2. TINGKATAN KERJASAMA
KERJASAMA SANGAT ERAT
TIDAK ADA KERJASAMA
TINGKAT
KETEGASAN
KURANG
TEGAS
SANGAT
TEGAS
HINDAR
KOMPETISI
AKOMODASI
KOLABORASI
SUMBER: K. THOMAS “ CONFLICT AND CONFLICT MANAGEMENT ”
DIMENSI INTERPERSONAL STYLE
DAN ORIENTASI PEMECAHANNYA
KOMPROMI
Kues_Gaya
3. Model
Konflik
Situasi Yang Memungkinkan
Kompetisi 1. Apabila kondisi sangat mendesak, darurat & gawat
2. Membutuhkan tekanan (seperti pemotongan biaya, dll)
3. Sangat menentukan bagi kelanjutan organisasi dan hanya kita yang tahu permasalahannya
4. Untuk mengatasi pihak-pihak yang memang hanya dapat didekati dengan cara ini
Kolaborasi 1. Untuk mendapatkan solusi yang integratif, terlebih apabila kedua pihak memiliki pendapat yang sangat baik
bila digabungkan
2. Apabila tujuan kita adalah “belajar” dari pihak lain
3. Untuk mendapatkan nilai-nilai positif dari pihak-pihak yang memiliki perspektif berbeda dengan kita
4. Untuk mendapatkan komitmen dari pihak lain dengan jalan melakukan konsensus
Hindar 1. Apabila masalahnya sangat sepele, sementara masalah-masalah lain yang lebih penting masih cukup banyak
2. Apabila tidak ada manfaat yang dapat kita peroleh dari penyelesaian konflik tersebut
3. Untuk memberikan kesempatan pihak lain “tenang” dan “dingin” dahulu, guna memperoleh perspektif yang
jauh lebih baik
4. Bila pihak lain dapat mengatasi konflik tersebut dengan jauh lebih baik daripada kita
5. Bial konflik berasal dari gejala permasalahan yang lainnya
Akomodasi 1. Bila kita menyadari kita ada pada pihak yang salah dan perlu segera memperbaiki diri
2. Bila masalah tersebut sangat menentukan dan vital bagi pihak lain, sementara masalah yang sama tidak
berarti apa-apa bagi kita dan kita masih membutuhkan kerjasama pihak lain tersebut
3. Untuk meminimalisir kerugian kita apabila kita telah kalah dalam kompetisi yang ketat dengan pihak lain
4. Apabila keselarasan dan stabilitas menjadi ukuran yang terpenting pada saat itu
5. Untuk memberikan kesempatan kepada para bawahan kita belajar dari kesalahan yang telah mereka lakukan
Kompromi 1. Apabila tujuan adalah segalanya, dan kita tidak dapat memaksimalkan baik ketegasan kita maupun
kerjasama kita
2. Apabila pihak lain memiliki kekuatan yang sama besar dengan kita, sementara itu peluang yang adapun
berimbang
3. Untuk mencapai penyelesaian sementara
4. Untuk mendapatkan solusi yang memuaskan pihak-pihak yang terkait dalam kondisi waktu yang sangat
mendesak
5. Sebagai jaga-jaga bila mode kolaborasi atau kompetisi ternyata tidak berhasil
4. DIMENSI HUBUNGAN DAN KETEGASAN
1. Kompetisi, dimana tingkat ketegasan
sangat tinggi tetapi kerjasama sangat
kurang. Perilaku ini disebut sebagai
Gaya Ikan Hiu. Ikan hiu senang
menaklukkan lawan dengan
memaksanya menerima solusi konflik
yang ia sodorkan. Baginya,
tercapainya tujuan pribadi adalah
yang utama sedangkan hubungan
dengan pihak lain tidak terlalu penting.
Baginya, konflik harus dipecahkan
dengan cara satu pihak menang dan
pihak lainnya kalah. Dalam
pewayangan, sikap ini kiranya dapat
kita temukan dalam figure
Duryudana
5. 2. Kolaborasi, yaitu kondisi dimana tingkat
ketegasan sangat tinggi dan tingkat kerjasama sangat
tinggi pula. Perilaku seperti ini dapat dikatakan
sebagai Gaya Burung Hantu. Burung hantu sangat
mengutamakan tujuan-tujuan pribadinya sekaligus
hubungannya dengan pihak lain. Baginya, konflik
merupakan masalah yang harus dicari
pemecahannya dan pemecahan itu harus sejalan
dengan tujuan-tujuan pribadinya maupun tujuan-
tujuan pribadi lawannya. Baginya, konflik bermanfaat
menigkatkan hubungan dengan cara mengurangi
ketegangan yang terjadi diantara dua pihak yang
berhubungan. Menghadapi konflik, burung hantu akan
selalu berusaha mencari penyelesaian yang
memuaskan kedua belah pihak dan yang mampu
menghilangkan ketegangan serta perasaan negatif
lain yang mungkin muncul di dalam diri kedua pihak
akibat konflik itu. Dalam dunia pewayangan, sikap ini
kiranya dapat kita temukan dalam figure Kresna.
DIMENSI HUBUNGAN DAN KETEGASAN
6. 3. Kompromi, yaitu kombinasi
yang seimbang (setengah-
setengah) antara tingkat ketegasan
dan tingkat kerjasama. Perilaku ini
disebut sebagai Gaya Rubah.
Rubah senang mencari kompromi.
Baginya, baik tercapainya tujuan-
tujuan pribadi maupun hubungan
baik dengan pihak lain sama-sama
cukup penting. Ia mau
mengorbankan sedikit tujuan-
tujuannya dan hubungannya
dengan pihak lain demi tercapainya
kepentingan dan kebaikan
bersama ini figur dari Prabu Salya
DIMENSI HUBUNGAN DAN KETEGASAN
7. 4. Hindar, dimana baik tingkat ketagasan
dan tingkat kerjasama berada pada titik
terendah. Perilaku ini dapat disebut
sebagai Gaya Kura-kura. Konon, kura-kura
lebih senang menarik diri bersembunyi di
balik tempurung badannya untuk
menghindari konflik. Mereka cenderung
menghindar dari pokok-pokok soal
maupun dari orang-orang yang dapat
menimbulkan konflik. Mereka percaya
bahwa setiap usaha memecahkan konflik
hanya akan sia-sia. Lebih mudah menarik
diri, secara fisik maupun psikologis, dari
konflik daripada menghadapinya. Dalam
pewayangan, sikap semacam ini kiranya
dapat kita temukan dalam figur
Baladewa.
DIMENSI HUBUNGAN DAN KETEGASAN
8. 5. Akomodasi, yaitu kondisi dimana
tingkat ketegasan sangat rendah, tetapi
tingkat kerjasama berada pada titik
tertinggi. Perilaku ini dapat dikategorikan
sebagai Gaya Kancil. Seekor kancil
sangat mengutamakan hubungan dan
kurang mementingkan tujuan-tujuan
pribadinya. Ia ingin diterima dan disukai
oleh binatang lain. Ia berkeyakinan bahwa
konflik harus dihindari, demi kerukunan.
Setiap konflik tidak mungkin dipecahkan
tanpa merusak hubungan. Konflik harus
didamaikan bukan dipecahkan agar
hubungan tidak menjadi rusak. Dalam
dunia pewayangan, sikap ini kiranya dapat
kita temukan dalam diri tokoh Puntadewa.
DIMENSI HUBUNGAN DAN KETEGASAN
9. TINGKATAN KERJASAMA
KERJASAMA SANGAT ERAT
TIDAK ADA KERJASAMA
TINGKAT
KETEGASAN
KURANG
TEGAS
SANGAT
TEGAS
HINDAR
KOMPETISI
AKOMODASI
KOLABORASI
SUMBER: K. THOMAS “ CONFLICT AND CONFLICT MANAGEMENT ”
KOMPROMI
Manakah yang Lebih baik dari
INTERPERSONAL STYLE tersebut?