SlideShare a Scribd company logo
1 of 52
UJI REPRODUSIBILITAS,
UJI PROFISIENSI DAN UJI HOMOGENITAS
Prof. Dr. Slamet Ibrahim S, DEA, Apt.
Sekolah Farmasi ITB
2012
Pengujian Presisi Prosedur Analisis
• Definisi: Presisi prosedur analisis adalah tingkat kedekatan
diantara hasil uji individu bila prosedur diterapkan
berulangkali terhadap sampling ganda atau sample yang
homogen. Presisi biasanya dinyatakan sebagai simpangan
baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi) dari
satu seri pengukuran.
• Presisi merupakan ukuran tingkat reprodusibilitas atau
repitibilitas prosedur analisis dalam kondisi kerja normal.
• Presisi antara (dikenal juga sebagai ruggedness)
menyatakan keragaman dalam laboratorium yang dilakukan
pada hari yang berbeda atau oleh analis yang berbeda atau
peralatan yang berbeda di laboratorium yang sama.
• Repitibilitas mengacu pada penggunaan prosedur analisis
dalam laboratorium yang sama dalam periode waktu yang
singkat menggunakan analis yang sama dengan peralatan
yang sama.
Definisi menurut ICH
• Repeatability is defined as the precision under
the same condition over the short time interval
( intra-assay precision).
• Intermediate precision is defined as an
assessment of within laboratories variability
due to different days, different analysts, or
different equipments.
• Reproducibility is defined as the precision
between laboratories ( collaborative studies that
are usually applied to standardizing a method).
Uji Reprodusibiltas
• Uji Reprodusibiltas adalah pengujian presisi metode
atau prosedur analisis yang melibatkan beberapa
laboratoria, disebut juga Uji Ko-laboratorif.
• Bertujuan untuk memperoleh karakteristik metode
pada kondisi praktis yang nyata, terutama
penyimpangan yang bersifat sistematik (akurasi
metode) maupun yang bersifat acak (presisi
metode).
• Kajian ko-laboratif umumnya menghasilkan informasi
kinerja terbaik metode analisis yang diharapkan (the
best performance to be expected)
Tahapan Praktis Pengujian Kolaboratif
1. Optimasi Metode
• Metode/Prosedur Analisis telah dioptimasi.
Pengujian ko-laboratif tidak dianjurkan bila
optimasi metode/prosedur belum dilakukan.
• Optimasi dapat dilakukan oleh laboratorium
pengembang untuk mengetahui kondisi
operasional yang optimum meliputi penggunaan
pereaksi, waktu reaksi, dan pengaruh faktor –
faktor terhadap hasil analisis.
• Optimasi dapat dilakukan dengan menggunakan
cara: optimasi simpleks , optimasi faktorial, dan
metode numerik.
2. Menyiapkan Prosedur yang deskriptif
• Metode/prosedur ditulis dalam suatu bentuk (format) dan
gaya (style) yang khas.
• Bentuk dan gaya penulisan harus dikenal dan dipahami oleh
peserta pengujian, misalnya gaya PPOMN, AOAC, ISO, atau
yang lainnya.
• Penulisan meliputi: persyaratan khusus
(kromatografi, enzim, antibodi, pereaksi, bakteri
uji, dll), tahapan operasional yang harus diikuti disertai dengan
penjelasannya.
• Pernyataan yang jelas kriteria inklusi meliputi spesifikasi
kinerja, uji kesesuaian sistem dan titik kritis dari metode.
• Penulisan prosedur yang menggambarkan 4C yaitu:
completeness, credibility, continuity and clarity.
• Uji coba pemahaman telah dilakukan dengan melibatkan 3 lab.
3. Mengundang partisipan
• Laboratoria yang mengikuti uji ko-laboratif harus
diseleksi berdasarkan kompetensinya dan hasil uji
profisiensi. Jumlahnya antara 5 hingga 8 laboratoria.
• Dalam surat undangan partisipasi harus dinyatakan:
tujuan kajian, alasan seleksi, estimasi jumlah jam-orang
yang dibutuhkan untuk pengujian, jumlah bahan-bahan
yang akan dikirimkan, jumlah analisis yang harus
dilakukan, waktu distribusi bahan-bahan, dan waktu
akhir (target) pelaporan, dan formulir kesanggupan
laboratorium.
• Di samping itu jangan lupa pengiriman salinan
metode/prosedur yang telah disusun secara rinci dan
formulir-formulir yang diperlukan.
4. Formulir instruksi dan pelaporan
• Semua formulir harus didisain dan disiapkan secara cermat
(kalau perlu dilakukan uji coba pengisian formulir dahulu).
• Dalam formulir instruksi harus dinyatakan dengan jelas:
Kajian ini merupakan pengujian metode/prosedur bukan
laboratorium. Ikuti semua tahapan yang tertulis dan
jangan melakukan tahapan yang lain. Penyimpangan dari
instruksi harus dicatat dalam laporan.
• Instruksi juga harus meliputi: penyimpanan, penanganan,
penandaan, identitas yang harus dicatat, kriteria
penggunaan bahan, penyiapan khusus sebelum analisis,
cara perhitungan, dan cara pelaporan (termasuk data
pendukung).
Disain kajian
• Disain harus berdasarkan tujuan kajian yaitu
mengidentifikasi sumber keragaman yang
terjadi pada kondisi praktis yang aktual
meliputi: antar laboratorium dan inter
laboratorium.
• Jika diperlukan menggunakan blind
replicates, negative control atau split levels.
• Dengan demikian desain kajian juga harus
berdasarkan pada bagaimana data yang
diperoleh akan dianalisis secara statistik.
Bahan-bahan Pengujian
• Sample/bahan uji harus homogen (merupakan titik kritis).
Ketidakhomogenan akan menimbulkan keragaman hasil
dan pencilan data. Homogenitas harus diuji secara acak
sebelum pengiriman.
• Sampel harus stabil agar homogenitas, komposisi dan kadar
analit tidak berubah (pemilihan wadah, cara
pengiriman, penyimpanan dan penanganan sampel jadi
titik kritis).
• Pengkodean sampel dilakukan secara acak.
• Rentang konsentrasi analit harus mengkover rentang yang
sesuai (identifikasi, uji batas, sediaan, uji disolusi, dll).
• Ukuran dan jumlah sampel harus mencukupi analisis
lengkap (replikasi, uji pengaruh matriks, dll).
• Jika diperlukan bahan pembanding (BP) dan matriks
disertakan bersama sampel uji.
Kewajiban Partisipan
• Menganalisis sampel uji sesuai waktu yang telah ditetapkan
(waktu target) berdasarkan protokol yang diterimanya.
• Mengikuti semua tahapan prosedur analisis (tahap demi
tahap tanpa pengecualian dan penyimpangan) secara
disiplin (merupakan titik kritis pengerjaan).
• Melakukan jumlah penetapan (replikasi) sesuai dengan
instruksi.
• Melaporkan semua data termasuk data individual dan
perhitungannya termasuk blangko sesuai instruksi.
• Mengirimkan data mentah termasuk rekaman dan fotografi
sesuai yang diminta dalam instruksi.
• Dapat melakukan investigasi awal penyebab hasil analisis
yang dirasakan tidak rasional (Jika perlu segera
menghubungi komisi kajian ko-laboratif).
Pengolahan Data Secara Statistik
• Hanya data yang valid/sah yang diikutkan
dalam analisis statistik two-away ANOVA.
• Uji homogenitas
• Uji pencilan data (outlier test) menggunakan
uji Cohran atau uji Grubbs.
• Menguji penyimpangan sistematik
(bias, akurasi metode atau % perolehan
kembali).
• Menguji galat acak (presisi metode):
Data yang tidak valid akan dihasilkan jika:
1. Tahapan metode/prosedur tidak diikuti,
2. Kurva kalibrasi tidak linear dianggap linear,
3. Uji Kesesuaian Sistem tidak baik,
4. Resolusi dan pemisahan (ekstraksi) tidak
mencukupi,
5. Reaksi lain yang tidak diinginkan terjadi,
6. Kondisi instrumen tidak sesuai (kalibrasi dan
bersih).
• Menguji galat acak (presisi metode):
1. Reprodusibilitas, keragaman antar
laboratoria (among laboratories) termasuk
inter laboratorium dinyatakan sebagai SR
2. Repitibilitas, keragaman inter laboratoria
(within- laboratory) dinyatakan sebagai Sr
3. Keragaman antar laboratorium tanpa within
laboratory dinyatakan sebagai SL
• Hubungan ketiga parameter:
SR2 = k.SL2 + Sr2
• Repitibilitas (r) = 2.√2. Sr = 2,8. Xav .RSDr/100
• Reprodusibiltas (R) = 2.√2. SR = 2,8. Xav .RSDR/100
• Perhitungan lihat ANOVA :
1. De Muth JE, Basic Statistic and Pharmaceutical
Statistical Application, 2006
2. Uji kolaboratif dari buku Youden W.J. Statistical
Techniques for Collaborative Test .
Cara perhitungan
• Terdapat 4 parameter sumber keragaman dalam
ANOVA dua jalan yaitu: laboratorium, sampel, interaksi
sampel/laboratoriu, dan galat (ripitabilitas).
• Komponen variansi terdiri dari:
o S2
j (berasal dari laboratorium)
o S2
k (berasal dari sampel)
o S2
jk (berasala dari interaksi)
o S2
galat (dari ripitabilitas)
• Keragaman jumlah = Z0. STotal
• S2
Total = S2
k + S2
ripitabilitas + S2
reprodusibiltas
• Ripitabilitas (Sr) = Z0.√MSE
• Reprodusibiltas (SR) = Z0. √(MSL – MSI)/k.n
• Interaksi (SI)= Z0. √(MSI – MSE)/n
• (R & R)2 = Sr
2 +SR
2 + SI
2
• Variasi sampel (Vp) = Z0. √(MSS – MSI)/j.n
• Variasi sistem (Vt) = √(R&R)2 + V2
p
• %Sr = (Sr/Vt)2. 100%
• %SR = (SR/Vt)2.100%
Dimana Z0 = koefisien reliabilitas, misalnya 3,92
untuk tingkat kepercayaan 95%, n = jumlah
replikasi, k = jumlah sampel yang diuji
laboratorium, j = jumlah laboratorium.
Komputasi ANOVA dua jalan
SUMBER
KERAGAMAN
DERAJAT
KEBEBASAN (DF)
JUMLAH
KWADRAT (SS)
RATAAN
KWADRAT (MS)
F
Sampel
Laboratorium
Interaksi S-L
Error/galat
Jumlah
(k – 1)
(j – 1 )
(k-1)(j-1)
k.j.(n-1)
N-1
SSS
SSL
SSI
SSE
SST
SSS/(k – 1)
SSL/(j – 1 )
SSI/(k-1)(j-1)
SSE/(k.j)(n-1)
MSS/MSE
MSL/MSE
MSI/MSE
Jika:
• σo
2 = variansi antara penetapan replikasi
• σLS
2 = variansi interaksi lab – sampel
• σL
2 = variansi antar laboratorium
Maka:
• MSL = σo
2 + r σLS
2 + krσL
2 = (SR)2
• MSLS = σo
2 + r σLS
2
• MSo = σo
2 = (Sr)2
Uji Profisiensi Laboratorium
 Uji profisiensi digunakan untuk:
a) Menguji kompetensi suatu laboratorium dalam
melakukan analisis bahan/analit tertentu
melalui uji antar-laboratorium.
b) Memeriksa kinerja suatu laboratorium melalui
uji antar-laboratorium.
 Uji profisiensi juga digunakan untuk menguji
kompetensi dan memeriksa kinerja tenaga analis
dalam suatu laboratorium terhadap analis-analis
lainnya yang ada di laboratorium tersebut.
ISO Guide 43: Proficiency testing is the use of
results generated in inter-laboratory test
comparisons for the purpose of assessing the
technical competence of participating testing
laboratories.
Uji profisiensi dapat digunakan untuk
menentukan akurasi (analytical bias) dan presisi
suatu metode analisis (repitibilitas dan
reprodusibilitas), jika metode/prosedur analisis
yang digunakannya sama.
Mengikuti/berpartisipasi dalam Uji profisiensi
dapat bersifat wajib atau sukarela dalam upaya
peningkatan mutu laboratorium (quality
improvement).
Jenis Uji Profisiensi
Suatu uji untuk mengukur kompetensi
kelompok laboratorium dalam melakukan
suatu analisis yang sangat
spesifik, misalnya, penetapan kadar timbal
dalam darah.
Suatu uji yang dibutuhkan untuk menilai
kompetensi atau kinerja peserta uji untuk
melakukan analisis yang lebih luas atau
dalam suatu campuran dengan matriks
tertentu, misalnya deteksi obat doping dalam
urine atau darah atlet.
Skema Uji Profisiensi
Sampel uji didistribusikan oleh penyelenggara
uji kepada semua laboratorium peserta.
Laboratorium peserta melakukan analisis satu
atau lebih komponen/analit yang ada dalam
sampel tersebut dan melaporkannya kepada
penyelenggara.
Penyelenggara melakukan uji statistik untuk
menilai kompetensi dan posisi laboratorium
peserta terhadap partisipan lainnya.
Jenis dan Persyaratan Sampel
 Jenis Sampel:
1. Subsampel yang diambil secara acak dari bahan
ruahan yang homogen lalu dibagikan ke para peserta.
2. Sampel dari produk atau bahan yang dibagi dua atau
lebih porsi lalu dibagikan ke para peserta.
3. Sampel yang akan dianalisis disirkulasikan dari satu
laboratorium ke laboratorium selanjutnya untuk
dianalisis hingga akhirnya sampai ke penyelenggara uji
profisiensi.
 Persyaratan sampel : Homogen dan stabil sebelum
dan sesudah didistribusikan (Perhatikan: Kemasan
, penyimpanan dan transportasinya
Perhitungan dalam Uji Profisiensi
Kinerja dan Kompetensi laboratorium peserta
dinilai berdasarkan skor Z
(z score):
Z = І(xi – A)І/σ
di mana xi = nilai/hasil yang diperoleh masing-
masing laboratorium peserta, A = nilai “benar”
dari kadar analit, σ = simpangan baku yang
dipilih (selected standard deviation).
Nilai Z merupakan nilai absolut.
Jika digunakan batas kepercayaan 95%, maka
batas nilai yang Z yang diterima adalah +2
hingga -2.
Klasifikasi kinerja atau kompetensi peserta
uji profisiensi berdasarkan skor Z adalah :
|Z| ≤ 2 memuaskan (satisfactory)
2 ≤ |Z| < 3 diragukan (questionable)
|Z| > 3 tidak memuaskan (unsatisfactory)
Nilai |Z| menggambarkan nilai absolut Z
yang mengabaikan nilai + dan -.
Estimasi Nilai “Benar” A
1. Diperoleh secara konsensus dari nilai yang
dihasilkan oleh suatu laboratorium expert
yang menggunakan metode analisis terbaik
(tervalidasi).
2. Diperoleh secara konsensus dari nilai rata-
rata dari semua partisipan setelah nilai
pencilan (outlier value) dibuang.
3. Diperoleh dari hasil analisis sejumlah analit
yang ditambahkan kedalam matriks dan
telah dihomogenkan (jarang dilakukan)
Estimasi nilai simpangan baku σ
1. Digunakan simpangan baku target yang telah
ditetapkan penyelenggara.
2. Dihitung simpangan baku dari hasil analisis
semua peserta.
3. Dihitung simpangan baku setelah nilai
pencilan dibuang dari hasil analisis semua
peserta laboratorium.
Nilai Pencilan (Outlier Value)
 Nilai pencilan merupakan hasil analisis yang tampak
berbeda secara tidak wajar dari hasil lainnya.
 Nilai pencilan biasanya muncul karena kesalahan (error)
insani, misalnya salah pembacaan, penulisan atau akibat
kesalahan gamblang (gross error) yang tidak diulang.
 Adanya nilai pencilan dalam data akan menyebabkan
nilai simpangan baku menjadi besar dan nilai rata-rata
menjadi jauh dari nilai sebenarnya serta andaian
sebaran data menjadim tidak normal.
 Nilai pencilan akan mempengaruhi keseksamaan
(akurasi) dan ketelitian (presisi) hasil analisis. Hasil
analisis menjadi diluar spesifikasi ”Out of specification”
(OOS)
 Apakah nilai pencilan itu dibuang atau dipertahankan?
Prediksi nilai pencilan
1. Cara Dixon
Q = (Xc – Xd)/(Xb – Xk)
di mana Xc = nilai yang dicurigai pencilan
Xd = nilai terdekat
Xb = nilai terbesar
Xk = nilai terkecil
Nilai Q dibandingkan terhadap nilai gawat
Q pada tabel. Jika nilai Q lebih kecil dari Q
tabel maka nilai terduga dapat diterima atau
dipertahankan (bukan pencilan).
2. Cara Grubbs:
G = |Xr - Xi |/s atau |Xi - Xr |/s
dimana Xr = nilai/hasil rata-rata
Xi = nilai yang dicurigai
s = simpangan baku
Nilai G yang diperoleh dibandingkan terhadap
nilai gawat G dari tabel. Jika nilainya lebih kecil
maka nilai yang dicurigai dapat diterima atau
dipertahankan.
3. Cara Nalimov:
PG = [|Xi - Xr |/s+. √N/(N-1)
di mana Xi = nilai dicurigai
Xr = nilai rata-rata
s = simpangan baku
N = jumlah data/pengukuran
Jika nilai PG lebih kecil dari nilai gawat PG
dalam tabel, maka nilai terduga dapat
diterima atau dipertahankan.
UJI HOMOGENITAS
• Homogenitas adalah suatu sifat atau kondisi yang
menunjukkan “keserbasamaan” baik jenis
maupun kadar suatu bahan atau sampel.
• Suatu bahan atau sampel yang homogen, jika
dianalisis akan memberikan hasil yang teliti dan
tepat.
• Sebaliknya bahan atau sampel yang tidak
homogen (heterogen), jika dianalisis akan
memberikan hasil yang beragam (bervariasi) dan
kemungkinan salah.
Faktor yang berpengaruh pada homogenitas
suatu bahan atau sampel:
a. Proses pengambilan sampel (sampling)
b. Proses pencampuran (grinding, mixing and blending)
c. Komponen bahan atau sampel merupakan bahan
yang sulit homogen ketika digerus dan dicampurkan
(bermuatan listrik, menggumpal, dll)
d. Salah satu komponen bahan atau sampel tidak stabil
dan mudah terurai, rusak atau terkontaminasi selama
proses produksi dan penyimpanan.
e. Alat pencampuran dan pengujian rusak atau tidak
berfungsi dengan baik.
• Uji homogenitas adalah suatu aktifitas
pengujian untuk mengetahui kondisi
keserbasamaan suatu bahan atau sampel
sebelum digunakan dalam pengujian.
• Dilakukan dengan cara penetapan kadar
bahan atau komponen utama di setiap
bagian (atas, tengah, dan bawah) wadah.
• Biasanya dilakukan setelah proses produksi
sebelum dan sesudah pengisian dan
pengepakan bahan pembanding.
• Homogenitas bahan diuji secara statistika dengan
kriteria dan hipotesis bahwa suatu bahan dinyatakan
homogen jika menunjukkan variansi yang sama
(equal):
H0 : σ1
2 = σ2
2 = σ3
2 = …….= σk
2
H1 : H0 ditolak jika σ1
2 =/ σ2
2
• Uji statistik sederhana menggunakan uji F-max dari
Hartley, yaitu ratio antara variansi yang lebih besar
dengan yang lebih kecil:
Fmax = (Sbesar)2/(Skecil)2
Fmax dibandingkan dengan nilai F kritis dari tabel.
• Jika Fmax < Ftabel maka hipotesis nol, H0 gagal ditolak
artinya diterima dan sampel dinyatakan homogen.
Sebaliknya jika Fmax > F tabel maka hipotesis nol, H0
ditolak dan sampel dinyatakan tidak homogen.
• Cara yang paling aktual adalah dengan menghitung Fstatistik:
F = MSB/MSW
H0 ditolak jika F > F,db1,db2 ,(1 – α), dengan α = 0,05, yang
berarti sampel tidak homogen.
Dimana MSB adalah keragaman (variability) antar rata-rata
sampel (mean squared between). MSW adalah keragaman
dalam masing-masing sampel (mean squared within).
• Cara Perhitungan:
MSW = [1/(N-K)][(n1-1)S1
2+(n2-1)S2
2+…+ (n2-1)Sk
2
x̄G = [1/N][(n1x̄1) + (n2x̄2) + (n3x̄3) + n4x̄4 +………+ (nkx̄k)]
MSB = [1/(K -1)][n1(x̄1 - x̄G )2 + n2(x2 - x̄G )2 + …..+ nk(x̄k - x̄G )2]
di mana N = Jumlah observasi, n = jumlah sampel, K = jumlah
pengujian diskret.
Kriteria Homogenitas Sampel
• Kriteria 1:
F = MSB/MSW
Jika F hitung < F tabel (p, db1, db2), maka sampel
dinyatakan homogen.
MSB = [1/2(n-1)+.∑*(Ti) – (T)rata]2
MSW = [1/(2n)+.∑*(Di) – (D)rata]2
• Pengukuran dilakukan secara duplo (a dan
b), serta n = jumlah sampel.
• T = (a + b) dan D = (a – b)
• Uji Homogenitas dari Bartlett:
Jika variansi lebih dari 2, maka uji
homogenitas dihitung dengan menggunakan
uji Bartlett berdasarkan uji kuadrat Chi:
Χ2 = ∑(Ni – 1) ln S2 - (Ni – 1) ln Si
2
di mana S2 adalah variansi “pooled” dan Si
2
adalah variansi sampel ke I, N = jumlah
pengukuran.
Jika X2
hitung < X2
tabel dengan d.bi, maka
sampel dinyatakan homogen.
Uji Homogenitas Cohran’s:
• Uji Cohran’s C
C = Sbesar
2/∑Si
2
dimana bila C hitung < C kritis maka sampel
dinyatakan HOMOGEN.
UJI Homogenitas lainnya:
• Uji Levene
• Uji Brown and Forsythe
Kriteria lainnya (jarang digunakan):
Kriteria 2
SD sampling < 0,3 σ
di mana SD sampling = √(MSB –MSW)/2
dan σ = 1,1
Kriteria 3
SD sampling < 0,3 SD prediksi
di mana SD prediksi dihitung dari CV Horwitt
yaitu SD prediksi = (CV.x̄)/100
CV = 2 (1 – 0,5 logC)
Kriteria 4
SD sampling < SD prediksi
Contoh Perhitungan Uji Homogenitas
SAMPEL A SAMPEL B SAMPEL C
277,3 278,4
280,3 272,9
279,1 274,7
275,2 276,8
273,6 269,1
276,7 276,3
281, 7 273,1
278,7
271,6 275,5
274,8 274,0
271,2 274,9
277,6 269,2
274,5 283,2
275,7 280,6
276,1 274,6
275,9
275,5 272,3
274,2 273,4
267,5 275,1
274,2 273,7
270,5 268,7
284,4 275,0
275,6 268,3
277,1
Rata-rata ( x̄ A) = 276,26
SD A = 3,27
Rata-rata ( x̄ B) = 275,29
SD B = 3,46
Rata-rata ( x̄ C) = 273,70
SD C = 4,16
• MSW = [1/(N-K)][(n1-1)S1
2+(n2-1)S2
2+…+ (n2-1)Sk
2
= [1/(45 -3)][(15-1)(3,27)2 + (15-1)(3,46)2 + (15-1)(4,16)2
= [1/42][(14)(10,69) + (14)(11,97) + (14)(17,31)]
= 13,32
• x̄G = [1/N][(n1x̄1) + (n2x̄2) + (n3x̄3) + n4x̄4 +………+ (nkx̄k)]
= [1/45][(15)(276,26) + (15)(275,29) + (15)(273,70)
= 275,08
• MSB = [1/(K -1)][n1(x̄1 - x̄G )2 + n2(x2 - x̄G )2 + …..+ nk(x̄k - x̄G )2]
= [1/(3-1)][15(276,26-275,08)2 + 15(275,29-275,08)2 + 15(273,70-275,08)2
= 25,06
• F = MSB/MSW = (25,06)/(13,32) = 1,88
• F tabel = 3,23, Fhitung =1,88 < 3,23, maka sampel dapat dinyatakan
HOMOGEN
(Diambil dari De Muth JE, Basic Statistics and Pharmaceutical
Statistical Applications, 2006, hal 207, tabel 10.2)
Dengan Uji F-max dari Hartley:
F-max = (Sbesar)2/(Skecil)2
• Variansi paling besar ditunjukkan oleh sampel
C yaitu (4,16)2 = 17,31
• Sedangkan variansi paling kecil ditunjukkan
oleh sampel A yaitu (3,27)2 = 10,69
• F-max = (Sbesar)2/(Skecil)2
= 17,31/10,69 = 1,62
• F kritis pada α = 0,05, F3,14 adalah 3,75
• Fmax < F kritis, sampel dinyatakan HOMOGEN
Dengan Uji Cohran’s C:
C = Sbesar
2/∑Si
2
= (4,16)2/[(3,27)2 + (3,46)2 + (4,16)2
= 17,31/39,97
= 0,4331
• C kritis dari Tabel B7 untuk level 3 dan derajat
kebebasan db = 15 -1= 14,
maka Ckritis = 0,5666 pada α = 0,05
• C hitung < C kritis, yaitu 0,4331 < 0,5666
maka sampel dinyatakan HOMOGEN.
Uji Homogenitas dari Bartlett
(Diambil dari Bolton S, Pharmaceutical Statistics, 1997, hal 180. tabel 5,18)
LOKASI
SAMPLING
N N - 1 VARIANSI (S2) ln S2
A
B
C
D
3
3
3
5
2
2
2
4
3,6
4,7
2,9
8,3
1,2809
1,5476
1,0647
2,1169
• S2 pooled = *1/∑(N -1)][(NA-1)(SA)2 +(NB-1)(SB)2 + (NC-1)(SC)2
+ (ND-1)(SD)2]
= (1/10){(2 x 3,6) + (2 x 4,7) + (2 x 2,9) + (4 x 8,3)}
= 5,56
• Ln 5,56 = 1,7156
• ∑(N -1) = 10
• ∑(N -1) ln Si
2 = 2(1,2809) + 2(1,5476) + 2(1,0647) + 4(2,1163)
= 16,2516
• Χ2 = ∑(Ni – 1) ln S2 - (Ni – 1) ln Si
2
= (10 x ln 5,56) – 16,2516
= (10 x 1,7156) – 16,2516 = 0,9044
• Χ2
kritisdengan derajat kebebasan 3 dan α = 0,05 (Tabel IV.5)
adalah 7,8.
• Maka Χ2
hitung < Χ2
kritis dan Sampel dinyatakan HOMOGEN
Uji Homogenitas dengan pengujian Duplo
(Penetapan Kadar Senyawa X)
SAMPEL Kadar 1(a) Kadar 2 (b)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
101,55
99,72
100,37
105,27
100,43
104,68
103,30
100,93
101,25
97,93
102,41
102,08
103,95
97,28
97,37
100,78
97,98
101,26
95,90
102,32
Menghitung MSB
(a ) (b) T= (a + b) (T) – (T)R [(T) – (T)R]2
101,55
99,72
100,37
105,27
100,43
104,68
103,30
100,93
101,25
97,93
102,41
102,08
103,95
97,28
97,37
100,78
97,98
101,26
95,90
102,32
203,96
201,18
204,32
205,55
197,8
205,46
201,28
202,19
197,15
200,25
2,05
-0,73
2,41
3,64
-4,11
3,55
-0,63
0,28
-4,76
-1,66
4,2025
0,5329
5,8081
13,2496
16,8921
12,6025
0,3969
0,0784
22,6576
2,7556
Jumlah T
Rata TR
2019,14
201,91
Jumlah = 79,1762
MSB = 79,1762/18
= 4,3987
Menghitung MSW
(a ) (b) D= (a - b) (D) – (D)R [(D) – (D)R]2
101,55
99,72
100,37
105,27
100,43
104,68
103,30
100,93
101,25
97,93
102,41
102,08
103,95
97,28
97,37
100,78
97,98
101,26
95,90
102,32
-0,86
-2,36
-3,58
7,99
3,06
3,90
5,32
-0,33
5,35
-4,39
-2,27
-3,77
-4,99
6,58
1,65
2,49
3,91
-1,74
3,94
-5,80
5,1529
14,2129
24,9001
43,2964
2,7225
6,2001
15,2881
3,0276
15,5236
33,6400
Jumlah
Rata DR
14,10
1,41
Jumlah = 163,9642
MSW = 163,9642/20
= 8,1982
• F = MSB/MSW
MSB = [1/2(n-1)+.∑*(Ti) – (T)rata]2
MSW = *1/(2n)+.∑*(Di) – (D)rata]2
n = 10
• Jika F hitung < F kritis (p, db1, db2), maka sampel
dinyatakan homogen.
• F hitung = 8,1982/4,3987 = 1,86
• F kritis (9,9) α = 0,05 = 3,18
• F hitung < F kritis, maka sampel dinyatakan
HOMOGEN
TERIMA KASIH
atas perhatiannya

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum PermanganometriLaporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum PermanganometriRidha Faturachmi
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul DeLas Rac
 
Titrasi serimetri dll
Titrasi serimetri dllTitrasi serimetri dll
Titrasi serimetri dllIkhsan Bz
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan MikroorganismeLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan MikroorganismeRukmana Suharta
 
Sediaan semi solid
Sediaan semi solidSediaan semi solid
Sediaan semi solidDokter Tekno
 
Good laboratory practice
Good laboratory practiceGood laboratory practice
Good laboratory practiceGalih Pratama
 
Sni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensori
Sni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensoriSni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensori
Sni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensoriBasyrowi Arby
 
Analisa Pendahuluan dan Analisa Kualitatif
Analisa Pendahuluan dan Analisa KualitatifAnalisa Pendahuluan dan Analisa Kualitatif
Analisa Pendahuluan dan Analisa KualitatifNaufa Nur
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet ParasetamolLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet ParasetamolNovi Fachrunnisa
 

What's hot (20)

Laporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum PermanganometriLaporan Praktikum Permanganometri
Laporan Praktikum Permanganometri
 
Metode soap
Metode soapMetode soap
Metode soap
 
Emulsi
Emulsi Emulsi
Emulsi
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul
 
Evaluasi Granul
Evaluasi GranulEvaluasi Granul
Evaluasi Granul
 
spektrofotometri serapan atom
spektrofotometri serapan atomspektrofotometri serapan atom
spektrofotometri serapan atom
 
GC kolom
GC kolomGC kolom
GC kolom
 
Titrasi serimetri dll
Titrasi serimetri dllTitrasi serimetri dll
Titrasi serimetri dll
 
Salep mata (1)
Salep mata (1)Salep mata (1)
Salep mata (1)
 
Suppo
SuppoSuppo
Suppo
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan MikroorganismeLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
 
Sediaan semi solid
Sediaan semi solidSediaan semi solid
Sediaan semi solid
 
Toksikologi 2017
Toksikologi 2017Toksikologi 2017
Toksikologi 2017
 
Good laboratory practice
Good laboratory practiceGood laboratory practice
Good laboratory practice
 
Cpob 2012
Cpob 2012Cpob 2012
Cpob 2012
 
Sni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensori
Sni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensoriSni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensori
Sni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensori
 
Analisa Pendahuluan dan Analisa Kualitatif
Analisa Pendahuluan dan Analisa KualitatifAnalisa Pendahuluan dan Analisa Kualitatif
Analisa Pendahuluan dan Analisa Kualitatif
 
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet ParasetamolLaporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
Laporan Praktikum Pembuatan Tablet Parasetamol
 
Glikosida
GlikosidaGlikosida
Glikosida
 
analisa kation golongan 1
analisa kation golongan 1analisa kation golongan 1
analisa kation golongan 1
 

Viewers also liked

Longitudinal scalogram analysis di puskesmas
Longitudinal scalogram analysis di puskesmasLongitudinal scalogram analysis di puskesmas
Longitudinal scalogram analysis di puskesmasIskani kasim
 
Statistika Uji Homogenitas (Uji Fmax, Uji Barlett, dan Uji Runs)
Statistika Uji Homogenitas (Uji Fmax, Uji Barlett, dan Uji Runs)Statistika Uji Homogenitas (Uji Fmax, Uji Barlett, dan Uji Runs)
Statistika Uji Homogenitas (Uji Fmax, Uji Barlett, dan Uji Runs)Awal Akbar Jamaluddin
 
EXPERIMENTAL DESIGN (RANCANGAN PERCOBAAN) Suatu pendekatan teoritis dari & un...
EXPERIMENTAL DESIGN(RANCANGAN PERCOBAAN) Suatu pendekatan teoritis dari & un...EXPERIMENTAL DESIGN(RANCANGAN PERCOBAAN) Suatu pendekatan teoritis dari & un...
EXPERIMENTAL DESIGN (RANCANGAN PERCOBAAN) Suatu pendekatan teoritis dari & un...Muhammad Eko
 
Pengukuran skala guttman tradisional
Pengukuran skala guttman tradisionalPengukuran skala guttman tradisional
Pengukuran skala guttman tradisionalIndira P
 

Viewers also liked (8)

Longitudinal scalogram analysis di puskesmas
Longitudinal scalogram analysis di puskesmasLongitudinal scalogram analysis di puskesmas
Longitudinal scalogram analysis di puskesmas
 
Uji anova
Uji anovaUji anova
Uji anova
 
Statistika Uji Homogenitas (Uji Fmax, Uji Barlett, dan Uji Runs)
Statistika Uji Homogenitas (Uji Fmax, Uji Barlett, dan Uji Runs)Statistika Uji Homogenitas (Uji Fmax, Uji Barlett, dan Uji Runs)
Statistika Uji Homogenitas (Uji Fmax, Uji Barlett, dan Uji Runs)
 
8. uji normalitas dan homogenitas
8. uji normalitas dan homogenitas8. uji normalitas dan homogenitas
8. uji normalitas dan homogenitas
 
Cara cari uji bnj (hsd)
Cara cari uji bnj (hsd)Cara cari uji bnj (hsd)
Cara cari uji bnj (hsd)
 
EXPERIMENTAL DESIGN (RANCANGAN PERCOBAAN) Suatu pendekatan teoritis dari & un...
EXPERIMENTAL DESIGN(RANCANGAN PERCOBAAN) Suatu pendekatan teoritis dari & un...EXPERIMENTAL DESIGN(RANCANGAN PERCOBAAN) Suatu pendekatan teoritis dari & un...
EXPERIMENTAL DESIGN (RANCANGAN PERCOBAAN) Suatu pendekatan teoritis dari & un...
 
Pengukuran skala guttman tradisional
Pengukuran skala guttman tradisionalPengukuran skala guttman tradisional
Pengukuran skala guttman tradisional
 
Uji tukey & Uji scheffe
Uji tukey & Uji scheffeUji tukey & Uji scheffe
Uji tukey & Uji scheffe
 

Similar to UNTUK REPRODUSIBILITAS

Analisa sampel dan quality control di laboratorium
Analisa sampel dan quality control di laboratoriumAnalisa sampel dan quality control di laboratorium
Analisa sampel dan quality control di laboratoriummuhammadahan
 
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1Suryanata Kesuma
 
Modul 9 Rancangan Percobaan.ppt
Modul 9 Rancangan Percobaan.pptModul 9 Rancangan Percobaan.ppt
Modul 9 Rancangan Percobaan.pptJihadilQudsi1
 
Bu Marlia - Validasi metode analisis mikrobiologi.pptx
Bu Marlia - Validasi metode analisis mikrobiologi.pptxBu Marlia - Validasi metode analisis mikrobiologi.pptx
Bu Marlia - Validasi metode analisis mikrobiologi.pptxIndahShaliha1
 
penelitian ekperimen.ppt
penelitian ekperimen.pptpenelitian ekperimen.ppt
penelitian ekperimen.pptRiskaWahyuni24
 
14.Validasi-verifikasi.pdf
14.Validasi-verifikasi.pdf14.Validasi-verifikasi.pdf
14.Validasi-verifikasi.pdfLaboratUmum
 
Cara analisis data
Cara analisis dataCara analisis data
Cara analisis datamohdkhamdani
 
Bimbingan QC-trouble shooting-flagging.pptx
Bimbingan QC-trouble shooting-flagging.pptxBimbingan QC-trouble shooting-flagging.pptx
Bimbingan QC-trouble shooting-flagging.pptxCovidpetamburan
 
Verifikasi Metode thdp Sampel Terkontrol.pptx
Verifikasi Metode thdp Sampel Terkontrol.pptxVerifikasi Metode thdp Sampel Terkontrol.pptx
Verifikasi Metode thdp Sampel Terkontrol.pptxaliframdani4
 
The Nature and Logic of Hypothesis Testing
The Nature and Logic of Hypothesis TestingThe Nature and Logic of Hypothesis Testing
The Nature and Logic of Hypothesis TestingAditya sujarminto
 
Evaluation of Interactive Systems
Evaluation of Interactive SystemsEvaluation of Interactive Systems
Evaluation of Interactive Systemsdwi_setiyo
 
ITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan
ITP UNS Semester 3, Rancangan PercobaanITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan
ITP UNS Semester 3, Rancangan PercobaanFransiska Puteri
 
metode pengujian sifat fisika minyak bumi 2014
metode pengujian sifat fisika minyak bumi 2014metode pengujian sifat fisika minyak bumi 2014
metode pengujian sifat fisika minyak bumi 2014ebenezerskl
 
EXPERIMENTAL DESIGN (suatu pendekatan teoritis dari analisis statistika)
EXPERIMENTAL DESIGN (suatu pendekatan teoritis dari analisis statistika)EXPERIMENTAL DESIGN (suatu pendekatan teoritis dari analisis statistika)
EXPERIMENTAL DESIGN (suatu pendekatan teoritis dari analisis statistika)Muhammad Eko
 

Similar to UNTUK REPRODUSIBILITAS (20)

Analisa sampel dan quality control di laboratorium
Analisa sampel dan quality control di laboratoriumAnalisa sampel dan quality control di laboratorium
Analisa sampel dan quality control di laboratorium
 
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
 
Modul 9 Rancangan Percobaan.ppt
Modul 9 Rancangan Percobaan.pptModul 9 Rancangan Percobaan.ppt
Modul 9 Rancangan Percobaan.ppt
 
Bu Marlia - Validasi metode analisis mikrobiologi.pptx
Bu Marlia - Validasi metode analisis mikrobiologi.pptxBu Marlia - Validasi metode analisis mikrobiologi.pptx
Bu Marlia - Validasi metode analisis mikrobiologi.pptx
 
Minggu 3
Minggu 3Minggu 3
Minggu 3
 
penelitian ekperimen.ppt
penelitian ekperimen.pptpenelitian ekperimen.ppt
penelitian ekperimen.ppt
 
14.Validasi-verifikasi.pdf
14.Validasi-verifikasi.pdf14.Validasi-verifikasi.pdf
14.Validasi-verifikasi.pdf
 
Cara analisis data
Cara analisis dataCara analisis data
Cara analisis data
 
Bab Tiga
Bab TigaBab Tiga
Bab Tiga
 
Bimbingan QC-trouble shooting-flagging.pptx
Bimbingan QC-trouble shooting-flagging.pptxBimbingan QC-trouble shooting-flagging.pptx
Bimbingan QC-trouble shooting-flagging.pptx
 
01.perancangan percobaan
01.perancangan percobaan01.perancangan percobaan
01.perancangan percobaan
 
01.perancangan percobaan
01.perancangan percobaan01.perancangan percobaan
01.perancangan percobaan
 
Verifikasi Metode thdp Sampel Terkontrol.pptx
Verifikasi Metode thdp Sampel Terkontrol.pptxVerifikasi Metode thdp Sampel Terkontrol.pptx
Verifikasi Metode thdp Sampel Terkontrol.pptx
 
The Nature and Logic of Hypothesis Testing
The Nature and Logic of Hypothesis TestingThe Nature and Logic of Hypothesis Testing
The Nature and Logic of Hypothesis Testing
 
Evaluation of
Evaluation ofEvaluation of
Evaluation of
 
Evaluation of
Evaluation ofEvaluation of
Evaluation of
 
Evaluation of Interactive Systems
Evaluation of Interactive SystemsEvaluation of Interactive Systems
Evaluation of Interactive Systems
 
ITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan
ITP UNS Semester 3, Rancangan PercobaanITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan
ITP UNS Semester 3, Rancangan Percobaan
 
metode pengujian sifat fisika minyak bumi 2014
metode pengujian sifat fisika minyak bumi 2014metode pengujian sifat fisika minyak bumi 2014
metode pengujian sifat fisika minyak bumi 2014
 
EXPERIMENTAL DESIGN (suatu pendekatan teoritis dari analisis statistika)
EXPERIMENTAL DESIGN (suatu pendekatan teoritis dari analisis statistika)EXPERIMENTAL DESIGN (suatu pendekatan teoritis dari analisis statistika)
EXPERIMENTAL DESIGN (suatu pendekatan teoritis dari analisis statistika)
 

UNTUK REPRODUSIBILITAS

  • 1. UJI REPRODUSIBILITAS, UJI PROFISIENSI DAN UJI HOMOGENITAS Prof. Dr. Slamet Ibrahim S, DEA, Apt. Sekolah Farmasi ITB 2012
  • 2. Pengujian Presisi Prosedur Analisis • Definisi: Presisi prosedur analisis adalah tingkat kedekatan diantara hasil uji individu bila prosedur diterapkan berulangkali terhadap sampling ganda atau sample yang homogen. Presisi biasanya dinyatakan sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi) dari satu seri pengukuran. • Presisi merupakan ukuran tingkat reprodusibilitas atau repitibilitas prosedur analisis dalam kondisi kerja normal. • Presisi antara (dikenal juga sebagai ruggedness) menyatakan keragaman dalam laboratorium yang dilakukan pada hari yang berbeda atau oleh analis yang berbeda atau peralatan yang berbeda di laboratorium yang sama. • Repitibilitas mengacu pada penggunaan prosedur analisis dalam laboratorium yang sama dalam periode waktu yang singkat menggunakan analis yang sama dengan peralatan yang sama.
  • 3. Definisi menurut ICH • Repeatability is defined as the precision under the same condition over the short time interval ( intra-assay precision). • Intermediate precision is defined as an assessment of within laboratories variability due to different days, different analysts, or different equipments. • Reproducibility is defined as the precision between laboratories ( collaborative studies that are usually applied to standardizing a method).
  • 4. Uji Reprodusibiltas • Uji Reprodusibiltas adalah pengujian presisi metode atau prosedur analisis yang melibatkan beberapa laboratoria, disebut juga Uji Ko-laboratorif. • Bertujuan untuk memperoleh karakteristik metode pada kondisi praktis yang nyata, terutama penyimpangan yang bersifat sistematik (akurasi metode) maupun yang bersifat acak (presisi metode). • Kajian ko-laboratif umumnya menghasilkan informasi kinerja terbaik metode analisis yang diharapkan (the best performance to be expected)
  • 5. Tahapan Praktis Pengujian Kolaboratif 1. Optimasi Metode • Metode/Prosedur Analisis telah dioptimasi. Pengujian ko-laboratif tidak dianjurkan bila optimasi metode/prosedur belum dilakukan. • Optimasi dapat dilakukan oleh laboratorium pengembang untuk mengetahui kondisi operasional yang optimum meliputi penggunaan pereaksi, waktu reaksi, dan pengaruh faktor – faktor terhadap hasil analisis. • Optimasi dapat dilakukan dengan menggunakan cara: optimasi simpleks , optimasi faktorial, dan metode numerik.
  • 6. 2. Menyiapkan Prosedur yang deskriptif • Metode/prosedur ditulis dalam suatu bentuk (format) dan gaya (style) yang khas. • Bentuk dan gaya penulisan harus dikenal dan dipahami oleh peserta pengujian, misalnya gaya PPOMN, AOAC, ISO, atau yang lainnya. • Penulisan meliputi: persyaratan khusus (kromatografi, enzim, antibodi, pereaksi, bakteri uji, dll), tahapan operasional yang harus diikuti disertai dengan penjelasannya. • Pernyataan yang jelas kriteria inklusi meliputi spesifikasi kinerja, uji kesesuaian sistem dan titik kritis dari metode. • Penulisan prosedur yang menggambarkan 4C yaitu: completeness, credibility, continuity and clarity. • Uji coba pemahaman telah dilakukan dengan melibatkan 3 lab.
  • 7. 3. Mengundang partisipan • Laboratoria yang mengikuti uji ko-laboratif harus diseleksi berdasarkan kompetensinya dan hasil uji profisiensi. Jumlahnya antara 5 hingga 8 laboratoria. • Dalam surat undangan partisipasi harus dinyatakan: tujuan kajian, alasan seleksi, estimasi jumlah jam-orang yang dibutuhkan untuk pengujian, jumlah bahan-bahan yang akan dikirimkan, jumlah analisis yang harus dilakukan, waktu distribusi bahan-bahan, dan waktu akhir (target) pelaporan, dan formulir kesanggupan laboratorium. • Di samping itu jangan lupa pengiriman salinan metode/prosedur yang telah disusun secara rinci dan formulir-formulir yang diperlukan.
  • 8. 4. Formulir instruksi dan pelaporan • Semua formulir harus didisain dan disiapkan secara cermat (kalau perlu dilakukan uji coba pengisian formulir dahulu). • Dalam formulir instruksi harus dinyatakan dengan jelas: Kajian ini merupakan pengujian metode/prosedur bukan laboratorium. Ikuti semua tahapan yang tertulis dan jangan melakukan tahapan yang lain. Penyimpangan dari instruksi harus dicatat dalam laporan. • Instruksi juga harus meliputi: penyimpanan, penanganan, penandaan, identitas yang harus dicatat, kriteria penggunaan bahan, penyiapan khusus sebelum analisis, cara perhitungan, dan cara pelaporan (termasuk data pendukung).
  • 9. Disain kajian • Disain harus berdasarkan tujuan kajian yaitu mengidentifikasi sumber keragaman yang terjadi pada kondisi praktis yang aktual meliputi: antar laboratorium dan inter laboratorium. • Jika diperlukan menggunakan blind replicates, negative control atau split levels. • Dengan demikian desain kajian juga harus berdasarkan pada bagaimana data yang diperoleh akan dianalisis secara statistik.
  • 10. Bahan-bahan Pengujian • Sample/bahan uji harus homogen (merupakan titik kritis). Ketidakhomogenan akan menimbulkan keragaman hasil dan pencilan data. Homogenitas harus diuji secara acak sebelum pengiriman. • Sampel harus stabil agar homogenitas, komposisi dan kadar analit tidak berubah (pemilihan wadah, cara pengiriman, penyimpanan dan penanganan sampel jadi titik kritis). • Pengkodean sampel dilakukan secara acak. • Rentang konsentrasi analit harus mengkover rentang yang sesuai (identifikasi, uji batas, sediaan, uji disolusi, dll). • Ukuran dan jumlah sampel harus mencukupi analisis lengkap (replikasi, uji pengaruh matriks, dll). • Jika diperlukan bahan pembanding (BP) dan matriks disertakan bersama sampel uji.
  • 11. Kewajiban Partisipan • Menganalisis sampel uji sesuai waktu yang telah ditetapkan (waktu target) berdasarkan protokol yang diterimanya. • Mengikuti semua tahapan prosedur analisis (tahap demi tahap tanpa pengecualian dan penyimpangan) secara disiplin (merupakan titik kritis pengerjaan). • Melakukan jumlah penetapan (replikasi) sesuai dengan instruksi. • Melaporkan semua data termasuk data individual dan perhitungannya termasuk blangko sesuai instruksi. • Mengirimkan data mentah termasuk rekaman dan fotografi sesuai yang diminta dalam instruksi. • Dapat melakukan investigasi awal penyebab hasil analisis yang dirasakan tidak rasional (Jika perlu segera menghubungi komisi kajian ko-laboratif).
  • 12. Pengolahan Data Secara Statistik • Hanya data yang valid/sah yang diikutkan dalam analisis statistik two-away ANOVA. • Uji homogenitas • Uji pencilan data (outlier test) menggunakan uji Cohran atau uji Grubbs. • Menguji penyimpangan sistematik (bias, akurasi metode atau % perolehan kembali). • Menguji galat acak (presisi metode):
  • 13. Data yang tidak valid akan dihasilkan jika: 1. Tahapan metode/prosedur tidak diikuti, 2. Kurva kalibrasi tidak linear dianggap linear, 3. Uji Kesesuaian Sistem tidak baik, 4. Resolusi dan pemisahan (ekstraksi) tidak mencukupi, 5. Reaksi lain yang tidak diinginkan terjadi, 6. Kondisi instrumen tidak sesuai (kalibrasi dan bersih).
  • 14. • Menguji galat acak (presisi metode): 1. Reprodusibilitas, keragaman antar laboratoria (among laboratories) termasuk inter laboratorium dinyatakan sebagai SR 2. Repitibilitas, keragaman inter laboratoria (within- laboratory) dinyatakan sebagai Sr 3. Keragaman antar laboratorium tanpa within laboratory dinyatakan sebagai SL
  • 15. • Hubungan ketiga parameter: SR2 = k.SL2 + Sr2 • Repitibilitas (r) = 2.√2. Sr = 2,8. Xav .RSDr/100 • Reprodusibiltas (R) = 2.√2. SR = 2,8. Xav .RSDR/100 • Perhitungan lihat ANOVA : 1. De Muth JE, Basic Statistic and Pharmaceutical Statistical Application, 2006 2. Uji kolaboratif dari buku Youden W.J. Statistical Techniques for Collaborative Test .
  • 16. Cara perhitungan • Terdapat 4 parameter sumber keragaman dalam ANOVA dua jalan yaitu: laboratorium, sampel, interaksi sampel/laboratoriu, dan galat (ripitabilitas). • Komponen variansi terdiri dari: o S2 j (berasal dari laboratorium) o S2 k (berasal dari sampel) o S2 jk (berasala dari interaksi) o S2 galat (dari ripitabilitas) • Keragaman jumlah = Z0. STotal • S2 Total = S2 k + S2 ripitabilitas + S2 reprodusibiltas
  • 17. • Ripitabilitas (Sr) = Z0.√MSE • Reprodusibiltas (SR) = Z0. √(MSL – MSI)/k.n • Interaksi (SI)= Z0. √(MSI – MSE)/n • (R & R)2 = Sr 2 +SR 2 + SI 2 • Variasi sampel (Vp) = Z0. √(MSS – MSI)/j.n • Variasi sistem (Vt) = √(R&R)2 + V2 p • %Sr = (Sr/Vt)2. 100% • %SR = (SR/Vt)2.100% Dimana Z0 = koefisien reliabilitas, misalnya 3,92 untuk tingkat kepercayaan 95%, n = jumlah replikasi, k = jumlah sampel yang diuji laboratorium, j = jumlah laboratorium.
  • 18. Komputasi ANOVA dua jalan SUMBER KERAGAMAN DERAJAT KEBEBASAN (DF) JUMLAH KWADRAT (SS) RATAAN KWADRAT (MS) F Sampel Laboratorium Interaksi S-L Error/galat Jumlah (k – 1) (j – 1 ) (k-1)(j-1) k.j.(n-1) N-1 SSS SSL SSI SSE SST SSS/(k – 1) SSL/(j – 1 ) SSI/(k-1)(j-1) SSE/(k.j)(n-1) MSS/MSE MSL/MSE MSI/MSE
  • 19. Jika: • σo 2 = variansi antara penetapan replikasi • σLS 2 = variansi interaksi lab – sampel • σL 2 = variansi antar laboratorium Maka: • MSL = σo 2 + r σLS 2 + krσL 2 = (SR)2 • MSLS = σo 2 + r σLS 2 • MSo = σo 2 = (Sr)2
  • 20. Uji Profisiensi Laboratorium  Uji profisiensi digunakan untuk: a) Menguji kompetensi suatu laboratorium dalam melakukan analisis bahan/analit tertentu melalui uji antar-laboratorium. b) Memeriksa kinerja suatu laboratorium melalui uji antar-laboratorium.  Uji profisiensi juga digunakan untuk menguji kompetensi dan memeriksa kinerja tenaga analis dalam suatu laboratorium terhadap analis-analis lainnya yang ada di laboratorium tersebut.
  • 21. ISO Guide 43: Proficiency testing is the use of results generated in inter-laboratory test comparisons for the purpose of assessing the technical competence of participating testing laboratories. Uji profisiensi dapat digunakan untuk menentukan akurasi (analytical bias) dan presisi suatu metode analisis (repitibilitas dan reprodusibilitas), jika metode/prosedur analisis yang digunakannya sama. Mengikuti/berpartisipasi dalam Uji profisiensi dapat bersifat wajib atau sukarela dalam upaya peningkatan mutu laboratorium (quality improvement).
  • 22. Jenis Uji Profisiensi Suatu uji untuk mengukur kompetensi kelompok laboratorium dalam melakukan suatu analisis yang sangat spesifik, misalnya, penetapan kadar timbal dalam darah. Suatu uji yang dibutuhkan untuk menilai kompetensi atau kinerja peserta uji untuk melakukan analisis yang lebih luas atau dalam suatu campuran dengan matriks tertentu, misalnya deteksi obat doping dalam urine atau darah atlet.
  • 23. Skema Uji Profisiensi Sampel uji didistribusikan oleh penyelenggara uji kepada semua laboratorium peserta. Laboratorium peserta melakukan analisis satu atau lebih komponen/analit yang ada dalam sampel tersebut dan melaporkannya kepada penyelenggara. Penyelenggara melakukan uji statistik untuk menilai kompetensi dan posisi laboratorium peserta terhadap partisipan lainnya.
  • 24. Jenis dan Persyaratan Sampel  Jenis Sampel: 1. Subsampel yang diambil secara acak dari bahan ruahan yang homogen lalu dibagikan ke para peserta. 2. Sampel dari produk atau bahan yang dibagi dua atau lebih porsi lalu dibagikan ke para peserta. 3. Sampel yang akan dianalisis disirkulasikan dari satu laboratorium ke laboratorium selanjutnya untuk dianalisis hingga akhirnya sampai ke penyelenggara uji profisiensi.  Persyaratan sampel : Homogen dan stabil sebelum dan sesudah didistribusikan (Perhatikan: Kemasan , penyimpanan dan transportasinya
  • 25. Perhitungan dalam Uji Profisiensi Kinerja dan Kompetensi laboratorium peserta dinilai berdasarkan skor Z (z score): Z = І(xi – A)І/σ di mana xi = nilai/hasil yang diperoleh masing- masing laboratorium peserta, A = nilai “benar” dari kadar analit, σ = simpangan baku yang dipilih (selected standard deviation). Nilai Z merupakan nilai absolut. Jika digunakan batas kepercayaan 95%, maka batas nilai yang Z yang diterima adalah +2 hingga -2.
  • 26. Klasifikasi kinerja atau kompetensi peserta uji profisiensi berdasarkan skor Z adalah : |Z| ≤ 2 memuaskan (satisfactory) 2 ≤ |Z| < 3 diragukan (questionable) |Z| > 3 tidak memuaskan (unsatisfactory) Nilai |Z| menggambarkan nilai absolut Z yang mengabaikan nilai + dan -.
  • 27. Estimasi Nilai “Benar” A 1. Diperoleh secara konsensus dari nilai yang dihasilkan oleh suatu laboratorium expert yang menggunakan metode analisis terbaik (tervalidasi). 2. Diperoleh secara konsensus dari nilai rata- rata dari semua partisipan setelah nilai pencilan (outlier value) dibuang. 3. Diperoleh dari hasil analisis sejumlah analit yang ditambahkan kedalam matriks dan telah dihomogenkan (jarang dilakukan)
  • 28. Estimasi nilai simpangan baku σ 1. Digunakan simpangan baku target yang telah ditetapkan penyelenggara. 2. Dihitung simpangan baku dari hasil analisis semua peserta. 3. Dihitung simpangan baku setelah nilai pencilan dibuang dari hasil analisis semua peserta laboratorium.
  • 29. Nilai Pencilan (Outlier Value)  Nilai pencilan merupakan hasil analisis yang tampak berbeda secara tidak wajar dari hasil lainnya.  Nilai pencilan biasanya muncul karena kesalahan (error) insani, misalnya salah pembacaan, penulisan atau akibat kesalahan gamblang (gross error) yang tidak diulang.  Adanya nilai pencilan dalam data akan menyebabkan nilai simpangan baku menjadi besar dan nilai rata-rata menjadi jauh dari nilai sebenarnya serta andaian sebaran data menjadim tidak normal.  Nilai pencilan akan mempengaruhi keseksamaan (akurasi) dan ketelitian (presisi) hasil analisis. Hasil analisis menjadi diluar spesifikasi ”Out of specification” (OOS)  Apakah nilai pencilan itu dibuang atau dipertahankan?
  • 30. Prediksi nilai pencilan 1. Cara Dixon Q = (Xc – Xd)/(Xb – Xk) di mana Xc = nilai yang dicurigai pencilan Xd = nilai terdekat Xb = nilai terbesar Xk = nilai terkecil Nilai Q dibandingkan terhadap nilai gawat Q pada tabel. Jika nilai Q lebih kecil dari Q tabel maka nilai terduga dapat diterima atau dipertahankan (bukan pencilan).
  • 31. 2. Cara Grubbs: G = |Xr - Xi |/s atau |Xi - Xr |/s dimana Xr = nilai/hasil rata-rata Xi = nilai yang dicurigai s = simpangan baku Nilai G yang diperoleh dibandingkan terhadap nilai gawat G dari tabel. Jika nilainya lebih kecil maka nilai yang dicurigai dapat diterima atau dipertahankan.
  • 32. 3. Cara Nalimov: PG = [|Xi - Xr |/s+. √N/(N-1) di mana Xi = nilai dicurigai Xr = nilai rata-rata s = simpangan baku N = jumlah data/pengukuran Jika nilai PG lebih kecil dari nilai gawat PG dalam tabel, maka nilai terduga dapat diterima atau dipertahankan.
  • 33. UJI HOMOGENITAS • Homogenitas adalah suatu sifat atau kondisi yang menunjukkan “keserbasamaan” baik jenis maupun kadar suatu bahan atau sampel. • Suatu bahan atau sampel yang homogen, jika dianalisis akan memberikan hasil yang teliti dan tepat. • Sebaliknya bahan atau sampel yang tidak homogen (heterogen), jika dianalisis akan memberikan hasil yang beragam (bervariasi) dan kemungkinan salah.
  • 34. Faktor yang berpengaruh pada homogenitas suatu bahan atau sampel: a. Proses pengambilan sampel (sampling) b. Proses pencampuran (grinding, mixing and blending) c. Komponen bahan atau sampel merupakan bahan yang sulit homogen ketika digerus dan dicampurkan (bermuatan listrik, menggumpal, dll) d. Salah satu komponen bahan atau sampel tidak stabil dan mudah terurai, rusak atau terkontaminasi selama proses produksi dan penyimpanan. e. Alat pencampuran dan pengujian rusak atau tidak berfungsi dengan baik.
  • 35. • Uji homogenitas adalah suatu aktifitas pengujian untuk mengetahui kondisi keserbasamaan suatu bahan atau sampel sebelum digunakan dalam pengujian. • Dilakukan dengan cara penetapan kadar bahan atau komponen utama di setiap bagian (atas, tengah, dan bawah) wadah. • Biasanya dilakukan setelah proses produksi sebelum dan sesudah pengisian dan pengepakan bahan pembanding.
  • 36. • Homogenitas bahan diuji secara statistika dengan kriteria dan hipotesis bahwa suatu bahan dinyatakan homogen jika menunjukkan variansi yang sama (equal): H0 : σ1 2 = σ2 2 = σ3 2 = …….= σk 2 H1 : H0 ditolak jika σ1 2 =/ σ2 2 • Uji statistik sederhana menggunakan uji F-max dari Hartley, yaitu ratio antara variansi yang lebih besar dengan yang lebih kecil: Fmax = (Sbesar)2/(Skecil)2 Fmax dibandingkan dengan nilai F kritis dari tabel. • Jika Fmax < Ftabel maka hipotesis nol, H0 gagal ditolak artinya diterima dan sampel dinyatakan homogen. Sebaliknya jika Fmax > F tabel maka hipotesis nol, H0 ditolak dan sampel dinyatakan tidak homogen.
  • 37. • Cara yang paling aktual adalah dengan menghitung Fstatistik: F = MSB/MSW H0 ditolak jika F > F,db1,db2 ,(1 – α), dengan α = 0,05, yang berarti sampel tidak homogen. Dimana MSB adalah keragaman (variability) antar rata-rata sampel (mean squared between). MSW adalah keragaman dalam masing-masing sampel (mean squared within). • Cara Perhitungan: MSW = [1/(N-K)][(n1-1)S1 2+(n2-1)S2 2+…+ (n2-1)Sk 2 x̄G = [1/N][(n1x̄1) + (n2x̄2) + (n3x̄3) + n4x̄4 +………+ (nkx̄k)] MSB = [1/(K -1)][n1(x̄1 - x̄G )2 + n2(x2 - x̄G )2 + …..+ nk(x̄k - x̄G )2] di mana N = Jumlah observasi, n = jumlah sampel, K = jumlah pengujian diskret.
  • 38. Kriteria Homogenitas Sampel • Kriteria 1: F = MSB/MSW Jika F hitung < F tabel (p, db1, db2), maka sampel dinyatakan homogen. MSB = [1/2(n-1)+.∑*(Ti) – (T)rata]2 MSW = [1/(2n)+.∑*(Di) – (D)rata]2 • Pengukuran dilakukan secara duplo (a dan b), serta n = jumlah sampel. • T = (a + b) dan D = (a – b)
  • 39. • Uji Homogenitas dari Bartlett: Jika variansi lebih dari 2, maka uji homogenitas dihitung dengan menggunakan uji Bartlett berdasarkan uji kuadrat Chi: Χ2 = ∑(Ni – 1) ln S2 - (Ni – 1) ln Si 2 di mana S2 adalah variansi “pooled” dan Si 2 adalah variansi sampel ke I, N = jumlah pengukuran. Jika X2 hitung < X2 tabel dengan d.bi, maka sampel dinyatakan homogen.
  • 40. Uji Homogenitas Cohran’s: • Uji Cohran’s C C = Sbesar 2/∑Si 2 dimana bila C hitung < C kritis maka sampel dinyatakan HOMOGEN. UJI Homogenitas lainnya: • Uji Levene • Uji Brown and Forsythe
  • 41. Kriteria lainnya (jarang digunakan): Kriteria 2 SD sampling < 0,3 σ di mana SD sampling = √(MSB –MSW)/2 dan σ = 1,1 Kriteria 3 SD sampling < 0,3 SD prediksi di mana SD prediksi dihitung dari CV Horwitt yaitu SD prediksi = (CV.x̄)/100 CV = 2 (1 – 0,5 logC) Kriteria 4 SD sampling < SD prediksi
  • 42. Contoh Perhitungan Uji Homogenitas SAMPEL A SAMPEL B SAMPEL C 277,3 278,4 280,3 272,9 279,1 274,7 275,2 276,8 273,6 269,1 276,7 276,3 281, 7 273,1 278,7 271,6 275,5 274,8 274,0 271,2 274,9 277,6 269,2 274,5 283,2 275,7 280,6 276,1 274,6 275,9 275,5 272,3 274,2 273,4 267,5 275,1 274,2 273,7 270,5 268,7 284,4 275,0 275,6 268,3 277,1 Rata-rata ( x̄ A) = 276,26 SD A = 3,27 Rata-rata ( x̄ B) = 275,29 SD B = 3,46 Rata-rata ( x̄ C) = 273,70 SD C = 4,16
  • 43. • MSW = [1/(N-K)][(n1-1)S1 2+(n2-1)S2 2+…+ (n2-1)Sk 2 = [1/(45 -3)][(15-1)(3,27)2 + (15-1)(3,46)2 + (15-1)(4,16)2 = [1/42][(14)(10,69) + (14)(11,97) + (14)(17,31)] = 13,32 • x̄G = [1/N][(n1x̄1) + (n2x̄2) + (n3x̄3) + n4x̄4 +………+ (nkx̄k)] = [1/45][(15)(276,26) + (15)(275,29) + (15)(273,70) = 275,08 • MSB = [1/(K -1)][n1(x̄1 - x̄G )2 + n2(x2 - x̄G )2 + …..+ nk(x̄k - x̄G )2] = [1/(3-1)][15(276,26-275,08)2 + 15(275,29-275,08)2 + 15(273,70-275,08)2 = 25,06 • F = MSB/MSW = (25,06)/(13,32) = 1,88 • F tabel = 3,23, Fhitung =1,88 < 3,23, maka sampel dapat dinyatakan HOMOGEN (Diambil dari De Muth JE, Basic Statistics and Pharmaceutical Statistical Applications, 2006, hal 207, tabel 10.2)
  • 44. Dengan Uji F-max dari Hartley: F-max = (Sbesar)2/(Skecil)2 • Variansi paling besar ditunjukkan oleh sampel C yaitu (4,16)2 = 17,31 • Sedangkan variansi paling kecil ditunjukkan oleh sampel A yaitu (3,27)2 = 10,69 • F-max = (Sbesar)2/(Skecil)2 = 17,31/10,69 = 1,62 • F kritis pada α = 0,05, F3,14 adalah 3,75 • Fmax < F kritis, sampel dinyatakan HOMOGEN
  • 45. Dengan Uji Cohran’s C: C = Sbesar 2/∑Si 2 = (4,16)2/[(3,27)2 + (3,46)2 + (4,16)2 = 17,31/39,97 = 0,4331 • C kritis dari Tabel B7 untuk level 3 dan derajat kebebasan db = 15 -1= 14, maka Ckritis = 0,5666 pada α = 0,05 • C hitung < C kritis, yaitu 0,4331 < 0,5666 maka sampel dinyatakan HOMOGEN.
  • 46. Uji Homogenitas dari Bartlett (Diambil dari Bolton S, Pharmaceutical Statistics, 1997, hal 180. tabel 5,18) LOKASI SAMPLING N N - 1 VARIANSI (S2) ln S2 A B C D 3 3 3 5 2 2 2 4 3,6 4,7 2,9 8,3 1,2809 1,5476 1,0647 2,1169
  • 47. • S2 pooled = *1/∑(N -1)][(NA-1)(SA)2 +(NB-1)(SB)2 + (NC-1)(SC)2 + (ND-1)(SD)2] = (1/10){(2 x 3,6) + (2 x 4,7) + (2 x 2,9) + (4 x 8,3)} = 5,56 • Ln 5,56 = 1,7156 • ∑(N -1) = 10 • ∑(N -1) ln Si 2 = 2(1,2809) + 2(1,5476) + 2(1,0647) + 4(2,1163) = 16,2516 • Χ2 = ∑(Ni – 1) ln S2 - (Ni – 1) ln Si 2 = (10 x ln 5,56) – 16,2516 = (10 x 1,7156) – 16,2516 = 0,9044 • Χ2 kritisdengan derajat kebebasan 3 dan α = 0,05 (Tabel IV.5) adalah 7,8. • Maka Χ2 hitung < Χ2 kritis dan Sampel dinyatakan HOMOGEN
  • 48. Uji Homogenitas dengan pengujian Duplo (Penetapan Kadar Senyawa X) SAMPEL Kadar 1(a) Kadar 2 (b) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 101,55 99,72 100,37 105,27 100,43 104,68 103,30 100,93 101,25 97,93 102,41 102,08 103,95 97,28 97,37 100,78 97,98 101,26 95,90 102,32
  • 49. Menghitung MSB (a ) (b) T= (a + b) (T) – (T)R [(T) – (T)R]2 101,55 99,72 100,37 105,27 100,43 104,68 103,30 100,93 101,25 97,93 102,41 102,08 103,95 97,28 97,37 100,78 97,98 101,26 95,90 102,32 203,96 201,18 204,32 205,55 197,8 205,46 201,28 202,19 197,15 200,25 2,05 -0,73 2,41 3,64 -4,11 3,55 -0,63 0,28 -4,76 -1,66 4,2025 0,5329 5,8081 13,2496 16,8921 12,6025 0,3969 0,0784 22,6576 2,7556 Jumlah T Rata TR 2019,14 201,91 Jumlah = 79,1762 MSB = 79,1762/18 = 4,3987
  • 50. Menghitung MSW (a ) (b) D= (a - b) (D) – (D)R [(D) – (D)R]2 101,55 99,72 100,37 105,27 100,43 104,68 103,30 100,93 101,25 97,93 102,41 102,08 103,95 97,28 97,37 100,78 97,98 101,26 95,90 102,32 -0,86 -2,36 -3,58 7,99 3,06 3,90 5,32 -0,33 5,35 -4,39 -2,27 -3,77 -4,99 6,58 1,65 2,49 3,91 -1,74 3,94 -5,80 5,1529 14,2129 24,9001 43,2964 2,7225 6,2001 15,2881 3,0276 15,5236 33,6400 Jumlah Rata DR 14,10 1,41 Jumlah = 163,9642 MSW = 163,9642/20 = 8,1982
  • 51. • F = MSB/MSW MSB = [1/2(n-1)+.∑*(Ti) – (T)rata]2 MSW = *1/(2n)+.∑*(Di) – (D)rata]2 n = 10 • Jika F hitung < F kritis (p, db1, db2), maka sampel dinyatakan homogen. • F hitung = 8,1982/4,3987 = 1,86 • F kritis (9,9) α = 0,05 = 3,18 • F hitung < F kritis, maka sampel dinyatakan HOMOGEN