a) Mendirikan majalah Al-Urwatul Wusqa
b) Ajaran masyarakat Islam disesuaikan
zaman
c) Islam tidak bertentangan dengan ilmu,
Islam maju karena ilmu
16. 1. Ibnu Sina
Ibnu Sina yang dikenal juga dengan Avicenna adalah seorang filsuf, ilmuwan, dokter,
sekaligus penulis aktif pada zaman keemasan peradaban Islam.
Beberapa karyanya yang sangat terkenal antara lain:
• Qanun fii Thib
• Asy Syifa
• An Najat
• Mantiq Al Masyriqin
Beberapa esainya yang terkenal adalah:
• Hayy ibn Yaqzhan
• Risalah Ath-Thair
• Risalah fii Sirr Al-Qadar
• Risalah fii Al-’Isyq
• TahshilAs-Sa’adah
Beberapa puisi terpentingnya yaitu:
• Al-Urjuzah fii Ath-Thibb
• Al-Qasidah Al-Muzdawiyyah
• Al-Qasidah Al-’Ainiyyah
E. Peran Tokoh Islam dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan
17. E. Peran Tokoh Islam dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan
2. Al-Kindi
Mahir berbagai bahasa membantunya menguasai berbagai ilmu
dan menjadikannya penerjemah. Di antara sekian banyak ilmu
yang beliau tulis, ia sangat menghargai matematika.
Matematika di sini meliputi ilmu tentang bilangan, harmoni,
geometri dan astronomi.
Beberapa karya tulis Al-Kindi antara lain:
• Kitab Al-Kindi ila Al-Mu’tashim Billah fii Al-Falsafah Al-Ula
• Kitab Al-Falsafah Al-Dakhilat wa Al-Masa’il Al-Manthiqiyyah
wa maa Fauqa Al-Thabi’iyyah
• Kitab fii Annahu la Tanalu Al-Falsafah illa Bi’Ilm Al-
Riyadhiyyah
18. E. Peran Tokoh Islam dalam Pengembangan Ilmu Pengetahuan
3. Al-Khawarizmi
Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi adalah seorang ahli
matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari
Persia. Kecintaannya pada ilmu pengetahuan, mendorongnya untuk
mempelajari bahasa Sanskerta dan juga bahasa Yunani. Setelah
menguasai bahasa-bahasa itu, Al-Khawarizmi kemudian mulai
menerjemahkan beberapa buku.
Al-Khawarizmi adalah orang pertama yang menjelaskan kegunaan
angka-angka, termasuk angka 0. Kemudian dinobatkan sebagai
bapak matematika. Khawarizmi melahirkan banyak karya. Karya
terbesarnya adalah Al-Jabar. Bukunya yang berjudul Al-Kitab Al-
Mukhtasar fii Hisab Al-Jabr wal-Muqabala, menjadi pondasi penting
dalam aljabar di era modern