2. PENGERTIAN KORELASI
Korelasi merupakan istilah yang digunakan untuk mengukur kekuatan
hubungan antarvariabel. Analisis korelasi adalah cara untuk
mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antarvariabel.
Dengan mengetahui hubungan antar 2 variabel, kita bisa
mendeskripsikan bagaimana gambaran yang lebih bermanfaat dari
data-data yang kita miliki.
Contoh, seorang Guru kerap kali menggunakan korelasi untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan yang kuat antara kenaikan
hasil belajar siswa dengan jumlah latihan soal yang diberikan.
Analisis korelasi mampu memberikan analisis yang bermanfaat bagi
para pengambil keputusan.
3. Jenis hubungan korelasi
1. Korelasi positif
Korelasi positif adalah hubungan antara 2 variabel di mana kenaikan
satu variabel juga terjadi penambahan nilai pada variabel lainnya.
Atau sebaliknya, semakin kecil nilai suatu variabel, nilai variabel
lainnya juga akan ikut turun.
Bisa dikatakan juga, korelasi ini merupakan hubungan yang searah.
5. Jenis hubungan korelasi
2. Korelasi negatif
Korelasi negatif adalah hubungan antara 2 variabel dimana kenaikan
satu variabel juga terjadi penurunan nilai dari variabel lainnya.
Begitu juga sebaliknya, semakin kecil nilai suatu variabel, semakin
besar nilai variabel lainnya.
Hubungan antara kedua variabel dalam kasus ini adalah berbalik
arah.
6. Contoh : semakin tinggi harga suatu produk, semakin rendah daya beli
masyarakat
7. Contoh Bentuk Korelasi
Korelasi Positif:
• Hubungan antara harga dengan penawaran.
• Hubungan antara jumlah pengunjung dengan jumlah penjualan.
• Hubungan antara jam belajar dengan IPK.
Korelasi Negatif:
• Hubungan antara harga dengan permintaan.
• Hubungan antara jumlah pesaing dengan jumlah penjualan.
• Hubungan antara jam bermain dengan IPK.
8. Besaran nilai koefisien korelasi berkisar antara -1 hingga 1.
Interpretasi koefisien korelasi
- 1 +1
0
• 00 – 0.19 = korelasi antar variabel sangat lemah
• 20 – 0.39 = korelasi antar variabel lemah
• 40 – 0.59 = korelasi antar variabel cukup kuat
• 60 – 0.79 = korelasi antar variabel kuat
• 80 – 1.00 = korelasi antar variabel sangat kuat
9. Bila koefisien korelasi bernilai -1, artinya korelasi
memiliki hubungan linier sempurna negatif.
Sedangkan, bila koefisien korelasi bernilai +1, artinya
koefisien korelasi memiliki hubungan linier sempurna positif.
Bila koefisien korelasi bernilai nol, artinya tidak terdapat
hubungan sama sekali antar kedua variabel tersebut.
10. Hal yang perlu digarisbawahi dalam menggunakan analisis korelasi
11. Analisis Uji Korelasi
Teknik statistik yang digunakan untuk mencari hubungan atau
korelasi antara 2 variabel, variabel bebas (variabel X) dan variabel
terikat (variabel Y)
Korelasi Product Moment (rxy)
Korelasi Tata Jenjang (rho)
Korelasi Phi
12. Korelasi Product Moment (rxy)
Digunakan untuk melukiskan hubungan antara 2 buah variabel
yang sama-sama berjenis interval atau rasio.
2
2
y
x
xy
rxy
13. Contoh :
Akan diteliti korelasi antara Intelegensi dengan Prestasi belajar siswa.
Skor Intelegensi digunakan sebagai variabel X dan prestasi belajar
siswa sebagai variabel Y.
N X Y x y x2 y2 Xy
1 2 2 -1 -2 1 4 2
2 4 5 1 1 1 1 1
3 2 2 -1 -2 1 4 2
4 3 4 0 0 0 0 0
5 5 3 2 -1 4 1 -2
6 2 5 -1 1 1 1 -1
7 4 8 1 4 1 16 4
8 3 6 0 2 0 4 0
9 3 3 0 -1 0 1 0
10 2 2 -1 -2 1 4 2
Σ 30 40 - - 10 36 8
15. Dihasilkan koefisien korelasi sebesar 0,42 (disebut r empirik).
akan dibandingkan dengan koefisien korelasi teoritik (r tabel).
Jika r empirik ≥ r tabel, maka korelasinya signifikan
Jika r empirik < r tabel, maka korelasinya tidak signifikan
16. Korelasi Tata Jenjang (rho)
Digunakan untuk menghitung atau menentukan tingkat
hubungan (korelasi) antara 2 variabel yang kedua-duanya
merupakan data ordinal atau tata jenjang.
Apabila dalam urutan tersebut terdapat skor yang dobel maka
rangkingnya harus diambilkan dari rata-rata nilai rangking
sebelumnya.
Contoh :
Diperoleh skor 75, 65, 65, 60, 60, 60, 55.
Jika diurutkan begitu saja, maka rangkingnya akan menjadi
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
Sehingga 1, 2.5, 2.5, 5, 5, 5, 7
20. Dihasilkan koefisien korelasi sebesar 0,857 (disebut r empirik).
akan dibandingkan dengan koefisien korelasi teoritik (r tabel).
Jika r empirik ≥ r tabel, maka korelasinya signifikan
Jika r empirik < r tabel, maka korelasinya tidak signifikan
21. Korelasi Phi
Digunakan untuk mencari hubungan atau korelasi antara 2
variabel yang berjenis nominal.
d
b
c
a
d
c
b
a
bc
ad
r
X
Y
Total
1 2
1 a b (a+b)
2 c d (c+d)
Total (a+c) (b+d) N
22. Contoh :
Akan diteliti korelasi antara jenis kelamin (JK) siswa dengan pilihan
program studi (PPS) di Perguruan Tinggi.
Jenis kelamin terpisah menjadi Laki-laki (L) dan Perempuan (P).
Pilihan Program Studi terpisah menjadi Eksakta (E) dan Sosial (S).
Misalnya yang menjadi sampel penelitian adalah 200 siswa lulusan
SMA yang akan melanjutkan ke Perguruan Tinggi.
JK
PPS
Total
E S
L 70 30 (100)
P 40 60 (100)
Total (110) (90) 200
23. JK
PPS
Total
E S
L 70 30 (100)
P 40 60 (100)
Total (110) (90) 200
d
b
c
a
d
c
b
a
bc
ad
r
90
110
100
100
40
.
30
60
.
70
r
9950
3000
r
30
,
0
r
24. Untuk mengetahui taraf signifikansi hasil korelasi phi sebesar 0,30
tersebut, maka peneliti masih harus melakukan konversi ke nilai chi
square ( ).
Rumus chi square ( ) = ( )2 x N
Sehingga nilai chi square –nya adalah = (0,30)2 x 200 = 18.
Lalu, sebelumnya harus ditemukan lebih dahulu derajat kebebasan
(db) dari distribusi yang diteliti.
Rumus db = (K-1) (B-1) (K = jumlah kolom, B = jumlah baris)
2
2
Jika empirik ≥ tabel, maka korelasinya signifikan
Jika empirik < tabel, maka korelasinya tidak signifikan
2
2
2
2