Ada isitila "lupa diri", mengapa bisa terjadi? karena dia tidak memahami keberadaan dirinya, dia jarang "ngaca diri", tidak mau belajar tentang diri manusia. Ayo kita coba mengenal diri kita masing-masing
2. Jiwa Manusia
Menurut perspektif al-Quran, manusia yang
dibekali naluri akan berada di
persimpangan jalan dan harus memilih
antara jalan yang lurus dengan jalan yang
menyimpang. Dari satu sisi, ada daya tarik
positif yang mengarahkan manusia kepada
kesucian dan kesempurnaan.
3. Daya tarik lain berupa
kecenderungan negatif dan
godaan syaitan yang akan
menyeret manusia ke lembah
kehinaan dan materialistis.
Kedua potensi utama ini ada
dalam diri manusia.
4. 3 Jenis Nafsu
Ada tiga jenis nafsu sebagaimana yang
digambarkan oleh Al-Quran, salah satunya
adalah “al-Nafsu al-Ammarah”.
Nafsu jenis ini akan mendorong manusia pada
kejelekan dan kejahatan
5. 3 Jenis Nafsu
َوَامَٴی ِّربُاَۡیِّسۡفنََۚنِّاَسۡفالنَۃارمَلَِّبَِِّ ۡووسال
ََلِّاامَم ِّحرَۡیِّبرََۚنِّاَِّبرَۡیَر ۡوُفغَۡی ِّحرمَۚ
surat Yusuf ayat 53
6. 3 Jenis Nafsu
Dalam surat Yusuf ayat 53, Alloh Swt
berfirman, “Sesungguhnya nafsu itu selalu
menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu
yang diberi rahmat oleh Tuhanku.”
7. 3 Jenis Nafsu
Nafsul Ammarah adalah jiwa manusia yang ingin
memenuhi kehendak hawa nafsu dalam segala bidang
kehidupan sehingga tidak menghiraukan kaidah-
kaidah agama. Misalnya saja bersifat takabur, tamak,
kikir, senang menyakiti orang lain, dan lain-lain.
8. 3 Jenis Nafsu
Nafsu ini sering mengajak dan mendorong seseorang
melakukan suatu kejahatan. Nafsu al 'ammarah bi al
suu' dimiliki oleh setiap orang, baik orang mu’min
yang awam maupun orang non mu’min (kafir). Nafsu
ini dapat menguasai seluruh jiwa dan raga karena
adanya dorongan dari setan.
9. 3 Jenis Nafsu
Nafsu al ammarah selalu mendorong diri manusia
untuk melahirkan perbuatan, sikap, dan tindakan
kejahatan atau syahwat hewani dan kesenangan
kepada kejahatan. Paling tidak dorongan kejahatan itu
mengarah kepada tiga hal besar, yaitu :
10. 3 Dorongan Nafsu Amarah
1. Syahwat dan kesenangan terhadap harta benda;
sehingga melahirkan kerakusan, perampokan,
pencurian, manipulasi, korupsi, bahkan kekerasan
fisik, seperti pembunuhan dan penganiyaan.
11. 2. Syahwat dari kesenangan terhadap sex; sehingga melahirkan
kejahatan dan kekejian berupa perzinaan, pemerkosaan dan
penyimpangan seksualitas lainnya seperti LGBT, bahkan hanya
karena soal sex terjadi pembunuhan dan penganiayaan fisik.
3 Dorongan Nafsu Amarah
12. 3. Syahwat dan kesenangan terhadap jabatan dan kedudukan;
sehingga melahirkan para pejabat dan pemimpin yang dzalim,
tirani, otoriter, bahkan diktator. Akhirnya menindas siapa saja
yang akan menghalang-halangi kekuasaannya dengan
menghalalkan berbagai macam cara.
3 Dorongan Nafsu Amarah
13. ciri-ciri nafsu ammarah bi al-suu’,
1. Tidak pernah merasa puas, dan selalu merasa kurang atas nikmat Alloh
2. Tidak pernah mau mengalah dan tidak mau bersabar.
3. Tidak pernah serasi dengan rasio (akal), hati, dan bashiirah.
4. Selalu menolak kebenaran Illahiyah (bersifat ketuhanan) maupun insaniyah
(bersifat kemanusiaan).
5. Menghendaki sesuatu yang diinginkan harus tercapai atau diperoleh dengan
segera (al ‘ajalah).
6. Mendorong ke arah pemikiran, sikap, perilaku yang menyesatkan.
7. Mendorong pengejaran kenikmatan duniawi.
14. Nafsu ammarah bi al-suu’ meliputi :
1. Nafsu Rubuubiyyah, yaitu nafsu yang ingin menyamai sifat-sifat yang hanya
dimiliki Robb (Alloh), seperti sombong, contoh ; Fir’aun
2. Nafsu Bahiimiyyah, yaitu nafsu yang ingin menyamai sifat-sifat yang hanya
dimiliki oleh binatang, seperti malas, memuaskan kebutuhan biologis
atau sex (berzina).
3. Nafsu Sabuu’iyyah, yaitu nafsu yang ingin menyamai sifat-sifat yang hanya
dimiliki binatang buas, seperti suka “memakan” orang lai.
4. Nafsu Syaithaniiyyah, yaitu nafsu yang ingin menyamai sifat-sifat yang hanya
dimiliki setan, seperti: iri, dengki, menghasut.
15. Dimanakah Nafsu Amarah?
Nafsu al-Ammarah terdapat dalam setiap diri manusia
dan terkadang menguasai perilaku mereka, tapi
kadang-kadang manusia yang mengalahkan nafsu itu.
Jika keinginan dan nafsu manusia tidak disalurkan
melalui aturan tertentu dan dibiarkan lepas tanpa
kontrol, maka setan dan godaannya akan menancapkan
kakinya di lubuk hati dan jiwa manusia dan merampas
tali kekang pikiran dan kehendak manusia.
16. Nafsu Lawwamah
Jenis lain nafsu manusia yang disinggung al-Quran adalah “al-
Nafsu al-Lawwamah” atau jiwa yang mencela dirinya. Al-Nafs al-
Lawwamah akan mereaksi setiap perbuatan menyimpang dan
mencela manusia karena melakukan perbuatan jelek. Nafsu
seperti ini juga terdapat dalam diri setiap manusia dan
mencegahnya agar tidak melakukan perbuatan kotor. Nafsu jenis
ini memiliki pengaruh penting terhadap nasib manusia hingga al-
Quran pun dalam salah satu suratnya bersumpah dengan al-Nafs
al-Lawwamah.
17. Nafsu Lawwamah
Kata laama – yaluumu [ ََلم–یلوم ]secara
bahasa artinya mencela. Laaim َلئم] ] artinya
orang yang mencela. Jika dia suka mencela
disebut lawwam املو
18. 3 Jenis Nafsu
َا ِّسۡفالنِّبَُمِّسۡقُاَََلوَِّۃامولل
dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat
menyesali (dirinya sendiri)
QS Al-Qiyamah : 2
19. Nafsu Lawwamah
Al-Nafsu al-Lawwamah akan memperkuat keyakinan
manusia tentang Sang Pencipta dan Hari Kiamat. Nafsu
ini juga memperingatkan manusia terhadap perilaku
keliru dan menyimpang. Karenanya, al-Nafsu al-
Lawwamah berperan memperbaiki diri manusia
khususnya bagi orang-orang yang yakin bahwa Alloh
Swt selalu mengawasi perbuatan mereka.
20. Nafsu Muthmainnah
Jenis lain nafsu manusia yang ke-3 versi al-Quran adalah al-Nafsu
al-Muthmainnah. Pada tahap ini, manusia sudah terlepas dari
barbagai keraguan yang bersumber dari al-Nafsu al-Ammarah dan
membuatnya tenang dan damai karena punya hubungan dengan
Alloh Swt. Dalam al-Quran ayat 27-30 surat al-Fajr, Alloh Swt
berfirman, “Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam
(jama’ah) hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.”
22. Nafsu Muthmainnah
Al-Nafsu al-Muthmainnah akan menghadirkan sebuah ketenangan
yang didapat dari keimanan yang tulus dan murni. Orang-orang
yang berjiwa tenang yakin terhadap jalan yang dipilihnya dan juga
meyakini janji-janji Alloh. Dengan kata lain, mereka adalah orang-
orang yang menaati perintah Sang Pencipta dan selalu bersikap
tenang dalam menghadapi badai kehidupan, sebab mereka
menyandarkan diri kepada sandaran yang sangat meyakinkan.
23. Kendalikan Nafsu
Secara umum dapat kita katakan bahwa benih-
benih petunjuk dan kesempurnaan begitu juga
dengan dekadensi dan kemerosotan terdapat
dalam diri manusia. Manusia harus mengambil
manfaat dari sumber-sumber petunjuk hingga
terbebas dari kesesatan dan keterpurukan.
24. Bagaimana mengendalikan Nafsu?
Ali Zainal ‘Abidin dalam kitab “Risalatul Huquq”
memperingatkan manusia untuk menjaga dan
menunaikan kewajiban-kewajibannya. Beliau juga
mengingatkan manusia untuk menunaikan hak-
hak anggota badan hingga dapat meraih
keberuntungan dan kebahagiaan.
25. Upaya mengendalikan Nafsu
Setelah membahas tentang 3 jenis nafsu yang
terdapat dalam diri manusia yaitu, al-Nafsu al-
Ammarah, al-Nafsu al-Lawwamah, dan al-Nafsu al-
Muthmainnah. Kini kita perlu mempelajari lebih
jauh hak dan kewajiban yang harus ditunaikan
oleh manusia terhadap anggota badannya agar
tidak terjerumus ke dalam Nafsu al-Ammarah.
26. “Kewajiban terhadap lisan
Ali Zainal Abidin berkata:
Kewajiban kita terhadap lisan adalah
mencegahnya dari ucapan kotor dan
membiasakannya dengan perkataan yang baik
dan paksalah ia untuk berbicara dengan baik
dan sopan.
27. “Kewajiban terhadap lisan
Ali Zainal Abidin berkata:
Hindarkan lisanmu dari banyak ucapan yang
tidak berguna dengan membiasakan berdiam
kecuali ketika diperlukan dan berguna bagi
dunia dan akhirat.
28. “Hak dan kewajiban terhadap lisan
Lidah adalah kumpulan otot rangka pada bagian lantai mulut
sebagai sarana untuk mengecap rasa makanan dan berbicara. Lidah
dikenal sebagai indera pengecap untuk mencicipi berbagai rasa
seperti, manis, pahit, asin, asam, dan lainnya. Meski lidah memiliki
multi fungsi, namun ajaran Islam menekankan pada kegunaan
lidah sebagai alat untuk berbicara dan berucap. Sebab lidah
berperan penting dalam mentransfer pemahaman, nilai-nilai
pendidikan dan konsep kesempurnaan manusia.
30. “Kewajiban terhadap lisan
Manusia memperoleh berbagai informasi lewat dialog,
percakapan, dan pertanyaan sekaligus memperkuat
kepribadiannya dengan cara itu. Dengan kata lain, akal
dan pikiran manusia merupakan harta karun dan kunci
pembukanya adalah lisan. Kedudukan dan posisi manusia
akan tampak ketika lidah bergerak mengeluarkan kata-
kata.
31. “Kewajiban terhadap lisan
al-Quran memaparkan proses penciptaan manusia,
mengetengahkan masalah pentingnya penjelasan dan bayan
(kepandaian berbicara). Salah satu bentuk kemurahan dan kasih
sayang Alloh kepada manusia adalah anugerah nikmat bayan
kepadanya. Pada ayat 1-4 surat ar-Rahmaan, Alloh Swt berfirman,.”
32. “Kewajiban terhadap lisan
ن ٰم ۡحلراَُۚ
َنٰا ۡرُقَۡالملع
َانسۡنِّ َۡاَلقلخ
َانیبَۡالُہملع
Tuhan Yang
Maha
Pemurah
Yang telah
mengajarkan
Al-Quran
Dia menciptakan
manusia
... Mengajarkannya pandai berbicara
33. “Kewajiban terhadap lisan
Lisan dalam al-Quran adalah petunjuk kepribadian manusia. Ketika
kita membaca kisah Nabi Yusuf as dengan Zulaikha dan sebelum
utusan Alloh Swt ini menceritakan kejadian yang menimpa dirinya,
kepribadian Nabi Yusuf as tersembunyi di balik tirai-tirai
kebungkaman dan tidak ada yang tahu.
34. “Kewajiban terhadap lisan
Namun setelah Yusuf dibebaskan dari penjara dan
ketika menceritakan pengkhianatan yang
dilakukan istri pembesar Mesir dan kesucian
dirinya, Raja Mesir berkata kepada Nabi Yusuf as
bahwa mulai saat ini engkau memiliki kedudukan
istimewa dan menjadi kepercayaan raja.
35. “Kewajiban terhadap lisan
Rasul Saw juga mengajak manusia untuk bertutur
kata dengan lemah lembut dan sopan dalam
menjalin interaksi. Rasul Saw bersabda, “Kalian
akan dikenali ketika berbicara.”
36. “Kewajiban terhadap lisan
Hal yang sangat penting menyangkut lisan adalah
bagaimana cara bertutur kata dan
memanfaatkannya dengan baik. Organ kecil ini
dapat mengantar manusia kepada kebahagiaan
dan kesenangan dengan cara mengeluarkan kata-
kata yang indah dan pada tempatnya.
37. “Kewajiban terhadap lisan
Lidah juga dapat menjerumuskan manusia
pada kesesatan dan kesengsaraan jika
digunakan secara tidak benar.
38. “Kewajiban terhadap lisan
Luqman Al-Hakim berkata,
“Lidah dan hati yang bersih dan suci lebih baik
dari segala hal, dan jika ternodai dan kotor, maka
ia lebih buruk dari semuanya.”
39. “Kewajiban terhadap lisan
Luqman Al-Hakim berkata,
“Lidah dan hati yang bersih dan suci lebih baik
dari segala hal, dan jika ternodai dan kotor, maka
ia lebih buruk dari semuanya.”
40. “Kewajiban terhadap lisan
Sebagian besar perbuatan baik dan buruk bermuara
pada lidah. Perkataan baik dan buruk yang keluar dari
lisan seseorang adalah cerminan kedudukannya. Oleh
sebab itu, Islam mengajak umat manusia untuk
mengendalikan lisan dan menunaikan hak-haknya. Di
antara hak-hak lisan adalah menghormatinya dan tidak
menodainya dengan kata-kata kotor, celaan, dan makian.
41. “Kewajiban terhadap lisan
Sebagian besar perbuatan baik dan buruk bermuara
pada lidah. Perkataan baik dan buruk yang keluar dari
lisan seseorang adalah cerminan kedudukannya. Oleh
sebab itu, Islam mengajak umat manusia untuk
mengendalikan lisan dan menunaikan hak-haknya. Di
antara hak-hak lisan adalah menghormatinya dan tidak
menodainya dengan kata-kata kotor, celaan, dan makian.
43. “Kewajiban menjaga lisan
َمِلَكْلاِب ُمَّلَكَتَيَل َدْبَعْلا َّنِإِزَي اَهْيِف ُنَّيَبَتَي اَم ِةىَلِإ اَهِب ُّل
ِق ِرْشَمْلا َنْيَب اَّمِم َدَعْبَأ ِارَّنالِِ ِرَْْمْلاََ
“Sesungguhnya seorang hamba apabila berbicara dengan satu kalimat yang
tidak benar, hal itu menggelincirkan dia ke dalam neraka yang lebih jauh dari
jarak antara timur dan barat.”
(Sahih, HR. al-Bukhari no. 6091 dan Muslim no. 6988)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: