2. GLOBALISASI PER
DAGANGAN BEBAS
PERLU DIDUKUNG
HASIL UJI LAB.
HASIL UJI YANG
VALID
TIDAK BERGAN
TUNG PADA LAB.
DIAKUI SECARA
INTERNASIONAL
DIHINDARI DUPLI
KASI PENGUJIAN
KESEHATAN PENEGAKKAN
HUKUM
3. KOMPONEN YANG MEMPENGARUHI UNTUK
MENDAPATKAN HASIL UJI YANG VALID
1. Personil yang kompeten: diklat dan pengalaman
kerja yang cukup.
2. Peralatan yang handal: dirawat, dikalibrasi,
diverifikasi.
3. Metode yang sesuai : divaladasi / verifikasi.
4. Bahan yang memenuhi persyaratan: contoh uji,
baku/standar, pereaksi.
5. Informasi dan penunjang laboratorium: data,
laporan, pustaka.
4. SNI - 17025 - 2017
6.2 Seleksi, Verifikasi dan Validasi Metode
Dalam melaksanakan mandat kegiatan laboratorium, salah
satu faktor yang memengaruhi hasil pengujian atau kalibrasi
adalah seleksi, verifikasi dan validasi metode.
Center for Drug Evaluation and Research (CEDAR), U.S.
Food and Drug Administration (FDA) menyatakan empat
komponen yang harus dipenuhi untuk menghasilkan data
pengujian bermutu yaitu:
kualifikasi/kinerja peralatan yang sesuai,
validasi metode, uji kesesuaian sistem, dan pengendalian
mutu.
5. Seleksi :
• Sebelum melakukan pengujian,
laboratorium harus melakukan pemilihan
metode pengujian yang akan digunakan
• Pemilihan metode pengujian didasarkan
pada banyak faktor sepeti biaya, peralatan,
bahan kimia, sumber daya manusia, kondisi
akomodasi dan lingkungan.
6. Lanjutan...seleksi
• Setiap laboratorium dapat memutuskan
sendiri metode pengujian mana yang akan
digunakan yang disesuaikan dengan kondisi
dan kemampuan laboratorium.
• Verifikasi :
penyediaan bukti objektif bahwa barang
tertentu memenuhi persyaratan yang
ditentukan
7. DEFINISI
SNI ISO 9000:2015 dan SNI ISO/IEC
17025:2017 mendefinisikan :
* validasi sebagai proses konfirmasi melalui
pengujian dan pengadaan bukti objektif
bahwa persyaratan tertentu untuk maksud
tertentu dipenuhi.
Dalam melakukan pengujian atau kalibrasi,
laboratorium harus menggunakan metode yang
tepat, sesuai maksud pengujian atau kalibrasi.
8. TUJUAN
Didapat hasil analisis :
Absah / valid
Dapat dipercaya
Dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah
Kesesuaian dengan tujuan
9. KLASIFIKASI METODE ANALISA
1. Metode standar / baku / acuan
2. Metode resmi
3. Metode pustaka
4. Metode yang dikembangkan oleh
laboratorium
5. Metode yang dikembangkan oleh
organisasi profesional
10. METODE STANDAR
Definisi: metode yang dikembangkan oleh organisasi / badan
standarisasi baik nasional maupun internasional.
Sifat :
Dikerjakan oleh banyak ahli
Divalidasi oleh banyak laboratorium
Terbukti akurat dan yang paling terbaik.
Contoh :
SNI : dikembangkan oleh BSN
ASTM: dikembangkan oleh American Society for Testing and
Materials.
ISO : dikembangkan oleh International Organization for
Standarization
11. METODE RESMI
Definisi: metode yang dipersyaratkan oleh undang-undang atau
peraturan untuk digunakan oleh pemerintah atau organisasi /
lembaga / industri yang diatur oleh pemerintah.
Sifat:
• Karena pentingnya metode ini dalam pemberlakuan undang-
undang, maka metode ini sebelum digunakan sudah divalidasi
dahulu dengan teliti.
• Laboratorium yang terlibat dalam pemberlakuan metode ini
tidak perlu melakuakan validasi lagi, tetapi cukup melakuan
verifikasi.
Contoh:
• FI dan KMI
• USP
• BP
12. METODE PUSTAKA
Definisi: metode yang dipublikasikan dalam berbagai
majalah ilmiah yang terspesilalisasi, seperti: kimia
analitik, kimia makanan, kimia farmasi, dan lain-lain
Sifat:
Seringkali penulis artikel orisinil melakukan bias
dalam asesmen kegunaannya
Sebelum digunakan wajib divalidasi dengan teliti.
Contoh:
Jurnal-jurnal
Buku Pustaka
13. METODE YANG DIKEMBANGKAN
OLEH LABORATORIUM
Definisi: metode yang dirancang, diuji coba, dan divalidasi
secara luas oleh suatu laboratorium sehingga metode
tersebut dapat dipercaya dan memberikan hasil yang
akurat.
Sifat:
• Metode ini dapat merupakan karya orisinil laboratorium
tertentu atau hasil modifikasi dari metode yang lainnya
(metode standar, resmi atau pustaka).
• Sebaiknya dilakukan uji banding antar laboratorium.
Contoh:
• Metode Analisa PPOMN
14. METODE YANG DIKEMBANGKAN OLEH
ORGANISASI PROFESIONAL
Definisi: metode yang dikembangkan oleh suatu organisa
si profesional ilmiah yang penggunaanya relevan dengan
bidang ilmu profesional tersebut.
Sifat:
Pada umumnya telah digunakan dalam uji profisiensi
antar laboratorium baik nasional maupun internasional.
Biasanya akurat dan telah divalidasi antar laboratorium
Contoh:
AOAC: dikembangkan oleh Association of Analitycal
Chemists.
17. PRESISI / KETELITIAN
Kedekatan hasil uji yang diperoleh dari beberapa pengulang
an (replikasi) pada penetapan contoh yang sama (homogen).
Cara penetapan:
Dilakukan pengujian berulang kali (mulai dari penyiapan
sampel sampai perhitungan akhir) sebanyak 6 x atau lebih
terhadap contoh yang sama.
Presisi dinyatakan sebagai RSD.
Nilai RSD yang dapat diterima tergantung dari konsentrasi
analit dalam matriks contoh.
18. TINGKATAN PRESISI
1. Presisi metode (Repeatabilitas) : pengujian ulang de
ngan kondisi contoh, metode, laboratorium, analis, alat
dan waktu yang sama.
2. Presisi antara (Reprodusibilitas internal) : pengujian
ulang terhadap contoh, metode, laboratorium dan alat
yang sama, tetapi analis dan waktu pengujiannya ber
beda.
3. Presisi antar laboratorium (Reprodusibilitas eksternal
atau Ruggedness) : pengujian ulang dengan mengguna
kan contoh dan metode yang sama, tetapi laboratorium,
alat, analis dan waktu pengujiannya berbeda.
19. UKURAN PRESISI DAN PENETAPANNYA
Presisi Sistem (Replikabilitas) :
Penyuntikan berulang minimum 6 kali dari contoh
homogen untuk menunjukkan kinerja alat pada
kondisi dan hari pengujian.
Presisi Metode (Repeatabilitas) :
Minimum 3 konsentrasi analit dalam rentang
tertentu, masing-masing 3 replikasi atau minimum 6
penetapan pada konsentrasi pengujian 100 %
20. Presisi (Lanjutan)
SD = √ [ ∑ ( Xi – Xrata-rata )] / N – 1
RSD = [ SD / Xrata-rata )]
Reproduksibilitas menurut Horwitz :
RSD = 2 (1-0.5 log C )
C = fraksi konsentrasi
Semakin kecil konsentrasi analit, nilai RSD atau CV
yang dapat diterima semakin besar.
21. FRAKSI KONSENTRASI ( C )
• C harus ditulis dalam satuan yang sama, misalnya :
b/b b/v
kg/kg kg/L
g/g g/mL
mg/mg mg/10 –3 mL
• Dengan demikian apabila konsentrasi dalam ppm,
misalnya 1 ppm maka :
• Konsentrasi = 1 mg/L
• Fraksi konsentrasi (C) = 1.10 –6 kg/L
• RSD (%) = 2 1-0,5 log 0,000001
22. HASIL PRESISI YANG MASIH DAPAT
DITERIMA
No. Konsentrasi Analit Dalam
Matriks Contoh
% RSD
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
100 g / kg
10 g / kg
1 g / kg
100 mg / kg
10 mg / kg
1 mg / kg
100 μg / kg
10 ug / kg
1 ug / kg
0,1 ug / kg
2
3
4
5
7
11
15
21
30
43
23. AKURASI / KETEPATAN
Kedekatan hasil uji yang diperoleh (menggunakan metode
yang sedang divalidasi) dengan nilai sebenarnya yang ter
dapat dalam contoh uji.
Akurasi biasanya dinyatakan sebagai prosen Recovery.
Metode penetapan Akurasi :
• Recovery analit : untuk contoh yang komposisinya diketahui.
• Standar adisi : untuk contoh yang komposisinya tidak
diketahui.
• Membandingkan hasil yang diperoleh dengan menggunakan
metode yang telah valid
24. CARA PENETAPAN AKURASI
Recovery Analit dan Metode Standard Adisi :
Minimum 3 konsentrasi analit / baku pembanding
yang ditambahkan dalam rentang 80 % – 120 % ,
masing-masing 3 replikasi.
Pembandingan Metode :
Minimum 6 kali pengujian menggunakan metode
analisis yang sedang divalidasi dan 6 kali pengujian
menggunakan metode standard atau metode resmi
28. No
Berat yang ditimbang
( mg )
Rentang % aspirin
80% 100% 120%
1.
2.
Serbuk tab. Aspirin
Baku pembanding
168
24
210
30
252
36
Contoh metode standard adisi
(Lanjutan)
Jadi berat serbuk tablet Aspirin dan baku
pembanding Aspirin yang harus ditimbang
adalah sebagai berikut :
29. Contoh metode standard adisi (Lanjutan)
Tetapkan kadar contoh produk obat, misalnya
didapat B unit analit.
Baku pembanding analit yang ditambahkan ke
dalam contoh produk obat misalnya X unit.
Tetapkan kadar dari jumlah total analit,
misalnya didapat A unit analit.
Hitung % recovery ( R ) adalah
% Recovery ( R ) = [ ( A − B ) / X ] . 100 %
30. SENSITIFITAS
1. Batas deteksi (LOD)
kadar terendah analit dalam contoh yang masih
dapat diteteksi, namun tidak harus kuantitatif.
2. Batas kuantitasi (LOQ)
kadar terendah analit dalam contoh yang masih
dapat ditetapkan kadarnya dengan presisi dan
akurasi yang masih dapat diterima.
31. CARA PENETAPAN SENSITIFITAS
• Prosedur non instrumen
Contoh dengan konsentrasi yang diketahui dilakukan
analisa melalui evaluasi visual.
• Prosedur instrumen
– Rasio signal to noise: membamdingkan hasil uji contoh
yang mengandung analit dengan kadar rendah terhadap
hasil uji blanko
LOD = 3x noise LOQ = 10 x noise
– Berdasarkan simpangan baku respon analit dengan
slope kurva kalibrasi
34. Contoh penetapan
sensitifitas (Lanjutan)
Koefisien korelasi = r = 0.9996786 ≈ 0.99968
Persamaan regresi : y = a + b x = 1136.16 + 296.94 x
(yi)topi didapat dari persamaan regresi, misalnya untuk
x = 12.9 maka (yi)topi = [1136.16] + [(296.94).( 12.9)]
Sy/x
2 adalah variansi variabel respon (y)
Sy/x = √ ∑ [(yi)topi - (yi)] 2 / N – 2
Sa adalah simpangan baku dari intersept (a)
Sa = S y/x . √ ∑ xi
2 / N ∑ ( xi – x rata-rata ) 2
35. Contoh penetapan sensitifitas
(Lanjutan)
Menurut Miller : LOD = 3 . Sy/x / b
LOQ = 10 . Sy/x / b
Menurut IUPAC : LOD = 3 . Sa / b
LOQ = 10 . Sa / b
Dari data didapat :
Menurut Miller : Menurut IUPAC :
LOD = 12.84 µg/ml LOD = 7.29 µg/ml
LOQ = 42.81 µg/ml LOQ = 24.31µg/ml
36. SPESIFISITAS / SELEKTIFITAS
Spesifisitas : Kemampuan metode analisis membe
dakan suatu analit yang ditetapkan dari kompo nen
lain yang berada dalam matriks contoh.
Selektifitas : Kemampuan metode analisis memberi
kan signal analit pada campuran analit dalam
contoh tanpa adanya interaksi antar analit.
Metode selektif merupakan seri metode spesifik.
Prosedur spesifisitas tergantung pada tujuan
penggunaan prosedur analisis.
37. Spesifisitas / Selektifitas (Lanjutan)
Metode yang memiliki kespesifikan rendah, dapat
berakibat pada analisa kualitatif akan terjadi
kekeliruan positif (positive false) dan pada analisa
kuantitatif akan terjadi hasil pengujian lebih besar
dari sebenarnya.
Contoh metode yang memiliki kespesifikan tinggi
adalah penetapan logam dalam berbagai matriks
sampel secara Spektrofotometri Serapan Atom
(AAS).
38. CARA PENETAPAN SPESIFISITAS
Untuk uji identifikasi dan penetapan kadar :
Contoh blangko dan contoh yang ditambah
sejumlah analit untuk mengetahui tidak adanya
gangguan dari komponen lain (produk hasil urai,
metabolit, senyawa aditif dll) dalam contoh
terhadap analit.
Untuk uji kemurnian :
- Cemaran/impurity tersedia
- Cemaran/impurity tidak tersedia
39. Cara penetapan Spesifitas ( Lanjutan )
Cemaran / impurity tersedia : dibandingkan hasil
uji contoh yang mengandung cemaran dengan
contoh tanpa cemaran. Spesifisitas merupakan
derajat bias / penyimpangan perbedaan hasil uji
tersebut.
Cemaran/impurity tidak tersedia : diuji kemurnian
contoh misalnya secara kemurnian kromatografi.
Uji kemurnian puncak menunjukkan puncak
analit yang tidak diakibatkan oleh lebih dari satu
komponen / komponen lain.
40. LINIERITAS
Definisi : kemampuan untuk menghasilkan hasil uji yang
sebanding / berbanding lurus terhadap konsentrasi analit
dalam contoh pada kisaran konsentrasi tertentu.
Cara penetapan :
• Ditetapkan terhadap min. 6 konsentrasi pada rentang 50
– 150 % dari kadar analit.
• Hitung regresi linier dan koefesien korelasi (R)
• Harga R menunjukkan linieritas.
Kriteria : R > 0.997 (bahan aktif)
R > 0.98 (cemaran / impurity)
41. RANGE / RENTANG
• Kemampuan untuk memperoleh hasil uji yang
kadar analitnya masih linier dengan presisi dan
akurasi yang masih dapat diterima.
• Ditetapkan bersamaan dengan penetapan linieritas
dengan melakukan pengujian terhadap contoh
yang kadarnya dibawah dan diatas normal.
• Buat kurva regresinya dan tentukan batas bawah
dan batas atas dari kadar analit yang masih
memberikan garis linier.
42. RUGGEDNESS / KEKASARAN
Definisi : kemampuan untuk memberikan hasil uji
yang sama pada contoh yang sama, tetapi keragaman
kondisi pengujian berbeda.
Tujuan: untuk mengetahui pengaruh faktor eksternal
terhadap metode (contoh dan metode sama, tetapi
laboratorium, alat, analis dan waktu pengujian
berbeda).
Cara penetapan : melakukan uji kolaborasi antar
labotorium, lalu membandingkan presisi dan akurasi
dari hasil uji antar laboratorium tersebut.
43. ROBUSTNESS / KETAHANAN
• Definisi : ukuran kemampuan metode untuk tidak
terpengaruh oleh perubahan kecil dari parameter
metode yang sengaja dibuat.
• Tujuan : untuk mengetahui pengaruh faktor
internal terhadap metode (dilakukan sedikit
pengubahan pada metode seperti: kecepatan laju
alir pada kolom, komposisi fase gerak, suhu
kolom, lama penguapan).
• Cara penetapan : membandingkan presisi dan
akurasi hasil yang diperoleh dengan hasil yang
dilakukan pada kondisi normal.
44. Karakteristik validasi menurut
USP 27 dan ICH
Metode analisis memerlukan karakteristik
validasi, tergantung tujuan metode atau
jenis pengujiannya.
USP 27 dan ICH memberikan batasan yang
sama terhadap karakteristik validasi yang
diperlukan saat metode analisis divalidasi.
45. Karakteristik validasi menurut
USP 27
Karakteristik
Validasi
Ka
dar
Uji kemurnian Uji
Performance
karakteristik
Identi
fikasi
Kuantitatif
Uji
Batas
Akurasi
Presisi
Spesifisitas
LOD
LOQ
Linieritas
Rentang
Yes
Yes
Yes
No
No
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
No
Yes
Yes
Yes
*
No
Yes
Yes
No
No
*
*
Yes
*
*
*
*
*
No
No
Yes
No
No
No
No
46. Karakteristik validasi menurut ICH
Karakteristik
Validasi
Identi
fikasi
Uji kemurnian
Kuantitatif
(kadar,disolusi)
Kuantitatif Uji
Batas
Akurasi
Repeatabilitas
Presisi Antara
Spesifisitas $
LOD
LOQ
Linieritas
Rentang
No
No
No
Yes
No
No
No
No
Yes
Yes
Yes #
Yes
*
Yes
Yes
Yes
No
No
No
Yes
Yes
No
No
No
Yes
Yes
Yes #
Yes
No
No
Yes
Yes
47. Karakteristik validasi (Lanjutan)
Keterangan Tabel :
* = mungkin diperlukan, tergantung jenis/sifat.
# = bila telah dilakukan reproduksibilitas, presisi
antara tidak perlu dievaluasi.
$ = metode analisis yang kurang spesifik, harus
ditunjang oleh metode analisis lain untuk
memperbaiki spesifisitasnya.
48. Metode analisis yang
memerlukan validasi
Metode analisis yang baru dikembangkan :
karakteristik unjuk kerja metodenya belum
diketahui (terkait dengan persyaratan dan
penggunaannya).
Metode analisis yang dimodifikasi dan atau
diterap kan pada matriks / bentuk sediaan
yang berbeda.
Metode baku dan metode resmi yang akan
diadopsi, tidak perlu divalidasi tetapi cukup
diverifikasi.
49. Metode analisis yang memerlukan
validasi (Lanjutan)
Verifikasi diperlukan karena :
- Data verifikasi sebagai bukti metode tersebut telah
sesuai dan memenuhi kebutuhan laboratorium.
- Adanya perbedaan dalam personel, instrumen,
pereaksi yang dipakai dalam metode baku dan
metode resmi dengan laboratorium yang akan
menggunakannya kecuali jika terhadap metode
tersebut dilakukan modifikasi dan atau dilakukan
dalam matriks yang berbeda.