Dokumen tersebut membahas tentang kedudukan laki-laki dan perempuan dalam Islam. Ketiganya sama di hadapan Allah, sama-sama diberi fitrah yang sama oleh Allah berupa kebutuhan jasmani, naluri, dan akal. Keduanya akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya di akhirat nanti.
2. Firman Allah :
“Hai Manusia, Sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling mengenal”
(T.Q.S al-Hujurat [49] : 13)
3. Allah telah menciptakan manusia dengan
fitrahnya sebagai manusia tanpa membeda-
bedakan.
Laki-laki adalah manusia, perempuan juga
manusia. Allah membekali keduanya dengan
fitrah yang sama.
Masing-masing tidak berbeda dari yang lainnya
dari aspek kemanusiaannya.
5. Kebutuhan jasmani
(hajatul ‘udhawiyah)
Penampakanya berupa rasa lapar, rasa haus,
menghirup udara, buang air, mengantuk/butuh
tidur dan istirahat dan lain-lain.
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan mutlak yang
ada pada manusia, artinya harus dipenuhi, jika tidak
dipenuhi maka akan mengakibatkan sakit dan
kematian.
Kebutuhan jasmani akan muncul dengan sendirinya
tanpa harus dimunculkan atau dirangsang.
6. Kebutuhan Naluri
(Gharaiz)
kebutuhan naluri akan muncul jika mendapat
stimulus atau rangsangan.
kebutuhan Naluri jika tidak dipenuhi tidak sampai
mengakibatkan kematian akan tetapi hanya
menimbulkan perasaan gelisah saja pada diri
manusia.
8. 1. Naluri Beragama
(Gharizah Tadayyun),
Naluri beragama (gharizah
tadayun) yaitu sebuah naluri yang
mendorong diri sendiri untuk
mensucikan/ mengagungkan/
mengkultuskan sesuatu yang
memiliki kekuatan.
9. Ada yang
mengagungkan/menyembah/
mengkultuskan sapi, ada yang
mengkultuskan matahari, ada juga
yang mengkultuskan api. Namun
kita sebagai seorang muslim
tentunya mensucikan yang
Mahasuci Yaitu Allah, Rabb kita.
10. Stimulus/ransangan pada naluri ini
muncul ketika manusia merasa
lemah menghadapi problem yang
sangat besar. Ia akan cenderung
pasrah, mengeluh dan berdoa
kepada yang diyakini memiliki
kekuatan untuk mengeluarkan
dirinya dari problem yang melilitnya
11. • Adanya kebutuhan ini dalam AL-quran telah di
isyaratkan.
• Allah SWT berfirman:
“Dan apabila manusia itu ditimpa kemudaharatan,
dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya
dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan
memberikan ni’mat-Nya kepadanya lupalah dia akan
kemudharatan yang pernah ia berdo’a (kepada Allah)
untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia
mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk
menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah :
“Bersenang-senanglahlah dengan kekafiranmu itu
sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk
penghuni neraka”. (QS Az Zumar 8)
12. 2. Naluri Mempertahankan Diri
(Gharizah Baqa)
• Penampakanya mendorong manusia
untuk melaksanakan berbagai aktivitas
dalam rangka melestarikan kelangsungan
hidup.
• maka pada diri manusia ada rasa takut,
keinginan menguasai, pengen kaya, cinta
pada bangsa dan lain-lain.
13. • Adanya naluri ini telah diisyaratkan
dalam Al-Quran.
• Allah SWT ber firman :
“Dijadikan indah pada pandangan
manusia terhadap apa-apa yang
diinginkannya berupa ……….harta benda
yang bertumpuk dalam bentuk emas dan
perak, kuda pilihan, hewan ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup
di dunia, dan disisi Allah-lah tempat
kembali yang baik”(QS ali-Imran: 14)
14. • Contohnya naluri ini sangat sederhana, kita
seringkali ingin memiliki harta yang banyak, ingin
berkuasa, ingin dipuji, dll.
• Contoh lainnya kita dan binatang (tidak
bermaksud menyamakan dengan binatang lho!)
akan melawan kalau diganggu. Coba deh kamu
injak ekor kucing, pasti kamu dicakar (hehe…).
Atau kamu dihina, pasti merasa ‘panas’ dan
emosi. Itulah yang dimaksud naluri
mempertahankan diri.
• Adanya rangsangan dari luar untuk selanjutnya
menimbulkan reaksi. Kita akan memberikan
reaksi atas ancaman yang mengancam diri kita.
Stimulus/ransangan inilah yang akan
membangkitkan naluri mempertahankan diri.
15. 3. Naluri Mempertahankan Jenis
(Gharizah Nau’)
• naluri mempertahankan jenis (gharizah nau’)
yaitu naluri untuk bereproduksi/melestarikan
keturunan.
• Penampakanya akan mendorong manusia
melangsungkan jenis manusia. Sebagai
penampakan dari naluri ini, manusia memiliki
kecenderungan seksual, rasa kebapakkan, rasa
keibuan, cinta pada anak2, cinta pada orang tua,
cinta pada orang lain dan lain-lain
16. • Adanya naluri ini telah banyak diisyaratkan
dalam Al-Quran. Contohnya rasa suka
terhadap lawan jenis
• Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud
(melakukan perbuatan itu) dengan yusuf, dan
yusufpun bermaksud (melakukan pula)
dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat
tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami
memalingkan daripadanya kemungkaran dan
kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk
hamba-hamba kami yang terpilih.” (QS Yusuf :
24)
17. • Manusia dan binatang semuanya
bereproduksi untuk memperoleh keturunan.
• Naluri ini tidak akan muncul jika tidak ada
stimulus/ransangan
• Naluri ini muncul jika ada rangsangan,
misalnya ketika laki-laki melihat perempuan,
muncul ketertarikan terhadap lawan jenis,
begitupun sebaliknya.
• Oleh karenanya kita harus mengendalikan
naluri ini pada tempatnya.
18. Bagaimana Mengendalikan Naluri
Nau’?
• Berpuasa
• Menjaga Pandangan (ghadul bashar)
• Menyibukkan diri dengan aktivitas taqarrub
ilallah (mendekat kepada Allah) seperti sibuk
membaca Al-Qur’an, menghafal al-Qur’an,
membaca buku, muthala’ah, berdakwah,
shalat sunnah, dll
19. Sikap Kita?
• Setiap muslim yang hendak melakukan
perbuatan guna memenuhi kebutuhan
hidupnya, baik kebutuhan jasmani maupun
kebutuhan naluri diwajibkan secara syar’i
mengetahui hukum Allah tentang perbuatan
tersebut, sehingga ia dapat berbuat sesuai
dengan hukum syara’.
20. • Allah SWT telah mengutus rasul-Nya dalam
rangka menjelaskan kepada manusia mana
yang baik dan mana yang buruk terhadap
seluruh aktivitasnya.
• “(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul
pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan agar tidak ada alasan bagi
manusia membantah Allah sesudah
diutusnya rasul itu.” (QS An Nisa’ 165)
21. • Allah SWT tidak membiarkan
pemenuhan terhadap seluruh
kebutuhan tersebut diserahkan
kepada keinginan hawa nafsu dan
akal manusia semata. Sebab,
hawa nafsu itu umumnya
mengajak kepada keburukan
(ammaratum bissu) kecuali yang
dirahmati Allah.
22. • Sementara akal manusia sangatlah
lemah. Manusia seringkali menyangka
sesuatu baik padahal sebenarnya buruk,
demikian sebaliknya.
• “Boleh jadi kamu membenci sesuatu
padahal ia amat baik bagimu; dan boleh
jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia
amat buruk bagimu. Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui,” firman
Allah dalam surat Al Baqarah ayat 216.
23. • Setiap perbuatan manusia akan dimintai
pertanggung jawabannya kelak. Begitulah
Islam satu-satunya agama yang haq sebagai
solusi bagi diri manusia yang bisa memuaskan
akal, sesuai fitrah manusia dan menentramkan
jiwa
24. Kesimpulan
• Kedudukan Laki-laki dan perempuan di hadapan
Allah adalah sama dan tidak dibeda-bedakan.
• Sama-sama menjadi objek seruan pembebanan
hukum syara’ (taklif syara’)
• sama-sama diberikan potensi (Keb. Jasmani&
Naluri serta Akal)
• dan sama-sama akan diberikan balasan pahala
dan dosa (surga neraka)