SlideShare a Scribd company logo
1 of 51
Download to read offline
VALIDASI DAN VERIFIKASI
METODE ANALISA
FFS UHAMKA dan D4 Analis TLM
Hurip Budi Riyanti
2022
GLOBALISASI PER
DAGANGAN BEBAS
PERLU DIDUKUNG
HASIL UJI LAB.
HASIL UJI YANG
VALID
TIDAK BERGAN
TUNG PADA LAB.
DIAKUI SECARA
INTERNASIONAL
DIHINDARI DUPLI
KASI PENGUJIAN
KESEHATAN PENEGAKKAN
HUKUM
KOMPONEN YANG MEMPENGARUHI UNTUK
MENDAPATKAN HASIL UJI YANG VALID
1. Personil yang kompeten: diklat dan pengalaman
kerja yang cukup.
2. Peralatan yang handal: dirawat, dikalibrasi,
diverifikasi.
3. Metode yang sesuai : divaladasi / verifikasi.
4. Bahan yang memenuhi persyaratan: contoh uji,
baku/standar, pereaksi.
5. Informasi dan penunjang laboratorium: data,
laporan, pustaka.
SNI - 17025 - 2017
6.2 Seleksi, Verifikasi dan Validasi Metode
Dalam melaksanakan mandat kegiatan laboratorium, salah
satu faktor yang memengaruhi hasil pengujian atau kalibrasi
adalah seleksi, verifikasi dan validasi metode.
Center for Drug Evaluation and Research (CEDAR), U.S.
Food and Drug Administration (FDA) menyatakan empat
komponen yang harus dipenuhi untuk menghasilkan data
pengujian bermutu yaitu:
kualifikasi/kinerja peralatan yang sesuai,
validasi metode, uji kesesuaian sistem, dan pengendalian
mutu.
Seleksi :
• Sebelum melakukan pengujian,
laboratorium harus melakukan pemilihan
metode pengujian yang akan digunakan
• Pemilihan metode pengujian didasarkan
pada banyak faktor sepeti biaya, peralatan,
bahan kimia, sumber daya manusia, kondisi
akomodasi dan lingkungan.
Lanjutan...seleksi
• Setiap laboratorium dapat memutuskan
sendiri metode pengujian mana yang akan
digunakan yang disesuaikan dengan kondisi
dan kemampuan laboratorium.
• Verifikasi :
penyediaan bukti objektif bahwa barang
tertentu memenuhi persyaratan yang
ditentukan
DEFINISI
SNI ISO 9000:2015 dan SNI ISO/IEC
17025:2017 mendefinisikan :
* validasi sebagai proses konfirmasi melalui
pengujian dan pengadaan bukti objektif
bahwa persyaratan tertentu untuk maksud
tertentu dipenuhi.
Dalam melakukan pengujian atau kalibrasi,
laboratorium harus menggunakan metode yang
tepat, sesuai maksud pengujian atau kalibrasi.
TUJUAN
Didapat hasil analisis :
 Absah / valid
 Dapat dipercaya
 Dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah
 Kesesuaian dengan tujuan
KLASIFIKASI METODE ANALISA
1. Metode standar / baku / acuan
2. Metode resmi
3. Metode pustaka
4. Metode yang dikembangkan oleh
laboratorium
5. Metode yang dikembangkan oleh
organisasi profesional
METODE STANDAR
 Definisi: metode yang dikembangkan oleh organisasi / badan
standarisasi baik nasional maupun internasional.
 Sifat :
 Dikerjakan oleh banyak ahli
 Divalidasi oleh banyak laboratorium
 Terbukti akurat dan yang paling terbaik.
 Contoh :
 SNI : dikembangkan oleh BSN
 ASTM: dikembangkan oleh American Society for Testing and
Materials.
 ISO : dikembangkan oleh International Organization for
Standarization
METODE RESMI
 Definisi: metode yang dipersyaratkan oleh undang-undang atau
peraturan untuk digunakan oleh pemerintah atau organisasi /
lembaga / industri yang diatur oleh pemerintah.
 Sifat:
• Karena pentingnya metode ini dalam pemberlakuan undang-
undang, maka metode ini sebelum digunakan sudah divalidasi
dahulu dengan teliti.
• Laboratorium yang terlibat dalam pemberlakuan metode ini
tidak perlu melakuakan validasi lagi, tetapi cukup melakuan
verifikasi.
 Contoh:
• FI dan KMI
• USP
• BP
METODE PUSTAKA
 Definisi: metode yang dipublikasikan dalam berbagai
majalah ilmiah yang terspesilalisasi, seperti: kimia
analitik, kimia makanan, kimia farmasi, dan lain-lain
 Sifat:
 Seringkali penulis artikel orisinil melakukan bias
dalam asesmen kegunaannya
 Sebelum digunakan wajib divalidasi dengan teliti.
 Contoh:
 Jurnal-jurnal
 Buku Pustaka
METODE YANG DIKEMBANGKAN
OLEH LABORATORIUM
 Definisi: metode yang dirancang, diuji coba, dan divalidasi
secara luas oleh suatu laboratorium sehingga metode
tersebut dapat dipercaya dan memberikan hasil yang
akurat.
 Sifat:
• Metode ini dapat merupakan karya orisinil laboratorium
tertentu atau hasil modifikasi dari metode yang lainnya
(metode standar, resmi atau pustaka).
• Sebaiknya dilakukan uji banding antar laboratorium.
 Contoh:
• Metode Analisa PPOMN
METODE YANG DIKEMBANGKAN OLEH
ORGANISASI PROFESIONAL
 Definisi: metode yang dikembangkan oleh suatu organisa
si profesional ilmiah yang penggunaanya relevan dengan
bidang ilmu profesional tersebut.
 Sifat:
 Pada umumnya telah digunakan dalam uji profisiensi
antar laboratorium baik nasional maupun internasional.
 Biasanya akurat dan telah divalidasi antar laboratorium
 Contoh:
 AOAC: dikembangkan oleh Association of Analitycal
Chemists.
PARAMETER VALIDASI
1. Presisi (Ketelitian / Keseksamaan)
2. Akurasi (Ketepatan / kecermatan)
3. Sensitifitas (LOD dan LOQ)
4. Spesifisitas / Selektifitas
5. Linieritas
6. Range (Rentang)
7. Ruggednes (Kekasaran)
8. Robustness (Ketahanan)
PARAMETER VERIFIKASI
1. KUALITATIF :
a. Batas deteksi
b. Spesifisitas
2. KUANTITATIF :
a. Presisi
b. Akurasi
PRESISI / KETELITIAN
Kedekatan hasil uji yang diperoleh dari beberapa pengulang
an (replikasi) pada penetapan contoh yang sama (homogen).
Cara penetapan:
 Dilakukan pengujian berulang kali (mulai dari penyiapan
sampel sampai perhitungan akhir) sebanyak 6 x atau lebih
terhadap contoh yang sama.
 Presisi dinyatakan sebagai RSD.
 Nilai RSD yang dapat diterima tergantung dari konsentrasi
analit dalam matriks contoh.
TINGKATAN PRESISI
1. Presisi metode (Repeatabilitas) : pengujian ulang de
ngan kondisi contoh, metode, laboratorium, analis, alat
dan waktu yang sama.
2. Presisi antara (Reprodusibilitas internal) : pengujian
ulang terhadap contoh, metode, laboratorium dan alat
yang sama, tetapi analis dan waktu pengujiannya ber
beda.
3. Presisi antar laboratorium (Reprodusibilitas eksternal
atau Ruggedness) : pengujian ulang dengan mengguna
kan contoh dan metode yang sama, tetapi laboratorium,
alat, analis dan waktu pengujiannya berbeda.
UKURAN PRESISI DAN PENETAPANNYA
 Presisi Sistem (Replikabilitas) :
Penyuntikan berulang minimum 6 kali dari contoh
homogen untuk menunjukkan kinerja alat pada
kondisi dan hari pengujian.
 Presisi Metode (Repeatabilitas) :
Minimum 3 konsentrasi analit dalam rentang
tertentu, masing-masing 3 replikasi atau minimum 6
penetapan pada konsentrasi pengujian 100 %
Presisi (Lanjutan)
SD = √ [ ∑ ( Xi – Xrata-rata )] / N – 1
RSD = [ SD / Xrata-rata )]
Reproduksibilitas menurut Horwitz :
RSD = 2 (1-0.5 log C )
C = fraksi konsentrasi
Semakin kecil konsentrasi analit, nilai RSD atau CV
yang dapat diterima semakin besar.
FRAKSI KONSENTRASI ( C )
• C harus ditulis dalam satuan yang sama, misalnya :
b/b b/v
kg/kg kg/L
g/g g/mL
mg/mg mg/10 –3 mL
• Dengan demikian apabila konsentrasi dalam ppm,
misalnya 1 ppm maka :
• Konsentrasi = 1 mg/L
• Fraksi konsentrasi (C) = 1.10 –6 kg/L
• RSD (%) = 2 1-0,5 log 0,000001
HASIL PRESISI YANG MASIH DAPAT
DITERIMA
No. Konsentrasi Analit Dalam
Matriks Contoh
% RSD
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
100 g / kg
10 g / kg
1 g / kg
100 mg / kg
10 mg / kg
1 mg / kg
100 μg / kg
10 ug / kg
1 ug / kg
0,1 ug / kg
2
3
4
5
7
11
15
21
30
43
AKURASI / KETEPATAN
 Kedekatan hasil uji yang diperoleh (menggunakan metode
yang sedang divalidasi) dengan nilai sebenarnya yang ter
dapat dalam contoh uji.
 Akurasi biasanya dinyatakan sebagai prosen Recovery.
 Metode penetapan Akurasi :
• Recovery analit : untuk contoh yang komposisinya diketahui.
• Standar adisi : untuk contoh yang komposisinya tidak
diketahui.
• Membandingkan hasil yang diperoleh dengan menggunakan
metode yang telah valid
CARA PENETAPAN AKURASI
 Recovery Analit dan Metode Standard Adisi :
Minimum 3 konsentrasi analit / baku pembanding
yang ditambahkan dalam rentang 80 % – 120 % ,
masing-masing 3 replikasi.
 Pembandingan Metode :
Minimum 6 kali pengujian menggunakan metode
analisis yang sedang divalidasi dan 6 kali pengujian
menggunakan metode standard atau metode resmi
HASIL AKURASI YANG MASIH DAPAT DITERIMA
No. Konsentrasi Analit Dalam
Matriks Contoh
Rentang % Recavery
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
100 %
> 10 %
> 1 %
> 1000 ppm
> 100 ppm
> 10 ppm
> 1 ppm
> 100 ppb
> 10 ppb
> 1 ppb
98 - 102
98 - 102
97 - 103
95 - 105
90 - 107
80 - 110
80 - 110
80 - 110
60 - 115
40 - 120
Contoh metode standard adisi
Berat rata-rata tablet Aspirin yang mengandung
100 mg aspirin (etiket) = 300 mg. Rentang
spesifik : 80%, 100%, 120% dan setiap rentang
mengandung 70% analit contoh dan 30% baku
pembanding.
- Rentang 80% = 80% .100 mg = 80 mg aspirin.
70% analit = 70% . 80 mg = 56 mg aspirin =
(56/100) . 300 mg = 168 mg serbuk tab Aspirin.
Baku pembanding = 30% . 80 mg = 24 mg.
Contoh metode standard adisi
(Lanjutan)
- Rentang 100% = 100% .100 mg = 100 mg aspirin.
70% analit = 70% . 100 mg = 70 mg aspirin =
(70/100) . 300 mg = 210 mg serbuk tab Aspirin.
Baku pembanding = 30% . 100 mg = 30 mg
- Rentang 120% = 120% .100 mg = 120 mg aspirin.
70% analit = 70% . 120 mg = 84 mg aspirin =
(84/100) . 300 mg = 252 mg serbuk tab Aspirin.
Baku pembanding = 30% . 120 mg = 36 mg
No
Berat yang ditimbang
( mg )
Rentang % aspirin
80% 100% 120%
1.
2.
Serbuk tab. Aspirin
Baku pembanding
168
24
210
30
252
36
Contoh metode standard adisi
(Lanjutan)
Jadi berat serbuk tablet Aspirin dan baku
pembanding Aspirin yang harus ditimbang
adalah sebagai berikut :
Contoh metode standard adisi (Lanjutan)
Tetapkan kadar contoh produk obat, misalnya
didapat B unit analit.
Baku pembanding analit yang ditambahkan ke
dalam contoh produk obat misalnya X unit.
Tetapkan kadar dari jumlah total analit,
misalnya didapat A unit analit.
Hitung % recovery ( R ) adalah
% Recovery ( R ) = [ ( A − B ) / X ] . 100 %
SENSITIFITAS
1. Batas deteksi (LOD)
kadar terendah analit dalam contoh yang masih
dapat diteteksi, namun tidak harus kuantitatif.
2. Batas kuantitasi (LOQ)
kadar terendah analit dalam contoh yang masih
dapat ditetapkan kadarnya dengan presisi dan
akurasi yang masih dapat diterima.
CARA PENETAPAN SENSITIFITAS
• Prosedur non instrumen
Contoh dengan konsentrasi yang diketahui dilakukan
analisa melalui evaluasi visual.
• Prosedur instrumen
– Rasio signal to noise: membamdingkan hasil uji contoh
yang mengandung analit dengan kadar rendah terhadap
hasil uji blanko
LOD = 3x noise LOQ = 10 x noise
– Berdasarkan simpangan baku respon analit dengan
slope kurva kalibrasi
Contoh penetapan sensitifitas
No
µg/ml
Analit (xi)
Area (yi) (yi)topi [(yi)topi - (yi)] 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
12.9
25.7
51.5
102.9
206.0
308.9
411.9
3910
7686
17875
33336
61759
92103
123794
4966.7
8767.5
16428.6
31691.3
62305.8
92860.9
123445.7
1116614.89
1169642.25
2092072.96
2705038.09
298990.24
574412.41
121312.89
Contoh penetapan sensitifitas
(Lanjutan)
No µg/ml Analit (xi) (xi) 2 [(xi)- (xrata2)] 2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
12.9
25.7
51.5
102.9
206.0
308.9
411.9
(xrata2) = 159.97
166.41
660.49
2652.25
10588.41
42446.0
95419.21
169661.61
∑ = 321584.38
21629.5849
18028.4329
11765.7409
3256.9849
2118.7609
22180.1449
63468.7249
∑ = 142448.3743
Contoh penetapan
sensitifitas (Lanjutan)
Koefisien korelasi = r = 0.9996786 ≈ 0.99968
Persamaan regresi : y = a + b x = 1136.16 + 296.94 x
(yi)topi didapat dari persamaan regresi, misalnya untuk
x = 12.9 maka (yi)topi = [1136.16] + [(296.94).( 12.9)]
Sy/x
2 adalah variansi variabel respon (y)
Sy/x = √ ∑ [(yi)topi - (yi)] 2 / N – 2
Sa adalah simpangan baku dari intersept (a)
Sa = S y/x . √ ∑ xi
2 / N ∑ ( xi – x rata-rata ) 2
Contoh penetapan sensitifitas
(Lanjutan)
Menurut Miller : LOD = 3 . Sy/x / b
LOQ = 10 . Sy/x / b
Menurut IUPAC : LOD = 3 . Sa / b
LOQ = 10 . Sa / b
Dari data didapat :
Menurut Miller : Menurut IUPAC :
LOD = 12.84 µg/ml LOD = 7.29 µg/ml
LOQ = 42.81 µg/ml LOQ = 24.31µg/ml
SPESIFISITAS / SELEKTIFITAS
 Spesifisitas : Kemampuan metode analisis membe
dakan suatu analit yang ditetapkan dari kompo nen
lain yang berada dalam matriks contoh.
 Selektifitas : Kemampuan metode analisis memberi
kan signal analit pada campuran analit dalam
contoh tanpa adanya interaksi antar analit.
 Metode selektif merupakan seri metode spesifik.
 Prosedur spesifisitas tergantung pada tujuan
penggunaan prosedur analisis.
Spesifisitas / Selektifitas (Lanjutan)
 Metode yang memiliki kespesifikan rendah, dapat
berakibat pada analisa kualitatif akan terjadi
kekeliruan positif (positive false) dan pada analisa
kuantitatif akan terjadi hasil pengujian lebih besar
dari sebenarnya.
 Contoh metode yang memiliki kespesifikan tinggi
adalah penetapan logam dalam berbagai matriks
sampel secara Spektrofotometri Serapan Atom
(AAS).
CARA PENETAPAN SPESIFISITAS
 Untuk uji identifikasi dan penetapan kadar :
Contoh blangko dan contoh yang ditambah
sejumlah analit untuk mengetahui tidak adanya
gangguan dari komponen lain (produk hasil urai,
metabolit, senyawa aditif dll) dalam contoh
terhadap analit.
 Untuk uji kemurnian :
- Cemaran/impurity tersedia
- Cemaran/impurity tidak tersedia
Cara penetapan Spesifitas ( Lanjutan )
 Cemaran / impurity tersedia : dibandingkan hasil
uji contoh yang mengandung cemaran dengan
contoh tanpa cemaran. Spesifisitas merupakan
derajat bias / penyimpangan perbedaan hasil uji
tersebut.
 Cemaran/impurity tidak tersedia : diuji kemurnian
contoh misalnya secara kemurnian kromatografi.
Uji kemurnian puncak menunjukkan puncak
analit yang tidak diakibatkan oleh lebih dari satu
komponen / komponen lain.
LINIERITAS
 Definisi : kemampuan untuk menghasilkan hasil uji yang
sebanding / berbanding lurus terhadap konsentrasi analit
dalam contoh pada kisaran konsentrasi tertentu.
 Cara penetapan :
• Ditetapkan terhadap min. 6 konsentrasi pada rentang 50
– 150 % dari kadar analit.
• Hitung regresi linier dan koefesien korelasi (R)
• Harga R menunjukkan linieritas.
Kriteria : R > 0.997 (bahan aktif)
R > 0.98 (cemaran / impurity)
RANGE / RENTANG
• Kemampuan untuk memperoleh hasil uji yang
kadar analitnya masih linier dengan presisi dan
akurasi yang masih dapat diterima.
• Ditetapkan bersamaan dengan penetapan linieritas
dengan melakukan pengujian terhadap contoh
yang kadarnya dibawah dan diatas normal.
• Buat kurva regresinya dan tentukan batas bawah
dan batas atas dari kadar analit yang masih
memberikan garis linier.
RUGGEDNESS / KEKASARAN
 Definisi : kemampuan untuk memberikan hasil uji
yang sama pada contoh yang sama, tetapi keragaman
kondisi pengujian berbeda.
 Tujuan: untuk mengetahui pengaruh faktor eksternal
terhadap metode (contoh dan metode sama, tetapi
laboratorium, alat, analis dan waktu pengujian
berbeda).
 Cara penetapan : melakukan uji kolaborasi antar
labotorium, lalu membandingkan presisi dan akurasi
dari hasil uji antar laboratorium tersebut.
ROBUSTNESS / KETAHANAN
• Definisi : ukuran kemampuan metode untuk tidak
terpengaruh oleh perubahan kecil dari parameter
metode yang sengaja dibuat.
• Tujuan : untuk mengetahui pengaruh faktor
internal terhadap metode (dilakukan sedikit
pengubahan pada metode seperti: kecepatan laju
alir pada kolom, komposisi fase gerak, suhu
kolom, lama penguapan).
• Cara penetapan : membandingkan presisi dan
akurasi hasil yang diperoleh dengan hasil yang
dilakukan pada kondisi normal.
Karakteristik validasi menurut
USP 27 dan ICH
Metode analisis memerlukan karakteristik
validasi, tergantung tujuan metode atau
jenis pengujiannya.
USP 27 dan ICH memberikan batasan yang
sama terhadap karakteristik validasi yang
diperlukan saat metode analisis divalidasi.
Karakteristik validasi menurut
USP 27
Karakteristik
Validasi
Ka
dar
Uji kemurnian Uji
Performance
karakteristik
Identi
fikasi
Kuantitatif
Uji
Batas
Akurasi
Presisi
Spesifisitas
LOD
LOQ
Linieritas
Rentang
Yes
Yes
Yes
No
No
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
No
Yes
Yes
Yes
*
No
Yes
Yes
No
No
*
*
Yes
*
*
*
*
*
No
No
Yes
No
No
No
No
Karakteristik validasi menurut ICH
Karakteristik
Validasi
Identi
fikasi
Uji kemurnian
Kuantitatif
(kadar,disolusi)
Kuantitatif Uji
Batas
Akurasi
Repeatabilitas
Presisi Antara
Spesifisitas $
LOD
LOQ
Linieritas
Rentang
No
No
No
Yes
No
No
No
No
Yes
Yes
Yes #
Yes
*
Yes
Yes
Yes
No
No
No
Yes
Yes
No
No
No
Yes
Yes
Yes #
Yes
No
No
Yes
Yes
Karakteristik validasi (Lanjutan)
Keterangan Tabel :
* = mungkin diperlukan, tergantung jenis/sifat.
# = bila telah dilakukan reproduksibilitas, presisi
antara tidak perlu dievaluasi.
$ = metode analisis yang kurang spesifik, harus
ditunjang oleh metode analisis lain untuk
memperbaiki spesifisitasnya.
Metode analisis yang
memerlukan validasi
 Metode analisis yang baru dikembangkan :
karakteristik unjuk kerja metodenya belum
diketahui (terkait dengan persyaratan dan
penggunaannya).
 Metode analisis yang dimodifikasi dan atau
diterap kan pada matriks / bentuk sediaan
yang berbeda.
 Metode baku dan metode resmi yang akan
diadopsi, tidak perlu divalidasi tetapi cukup
diverifikasi.
Metode analisis yang memerlukan
validasi (Lanjutan)
Verifikasi diperlukan karena :
- Data verifikasi sebagai bukti metode tersebut telah
sesuai dan memenuhi kebutuhan laboratorium.
- Adanya perbedaan dalam personel, instrumen,
pereaksi yang dipakai dalam metode baku dan
metode resmi dengan laboratorium yang akan
menggunakannya kecuali jika terhadap metode
tersebut dilakukan modifikasi dan atau dilakukan
dalam matriks yang berbeda.
Acuan :
• SNI ISO/IEC 17025: 2017
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Praformulasi Sediaan
Praformulasi SediaanPraformulasi Sediaan
Praformulasi SediaanMega Zhang
 
Validasi uji sterilisasi
Validasi uji sterilisasiValidasi uji sterilisasi
Validasi uji sterilisasiIndana Mufidah
 
endotoksin dan pirogen
endotoksin dan pirogenendotoksin dan pirogen
endotoksin dan pirogenPutri Indayani
 
Laporan praktikum musrin salila pps Unnes
Laporan praktikum musrin salila pps UnnesLaporan praktikum musrin salila pps Unnes
Laporan praktikum musrin salila pps UnnesMusrin Salila
 
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui RektumBiofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui RektumSurya Amal
 
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiSurya Amal
 
High Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid ChromatographyHigh Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid ChromatographyKopertis Wilayah I
 
Farmasi klinik kasus
Farmasi klinik kasus Farmasi klinik kasus
Farmasi klinik kasus Omhe_ID
 
Farmakokinetika pengaturan dosis
Farmakokinetika   pengaturan dosisFarmakokinetika   pengaturan dosis
Farmakokinetika pengaturan dosisDwi Ramdhini
 
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI SISTEM URINARI.pdf
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI SISTEM URINARI.pdfLAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI SISTEM URINARI.pdf
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI SISTEM URINARI.pdfMYUSUP7
 
Fitokimia Kromatografi lapis tipis
Fitokimia Kromatografi lapis tipisFitokimia Kromatografi lapis tipis
Fitokimia Kromatografi lapis tipisSapan Nada
 
Evaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan sterilEvaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan sterilArwinAr
 
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Taofik Rusdiana
 

What's hot (20)

Praformulasi Sediaan
Praformulasi SediaanPraformulasi Sediaan
Praformulasi Sediaan
 
kimia Farmasi Analisis spektro UV Vis
kimia Farmasi Analisis spektro UV Viskimia Farmasi Analisis spektro UV Vis
kimia Farmasi Analisis spektro UV Vis
 
125474737 49535134-laporan-pk1
125474737 49535134-laporan-pk1125474737 49535134-laporan-pk1
125474737 49535134-laporan-pk1
 
LED (Laju Endap Darah)
LED (Laju Endap Darah)LED (Laju Endap Darah)
LED (Laju Endap Darah)
 
Validasi uji sterilisasi
Validasi uji sterilisasiValidasi uji sterilisasi
Validasi uji sterilisasi
 
endotoksin dan pirogen
endotoksin dan pirogenendotoksin dan pirogen
endotoksin dan pirogen
 
BCS kelas 1
BCS kelas 1BCS kelas 1
BCS kelas 1
 
Konversi dosis
Konversi dosisKonversi dosis
Konversi dosis
 
Laporan praktikum musrin salila pps Unnes
Laporan praktikum musrin salila pps UnnesLaporan praktikum musrin salila pps Unnes
Laporan praktikum musrin salila pps Unnes
 
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui RektumBiofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
Biofarmasi Sediaan yang Diberikan Melalui Rektum
 
Teori Asam dan Basa
Teori Asam dan BasaTeori Asam dan Basa
Teori Asam dan Basa
 
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
 
High Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid ChromatographyHigh Performance Liquid Chromatography
High Performance Liquid Chromatography
 
Farmasi klinik kasus
Farmasi klinik kasus Farmasi klinik kasus
Farmasi klinik kasus
 
(3) obat obat kolinergik
(3) obat obat kolinergik(3) obat obat kolinergik
(3) obat obat kolinergik
 
Farmakokinetika pengaturan dosis
Farmakokinetika   pengaturan dosisFarmakokinetika   pengaturan dosis
Farmakokinetika pengaturan dosis
 
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI SISTEM URINARI.pdf
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI SISTEM URINARI.pdfLAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI SISTEM URINARI.pdf
LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI SISTEM URINARI.pdf
 
Fitokimia Kromatografi lapis tipis
Fitokimia Kromatografi lapis tipisFitokimia Kromatografi lapis tipis
Fitokimia Kromatografi lapis tipis
 
Evaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan sterilEvaluasi sediaan steril
Evaluasi sediaan steril
 
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)
 

Similar to 14.Validasi-verifikasi.pdf

Verifikasi Metode thdp Sampel Terkontrol.pptx
Verifikasi Metode thdp Sampel Terkontrol.pptxVerifikasi Metode thdp Sampel Terkontrol.pptx
Verifikasi Metode thdp Sampel Terkontrol.pptxaliframdani4
 
Bu Marlia - Validasi metode analisis mikrobiologi.pptx
Bu Marlia - Validasi metode analisis mikrobiologi.pptxBu Marlia - Validasi metode analisis mikrobiologi.pptx
Bu Marlia - Validasi metode analisis mikrobiologi.pptxIndahShaliha1
 
2 validasi metode bioanalitik
2 validasi metode bioanalitik2 validasi metode bioanalitik
2 validasi metode bioanalitikReysaPradifta
 
metode pengujian sifat fisika minyak bumi 2014
metode pengujian sifat fisika minyak bumi 2014metode pengujian sifat fisika minyak bumi 2014
metode pengujian sifat fisika minyak bumi 2014ebenezerskl
 
Uji reprodusibilitas dan profisiensi
Uji reprodusibilitas dan profisiensiUji reprodusibilitas dan profisiensi
Uji reprodusibilitas dan profisiensiFelita Victoria
 
Manajemen pengendalian mutu
Manajemen pengendalian mutuManajemen pengendalian mutu
Manajemen pengendalian mutuNurWijayanti7
 
2. AKREDITASI LABORATORIUM DAN SISTEM MANAJEMEN MUTU LAB.pdf
2. AKREDITASI LABORATORIUM DAN SISTEM MANAJEMEN MUTU LAB.pdf2. AKREDITASI LABORATORIUM DAN SISTEM MANAJEMEN MUTU LAB.pdf
2. AKREDITASI LABORATORIUM DAN SISTEM MANAJEMEN MUTU LAB.pdfFilia Yuniza
 
PENGENDALIAN MUTU.2.pptx
PENGENDALIAN MUTU.2.pptxPENGENDALIAN MUTU.2.pptx
PENGENDALIAN MUTU.2.pptxIchahusaini
 
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1Suryanata Kesuma
 
11, Validasi dan Verifikasi MA.ppt
11, Validasi dan Verifikasi MA.ppt11, Validasi dan Verifikasi MA.ppt
11, Validasi dan Verifikasi MA.pptAkreditasiStandardis
 
1. Materi 1 Pendahuluan.pdf
1. Materi 1 Pendahuluan.pdf1. Materi 1 Pendahuluan.pdf
1. Materi 1 Pendahuluan.pdfJumariyah
 
2. penilaian kualitas pangan
2. penilaian kualitas pangan2. penilaian kualitas pangan
2. penilaian kualitas panganSutyawan
 
Analisa sampel dan quality control di laboratorium
Analisa sampel dan quality control di laboratoriumAnalisa sampel dan quality control di laboratorium
Analisa sampel dan quality control di laboratoriummuhammadahan
 
Buku_Pedoman_Uji_Disolusi_dan_Tanya_Jawab.pdf
Buku_Pedoman_Uji_Disolusi_dan_Tanya_Jawab.pdfBuku_Pedoman_Uji_Disolusi_dan_Tanya_Jawab.pdf
Buku_Pedoman_Uji_Disolusi_dan_Tanya_Jawab.pdfdeniapt
 
Penilaian Mutu Makanan
Penilaian Mutu MakananPenilaian Mutu Makanan
Penilaian Mutu MakananAgnescia Sera
 
Identifikasi, Pengukuran, dan Analisis Variabel
Identifikasi, Pengukuran, dan Analisis VariabelIdentifikasi, Pengukuran, dan Analisis Variabel
Identifikasi, Pengukuran, dan Analisis Variabelpjj_kemenkes
 
Quality Control of Laboratory by Edi Ramlan.pdf
Quality Control of Laboratory by Edi Ramlan.pdfQuality Control of Laboratory by Edi Ramlan.pdf
Quality Control of Laboratory by Edi Ramlan.pdfMuhammadTeguhDP1
 

Similar to 14.Validasi-verifikasi.pdf (20)

Verifikasi Metode thdp Sampel Terkontrol.pptx
Verifikasi Metode thdp Sampel Terkontrol.pptxVerifikasi Metode thdp Sampel Terkontrol.pptx
Verifikasi Metode thdp Sampel Terkontrol.pptx
 
Bu Marlia - Validasi metode analisis mikrobiologi.pptx
Bu Marlia - Validasi metode analisis mikrobiologi.pptxBu Marlia - Validasi metode analisis mikrobiologi.pptx
Bu Marlia - Validasi metode analisis mikrobiologi.pptx
 
2 validasi metode bioanalitik
2 validasi metode bioanalitik2 validasi metode bioanalitik
2 validasi metode bioanalitik
 
metode pengujian sifat fisika minyak bumi 2014
metode pengujian sifat fisika minyak bumi 2014metode pengujian sifat fisika minyak bumi 2014
metode pengujian sifat fisika minyak bumi 2014
 
Uji reprodusibilitas dan profisiensi
Uji reprodusibilitas dan profisiensiUji reprodusibilitas dan profisiensi
Uji reprodusibilitas dan profisiensi
 
Manajemen pengendalian mutu
Manajemen pengendalian mutuManajemen pengendalian mutu
Manajemen pengendalian mutu
 
2. AKREDITASI LABORATORIUM DAN SISTEM MANAJEMEN MUTU LAB.pdf
2. AKREDITASI LABORATORIUM DAN SISTEM MANAJEMEN MUTU LAB.pdf2. AKREDITASI LABORATORIUM DAN SISTEM MANAJEMEN MUTU LAB.pdf
2. AKREDITASI LABORATORIUM DAN SISTEM MANAJEMEN MUTU LAB.pdf
 
PENGENDALIAN MUTU.2.pptx
PENGENDALIAN MUTU.2.pptxPENGENDALIAN MUTU.2.pptx
PENGENDALIAN MUTU.2.pptx
 
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
 
11, Validasi dan Verifikasi MA.ppt
11, Validasi dan Verifikasi MA.ppt11, Validasi dan Verifikasi MA.ppt
11, Validasi dan Verifikasi MA.ppt
 
Validasi Boron
Validasi BoronValidasi Boron
Validasi Boron
 
1. Materi 1 Pendahuluan.pdf
1. Materi 1 Pendahuluan.pdf1. Materi 1 Pendahuluan.pdf
1. Materi 1 Pendahuluan.pdf
 
2. penilaian kualitas pangan
2. penilaian kualitas pangan2. penilaian kualitas pangan
2. penilaian kualitas pangan
 
Analisa sampel dan quality control di laboratorium
Analisa sampel dan quality control di laboratoriumAnalisa sampel dan quality control di laboratorium
Analisa sampel dan quality control di laboratorium
 
Buku_Pedoman_Uji_Disolusi_dan_Tanya_Jawab.pdf
Buku_Pedoman_Uji_Disolusi_dan_Tanya_Jawab.pdfBuku_Pedoman_Uji_Disolusi_dan_Tanya_Jawab.pdf
Buku_Pedoman_Uji_Disolusi_dan_Tanya_Jawab.pdf
 
Kalibrasi restu
Kalibrasi restuKalibrasi restu
Kalibrasi restu
 
Kalibrasi restu
Kalibrasi restuKalibrasi restu
Kalibrasi restu
 
Penilaian Mutu Makanan
Penilaian Mutu MakananPenilaian Mutu Makanan
Penilaian Mutu Makanan
 
Identifikasi, Pengukuran, dan Analisis Variabel
Identifikasi, Pengukuran, dan Analisis VariabelIdentifikasi, Pengukuran, dan Analisis Variabel
Identifikasi, Pengukuran, dan Analisis Variabel
 
Quality Control of Laboratory by Edi Ramlan.pdf
Quality Control of Laboratory by Edi Ramlan.pdfQuality Control of Laboratory by Edi Ramlan.pdf
Quality Control of Laboratory by Edi Ramlan.pdf
 

Recently uploaded

MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxMaskuratulMunawaroh
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxFitriaSarmida1
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXIksanSaputra6
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024RahmadLalu1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaharnosuharno5
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaAndreRangga1
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxfitriaoskar
 

Recently uploaded (20)

MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTXAKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR. PPTX
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusiaKonseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
Konseptual Model Keperawatan Jiwa pada manusia
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, FigmaPengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
Pengenalan Figma, Figma Indtroduction, Figma
 
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptxPANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
PANDUAN PENGEMBANGAN KSP SMA SUMBAR TAHUN 2024 (1).pptx
 

14.Validasi-verifikasi.pdf

  • 1. VALIDASI DAN VERIFIKASI METODE ANALISA FFS UHAMKA dan D4 Analis TLM Hurip Budi Riyanti 2022
  • 2. GLOBALISASI PER DAGANGAN BEBAS PERLU DIDUKUNG HASIL UJI LAB. HASIL UJI YANG VALID TIDAK BERGAN TUNG PADA LAB. DIAKUI SECARA INTERNASIONAL DIHINDARI DUPLI KASI PENGUJIAN KESEHATAN PENEGAKKAN HUKUM
  • 3. KOMPONEN YANG MEMPENGARUHI UNTUK MENDAPATKAN HASIL UJI YANG VALID 1. Personil yang kompeten: diklat dan pengalaman kerja yang cukup. 2. Peralatan yang handal: dirawat, dikalibrasi, diverifikasi. 3. Metode yang sesuai : divaladasi / verifikasi. 4. Bahan yang memenuhi persyaratan: contoh uji, baku/standar, pereaksi. 5. Informasi dan penunjang laboratorium: data, laporan, pustaka.
  • 4. SNI - 17025 - 2017 6.2 Seleksi, Verifikasi dan Validasi Metode Dalam melaksanakan mandat kegiatan laboratorium, salah satu faktor yang memengaruhi hasil pengujian atau kalibrasi adalah seleksi, verifikasi dan validasi metode. Center for Drug Evaluation and Research (CEDAR), U.S. Food and Drug Administration (FDA) menyatakan empat komponen yang harus dipenuhi untuk menghasilkan data pengujian bermutu yaitu: kualifikasi/kinerja peralatan yang sesuai, validasi metode, uji kesesuaian sistem, dan pengendalian mutu.
  • 5. Seleksi : • Sebelum melakukan pengujian, laboratorium harus melakukan pemilihan metode pengujian yang akan digunakan • Pemilihan metode pengujian didasarkan pada banyak faktor sepeti biaya, peralatan, bahan kimia, sumber daya manusia, kondisi akomodasi dan lingkungan.
  • 6. Lanjutan...seleksi • Setiap laboratorium dapat memutuskan sendiri metode pengujian mana yang akan digunakan yang disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan laboratorium. • Verifikasi : penyediaan bukti objektif bahwa barang tertentu memenuhi persyaratan yang ditentukan
  • 7. DEFINISI SNI ISO 9000:2015 dan SNI ISO/IEC 17025:2017 mendefinisikan : * validasi sebagai proses konfirmasi melalui pengujian dan pengadaan bukti objektif bahwa persyaratan tertentu untuk maksud tertentu dipenuhi. Dalam melakukan pengujian atau kalibrasi, laboratorium harus menggunakan metode yang tepat, sesuai maksud pengujian atau kalibrasi.
  • 8. TUJUAN Didapat hasil analisis :  Absah / valid  Dapat dipercaya  Dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah  Kesesuaian dengan tujuan
  • 9. KLASIFIKASI METODE ANALISA 1. Metode standar / baku / acuan 2. Metode resmi 3. Metode pustaka 4. Metode yang dikembangkan oleh laboratorium 5. Metode yang dikembangkan oleh organisasi profesional
  • 10. METODE STANDAR  Definisi: metode yang dikembangkan oleh organisasi / badan standarisasi baik nasional maupun internasional.  Sifat :  Dikerjakan oleh banyak ahli  Divalidasi oleh banyak laboratorium  Terbukti akurat dan yang paling terbaik.  Contoh :  SNI : dikembangkan oleh BSN  ASTM: dikembangkan oleh American Society for Testing and Materials.  ISO : dikembangkan oleh International Organization for Standarization
  • 11. METODE RESMI  Definisi: metode yang dipersyaratkan oleh undang-undang atau peraturan untuk digunakan oleh pemerintah atau organisasi / lembaga / industri yang diatur oleh pemerintah.  Sifat: • Karena pentingnya metode ini dalam pemberlakuan undang- undang, maka metode ini sebelum digunakan sudah divalidasi dahulu dengan teliti. • Laboratorium yang terlibat dalam pemberlakuan metode ini tidak perlu melakuakan validasi lagi, tetapi cukup melakuan verifikasi.  Contoh: • FI dan KMI • USP • BP
  • 12. METODE PUSTAKA  Definisi: metode yang dipublikasikan dalam berbagai majalah ilmiah yang terspesilalisasi, seperti: kimia analitik, kimia makanan, kimia farmasi, dan lain-lain  Sifat:  Seringkali penulis artikel orisinil melakukan bias dalam asesmen kegunaannya  Sebelum digunakan wajib divalidasi dengan teliti.  Contoh:  Jurnal-jurnal  Buku Pustaka
  • 13. METODE YANG DIKEMBANGKAN OLEH LABORATORIUM  Definisi: metode yang dirancang, diuji coba, dan divalidasi secara luas oleh suatu laboratorium sehingga metode tersebut dapat dipercaya dan memberikan hasil yang akurat.  Sifat: • Metode ini dapat merupakan karya orisinil laboratorium tertentu atau hasil modifikasi dari metode yang lainnya (metode standar, resmi atau pustaka). • Sebaiknya dilakukan uji banding antar laboratorium.  Contoh: • Metode Analisa PPOMN
  • 14. METODE YANG DIKEMBANGKAN OLEH ORGANISASI PROFESIONAL  Definisi: metode yang dikembangkan oleh suatu organisa si profesional ilmiah yang penggunaanya relevan dengan bidang ilmu profesional tersebut.  Sifat:  Pada umumnya telah digunakan dalam uji profisiensi antar laboratorium baik nasional maupun internasional.  Biasanya akurat dan telah divalidasi antar laboratorium  Contoh:  AOAC: dikembangkan oleh Association of Analitycal Chemists.
  • 15. PARAMETER VALIDASI 1. Presisi (Ketelitian / Keseksamaan) 2. Akurasi (Ketepatan / kecermatan) 3. Sensitifitas (LOD dan LOQ) 4. Spesifisitas / Selektifitas 5. Linieritas 6. Range (Rentang) 7. Ruggednes (Kekasaran) 8. Robustness (Ketahanan)
  • 16. PARAMETER VERIFIKASI 1. KUALITATIF : a. Batas deteksi b. Spesifisitas 2. KUANTITATIF : a. Presisi b. Akurasi
  • 17. PRESISI / KETELITIAN Kedekatan hasil uji yang diperoleh dari beberapa pengulang an (replikasi) pada penetapan contoh yang sama (homogen). Cara penetapan:  Dilakukan pengujian berulang kali (mulai dari penyiapan sampel sampai perhitungan akhir) sebanyak 6 x atau lebih terhadap contoh yang sama.  Presisi dinyatakan sebagai RSD.  Nilai RSD yang dapat diterima tergantung dari konsentrasi analit dalam matriks contoh.
  • 18. TINGKATAN PRESISI 1. Presisi metode (Repeatabilitas) : pengujian ulang de ngan kondisi contoh, metode, laboratorium, analis, alat dan waktu yang sama. 2. Presisi antara (Reprodusibilitas internal) : pengujian ulang terhadap contoh, metode, laboratorium dan alat yang sama, tetapi analis dan waktu pengujiannya ber beda. 3. Presisi antar laboratorium (Reprodusibilitas eksternal atau Ruggedness) : pengujian ulang dengan mengguna kan contoh dan metode yang sama, tetapi laboratorium, alat, analis dan waktu pengujiannya berbeda.
  • 19. UKURAN PRESISI DAN PENETAPANNYA  Presisi Sistem (Replikabilitas) : Penyuntikan berulang minimum 6 kali dari contoh homogen untuk menunjukkan kinerja alat pada kondisi dan hari pengujian.  Presisi Metode (Repeatabilitas) : Minimum 3 konsentrasi analit dalam rentang tertentu, masing-masing 3 replikasi atau minimum 6 penetapan pada konsentrasi pengujian 100 %
  • 20. Presisi (Lanjutan) SD = √ [ ∑ ( Xi – Xrata-rata )] / N – 1 RSD = [ SD / Xrata-rata )] Reproduksibilitas menurut Horwitz : RSD = 2 (1-0.5 log C ) C = fraksi konsentrasi Semakin kecil konsentrasi analit, nilai RSD atau CV yang dapat diterima semakin besar.
  • 21. FRAKSI KONSENTRASI ( C ) • C harus ditulis dalam satuan yang sama, misalnya : b/b b/v kg/kg kg/L g/g g/mL mg/mg mg/10 –3 mL • Dengan demikian apabila konsentrasi dalam ppm, misalnya 1 ppm maka : • Konsentrasi = 1 mg/L • Fraksi konsentrasi (C) = 1.10 –6 kg/L • RSD (%) = 2 1-0,5 log 0,000001
  • 22. HASIL PRESISI YANG MASIH DAPAT DITERIMA No. Konsentrasi Analit Dalam Matriks Contoh % RSD 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 100 g / kg 10 g / kg 1 g / kg 100 mg / kg 10 mg / kg 1 mg / kg 100 μg / kg 10 ug / kg 1 ug / kg 0,1 ug / kg 2 3 4 5 7 11 15 21 30 43
  • 23. AKURASI / KETEPATAN  Kedekatan hasil uji yang diperoleh (menggunakan metode yang sedang divalidasi) dengan nilai sebenarnya yang ter dapat dalam contoh uji.  Akurasi biasanya dinyatakan sebagai prosen Recovery.  Metode penetapan Akurasi : • Recovery analit : untuk contoh yang komposisinya diketahui. • Standar adisi : untuk contoh yang komposisinya tidak diketahui. • Membandingkan hasil yang diperoleh dengan menggunakan metode yang telah valid
  • 24. CARA PENETAPAN AKURASI  Recovery Analit dan Metode Standard Adisi : Minimum 3 konsentrasi analit / baku pembanding yang ditambahkan dalam rentang 80 % – 120 % , masing-masing 3 replikasi.  Pembandingan Metode : Minimum 6 kali pengujian menggunakan metode analisis yang sedang divalidasi dan 6 kali pengujian menggunakan metode standard atau metode resmi
  • 25. HASIL AKURASI YANG MASIH DAPAT DITERIMA No. Konsentrasi Analit Dalam Matriks Contoh Rentang % Recavery 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 100 % > 10 % > 1 % > 1000 ppm > 100 ppm > 10 ppm > 1 ppm > 100 ppb > 10 ppb > 1 ppb 98 - 102 98 - 102 97 - 103 95 - 105 90 - 107 80 - 110 80 - 110 80 - 110 60 - 115 40 - 120
  • 26. Contoh metode standard adisi Berat rata-rata tablet Aspirin yang mengandung 100 mg aspirin (etiket) = 300 mg. Rentang spesifik : 80%, 100%, 120% dan setiap rentang mengandung 70% analit contoh dan 30% baku pembanding. - Rentang 80% = 80% .100 mg = 80 mg aspirin. 70% analit = 70% . 80 mg = 56 mg aspirin = (56/100) . 300 mg = 168 mg serbuk tab Aspirin. Baku pembanding = 30% . 80 mg = 24 mg.
  • 27. Contoh metode standard adisi (Lanjutan) - Rentang 100% = 100% .100 mg = 100 mg aspirin. 70% analit = 70% . 100 mg = 70 mg aspirin = (70/100) . 300 mg = 210 mg serbuk tab Aspirin. Baku pembanding = 30% . 100 mg = 30 mg - Rentang 120% = 120% .100 mg = 120 mg aspirin. 70% analit = 70% . 120 mg = 84 mg aspirin = (84/100) . 300 mg = 252 mg serbuk tab Aspirin. Baku pembanding = 30% . 120 mg = 36 mg
  • 28. No Berat yang ditimbang ( mg ) Rentang % aspirin 80% 100% 120% 1. 2. Serbuk tab. Aspirin Baku pembanding 168 24 210 30 252 36 Contoh metode standard adisi (Lanjutan) Jadi berat serbuk tablet Aspirin dan baku pembanding Aspirin yang harus ditimbang adalah sebagai berikut :
  • 29. Contoh metode standard adisi (Lanjutan) Tetapkan kadar contoh produk obat, misalnya didapat B unit analit. Baku pembanding analit yang ditambahkan ke dalam contoh produk obat misalnya X unit. Tetapkan kadar dari jumlah total analit, misalnya didapat A unit analit. Hitung % recovery ( R ) adalah % Recovery ( R ) = [ ( A − B ) / X ] . 100 %
  • 30. SENSITIFITAS 1. Batas deteksi (LOD) kadar terendah analit dalam contoh yang masih dapat diteteksi, namun tidak harus kuantitatif. 2. Batas kuantitasi (LOQ) kadar terendah analit dalam contoh yang masih dapat ditetapkan kadarnya dengan presisi dan akurasi yang masih dapat diterima.
  • 31. CARA PENETAPAN SENSITIFITAS • Prosedur non instrumen Contoh dengan konsentrasi yang diketahui dilakukan analisa melalui evaluasi visual. • Prosedur instrumen – Rasio signal to noise: membamdingkan hasil uji contoh yang mengandung analit dengan kadar rendah terhadap hasil uji blanko LOD = 3x noise LOQ = 10 x noise – Berdasarkan simpangan baku respon analit dengan slope kurva kalibrasi
  • 32. Contoh penetapan sensitifitas No µg/ml Analit (xi) Area (yi) (yi)topi [(yi)topi - (yi)] 2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 12.9 25.7 51.5 102.9 206.0 308.9 411.9 3910 7686 17875 33336 61759 92103 123794 4966.7 8767.5 16428.6 31691.3 62305.8 92860.9 123445.7 1116614.89 1169642.25 2092072.96 2705038.09 298990.24 574412.41 121312.89
  • 33. Contoh penetapan sensitifitas (Lanjutan) No µg/ml Analit (xi) (xi) 2 [(xi)- (xrata2)] 2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 12.9 25.7 51.5 102.9 206.0 308.9 411.9 (xrata2) = 159.97 166.41 660.49 2652.25 10588.41 42446.0 95419.21 169661.61 ∑ = 321584.38 21629.5849 18028.4329 11765.7409 3256.9849 2118.7609 22180.1449 63468.7249 ∑ = 142448.3743
  • 34. Contoh penetapan sensitifitas (Lanjutan) Koefisien korelasi = r = 0.9996786 ≈ 0.99968 Persamaan regresi : y = a + b x = 1136.16 + 296.94 x (yi)topi didapat dari persamaan regresi, misalnya untuk x = 12.9 maka (yi)topi = [1136.16] + [(296.94).( 12.9)] Sy/x 2 adalah variansi variabel respon (y) Sy/x = √ ∑ [(yi)topi - (yi)] 2 / N – 2 Sa adalah simpangan baku dari intersept (a) Sa = S y/x . √ ∑ xi 2 / N ∑ ( xi – x rata-rata ) 2
  • 35. Contoh penetapan sensitifitas (Lanjutan) Menurut Miller : LOD = 3 . Sy/x / b LOQ = 10 . Sy/x / b Menurut IUPAC : LOD = 3 . Sa / b LOQ = 10 . Sa / b Dari data didapat : Menurut Miller : Menurut IUPAC : LOD = 12.84 µg/ml LOD = 7.29 µg/ml LOQ = 42.81 µg/ml LOQ = 24.31µg/ml
  • 36. SPESIFISITAS / SELEKTIFITAS  Spesifisitas : Kemampuan metode analisis membe dakan suatu analit yang ditetapkan dari kompo nen lain yang berada dalam matriks contoh.  Selektifitas : Kemampuan metode analisis memberi kan signal analit pada campuran analit dalam contoh tanpa adanya interaksi antar analit.  Metode selektif merupakan seri metode spesifik.  Prosedur spesifisitas tergantung pada tujuan penggunaan prosedur analisis.
  • 37. Spesifisitas / Selektifitas (Lanjutan)  Metode yang memiliki kespesifikan rendah, dapat berakibat pada analisa kualitatif akan terjadi kekeliruan positif (positive false) dan pada analisa kuantitatif akan terjadi hasil pengujian lebih besar dari sebenarnya.  Contoh metode yang memiliki kespesifikan tinggi adalah penetapan logam dalam berbagai matriks sampel secara Spektrofotometri Serapan Atom (AAS).
  • 38. CARA PENETAPAN SPESIFISITAS  Untuk uji identifikasi dan penetapan kadar : Contoh blangko dan contoh yang ditambah sejumlah analit untuk mengetahui tidak adanya gangguan dari komponen lain (produk hasil urai, metabolit, senyawa aditif dll) dalam contoh terhadap analit.  Untuk uji kemurnian : - Cemaran/impurity tersedia - Cemaran/impurity tidak tersedia
  • 39. Cara penetapan Spesifitas ( Lanjutan )  Cemaran / impurity tersedia : dibandingkan hasil uji contoh yang mengandung cemaran dengan contoh tanpa cemaran. Spesifisitas merupakan derajat bias / penyimpangan perbedaan hasil uji tersebut.  Cemaran/impurity tidak tersedia : diuji kemurnian contoh misalnya secara kemurnian kromatografi. Uji kemurnian puncak menunjukkan puncak analit yang tidak diakibatkan oleh lebih dari satu komponen / komponen lain.
  • 40. LINIERITAS  Definisi : kemampuan untuk menghasilkan hasil uji yang sebanding / berbanding lurus terhadap konsentrasi analit dalam contoh pada kisaran konsentrasi tertentu.  Cara penetapan : • Ditetapkan terhadap min. 6 konsentrasi pada rentang 50 – 150 % dari kadar analit. • Hitung regresi linier dan koefesien korelasi (R) • Harga R menunjukkan linieritas. Kriteria : R > 0.997 (bahan aktif) R > 0.98 (cemaran / impurity)
  • 41. RANGE / RENTANG • Kemampuan untuk memperoleh hasil uji yang kadar analitnya masih linier dengan presisi dan akurasi yang masih dapat diterima. • Ditetapkan bersamaan dengan penetapan linieritas dengan melakukan pengujian terhadap contoh yang kadarnya dibawah dan diatas normal. • Buat kurva regresinya dan tentukan batas bawah dan batas atas dari kadar analit yang masih memberikan garis linier.
  • 42. RUGGEDNESS / KEKASARAN  Definisi : kemampuan untuk memberikan hasil uji yang sama pada contoh yang sama, tetapi keragaman kondisi pengujian berbeda.  Tujuan: untuk mengetahui pengaruh faktor eksternal terhadap metode (contoh dan metode sama, tetapi laboratorium, alat, analis dan waktu pengujian berbeda).  Cara penetapan : melakukan uji kolaborasi antar labotorium, lalu membandingkan presisi dan akurasi dari hasil uji antar laboratorium tersebut.
  • 43. ROBUSTNESS / KETAHANAN • Definisi : ukuran kemampuan metode untuk tidak terpengaruh oleh perubahan kecil dari parameter metode yang sengaja dibuat. • Tujuan : untuk mengetahui pengaruh faktor internal terhadap metode (dilakukan sedikit pengubahan pada metode seperti: kecepatan laju alir pada kolom, komposisi fase gerak, suhu kolom, lama penguapan). • Cara penetapan : membandingkan presisi dan akurasi hasil yang diperoleh dengan hasil yang dilakukan pada kondisi normal.
  • 44. Karakteristik validasi menurut USP 27 dan ICH Metode analisis memerlukan karakteristik validasi, tergantung tujuan metode atau jenis pengujiannya. USP 27 dan ICH memberikan batasan yang sama terhadap karakteristik validasi yang diperlukan saat metode analisis divalidasi.
  • 45. Karakteristik validasi menurut USP 27 Karakteristik Validasi Ka dar Uji kemurnian Uji Performance karakteristik Identi fikasi Kuantitatif Uji Batas Akurasi Presisi Spesifisitas LOD LOQ Linieritas Rentang Yes Yes Yes No No Yes Yes Yes Yes Yes No Yes Yes Yes * No Yes Yes No No * * Yes * * * * * No No Yes No No No No
  • 46. Karakteristik validasi menurut ICH Karakteristik Validasi Identi fikasi Uji kemurnian Kuantitatif (kadar,disolusi) Kuantitatif Uji Batas Akurasi Repeatabilitas Presisi Antara Spesifisitas $ LOD LOQ Linieritas Rentang No No No Yes No No No No Yes Yes Yes # Yes * Yes Yes Yes No No No Yes Yes No No No Yes Yes Yes # Yes No No Yes Yes
  • 47. Karakteristik validasi (Lanjutan) Keterangan Tabel : * = mungkin diperlukan, tergantung jenis/sifat. # = bila telah dilakukan reproduksibilitas, presisi antara tidak perlu dievaluasi. $ = metode analisis yang kurang spesifik, harus ditunjang oleh metode analisis lain untuk memperbaiki spesifisitasnya.
  • 48. Metode analisis yang memerlukan validasi  Metode analisis yang baru dikembangkan : karakteristik unjuk kerja metodenya belum diketahui (terkait dengan persyaratan dan penggunaannya).  Metode analisis yang dimodifikasi dan atau diterap kan pada matriks / bentuk sediaan yang berbeda.  Metode baku dan metode resmi yang akan diadopsi, tidak perlu divalidasi tetapi cukup diverifikasi.
  • 49. Metode analisis yang memerlukan validasi (Lanjutan) Verifikasi diperlukan karena : - Data verifikasi sebagai bukti metode tersebut telah sesuai dan memenuhi kebutuhan laboratorium. - Adanya perbedaan dalam personel, instrumen, pereaksi yang dipakai dalam metode baku dan metode resmi dengan laboratorium yang akan menggunakannya kecuali jika terhadap metode tersebut dilakukan modifikasi dan atau dilakukan dalam matriks yang berbeda.
  • 50. Acuan : • SNI ISO/IEC 17025: 2017