Toksikologi obat-obatan (Napza) membahas definisi, jenis, sumber, klasifikasi, efek, cara penggunaan, dan gejala Napza serta pencegahannya. Napza terdiri atas narkotika, psikotropika, dan zat adiktif yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan kejiwaan. Jenisnya terbagi menjadi alami, sintesis, pil, bubuk, cairan, dan lainnya. Pencegahannya meliputi
2. DEFINISI
NAPZA merupakan akronim dari Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya yang
merupakan jenis obat-obatan yang dapat mempengaruhi gangguan kesehatan dan
kejiwaan.
Menurut UU RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika menyebutkan bahwa:
Narkotika adalah suatu zat atau obat yang berasal dari tanaman maupun bukan tanaman baik sintesis
maupun semi sintesis yang menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran, mengurangi dan
menghilangkan rasa nyeri serta dapat menimbulkan ketergantungan secara fisik maupun psikologik.
Menurut UU RI No 22 tahun 2020 Narkotika.
Bahwa terdapat zat psikoaktif baru (New PsychoactiveSubtances) yang berpotensi penyalahgunaan dan
membahayakan kesehatan masyarakat yang belum termasuk dalam golongan narkotika sebagaimana
diatur dalam Lampiran I Undang-undang Nomor 35 Tahun2009 tentang Narkotika dan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Perubahan Penggolongan Narkotika.
Psikotropika adalah setiap bahan baik alami ataupun buatan bukan Narkotika, yang berkhasiat
psikoaktif mempunyai pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktifitas mental dan perilaku.
Zat Adiktif yaitu bahan lain yang bukan Narkotika atau Psikotropika yang merupakan inhalansia yang
penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan, misalnya lem, nikotin (rokok), aceton, eter, premix,
thiner, alkohol, dan lain-lain.
7. JENIS
a. Narkotika
Menurut UU No. 22 Tahun 1997 tentang narkotika, narkotika dikelompokkan
kedalam tiga golongan yaitu:
Narkotika golongan I adalah narkotika yang dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: heroin, kokain, ganja.
Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan,
digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: morfin, petidin, turunan garam dalam golongan tertentu.
Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat dalam pengobatan
yang banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan menyebabkan ketergantungan.
Misalkan: etil morfin, kodein, kolkodin, propiram garam-garam narkotika
dalam golongan tertentu.
8. PERMENKES NO 50 thn 2018 tentang perubahan penggolongan
narkotika:
• Narkotika gol I : opium mentah, tanaman koka, daun koka, kokain mentah, heroin,
amfetamin, ganja.
• Narkotika gol II : ekgonin, morfin metabromida, morfin
• Narkotika gol III : etil morfin, kodein, kolkodin, propiram
9. b. Psikotropika
Menurut UU No. 5 Tahun 1997 tentang psikotropika yang dapat dikelompokkan kedalam
empat golongan:
Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi yang amat
kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Yang termasuk golongan ini yaitu:
MDMA(Methylenedioxymethamphetamin), ekstasi, LSD(Lysergic acid diethylamide),
ST(Short Time).
Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan
dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat menimbulkan ketergantungan. Contoh: amfetamin, fensiklidin,
sekobarbital, metakualon, metilfenidat (Ritalin).
10. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan ( harus
resep dokter) dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi sedang menyebabkan ketergantungan.
Contoh : amorbarbital, brupormorfin, magadon, fenobarbital dan flunitrasepam.
Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang mempunyai khasiat pengobatan
terapi (harus dengan resep dokter) dan sangat luas digunakan dalam terapi dan
atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: reksotan, pil koplo, obat penenang sedatifa, obat tidur hipnotika,
diazepam, klobazam, bromazepam, klonazepam, khlordiazepoxiase, nitrazepam (BK,
DUM, MG).
11. c. Zat Adiktif
Dalam KEPRES tahun 1997, minuman yang mengandung etanol yang diproses dari
bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan
destilasi atau fermentasi tanpa destilasi, maupun yang diproses dengan mencampur
konsentrat dengan etanol atau dengan cara pengenceran minuman mengandung
etanol. Minuman alkohol dibagi menjadi 3 golongan sesuai dengan kadar alkoholnya
yaitu:
Golongan A adalah minuman beralkohol dengan kadar etanol 1% - 5%
Contoh : bir, greend sand.
Golongan B adalah minuman beralkohol dengan kadar etanol 5% - 20%
Contoh : anggur kolesom, white wine, red wine.
Golongan C adalah minuman beralkohol dengan kadar etanol 20% - 55%
Contoh : arak, wisky, vodka, johnnie walker.
12. EFEK
Halusinogen yaitu efek dari narkoba bisa mengakibatkan seseorang menjadi ber-
halusinasi dengan melihat suatu hal/benda yang sebenarnya tidak ada / tidak nyata bila
dikonsumsi dalam sekian dosis tertentu. Contohnya kokain & LSD(Lysergic acid
diethylamide).
Stimulan yaitu efek dari narkoba yang bisa mengakibatkan kerja organ tubuh seperti
jantung dan otak lebih cepat dari biasanya sehingga mengakibatkan penggunanya lebih
bertenaga serta cenderung membuatnya lebih senang dan gembira untuk sementara waktu.
Depresan yaitu efek dari narkoba yang bisa menekan sistem saraf pusat dan mengurangi
aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa tenang bahkan tertidur dan tidak
sadarkan diri. Contohnya putau.
Adiktif yaitu efek dari narkoba yang menimbulkan kecanduan. Seseorang yang sudah
mengonsumsi narkoba biasanya akan ingin dan ingin lagi karena zat tertentu dalam narkoba
mengakibatkan seseorang cenderung bersifat pasif, karena secara tidak langsung narkoba
memutuskan saraf-saraf dalam otak. Contohnya : ganja, heroin, dan putau.
Jika terlalu lama dan sudah ketergantungan narkoba maka lambat laun organ dalam tubuh
akan rusak dan jika sudah melebihi takaran maka pengguna itu akan overdosis dan akhirnya
mengakibatkan kematian.
13. Cara Penggunaan
1. Oral (dengan cara meminum nya)
contohnya : alkohol, sedative dan LSD(Lysergic acid diethylamide).
2. Injeksi (dengan cara disuntik ke dalam tubuh)
contohnya : heroin dan morfin
3. Ditaruh di luka (Menaburkan narkoba berbentuk tepung pada bagian kulit
tubuh yang dibuat luka terlebih dahulu dengan benda tajam, lalu memasuki
aliran darah kemudian ke paru-paru hati dan otak)
contohnya : kodein ,heroin dan morfin
4. Inhaled (dengan cara mennghirup nya)
contohnya : ganja dan Kokain, penghapus cair, cet aseton, lem kayu.
5. Insersi anal (memasuki narkoba yang berbentuk padat melalui lubang
dubur)
14. Efek apa yang bias diperoleh oleh pengguna dan mengapa meraka sampai
sedemikian rupa kecanduan itu dari efek :
Halusinogen, simulant dan depresan sehingga menyebabkan adisi.
Tahapan penggunaan awalnya coba-coba gerbang dari penggunaan nafza ini dari
merekok, ganja, dsb.
Ada efek kecanduan itu akan meningkatkan toleransi kalua orang dengan sekian mg
sudah mendapatkan efek halusinasi,simulant dan depresan. Semakin lama
toleransinya semakin tinggi akan berlebih, ketika berhenti tidak boleh berhenti harus
perlahan berhentinya. Akan menyebabkan whit syndrome.
Tahapnya : gerbang coba-coba, kecanduan dan in toleransi (toleransinya menjadi
tinggi). Berhenti With Syndrome dan over dosisi
17. Gejala
Apabila NAPZA yang digunakan adalah heroin dan morfin (opioid), maka
gejalanya dapat berupa:
• Hidung tersumbat
• Gelisah
• Keringat berlebih
• Sulit tidur
• Sering menguap
• Nyeri otot
Setelah satu hari atau lebih, gejala putus obat dapat memburuk. Beberapa gejala
yang dapat dialami adalah:
• Diare
• Kram perut
• Mual dan muntah
• Tekanan darah tinggi
• Sering merinding
• Jantung berdebar
• Penglihatan kabur atau buram
18. Apabila NAPZA yang disalahgunakan adalah kokain, maka gejala putus obat
yang dirasakan dapat berbeda. Beberapa di antaranya adalah:
• Depresi
• Gelisah
• Tubuh terasa lelah
• Terasa tidak enak badan
• Nafsu makan meningkat
• Mengalami mimpi buruk dan terasa sangat nyata
• Lambat dalam beraktivitas
Fase kecanduan terhadap penyalahgunaan NAPZA yang terus dibiarkan, bahkan
dosisnya yang terus meningkat, berpotensi menyebabkan kematian akibat
overdosis. Overdosis ditandai dengan munculnya gejala berupa:
• Mual dan muntah
• Kesulitan bernapas
• Mengantuk
• Kulit dapat terasa dingin, berkeringat, atau panas
• Nyeri dada
• Penurunan kesadaran
19. Pencegahan
1. Program Informasi
Dalam hal memberikan informasi sebaiknya dilakukan secara hati-hati, dan
menghindari informasi yang sifatnya sensasional dan ambisius, karena dalam hal ini
justru akan menarik bagi mereka untuk menguji kebenarannya dan merangsang
keberaniannya.
2. Program Pendidikan Efektif
Bertujuan untuk pengembangan kepribadian pendewasaan pribadi,
meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang bijak, mengatasi tekanan
mental secara efektif, meningkatkan kepercayaan diri, menghilangkan gambaran negatif
mengenai diri sendiri dan meningkatkan kemampuan komunikasi.
3. Program Penyediaan Pilihan Yang Bermakna
Bertujuan untuk mengalihkan penggunaan zat adiktif pada pilihan lain yang
diharapkan dapat memberikan kepuasaan bagi kebutuhan manusiawi yang mendasar
yaitu bio-psiko-sosial-spiritual. Kebutuhan yang dimaksud antara lain ingin tau
kebutuhan mengalami hal-hal baru dalam hidupnya, kebutuhan terbentuknya identitas
diri, kebutuhan akan bebas berfikirdan berbuat, kebutuhan akan penghargaan,
kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri serta kebutuhan diri serta kebutuhan diri
diterima dalam kelompok.
20. 4. Pengenalan Diri dan Intervensi Dini
Mengenal dengan baik ciri-ciri anak yang mempunyai resiko tinggi untuk
menggunakan Napza merupakan suatu langkah yang bijaksana, baik yang berada dalam
taraf coba-coba, iseng, pemakai tetap maupun yang telah ketinggalan, kemudian segera
memberikan dukungan moril dan penanganan, apabila anak mengalami atau mengghadapi
masa krisis dalam hidupnya. Dalam hal ini kerjasama antara orang tua, guru serta
masyarakat sangat penting jika tidak teratasi segera dirujuk ke tenaga ahli psikolog maupun
psikiater.
5. Program Pelatihan Ketrampilan Psikososial
latihan ini terdiri dari dua golongan yaitu, pertama Psychological
Inoculation dalam pelatihan ini diputar film yang memperlihatkan bagaimana remaja
mendapatkan tekanan dari pergaulannya, kemudian dalam hal ini dikembangkan sikap
remaja untuk menentang dorongan dan tekanan tersebut.
Kedua Personal and Social Skill training kepada remaja dikembangkan suatu ketrampilan
dalam menghadapi problema hidup umum termasuk merokok dan penyalahgunaan Napza.
Ketrampilan ini mengajarkan kepada remaja agar mampu mengatakan tidak, serta
mengembangkan keberanian dan ketrampilan untuk mengekspresikan kebenaran, sehingga
remaja terbebas dari bujukan atau tekanan kelompoknya.
21. • Pencegahan primer
Mengenali remaja yang beresiko tinggi dilakukan sejak anak nerusia dini agar faktor
yang dapat menghambat proses tumbuh kembang anak diatasi dengan baik.
Pencegahan ini dilakukan dalam rumah tangga.
• Pencegahan sekunder
Mengobati dan interpensi agar tidak lagi menggunakan napza.
• Pencegahan tersier
Merehabilitasi penyalahgunaan napza.
Bila ada saudara, keluarga, teman, atau tetangga jangan dikucilkan, jangan panik,
segera obati dan konsultasi.
22. Pengobatan
• Terapi
• Detoksikasi (tanpa substansi dan dengan substansi)
• Rehabilitasi (rehabilitasi medik, rehabilitasi psikiatrik, rehabilitasi psikososial, psiko
religius, program terminal)
23. Metode analisis
• Sampel / spesimen pemeriksaan : kuku, rambut, darah urin.
Sampel urine paling sering dan mudah digunakan karena dapat diperoleh dengan
volume yang banyak dan dapat dilakukan dengan metode pemeriksaan sederhana.
24. Analisis Laboratorium
Kualitatif
1. Skrinning test
Prinsip : immunochromatographic assay, digunakan card/striptest dengan prinsip
rapid reaksi antigen antibodi.
2. Metode Marquis
Prinsip : Pembentukan senyawa berwarna antara zat yang diperiksa dengan
formaldehid dalam suasana asam sulfat pekat.
25. Cara kerja metode marquis:
Untuk pemeriksaan sampel obat atau makanan
Letakkan 1-2 mg sampel bubuk atau 1-2 tetes bila berbentuk cairan ke dalam
lekukan plat tetes, tambahkan pereaksi, tak lebih dari 3 tetes.
Untuk pemeriksaan urin
• Masukkan 3 mL urin ke dalam tabung sentrifus
• Tambahkan NaOH 4 N sampai pH 9-10
• Ekstraksi dengan 5 mL eter, masukkan dalam vortex mixer dan sentrifus.
• Ekstrak eter pisahkan dan uapkan sampai kering
• Residu larutkan dalam 1 mL etanol 95 % (secukupnya), keringkan lagi
• Tambahkan 1 tetes larutan pereaksi
26.
27. Metode pemeriksaan KLT
Prinsip : Residu hasil ekstraksi dielusi dengan eluen tertentu sehingga terbentuk
noda (spot) dengan warna khas yang akan dibandingkan
Rf-nya berdasarkan perbandingan Rf spesimen terhadap Rf Standar.
Pembacaan hasil : Bandingkan warna, bentuk noda (spot) dan nilai Rf hasil
ekstrak dengan Standar.
28. Analisis Laboratorium
Kuantitatif
Pemeriksaan konfirmasi
Suatu pemeriksaan lanjutan apabila hasil pemeriksaan skrinning test menunjukkan
hasil positif. Pemeriksaan ini lebih akurat karna hasil yang dikeluarkan sudah definitif
menunjukkan jenis zat narkotika psikotropika yang terkandung di dalam sampel.
29.
30. Kromatografi gas
Prinsip : Pemisahan sampel dari zat lain menggunakan kromatografi gas,
kemudian deteksi dengan detektor menghasilkan spektrum dengan waktu retensi
tertentu yang dapat dibandingkan dengan waktu retensi baku pembanding.
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)
Prinsip : Pemisahan sampel dari zat lain menggunakan kromatografi cair kinerja
tinggi, kemudian dideteksi dengan detektor menghasilkan spektrum dengan
waktu retensi tertentu yang dapat dibandingkan dengan waktu retensi baku
pembanding.
31. PREKURSOR
Prekursor sebagai bahan pemula atau bahan kimia yang banyak digunakan dalam
industri farmasi, industri non farmasi, sektor pertanian maupun untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diatur dalam tingkat praturan
Menteri.
Prekursor sering disalah gunakan untuk memproduksi narkotika dan psikotropika
secara gelap. Penyalahgunaan prekursor pada umumnya tidak dilakukan perorangan
secara sendiri melainkan dilakukan ssecara bersama-sama, bahkan oleh sindikat yang
terorganisasi rapi dan sangat rahasia.
32. Undang-undang no. 35 thn. 2009 tentang narkotika adalah zat atau bahan kimia yang
dapat digunakan dalam pembuatan narkotika, ditindaklanjuti dengan
peraturan pemerintah no. 44 thn. 2010 tentang prekursor, bahwa yang dimaksud
prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat digunakan
dalam pembuatan narkotika dan psikotropika.
Pengaturan prekursor ini bertujuan :
• Melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan prekursor
• Mencegah dan memberantas peredaran gelap prekursor
• Memcegah terjadinya kebocoran dan penyimpangan prekursor
• Menjamin ketersediaan prekursor untuk indusstri farmasi, industri non farmasi,
dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
33. Peraturan pemerintah no. 44 thn. 2010 tentang penggolongan prekursor menjadi dua,
yaitu :
TABEL I TABEL II
Acetic anhydride Acetone
N-Acetylanthranilic Acid Anthranilic acid
Ephedrine Ethyl ether
Ergometrine Hydrochloric acid
Isosafrole Methil ethyl ketone
Lysergic acid Phenylacetic acid
3,4-Methylenedioxphenyl-2-
propanone
Piperidine
Norephedrine Sulphuric acid
1-Phenyl-2-propanone Toluene
Piperonal
Potassium permanganat
Pseudoephedrine
Safrole
34. Daftar pustaka
• Hawari, D. 2000. Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Aditif. Fakultas
Kedokteran Umum Universitas Indonesia: Jakarta.
• Lumbantobing. 2007. Serba-Serbi Narkotika, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta.
• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.
• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
• https://www.kajianpustaka.com/2013/08/pengertian-dan-jenis-jenis-napza.html
• https://www.alodokter.com/penyalahgunaan-napza
• https://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba#Penyebaran