Kromatografi peertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi kalsium karbonat (CaCO3). (Gandjar, 2007)
Kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umumdan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis karena dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis baik secara kuantitatif, kualitatif atau preparatif dalam bidang farmasi, lingkungan, industri dan sebagainya. (Gandjar, 2007)
Kromatografi peertama kali dikembangkan oleh seorang ahli botani Rusia Michael Tswett pada tahun 1903 untuk memisahkan pigmen berwarna dalam tanaman dengan cara perkolasi ekstrak petroleum eter dalam kolom gelas yang berisi kalsium karbonat (CaCO3). (Gandjar, 2007)
Kromatografi merupakan teknik pemisahan yang paling umumdan paling sering digunakan dalam bidang kimia analisis karena dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis baik secara kuantitatif, kualitatif atau preparatif dalam bidang farmasi, lingkungan, industri dan sebagainya. (Gandjar, 2007)
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOLSurya Amal
Aerosol Farmasetik adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan.
BIOFARMASI SEDIAAN YANG DIBERIKAN MELALUI PARU : AEROSOLSurya Amal
Aerosol Farmasetik adalah sediaan yang dikemas di bawah tekanan, mengandung zat aktif terapetik yang dilepas pada saat sistem katup yang sesuai ditekan.
PENGARUH PENAMBAHAN CHITOSAN PADA POLIVINIL ALKOHOL HIDROGEL YANG DIBUAT DENGAN TEKNIK IRADIASI
Salah satu bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan hidrogel adalah polivinil alkohol (PVA) yang merupakan bahan polimer yang relatif murah dan tidak toksik.
Hidrogel yang transparan dan kuat secara mekanik dapat dihasilkan dari campuran PVA dan chitosan yang diiradiasi sehingga dapat dihasilkan hidrogel yang dapat berfungsi sebagai antibakteri
menjelaskan tentang protein secara umum, pengertian, fungsi struktur dan lebih menjelaskan tentang macam-macam uji analisis protein dalam produk makanan meliputi pengertian prinsip reagen hasil dan reaksi kimia
Pedoman Diet untuk memerangi penyakit kronis, termasuk kanker dan penyakit arteri koroner, merekomendasikan peningkatan asupan makanan dari tumbuhan, termasuk buah-buahan dan sayur-sayuran sebagai sumber kaya antioksidan.
Tomat sebagai salah satu tanaman pangan yang paling serbaguna dan digunakan secara luas bisa memainkan peran penting dalam pangan manusia.
Validasi Metode Penetapan Kadar Levofloxacine dalam UrinHasib Habibie
Tugas Presentasi mata Kuliah Bioanalisis, Universitas Udayana. Jurnal dikutip dari Validasi Metode Penetapan Kadar Levofloxacine dalam Urin (Iyan Sopyan, Devani D.P.,Muchtaridi, UnivPadjadjaran)
Similar to VALIDASI METODE ANALISIS VITAMIN B1 DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL (20)
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
VALIDASI METODE ANALISIS VITAMIN B1 DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL
1. VALIDASI METODE ANALISIS VITAMIN B1 DENGAN
METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL
Surakarta, 28 Mei 2018
1
2. KELOMPOK O-1
ANGGOTA KELOMPOK
1. Tri Setyo Ningsih (K100160176)
2. Susi Indah Lestari (K100160177)
3. Rahmawati Zulaikho (K100160178)
4. Andika Permana (K100160179)
2
3. ABSTRAK
Vitamin B1 dibutuhkan oleh tubuh untuk menimbulkan nafsu makan dan membantu penggunaan
karbohidrat dan sangat berperan dalam sistem syaraf. Praktikum ini bertujuan untuk memvalidasi
metode analisis penetapan kadar tablet vitamin B1 secara spektrofotometri visibel menggunakan biru
bromtimol (BBT). Vitamin B1 direaksikan dengan BBT untuk membentuk kompleks asosiasi ion. Untuk
membentuk kompleks vitamin B1 dengan BBT perlu ditambahkan polivinyl alkohol (PVA) 1% sebagai
zat pensolubilisasi dan ditambahkan dapar ammonia sebagai penyanggah pH yang diukur dengan
panjang gelombang maksimum 535,5 nm. Kurva baku yang digunakan adalah y=0,311+8,066x
dengan koefisien korelatif linear (r) 0,979. Diperoleh Limit of Detection (LOD) sebesar 0,013 %b/v
dan Limit of Quantification (LOQ) sebesar 0,044 %b/v. Akurasi yang diperoleh antara (19,84-40,25)
sedangkan RSDnya antara (0,87-2,46) %. Uji keseragaman kandungan tablet vitamin B1 memenuhi
persyaratan yakni 85%-115% dari %klaim kadar yang tertera pada etiket. Metode analisis kadar
vitamin B1 ini tidak berhasil dilakukan karena tidak memenuhi beberapa syarat keberterimaan
parameter validasi.
3
4. PENDAHULUAN
Vitamin adalah molekul organik penting
yang berfungsi sebagai kofaktor untuk
reaksi enzimatik. Mereka umumnya tidak
dapat disintesis oleh sel mamalia dan, oleh
karena itu, harus disediakan dalam
makanan. Vitamin B1 juga dikenal sebagai
tiamin, thiamin, dan aneurin. Tiamin adalah
nama yang diterima saat ini untuk vitamin
B1 di Amerika Serikat. Nama kimia untuk
vitamin yang larut dalam air ini adalah 3 -
[(4-amino-2-methyl-5-pyrimidinyl) methyl]
5- (2-hydroxyethyl) -4-methylthiazolium.
Tiamin terdiri dari cincin pirimidin dan cincin
tiazol, yang digabungkan dengan jembatan
metilena. (Valevski, 2010)
Vitamin dapat dikelompokkan ke dalam dua
golongan utama yaitu vitamin yang larut
dalam lemak yaitu vitamin A, D, E, dan K.
vitamin yang larut dalam air yang terdiri
dari vitamin C dan vitamin B (Ayranci, et
al., 2007).
Sumber vitamin yang larut dalam air banyak
terdapat dalam daging ikan, minyak ikan,
biji - bijian, kacang tanah, kacang kedelai
dan sebagainya (Fauziah, 2016).
4
5. Pada penelitian yang sudah ada sebelumnya,
penetapan kadar vitamin B1 dengan metode
spektrofotometri visible, reagen pembentuk kompleks
yang digunakan diantaranya adalah NQS, procaine HCl
terdiazotasi, NBD-Cl, prussian blue (Hussin, 2010),
dan potaasium kromat. Pada praktikum ini, validasi
metode analisis penetapan kadar vitamin B1 dilakukan
dengan metode spektrofotometri visibel. Pengomplek
yang digunakan adalah biru bromtimol (BBT) yang
dapat membentuk kompleks asosiasi ion dengan
vitamin B1, menggunakan polivinyl alkohol (PVA)
sebagai zat pensolubilisasi yang menghasilkan
senyawa yang larut dalam air dan diukur dengan
spektrofotometeri visibel pada panjang gelombang
serapan maksimum 423 nm. (Rasyid, 2014)
5
6. MATERIAL
ALAT :
Alat yang digunakan adalah seperangkat alat
spektrofotometer UV-Visibel, timbangan analitik, bekker
glass, labu ukur, corong, pipet tetes, pipet volume,
propipet, makropipet, kuvet, mortir, stemper, kertas
saring, dan tissue.
BAHAN :
Bahan-bahan yang digunakan yaitu tablet vitamin B1,
dapar ammonia, biru bromtimol (BBT), polivinyl alkohol
1%, dan aquadest.
6
7. METODE
1. Pembuatan Larutan Stok Vitamin B1 0,1%
01
Ditimbang 100,0 mg
vitamin B1 dimasukkan
dalam labu ukur 100,0 mL
02
Kemudian ditambahkan
aquadest sampai tanda.
7
8. 2. Penentuan Operating Time (OT)
01
Diambil 1,0 mL larutan stok
Vitamin B1 dimasukkan
dalam labu ukur 10,0 mL.
02
Ditambahkan 1,5 mL dapar ammonia, 2,0 mL biru
bromtimol, dan 1 mL polivinyl alkohol 1%.
Kemudian tambahkan aquadest sampai tanda batas
03
Diukur absorbansinya tiap 1 menit
dengan spektrofotometer visibel
pada panjang gelombang 423 nm
8
9. 3. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Diambil 1,0 mL larutan stok
Vitamin B1 dimasukkan
dalam labu ukur 10,0 mL.
Ditambahkan 1,5 mL dapar ammonia, 2,0 mL biru
bromtimol, dan 1 mL polivinyl alkohol 1%. Kemudian
tambahkan aquadest sampai tanda batas.
Diukur absorbansi dengan
spektrofotometer visibel pada panjang
gelombang 400-800 nm.
9
01
02
03
10. 4. Pembuatan Kurva Kalibrasi
01
Dibuat 5 seri konsentrasi yaitu
0,05%; 0,025%; 0,0125%;
0,00625%; 0,003125%
02
Diambil larutan stok 0,1% masing-masing
sebanyak 5; 2,5; 1,25; 0,625; dan 0,3125
mL masukkan ke dalam labu ukur 10 mL.
03
Ditambahkan 1,5 mL dapar ammonia,
2,0 mL biru bromtimol, dan 1 mL
polivinyl alkohol 1%, ditambahkan
aquadest sampai tanda batas.
10
04
Diukur absorbansi dengan
spektrofotometer visibel pada
panjang gelombang 535,5 nm.
11. 5. Preparasi Sampel Vitamin B1
01
Ditimbang seksama tablet
vitamin B1 kemudian dihitung
berat rata-rata tablet.
02
Digerus tablet vitamin B1 di
dalam mortir sampai
homogen.
11
12. 6. Ripitabilitas
01
Ditimbang 100,0 mg vit. B1. Dimasukkan
dalam labu ukur 25,0 mL kemudian
ditambah akuadest sampai tanda batas.
02
Dilakukan pengenceran dengan di ambil
1,0 mL larutan vitamin B1. Ditambahkan
1,5 mL dapar ammonia, 2,0 mL biru
bromtimol, dan 1 mL polivinyl alkohol 1%.
Ditambahkan aquadest sampai tanda
batas.
03 Ditunggu operating time 1 jam.
12
04
Diukur absorbansi dengan
spektrofotometer visibel pada
panjang gelombang 535,5 nm.
Nilai keberterimaan jika RSD
kurang dari 2%.
13. 7. Linearitas
Ditimbang masing-masing sampel sesuai
konsentrasinya (70%-130%). Dimasukkan
dalam labu ukur 25,0 mL, ditambah
akuadest sampai tanda batas.
Dilakukan pengenceran dengan diambil
1,0 mL larutan vitamin B1. Ditambahkan
1,5 mL dapar ammonia, 2,0 mL biru
bromtimol, dan 1 mL polivinyl alkohol 1%.
Ditambahkan aquadest sampai tanda
batas.
Dilakukan operating time 1 jam.
Diukur absorbansi dengan
spektrofotometer visibel pada panjang
gelombang 535,5 nm. Nilai
keberterimaan jika r2 lebih dari 0,98.
13
01
02
03
14. 8. Akurasi
01
Dilakukan dengan membagi 4
kelompok, tanpa penambahan ZA, ZA
80%, ZA 100%, ZA 120%.
02
Dilakukan pengenceran dengan di ambil
1,0 mL larutan vitamin B1. Ditambahkan
zat aktif dari stok 2% sesuai volume
masing-masing, 1,5 mL dapar ammonia,
2,0 mL biru bromtimol, dan 1 mL polivinyl
alkohol 1%. kemudian ditambahkan
aquadest sampai tanda batas.
03 Ditunggu operating time 1 jam.
14
04
Diukur absorbansi dengan
spektrofotometer visibel pada
panjang gelombang 535,5 nm.
Nilai keberterimaan jika RSD
kurang dari 1%, dan %recovery
98-102
16. 10. Keseragaman Kandungan
01
Pengujian dilakukan pada 10
tablet vitamin B1 yang dipilih
secara acak.
02
Ditimbang 100,0 mg vitamin B1.
Dimasukkan dalam labu ukur 25,0
mL kemudian ditambah akuadest
sampai tanda batas.
03
Dilakukan pengenceran dengan di ambil 1,0 mL
larutan vitamin B1. Ditambahkan 1,5 mL dapar
ammonia, 2,0 mL biru bromtimol, dan 1 mL
polivinyl alkohol 1%. Kemudian ditambahkan
aquadest sampai tanda batas. Ditunggu operating
time 1 jam.
16
04
Diukur absorbansi dengan
spektrofotometer visibel pada
panjang gelombang 535,5 nm .
Keberterimaan kadar tablet pada
rentang ≥ 85% dan ≤115% dengan
RSD ≤6%.
20. Akurasi
20
Kelompok
penambahan
Volume stok
yang ditambah
(mL)
Kadar yang
ditambahkan
(%b/v)
Rata-rata kadar
sampel (%b/v)
%recovery
Penambahan zat
aktif 80%
0,5 mL 0,1 0,46125 59,750%
Penambahan zat
aktif 100%
1,0 mL 0,203 0,538 67,235%
Penambahan zat
aktif 120%
2,0 mL 0,401 0,723 80,160%
23. 23
PEMBAHASAN
KURVA BAKU
Pada pembuatan kurva kalibrasi
didapatkan hasil linear antara
konsentrasi dengan serapan,
standar vitamin B1 dibuat
dengan konsentrasi 0,05%b/v,
0,025%b/v, 0,0125%b/v,
0,00625%b/v, dan
0,003125%b/v. Diperoleh kurva
kalibrasi dengan persamaan
regresi linear Y = 0,311 +
8,066x dengan harga koefisien
korelasi (r) adalah 0,979.
RIPITABILITAS
Pada parameter ini, dilakukan
dengan menimbang sejumlah
sampel (sesuai prosedur)
sebanyak tujuh kali. Dari data di
atas, dapat disimpulkan bahwa
keberterimaan parameter
ripitabilitas tidak diterima karena
RSD-nya sebesar 82,86%.
Seharusnya, nilai
keberterimaannya adalah nilai
RSD-nya kurang dari 2%.
LINEARITAS
Pada parameter ini dilakukan,
dengan membuat rentang kadar
70%-130%. Dari data yang
didapatkan, dapat disimpulkan
bahwa keberterimaan parameter
linearitas dapat diterima karena
r-nya didapat 1. Nilai
keberterimaannya, adalah nilai r-
nya adalah lebih dari 0,98.
24. 24
PEMBAHASAN
AKURASI
Pada parameter akurasi,
didapatkan %recovery :
1. ZA 80% : 59,750%
2. ZA 100% : 67,235%
3. ZA 120% : 80,160%
dan nilai RSD
1. ZA 80% : 0,81%
2. ZA 100% : 0,95%
3. ZA 120% : 0,87%
LOD & LOQ
LOD dan LOQ dicari dengan
menggunakan formula :
LOD = 3SD/slope; LOQ =
10SD/slope. SD didapatkan dari
persamaan kurva baku, begitu
juga dengan nilai slopenya.
Didapatkan LOD dan LOQ secara
berurutan adalah 0,013 dan
0,044.
KESERAGAMAN
KANDUNGAN
Dari data diatas, dapat
disimpulkan bahwa kadar
vitamin B1 dalam sediaan tablet
memenuhi persyaratan kadar,
yaitu tidak kurang dari 85,0%
dan tidak lebih dari 115,0% dari
klaim yang tertera pada etiket
dan nilai RSD ≤6, sehingga
memenuhi keberterimaan
parameter keseragaman
kandungan.
25. 25
KESIMPULAN
Validasi metode analisis penetapan kadar
vitamin B1 dengan formulasi ini (BBT 0,05%,
PVA 1%, dapar ammonia) menggunakan
parameter ripitabilitas, linearitas, akurasi, LOD &
LOQ tidak dapat diterima kecuali linearitas.
Sehingga formulasi yang digunakan untuk VMA
vitamin B1 dengan metode spektrofotometri
visibel tidak disarankan.
SARAN
26. DAFTAR PUSTAKA
Valevski, A. F. (2010). Thiamine (Vitamin B1). Journal of Evidence-Based Complementary & Alternative Medicine,
16(1) 12-20.
Ayranci, G., Sahin, M., & Ayranci, E. (2007). Volumetric properties of ascorbic acid (vitamin C) and thiamine
hydrochloride (vitamin B1) in dilute HCl and in aqueous NaCl solutions at (283.15, 293.15, 298.15,
303.15, 308.15, and 313.15) K.J. Chem. Therm 30,303.
Fauziah, F., Rasyid, R., & Akbar, A. P. (2016). Penetapan Kadar Vitamin B1 Pada Kacang Kedelai Dan Tempe Yang
Beredar Di Pasar Raya Padang Secara Spektrofotometri Visibel. Jurnal Farmasi Higea, 8(1).
Rasyid, R., Fitria, A. N., & Fadhilah, H. (2014). Pengaruh Lama Pencucian Terhadap Kadar Vitamin B1 Pada Beras
Putih Dan Beras Merah Secara Spektrofotometer Visibel. Jurnal Farmasi Higea, 6(2).
26