2. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang
professional mempunyai kesempatan paling
besar untuk memberikan pelayanan
kesehatan khususnya pelayanan/asuhan
keperawatan yang komprehensif dengan
membantu klien memenuhi kebutuhan dasar
yang holistik.
3. Pasien yang sedang dirawat dirumah sakit
membutuhkan asuhan keperawatan yang
holistik dimana perawat dituntut untuk
mampu memberikan asuhan keperawatan
secara komprehensif bukan hanya pada
masalah secara fisik namun juga spiritualnya.
4. Perawat berupaya untuk membantu
memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai
bagian dari kebutuhan menyeluruh klien,
antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan
kebutuhan spiritual klien tersebut, walau pun
perawat dan klien mempunyai keyakinan
spiritual atau keagamaan yang tidak sama.
5. Spiritualitas, keyakinan dan agama
merupakan hal yang terpisah, walau pun
seringkali diartikan sama. Pemahaman
tentang perbedaan antara tiga istilah
tersebut sangat penting bagi perawat untuk
menghindarkan salah pengertian yang akan
mempengaruhi pendekatan yang digunakan
perawat.
6. spiritualitas meliputi aspek sebagai
berikut:
a.Berhubungan dengan sesuatu yang tidak
diketahui atau ketidakpastian dalam
kehidupan.
b.Menemukan arti dan tujuan hidup.
c.Menyadari kemempuan untuk
menggunakan sumber dan kekuatan dalam
diri sendiri.
d.Mempunyai perasaan keterikatan dengan
diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi.
7. Kesimpulannya kebutuhan spiritual
merupakan kebutuhan untuk mencari arti
dan tujuan hidup, kebutuhan untuk
mencintai dan dicintai serta rasa
keterikatan, dan kebutuhan untuk
memberikan dan mendapatkan maaf.
8. Mempunyai kepercayaan atau keyakinan
berarti mempercayai atau mempunyai
komitmen terhadap sesuatu atau seseorang.
Secara umum agama atau keyakinan spiritual
merupakan upaya seseorang untuk
memahami tempat seseorang di dalam
kehidupan, yaitu bagaimana seseorang
melihat dirinya dalam hubungannya dengan
lingkungan secara menyeluruh
9. merupakan suatu sistem ibadah yang
terorganisir atau teratur. Agama mempunyai
keyakinan sentral, ritual, dan praktik yang
biasanya berhubungan dengan kematian,
perkawinan dan keselamatan/penyelamatan
(salvation). Agama mempunyai aturan-aturan
tertentu yang diprakktikan dalam kehidupan
sehari-hari yang memberikan kepuasan bagi
yang menjalankannya. Perkembangan
keagamaan individu merujuk pada
penerimaan keyakinan, nilai, aturan dan
ritual tertentu
10. 1. Bayi dan todler (1-3 tahun)
Tahap awal perkembangan spiritual adalah
rasa percaya dengan yang mengasuh dan
sejalan dengan perkembangan rasa aman,
dan dalam hubungan interpersonal, karena
sejak awal kehidupan mengenal dunia
melalui hubungan dengan lingkungan
kususnya orangtua. Bayi dan todler belum
memiliki rasa bersalah dan benar, serta
keyakinan spiritual. Mereka mulai meniru
kegiatan ritual tanpa tau arti kegiatan
tersebut dan ikut ketempat ibadah yang
mempengaruhi citra diri mereka.
11. 2 Prasekolah
Sikap orang tua tentang moral dan agama
mengajarkan pada anak tentang apa yang
dianggap baik dan buruk.anak pra sekolah
belajar dari apa yang mereka lihat bukan
pada apa yang diajarkan. Disini bermasalah
jika apa yang terjadi berbeda dengan apa
yang diajarkan
12. 3. Usia sekolah
Anak usia sekolah Tuhan akan menjawab doanya,
yang salah akan dihukum dan yang baik akan
diberi hadiah. Pada mas pubertas , anak akan
sering kecewa karena mereka mulai menyadari
bahwa doanya tidak selalu dijawab menggunakan
cara mereka dan mulai mencari alasan tanpa
mau menerima keyakinan begitu saja.
Pada masa ini anak mulai mengambil keputusan
akan meneruskan atau melepaskan agama yang
dianutnya karena ketergantungannya pada orang
tua. Remaja dengan orang tua berbeda agama
akan memutuskan memilih pilihan agama yang
dianutnya atau tidak memilih satupun dari
agama orangtuanya.
13. 4. Dewasa
Kelompok dewasa muda yang dihadapkan
pada pertanyaan bersifat keagamaan dari
anaknya akan menyadari apa yang diajarkan
padanya waktu kecil dan masukan tersebut
dipakai untuk mendidik anakya.
14. 5. Usia pertengahan
Usia pertengahan dan lansia mempunyai
lebih banyak waktu untuk kegiatan agama
dan berusaha untuk mengerti nilai agama
yang di yakini oleh generasi muda
15. 1. Keyakinan spiritual sangat penting bagi
perawat karena dapat mempengaruhi tingkat
kesehatan dan prilaku klien. Beberapa
pengaruh yang perlu dipahami
16. a. menuntun kebiasaan sehari-hari
praktik tertentu pada umumnya yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan
mungkin mempunyai makna keagamaan bagi
klien, sebagai contoh: ada agama yang
menetapkan diet makanan yang boleh dan
tidak boleh dimakan
17. b. sumber dukungan
pada saat stress, individu akan mencari
dukungan dari keyakinan agamanya. sumber
kekuatan sangat diperlukan untuk dapat
menerima keadaan sakitnya khususnya jika
penyakit tersebut membutuhkan waktu
penyembuhan yang lama.
18. .c sumber konflik
Pada suatu situasi bisa terjasi konflik antara
keyakinan agama dengan praktik kesehatan.
Misalnya: ada yang menganggap penyakitnya
adalah cobaan dari Tuhan
19. 1. Verbalisasi disstress
Individu yang mengalami gangguan fungsi
spiritual, biasanya akan meverbalisasikan
yang dialaminya untuk mendapatkan bantuan
20. 2. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku juga dapat merupakan
manifestasi gangguan fungsi spiritual.. Klien
yang merasa cemas dengan hasil pemeriksaan
atau menunjukkan kemarahan setelah
mendengar hasil pemeriksaan mungkin saja
sedang menderita distress spiritual.
21. Pada dasarnya informasi awal yang perlu
digali secara umum adalah:
22. a. Partisipasi klien dalam kegiatan agama
apakah dilakukan secara aktif atau tidak
aktif.
b. Jenis partisipasi dalam kegiatan agama.
23. a. Praktik kesehatan: diet, mencari dan
menerima terapi, ritual atau upacara agama.
b. Persepsi penyakit: hukuman, cobaan
terhadap keyakinan.
c. Strategi koping.
24. a. Tujuan dan arti hidup.
b. Tujuan dan arti kematian.
c. Kesehatan dan pemeliharaannya.
d. Hubungan dengan Tuhan, diri sendiri dan
orang lain.
25. Pedoman Pengkajian Spiritual yang disusun
oleh Stoll dalam Craven & Hirnle (1996)
mencakup empat area yaitu:
a) Konsep tentang Tuhan atau Ketuhanan;
b) Sumber harapan dan kekuatan;
c) Praktik agama dan ritual;
d) Hubungan antara keyakinin spiritual dan
kondisi kesehatan.
26. Pengkajian data objektif dilakukan mellui
pengkajian klinik yang meliputi pengkajian
afek dan sikap, perilaku, verbalisasi,
hubungan interpersonal dan lingkungan.
Pengkajian data objektif terutama dilakukan
melalui observasi.
27. Klien yang tampak kesepian dan sedikit pengunjung,
klien yang mengekspresikan rasa takut dan cemas,
Klien yang mengekspresikan keraguan terhadap sistem
kepercayaan/agama,
Klien yang mengekspresikan rasa takut terhadap
kematian,
Klien yang akan dioperasi,
Penyakit yang berhubungan dengan emosi atau
implikasi sosial dan agama
28. Tidak dpt dikunjungi oleh pemuka agama,
Tdak mampu / menolak melakukan ritual
spiritual,
Memverbalisasikan bahwa penyakit yang
dideritanya merupakan hukuman dari
Tuhan,
Mengespresikan kemarahannya thd Tuhan,
Mempertanyakan rencana terapi karena
bertentangan dengan keyakinan agama.
Sedang menghadapi sakratul maut
(dying).
29. Gangguan penyesuaian terhadap penyakit b/d
ketidakmampuan merekonsiliasi penyakit
dengan keyakinan spiritual.
Koping individu tidak efektif b/d kehilangan
agama sebagai dukungan utama (merasa
ditinggal oleh Tuhan).
Takut b/d belum siap untuk menghadapi
kematian dan pengalaman kehidupan setelah
kematian.
Berduka yang disfungsional: keputusasaan b/d
keyakinan bahwa agama tidak mempunyai
arti.
Keputusasaan b/d keyakinan bahwa tidak ada
yang peduli termasuk Tuhan.
30. Tujuan asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami distress spiritual harus difokuskan
pada menciptakan lingkungan yang
mendukung praktik keagamaan dan
keyakinan yang biasanya dilakukan. Tujuan
ditetapkan secara individual dengan
mempertimbangkan riwayat klien, area
beresiko, dan tanda-tanda disfungsi serta
data objektif yang relevan.
31. Mengidentifikasi keyakinan spiritual yang
memenuhi kebutuhan untuk memperoleh arti
dan tujuan, mencintai dan keterikatan serta
pengampunan.
Menggunakan kekuatan keyakinan, harapan
dan rasa nyaman ketika menghadapi tantangan
berupa penyakit, cidera atau krisis kehidupan
lain.
Mengembangkan praktek spiritual yang
memupuk komunikasi dengan diri sendiri,
dengan Tuhan dan dengan dunia luar.
Mengekspresikan kepuasan dengan
keharmonisan antara keyakinan spiritual
dengan kehidupan sehari-hari.
32. Menggali akar keyakinan dan praktik spiritual.
Mengidentifikasi faktor dalam kehidupan yang
menantang keyakinan spiritual.
Menggali alternatif: mengingkari,
memodifikasi atau menguatkan keyakinan;
mengembangkan keyakinan baru.
Mengidentifikasi dukungan spiritual (membaca
kitab suci, kelompok pengajian, dsb).
Melaporkan atau mendemonstrasikan
berkurangnya distress spiritual setelah
keberhasilan intervensi
33. Membantu klien memenuhi kewajiban agamanya.
Membantu klien menggunakan sumber dari dalam
dirinya dengan cara lebih efektif untuk mengatasi
situasi yang sedang dialaminya.
Membantu klien mempertahankan atau membina
hubungan personal yang dinamik dengan Maha
Pencipta ketika sedang menghadapi peristiwa yang
kurang menyenangkan.
Membantu klien mencari arti keberadaannya dan
situasi yang sedang dihadapinya.
Meningkatkan perasaan penuh harapan.
Memberikan sumber spiritual atau cara lain yang
relevan.
34. Untuk mengevaluasi apakah klien telah
mencapai kriteria hasil yang telah ditetapkan
pada fase perencanaan, perawat perlu
mengumpulkan data terkait dengan
pencapaian tujuan asuhan keperawatan.
Tujuan asuhan keperawatan terjadi apabila
secara umum klien:
35. Mampu beristirahat dengan tenang.
Menyatakan penerimaan keputusan
moral/etika.
Mengekspresikan rasa damai berhubungan
dengan Tuhan.
Menunjukkan hubungan yang hangat, dan
terbuka dengan pemuka agama.
Menunjukkan afek positif, tanpa perasaan
marah, rasa bersalah dan ansietas.
Menunjukkan perilaku lebih positif.
Mengekspresikan arti positif terhadap
situasi dan keberadaannya.