SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Download to read offline
LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT HEMATOLOGI
KARDIOVASKULER, SALURAN KEMIH SISTEM SYARAF & KEJIWAAN
Disusun Oleh :
M YUSUP
191FF03010
S1 3FA1
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
Jl. Soekarno Hatta No 754 Bandung 022-7830768
2022
MODUL 1
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM URINARI
1. Tujuan
1.1.Kompetensi Yang Dicapai
Mahasiswa mampu Menjelaskan organ sistem Urinari, parameter pemeriksaan, pengolahan
data, dan penarikan kesimpulan
1.2.Tujuan Praktikum
a) Menentukan karakteristik urin
b) Menentukan zat-zat kimia yang terlarut dalam urin
c) Menentukan bagaimana peranan sistem eksresi urinari dalam menjaga homeostasis
tubuh.
2. Prinsip
Berdasarkan mekanisme fisiologis sistem ekskresi urinari
3. Alat dan Bahan
a. Alat : Piknometer, indikator universal atau pH meter, mikroskop, kaca objek + cover,
tabung reaksi, pipet tetes, lampu spirtus.
b. Bahan : Perak nitrat, asam nitrat, larutan Na-nitroprusida, larutan KOH/NaOH 1 N, asam
asetat, asam asetat glasial, larutan Fehling (A & B)
4. Prosedur Kerja
4.1.Anatomi
Anatomi sistem urinari pria dan wanita
4.2.Fisiologi
4.2.1. Pengamatan mikroskopik urin
4.2.2. Uji karakteristik urin
Tampung 10 ml urin dalam tabung sentrifuga
Sentrifugsi selama 5 menit dengan kecepatan 1500
rpm
Kemudian Buang cairan di atasnya
Kocok endapan/sedimen yang ada dengan sedikit
sisa cairannya
Teteskan pada object glass bertutup (diserapkan dari
pinggir cover glass agar tidak timbul gelembung
udara)
Amati di bawah mikroskop, paramameter yang
diamati adalah sedimen-sedimen mikro dalam urin,
baik organik maupun anorganik.
Ambil sedikit urin
4.2.3. Analisa zat yang terlarut dalam urin
a. Penetapan urea
Lakukan pengamatan meliputi : warna, serta bau urin
Ukur pH urin dengan menggunakan indikator
universal atau pH meter
Tentukan bobot jenis urin dengan menggunakan piknometer, dengan cara sebagai
berikut :
• Timbang piknometer kosong (dalam keadaan bersih dan kering). Diperoleh nilai
W1
• Kemudian isilah piknometer tersebut dengan aquadest bebas gas. Bagian luar
piknometer di lap sampai kering, kemudian di tombang. Diperoleh nilai W2
• Buanglah air dari piknometer tersebut. Piknometer dibilas dengan alkohol dan
keringkan (sebaiknya dalam oven). Setelah kering isilah piknometer dengan
sampel urin, kemudian timbang. Diperoleh nilai W3
• Bobot jenis urin dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
𝐵𝐽 =
(𝑊3 − 𝑊1)
(𝑊2 − 𝑊1)
Teteskan 2 tetes urin pada kaca objek
Teteskan pada sampel urin terscbut 2 tetes asam
nitrat
b. Penetapan ion klorida
c. Penetapan aseton
Panaskan perlahan-lahan atau biarkan cairan
menguap
Kemudian amati adanya kristal rhombis atau
hexagonal dari urea nitrat
Masukan 5 ml urin ke dalam tabung reaksi
Tambahkan beberapa tetes larutan perak nitrat
Kemudian akan terjadi kekeruhan atau endapan putih
yang menunjukan adanya ion klorida
Masukan 3 ml urin ke dalam tabung reaksi
Kemudian basakan sampel urin tersebut dengan cara
menambahkan beberapa tetes larutan KOH/NAOH
Setelah itu tambahkan beberapa tetes larutan Na-
nittroprusid, lalu kocok
d. Penetapan gula pereduksi
e. Penetapan kualitatif albumin
Tambahkan beberapa tetes asam asetat pekat,
kemudian kocok akan terjadi warna ungu sampai
merah ungu yang menunjukan adanya aseton.
Sedangkan warna merah menunjukan adanya
alkohol, asam asetat, aldehid dan asam diasteat
(badan keton)
Masukan 1 ml Fehling (Fehling A : Fehling B, 1 : 1)
ke dalam tabung reaksi, Encerkan dengan 4 ml air
suling, kemudian panaskan secara perlahan
Tambahkan urin sebanyak 1 ml sedikit demi sedikit,
sampai terjadi warna biru tepat hilang Terjadinya
endapan merah bata menunjukan adanya gula
pereduksi.
Masukan urin ke dalam tabung reaksi kira-kira
sampai 4 isi tabung
Kemudian didihkan perlahan-lahan, amati apa yang
terjadi
Tambahkan 2 sampai 3 tetes larutan asam asetat
glasial : air (1:1), lalu kocok , terjadinya kekeruhan
menunjukan adanya albumin. Tingkat kekeruhan
setara denga jumlah albumin yang ada
5. Hasil Praktikum
5.1.Pengamatn urin secara mkroskopis
5.2.Uji karakteristik urin
pH urine : 6,5
Warna Urine : Kuning bening
Bau urine : Bau amoniak/ bau pesing
BJ urine : 1,001
5.3.Analisa zat yang terlarut dalam urin
Penetapan Keterangan
Urea +
Ion klorida +
Aseton +
Gula pereduksi +
Albumin +
6. Teori Dasar dan Pembahasan
1. Pengamatan urin secara mikroskopis
Urin merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinari. Ekskresi urin diperlukan untuk membuang
molekul-molekul sisa yang akan disaring oleh ginjal dan untuk menjaga hemostasis cairan
tubuh (Syaifudin, 2006).
Pemeriksaan mikroskopis diperlukan untuk mengamati sel dan benda berbentuk partikel
lainnya. Pemeriksaan sedimen urine memiliki unit pengukuran pada setiap alat dengan prinsip
kerja yang berbeda-beda menggunakan mikroskop dilakukan dengan mengendapkan unsur
sedimen menggunakan sentrifus. Endapan kemudian diletakkan di atas kaca obyek dan ditutup
dengan kaca penutup (Anwar dkk, 2021)
Sedimen urine ialah suatu unsur yang tidak larut di dalam urine yang berasal dari dalam
darah, ginjal dan saluran kemih. Tes sedimen urine atau tes mikroskopik adalah salah satu tes
urine yang sangat penting dalam membantu menegakkan diagnosis serta dapat memantau
perjalanan penyakit pada kelainan ginjal dan saluran kemih (Anwar dkk, 2021).
Unsur-unsur dalam sedimen urine dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik , yang berasal
dari suatu organ atau jaringan contohnya seperti epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan
jaringan, sperma, bakteri, dan parasit. Sedangkan untuk unsur anorganik yang tidak berasal dari
suatu jaringan contohnya seperti urat amorf dan kristal (Wirawan, 2011)
Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pengamatan urine secara mikroskopis yang
diamatai dibawah mikroskop, parameter yang diamati yaitu sedimen atau unsur organik yang
terkandung didalam urin.Sebelum dilakukan pengamatan sampel urin yang akan digunakan
disentrifugasi terlebih dahulu dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit hal ini bertujuan
untuk memisahkan endapan sedimen urin, kemudian dilakukan pewarnaan agar dapat mudah
diamati saat pengamatan dibawah mikroskop.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diakukan didapatkan hasil berupa adanya sel epitel,
leukosit,eritrosit, dan kristal kalsium oksalat. Berdasarkan hasil yang pengamatan yang
didapatkan terdapat 2 golongan sedimen yaitu organic dan anorganic. Sel epitel, leukosit, dan
eritrosit dikategorikan termasuk ke dalam golongan organik yang berasal dari suatu organ
sedangkan untuk kristal kalsium oksalat termasuk ke dalam golongan anorganic yang berasal
dari suatu jaringan.
Nilai normal leukosit didalam urin yaitu 4-5/LPB nilai leukosit yang lebih dari 5 mungkin
menunjukkan adanya leukositoria. Peningkatan jumlah leukosit dalam urin berkaitan dengan
proses inflamasi atau infeksi pada traktus urinarius. Leukosit dapat masuk ke dalam traktus
urinarius dari glomerulus sampai uretra. (Gandasoebrata, 2013). Leukosituria dapat terjadi
karena pada pembesaran prostat jinak akan menyebabkan obtruksi pada kandung kemih dan
uretra yang akan menimbulkan retensi urine. Retensi urine sangat berisiko untuk menimbulkan
terjadinya infeksi saluran kemih sehingga akan ditemukannya peningkatan leukosit pada urine
pasien(Hasan dkk , 2021)
Nilai normal eritrosit berada pada rentang 0-1/LPB bentuk eritrosit normal adalah cakram
bikonkaf, diameter ± 7μm, warna hijau pucat dan jernih. Jika terjadi peningkatan kadar eritrosit
dalam urine mungkin menunjukkan adanya peradangan pada ginjal, batu saluran kemih, infeksi
saluran kemih, atau mungkin adanya iritasi pada ujung uretra. (Gandasoebrata, 2013).Epitel
merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal di dapatkan dalam sedimen
urin , nilai epitel juga dapat normal berada dalam urine dengan nilai normal kurang dari 15-20
squamos cell/ LPB.Keadaan patologik jumlah epitel dapat meningkat, seperti pada peradangan,
dan infeksi saluran kemih (Gandasoebrata, 2013).
Kristal kalsium oksalat berupa kristal seperti jarum-jarum tajam yang menanamkan diri
dalam jaringan dan dapat menyebabkan sakit luar biasa. Di dalam tubuh, oksalat akan
bersenyawa dengan kalsium membentuk kristal kalsium oksalat. Kristal tersebut akan
mengendap dan jika terkumpul dan berlebih di dalam urin maka akan membesar membentuk
batu ginjal. Batu ginjal ini terbentuk akibat ginjal yang kekurangan cairan untuk memecahkan
kelebihan mineral seperti oksalat, kalsium atau asam urat dari makanan (Fitriani dkk, 2016)
2. Uji karakteristik urin
Pemeriksaan karakteristik atau mikroskopik urin merupakan pemeriksaan yang meliputi
warna urin, berat jenis, bau dan pH urin.Pemeriksaan urin berguna untuk menafsirkan hasil
pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan
kelainan dalam keseimbangan cairan badan (Wilmar, 2000).
Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat
menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda,
kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu, dan sebagainya.
Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Warna urin
dikatakan normal yaitu antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa
macam zat warna seperti urochrom, urobilin, dan porphyrin (Wilmar, 2000)
Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan
dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-
buahan seperti pada ketonuria (Wilmar, 2000). Menurut (Wahyuningsih dan Kusmiyati, 2017)
bau khas urin bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
Derajat keasaman (pH) urin merupakan indikator kemampuan tubulus ginjal untuk
menjaga keseimbangan asam-basa yang normal terutama melalui reabsorbsi natrium dan
sekresi tubular ion hidrogen dan natrium. Sekresi dari urin asam atau basa oleh ginjal adalah
salah satu mekanisme yang paling penting di tubuh untuk menjaga pH tubuh yang konstan
(Fischbach & Duning, 2009). pH urin pada orang sehat berkisar antara 4,5 sampai 8,0 dengan
rata-rata 5,0 sampai 6,0 karena produksi endogen lebih mendominasi. Penetapan pH urin
berfungsi untuk menetukan kelainan asam basa, sistem metabolik atau pernapasan dan dalam
pengelolaan kondisi kemih yang membutuhkan urin yang dipertahankan pada pH tertentu
(Riswanto & Rizki, 2015).
Penentuan berat jenis urin merupakan parameter untuk mengukur jumlah solid yang
terlarut dalam urin dan digunakan untuk mengetahui daya konsentrasi dan daya ilusi ginjal.
Berat jenis urine tergantung jumlah zat yang larut di dalam urin atau terbawa di dalam urin.
Berat jenis plasma (tanpa protein) adalah 1010, bila ginjal mengencerkan urin (misalnya
sesudah minum air) maka berat jenisnya kurang dari 1010. Bila ginjal memekatkan urin,
sebagaimana fungsinya maka berat jenis urin naik di atas 1010 (Evelyn, 2006).Berat jenis urin
yang normal berkisar antara antara 1.010-1025 (Luklukaningsih, 2014).
Berat jenis urin dapat mengalami penurunan atau peningkatan. Penurunan berat jenis urin
dapat terjadi pada penderita diabetes insipidus, diuresis, hipotermi, alkalosis, berbagai kelainan
ginjal, pielonefritis, dan glomerulonefritis. Peningkatan berat jenis urin dapat terjadi pada
penderita demam, dehidrasi, gagal jantung kongestif, insufisiensi adrenal, dan penyakit hati
(Wirawan, 2011)
Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian karakteristik urin yang meliputi warna urin,
bau urin, pH urin dan BJ urin . Berdasarkan hasil pengujian warna urin yang telah dilakukan
didapatkan warna urin kuning bening , warna urin yang didapatkan merupakan pertanda bahwa
tubuh sehat dan tidak kekurangan cairan dan urin tersebut berada di rentang normal. Warna
urin dikatakan normal yaitu antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa
macam zat warna seperti urochrom, urobilin, dan porphyrin (Wilmar, 2000).
Berdasarkan pengujian bau urin didapatkan bau urin : bau amonia/ khas , menurut Wilmar
(2000) bau urin normal (berupa ammonia) karena disebabkan oleh asam organik yang mudah
menguap sedangkan bau yang merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau
mencerna obat-obatan tertentu. Maka dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa
sampel urin adalah normal
Berdasarkan pengujian pH urin didapatkan pH pada angka 6,5, ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi pH urin diantaranya :
a. pH asam
a) Diet (mengkonsumsi buah cranberry, daging tinggi protein).
b) Infeksi saluran kemih oleh Eschericia coli
b. pH basa
a) Diet (mengkonsumsi vegetarian, jeruk dan buah buahan rendah lemak).
b) Alkoholisis metabolik (misal; muntah berat) keadaan ini menyebabkan kadar
bikarbonat urin lebih tinggi dan produksi amommnia menurun. Ginjal dapat
menghasilkan urin dengan pH 7,8 (Riswanto & Riski, 2015).
Berdasarkan teori pH urin normal 4,5 sampai 8,0 dengan rata-rata 5,0 sampai 6,0, sehingga
hasil pengujian pH yang didapatkan urin tersebut masih tergolong normal.
Berdasarkan pengujian bobot jenis urin didapatkan hasil 1,001, berat jenis urin tergantung
dari jumlah zat yang terlarut di dalam urin atau terbawa di dalam urin, fungsi pemekatan ginjal
dan produksi urin itu sendiri (Evelyn, 2009). Berat jenis urin juga berhubungan dengan
diuresis, semakin besar diuresis maka semakin rendah berat jenisnya begitu juga sebaliknya
(Gandasoebrata, 2013).Menurut teori berat jenis urin yang normal berkisar antara antara
1.010-1025, jadi hasil pengujian bobot jenis yang telah di lakukan bobot jenis yang di peroleh
berada pada rentang yang normal.
3. Analisa zat yang terlarut dalam urin
Ureum atau urea merupakan suatu molekul kecil yang mudah mendifusi ke dalam cairan
ekstrasel, tetapi pada akhirnya dipekatkan dalam urin dan diekskresi. Ekskresi ureum dalam
tubuh kira-kira 25 mg per hari (Widmann Frances K, 2005). Urea merupakan produk akhir dari
metabolisme asam amino yang disintesa dari ammonia, karbon dioksida dan nitrogen amida
aspatat (Victor W Rdwell, 1999). Urea merupakan salah satu produk dari pemecahan protein
dalam tubuh yang disintesis di hati dan 95% dibuang oleh ginjal dan sisanya 5% dalam feses.
Pemeriksaan kadar urea pada urin dapat digunakan sebagai parameter tes fungsi ginjal, status
hidrasi, menilai keseimbangan nitrogen, menilai progesivitas penyakit ginjal, dan menilai hasil
hemodialisis (Verdiansah, 2016)
Klorida merupakan salah satu elektrolit penting dalam tubuh. Klorida sebagai anion utama
dalam cairan ekstraselular berperan dalam menjaga homeostasis dalam tubuh.Klorida
diekskresikan melalui urin dan keringat (Wilson, 2005). Klorida merupakan anion utama dalam
cairan ekstrasel. Jumlah klorida pada orang dewasa normal sekitar 30 mmol per kg berat badan.
Sekitar 88% klorida berada dalam cairan ekstrasel dan 12% dalam cairan intrasel (Tambajong
dkk, 2016)
Aseton merupakan produk limbah yang bersifat toksin sehingga tubuh akan
mengekskresikannya bersama urin (Swanson dkk, 2007). Pemeriksaan aseton pada sampel urin
dapat dijadikan salah satu parameter untuk memperkuat diagnosis diabetes mellitus dengan
komplikasi akut seperti ketoasidosis diabetikum , uji aseton positif dapat dijumpai pada :
Asidosis diabetik (ketoasidosis), kelaparan atau malnutrisi, diet rendah karbohidrat, berpuasa,
muntah yang berat, pingsan akibat panas, kematian janin, selain itu juga pengaruh obat dapat
mempengaruhi kadar aseton dalam urin (Riswanto, 2010).
Glukosa urin atau gula pereduksi yaitu adanya glukosa di dalam urin yang disebabkan
tingginya kadar glukosa di dalam darah (hiperglikemia) sehingga keluar bersamaan dengan
urin, yang dipengaruhui oleh fungsi ginjal yang kurang baik. Fungsi pemeriksaan glukosa urin
adalah untuk melihat kadar glukosa urin agar dapat mengetahui berat atau ringannya penyakit
diabetes melitus (Aziz, 2016). Meningkatnya kadar glukosa di dalam darah mempunyai efek
langsung terhadap organ ginjal. Normalnya glukosa atau gula pereduksi tidak ditemukan di
dalam urin disebabkan karena proses filtrasi ginjal yang memungkinkan glukosa direabsorbsi
kembali ke dalam pembuluh darah. Ambang batas toleransi ginjal terhadap glukosa adalah 160
mg/dl-180 mg/dl. Jika batas tersebut terlampaui maka glukosa akan diekskresikan ke dalam
urin karena ginjal tidak dapat menampung kadar glukosa yang berlebih tersebut sehingga
menyebabkan glukosuria (Rahmatullah dkk, 2015).
Albumin adalah protein plasma yang terdapat di dalam darah dengan konsentrasi tinggi,
dan ketika ginjal berfungsi dengan baik, hampir tidak ada albumin yang ada di dalam urin.
Pemeriksaan albumin urin kuantitatif mengukur kadar albumin dalam sampel urin sewaktu
ataupun urin yang dikumpulkan dalam waktu tertentu sebagai penanda kerusakan ginjal. Urin
yang mengandung protein menandakan bahwa filtrasi yang dilakukan oleh ginjal tidak
sempurna (Wilmar, 2000).
Pada pratikum kali ini dilakukan pengujian zat terlarut pada urin yang meliputi urea, ion
klorida, aseton, gula pereduksi dan albumin. Pengujian pertama yaitu dilakukan pengamatan
urea di dalam urin dengan cara teteskan 2 tetes urin pada kaca objek, kemudian tambahkan 2
tetes asam nitrat, sampel urin tersebut kemudian di panaskan dan diamati adanya kristal
rhombis atau hexagonal. Berdasarkan hasil pengujian yang di dapatkan sampel urin tersebut
positif mengandung urea.Kadar urea yang tinggi di dalam darah dan urin akan menyebabkan
kondisi uremia , uremia merupakan salah satu gejala utama dari gagal ginjal dan juga dapat
menjadi tanda tahap akhir penyakit gagl ginjal kronis.
Pengujian kedua yaitu dilakukan pengamatan ion klorida dengan cara masukan 5 ml urin
ke dalam tabung reaksi kemudian tambahkan beberapa tetes larutan perak nitrat, amati urin
apabila terjadi kekeruhan atau endapan putih menunjukan adanya ion klorida. Berdasarkan
hasil pengujian didapatkan hasil bahwa sampel urin tersebut positif mengandung ion klorida.
Pada urin yang normal mengandung sedikit kadar ion klorida , akan tetapi jika ion klorida
terlalu banyak akan mengakibatkan gangguan pada ginjal misal nya pengendapan kristal di
ginjal atau sering di sebut batu ginjal.
Pengujian ketiga yaitu dilakukan pengamatan aseton dengan cara masukan 3 ml urin ke
dalam tabung reaksi kemudian basakan sampel urin dengan menambahkan beberapa tetes
larutan KOH/NAOH , tambahkan beberapa tetes larutan Na-nittroprusid, kemudian kocok dan
tambahkan beberapa tetes asam asetat pekat, kemudian kocok terjadinnya warna ungu sampai
merah ungu menunjukan adanya aseton.Berdasarkan hasil pengujian didapatkan hasil bahwa
sampel urin tersebut positif mengandung aseton, jika kadar aseton di dalam urin maka
kemungkinan adanya kelainan komplikasi akut seperti ketoasidosis diabetikum.
Pengujian ke empat dilakukan pengamatan gula pereduksi dengan cara memasukan 1 ml
fehling (Fehling A : Fehling B, 1 : 1) ke dalam tabung reaksi, encerkan dengan 4 ml air suling
dan panaskan perlahan kemudian tambahkan urin sebanyak 1 ml sedikit demi sedikit, sampai
terjadi warna biru tepat hilang. Parameter yang diamati yaitu terjadinya endapan merah bata
menunjukan adanya gula pereduksi.Berdasarkan hasil pengujian didapatkan hasil bahwa
sampel urin tersebut positif mengandung gula pereduksi. Pada kondisi normal urin seharusnya
tidak mengandung gula pereduksi, kondisi ini dapat terjadi ketika kadar gula di dalam darah
tinggi (hiperglikemia) atau ketika terjadi kerusakan pada ginjal. Ambang batas toleransi ginjal
terhadap glukosa atau adalah 160 mg/dl-180 mg/dl. Jika batas tersebut terlampaui maka
glukosa akan diekskresikan ke dalam urin karena ginjal tidak dapat menampung kadar glukosa
yang berlebih tersebut sehingga menyebabkan glukosuria, hasil pengujian menunjukan bahwa
urin tidak normal karena mengandung gula pereduksi.
Pengujian yang terakhir dilakukan pengamatan albumin dengan cara masukan urin ke
dalam tabung reaksi kemudian didihkan perlahan-lahan, tambahkan 2 sampai 3 tetes larutan
asam asetat glasial : air (1:1), kocok parameter yang diamati yaitu terjadinya kekeruhan
menunjukan adanya albumin. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan hasil bahwa sampel urin
tersebut menunjukan hasil positif mengandung albumin. Urin yang mengandung protein
(albumin) menandakan bahwa filtrasi yang dilakukan oleh ginjal tidak sempurna, adanya
albumin biasanya disebakan oleh rusaknya pembuluh darah kecil (glomeruli) pada ginjal
sehingga tidak menyaring darah dengan baik, rata-rata batas protein seperti albumin yang
dikeluarkan melalui urine berkisar antara 5 – 10 mg per hari, jika protein (albumin) dalam urine
dengan jumlah yang banyak dalam per hari nya dapat mengindikasikan adanya gangguan pada
organ ginjal.
7. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa sistem ekskresi adalah sistem
biologis yang berfungsi membuang zat-zat berlebih atau buangan dari tubuh. Mekanisme ini
berguna untuk menjaga homeostatis (keseimbangan kondisi internal tubuh) dan mencegah
kerusakan pada tubuh.Karakteristik urin berdasarkan hasil dari pengujian warna urine terlihat
warna kuning bening, bau amoniak/bau pesing mempunyai pH 6,5 dan bobot jenis 1,0001.
Sedangkan untuk hasil pengujian zat yang terlarut dalam urin terdapat beberapa zat yang
terkandung didalam urin meliputi positif urea, positif ion klorida, positif aseton, positif gula
pereduksi, dan positif albumin.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, E., Jais, A. (2021). Effect of Delayed Examination of the Morning Urine Sample After
3 Hours at Room Temperature. ANJANI Journal: Health Sciences Study, Vol. 1 No. 1 2021
page: 1–6. DOI: https://doi.org/10.37638/anjani.1.1.1-6
Aziz, H. A. 2016. gambaran reduksi urin dengan metode benedict pada pasien diabetes melitus.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis.
Evelyn and Pearce. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Edisi ke-35. Jakarta:
Gramedia
Fitriani, H. Nurlailah. Rachmina, D. (2016). Kandungan Asam Oksalat Sayur Bayam. Medical
Laboratory Technology Journal, 2(2), 51–55.
Gandasoebrata, 2013. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. Jakarta
Hasan, Z. A., & Rafika, R. (2021). Profil Pemeriksaan Pada Sedimen Urin Pasien Infeksi
Saluran Kemih Menggunakan Alat Dirui Fus-100. Jurnal Media Analis Kesehatan, 12(1),
41-46
Heni Puji Wahyuningsih & Yuni Kusmiyati, 2017. Anatomi Fisiologi Bahan Ajar kebidanan.
Jakarta
Luklukaningsih, Z., 2014. Anatomi, Fisiologi, dan Fisioterapi. Ed 1., Yogyakarta : Nuha
Medika
Snell, 2003. Anatomi Klinik . Edisi 6. Jakarta:EGC
Riswanto dan Rizki, M. 2015. Urinalisis: Menerjemahkan Pesan Klinis Urine. Yogyakarta:
Pustaka Rasmedia
Riswanto. 2010. www.keton-urin. Diakses pada tanggal 10 Maret 2022
Syaifudin, 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed 3., Jakarta : Buku
Kedokteran EGC
Swanson, Todd A., Kim, Sandra I,. Glucksman, Marc J. 2007. Biochemistry and. Molecular
Biology. 4th Edition/Asian edition. Baltimore
Tambajong, Ryan Yefta, Glady I. Rambert, and Mayer F. Wowor. "Gambaran kadar natrium
dan klorida pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non-dialisis." eBiomedik 4.1
(2016)
Verdiansah, 2016. Pemeriksaan Fungsi Ginjal. CDK-237, Vol. 43 Vo. 2 : 140- 150
Wirawan R. 2011. Penilian hasil pemeriksaan urin (cermin dunia kedokteran)
Wilson, 2005. Gagal Ginjal Kronik. Dalam: Wilson, L.M., Price, S.A., penyunting.
Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6. Jakarta:ECG
Wilmar, M. (2000). Praktikum Urin, Penuntun Praktikum Biokimia. Jakarta: Widya Medika
Tugas Pendahuluan
1. Gambarkan dan jelaskan secara lengkap sistem urinari pada perempuan dan laki laki
2. Perhitungan BJ Diketahui W1= 23,65 gram W2= 38,68 gram dan W3= 38,73
Jawaban
1. Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah
bebas dari zat-zat yang tidak dipergunaan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem urinaria dalam tubuh terdiri dari ginjal, ureter,
kandung kemih dan uretra (Syaifuddin, 2006).
– Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi tulang
belakang (columna vertebralis) (Wilson, 2005). Ginjal berwarna coklat kemerahan
dibelakang peritoneum, terletak pada dinding posterior abdomen, di depan dua kosta
terakhir dan tiga otot-otot besar, yaitu transversus abdominis, kuadratus, lumborum, dan
psoas mayor. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri.
Hal ini disebabkan karena adanya lobus kanan hati yang besar. Ginjal terlindung dengan
baik dari trauma karena dilindungi oleh kosta disebelah posterior dan oleh bantalan usus
dibagian anterior (Snell, 2003).Fungsi ginjal antara lain ( Syaifudin, 2006) :
a) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun
b) Memperthankan suasana keseimbangan cairan.
c) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.
d) Mempertahanan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.
e) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir protein ureum, kreatinin, dan
amoniak
– Ureter terdiri dari dua buah tabung/saluran yang menghubungkan ginjal dengan
kandung kemih (vesika urinaria). Ureter merupakan lanjutan pelvis renis, menuju distal
& bermuara pada vesica urinaria. Panjangnya 25-30 cm dan diameternya 0,5 cm.
Lapisan ureter terdiri dari 1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa), 2. Lapisan
tengah (otot polos) dan 3. Lapisan sebelah dalam (mukosa). Ureter pada pria terdapat
di dalam visura seminalis atas dan disilang oleh duktus deferens dan dikelilingi oleh
leksus vesikalis. Selanjutnya ureter berjalan oblique sepanjang 2 cm di dalam dinding
vesika urinaria pada sudut lateral dari trigonum vesika.
Sedangkan Ureter pada wanita terdapat di belakang fossa ovarika dan berjalan ke bagian
medial dan ke dapan bagian lateral serviks uteri bagian atas, vagina untuk mencapai
fundus vesika urinaria. Dalam perjalanannya, ureter didampingi oleh arteri uterina
sepanjang 2,5 cm dan selanjutnya arteri ini menyilang ureter dan menuju ke atas di
antara lapisan ligamentum latumUreter mempunyai jarak 2 cm dari sisi serviks uteri
(Wahyuningsih dan Kusmiyati, 2017)
– Kandung kemih disebut juga bladder atau vesika urinaria, Organ ini mempunyai fungsi
sebagai reservoir urine (200-400 cc). Dindingnya mempunyai lapisan otot yang kuat.
Letaknya di belakang os pubis, dalam keadaan penuh, bentuknya seperti telur (ovoid)
dan apabila kosong seperti limas. Apex (puncak) vesica urinaria terletak di belakang
symphysis pubis. Fungsi dari kandung kemih atau vesica urinaria yaitu (1) sebagai
tempat penyimpanan urine, dan (2) mendorong urine keluar dari tubuh (Wahyuningsih
dan Kusmiyati, 2017)
– Uretra merupakan saluran keluar dari urin yang diekskresikan oleh tubuh melalui ginjal,
ureter, dan vesica urinaria. Uretra adalah saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki uretra berjalan
berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa
yang menembus tulang pubis ke bagian penis, panjangnya ± 20 cm. Uretra pada laki-
laki terdiri dari uretra prostaria, uretra membranosa, dan uretra kavernosa.
Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam) dan lapisan
submukosa. Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring
sedikit kearah atas, salurannya dangkal, panjangnya ± 3-4 cm dari orifisium uretra
interna sampai ke orifisium uretra eksterna. Uretra ini terdapat di belakang simfisis pada
dinding anterior vagina, menjurus obliq ke bawah dan menghadap ke depan. Lapisan
uretra pada wanita terdiri dari tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa
merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam)
(Wahyuningsih dan Kusmiyati, 2017)
2. Diketahui W1 = 23,65 gram
W2 = 38,68 gram
W3 = 38,73
Ditanyakan : BJ
Jawab
𝐵𝐽 =
(𝑊3 − 𝑊1)
(𝑊2 − 𝑊1)
=
(38,73−23,65)
(38,68−23,65
=
(15,08)
(15,03)
= 1,003 → BJ urin berada pada rentang normal

More Related Content

What's hot

Argentometri adalah
Argentometri adalahArgentometri adalah
Argentometri adalahaji indras
 
Titrasi Bebas Air
Titrasi Bebas AirTitrasi Bebas Air
Titrasi Bebas Aireruna18
 
LaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik KimiaLaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik KimiaRidha Faturachmi
 
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKALAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKARezkyNurAziz
 
laporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationlaporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationwd_amaliah
 
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...anandajpz
 
Macam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannyaMacam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannyaMulky Smaikers
 
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionReaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionDokter Tekno
 
laporan praktikum Penentuan gugus fungsi
laporan praktikum Penentuan gugus fungsilaporan praktikum Penentuan gugus fungsi
laporan praktikum Penentuan gugus fungsiwd_amaliah
 
Bab iv asidi alkalimetri
Bab iv asidi alkalimetriBab iv asidi alkalimetri
Bab iv asidi alkalimetriAndreas Cahyadi
 
Titrasi Balik bu yuni
Titrasi Balik bu yuniTitrasi Balik bu yuni
Titrasi Balik bu yuniaji indras
 
nitrimetri
nitrimetrinitrimetri
nitrimetriRani Ye
 
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisDwi Andriani
 
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutanYaumil Fajri
 
Laporan Praktikum Asidimetri
Laporan Praktikum AsidimetriLaporan Praktikum Asidimetri
Laporan Praktikum AsidimetriRidha Faturachmi
 
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalasetonlaporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalasetonqlp
 
laporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokslaporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokswd_amaliah
 

What's hot (20)

Argentometri adalah
Argentometri adalahArgentometri adalah
Argentometri adalah
 
Lipid
LipidLipid
Lipid
 
Titrasi Bebas Air
Titrasi Bebas AirTitrasi Bebas Air
Titrasi Bebas Air
 
LaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik KimiaLaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
LaporanTitrasi iodometri Teknik Kimia
 
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKALAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
 
laporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kationlaporan praktikum uji anion dan kation
laporan praktikum uji anion dan kation
 
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...
Laporan praktikum fitokimia identifikasi senyawa golongan glikosida saponin, ...
 
Macam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannyaMacam spektrofotometri dan perbedaannya
Macam spektrofotometri dan perbedaannya
 
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi AnionReaksi-Reaksi Identifikasi Anion
Reaksi-Reaksi Identifikasi Anion
 
laporan praktikum Penentuan gugus fungsi
laporan praktikum Penentuan gugus fungsilaporan praktikum Penentuan gugus fungsi
laporan praktikum Penentuan gugus fungsi
 
Bab iv asidi alkalimetri
Bab iv asidi alkalimetriBab iv asidi alkalimetri
Bab iv asidi alkalimetri
 
Titrasi Balik bu yuni
Titrasi Balik bu yuniTitrasi Balik bu yuni
Titrasi Balik bu yuni
 
Uji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan SuspensiUji Mutu Sediaan Suspensi
Uji Mutu Sediaan Suspensi
 
nitrimetri
nitrimetrinitrimetri
nitrimetri
 
Kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipisKromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis
 
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan30435971 farmasi-fisika-kelarutan
30435971 farmasi-fisika-kelarutan
 
Laporan Praktikum Asidimetri
Laporan Praktikum AsidimetriLaporan Praktikum Asidimetri
Laporan Praktikum Asidimetri
 
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalasetonlaporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
laporan kimia organik - Sintesis dibenzalaseton
 
Tetes Mata
Tetes MataTetes Mata
Tetes Mata
 
laporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redokslaporan praktikum titrasi redoks
laporan praktikum titrasi redoks
 

Similar to LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI SISTEM URINARI.pdf

Laporan Praktikum Biologi "UJI KANDUNGAN URIN"
Laporan Praktikum Biologi "UJI KANDUNGAN URIN"Laporan Praktikum Biologi "UJI KANDUNGAN URIN"
Laporan Praktikum Biologi "UJI KANDUNGAN URIN"Syifa Sahaliya
 
Laporan hasil praktikum urine
Laporan hasil praktikum urineLaporan hasil praktikum urine
Laporan hasil praktikum urineWidyanto Waroeng
 
Laporan praktikum bio (uji kandungan urin)
Laporan praktikum bio (uji kandungan urin)Laporan praktikum bio (uji kandungan urin)
Laporan praktikum bio (uji kandungan urin)Nida Chofiya
 
BAB 1 - SISTEM EKSKRESI.ppt
BAB 1 - SISTEM EKSKRESI.pptBAB 1 - SISTEM EKSKRESI.ppt
BAB 1 - SISTEM EKSKRESI.pptJumrotusSholeha
 
Sistem urine adalah suatu sistem organ yang memproduksi
Sistem urine adalah suatu sistem organ yang memproduksiSistem urine adalah suatu sistem organ yang memproduksi
Sistem urine adalah suatu sistem organ yang memproduksiOperator Warnet Vast Raha
 
Sistem Ekskresi dan Osmoregulasi
Sistem Ekskresi dan OsmoregulasiSistem Ekskresi dan Osmoregulasi
Sistem Ekskresi dan OsmoregulasiAmalia Aldania
 
Sistem-ekskresi-PADA --MANUSIA.pptx.pptx
Sistem-ekskresi-PADA --MANUSIA.pptx.pptxSistem-ekskresi-PADA --MANUSIA.pptx.pptx
Sistem-ekskresi-PADA --MANUSIA.pptx.pptxwinnygardiani
 
PROSES PEMBENTUKAN URINE.pptx
PROSES PEMBENTUKAN URINE.pptxPROSES PEMBENTUKAN URINE.pptx
PROSES PEMBENTUKAN URINE.pptxMasnarComputer
 
Pemeriksaan urin rutin
Pemeriksaan urin rutinPemeriksaan urin rutin
Pemeriksaan urin rutinAmi Febriza
 
anatomi fisiologi sistem urinaria manusia
anatomi fisiologi sistem urinaria manusiaanatomi fisiologi sistem urinaria manusia
anatomi fisiologi sistem urinaria manusianahdhia fallah PH
 

Similar to LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI SISTEM URINARI.pdf (20)

Percobaan IV
Percobaan IVPercobaan IV
Percobaan IV
 
Laporan Praktikum Biologi "UJI KANDUNGAN URIN"
Laporan Praktikum Biologi "UJI KANDUNGAN URIN"Laporan Praktikum Biologi "UJI KANDUNGAN URIN"
Laporan Praktikum Biologi "UJI KANDUNGAN URIN"
 
Urinalisis
UrinalisisUrinalisis
Urinalisis
 
Patologi gagal ginjal
Patologi gagal ginjalPatologi gagal ginjal
Patologi gagal ginjal
 
HELMIN KEL 7.pptx
HELMIN KEL 7.pptxHELMIN KEL 7.pptx
HELMIN KEL 7.pptx
 
Laporan hasil praktikum urine
Laporan hasil praktikum urineLaporan hasil praktikum urine
Laporan hasil praktikum urine
 
Laporan praktikum bio (uji kandungan urin)
Laporan praktikum bio (uji kandungan urin)Laporan praktikum bio (uji kandungan urin)
Laporan praktikum bio (uji kandungan urin)
 
Diagnosis fungsi ginjal
Diagnosis fungsi ginjalDiagnosis fungsi ginjal
Diagnosis fungsi ginjal
 
yakkk
yakkkyakkk
yakkk
 
BAB 1 - SISTEM EKSKRESI.ppt
BAB 1 - SISTEM EKSKRESI.pptBAB 1 - SISTEM EKSKRESI.ppt
BAB 1 - SISTEM EKSKRESI.ppt
 
Urolithiasis
UrolithiasisUrolithiasis
Urolithiasis
 
Laporan fisiologi hewan air
Laporan fisiologi hewan airLaporan fisiologi hewan air
Laporan fisiologi hewan air
 
Sistem urine adalah suatu sistem organ yang memproduksi
Sistem urine adalah suatu sistem organ yang memproduksiSistem urine adalah suatu sistem organ yang memproduksi
Sistem urine adalah suatu sistem organ yang memproduksi
 
Materi biologi x ppt bab 8 fix
Materi biologi x ppt bab 8 fixMateri biologi x ppt bab 8 fix
Materi biologi x ppt bab 8 fix
 
Sistem Ekskresi dan Osmoregulasi
Sistem Ekskresi dan OsmoregulasiSistem Ekskresi dan Osmoregulasi
Sistem Ekskresi dan Osmoregulasi
 
ppt BAB 8 ekskresi.pptx
ppt BAB 8 ekskresi.pptxppt BAB 8 ekskresi.pptx
ppt BAB 8 ekskresi.pptx
 
Sistem-ekskresi-PADA --MANUSIA.pptx.pptx
Sistem-ekskresi-PADA --MANUSIA.pptx.pptxSistem-ekskresi-PADA --MANUSIA.pptx.pptx
Sistem-ekskresi-PADA --MANUSIA.pptx.pptx
 
PROSES PEMBENTUKAN URINE.pptx
PROSES PEMBENTUKAN URINE.pptxPROSES PEMBENTUKAN URINE.pptx
PROSES PEMBENTUKAN URINE.pptx
 
Pemeriksaan urin rutin
Pemeriksaan urin rutinPemeriksaan urin rutin
Pemeriksaan urin rutin
 
anatomi fisiologi sistem urinaria manusia
anatomi fisiologi sistem urinaria manusiaanatomi fisiologi sistem urinaria manusia
anatomi fisiologi sistem urinaria manusia
 

Recently uploaded

Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxcholiftiara1
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxFerawatiPhea1
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...NenkRiniRosmHz
 
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.pptepidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.pptAnisyahHariadi
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptAcephasan2
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024PyrecticWilliams1
 
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptGastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptssuserbb0b09
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungHalo Docter
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaFeraAyuFitriyani
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxTULUSHADI
 
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptxMateri E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptxssuser981dcb
 
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptxMengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptxLintangDwiCandra1
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxcheatingw995
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitaBintangBaskoro1
 
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakitdistribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakitPutriKemala3
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptkhalid1276
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptUserTank2
 

Recently uploaded (20)

KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.pptepidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
 
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptGastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
 
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur KandunganJual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptxMateri E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
 
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptxMengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
Mengenal Nyeri Perut tentang jenis dan karakteristik.pptx
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakitdistribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan pptLOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
LOKAKARYA MINI tingkat puskesmas bulanan ppt
 

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI SISTEM URINARI.pdf

  • 1. LAPORAN PRAKTIKUM PENYAKIT HEMATOLOGI KARDIOVASKULER, SALURAN KEMIH SISTEM SYARAF & KEJIWAAN Disusun Oleh : M YUSUP 191FF03010 S1 3FA1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG Jl. Soekarno Hatta No 754 Bandung 022-7830768 2022
  • 2. MODUL 1 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM URINARI 1. Tujuan 1.1.Kompetensi Yang Dicapai Mahasiswa mampu Menjelaskan organ sistem Urinari, parameter pemeriksaan, pengolahan data, dan penarikan kesimpulan 1.2.Tujuan Praktikum a) Menentukan karakteristik urin b) Menentukan zat-zat kimia yang terlarut dalam urin c) Menentukan bagaimana peranan sistem eksresi urinari dalam menjaga homeostasis tubuh. 2. Prinsip Berdasarkan mekanisme fisiologis sistem ekskresi urinari 3. Alat dan Bahan a. Alat : Piknometer, indikator universal atau pH meter, mikroskop, kaca objek + cover, tabung reaksi, pipet tetes, lampu spirtus. b. Bahan : Perak nitrat, asam nitrat, larutan Na-nitroprusida, larutan KOH/NaOH 1 N, asam asetat, asam asetat glasial, larutan Fehling (A & B) 4. Prosedur Kerja 4.1.Anatomi Anatomi sistem urinari pria dan wanita 4.2.Fisiologi
  • 3. 4.2.1. Pengamatan mikroskopik urin 4.2.2. Uji karakteristik urin Tampung 10 ml urin dalam tabung sentrifuga Sentrifugsi selama 5 menit dengan kecepatan 1500 rpm Kemudian Buang cairan di atasnya Kocok endapan/sedimen yang ada dengan sedikit sisa cairannya Teteskan pada object glass bertutup (diserapkan dari pinggir cover glass agar tidak timbul gelembung udara) Amati di bawah mikroskop, paramameter yang diamati adalah sedimen-sedimen mikro dalam urin, baik organik maupun anorganik. Ambil sedikit urin
  • 4. 4.2.3. Analisa zat yang terlarut dalam urin a. Penetapan urea Lakukan pengamatan meliputi : warna, serta bau urin Ukur pH urin dengan menggunakan indikator universal atau pH meter Tentukan bobot jenis urin dengan menggunakan piknometer, dengan cara sebagai berikut : • Timbang piknometer kosong (dalam keadaan bersih dan kering). Diperoleh nilai W1 • Kemudian isilah piknometer tersebut dengan aquadest bebas gas. Bagian luar piknometer di lap sampai kering, kemudian di tombang. Diperoleh nilai W2 • Buanglah air dari piknometer tersebut. Piknometer dibilas dengan alkohol dan keringkan (sebaiknya dalam oven). Setelah kering isilah piknometer dengan sampel urin, kemudian timbang. Diperoleh nilai W3 • Bobot jenis urin dihitung dengan persamaan sebagai berikut : 𝐵𝐽 = (𝑊3 − 𝑊1) (𝑊2 − 𝑊1) Teteskan 2 tetes urin pada kaca objek Teteskan pada sampel urin terscbut 2 tetes asam nitrat
  • 5. b. Penetapan ion klorida c. Penetapan aseton Panaskan perlahan-lahan atau biarkan cairan menguap Kemudian amati adanya kristal rhombis atau hexagonal dari urea nitrat Masukan 5 ml urin ke dalam tabung reaksi Tambahkan beberapa tetes larutan perak nitrat Kemudian akan terjadi kekeruhan atau endapan putih yang menunjukan adanya ion klorida Masukan 3 ml urin ke dalam tabung reaksi Kemudian basakan sampel urin tersebut dengan cara menambahkan beberapa tetes larutan KOH/NAOH Setelah itu tambahkan beberapa tetes larutan Na- nittroprusid, lalu kocok
  • 6. d. Penetapan gula pereduksi e. Penetapan kualitatif albumin Tambahkan beberapa tetes asam asetat pekat, kemudian kocok akan terjadi warna ungu sampai merah ungu yang menunjukan adanya aseton. Sedangkan warna merah menunjukan adanya alkohol, asam asetat, aldehid dan asam diasteat (badan keton) Masukan 1 ml Fehling (Fehling A : Fehling B, 1 : 1) ke dalam tabung reaksi, Encerkan dengan 4 ml air suling, kemudian panaskan secara perlahan Tambahkan urin sebanyak 1 ml sedikit demi sedikit, sampai terjadi warna biru tepat hilang Terjadinya endapan merah bata menunjukan adanya gula pereduksi. Masukan urin ke dalam tabung reaksi kira-kira sampai 4 isi tabung Kemudian didihkan perlahan-lahan, amati apa yang terjadi Tambahkan 2 sampai 3 tetes larutan asam asetat glasial : air (1:1), lalu kocok , terjadinya kekeruhan menunjukan adanya albumin. Tingkat kekeruhan setara denga jumlah albumin yang ada
  • 7. 5. Hasil Praktikum 5.1.Pengamatn urin secara mkroskopis 5.2.Uji karakteristik urin pH urine : 6,5 Warna Urine : Kuning bening Bau urine : Bau amoniak/ bau pesing BJ urine : 1,001 5.3.Analisa zat yang terlarut dalam urin Penetapan Keterangan Urea + Ion klorida + Aseton + Gula pereduksi + Albumin + 6. Teori Dasar dan Pembahasan 1. Pengamatan urin secara mikroskopis Urin merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinari. Ekskresi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa yang akan disaring oleh ginjal dan untuk menjaga hemostasis cairan tubuh (Syaifudin, 2006). Pemeriksaan mikroskopis diperlukan untuk mengamati sel dan benda berbentuk partikel lainnya. Pemeriksaan sedimen urine memiliki unit pengukuran pada setiap alat dengan prinsip kerja yang berbeda-beda menggunakan mikroskop dilakukan dengan mengendapkan unsur sedimen menggunakan sentrifus. Endapan kemudian diletakkan di atas kaca obyek dan ditutup dengan kaca penutup (Anwar dkk, 2021) Sedimen urine ialah suatu unsur yang tidak larut di dalam urine yang berasal dari dalam darah, ginjal dan saluran kemih. Tes sedimen urine atau tes mikroskopik adalah salah satu tes urine yang sangat penting dalam membantu menegakkan diagnosis serta dapat memantau perjalanan penyakit pada kelainan ginjal dan saluran kemih (Anwar dkk, 2021).
  • 8. Unsur-unsur dalam sedimen urine dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik , yang berasal dari suatu organ atau jaringan contohnya seperti epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, dan parasit. Sedangkan untuk unsur anorganik yang tidak berasal dari suatu jaringan contohnya seperti urat amorf dan kristal (Wirawan, 2011) Pada praktikum kali ini praktikan melakukan pengamatan urine secara mikroskopis yang diamatai dibawah mikroskop, parameter yang diamati yaitu sedimen atau unsur organik yang terkandung didalam urin.Sebelum dilakukan pengamatan sampel urin yang akan digunakan disentrifugasi terlebih dahulu dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 menit hal ini bertujuan untuk memisahkan endapan sedimen urin, kemudian dilakukan pewarnaan agar dapat mudah diamati saat pengamatan dibawah mikroskop. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diakukan didapatkan hasil berupa adanya sel epitel, leukosit,eritrosit, dan kristal kalsium oksalat. Berdasarkan hasil yang pengamatan yang didapatkan terdapat 2 golongan sedimen yaitu organic dan anorganic. Sel epitel, leukosit, dan eritrosit dikategorikan termasuk ke dalam golongan organik yang berasal dari suatu organ sedangkan untuk kristal kalsium oksalat termasuk ke dalam golongan anorganic yang berasal dari suatu jaringan. Nilai normal leukosit didalam urin yaitu 4-5/LPB nilai leukosit yang lebih dari 5 mungkin menunjukkan adanya leukositoria. Peningkatan jumlah leukosit dalam urin berkaitan dengan proses inflamasi atau infeksi pada traktus urinarius. Leukosit dapat masuk ke dalam traktus urinarius dari glomerulus sampai uretra. (Gandasoebrata, 2013). Leukosituria dapat terjadi karena pada pembesaran prostat jinak akan menyebabkan obtruksi pada kandung kemih dan uretra yang akan menimbulkan retensi urine. Retensi urine sangat berisiko untuk menimbulkan terjadinya infeksi saluran kemih sehingga akan ditemukannya peningkatan leukosit pada urine pasien(Hasan dkk , 2021) Nilai normal eritrosit berada pada rentang 0-1/LPB bentuk eritrosit normal adalah cakram bikonkaf, diameter ± 7μm, warna hijau pucat dan jernih. Jika terjadi peningkatan kadar eritrosit dalam urine mungkin menunjukkan adanya peradangan pada ginjal, batu saluran kemih, infeksi saluran kemih, atau mungkin adanya iritasi pada ujung uretra. (Gandasoebrata, 2013).Epitel merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal di dapatkan dalam sedimen urin , nilai epitel juga dapat normal berada dalam urine dengan nilai normal kurang dari 15-20 squamos cell/ LPB.Keadaan patologik jumlah epitel dapat meningkat, seperti pada peradangan, dan infeksi saluran kemih (Gandasoebrata, 2013). Kristal kalsium oksalat berupa kristal seperti jarum-jarum tajam yang menanamkan diri dalam jaringan dan dapat menyebabkan sakit luar biasa. Di dalam tubuh, oksalat akan bersenyawa dengan kalsium membentuk kristal kalsium oksalat. Kristal tersebut akan mengendap dan jika terkumpul dan berlebih di dalam urin maka akan membesar membentuk
  • 9. batu ginjal. Batu ginjal ini terbentuk akibat ginjal yang kekurangan cairan untuk memecahkan kelebihan mineral seperti oksalat, kalsium atau asam urat dari makanan (Fitriani dkk, 2016) 2. Uji karakteristik urin Pemeriksaan karakteristik atau mikroskopik urin merupakan pemeriksaan yang meliputi warna urin, berat jenis, bau dan pH urin.Pemeriksaan urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan (Wilmar, 2000). Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu, dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Warna urin dikatakan normal yaitu antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin, dan porphyrin (Wilmar, 2000) Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah- buahan seperti pada ketonuria (Wilmar, 2000). Menurut (Wahyuningsih dan Kusmiyati, 2017) bau khas urin bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak. Derajat keasaman (pH) urin merupakan indikator kemampuan tubulus ginjal untuk menjaga keseimbangan asam-basa yang normal terutama melalui reabsorbsi natrium dan sekresi tubular ion hidrogen dan natrium. Sekresi dari urin asam atau basa oleh ginjal adalah salah satu mekanisme yang paling penting di tubuh untuk menjaga pH tubuh yang konstan (Fischbach & Duning, 2009). pH urin pada orang sehat berkisar antara 4,5 sampai 8,0 dengan rata-rata 5,0 sampai 6,0 karena produksi endogen lebih mendominasi. Penetapan pH urin berfungsi untuk menetukan kelainan asam basa, sistem metabolik atau pernapasan dan dalam pengelolaan kondisi kemih yang membutuhkan urin yang dipertahankan pada pH tertentu (Riswanto & Rizki, 2015). Penentuan berat jenis urin merupakan parameter untuk mengukur jumlah solid yang terlarut dalam urin dan digunakan untuk mengetahui daya konsentrasi dan daya ilusi ginjal. Berat jenis urine tergantung jumlah zat yang larut di dalam urin atau terbawa di dalam urin. Berat jenis plasma (tanpa protein) adalah 1010, bila ginjal mengencerkan urin (misalnya sesudah minum air) maka berat jenisnya kurang dari 1010. Bila ginjal memekatkan urin, sebagaimana fungsinya maka berat jenis urin naik di atas 1010 (Evelyn, 2006).Berat jenis urin yang normal berkisar antara antara 1.010-1025 (Luklukaningsih, 2014). Berat jenis urin dapat mengalami penurunan atau peningkatan. Penurunan berat jenis urin dapat terjadi pada penderita diabetes insipidus, diuresis, hipotermi, alkalosis, berbagai kelainan ginjal, pielonefritis, dan glomerulonefritis. Peningkatan berat jenis urin dapat terjadi pada penderita demam, dehidrasi, gagal jantung kongestif, insufisiensi adrenal, dan penyakit hati (Wirawan, 2011) Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian karakteristik urin yang meliputi warna urin, bau urin, pH urin dan BJ urin . Berdasarkan hasil pengujian warna urin yang telah dilakukan didapatkan warna urin kuning bening , warna urin yang didapatkan merupakan pertanda bahwa tubuh sehat dan tidak kekurangan cairan dan urin tersebut berada di rentang normal. Warna
  • 10. urin dikatakan normal yaitu antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin, dan porphyrin (Wilmar, 2000). Berdasarkan pengujian bau urin didapatkan bau urin : bau amonia/ khas , menurut Wilmar (2000) bau urin normal (berupa ammonia) karena disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap sedangkan bau yang merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu. Maka dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel urin adalah normal Berdasarkan pengujian pH urin didapatkan pH pada angka 6,5, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pH urin diantaranya : a. pH asam a) Diet (mengkonsumsi buah cranberry, daging tinggi protein). b) Infeksi saluran kemih oleh Eschericia coli b. pH basa a) Diet (mengkonsumsi vegetarian, jeruk dan buah buahan rendah lemak). b) Alkoholisis metabolik (misal; muntah berat) keadaan ini menyebabkan kadar bikarbonat urin lebih tinggi dan produksi amommnia menurun. Ginjal dapat menghasilkan urin dengan pH 7,8 (Riswanto & Riski, 2015). Berdasarkan teori pH urin normal 4,5 sampai 8,0 dengan rata-rata 5,0 sampai 6,0, sehingga hasil pengujian pH yang didapatkan urin tersebut masih tergolong normal. Berdasarkan pengujian bobot jenis urin didapatkan hasil 1,001, berat jenis urin tergantung dari jumlah zat yang terlarut di dalam urin atau terbawa di dalam urin, fungsi pemekatan ginjal dan produksi urin itu sendiri (Evelyn, 2009). Berat jenis urin juga berhubungan dengan diuresis, semakin besar diuresis maka semakin rendah berat jenisnya begitu juga sebaliknya (Gandasoebrata, 2013).Menurut teori berat jenis urin yang normal berkisar antara antara 1.010-1025, jadi hasil pengujian bobot jenis yang telah di lakukan bobot jenis yang di peroleh berada pada rentang yang normal. 3. Analisa zat yang terlarut dalam urin Ureum atau urea merupakan suatu molekul kecil yang mudah mendifusi ke dalam cairan ekstrasel, tetapi pada akhirnya dipekatkan dalam urin dan diekskresi. Ekskresi ureum dalam tubuh kira-kira 25 mg per hari (Widmann Frances K, 2005). Urea merupakan produk akhir dari metabolisme asam amino yang disintesa dari ammonia, karbon dioksida dan nitrogen amida aspatat (Victor W Rdwell, 1999). Urea merupakan salah satu produk dari pemecahan protein dalam tubuh yang disintesis di hati dan 95% dibuang oleh ginjal dan sisanya 5% dalam feses. Pemeriksaan kadar urea pada urin dapat digunakan sebagai parameter tes fungsi ginjal, status hidrasi, menilai keseimbangan nitrogen, menilai progesivitas penyakit ginjal, dan menilai hasil hemodialisis (Verdiansah, 2016) Klorida merupakan salah satu elektrolit penting dalam tubuh. Klorida sebagai anion utama dalam cairan ekstraselular berperan dalam menjaga homeostasis dalam tubuh.Klorida diekskresikan melalui urin dan keringat (Wilson, 2005). Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Jumlah klorida pada orang dewasa normal sekitar 30 mmol per kg berat badan. Sekitar 88% klorida berada dalam cairan ekstrasel dan 12% dalam cairan intrasel (Tambajong dkk, 2016)
  • 11. Aseton merupakan produk limbah yang bersifat toksin sehingga tubuh akan mengekskresikannya bersama urin (Swanson dkk, 2007). Pemeriksaan aseton pada sampel urin dapat dijadikan salah satu parameter untuk memperkuat diagnosis diabetes mellitus dengan komplikasi akut seperti ketoasidosis diabetikum , uji aseton positif dapat dijumpai pada : Asidosis diabetik (ketoasidosis), kelaparan atau malnutrisi, diet rendah karbohidrat, berpuasa, muntah yang berat, pingsan akibat panas, kematian janin, selain itu juga pengaruh obat dapat mempengaruhi kadar aseton dalam urin (Riswanto, 2010). Glukosa urin atau gula pereduksi yaitu adanya glukosa di dalam urin yang disebabkan tingginya kadar glukosa di dalam darah (hiperglikemia) sehingga keluar bersamaan dengan urin, yang dipengaruhui oleh fungsi ginjal yang kurang baik. Fungsi pemeriksaan glukosa urin adalah untuk melihat kadar glukosa urin agar dapat mengetahui berat atau ringannya penyakit diabetes melitus (Aziz, 2016). Meningkatnya kadar glukosa di dalam darah mempunyai efek langsung terhadap organ ginjal. Normalnya glukosa atau gula pereduksi tidak ditemukan di dalam urin disebabkan karena proses filtrasi ginjal yang memungkinkan glukosa direabsorbsi kembali ke dalam pembuluh darah. Ambang batas toleransi ginjal terhadap glukosa adalah 160 mg/dl-180 mg/dl. Jika batas tersebut terlampaui maka glukosa akan diekskresikan ke dalam urin karena ginjal tidak dapat menampung kadar glukosa yang berlebih tersebut sehingga menyebabkan glukosuria (Rahmatullah dkk, 2015). Albumin adalah protein plasma yang terdapat di dalam darah dengan konsentrasi tinggi, dan ketika ginjal berfungsi dengan baik, hampir tidak ada albumin yang ada di dalam urin. Pemeriksaan albumin urin kuantitatif mengukur kadar albumin dalam sampel urin sewaktu ataupun urin yang dikumpulkan dalam waktu tertentu sebagai penanda kerusakan ginjal. Urin yang mengandung protein menandakan bahwa filtrasi yang dilakukan oleh ginjal tidak sempurna (Wilmar, 2000). Pada pratikum kali ini dilakukan pengujian zat terlarut pada urin yang meliputi urea, ion klorida, aseton, gula pereduksi dan albumin. Pengujian pertama yaitu dilakukan pengamatan urea di dalam urin dengan cara teteskan 2 tetes urin pada kaca objek, kemudian tambahkan 2 tetes asam nitrat, sampel urin tersebut kemudian di panaskan dan diamati adanya kristal rhombis atau hexagonal. Berdasarkan hasil pengujian yang di dapatkan sampel urin tersebut positif mengandung urea.Kadar urea yang tinggi di dalam darah dan urin akan menyebabkan kondisi uremia , uremia merupakan salah satu gejala utama dari gagal ginjal dan juga dapat menjadi tanda tahap akhir penyakit gagl ginjal kronis. Pengujian kedua yaitu dilakukan pengamatan ion klorida dengan cara masukan 5 ml urin ke dalam tabung reaksi kemudian tambahkan beberapa tetes larutan perak nitrat, amati urin apabila terjadi kekeruhan atau endapan putih menunjukan adanya ion klorida. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan hasil bahwa sampel urin tersebut positif mengandung ion klorida. Pada urin yang normal mengandung sedikit kadar ion klorida , akan tetapi jika ion klorida terlalu banyak akan mengakibatkan gangguan pada ginjal misal nya pengendapan kristal di ginjal atau sering di sebut batu ginjal. Pengujian ketiga yaitu dilakukan pengamatan aseton dengan cara masukan 3 ml urin ke dalam tabung reaksi kemudian basakan sampel urin dengan menambahkan beberapa tetes larutan KOH/NAOH , tambahkan beberapa tetes larutan Na-nittroprusid, kemudian kocok dan tambahkan beberapa tetes asam asetat pekat, kemudian kocok terjadinnya warna ungu sampai merah ungu menunjukan adanya aseton.Berdasarkan hasil pengujian didapatkan hasil bahwa
  • 12. sampel urin tersebut positif mengandung aseton, jika kadar aseton di dalam urin maka kemungkinan adanya kelainan komplikasi akut seperti ketoasidosis diabetikum. Pengujian ke empat dilakukan pengamatan gula pereduksi dengan cara memasukan 1 ml fehling (Fehling A : Fehling B, 1 : 1) ke dalam tabung reaksi, encerkan dengan 4 ml air suling dan panaskan perlahan kemudian tambahkan urin sebanyak 1 ml sedikit demi sedikit, sampai terjadi warna biru tepat hilang. Parameter yang diamati yaitu terjadinya endapan merah bata menunjukan adanya gula pereduksi.Berdasarkan hasil pengujian didapatkan hasil bahwa sampel urin tersebut positif mengandung gula pereduksi. Pada kondisi normal urin seharusnya tidak mengandung gula pereduksi, kondisi ini dapat terjadi ketika kadar gula di dalam darah tinggi (hiperglikemia) atau ketika terjadi kerusakan pada ginjal. Ambang batas toleransi ginjal terhadap glukosa atau adalah 160 mg/dl-180 mg/dl. Jika batas tersebut terlampaui maka glukosa akan diekskresikan ke dalam urin karena ginjal tidak dapat menampung kadar glukosa yang berlebih tersebut sehingga menyebabkan glukosuria, hasil pengujian menunjukan bahwa urin tidak normal karena mengandung gula pereduksi. Pengujian yang terakhir dilakukan pengamatan albumin dengan cara masukan urin ke dalam tabung reaksi kemudian didihkan perlahan-lahan, tambahkan 2 sampai 3 tetes larutan asam asetat glasial : air (1:1), kocok parameter yang diamati yaitu terjadinya kekeruhan menunjukan adanya albumin. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan hasil bahwa sampel urin tersebut menunjukan hasil positif mengandung albumin. Urin yang mengandung protein (albumin) menandakan bahwa filtrasi yang dilakukan oleh ginjal tidak sempurna, adanya albumin biasanya disebakan oleh rusaknya pembuluh darah kecil (glomeruli) pada ginjal sehingga tidak menyaring darah dengan baik, rata-rata batas protein seperti albumin yang dikeluarkan melalui urine berkisar antara 5 – 10 mg per hari, jika protein (albumin) dalam urine dengan jumlah yang banyak dalam per hari nya dapat mengindikasikan adanya gangguan pada organ ginjal. 7. Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa sistem ekskresi adalah sistem biologis yang berfungsi membuang zat-zat berlebih atau buangan dari tubuh. Mekanisme ini berguna untuk menjaga homeostatis (keseimbangan kondisi internal tubuh) dan mencegah kerusakan pada tubuh.Karakteristik urin berdasarkan hasil dari pengujian warna urine terlihat warna kuning bening, bau amoniak/bau pesing mempunyai pH 6,5 dan bobot jenis 1,0001. Sedangkan untuk hasil pengujian zat yang terlarut dalam urin terdapat beberapa zat yang terkandung didalam urin meliputi positif urea, positif ion klorida, positif aseton, positif gula pereduksi, dan positif albumin.
  • 13. DAFTAR PUSTAKA Anwar, E., Jais, A. (2021). Effect of Delayed Examination of the Morning Urine Sample After 3 Hours at Room Temperature. ANJANI Journal: Health Sciences Study, Vol. 1 No. 1 2021 page: 1–6. DOI: https://doi.org/10.37638/anjani.1.1.1-6 Aziz, H. A. 2016. gambaran reduksi urin dengan metode benedict pada pasien diabetes melitus. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis. Evelyn and Pearce. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Edisi ke-35. Jakarta: Gramedia Fitriani, H. Nurlailah. Rachmina, D. (2016). Kandungan Asam Oksalat Sayur Bayam. Medical Laboratory Technology Journal, 2(2), 51–55. Gandasoebrata, 2013. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. Jakarta Hasan, Z. A., & Rafika, R. (2021). Profil Pemeriksaan Pada Sedimen Urin Pasien Infeksi Saluran Kemih Menggunakan Alat Dirui Fus-100. Jurnal Media Analis Kesehatan, 12(1), 41-46 Heni Puji Wahyuningsih & Yuni Kusmiyati, 2017. Anatomi Fisiologi Bahan Ajar kebidanan. Jakarta Luklukaningsih, Z., 2014. Anatomi, Fisiologi, dan Fisioterapi. Ed 1., Yogyakarta : Nuha Medika Snell, 2003. Anatomi Klinik . Edisi 6. Jakarta:EGC Riswanto dan Rizki, M. 2015. Urinalisis: Menerjemahkan Pesan Klinis Urine. Yogyakarta: Pustaka Rasmedia Riswanto. 2010. www.keton-urin. Diakses pada tanggal 10 Maret 2022 Syaifudin, 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed 3., Jakarta : Buku Kedokteran EGC Swanson, Todd A., Kim, Sandra I,. Glucksman, Marc J. 2007. Biochemistry and. Molecular Biology. 4th Edition/Asian edition. Baltimore Tambajong, Ryan Yefta, Glady I. Rambert, and Mayer F. Wowor. "Gambaran kadar natrium dan klorida pada pasien penyakit ginjal kronik stadium 5 non-dialisis." eBiomedik 4.1 (2016) Verdiansah, 2016. Pemeriksaan Fungsi Ginjal. CDK-237, Vol. 43 Vo. 2 : 140- 150 Wirawan R. 2011. Penilian hasil pemeriksaan urin (cermin dunia kedokteran) Wilson, 2005. Gagal Ginjal Kronik. Dalam: Wilson, L.M., Price, S.A., penyunting. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6. Jakarta:ECG
  • 14. Wilmar, M. (2000). Praktikum Urin, Penuntun Praktikum Biokimia. Jakarta: Widya Medika Tugas Pendahuluan 1. Gambarkan dan jelaskan secara lengkap sistem urinari pada perempuan dan laki laki 2. Perhitungan BJ Diketahui W1= 23,65 gram W2= 38,68 gram dan W3= 38,73 Jawaban 1. Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunaan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem urinaria dalam tubuh terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra (Syaifuddin, 2006). – Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi tulang belakang (columna vertebralis) (Wilson, 2005). Ginjal berwarna coklat kemerahan dibelakang peritoneum, terletak pada dinding posterior abdomen, di depan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar, yaitu transversus abdominis, kuadratus, lumborum, dan psoas mayor. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri. Hal ini disebabkan karena adanya lobus kanan hati yang besar. Ginjal terlindung dengan baik dari trauma karena dilindungi oleh kosta disebelah posterior dan oleh bantalan usus dibagian anterior (Snell, 2003).Fungsi ginjal antara lain ( Syaifudin, 2006) : a) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun b) Memperthankan suasana keseimbangan cairan. c) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh. d) Mempertahanan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.
  • 15. e) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir protein ureum, kreatinin, dan amoniak – Ureter terdiri dari dua buah tabung/saluran yang menghubungkan ginjal dengan kandung kemih (vesika urinaria). Ureter merupakan lanjutan pelvis renis, menuju distal & bermuara pada vesica urinaria. Panjangnya 25-30 cm dan diameternya 0,5 cm. Lapisan ureter terdiri dari 1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa), 2. Lapisan tengah (otot polos) dan 3. Lapisan sebelah dalam (mukosa). Ureter pada pria terdapat di dalam visura seminalis atas dan disilang oleh duktus deferens dan dikelilingi oleh leksus vesikalis. Selanjutnya ureter berjalan oblique sepanjang 2 cm di dalam dinding vesika urinaria pada sudut lateral dari trigonum vesika. Sedangkan Ureter pada wanita terdapat di belakang fossa ovarika dan berjalan ke bagian medial dan ke dapan bagian lateral serviks uteri bagian atas, vagina untuk mencapai fundus vesika urinaria. Dalam perjalanannya, ureter didampingi oleh arteri uterina sepanjang 2,5 cm dan selanjutnya arteri ini menyilang ureter dan menuju ke atas di antara lapisan ligamentum latumUreter mempunyai jarak 2 cm dari sisi serviks uteri (Wahyuningsih dan Kusmiyati, 2017) – Kandung kemih disebut juga bladder atau vesika urinaria, Organ ini mempunyai fungsi sebagai reservoir urine (200-400 cc). Dindingnya mempunyai lapisan otot yang kuat. Letaknya di belakang os pubis, dalam keadaan penuh, bentuknya seperti telur (ovoid) dan apabila kosong seperti limas. Apex (puncak) vesica urinaria terletak di belakang symphysis pubis. Fungsi dari kandung kemih atau vesica urinaria yaitu (1) sebagai tempat penyimpanan urine, dan (2) mendorong urine keluar dari tubuh (Wahyuningsih dan Kusmiyati, 2017) – Uretra merupakan saluran keluar dari urin yang diekskresikan oleh tubuh melalui ginjal, ureter, dan vesica urinaria. Uretra adalah saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis ke bagian penis, panjangnya ± 20 cm. Uretra pada laki- laki terdiri dari uretra prostaria, uretra membranosa, dan uretra kavernosa. Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam) dan lapisan submukosa. Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring sedikit kearah atas, salurannya dangkal, panjangnya ± 3-4 cm dari orifisium uretra interna sampai ke orifisium uretra eksterna. Uretra ini terdapat di belakang simfisis pada dinding anterior vagina, menjurus obliq ke bawah dan menghadap ke depan. Lapisan
  • 16. uretra pada wanita terdiri dari tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam) (Wahyuningsih dan Kusmiyati, 2017) 2. Diketahui W1 = 23,65 gram W2 = 38,68 gram W3 = 38,73 Ditanyakan : BJ Jawab 𝐵𝐽 = (𝑊3 − 𝑊1) (𝑊2 − 𝑊1) = (38,73−23,65) (38,68−23,65 = (15,08) (15,03) = 1,003 → BJ urin berada pada rentang normal