2. pengaruh pandangan terhadap hubungan pria dan wanita
Syariat Membawa Mashlahat
1. Syariat Membawa Mashlahat
Oleh : Lilis Holisah, Pendidik Generasi di HSG SD Khoiru Ummah Ma’had Al-
Abqary Serang-Banten
Rasulullah SAW bersabda :
“Telah aku tinggalkan untuk kalian dua perkara, yang kalian tidak akan pernah tersesat
selama-lamanya jika kalian berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan
Sunnahku” (H.R Muslim)
Sesungguhnya Rasul telah mengingatkan kita beribu tahun yang lalu. Bahwa umat
Islam akan senantiasa berada dalam kebaikan jika berpegang teguh kepada Kitabullah
(Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya. Bahwa umat Islam tidak akan pernah tersesat
selamanya, jika saja Umat Islam mau menerapkan dua sumber utama hukum Islam
tersebut.
Realitas kekinian, umat Islam justru menjadi mangsa yang empuk bagi para penjajah
kapitalis Barat yang mengeruk kekayaan negeri-negeri muslim. Mereka (para Penjajah
kapitalis Barat) dengan mudahnya membawa kekayaan negeri muslim ke negeri Barat
atas bantuan penguasa muslim sendiri. Inilah kongkalingkong antara penjajah dengan
para penguasa muslim yang berkhianat.
Syaikh Muhammad Muhammad Ismail dalam kitabnya ‘fikrul Islam’ menyatakan bahwa
: “Di mana saja ada Syariat maka di sana ada kemashlahatan”. Inilah yang semestinya
diyakini oleh setiap muslim. Syariat Islam yang diturunkan oleh Allah SWT pasti akan
mendatangkan kemaslahatan, sebaliknya meninggalkan syariat akan membawa
bencana dan malapetaka. Terbukti bukan? Ketika syariat ditinggalkan, betapa banyak
bencana yang menimpa umat. Banjir, gunung meletus, kemiskinan, kebodohan,
keterjajahan, free sex/ perzinahan merajalela, kasus korupsi, pemerkosaan, pencurian,
perampokan, pembunuhan dan kriminalitas lainnya.
2. Padahal, syariat Islam wajib ditegakkan/diterapkan. Yang dimaksud kewajiban
menegakkan hukum Islam adalah apabila hukum Islam tersebut menjadi aturan yang
ditetapkan oleh Negara melalui Undang-Undang (UU). Karena jika aturan Islam sekedar
menjadi aturan tanpa ditetapkan melalui Undang-Undang, maka status aturan itu hanya
akan menjadi etika atau norma semata. Ketika Islam hanya menjadi etika atau norma
semata, maka yang terjadi seperti saat ini, Islam seperti mandul, tidak mampu
menyelesaikan problem kehidupan.
Sementara jika Syariat Islam ditetapkan menjadi Undang-Undang (UU) oleh Negara,
maka ia memiliki kekuatan hukum, dimana ketika ada yang melanggarnya, akan ada
sanksi yang tegas dari Negara. Karena fungsi Undang-Undang (UU) itu adalah untuk
mengatur masyarakat agar tidak melakukan pelanggaran.
Penegakkan Syariat Islam dalam Negara selain akan mencegah pelanggaran, mencegah
kriminalitas, juga karena penegakkannya diwajibkan oleh Pencipta. Dan seperti yang
dituliskan oleh Muhammad Husain Abdullah dalam kitabnya ‘Mafahim Islamiyah’, bahwa
Islam akan mendatangkan ‘maslahah Dhoruriyaat’, kemaslahatan-kemaslahatan yang
menjadi keharusan, yang diperlukan oleh kehidupan individu masyarakat sehingga
tercipta kehidupan yang harmonis. Jika kemaslahatan-kemaslahatan ini tidak ada, maka
system kehidupan manusia menjadi cacat, manusia hidup anarkhi dan rusak, dan akan
mendapatkan banyak kemalangan dan kesengsaraan di dunia serta siksa di akhrat
kelak.
Maslahah Dhoruriyaat ini ada delapan macam, yaitu :
1. Menjaga Agama (Hifdzud Diin). Syariat telah menetapkan bahwa siapa saja yang
murtad/keluar dari Islam, Ia akan dihukum mati. Sanksi tersebut harus
ditegakkan sebagai Undang-Undang, sebab jika tidak, sanksi tersebut akan
diabaikan oleh masyarakat. Dan ketika saat ini Islam diabaikan, tidak diterapkan,
realitas yang terindera adalah begitu mudahnya dan banyaknya manusia kelaur
masuk agama Islam, seolah keluar dari Islam adalah gaya hidup modern yang
tidak memiliki konsekuensi dosa.
3. Sabda Rasulullah SAW : “Siapa saja yang mengganti agamanya, maka bunuhlah
ia” (H.R Bukhari, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah dan lainnya)
2. Menjaga Jiwa (Hifdzun Nafs). Islam memandang bahwa jiwa manusia harus
ditempatkan pada tempat yang terhormat, yang layak. Maka Islam
mengharamkan membunuh jiwa tanpa haq. Siapa saja yang membunuh jiwa
tanpa haq, maka akan diberlakukan hukum qishash, yaitu hukuman bunuh
dibalas dengan bunuh. (lihat al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 178). Hukum
Qishash ini harus ditegakkan sebagai UU, sebab jika tidak hanya akan menjadi
etika atau norma yang mudah diabaikan oleh masyarakat, pelakunya hanya akan
mendapatkan sanksi social, seperti dijauhi, dikucilkan, dihina, dll. Sanksi etika ini
tidak menimbulkan efek jera bagi pelakunya. Dan realitas sekarang begitu
mudahnya manusia saling membunuh, menumpahkan darah tanpa haq.
3. Menjaga Akal (Hifdzul Aqli). Islam telah menempatkan akal manusia pada
tempatnya yang tinggi dan layak. Akal ini menjadi objek pembebanan hukum
(manaathut takliif). Islam telah mendorong untuk menggunakan akal dalam
proses keimanan sehingga bisa sampai pada aqidah yang benar dan akal
terpuaskan dengan aqidah tersebut. Penjagaan Islam terhadap akal adalah
bahwa Islam telah mengharamkan setiap perkara yang bisa merusak akal seperti
minum khamr, mengkonsumsi narkotika, menjadi tukang sihir, pornografi, dll.
Dan Islam telah menetapkan sanksi bagi siapa saja yang melakukan aktivitas
yang bisa merusak akal tersebut. Semua itu dalam rangka untuk memelihara
akal.
4. Menjaga Keturunan (Hifdzul Nasl). Rasulullah sebagai teladan terbaik telah
menganjurkan umatnya untuk memperbanyak keturunan. Bahkan dinyatakan
oleh beliau bahwa beliau akan membangga-banggakan umatnya yang banyak
dihadapan para Nabi dan Rasul kelak. Islam telah menganjurkan untuk menikahi
wanita-wanita yang penyayang dan subur, mengharamkan pengebirian,
memerintahkan untuk memelihara keturunan, mengharamkan zina serta
menetapkan sanksi bagi yang melanggarnya. Sanksi ini harus ditetapkan sebagai
UU, sanksi bagi pezina yang telah menikah adalah dirajam sampai mati,
4. sementara bagi pezina yang belum menikah adalah hukuman cambuk 100 kali
dan diasingkan. Jika sanksi ini tidak ditetapkan sebagai UU, maka akan mudah
diabaikan oleh masyarakat seperti yang terjadi sekarang. Perzinahan merebak
dimana-mana, banyaknya kelahiran anak diluar pernikahan/nasabnya tidak jelas,
kehancuran keluarga tidak terelakkan, perceraian, dll.
5. Menjaga Harta (Hifdzul Maal). Islam membolehkan bagi siapa saja untuk
memiliki harta kekayaan berdasarkan ketentuan syariat. Islam juga telah
menetapkan hak bagi orang-orang faqir dalam harta orang-orang kaya serta
mengharamkan mengambil harta orang lain tanpa haq. Penjagaan Islam
terhadap harta adalah dengan pengharaman pencurian, perampokan atau
aktivitas yang mengambil harta orang lain tanpa haq, serta memberikan sanksi
terhadap pelakunya dengan hukuman potong tangan jika mencapai kadar
tertentu yang ditetapkan syariat (mencapai Nishab). Sanksi ini harus ditetapkan
sebagai UU, sehingga akan membuat jera bagi pelakunya dan membuat orang
yang lain yang tidak mencuri berpikir berjuta kali untuk melakukan pencurian.
Jika sanksi ini tidak ditetapkan sebagai UU, maka akan diabaikan oleh
masyarakat seperti yang marak terjadi saat ini. Kasus pencurian merebak bak
jamur di musim hujan.
6. Menjaga Kehormatan (Hifdzul karamah). Islam telah memuliakan manusia sejak
penciptaannya. Sebagaimana tertuang jelas dalam kitab suci-Nya yang mulia, Al-
Qur’an al-Kariim, bahwa Allah telah memerintahkan kepada malaikat untuk
bersujud (hormat) kepada Nabi Adam. Allah berfirman :
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka
di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan”. (Q.S. Al-Isra : 70)
Islam mengharamkan mengolok-olok, menggunjing, mencemooh, menghina,
mengumpat, memfitnah, saling mencela, memberi julukan yang jelek, serta
Islam telah menetapkan had sebanyak delapan puluh pukulan bagi orang yang
mencemarkan nama baik perempuan-perempuan suci dan terjaga perilakunya
5. dari perbuatan zina. Islam pun telah menetapkan sanksi ta’zir kepada orang
yang mencemarkan kehormatan manusia atau bersaksi dusta atas mereka. Islam
bukan hanya menjaga kehormatan manusia semasa hidupnya, pun ketika setelah
matinya, Islam memerintahkan untuk memandikan, mengkafani, menguburkan
dan melarang bertindak sewenang-wenang atas tubuh manusia.
Sabda Rasulullah :
“Memecahkan tulang mayat itu seperti memecahkannya ketika masih hidup”
(H.R. Abu Dawud)
7. Menjaga Keamanan (Hifdzul amn). Bagi orang-orang yang merusak keamanan
yaitu orang yang melakukan pembegalan, sewenang-wenang atas harta benda
dan jiwa serta menakut-nakuti manusia, Islam telah menetapkan had yaitu
memerangi mereka. Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan
Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh
atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik atau
dibuang dari negeri (tempat kediamannya)”. (Q.S Al-Maidah : 33)
Sanksi ini harus ditetapkan sebagai UU, jika tidak, yang terjadi seperti sekarang,
pembegalan marak di mana-mana, sewenang-wenang menakut-nakuti manusia
bahkan ini dilakukan oleh pihak penguasa.
8. Menjaga Negara (Hifdzud Daulah). Islam telah memerintahkan kaum muslimin
untuk menegakkan sebuah Negara yang menerapkan hukum-hukum Islam di
dalam negeri dan mengemban dakwah dan jihad ke luar negeri. Islam
memerintahkan kaum muslimin untuk membaiat seorang Khalifah saja untuk
menjalankan Al-Qur’an dan as-Sunnah serta mengharamkan kekosongan
Khalifah dan Khilafah lebih dari tiga hari. Negara Khilafah lah yang akan menjaga
kaum muslimin dan mengurusi seluruh urusan kaum muslimin. Negara Khilafah
yang akan menjaga aqidah kaum muslimin dan system kehidupannya.
Jika ada orang yang hendak merebut kekuasaan dari tangan Khalifah yang telah
dibaiat pertama kali, Islam telah menetapkan sanksi hukuman mati bagi
pelakunya.
6. Semua kemaslahatan ini hanya akan terwujud, jika dan hanya jika Islam diterapkan
dalam seluruh aspek kehidupan dalam sebuah Negara yaitu Negara Khilafah Islamiyah.
Aturan Islam ditetapkan sebagai Undang-Undang yang mengatur kehidupan umat.
Wa Allahu ‘alam